Upload
cahaya-nurhayati
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 Mawapres Bab i
1/26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 ayat
(3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia ahun 1!"#$ Dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia selain sistem the rule of law ( sistem hukum) %uga harus didukung denan sistem
etika ( the rule of ethics), sehingga tata-kelola kekuasaan negara, tata kelola organisasi-
organisasi dunia usaha dan organisasi masyarakat madani pada umumnya dapat tumbuh dan
berkembang sesuai dengan prinsip modern, yaitu ‘good governance’ 1$ &istem demokrasi yang
dibangun diharapkan dapat ditopang oleh tegak dan dihormatinya hukum dan etika secara
bersamaan$ Demokrasi yang sehat tidak boleh sekedar bersi'at procedural menurut
hukum tetapi harus ditopang oleh the rule o' la and the rule o' ethics* secara bersamaan$
+The Rule of Law beker%a berdasarkan +Code of Law, sedangkan +the Rule of Ethics
beker%a berdasarkan +Code of Ethics, yang penegakannya dilakukan melalui proses
peradilan yang independen, imparsial, dan terbuka$
.ahkamah /onstitusi merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman,
sebagaimana diatur keenangannya didalam pasal "0 UUD RI 1!"#$ Pembentukan
.ahkamah /onstitusi sebagai lembaga yang tersendiri aalnya suatu lembaga yang
dimaksudkan hanya untuk mengu%i konstitusional dari suatu undang-undang terhadap
konstitusi$ &ehingga disebut sebagai +the guardian of the constitution Dengan
keenangannya yang dapat menyatakan inkonstitusionalitas dari suatu undang-undang,
1 imly +he Rule 2' a Di Indonesia Pasca Re'ormasi, hlm diakses pada tanggal # .aret
415 Pukul 4$34
2 6tika dan Pemilu, Dean /ehormatan Penyelenggara Pemilu (D/PP) Republik Indonesia, 7ol$1,
akarta, 41#, 8al$ "
1
8/17/2019 Mawapres Bab i
2/26
posisi mahkamah konstitusi berada ada diatas lembaga pembentuk undang-undang$3 Dalam
melaksanakan keenangan yang dibebabkan, mahkamah konstitusi dipimpin oleh ! hakim
konstitusi yang harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, adil,
negaraan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan serta tidak merangkap sebagai
pe%abat negara$ &ehingga untuk men%alankan keenangannya dalam rangka menegakkan
hukum dan keadilan, pilar utama yang harus dimilikinya adalah independensi baik secara
kelembagaan maupun secara personal hakim konstitusi$ Dalam rangka men%un%ung tinggi
Independensi hakim secara personal maka harus adanya sinergisitas antara akuntabilitas dan
etika dari hakim konstitusi itu sendiri sehingga akan terbentuk adanya Pro'esionalisme hakim
konstitusi dalam men%alankan keenangan yang besar dalam men%alankan keenangan yang
telah dibebankan kepadanya$
Untuk mengimbangi keenangan besar yang dimiliki oleh mahkamah konstitusi dan
hakim konstitusi sebagai pelaksana keenangan tersebut maka harus adanya mekanisme
pengaasan terhadapnya$ .ekanisme pengaasan terhadap mahkamah konstitusi ditu%ukan
supaya tidak ter%adinya tirani yudikati', sedangkan mekanisme pengaasan terhadap
pro'esionalisme hakim supaya tidak ter%adi keseenang-enangan hakim dalam men%alankan
keenangannya$ &ehingga independensi hakim dapat ter%aga dan pro'esionalisme hakim
konstitusi dapat dipertanggung%aabkan$ /onsep check and balances dalam sistem
pembagian kekuasaan tidak berlaku untuk cabang kekuasaan yudikati' dan hanya berlaku
untuk cabang kekuasaan eksekuti' dan legisti9e$ &ehingga untuk +menggantikan konsep
check and balances tersebut maka harus adanya sistem pengaasan baik secara internal
maupun eksternal sehingga mahkamah dapat ter%ada independensinya$ .ekanisme
pengaasan secara internal dalam tubuh mahkamah konstitusi sudah dilaksanakan oleh
Dean 6tik 8akim /onstitusi yang dibentuk secara permanen dan independen$ :amun,
3 ;agir .anan, Negara uku! "ang #erkeadilan, Pusat &tudi /ebi%akan :egara
2
8/17/2019 Mawapres Bab i
3/26
pengaasan eksternal terhadap lembaga tersebut telah dicabut setelah adanya putusan
.ahakamah /onstitusi :o$ 44#?PUU?445 yang dalam putusan tersebut menyatakan
inskonstitusional baha /omisi @udisial dalam mengaasi 8akim /onstitusi$
erkuaknya kasus Akil .ochtar pada tahun 413 men%adi salah satu kasus yang
mendapat perhatian dari masyarakat$ Didalam kasus tersebut selain pelanggaran terhadap
norma hukum yakni adanya peristia suap yang ditu%ukan kepadanya, %uga ter%adi
pelanggaran etika yang dilakukan$ er%adinya kasus tersebut menun%ukkan baha minimnya
pengaasan terhadap 8akim /onstitusi sehingga ter%adi keseeng-enangan yang dilakukan
oleh hakim konstitusi$ Akil .ochtar terbukti melakukan pelanggaran kode etik dan perilaku
hakim konstitusi, dimana berdasarkan peraturan kode etik hakim konstitusi dan keluarga
dilarang meminta hadiah atau pin%aman kepada pihak yang berperkara"$ er%adinya kasus Akil
.ochtar ini menun%ukkan baha lemahnya sistem pengaasan etika dan perilaku hakim
konstitusi yang menimbulkan celah bagi 8akim /onstitusi untuk tidak mematuhi kode etik
sebagai pedoman dalam men%alankan pro'esionalismenya$
2leh karena itu, perlu adanya pengaasan secara terpadu terhadap etik dan perilaku
haki konstitusi dalam rangka menegakkan kehormatan, keluhuran martabat hakim konstitusi$
Pengaasan terpadu ini dapat dilakukan oleh komisi yudisial yang secara kelembagaan
sebelum adanya putusan .ahakamah /onstitusi merupakan lemabaga yang secara
konstitusional mengaasi hakim .ahkamah Agung dan .ahkamah /onstitusi$
;erdasarkan hal tersebut karya tulis ini akan membahas mengenai pengaasan
terpadu terdapat etika dan perilaku hakim konstitusi dalam rangka menciptkan hakim
konstitusi yang bermartabat dan berintegritas$ Pengaasan tersebut dilakukan melalui
re9italisasi /omisi @udisial :egara Republik Indonesia sebagai salah satu lembaga negara
penun%ang dalam kekuasaan kehakiman$
4httpB??nasional$tempo$co?read?nes?413?11?41?453#5"11?akil-mochtar-terbukti-melanggar-kode-
etik diakses pada tanggal # .aret 415 pukul 1$33
3
http://nasional.tempo.co/read/news/2013/11/01/063526411/akil-mochtar-terbukti-melanggar-kode-etikhttp://nasional.tempo.co/read/news/2013/11/01/063526411/akil-mochtar-terbukti-melanggar-kode-etikhttp://nasional.tempo.co/read/news/2013/11/01/063526411/akil-mochtar-terbukti-melanggar-kode-etikhttp://nasional.tempo.co/read/news/2013/11/01/063526411/akil-mochtar-terbukti-melanggar-kode-etikhttp://nasional.tempo.co/read/news/2013/11/01/063526411/akil-mochtar-terbukti-melanggar-kode-etik
8/17/2019 Mawapres Bab i
4/26
B. Identifikasi Masalah
1$ ;agaimana dinamika pengaasan terhadap hakim konstitusi sebelum dan setelah
adanya putusan ./ :o$ 44#?PUU?445 C$ ;agaimana konsep ideal pengaasan terhadap etika hakim konstitusi menu%u hakim
konstitusi yang berintegritas dan bermartabatC
C. Tujuan dan Manfaat
u%uan penulisan ini yaitu B
1$ Untuk mengetahui dinamika pengaasan hakim konstitusi sebelum dan setelah
adanya putusan .ahkamah /onstitusi :o$ 44#?PUU?445
$ Untuk mengetahui konsep ideal pengaasan terhadap hakim konstitusi menu%u hakim
konstitusi yang berintegritas dan bermartabat
/arya ulis ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis maupun praktikal$
&ecara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat men%adi acuan masyarakat secara luas untuk
mengka%i bagaimana upaya rekonstruksi peradilan etik dalam kerangka kekuasaan kehakiman
sebagai mekanisme kontrol etika pe%abat negara$ &ecara praktis, hasil penelitian ini
diharapkan dapat men%adi bahan bacaan spesi'ik mengenai hukum ketatanegaraan di
Indonesia$
BAB II
4
8/17/2019 Mawapres Bab i
5/26
KAIAN TE!"I
A. Negara Huku# dan Etika
Undang-Undang Dasar :egara Republik Indonesia ahun 1!"# telah menempatkan
Indonesia sebagai :egara 8ukum sebagaimana tercantum dalam pasal 1 ayat (3)$ /etentuan ini
merupakan pindahan dari pen%elasan UUD 1!"# yang telah merubah konsep baha Indonesia
adalah menganut konsep negara hukum (Rechtstaats) dan bukan berdasarkan pada kekuasaan
(.achtstaats)$# /onsep negara hukum telah berkembang di dua sistem hukum yang besar yakni
6ropa /ontinental dan Anglo saon$ /onsep negara hukum yang berkembangi didalam sistem
Anglo saon adalah konsep Rule $f Law$ Istilah Rule of Law sendiri ditemukan daam buku A7$
Dicey yang ber%udul %ntroduction To The &tud' of the Constitution (1!#3)$ Didalam bukunya,
Dicey men%elaskan baha konsep The Rule of Law dimana masyarakat dan pemerintah taat
dan patuh kepada hukum sehingga ketertiban dapat dinikmati bersama-sama yang tidak
ditemukan dibeberapa 6ropa$ A$7 Dicey sendiri menguraikan ada 3 unsur penting dalam
konsep The Rule of Law, yakni B
a( &ure!ac' of law
b( E*ualit' #efore The Law
c( +ue rocess of Law
&edangkan dalam sistem 6ropa /ontinental, konsep :egara 8ukum dikembangkan
oleh
8/17/2019 Mawapres Bab i
6/26
c$ Penyelenggaraan berdasarkan hukum
d$ Adanya peradilan tata usaha negara untuk memutus perkara$
.enurut Pro'$imly AsshidiEie aspek yang berkaitan erat dengan kiner%a negara hukum
Indonesia dan dimana pun %uga gagasan negara hukum atau ‘rule of law’ itu hendak
dipraktikkan diantaranya adalah tumbuh dan berkembangnya sistem etika yang ditopang oleh
pelembagaan in'rastruktur etika dalam rangka sistem ‘rule of ethics’ di ruang publik dan di
lingkungan %abatan-%abatan publik yang tumbuh sebagai dasar sosial bagi tegak dan
ber'ungsinya sistem ‘rule of law’ dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara5
6tika merupakan sikap dan tindak tanduk menusia dalam kehidupan sehari-hari
yang berkaitan dengan moral indi9idu, dan etika tidak sa%a berhubungan dengan tindakan-
tindakan nyata tetapi %uga mencakup moti' dari suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang$=
Pengertian etika, perilaku, kode etika (code o' ethics), kode perilaku (code o'
conduct), norma disiplin, dan lain sebagainya tentu dapat dirumuskan secara sendiri-
sendiri dengan membedakannya satu sama lain$ Pengertian-pengertian yang dirumuskan oleh
para ahli mengenai istilah-istilah ini %uga sangat beraneka ragam satu sama lain$ Ada yang
melihatnya dari segi 'ilsa'at dan teologi, dan ada pula yang melihatnya dari segi teknis
praktis$ /adang-kadang ada pula mengaitkannya dengan pengertian etika yang
berhubungan dengan soal-soal adab$> .enurut imly AssidiEie pengertian etik tersebut
sudah meleati empat tahap atau 'ase perkembangan generasi pengertian, yaitu B
a$
8/17/2019 Mawapres Bab i
7/26
a%aran-a%aran tersendiri tentang nilai-nilai, sikap dan perilaku yang baik dan buruk sebagai
peganagan hidup bagi para penganutnya$
b$
8/17/2019 Mawapres Bab i
8/26
Rakyat menetapkan .ahkamah Agung men%alankan 'ungsi .ahkamah /onstitusi
sebagaimana diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan Undang- Undang Dasar 1!"# hasil
Perubahan /eempat$ /edudukan .ahkamah /onstitusi diletakkan dalam konsep kekuasaan
kehakiman merdeka$ ;ab IF tentang /ekuasaan /ehakiman Undang-Undang Dasar 1!"#
Pasal " (1) menyatakan kekuasaan kehakiman merupakan kekuasan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan$ &elan%utnya dalam
Pasal " ayat () ditentukan baha kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah .ahkamah
Agung dan badan peradilan di baahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, serta lingkungan peradilan tata usaha negara
dan oleh .ahkamah /onstitusi$
.enegaskan kembali kedudukan .ahkamah /onstitusi, Pasal Undang- Undang :o$
" ahun 443 tentang .ahkamah /onstitusi menyatakan .ahkamah /onstitusi merupakan
salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan$ Pasal 3 menentukan
.ahkamah /onstitusi berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia$
&ebagai sebuah lembaga yang telah ditentukan dalam UUD, keenangan .ahkamah
/onstitusi %uga diberikan dan diatur dalam UUD$ /eenangan yang mengekslusi'kan dan
membedakan .ahkamah /onstitusi dari lembaga-lembaga lain$14 Geenang .ahkamah
/onstitusi secara khusus diatur dalam Pasal "0 Ayat (1) UUD 1!"# yang menyatakan B11
1$ .ahkamah /onstitusi berenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersi'at 'inal untuk mengu%i UU terhadap UUDH
10itik riulan utik, /onstruksi 8ukum ata :egara Indonesia, 8al$ 3
11 Pasal 14 Ayat (1) UU :o$ " ahun 443 tentang .ahkamah /onstitusi
8
8/17/2019 Mawapres Bab i
9/26
$ .emutus sengketa keenangan lembaga negara yang keenangannya diberikan oleh
UUD$ .isalnya, usul pemberhentian presiden dan?atau apres oleh DPR kepada
.PR apabila presiden dan?atau apres terbukti melakukan pelanggaran hukum
sebagaimana diatur dalam Pasal =A UUD 1!"#H
3$ .emutus pembubaran partai politikH
"$ .emutus perselisisahan tentang hasil pemilu$
&edangkan dalam ketentuan Pasal "0 Ayat () 1!"# %o$ Pasal 14 Ayat () UU :o$ "
ahun 443 tentang .ahkamah /onstitusi yang menyatakan B
+.ahkamah /onstitusi a%ib memeriksa, mengadili dan memutus terhadap pendapat DPR
baha presiden dan?atau apres telah melakukan pelanggaran hukum sebagaimana diatur
dalam Pasal =A UUD 1!"#$
Pen%elasan mengenai ketentuan tersebut diubah dalam UU :o$> ahun 411 yaituB 1 +yang
dimaksud dengan +pendapat DPR adalah pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
Presiden dan?atau Gakil Presiden yang diambil dalam /eputusan Paripurna sesuai dengan
Undang-Undang tentang .a%elis Permusyaaratan Rakyat, Dean Perakilan Rakyat,
Dean Perakilan Daerah dan Dean Perakilan Rakyat Daerah, dan Peraturan Dean
Perakilan Rakyat tentang ata ertib$ &ecara khusus dalam keenanan ini, UUD tidak
menyatakan baha mahkamah konstitusi sebagai peradilan tingkat pertama dan terakhir dan
putusannya bersi'at 'inal dan mengikat$ 8al ini dikarenakan .ahakmah konstitusi hanya
diletakkan sebagai salah satu mekanisme yang harus, bahkan dia%ibkan dilalui dalam proses
pemberhentian presiden dan?atau akil presiden$ /ea%iban konstitusional mahkamah
konstitusi adalah untuk membuktikan dari sudut pandang hukum benar tidaknya dugaan
pelanggaran hukum presiden dan?atau akil presiden$
12 Pen%elasan Pasal 14 UU :o$ > ahun 411 tentang .ahkamah /onstitusi
9
8/17/2019 Mawapres Bab i
10/26
C. K$#isi %udisial
Pembentukan /omisi @udisial dilatarbelakangi oleh pemikiran baha kekuasaan
kehakiman yang merdeka dan tidak dibiarkan tanpa kontrol?pengaasan
kemerdekaan?independensi harus dibarengi dengan akuntabilitas agar tidak memunculkan
abuse o' poer atau tyrani %udicial$ &ehingga untuk mengimbangi independensi dan ibaa
kekuasaan kehakiman, perlu adanya pengaasan eksternal yang e'ekti' dibidang etika
kehakiman$
/omisi @udisial merupakan lembaga negara independen yang lahir sebagai
konsekuensi dari arus re'ormasi yang bergulir pada tahun 1!!>$ Pembentukkan komisi yudisial
dilandasi oleh kondisi tidak ber'ungsinya lembaga-lembaga kon9ensional yang terlebih dahulu$
2leh karena itu, UUD RI 1!"# melalui pasal "; memberikan dua 'ungsi utama kepada komisi
yudisial$
8/17/2019 Mawapres Bab i
11/26
Pengaasan pada hakikatnya merupakan suatu kea%iban$ 2leh karenanya memiliki
si'at yang mutlak, yang berarti harus dilakukan$ Pengaasan 'ungsional adalah pengaasan
yang dilakukan oleh lemabaga?aparat pengaasan yang dibentuk atau ditun%uk khusus untuk
melakukan 'unsi pengaasan secara independen terhadap ob%ek yang diaasi$ Pengaasan
'ungsional tersebut dilakukan lembaga yang mempunyai tugas dan 'ungsi melakukan
pengaasan melalui audit, in9estigasi dan penilaian untuk men%amin agar penyelanggaran
terhadap suatu keenangan sesuai dengan peraturan yang berlaku$
11
8/17/2019 Mawapres Bab i
12/26
BAB III
MET!DE PENULI'AN
A. Pendekatan
Penulisan ini dilakukan berdasarkan metode penulisan kepustakaan yang bersi'at
yuridis normati', yakni yang dilakukan dengan cara mengka%i berbagai literatur yang si'atnya
tidak terbatas oleh aktu dan tempat, dan dilakukan dengan cara mengka%i berbagai literatur
baik yang berupa buku-buku dan %urnal, hasil penulisan sebelumnya maupun peraturan
perundang-undangan baik cetak maupun online yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti$1#
B. '(esifikasi Penulisan
&pesi'ikasi penulisan ini bersi'at deskripti' analitis, yaitu suatu penulisan yang
bertu%uan untuk menggambarkan dan menganalisis 'akta-'akta mengenai keadaan ob%ek yang
diteliti secara sistematis, 'aktual, dan akurat dengan teori-teori hukum positi' yang
menyangkut permasalahan yang diteliti$15 Dalam penulisan ini penulis akan menggambarkan
permasalahan terkait Re9italisasi /omisi @udisal Dalam Rangka 5, hlm$#
16.aria &$G$ &umard%ono, edo!an e!buatan .sulan enelitian, !, hlm$$ 5$
12
8/17/2019 Mawapres Bab i
13/26
C. Analisis Data
Data penulisan akan dianalisis secara kualitati', yaitu analisis kualitati' dilakukan
terhadap data-data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan cara mendeskripsikan data
yang terkait dengan ob%ek penulisan, menganalisis data ob%ek penulisan dan mena'sirkan data
untuk penarikan kesimpulan dan perumusan saran$
BAB I)
PEMBAHA'AN
A. Dina#ika Ke&enangan Penga&asan K$#isi %udisial 'e*elu# Dan 'etelah Putusan
MK N$. ++,-PUU-++/
/ekuasaan kehakiman yang medeka dan bermartabat merupakan syarat mutlak tegaknya
hukum dan keadilan$ Dengan tegaknya hukum dan keadilan akan memperkuat proses
13
8/17/2019 Mawapres Bab i
14/26
pembangunan peradaban bangsa$ 2leh karena itu untuk menegakkan hukum dan keadilan
dilembaga peradilan diperlukan hakim-hakim yang terus menerus mengasah kepekaan nurani,
memelihara integritas, kecerdasan moral dan meningkatkan pro'esionalisme$
Pada aal pembentukkannya, komisi yudisial dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan
akan adanyapengaasan terhadap hakim mengingat para hakim sebelumnya semuanya
mempraktikkan sikap independen dan imparsial dalam memutus suatu perkara$ Pasalnya
dalam memutus suatu perkara, seorang hakim harus didasarkan pada inteengensi dan
kemauan bela%ar, dikontrol oleh prinsip-prinsip hukum yang didukung keberanian dan pikiran
yang dingin, bebas dari pengaruh luar dan tidak goyah karena simpati ataupun prasangka,
pengaruh atau campur tangan dari luar, kecuali keinginan besar untuk menegakkan keadilan$1=
auh sebelum dibentuknya komisi yudisial, sudah direncanakan terlebih dahulu sebuah
lembaga yang diberikan keenangan dalam hal pengaasan perilaku hakim$ embaga ini
dibentuk untuk meningkatkan check and balance terhadap lembaga peradilan$ embaa
tersebut adalah Dean /ehormatan 8akim$ &ehingga dengan adanya momentum perubahan
UUD RI 1!"# dibentuklah suatu lembaga yang berenang dalam hal pengaasan perilaku
hakim, pengangkatan hakim dan eenang lain dalam rangka men%aga kehormatan,
keluhuran martabat dan perilaku hakim$
/elahiran komisi yudisial sebagai lembaga pengaas ekternal didorong antara lain karena
tidak e'ekti'nya pengaasan internal ('ungsional) yang ada dibadan-badan peradian$
&ehingga tidak terbantahkan, baha pembentukkan komisi yudisial sebagai lembaga
pengaas eksternal didasarkan pada lemahnya pengaasan internal tersebut$ emahnya
pengaasan intenal disebabkan beberapa 'aktor, antara lainB (1) kualitas dan integritas
17 httpB??$komisiyudisial$go$id?'iles?;ukuahunan?kiprah->-tahun-/@$pd' , diakses pada tanggal
> .aret 415 Pukul 11$3"
14
http://www.komisiyudisial.go.id/files/BukuTahunan/kiprah-8-tahun-KY.pdfhttp://www.komisiyudisial.go.id/files/BukuTahunan/kiprah-8-tahun-KY.pdf
8/17/2019 Mawapres Bab i
15/26
pengaas yang tidak memadai, () proses pemeriksaan disiplin yang tidak transparan, (3)
;elum adanya kemudahan bagi masyarakat yang dirugikan untuk menyampaikan pengaduan,
memantau proses serta hasilnya (ketiadaan akses), (") &emangat membela sesama korps
(espirit de corps) yang mengakibatkan pen%atuhan hukuman tidak seimbang dengan perbuatan
serta (#) tidak terdapat kehendak yang kuat dari pimpinan lembaga penegak hukum untuk
menindaklan%uti hasil pengaasan$1>
/ehadiran komisi yudisial sebagai pengaas eksternal terhadap perilaku hakim
sebenarnya telah diharapkan oleh berbagai pihak terutama .ahkamah Agung$ &ehingga
dengan posisinya yang seperti itu, salah satu 'ungsi komisi yudisial adalah lembaga yang
melakukan pengaasan terhadap lembaga peradilan baik secara pre9enti' (men%aga) maupun
represi' (menegakkan)$
.enurut imly AsshiddiEie1!, maksud dibentuknya /omisi @udisial dalam struktur
kekuasaan kehakiman Indonesia adalah agar arga negara masyarakat luar struktur resmi
lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan, penilaian ker%a, dan
kemungkinan pemberhentian hakim$ &emua ini dimaksudkan untuk men%aga dan
menegakkan kehormatan,keluhuran martabat serta perilaku hakim dalam rangka meu%udkan
kebenaran dan keadilan berdasarkan ke-uhanan @ang .aha 6sa$ Dengan kehormatan dan
keluhuran martabatnya, kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bersi'at imparsial
diharapkan dapat diu%udkan dan diimbangi oleh prinsip akuntabilitas kekuasaan kehakiman,
baik dari segi hukum maupun dari segi etika$ &ehingga diperlukan lembaga pengaasan yang
bersi'at independen terhadap para hakim itu sendiri yakni komisi yudisial$
18 /omisi @udisial, %bid, 8al$
19 imly AsshiddiEie, +/ata Pengantar dalam buku A$ Ahsin hohari, /omisi @udisial dan
Re'ormasi Peradilan, 6lsam, akarta, 44", 8al$ 13-1"
15
8/17/2019 Mawapres Bab i
16/26
/omisi @udisial merupakan lembaga negara yang dibentuk setelah adanya perubahan
ketiga UUD RI 1!"#, dimana rumusannya adalah sebagai berikut B + /omisi @udisial bersi'at
mandiri yang berenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
eenang lain dalam rangka men%aga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat
serta perilaku hakim$ Didalam rumusan tersebut terdapat dua tugas dan eenang yang
akan diemban oleh /omisi @udisal yakni pertama, mengusulkan pengangkatan hakim agung
dan kedua, adalah menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim$
.enurut %imly AssiddiEie4 baha secara har'iah %elas baha /omisi @udisal bertugas
men%aga (pre9enti') dan menegakkan (korekti' dan represi9e) kehormatan, keluhuran
martabat dan perilaku semua hakim di Indonesia$ &ehingga hakim menurut rumusan pasal
"; adalah hakim agung, hakim peadilan umum, peradilan agama, peradilan tata usaha
negara dan peradilan militer serta termasuk hakim konstitusi$
/omisi @udisial merupakan %aaban atas tuntutan re'ormasi$ /omisi yudisial men%aab
keresahan para pencari kekadilan yang tidak puas atas kondisi peradilan di Indonesia$
.asyarakat yang pencari keadilan berharap banyak kepada /omisi @udisial yang memiliki
eenang, yaitu mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai eenang lain
dalam rangka men%aga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim$ Amanat itulah yang men%adi landasan bagi /omisi @udisial untuk ikut memberikan
andil meu%udkan keadilan dalam penegakkan hukum$ :amun, komisi yudisial dalam rangka
men%alankan keenangannya dalam rangka misi re'ormasi peradilan, ter%adi permohonan
%udicial re9ie terhadap undang-undang :omor ahun 44" entang /omisi @udisial
terkait pengaasan hakim bertentangan dengan UUD RI 1!"# dan tidak memiliki kekuatan
hukum mengikat$ .elalui putusan .ahkamah /onstitusi :omor 44#?PUU-I7?445,
20 :i*matul 8uda , ..+ 1/0 dan 2agasan 3!ande!en .lang , P$ Ra%a ra'ido Persada, akarta,
44>, 8al$55
16
8/17/2019 Mawapres Bab i
17/26
.ahkamah konstitusi menyetu%ui permohonan tersebut dan %uga memutuskan pengaasan
hakim konstitusi oleh /omisi @udisial %uga tidak berlaku$
Untuk mengembalikan sebagian keenangan komisi @udisial yang sudah di +amputasi
oleh putusam ./ :omor 44#?PUU-I7?445 maka ada upaya untuk mere9isi undang-undang
nomer ahun 44" men%adi Undang-Undang :omor 1> ahun 411$ &etelah adanya re9isi
terhadap Undang-Undang :omor ahun 44" men%adi Undang-Undang :omor 1> ahun
411 memberikan tugas dan eenang baru bagi komisi yudisial antara lainB melakukan
seleksi pengangkatan hakim adhoc di .ahkamah Agung, melakukan upaya peningkatan
kapasitas dan kese%ahteraan hakim, melakukan langkah-langkah hukum dan langkah lain
untuk men%aga kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim serta melakukan
penyadapan beker%a sama dengan aparat penegak hukum, dan melakukan pemanggilan paksa
terhadap saksi$
&ehingga setelah adanya putusan ./ tersebut, /omisi @udisial tidak mempunyai +relasi
dengan .ahkamah /onstitusi dalam hal pengaasan terhadap perilaku hakim konstitusi$
.ahkamah /onstitusi tidak memberikan celah kepada /omisi @udisial dalam rangka
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat dan perilaku hakim dan untuk melaksanakan
eenang tersebut mahkamah konstitusi lebih memilih untuk membentuk suatu lembaga
tersendiri yang berada di dalam internal .ahkamah /onstitusi yakni sebuah Dean 6tik
8akim /onstitusi dan .a%elis /ehormatan 8akim konstitusi (./8/)$ Galaupun didalam
keanggotaan ./8/ tersebut ada unsur /omisi @udisial tetapi itu bukan %aaban dari
pertanyaan masyarakat yang menginginkan 8akim .ahkamah /onstitusi +dapat dikoreksi
oleh lembaga yang bersi'at independen dan bersi'at pengaasannya eksternal$
B. K$nse( Ideal Penga&asan Ter(adu Etika Haki# K$nstitusi !leh K$#isi %udisial
17
8/17/2019 Mawapres Bab i
18/26
Adanya konsep kebebasan hakim pada lembaga peradilan yang men%alankan
kekuasaan kehakiman pada hakikatnya adalah u%ud penegakan adanya konsep rule o' la$
/ebebasan hakim dalam lembaga peradilan ini men%adi %aminan adanya indepedensi baik
secara personal hakim itu sendiri atau independensi kelembagaan dimana independensi ini
merupakan merupakan %aminan bagi tegaknya hukum dan keadilan$1 /emerdekaan hakim
sangat berkaitan erat dengan sikap dan etika hakim itu sendiri dalam hal penegakkan hukum
dan keadilan yang akan terbentuknya pro'esionalisme hakim itu sendiri$ /emerdekaan hakim
yang dimaksud adalah kebebasan hakim untuk memutus sesuai dengan nilai yang diyakininya
melalui pena'siran hokum$
Independensi hakim dalam lembaga peradilan %uga harus dibarengi adanya kontrol
perilaku hakim dan lembaga peradilan$ /ontrol perilaku ini dapat dilakukan dari luar
peradilan dan dari dalam peradilan$ Adanya kontrol perilaku hakim itu sendiri di%alankan oleh
sebuah lembaga kontrol perilaku yang berasal dari internal dan eksternal$ embaga kontrol
yang berasal dari dalam dilakukan oleh lembaga peradilan itu sendiri sedangkan untuk
lembaga kontrol perilaku dari luar biasanya dilakukan oleh sebuah lembaga diluar struktur
lembaga peradilan itu sendiri$
Pengaasan terhadap hakim sangatlah diperlukan untuk menciptakan independensi
dan imparsial menegakkan hukum dan keadilan$ &ehubungan dengan itu, maka dalam rangka
ob%ekti9itas dan akuntabilitas penga asan terhadap hakim diperlukan pengaasan eksternal
terhadap hakim yang seyogyanya tidak berimplikasi pada lemahnya kemerdekaan kekuasaan
kehakiman$ 8al ini berarti baha pengaasan bukan merupakan u%ud dari adanya
inter9ensi terhadap kekuasaan kehakiman sebagaimana yang bpernah ter%adi terhadap
pengaasan yang dilakukan oleh Departemen /ehakiman$
21Deny Indrayana, +:egara hukum Indonesia Pasca &oerhartoB ransisi .enu%u Demokrasi 9s
/orupsi, urnal /onstitusi 7ol$ 1, 1 uli 44", .ahkamah /onstitusi RI, hal$ 141
18
8/17/2019 Mawapres Bab i
19/26
.enurut Ahmad Ashar, baha tidak e'ekti'nya pengaasan internal disebabkan oleh dua
'aktor$ Pertama, semangat membela sesama korps (esrit de cors) yang mengakibatkan
pen%atuhan hukuman yang tidak seimbang dengan perbuatan$ /edua, tidak terdapat kehendak
yang kuat dari pimpinan lembaga penegak hukum untuk menindak lan%uti hasil pengaasan
internal terhadap hakim, sehingga membuka peluang bagi hakim yang terbukti melakukan
pelanggaran hukum dan kode etikuntuk mendapat pengampunan dari pimpinan badan
peradilan yang bersangkutan (tidak dikenakan sanksi sebagaimana mestinya)$
&etelah adanya putusan %udicial re9ie ./ :o$ 44#?PUU?445 yang membatalkan
keenangan /@ untuk mengaasi perilaku hakim, mengecualikan hakim konstitusi dari
pengaasan /@ dan menyatakan /@ bukan lembaga negara yang secara 'ungsional setingkat
dengan .A dan ./ (meskipun dimuat dalam satu ;ab /ekuasaan kehakiman) men%adi suatu
tantangan bagi /@ dalam men%alankan keenangan yang diberikan pada aal
pembentukkannya$3
Putusan ./ yang menyatakan baha hakim mk tidak termasuk yang diaasi oleh /@,
sesungguhnya tidak teat karena hakim konstitusi 4uga haki! yang perlu diaasi perilakunya
oleh lembaga pengaas eksternal supaya tidak ter%adi disparitas pengaasan oleh ky
terhadap pelaku kekuasaan kehakiman$" .ahkamah konstitusi dalam putusannya mengenai
ob%ek pengaasan oleh /@ menggunakan ta'sir sistematis logis$ &ehingga +hakim yang
diu%ikan didalam pasal "; UUD RI 1!"# tidak berlaku untuk hakim konstitusi yanng diatur
22 itik riulan utik, Pengaasan 8akim /onstitusi Dalam &istem Pengaasan 8akim .enurut
Undang-Undang Dasar :egara Republik Indonesiaahun 1!"#, urnal Dinamika 8ukum,7ol$ 1 :o$
.ei 41, hlm$ !5
23 :i*matul 8uda, $ Cit , 8al$ ="
24 :i*matul huda, ibid, 8al$ =#
19
8/17/2019 Mawapres Bab i
20/26
dalam pasal "0 UUD RI 1!"#$ 2b%ek pengaasan oleh /@ hanya berlaku untuk hakim
Agung dan hakim peradilan dibaah mahkamah agung$ Padahal hakim konstitusi %uga
merupakan hakim pada umumnya yang secara manusiai dapat pula melakukan kesalahan
sehingga akan men%adi anomali %ika tidak ada kontrol maupun pengaasan yang independen
pula terhadapnya$#
Pengaasan 8akim /onstitusi kini hanya mengenal sistem pengaasan internal yakni
dilakukan Dean 6tik 8akim /onstitusi yang dibentuk melalui peraturan .ahkamah
/onstitusi :o$ ahun 413 tentang Pembentukkan Dean 6tik 8akim /onstitusi$ Dean
6tik ini dibentuk untuk mengaasi 8akim /onstitusi dalam rangka menegakkan kehormatan
dan keluhuran martabat dan perilaku hakim konstitusi menu%u kekuasaan kehakiman yang
berinteritas dan bermartabat$ :amun, Dean 6tik 8akim /onstitusi ini masih mempunyai
beberapa kelemahan baik secara kelembagaan maupun secara keenangan, diantara
kelemahan tersebut adalah sebagai berikutB (1) Dasar 8ukum Pembentukkan Dean 6tik
8akim /onstitusi masih lemah, () Anggota Dean 6tik 8akim /onstitusi dimungkinkan
untuk merangkap %abatan, dan (3) Dean 6tik hanya diberikan keenangan berupa tindakan
yang bersi'at represi9e$ &edangkan lembaga penegakkan etika %ika ter%adi pelanggaran etika
yang diduga dilakukan oleh hakim konstitusi di%alankan oleh sebuah .a%elis /ehormatan
8akim /onstitusi yang dibentuk melalui Undang-Undang :omor " ahun 443 entang
.ahkamah /onstitusi dan Peraturan .ahkamah /onstitusi :omor ahun 41" entang
.a%elis /ehormatan .ahkamah /onstitusi$
8akim konstitusi yang diberikan eenang yang besar, maka seharusnya terdapat
pengaasan yang ketat sehingga untuk men%amin keluhuran martabat dari hakim itu sendiri
dan men%aga integritas dan pro'esionalisme hakim itu sendiri$ .enurut :i*matul 8uda
25 httpB??digilib$uin-suka$ac$id?1!4=#?1?;A;J4I,J47,J4DA
8/17/2019 Mawapres Bab i
21/26
seharusnya dilakukan perubahan UUD RI 1!"# sehingga didalamnya perlu diatur baha
hakim baik hakim agung maupun hakim konstitusi pengusulannya harus dilakukan oleh /@$
Dengan demikian seluruh hakim akan diaasi oleh pengaas 6ksternal, yaitu /@$ .A
maupun ./ tidak perlu membentuk ma%elis kehormatann yang bertugas mengaasi perilaku
hakim, yang anggotanya diambil dari lingkungan hakim itu sendiri$ 8akim seharusnya
bertugas menyelenggara%an proses peradilan sedangkan urusan administrati' misalnya dalam
hal mengaasi perilaku hakim, tidak perlu diaasi oleh sesama hakim$ &ehingga tugas
mengaasi hakim ( 8akim .A dan ./) diserahkan kepada /omisi @udisial$5
/eberadaan suatu pedoman etika dan perilaku hakim sangat dibutuhkan dalam rangka
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim$ Dimana pedoman etika
ini akan senantiasa melekat pada pro'esi hakim yang mempunyai tugas untuk menegakkan
hukum dan keadilan$ Dengan tugas yang demikian maka hakim dituntut untuk berintegritas
dan pro'esional serta men%un%ung tinggi pedoman etika dan perilaku hakim$ rofesionalis!e
tanpa etika men%adikannya +bebas sa'a dalam arti tanpa kendali dan tanpa pengarahan$
&ebaliknya, etika tanpa rofesionalis!e men%adikannya +lu!uh sa'a dalam arti tidak
ma%u bahkan tidak tegak$=
2leh sebab itu untuk meu%udkan hakim yang berintegritas dan pro'esional, maka
diperlukan pengaasan terpadu terhadap perilaku hakim konstitusi yang dilakukan oleh
lembaga yang independen dan bersi'at pengaasan ekstern yakni /omisi @udisial$ Untuk
meu%udkan pengaasan tersebut maka harus dilakukan Perubahan terhadap UUD RI 1!"#$
Perubahan ini dikhususkan kepada keenangan /@ dalam hal melakukan pengaasan
26 :i*matul 8uda, %bid , 8al$ =#
27 Pembukaan rancangan pedoman etika dan perilaku hakim,
httpB??$hukumonline$com?artikel?html, diakses pada tanggal = .aret 415 Pukul 4$1#
21
http://www.hukumonline.com/artikel/htmlhttp://www.hukumonline.com/artikel/htmlhttp://www.hukumonline.com/artikel/html
8/17/2019 Mawapres Bab i
22/26
terhadap perilaku hakim konstitusi$ Adapun Pasal yang harus dilakukan perubahan adalah
pasal "; UUD RI 1!"#$ &eperti dalam putusan ./ yang menggunakan pena'isiran
sistematis logis terhadap ob%ek pengaasan /@, maka didalam perubahan tersebut rumusan
tentang /@ harus diatur setelah rumusan ./$ &ehingga %ika dita'sirkan secara sistematis
logis maka hakim konstitusi men%adi ob%ek pengaasan /@$
ika perubahan terhadap rumusan pasal "; tersebut, maka komisi yudisial mempunyai
eenang yang %elas dalam rangka pengaasan etika hakim konstitusi$ /eenangan tersebut
dapat dita'sirkan melalui 'rasa +eenang lain sehingga eenang melakukan pengaasan
etika hakim konstitusi$
Untuk tidak ter%adi tumpang tindih dalam hal pengaasan yang dilakukan internal dan
pengaasan yang dilakukan eksternal melalui komisi yudisial, maka harus dibagi
keenangan tersebut berdasarkan si'at pelanggaran yang mungkin ter%adi$ Pembagian
pelanggaran tersebut adalah berdasarkan pelanggaran yang bersi'at berat yang akan
ditindaklan%uti oleh komisi yudisial dan pelanggaran ringan yang akan ditindaklan%uti oleh
lembaga pengaas internal dalam hal ini didalam ./ dilaksanakan oleh Dean 6tik 8akim
/onstitusi$ Dalam hal sanksi yang akan di%atuhkan terhadap pelanggaran ringan adalah
berupa teguran baik lisan maupun tulisan sedangkan untuk pelanggaran etika berat akan
di%atuhkan sanksi berupa pemberhentian sementara ataupun tetap$
Pengaasan erpadu yan digagaskan adalah suatu bentuk adanya lembaga +koreksi bagi
mahkamah konstitusi dalam hal ini hakim konstitusi dalam melaksanakan keenagannya
agar tidak ter%adi lembaga yang suer bod'$ Adanya lembaga +koreksi ini bukan berarti
mengikis independesi hakim konstitusi dalam men%alankan keenangannya tetapi untuk
membantu hakim konstitusi dalam hal meningkatkan integritas dan martabatnya sehingga
ter%adi pro'esionalisme hakim itu sendiri$
22
8/17/2019 Mawapres Bab i
23/26
Dalam hal pengaasan terpadu yang men%adi gagasan pada karya tulis ini, dimana dasar
hukum keenangannya +dapat dita'sirkan melalui 'rasa +eenang lain dalam rumusan
pasal "; UUD RI 1!"# %uga terkandung keenangan lain yang melekat pada pengaasan
terpadu tersebut yakni /omisi @udisial dapat mengusulkan untuk dilakukan pembentukkan
lembaga penegakkan etika hakim konstitusi$ embaga ini men%adi satu paket yang utuh
dengan keenangan /@ dalam hal pengaasan hakim konstitusi %ika ter%adi pelanggaran
terhadap etika dan perilaku hakim yang merupakan hasil dari sistem pengaasan yang
dilakukan oleh /@$
• &kema Pengaasan erpadu /omisi @udisial
embaga Penegakkan 6tika dan perilaku hakim ini akan melekat kedudukannya dengan
/omisi @udisial dan bersi'at ad hoc serta keanggotaannya terdiri dari 8akim /onstitusi,
23
D6GA: 6I/ 8A/I.
/2:&IU&I .enindaklan%uti
Pelanggaran Ringan yang diduga
dilakukan oleh 8akim erlapor$
/2.I&I @UDI&IA .enerima dan
menindaklan%uti aporan dugaan Pelanggaran ;erat
dan mengusulkan Pembentukan embaga Penegak6tika 8akim /onstitusi
P"E'IDENLEMBA0A PENE0AK ETIKA HAKIM
K!N'TITU'I
.elakukan persidangan dan memutusPelanggaran yang dilakukan leh 8akim /onstitusi$
8/17/2019 Mawapres Bab i
24/26
.antan 8akim /onstitusi, dan /omisi @udisial$ Adapun hasil dari putusan embaga 6tik ini
bersi'at 'inal dan mengikat serta akan ditindak lan%uti oleh Presiden$ embaga 6tik ini akan
bersidang %ika ada laporan dari masyarakat dan?atau komisi yudisial dan?atau Dean 6tika
8akim /onstitusi$
Pengaasan terpadu etika hakim konstitusi yang dilaksanakan oleh komisi yudisial selain
berkaitan dengan keenangan yang bersi'at represi9e %uga pengaasan yang bersi'at
pre9enti'$ 8al ini dilakukan guna adanya pencegahan terhadap adanya pelanggaran yang
dilakukan oleh hakim konstitusi$ &ehingga hakim konstitusi mempunyai integritas dan
bermartabat dalam men%alankan independesinya$
BAB )
PENUTUP
24
8/17/2019 Mawapres Bab i
25/26
A. Kesi#(ulan
;erdasarkan ka%ian yang telah penyusun teliti diatas, penyusun dapat mengambil
kesimpulan sebagai %aaban dari pertanyaan yang men%adi 'okus ka%ian penyusun$
1$ /omisi @udisial sebagai lembaga negara yang lahir setelah era re'ormasi diberikan
eenang dalam misi re'ormasi peradilan di Indonesia$ /elembagaan /omisi
@udisial dibentuk dengan tu%uan memperbaiki sistem pengaasan didalam lembaga
peradilan$ /@ dibentuk melalui konstitusi Indonesia yakni terdapat dalam rumusan
pasal "; UUD RI 1!"#$ Adapun keenangan /omisi @udisial pada aal
pembentukkannya adalah mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
eenang lain dalam rangka men%aga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim$
8/17/2019 Mawapres Bab i
26/26
kepada /@, %uga diberikan keenangan yang bersi'ar pre9enti' dalam rangka men%aga
kehormatan, keluhuran martabat dan perilaku hakim menu%u hakim konstitusi yang
berintegritas dan bermartabat$
B. "ek$#endasi
Untuk meu%udkan gagasan penyusun yakni melakukan pengaasan terpadu 6tika
hakim konstitusi yang dilakukan oleh /omisi @udisial, maka di perlukan adanya perubahan
terhadap UUD RI 1!"# yakni dalam ;ab IF entang /ekuasaan /ehakiman$ Adapun pasal
yang harus dirubah adalah pasal yang berkaitan dengan /omisi @udisial$ Dalam hal struktur
peletakkan pasalnya maka pasal tentang /@ ditempatkan setelah pasal ./$ &ehingga apabila
dita'sirkan secara sistematis logis maka /@ dalam hal ini dapat mengaasi hakim baik hakim
.A, hakim dibaah peradilan maupun hakim ./$ &elain itu %uga harus ditambahkan dalam
pasal tentang /@ berupa eenang bagi /@ untuk dapat mengusulkan hakim konstitusi
sehingga metode pengaasan yang dilakukan oleh /@ dapat ter%adi mulai dari sistem
rekrutmen hakim$
Prof. Taverne pernah menyatakan," Beri aku seorang hakim yang jujur dan cerdas, dengan undang-
undang paling buruk sekalipun, akan kuberikan putusan yang adil." Benang merah bahwa martabat
seorang hakim khususnya dan penegak hukum pada umumnya terdapat pada keluhuran integritas
moral dan pengetahuannya, yang pada akhirnya akan tercermin dari kualitas putusannya. eorang
hakim yang memiliki integritas moral yang luhur, serta menjunjung tinggi asas profesionalisme dapat
menghindarkan dirinya menghasilkan suatu keputusan yang salah dan sesat karena didasari
pengkhianatan dan penyalahgunaan kepada amanah yang telah diemban.