Mawapres Bab i

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    1/26

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 ayat

    (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia ahun 1!"#$ Dalam sistem ketatanegaraan

    Indonesia selain sistem the rule of law ( sistem hukum) %uga harus didukung denan sistem

    etika ( the rule of ethics), sehingga tata-kelola kekuasaan negara, tata kelola organisasi-

    organisasi dunia usaha dan organisasi masyarakat madani pada umumnya dapat tumbuh dan

     berkembang sesuai dengan prinsip modern, yaitu ‘good governance’ 1$ &istem demokrasi yang

    dibangun diharapkan dapat ditopang oleh tegak dan dihormatinya hukum dan etika secara

     bersamaan$ Demokrasi yang sehat tidak boleh sekedar bersi'at procedural menurut

    hukum tetapi harus ditopang oleh the rule o' la and the rule o' ethics* secara bersamaan$

    +The Rule of Law beker%a berdasarkan +Code of Law, sedangkan +the Rule of Ethics

     beker%a berdasarkan +Code of Ethics, yang penegakannya dilakukan melalui proses

     peradilan yang independen, imparsial, dan terbuka$

    .ahkamah /onstitusi merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman,

    sebagaimana diatur keenangannya didalam pasal "0 UUD RI 1!"#$ Pembentukan

    .ahkamah /onstitusi sebagai lembaga yang tersendiri aalnya suatu lembaga yang

    dimaksudkan hanya untuk mengu%i konstitusional dari suatu undang-undang terhadap

    konstitusi$ &ehingga disebut sebagai +the guardian of the constitution Dengan

    keenangannya yang dapat menyatakan inkonstitusionalitas dari suatu undang-undang,

    1 imly +he Rule 2' a Di Indonesia Pasca Re'ormasi, hlm diakses pada tanggal # .aret

    415 Pukul 4$34

    2 6tika dan Pemilu, Dean /ehormatan Penyelenggara Pemilu (D/PP) Republik Indonesia, 7ol$1,

    akarta, 41#, 8al$ "

    1

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    2/26

     posisi mahkamah konstitusi berada ada diatas lembaga pembentuk undang-undang$3 Dalam

    melaksanakan keenangan yang dibebabkan, mahkamah konstitusi dipimpin oleh ! hakim

    konstitusi yang harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, adil,

    negaraan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan serta tidak merangkap sebagai

     pe%abat negara$ &ehingga untuk men%alankan keenangannya dalam rangka menegakkan

    hukum dan keadilan, pilar utama yang harus dimilikinya adalah independensi baik secara

    kelembagaan maupun secara personal hakim konstitusi$ Dalam rangka men%un%ung tinggi

    Independensi hakim secara personal maka harus adanya sinergisitas antara akuntabilitas dan

    etika dari hakim konstitusi itu sendiri sehingga akan terbentuk adanya Pro'esionalisme hakim

    konstitusi dalam men%alankan keenangan yang besar dalam men%alankan keenangan yang

    telah dibebankan kepadanya$

    Untuk mengimbangi keenangan besar yang dimiliki oleh mahkamah konstitusi dan

    hakim konstitusi sebagai pelaksana keenangan tersebut maka harus adanya mekanisme

     pengaasan terhadapnya$ .ekanisme pengaasan terhadap mahkamah konstitusi ditu%ukan

    supaya tidak ter%adinya tirani yudikati', sedangkan mekanisme pengaasan terhadap

     pro'esionalisme hakim supaya tidak ter%adi keseenang-enangan hakim dalam men%alankan

    keenangannya$ &ehingga independensi hakim dapat ter%aga dan pro'esionalisme hakim

    konstitusi dapat dipertanggung%aabkan$ /onsep check and balances  dalam sistem

     pembagian kekuasaan tidak berlaku untuk cabang kekuasaan yudikati' dan hanya berlaku

    untuk cabang kekuasaan eksekuti' dan legisti9e$ &ehingga untuk +menggantikan konsep

    check and balances  tersebut maka harus adanya sistem pengaasan baik secara internal

    maupun eksternal sehingga mahkamah dapat ter%ada independensinya$ .ekanisme

     pengaasan secara internal dalam tubuh mahkamah konstitusi sudah dilaksanakan oleh

    Dean 6tik 8akim /onstitusi yang dibentuk secara permanen dan independen$ :amun,

    3 ;agir .anan, Negara uku! "ang #erkeadilan, Pusat &tudi /ebi%akan :egara

    2

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    3/26

     pengaasan eksternal terhadap lembaga tersebut telah dicabut setelah adanya putusan

    .ahakamah /onstitusi :o$ 44#?PUU?445 yang dalam putusan tersebut menyatakan

    inskonstitusional baha /omisi @udisial dalam mengaasi 8akim /onstitusi$

    erkuaknya kasus Akil .ochtar pada tahun 413 men%adi salah satu kasus yang

    mendapat perhatian dari masyarakat$ Didalam kasus tersebut selain pelanggaran terhadap

    norma hukum yakni adanya peristia suap yang ditu%ukan kepadanya, %uga ter%adi

     pelanggaran etika yang dilakukan$ er%adinya kasus tersebut menun%ukkan baha minimnya

     pengaasan terhadap 8akim /onstitusi sehingga ter%adi keseeng-enangan yang dilakukan

    oleh hakim konstitusi$ Akil .ochtar terbukti melakukan pelanggaran kode etik dan perilaku

    hakim konstitusi, dimana berdasarkan peraturan kode etik hakim konstitusi dan keluarga

    dilarang meminta hadiah atau pin%aman kepada pihak yang berperkara"$ er%adinya kasus Akil

    .ochtar ini menun%ukkan baha lemahnya sistem pengaasan etika dan perilaku hakim

    konstitusi yang menimbulkan celah bagi 8akim /onstitusi untuk tidak mematuhi kode etik 

    sebagai pedoman dalam men%alankan pro'esionalismenya$

    2leh karena itu, perlu adanya pengaasan secara terpadu terhadap etik dan perilaku

    haki konstitusi dalam rangka menegakkan kehormatan, keluhuran martabat hakim konstitusi$

    Pengaasan terpadu ini dapat dilakukan oleh komisi yudisial yang secara kelembagaan

    sebelum adanya putusan .ahakamah /onstitusi merupakan lemabaga yang secara

    konstitusional mengaasi hakim .ahkamah Agung dan .ahkamah /onstitusi$

    ;erdasarkan hal tersebut karya tulis ini akan membahas mengenai pengaasan

    terpadu terdapat etika dan perilaku hakim konstitusi dalam rangka menciptkan hakim

    konstitusi yang bermartabat dan berintegritas$ Pengaasan tersebut dilakukan melalui

    re9italisasi /omisi @udisial :egara Republik Indonesia sebagai salah satu lembaga negara

     penun%ang dalam kekuasaan kehakiman$

    4httpB??nasional$tempo$co?read?nes?413?11?41?453#5"11?akil-mochtar-terbukti-melanggar-kode-

    etik  diakses pada tanggal # .aret 415 pukul 1$33

    3

    http://nasional.tempo.co/read/news/2013/11/01/063526411/akil-mochtar-terbukti-melanggar-kode-etikhttp://nasional.tempo.co/read/news/2013/11/01/063526411/akil-mochtar-terbukti-melanggar-kode-etikhttp://nasional.tempo.co/read/news/2013/11/01/063526411/akil-mochtar-terbukti-melanggar-kode-etikhttp://nasional.tempo.co/read/news/2013/11/01/063526411/akil-mochtar-terbukti-melanggar-kode-etikhttp://nasional.tempo.co/read/news/2013/11/01/063526411/akil-mochtar-terbukti-melanggar-kode-etik

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    4/26

    B. Identifikasi Masalah

    1$ ;agaimana dinamika pengaasan terhadap hakim konstitusi sebelum dan setelah

    adanya putusan ./ :o$ 44#?PUU?445 C$ ;agaimana konsep ideal pengaasan terhadap etika hakim konstitusi menu%u hakim

    konstitusi yang berintegritas dan bermartabatC

    C. Tujuan dan Manfaat

    u%uan penulisan ini yaitu B

    1$ Untuk mengetahui dinamika pengaasan hakim konstitusi sebelum dan setelah

    adanya putusan .ahkamah /onstitusi :o$ 44#?PUU?445

    $ Untuk mengetahui konsep ideal pengaasan terhadap hakim konstitusi menu%u hakim

    konstitusi yang berintegritas dan bermartabat

    /arya ulis ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis maupun praktikal$

    &ecara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat men%adi acuan masyarakat secara luas untuk 

    mengka%i bagaimana upaya rekonstruksi peradilan etik dalam kerangka kekuasaan kehakiman

    sebagai mekanisme kontrol etika pe%abat negara$ &ecara praktis, hasil penelitian ini

    diharapkan dapat men%adi bahan bacaan spesi'ik mengenai hukum ketatanegaraan di

    Indonesia$

    BAB II

    4

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    5/26

    KAIAN TE!"I

    A. Negara Huku# dan Etika

    Undang-Undang Dasar :egara Republik Indonesia ahun 1!"# telah menempatkan

    Indonesia sebagai :egara 8ukum sebagaimana tercantum dalam pasal 1 ayat (3)$ /etentuan ini

    merupakan pindahan dari pen%elasan UUD 1!"# yang telah merubah konsep baha Indonesia

    adalah menganut konsep negara hukum (Rechtstaats) dan bukan berdasarkan pada kekuasaan

    (.achtstaats)$# /onsep negara hukum telah berkembang di dua sistem hukum yang besar yakni

    6ropa /ontinental dan Anglo saon$ /onsep negara hukum yang berkembangi didalam sistem

    Anglo saon adalah konsep Rule $f Law$ Istilah Rule of Law sendiri ditemukan daam buku A7$

    Dicey yang ber%udul %ntroduction To The &tud' of the Constitution (1!#3)$ Didalam bukunya,

    Dicey men%elaskan baha konsep The Rule of Law dimana masyarakat dan pemerintah taat

    dan patuh kepada hukum sehingga ketertiban dapat dinikmati bersama-sama yang tidak 

    ditemukan dibeberapa 6ropa$ A$7 Dicey sendiri menguraikan ada 3 unsur penting dalam

    konsep The Rule of Law, yakni B

    a( &ure!ac' of law

    b( E*ualit' #efore The Law

    c( +ue rocess of Law

    &edangkan dalam sistem 6ropa /ontinental, konsep :egara 8ukum dikembangkan

    oleh

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    6/26

    c$ Penyelenggaraan berdasarkan hukum

    d$ Adanya peradilan tata usaha negara untuk memutus perkara$

    .enurut Pro'$imly AsshidiEie aspek yang berkaitan erat dengan kiner%a negara hukum

    Indonesia dan dimana pun %uga gagasan negara hukum atau ‘rule of law’   itu hendak 

    dipraktikkan diantaranya adalah tumbuh dan berkembangnya sistem etika yang ditopang oleh

     pelembagaan in'rastruktur etika dalam rangka sistem ‘rule of ethics’  di ruang publik dan di

    lingkungan %abatan-%abatan publik yang tumbuh sebagai dasar sosial bagi tegak dan

     ber'ungsinya sistem ‘rule of law’  dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara5

    6tika merupakan sikap dan tindak tanduk menusia dalam kehidupan sehari-hari

    yang berkaitan dengan moral indi9idu, dan etika tidak sa%a berhubungan dengan tindakan-

    tindakan nyata tetapi %uga mencakup moti' dari suatu tindakan yang dilakukan oleh

    seseorang$= 

    Pengertian etika, perilaku, kode etika (code o' ethics), kode perilaku (code o' 

    conduct), norma disiplin, dan lain sebagainya tentu dapat dirumuskan secara sendiri-

    sendiri dengan membedakannya satu sama lain$ Pengertian-pengertian yang dirumuskan oleh

     para ahli mengenai istilah-istilah ini %uga sangat beraneka ragam satu sama lain$ Ada yang

    melihatnya dari segi 'ilsa'at dan teologi, dan ada pula yang melihatnya dari segi teknis

     praktis$ /adang-kadang ada pula mengaitkannya dengan pengertian etika yang

     berhubungan dengan soal-soal adab$>  .enurut imly AssidiEie pengertian etik tersebut

    sudah meleati empat tahap atau 'ase perkembangan generasi pengertian, yaitu B

    a$

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    7/26

    a%aran-a%aran tersendiri tentang nilai-nilai, sikap dan perilaku yang baik dan buruk sebagai

     peganagan hidup bagi para penganutnya$

     b$

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    8/26

    Rakyat menetapkan .ahkamah Agung men%alankan 'ungsi .ahkamah /onstitusi

    sebagaimana diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan Undang- Undang Dasar 1!"# hasil

    Perubahan /eempat$ /edudukan .ahkamah /onstitusi diletakkan dalam konsep kekuasaan

    kehakiman merdeka$ ;ab IF tentang /ekuasaan /ehakiman Undang-Undang Dasar 1!"#

    Pasal " (1) menyatakan kekuasaan kehakiman merupakan kekuasan yang merdeka untuk 

    menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan$ &elan%utnya dalam

    Pasal " ayat () ditentukan baha kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah .ahkamah

    Agung dan badan peradilan di baahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan

     peradilan agama, lingkungan peradilan militer, serta lingkungan peradilan tata usaha negara

    dan oleh .ahkamah /onstitusi$

    .enegaskan kembali kedudukan .ahkamah /onstitusi, Pasal Undang- Undang :o$

    " ahun 443 tentang .ahkamah /onstitusi menyatakan .ahkamah /onstitusi merupakan

    salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk 

    menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan$ Pasal 3 menentukan

    .ahkamah /onstitusi berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia$

    &ebagai sebuah lembaga yang telah ditentukan dalam UUD, keenangan .ahkamah

    /onstitusi %uga diberikan dan diatur dalam UUD$ /eenangan yang mengekslusi'kan dan

    membedakan .ahkamah /onstitusi dari lembaga-lembaga lain$14  Geenang .ahkamah

    /onstitusi secara khusus diatur dalam Pasal "0 Ayat (1) UUD 1!"# yang menyatakan B11

    1$ .ahkamah /onstitusi berenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang

     putusannya bersi'at 'inal untuk mengu%i UU terhadap UUDH

    10itik riulan utik, /onstruksi 8ukum ata :egara Indonesia, 8al$ 3

    11 Pasal 14 Ayat (1) UU :o$ " ahun 443 tentang .ahkamah /onstitusi

    8

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    9/26

    $ .emutus sengketa keenangan lembaga negara yang keenangannya diberikan oleh

    UUD$ .isalnya, usul pemberhentian presiden dan?atau apres oleh DPR kepada

    .PR apabila presiden dan?atau apres terbukti melakukan pelanggaran hukum

    sebagaimana diatur dalam Pasal =A UUD 1!"#H

    3$ .emutus pembubaran partai politikH

    "$ .emutus perselisisahan tentang hasil pemilu$

    &edangkan dalam ketentuan Pasal "0 Ayat () 1!"# %o$ Pasal 14 Ayat () UU :o$ "

    ahun 443 tentang .ahkamah /onstitusi yang menyatakan B

    +.ahkamah /onstitusi a%ib memeriksa, mengadili dan memutus terhadap pendapat DPR 

     baha presiden dan?atau apres telah melakukan pelanggaran hukum sebagaimana diatur 

    dalam Pasal =A UUD 1!"#$

    Pen%elasan mengenai ketentuan tersebut diubah dalam UU :o$> ahun 411 yaituB 1  +yang

    dimaksud dengan +pendapat DPR adalah pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh

    Presiden dan?atau Gakil Presiden yang diambil dalam /eputusan Paripurna sesuai dengan

    Undang-Undang tentang .a%elis Permusyaaratan Rakyat, Dean Perakilan Rakyat,

    Dean Perakilan Daerah dan Dean Perakilan Rakyat Daerah, dan Peraturan Dean

    Perakilan Rakyat tentang ata ertib$ &ecara khusus dalam keenanan ini, UUD tidak 

    menyatakan baha mahkamah konstitusi sebagai peradilan tingkat pertama dan terakhir dan

     putusannya bersi'at 'inal dan mengikat$ 8al ini dikarenakan .ahakmah konstitusi hanya

    diletakkan sebagai salah satu mekanisme yang harus, bahkan dia%ibkan dilalui dalam proses

     pemberhentian presiden dan?atau akil presiden$ /ea%iban konstitusional mahkamah

    konstitusi adalah untuk membuktikan dari sudut pandang hukum benar tidaknya dugaan

     pelanggaran hukum presiden dan?atau akil presiden$

    12 Pen%elasan Pasal 14 UU :o$ > ahun 411 tentang .ahkamah /onstitusi

    9

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    10/26

    C. K$#isi %udisial

    Pembentukan /omisi @udisial dilatarbelakangi oleh pemikiran baha kekuasaan

    kehakiman yang merdeka dan tidak dibiarkan tanpa kontrol?pengaasan

    kemerdekaan?independensi harus dibarengi dengan akuntabilitas agar tidak memunculkan

    abuse o' poer atau tyrani %udicial$ &ehingga untuk mengimbangi independensi dan ibaa

    kekuasaan kehakiman, perlu adanya pengaasan eksternal yang e'ekti' dibidang etika

    kehakiman$

    /omisi @udisial merupakan lembaga negara independen yang lahir sebagai

    konsekuensi dari arus re'ormasi yang bergulir pada tahun 1!!>$ Pembentukkan komisi yudisial

    dilandasi oleh kondisi tidak ber'ungsinya lembaga-lembaga kon9ensional yang terlebih dahulu$

    2leh karena itu, UUD RI 1!"# melalui pasal "; memberikan dua 'ungsi utama kepada komisi

    yudisial$

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    11/26

    Pengaasan pada hakikatnya merupakan suatu kea%iban$ 2leh karenanya memiliki

    si'at yang mutlak, yang berarti harus dilakukan$ Pengaasan 'ungsional adalah pengaasan

    yang dilakukan oleh lemabaga?aparat pengaasan yang dibentuk atau ditun%uk khusus untuk 

    melakukan 'unsi pengaasan secara independen terhadap ob%ek yang diaasi$ Pengaasan

    'ungsional tersebut dilakukan lembaga yang mempunyai tugas dan 'ungsi melakukan

     pengaasan melalui audit, in9estigasi dan penilaian untuk men%amin agar penyelanggaran

    terhadap suatu keenangan sesuai dengan peraturan yang berlaku$

    11

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    12/26

    BAB III

    MET!DE PENULI'AN

    A. Pendekatan

    Penulisan ini dilakukan berdasarkan metode penulisan kepustakaan yang bersi'at

    yuridis normati', yakni yang dilakukan dengan cara mengka%i berbagai literatur yang si'atnya

    tidak terbatas oleh aktu dan tempat, dan dilakukan dengan cara mengka%i berbagai literatur 

     baik yang berupa buku-buku dan %urnal, hasil penulisan sebelumnya maupun peraturan

     perundang-undangan baik cetak maupun online yang berkaitan dengan permasalahan yang

    diteliti$1# 

    B. '(esifikasi Penulisan

    &pesi'ikasi penulisan ini bersi'at deskripti' analitis, yaitu suatu penulisan yang

     bertu%uan untuk menggambarkan dan menganalisis 'akta-'akta mengenai keadaan ob%ek yang

    diteliti secara sistematis, 'aktual, dan akurat dengan teori-teori hukum positi' yang

    menyangkut permasalahan yang diteliti$15 Dalam penulisan ini penulis akan menggambarkan

     permasalahan terkait Re9italisasi /omisi @udisal Dalam Rangka 5, hlm$#

    16.aria &$G$ &umard%ono,  edo!an e!buatan .sulan enelitian, !, hlm$$ 5$

    12

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    13/26

    C. Analisis Data

    Data penulisan akan dianalisis secara kualitati', yaitu analisis kualitati' dilakukan

    terhadap data-data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan cara mendeskripsikan data

    yang terkait dengan ob%ek penulisan, menganalisis data ob%ek penulisan dan mena'sirkan data

    untuk penarikan kesimpulan dan perumusan saran$

    BAB I)

    PEMBAHA'AN

    A. Dina#ika Ke&enangan Penga&asan K$#isi %udisial 'e*elu# Dan 'etelah Putusan

    MK N$. ++,-PUU-++/

    /ekuasaan kehakiman yang medeka dan bermartabat merupakan syarat mutlak tegaknya

    hukum dan keadilan$ Dengan tegaknya hukum dan keadilan akan memperkuat proses

    13

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    14/26

     pembangunan peradaban bangsa$ 2leh karena itu untuk menegakkan hukum dan keadilan

    dilembaga peradilan diperlukan hakim-hakim yang terus menerus mengasah kepekaan nurani,

    memelihara integritas, kecerdasan moral dan meningkatkan pro'esionalisme$

    Pada aal pembentukkannya, komisi yudisial dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan

    akan adanyapengaasan terhadap hakim mengingat para hakim sebelumnya semuanya

    mempraktikkan sikap independen dan imparsial dalam memutus suatu perkara$ Pasalnya

    dalam memutus suatu perkara, seorang hakim harus didasarkan pada inteengensi dan

    kemauan bela%ar, dikontrol oleh prinsip-prinsip hukum yang didukung keberanian dan pikiran

    yang dingin, bebas dari pengaruh luar dan tidak goyah karena simpati ataupun prasangka,

     pengaruh atau campur tangan dari luar, kecuali keinginan besar untuk menegakkan keadilan$1=

    auh sebelum dibentuknya komisi yudisial, sudah direncanakan terlebih dahulu sebuah

    lembaga yang diberikan keenangan dalam hal pengaasan perilaku hakim$ embaga ini

    dibentuk untuk meningkatkan check and balance terhadap lembaga peradilan$ embaa

    tersebut adalah Dean /ehormatan 8akim$ &ehingga dengan adanya momentum perubahan

    UUD RI 1!"# dibentuklah suatu lembaga yang berenang dalam hal pengaasan perilaku

    hakim, pengangkatan hakim dan eenang lain dalam rangka men%aga kehormatan,

    keluhuran martabat dan perilaku hakim$

    /elahiran komisi yudisial sebagai lembaga pengaas ekternal didorong antara lain karena

    tidak e'ekti'nya pengaasan internal ('ungsional) yang ada dibadan-badan peradian$

    &ehingga tidak terbantahkan, baha pembentukkan komisi yudisial sebagai lembaga

     pengaas eksternal didasarkan pada lemahnya pengaasan internal tersebut$ emahnya

     pengaasan intenal disebabkan beberapa 'aktor, antara lainB (1) kualitas dan integritas

    17 httpB??$komisiyudisial$go$id?'iles?;ukuahunan?kiprah->-tahun-/@$pd' , diakses pada tanggal

    > .aret 415 Pukul 11$3"

    14

    http://www.komisiyudisial.go.id/files/BukuTahunan/kiprah-8-tahun-KY.pdfhttp://www.komisiyudisial.go.id/files/BukuTahunan/kiprah-8-tahun-KY.pdf

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    15/26

     pengaas yang tidak memadai, () proses pemeriksaan disiplin yang tidak transparan, (3)

    ;elum adanya kemudahan bagi masyarakat yang dirugikan untuk menyampaikan pengaduan,

    memantau proses serta hasilnya (ketiadaan akses), (") &emangat membela sesama korps

    (espirit de corps) yang mengakibatkan pen%atuhan hukuman tidak seimbang dengan perbuatan

    serta (#) tidak terdapat kehendak yang kuat dari pimpinan lembaga penegak hukum untuk 

    menindaklan%uti hasil pengaasan$1>

    /ehadiran komisi yudisial sebagai pengaas eksternal terhadap perilaku hakim

    sebenarnya telah diharapkan oleh berbagai pihak terutama .ahkamah Agung$ &ehingga

    dengan posisinya yang seperti itu, salah satu 'ungsi komisi yudisial adalah lembaga yang

    melakukan pengaasan terhadap lembaga peradilan baik secara pre9enti' (men%aga) maupun

    represi' (menegakkan)$

    .enurut imly AsshiddiEie1!, maksud dibentuknya /omisi @udisial dalam struktur 

    kekuasaan kehakiman Indonesia adalah agar arga negara masyarakat luar struktur resmi

    lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan, penilaian ker%a, dan

    kemungkinan pemberhentian hakim$ &emua ini dimaksudkan untuk men%aga dan

    menegakkan kehormatan,keluhuran martabat serta perilaku hakim dalam rangka meu%udkan

    kebenaran dan keadilan berdasarkan ke-uhanan @ang .aha 6sa$ Dengan kehormatan dan

    keluhuran martabatnya, kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bersi'at imparsial

    diharapkan dapat diu%udkan dan diimbangi oleh prinsip akuntabilitas kekuasaan kehakiman,

     baik dari segi hukum maupun dari segi etika$ &ehingga diperlukan lembaga pengaasan yang

     bersi'at independen terhadap para hakim itu sendiri yakni komisi yudisial$

    18 /omisi @udisial, %bid, 8al$

    19  imly AsshiddiEie, +/ata Pengantar dalam buku A$ Ahsin hohari, /omisi @udisial dan

    Re'ormasi Peradilan, 6lsam, akarta, 44", 8al$ 13-1"

    15

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    16/26

    /omisi @udisial merupakan lembaga negara yang dibentuk setelah adanya perubahan

    ketiga UUD RI 1!"#, dimana rumusannya adalah sebagai berikut B + /omisi @udisial bersi'at

    mandiri yang berenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai

    eenang lain dalam rangka men%aga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat

    serta perilaku hakim$ Didalam rumusan tersebut terdapat dua tugas dan eenang yang

    akan diemban oleh /omisi @udisal yakni pertama, mengusulkan pengangkatan hakim agung

    dan kedua, adalah menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim$

    .enurut %imly AssiddiEie4  baha secara har'iah %elas baha /omisi @udisal bertugas

    men%aga (pre9enti') dan menegakkan (korekti' dan represi9e) kehormatan, keluhuran

    martabat dan perilaku semua hakim di Indonesia$ &ehingga hakim menurut rumusan pasal

    "; adalah hakim agung, hakim peadilan umum, peradilan agama, peradilan tata usaha

    negara dan peradilan militer serta termasuk hakim konstitusi$

    /omisi @udisial merupakan %aaban atas tuntutan re'ormasi$ /omisi yudisial men%aab

    keresahan para pencari kekadilan yang tidak puas atas kondisi peradilan di Indonesia$

    .asyarakat yang pencari keadilan berharap banyak kepada /omisi @udisial yang memiliki

    eenang, yaitu mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai eenang lain

    dalam rangka men%aga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku

    hakim$ Amanat itulah yang men%adi landasan bagi /omisi @udisial untuk ikut memberikan

    andil meu%udkan keadilan dalam penegakkan hukum$ :amun, komisi yudisial dalam rangka

    men%alankan keenangannya dalam rangka misi re'ormasi peradilan, ter%adi permohonan

     %udicial re9ie terhadap undang-undang :omor ahun 44" entang /omisi @udisial

    terkait pengaasan hakim bertentangan dengan UUD RI 1!"# dan tidak memiliki kekuatan

    hukum mengikat$ .elalui putusan .ahkamah /onstitusi :omor 44#?PUU-I7?445,

    20 :i*matul 8uda , ..+ 1/0 dan 2agasan 3!ande!en .lang , P$ Ra%a ra'ido Persada, akarta,

    44>, 8al$55

    16

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    17/26

    .ahkamah konstitusi menyetu%ui permohonan tersebut dan %uga memutuskan pengaasan

    hakim konstitusi oleh /omisi @udisial %uga tidak berlaku$

    Untuk mengembalikan sebagian keenangan komisi @udisial yang sudah di +amputasi

    oleh putusam ./ :omor 44#?PUU-I7?445 maka ada upaya untuk mere9isi undang-undang

    nomer ahun 44" men%adi Undang-Undang :omor 1> ahun 411$ &etelah adanya re9isi

    terhadap Undang-Undang :omor ahun 44" men%adi Undang-Undang :omor 1> ahun

    411 memberikan tugas dan eenang baru bagi komisi yudisial antara lainB melakukan

    seleksi pengangkatan hakim adhoc di .ahkamah Agung, melakukan upaya peningkatan

    kapasitas dan kese%ahteraan hakim, melakukan langkah-langkah hukum dan langkah lain

    untuk men%aga kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim serta melakukan

     penyadapan beker%a sama dengan aparat penegak hukum, dan melakukan pemanggilan paksa

    terhadap saksi$

    &ehingga setelah adanya putusan ./ tersebut, /omisi @udisial tidak mempunyai +relasi

    dengan .ahkamah /onstitusi dalam hal pengaasan terhadap perilaku hakim konstitusi$

    .ahkamah /onstitusi tidak memberikan celah kepada /omisi @udisial dalam rangka

    menegakkan kehormatan, keluhuran martabat dan perilaku hakim dan untuk melaksanakan

    eenang tersebut mahkamah konstitusi lebih memilih untuk membentuk suatu lembaga

    tersendiri yang berada di dalam internal .ahkamah /onstitusi yakni sebuah Dean 6tik 

    8akim /onstitusi dan .a%elis /ehormatan 8akim konstitusi (./8/)$ Galaupun didalam

    keanggotaan ./8/ tersebut ada unsur /omisi @udisial tetapi itu bukan %aaban dari

     pertanyaan masyarakat yang menginginkan 8akim .ahkamah /onstitusi +dapat dikoreksi

    oleh lembaga yang bersi'at independen dan bersi'at pengaasannya eksternal$

    B. K$nse( Ideal Penga&asan Ter(adu Etika Haki# K$nstitusi !leh K$#isi %udisial

    17

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    18/26

    Adanya konsep kebebasan hakim pada lembaga peradilan yang men%alankan

    kekuasaan kehakiman pada hakikatnya adalah u%ud penegakan adanya konsep rule o' la$

    /ebebasan hakim dalam lembaga peradilan ini men%adi %aminan adanya indepedensi baik 

    secara personal hakim itu sendiri atau independensi kelembagaan dimana independensi ini

    merupakan merupakan %aminan bagi tegaknya hukum dan keadilan$1  /emerdekaan hakim

    sangat berkaitan erat dengan sikap dan etika hakim itu sendiri dalam hal penegakkan hukum

    dan keadilan yang akan terbentuknya pro'esionalisme hakim itu sendiri$ /emerdekaan hakim

    yang dimaksud adalah kebebasan hakim untuk memutus sesuai dengan nilai yang diyakininya

    melalui pena'siran hokum$

    Independensi hakim dalam lembaga peradilan %uga harus dibarengi adanya kontrol

     perilaku hakim dan lembaga peradilan$ /ontrol perilaku ini dapat dilakukan dari luar 

     peradilan dan dari dalam peradilan$ Adanya kontrol perilaku hakim itu sendiri di%alankan oleh

    sebuah lembaga kontrol perilaku yang berasal dari internal dan eksternal$ embaga kontrol

    yang berasal dari dalam dilakukan oleh lembaga peradilan itu sendiri sedangkan untuk 

    lembaga kontrol perilaku dari luar biasanya dilakukan oleh sebuah lembaga diluar struktur 

    lembaga peradilan itu sendiri$

    Pengaasan terhadap hakim sangatlah diperlukan untuk menciptakan independensi

    dan imparsial menegakkan hukum dan keadilan$ &ehubungan dengan itu, maka dalam rangka

    ob%ekti9itas dan akuntabilitas penga asan terhadap hakim diperlukan pengaasan eksternal

    terhadap hakim yang seyogyanya tidak berimplikasi pada lemahnya kemerdekaan kekuasaan

    kehakiman$ 8al ini berarti baha pengaasan bukan merupakan u%ud dari adanya

    inter9ensi terhadap kekuasaan kehakiman sebagaimana yang bpernah ter%adi terhadap

     pengaasan yang dilakukan oleh Departemen /ehakiman$

    21Deny Indrayana, +:egara hukum Indonesia Pasca &oerhartoB ransisi .enu%u Demokrasi 9s

    /orupsi, urnal /onstitusi 7ol$ 1, 1 uli 44", .ahkamah /onstitusi RI, hal$ 141

    18

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    19/26

    .enurut Ahmad Ashar, baha tidak e'ekti'nya pengaasan internal disebabkan oleh dua

    'aktor$ Pertama, semangat membela sesama korps (esrit de cors) yang mengakibatkan

     pen%atuhan hukuman yang tidak seimbang dengan perbuatan$ /edua, tidak terdapat kehendak 

    yang kuat dari pimpinan lembaga penegak hukum untuk menindak lan%uti hasil pengaasan

    internal terhadap hakim, sehingga membuka peluang bagi hakim yang terbukti melakukan

     pelanggaran hukum dan kode etikuntuk mendapat pengampunan dari pimpinan badan

     peradilan yang bersangkutan (tidak dikenakan sanksi sebagaimana mestinya)$

    &etelah adanya putusan %udicial re9ie ./ :o$ 44#?PUU?445 yang membatalkan

    keenangan /@ untuk mengaasi perilaku hakim, mengecualikan hakim konstitusi dari

     pengaasan /@ dan menyatakan /@ bukan lembaga negara yang secara 'ungsional setingkat

    dengan .A dan ./ (meskipun dimuat dalam satu ;ab /ekuasaan kehakiman) men%adi suatu

    tantangan bagi /@ dalam men%alankan keenangan yang diberikan pada aal

     pembentukkannya$3 

    Putusan ./ yang menyatakan baha hakim mk tidak termasuk yang diaasi oleh /@,

    sesungguhnya tidak teat  karena hakim konstitusi 4uga haki! yang perlu diaasi perilakunya

    oleh lembaga pengaas eksternal supaya tidak ter%adi disparitas pengaasan oleh ky

    terhadap pelaku kekuasaan kehakiman$" .ahkamah konstitusi dalam putusannya mengenai

    ob%ek pengaasan oleh /@ menggunakan ta'sir sistematis logis$ &ehingga +hakim yang

    diu%ikan didalam pasal "; UUD RI 1!"# tidak berlaku untuk hakim konstitusi yanng diatur 

    22 itik riulan utik, Pengaasan 8akim /onstitusi Dalam &istem Pengaasan 8akim .enurut

    Undang-Undang Dasar :egara Republik Indonesiaahun 1!"#, urnal Dinamika 8ukum,7ol$ 1 :o$

    .ei 41, hlm$ !5

    23 :i*matul 8uda, $ Cit , 8al$ ="

    24 :i*matul huda, ibid, 8al$ =#

    19

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    20/26

    dalam pasal "0 UUD RI 1!"#$ 2b%ek pengaasan oleh /@ hanya berlaku untuk hakim

    Agung dan hakim peradilan dibaah mahkamah agung$ Padahal hakim konstitusi %uga

    merupakan hakim pada umumnya yang secara manusiai dapat pula melakukan kesalahan

    sehingga akan men%adi anomali %ika tidak ada kontrol maupun pengaasan yang independen

     pula terhadapnya$#

    Pengaasan 8akim /onstitusi kini hanya mengenal sistem pengaasan internal yakni

    dilakukan Dean 6tik 8akim /onstitusi yang dibentuk melalui peraturan .ahkamah

    /onstitusi :o$ ahun 413 tentang Pembentukkan Dean 6tik 8akim /onstitusi$ Dean

    6tik ini dibentuk untuk mengaasi 8akim /onstitusi dalam rangka menegakkan kehormatan

    dan keluhuran martabat dan perilaku hakim konstitusi menu%u kekuasaan kehakiman yang

     berinteritas dan bermartabat$ :amun, Dean 6tik 8akim /onstitusi ini masih mempunyai

     beberapa kelemahan baik secara kelembagaan maupun secara keenangan, diantara

    kelemahan tersebut adalah sebagai berikutB (1) Dasar 8ukum Pembentukkan Dean 6tik 

    8akim /onstitusi masih lemah, () Anggota Dean 6tik 8akim /onstitusi dimungkinkan

    untuk merangkap %abatan, dan (3) Dean 6tik hanya diberikan keenangan berupa tindakan

    yang bersi'at represi9e$ &edangkan lembaga penegakkan etika %ika ter%adi pelanggaran etika

    yang diduga dilakukan oleh hakim konstitusi di%alankan oleh sebuah .a%elis /ehormatan

    8akim /onstitusi yang dibentuk melalui Undang-Undang :omor " ahun 443 entang

    .ahkamah /onstitusi dan Peraturan .ahkamah /onstitusi :omor ahun 41" entang

    .a%elis /ehormatan .ahkamah /onstitusi$

    8akim konstitusi yang diberikan eenang yang besar, maka seharusnya terdapat

     pengaasan yang ketat sehingga untuk men%amin keluhuran martabat dari hakim itu sendiri

    dan men%aga integritas dan pro'esionalisme hakim itu sendiri$ .enurut :i*matul 8uda

    25  httpB??digilib$uin-suka$ac$id?1!4=#?1?;A;J4I,J47,J4DA

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    21/26

    seharusnya dilakukan perubahan UUD RI 1!"# sehingga didalamnya perlu diatur baha

    hakim baik hakim agung maupun hakim konstitusi pengusulannya harus dilakukan oleh /@$

    Dengan demikian seluruh hakim akan diaasi oleh pengaas 6ksternal, yaitu /@$ .A

    maupun ./ tidak perlu membentuk ma%elis kehormatann yang bertugas mengaasi perilaku

    hakim, yang anggotanya diambil dari lingkungan hakim itu sendiri$ 8akim seharusnya

     bertugas menyelenggara%an proses peradilan sedangkan urusan administrati' misalnya dalam

    hal mengaasi perilaku hakim, tidak perlu diaasi oleh sesama hakim$ &ehingga tugas

    mengaasi hakim ( 8akim .A dan ./) diserahkan kepada /omisi @udisial$5

    /eberadaan suatu pedoman etika dan perilaku hakim sangat dibutuhkan dalam rangka

    menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim$ Dimana pedoman etika

    ini akan senantiasa melekat pada pro'esi hakim yang mempunyai tugas untuk menegakkan

    hukum dan keadilan$ Dengan tugas yang demikian maka hakim dituntut untuk berintegritas

    dan pro'esional serta men%un%ung tinggi pedoman etika dan perilaku hakim$ rofesionalis!e

    tanpa etika men%adikannya +bebas sa'a dalam arti tanpa kendali dan tanpa pengarahan$

    &ebaliknya, etika tanpa  rofesionalis!e  men%adikannya +lu!uh sa'a dalam arti tidak 

    ma%u bahkan tidak tegak$= 

    2leh sebab itu untuk meu%udkan hakim yang berintegritas dan pro'esional, maka

    diperlukan pengaasan terpadu terhadap perilaku hakim konstitusi yang dilakukan oleh

    lembaga yang independen dan bersi'at pengaasan ekstern yakni /omisi @udisial$ Untuk 

    meu%udkan pengaasan tersebut maka harus dilakukan Perubahan terhadap UUD RI 1!"#$

    Perubahan ini dikhususkan kepada keenangan /@ dalam hal melakukan pengaasan

    26 :i*matul 8uda, %bid , 8al$ =#

    27  Pembukaan rancangan pedoman etika dan perilaku hakim,

    httpB??$hukumonline$com?artikel?html, diakses pada tanggal = .aret 415 Pukul 4$1#

    21

    http://www.hukumonline.com/artikel/htmlhttp://www.hukumonline.com/artikel/htmlhttp://www.hukumonline.com/artikel/html

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    22/26

    terhadap perilaku hakim konstitusi$ Adapun Pasal yang harus dilakukan perubahan adalah

     pasal "; UUD RI 1!"#$ &eperti dalam putusan ./ yang menggunakan pena'isiran

    sistematis logis terhadap ob%ek pengaasan /@, maka didalam perubahan tersebut rumusan

    tentang /@ harus diatur setelah rumusan ./$ &ehingga %ika dita'sirkan secara sistematis

    logis maka hakim konstitusi men%adi ob%ek pengaasan /@$

    ika perubahan terhadap rumusan pasal "; tersebut, maka komisi yudisial mempunyai

    eenang yang %elas dalam rangka pengaasan etika hakim konstitusi$ /eenangan tersebut

    dapat dita'sirkan melalui 'rasa +eenang lain sehingga eenang melakukan pengaasan

    etika hakim konstitusi$

    Untuk tidak ter%adi tumpang tindih dalam hal pengaasan yang dilakukan internal dan

     pengaasan yang dilakukan eksternal melalui komisi yudisial, maka harus dibagi

    keenangan tersebut berdasarkan si'at pelanggaran yang mungkin ter%adi$ Pembagian

     pelanggaran tersebut adalah berdasarkan pelanggaran yang bersi'at berat yang akan

    ditindaklan%uti oleh komisi yudisial dan pelanggaran ringan yang akan ditindaklan%uti oleh

    lembaga pengaas internal dalam hal ini didalam ./ dilaksanakan oleh Dean 6tik 8akim

    /onstitusi$ Dalam hal sanksi yang akan di%atuhkan terhadap pelanggaran ringan adalah

     berupa teguran baik lisan maupun tulisan sedangkan untuk pelanggaran etika berat akan

    di%atuhkan sanksi berupa pemberhentian sementara ataupun tetap$

    Pengaasan erpadu yan digagaskan adalah suatu bentuk adanya lembaga +koreksi bagi

    mahkamah konstitusi dalam hal ini hakim konstitusi dalam melaksanakan keenagannya

    agar tidak ter%adi lembaga yang  suer bod'$ Adanya lembaga +koreksi ini bukan berarti

    mengikis independesi hakim konstitusi dalam men%alankan keenangannya tetapi untuk 

    membantu hakim konstitusi dalam hal meningkatkan integritas dan martabatnya sehingga

    ter%adi pro'esionalisme hakim itu sendiri$

    22

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    23/26

    Dalam hal pengaasan terpadu yang men%adi gagasan pada karya tulis ini, dimana dasar 

    hukum keenangannya +dapat dita'sirkan melalui 'rasa +eenang lain dalam rumusan

     pasal "; UUD RI 1!"# %uga terkandung keenangan lain yang melekat pada pengaasan

    terpadu tersebut yakni /omisi @udisial dapat mengusulkan untuk dilakukan pembentukkan

    lembaga penegakkan etika hakim konstitusi$ embaga ini men%adi satu paket yang utuh

    dengan keenangan /@ dalam hal pengaasan hakim konstitusi %ika ter%adi pelanggaran

    terhadap etika dan perilaku hakim yang merupakan hasil dari sistem pengaasan yang

    dilakukan oleh /@$

    • &kema Pengaasan erpadu /omisi @udisial

    embaga Penegakkan 6tika dan perilaku hakim ini akan melekat kedudukannya dengan

    /omisi @udisial dan bersi'at ad hoc  serta keanggotaannya terdiri dari 8akim /onstitusi,

    23

    D6GA: 6I/ 8A/I.

    /2:&IU&I .enindaklan%uti

    Pelanggaran Ringan yang diduga

    dilakukan oleh 8akim erlapor$

    /2.I&I @UDI&IA .enerima dan

    menindaklan%uti aporan dugaan Pelanggaran ;erat

    dan mengusulkan Pembentukan embaga Penegak6tika 8akim /onstitusi

    P"E'IDENLEMBA0A PENE0AK ETIKA HAKIM

    K!N'TITU'I 

     .elakukan persidangan dan memutusPelanggaran yang dilakukan leh 8akim /onstitusi$

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    24/26

    .antan 8akim /onstitusi, dan /omisi @udisial$ Adapun hasil dari putusan embaga 6tik ini

     bersi'at 'inal dan mengikat serta akan ditindak lan%uti oleh Presiden$ embaga 6tik ini akan

     bersidang %ika ada laporan dari masyarakat dan?atau komisi yudisial dan?atau Dean 6tika

    8akim /onstitusi$

    Pengaasan terpadu etika hakim konstitusi yang dilaksanakan oleh komisi yudisial selain

     berkaitan dengan keenangan yang bersi'at represi9e %uga pengaasan yang bersi'at

     pre9enti'$ 8al ini dilakukan guna adanya pencegahan terhadap adanya pelanggaran yang

    dilakukan oleh hakim konstitusi$ &ehingga hakim konstitusi mempunyai integritas dan

     bermartabat dalam men%alankan independesinya$

    BAB )

    PENUTUP

    24

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    25/26

    A. Kesi#(ulan

    ;erdasarkan ka%ian yang telah penyusun teliti diatas, penyusun dapat mengambil

    kesimpulan sebagai %aaban dari pertanyaan yang men%adi 'okus ka%ian penyusun$

    1$ /omisi @udisial sebagai lembaga negara yang lahir setelah era re'ormasi diberikan

    eenang dalam misi re'ormasi peradilan di Indonesia$ /elembagaan /omisi

    @udisial dibentuk dengan tu%uan memperbaiki sistem pengaasan didalam lembaga

     peradilan$ /@ dibentuk melalui konstitusi Indonesia yakni terdapat dalam rumusan

     pasal "; UUD RI 1!"#$ Adapun keenangan /omisi @udisial pada aal

     pembentukkannya adalah mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai

    eenang lain dalam rangka men%aga dan menegakkan kehormatan, keluhuran

    martabat, serta perilaku hakim$

  • 8/17/2019 Mawapres Bab i

    26/26

    kepada /@, %uga diberikan keenangan yang bersi'ar pre9enti' dalam rangka men%aga

    kehormatan, keluhuran martabat dan perilaku hakim menu%u hakim konstitusi yang

     berintegritas dan bermartabat$

    B. "ek$#endasi

    Untuk meu%udkan gagasan penyusun yakni melakukan pengaasan terpadu 6tika

    hakim konstitusi yang dilakukan oleh /omisi @udisial, maka di perlukan adanya perubahan

    terhadap UUD RI 1!"# yakni dalam ;ab IF entang /ekuasaan /ehakiman$ Adapun pasal

    yang harus dirubah adalah pasal yang berkaitan dengan /omisi @udisial$ Dalam hal struktur 

     peletakkan pasalnya maka pasal tentang /@ ditempatkan setelah pasal ./$ &ehingga apabila

    dita'sirkan secara sistematis logis maka /@ dalam hal ini dapat mengaasi hakim baik hakim

    .A, hakim dibaah peradilan maupun hakim ./$ &elain itu %uga harus ditambahkan dalam

     pasal tentang /@ berupa eenang bagi /@ untuk dapat mengusulkan hakim konstitusi

    sehingga metode pengaasan yang dilakukan oleh /@ dapat ter%adi mulai dari sistem

    rekrutmen hakim$

    Prof. Taverne pernah menyatakan," Beri aku seorang hakim yang jujur dan cerdas, dengan undang-

    undang paling buruk sekalipun, akan kuberikan putusan yang adil." Benang merah bahwa martabat

    seorang hakim khususnya dan penegak hukum pada umumnya terdapat pada keluhuran integritas

    moral dan pengetahuannya, yang pada akhirnya akan tercermin dari kualitas putusannya. eorang

    hakim yang memiliki integritas moral yang luhur, serta menjunjung tinggi asas profesionalisme dapat

    menghindarkan dirinya menghasilkan suatu keputusan yang salah dan sesat karena didasari

    pengkhianatan dan penyalahgunaan kepada amanah yang telah diemban.