34
MAZHAB HAMBALI Guna memenuhi tugas AIK V Dosen Pengampu : H. Mustofa Bakhir Disusun Oleh : Nama : Rini Kurniati Wahyuningrum NIM : 082510014 Semester : III (Tiga) PROGRAM TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

MAZHAB HAMBALI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAZHAB HAMBALI

MAZHAB HAMBALI

Guna memenuhi tugas AIK V

Dosen Pengampu : H. Mustofa Bakhir

Disusun Oleh :

Nama : Rini Kurniati Wahyuningrum

NIM : 082510014

Semester : III (Tiga)

PROGRAM TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2009/2010

Page 2: MAZHAB HAMBALI

KATA PENGANTAR

Dengan segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat - Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah AIK III. Kiranya kami

persembahkan untuk orang tua yang telah membesarkan kami.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan

sumbangsihnya dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat. Saran dan

kritik yang membangun kami harapkan.

Penulis

Page 3: MAZHAB HAMBALI

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………………………

Kata Pengantar …………………………………………………………………………..

Daftar Isi …………………………………………………………………………………

BAB I Pendahuluan ……………………………………………………………………..

1. Pengertian Mazhab………………………………………………………………

a. Menurut Bahasa ……………………………………………………………..

b. Menurut Istilah ……………………………………………………………..

c. Menurut Para Ulama dan Ahli Agama Islam……………….........................

d. Menurut Ulama Fiqih ….............................................................................

2. Sejarah Lahirnya Mazhab …………………………………………………..

BAB II Pendiri Mazhab Hambali ……………………………………………………

1. Profil Imam Hambali ………………………………………………………..

2. Warisan Sang Imam untuk Umat ……………………………………………

BAB III Mazhab Hambali ……………………………………………………………..

1. Dasar - Dasar Mazhabnya …………………………………………………….

2. Pengembang - Pengembang Mazhabnya ……………………………………..

3. Daerah yang Menganut Mazhab Hambali …………………………………..

4. Paling Dekat dengan Sunnah ………………………………………………….

5. Kedudukannya Sejajar …………………………………………………………

Page 4: MAZHAB HAMBALI

6. Mujtahid Mutlak ……………………………………………………………….

7. Rezim yang Anti Perbedaan …………………………………………………..

BAB IV Penerapan Mazhab Hambali ………………………………………………….

1. Dalam Hal Muamalah ………………………………………………………….

2. Dalam Hal Ibadah …………………………………………………………….

3. Hukum Pemakaian Cadar ……………………………………………………..

BAB V Penutup …………………………………………………………………………

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………..

Page 5: MAZHAB HAMBALI

BAB I

PENDAHULUAN

1. Pengertian Mazhab

Pengertian mazhab menurut:

a. Bahasa

Mazhab (bahasa Arab: مذهب, madzhab) merupakan sighat isim makan ( kata

benda keterangan tempat ) dari fi’il madli atau akar kata zahaba. Zahaba artinya

pergi; oleh karena itu mazhab artinya : tempat pergi atau jalan ( al – Tharîq ) yang

dilalui dan dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun

abstrak. Kata - kata yang semakna ialah : maslak, thariiqah dan sabiil yang

kesemuanya berarti jalan atau cara. Sesuatu dikatakan mazhab bagi seseorang jika

cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya.

b. Istilah

Mazhab adalah sejumlah atau kumpulan dari fatwa - fatwa dan pendapat -

pendapat seorang alim besar di dalam urusan agama, baik ibadah maupun lainnya atau

biasa disebut mujtahid ( orang yang melakukan ijtihad ) yang berupa hukum - hukum

Islam , yang digali dari dalil - dalil syariah yang rinci serta berbagai kaidah ( qawâ’id

) dan landasan ( ushûl ) yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu

sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

c. Para Ulama Dan Ahli Agama Islam

Mazhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan

penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang

Page 6: MAZHAB HAMBALI

jelas batasan - batasannya, bagian - bagiannya, dibangun di atas prinsip - prinsip dan

kaidah - kaidah.

d. Ulama Fiqih

Mazhab adalah sebuah metodologi fiqih khusus yang dijalani oleh seorang ahli

fiqih mujtahid, yang berbeda dengan ahli fiqih lain, yang menghantarkannya memilih

sejumlah hukum dalam kawasan ilmu furu'. ( Ini adalah pengertian mazhab secara

umum, bukan suatu mazhab khusus ).

Setiap mazhab punya guru dan tokoh - tokoh yang mengembangkannya. Biasanya

mereka punya lembaga pendididikan yang mengajarkan ilmu - ilmu kepada ribuan muridnya.

Berkembangnya suatu mazhab di sebuah wilayah sangat bergantung dari banyak hal. Salah

satunya dari keberadaan pusat - pusat pengajaran mazhab itu sendiri.

Selain itu sedikit banyak dipengaruhi juga oleh mazhab yang dianut oleh penguasa,

dimana penguasa biasanya mendirikan universitas keagamaan dan mengajarkan mazhab

tertentu di dalamnya. Nanti para mahasiswa yang berdatangan dari berbagai penjuru dunia

akan membuka perguruan tinggi dan akan menyebarkan mazhab tersebut di negeri masing -

masing.

Bila pengelolaan perguruan itu berjalan baik dan berhasil, biasanya akan

mempengaruhi ragam mazhab penduduk suatu negeri.

Dengan demikian, kendatipun mazhab itu manifestasinya berupa hukum - hukum

syariah ( fikih ), harus dipahami bahwa mazhab itu sesungguhnya juga mencakup ushul fikih

yang menjadi metode penggalian ( Tharîqah al – Istinbâth ) untuk melahirkan hukum -

hukum tersebut.

2. Sejarah Lahirnya Mazhab

Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam atau sering disebut dengan

istilah ‘’The Golden Age”. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik

dalam bidang ekonomi, peradaban maupun kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang

berbagai cabang ilmu pengetahuan. Fenomena ini kemudian melahirkan cendikiawan -

cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru diberbagai disiplin ilmu

pengetahuan. Periode ini dalam sejarah hukum Islam juga dianggap sebagai periode

Page 7: MAZHAB HAMBALI

kegemilangan fikih Islam, dimana lahir beberapa mazhab fikih yang panji - panjinya dibawa

oleh tokoh - tokoh fikih agung yang berjasa mengintegrasikan fikih Islam dan meninggalkan

khazanah luar biasa yang menjadi landasan kokoh bagi setiap ulama fikih sampai sekarang.

Memasuki abad kedua Hijriah inilah yang menjadi era kelahiran mazhab - mazhab

hukum dan dua abad kemudian mazhab - mazhab hukum ini telah melembaga dalam

masyarakat Islam dengan pola dan karakteristik tersendiri dalam melakukan istinbat

( penetapan ) hukum.

Para tokoh atau imam mazhab seperti Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i,

Ahmad bin Hanbal dan lainnya, masing - masing menawarkan kerangka metodologi, teori

dan kaidah - kaidah ijtihad yang menjadi pijakan mereka dalam menetapkan hukum.

Metodologi, teori dan kaidah - kaidah yang dirumuskan oleh para tokoh dan para Imam

Mazhab ini, pada awalnya hanya bertujuan untuk memberikan jalan dan merupakan langkah -

langkah atau upaya dalam memecahkan berbagai persoalan hukum yang dihadapi, baik dalam

memahami nash Al - Quran dan Al - Hadist maupun kasus - kasus hukum yang tidak

ditemukan jawabannya dalam nash.

Metodologi, teori dan kaidah - kaidah yang dirumuskan oleh para imam mazhab

tersebut terus berkembang dan diikuti oleh generasi selanjutnya dan ia tanpa disadari

menjelma menjadi doktrin ( anutan ) untuk menggali hukum dari sumbernya. Dengan

semakin mengakar dan melembaganya doktrin pemikiran hukum dimana antara satu dengan

lainnya terdapat perbedaan yang khas, maka kemudian ia muncul sebagai aliran atau mazhab

yang akhirnya menjadi pijakan oleh masing-masing pengikut mazhab dalam melakukan

istinbat ( penetapan ) hukum.

Teori - teori pemikiran yang telah dirumuskan oleh masing - masing mazhab tersebut

merupakan sesuatu yang sangat penting artinya, karena menyangkut penciptaan pola kerja

dan kerangka metodologi yang sistematis dalam usaha melakukan istinbat ( penetapan )

hukum. Penciptaan pola kerja dan kerangka metodologi inilah yang dalam pemikiran hukum

Islam disebut dengan ushul fikih.

Hikmah dibalik pemberian wewenang untuk ber - ijtihad kepada umat,

diantanya adalah pelimpahan wewenang yang melahirkan perbedaan pendapat di antara para

ulama yang akhirnya menghasilkan beberapa alternatif hukum dalam masalah yang sama.

Dengan begitu, lahirlah beberapa madzhab. Dan hingga akhir zaman, madzhab yang diakui

Page 8: MAZHAB HAMBALI

adalah Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali dari kalangan Sunni. Sementara kalangan Syi'ah

memiliki mazhab Ja'fari, Ismailiyah dan Zaidiyah.

Dalam kitab - kitab perbandingan madzhab, tidak satu pun dari ulama madzhab yang

menggunakan kalimat seperti "Pendapat ini benar, sedangkan pendapat yang itu salah".

Page 9: MAZHAB HAMBALI

BAB II

PENDIRI MAZHAB HAMBALI

1. Profil Imam Hambali

Imam Ahmad bin Hambal adalah seorang ulama yang berilmu tinggi, saleh, berakhlak

mulia, berotak brilian dan intelektual Muslim terpenting dalam sejarah peradaban Islam.

Kemuliaan yang ada dalam diri Imam Ahmad bin Hanbal telah membuat guru - gurunya

kagum dan bangga.

Umat Islam di Indonesia biasa menyebutnya Imam Hambali. Sosok ahli atau ulama

besar di bidang hadist dan fikih pendiri Mazhab Hambali itu begitu populer dan legendaris

yang pernah dimiliki dunia Islam. Namun, ulama yang hafal satu juta hadist dan selalu tampil

bersahaja itu tak pernah ingin apalagi merasa dirinya terkenal.

Ulama penting yang rendah hati itu bernama lengkap Al Imam Abu Abdillah Ahmad

bin Muhammad bin Hanbal Abu `Abdullah Hilal Azzdahili Al-Shaybani. Ia terlahir di Merv,

Asia Tengah (sekarang Turkmenistan), pada 20 Rabiul Awal tahun 164 H. Ada pula yang

menyebut sang Imam lahir di Baghdad, Irak. Saat berada dalam kandungan sang bunda,

Imam Ahmad bin Hanbal diajak ibunya hijrah ke metropolis intelektual dunia ketika itu,

yakni di Salam Baghdad.

Sejak masih bayi, Imam Ahmad bin Hanbal sudah menjadi anak yatim. Ia dibesarkan

oleh sang ibu seorang diri. Ia merupakan keturunan dari suku Shayban. Masa kecilnya dilalui

dalam keadaan sangat miskin, ayahnya hanya meninggalkan sebuah rumah kecil dan tanah

yang sempit. Pada masa remajanya, ia pernah bekerja sebagai buruh pembantu ditempat

tukang jahit, menjadi juru tulis, buruh penenun kain dan kuli angkut barang-barang dipasar.

Imam Ahmad memang miskin dan selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan

hidup, namun ia adalah pelajar yang gigih.

Page 10: MAZHAB HAMBALI

Sejak belia, Imam Ahmad bin Hanbal berbeda dengan anak seusianya. Ia dikenal

sebagai anak yang alim, bersih dan senang menyendiri. Kecintaan dan rasa takut untuk

berbuat dosa kepada Allah SWT telah terpatri dalam hati nurani Ahmad bin Hanbal sejak

dini.

Imam Hambali sudah menunjukkan kecerdasannya sejak usia dini. Kecerdasannya

diakui para ulama besar di zamannya. Bahkan, ketika usianya relatif muda yaitu usia 14

tahun, ia sudah hafal Alquran dan mengarang sebuah kitab.

Imam Hambali mendapatkan pendidikannya yang pertama di Kota Baghdad. Saat itu,

Kota Baghdad telah menjadi pusat peradaban dunia Islam yang penuh dengan beragam

kebudayaan serta penuh dengan berbagai jenis ilmu pengetahuan. Di sana, tinggal para qari,

ahli hadist, para sufi, ahli bahasa, filsuf dan sebagainya. Ia menaruh perhatian yang sangat

besar pada ilmu pengetahuan. Dengan tekun, ia belajar hadist, bahasa dan administrasi.

Fikih aliran ra’yu (logika, aliran Imam Hanafi) adalah ilmu agama pertama yang

dipelajarinya secara khusus kepada Abu Yusuf Al-Baghdadi. Setelah mempelajari fikih,

Ahmad bin Hanbal lalu menimba ilmu hadist. Ia melanglang buana dari satu negeri Islam ke

negeri lainnya demi mendapatkan ilmu yang dicarinya. Petualangan menimba ilmu itu

dilakukannya saat dia berusia 16 tahun.

Ia menaruh perhatian besar kepada hadist Nabi SAW. Karena perhatiannya yang

besar, banyak ulama – ulama seperti Ibnu Nadim, Ibnu Abd al - Bar, At - Tabari dan Ibnu

Qutaibah yang menggolongkan Imam Hambali dalam golongan ahli hadist dan bukan

golongan mujtahid.

Begitu besar perhatiannya kepada hadist, ia pun pergi melawat ke berbagai kota untuk

mendapatkan hadist, antara lain ia pernah ke Siria, Hijaz, Yaman, Kufah Madinah, Makka

dan Basrah. Ketika di Makkah, ia sempat memperdalam ilmu ushul fiqih kepada mujtahid

besar zaman itu, Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I, pendiri Madzhab Syafi’i. Atas

usahanya itu, akhirnya ia dapat menghimpun ribuan hadist yang dimuat dalam karyanya

Musnad Ahmad ibn Hambal. Kitab Al-Musnad Al-Kabir (ensiklopedia hadist) yang sangat

monumental, ini memuat tak kurang dari 27 ribu hadis. Ini merupakan karya masterpiece

sang Imam dan penelitian hadis yang dinilai terbaik. Karya monumentalnya ini disusun

dalam jangka waktu sekitar 60 tahun.

Page 11: MAZHAB HAMBALI

Kehebatan Imam Ahmad bin Hanbal dalam ilmu hadis sudah tak perlu diragukan. Ia

adalah seorang ulama yang sangat ahli dalam ilmu yang satu ini. Ia adalah seorang muhaddits

besar.

Sebagai seorang murid yang cerdas dan baik, Ahmad bin Hanbal disayangi oleh

semua gurunya. Ia pun selalu menaruh hormat kepada semua gurunya tanpa membeda-

bedakan. Gurunya terbilang sangat banyak. Ibnu Al-Jawzi menuturkan, Imam Ahmad bin

Hanbal memiliki 414 guru hadits.

Beberapa gurunya yang terkenal, di antaranya Ismail bin Ja'far, Abbad bin Abbad Al-

Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid, Imam Hasyim bin Basyir bin Abi Hazim Al-Wasithi,

Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami (ulama hadist di Baghdad), Imam Syafi'i,

Waki' bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin `Uyainah, Abdurrazaq, serta Ibrahim bin

Ma'qil. Imam Hambali juga banyak menimba ilmu dari sejumlah ulama dan para fukaha

besar. Di antaranya adalah Abu Yusuf (seorang hakim dan murid terkemuka sekaligus

sahabat Abu Hanifah).

Salah seorang guru yang paling dicintainya adalah Imam Syafi'i. Ia begitu bangga

kepada kemampuan sang guru yang luar biasa dalam ilmu fikih. Setelah mencurahkan

waktunya selama 40 tahun untuk menimba ilmu agama, Imam Ahmad bin Hanbal pun

menjadi ulama yang berpengaruh. Ia menduduki jabatan penting dalam masyarakat Islam saat

itu, yakni sebagai Mufti.

Dalam bidang fikih, Imam Ahmad bin Hanbal dikenal sebagai pendiri Mazhab

Hambali. Ia sungguh beruntung karena bisa belajar dari ahli fikih termasyhur yang juga

dikenal sebagai pendiri tiga mazhab lainnya, seperti Abu Hanifah (Imam Hanafi), Imam

Syafi'i dan Imam Maliki. Imam Hambali telah melakukan improvisasi dan pengembangan

dari mazhab - mazhab sebelumnya.

Sang Imam pun sangat ahli dalam urusan bahasa dan sastra. Ia sangat berjasa dalam

pengembangan bahasa Arab. Ia tercatat sebagai ulama yang menekankan pentingnya

penggunaan tata bahasa Arab secara tepat dan pelafalan kata-kata secara benar. Selain ahli

dalam tata bahasa, Imam Ahmad bin Hanbal juga dikenal pandai merangkai kata menjadi

syair dan puisi.

Page 12: MAZHAB HAMBALI

Pengetahuannya tentang ilmu Alquran juga sungguh luar biasa. Sebagai Imam dalam

ilmu Alquran, Ahmad bin Hanbal sangat menguasai Tafsir Alquran. Ia pun ahli dalam ilmu

Al - Nasikh wal Mansukh. Ia pun megembangkan gaya qiraat yang lain dari yang lain. Ia tak

suka dengan gaya qiraat yang terlalu berlebihan memanjang - manjangkan bacaan hamzah. Ia

juga dikenal sebagai Imam Ahlu Sunnah.

Keyakinannya kepada Allah SWT dan pemahamannya mengenai agama Islam sempat

berlawanan dengan penguasa Abbasiyah saat itu, Khalifah Al - Ma'mun. Khalifah yang saat

itu mulai gandrung pada filsafat pada tahun 212 H, mulai memaksakan pandangannya tentang

Alquran. Menurut Al - Ma'mun, Alquran adalah makhluk.

Para ulama dipaksa untuk sepaham dengan pendapatnya. Imam Ahmad bin Hanbal

pun dites oleh khalifah. Bersama sahabatnya, Muhammad ibnu Nuh, sang imam menolak

untuk sepaham dengan penguasa. Menurutnya, Alquran adalah kalamullah bukanlah

makhluk. Ia pun dipenjara akibat keteguhan keyakinannya.

Situasi berubah ketika Khalifah Al - Mutawakkil menghentikan perdebatan mengenai

Alquran. Status sang Imam pun dipulihkan. Imam Ahmad bin Hanbal dikaruniai delapan

anak. Ia sempat lima kali menunaikan ibadah haji ke Makkah, dua kali di antaranya ditempuh

dengan berjalan kaki.

Setelah sembilan hari sakit, pada Jumat tanggal 12 Rabi'ul Awal tahun 241 H, di

usianya yang ke-77, sang Imam tutup usia di Kota Baghdad, Irak. Jasa dan kontribusi sang

Imam dalam mengembangkan ilmu agama hingga saat ini tetap dikenang sepanjang zaman.

Ia adalah Imam yang layak ditiru dan diteladani setiap Muslim.

2. Warisan Sang Imam untuk Umat

Imam Ahmad bin Hanbal telah meninggalkan sederet warisan berupa kitab - kitab

ilmu agama yang ditulis sepanjang hidupnya. Berikut ini adalah karya sang Imam:

1. Kitab Al Musnad Al – Kabir yang memuat lebih dari 27 ribu hadist.

2. Kitab at - Tafsir. Menurut Adz - Dzahabi, kitab ini telah hilang.

3. Kitab an - Nasikh wa al – Mansukh

Page 13: MAZHAB HAMBALI

4. Kitab at – Tarikh

5. Kitab Hadist Syu'bah

6. Kitab al - Muqaddam wa al - Mu'akkhar fi Alquran

7. Kitab Jawabah Alquran

8. Kitab al - Manasik al – Kabir

9. Kitab al - Manasik as – Saghir

10. Kitab al - 'Ilal

11. Kitab az – Zuhd

12. Kitab al – Iman

13. Kitab al - Masa'il

14. Kitab al – Asyribah

15. Kitab al - Fadha'il

16. Kitab Tha'ah ar – Rasul

17. Kitab al - Fara'idh

18. Kitab ar - Radd ala al - Jahmiyyah

19. Kitab Al-Jami’ul Kabir (kumpulan fatwa), karya Syaikh Ahmad bin Muhammad

Al - Khalal, yang berkelana ke berbagai daerah untuk menjumpai murid - murid

Imam Ahmad, seperti Ahmad bin Muhammad bin Abdul Azis Al-Maruzi.

Page 14: MAZHAB HAMBALI

BAB III

MAZHAB HAMBALI

1. Dasar - Dasar Mazhabnya

Adapun dasar - dasar mazhabnya yang pokok dalam mengistinbatkan hukum adalah

berpegang pada:

1. Nash Al – Qur’an atau nash hadits dan sunnah

2. Hadits marfu', Hadits mursal (hadits yang diriwayatkan oleh tabi’in dari Nabi

Muhammad SAW) atau Hadits Doif (walaupun sangat berpegang teguh pada  hadits -

hadits Rasul )

3. Fatwa dan pendapat sebagian sahabat (baik yang disepakati maupun diperselisihkan)

dan mereka yang lebih dekat pada Al - Qur-an dan hadits, di antara fatwa yang

berlawanan sahabat dengan syarat benar-benar terjadi. Lalu pendapat sahabat yang

diketahui terdapat ikhtilaf. Dalam menyikapi perbedaan pendapat tersebut, Imam

Ahmad mengambil pendapat yang paling dekat dekat dengan dasar yang lebih kuat.

4. Ijtihad; metode ijtihad yang lazim digunakan adalah qiyas (analogi) dan istishab

(penetapan atau berlakunya hukum terhadap suatu perkara atau dasar hukum itu

berlaku sebelumnya. Karena tidak adanya illat yang mengharuskan terjadinya

perubahan hukum tersebut, syadudz dzari’ah atau saddud dzaea’ (melarang suatu

perbuatan yang pada dasarnya mubah, karena diperkirakan akan memunculkan hal

negatif di belakang hari dan maslahah mursalah ( kemaslahatan yang tidak didukung

atau dilarang oleh dalil tertentu ).

Mazhab itu senantiasa berpedoman pada teks - teks hadist dan mempersempit

ruang penggunaan qiyas dan akal. Dalam menjelaskan dasar - dasar fatwa Ahmad bin

Hanbal ini didalam kitabnya I’laamul Muwaaqi’in.

2. Pengembang - Pengembang Mazhabnya

Page 15: MAZHAB HAMBALI

Adapun ulama - ulama yang mengembangkan mazhab Ahmad bin Hanbal adalah

sebagai berikut :

1. Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Hani yang terkenal dengan nama Al

Atsram; dia telah mengarang Assunan Fil Fiqhi ‘Alaa Mazhabi Ahamd.

2. Ahmad bin Muhammad bin Hajjaj al Marwazi yang mengarang kitab As Sunan

Bisyawaahidil Hadits.

3. Ishaq bin Ibrahim yang terkenal dengan nama Ibnu Ruhawaih al Marwazi dan

termasuk ashab Ahmad terbesar yang mengarang kitab As Sunan Fil Fiqhi.

Ada beberapa ulama yang mengikuti jejak langkah Imam Ahmad yang menyebarkan

mazhab Hambali, diantaranya :

1. Muwaquddin Ibnu Qudaamah al Maqdisi (wafat 620 H) salah seorang ulama

terkemuka yang mengembangkan Mazhab Hambali. Ia termasyhur lewat buku

hukumnya yang berjudul Al-Mughni.

2. Syamsuddin Ibnu Qudaamah al Maqdisi pengarang Assyarhul Kabiir.

3. Syaikhul Islam Taqiuddin Ahmad Ibnu Taimiyah pengarang kitab terkenal Al

Fatwa.

4. Ibnul Qaiyim al Jauziyah pengarang kitab I’laamul Muwaaqi’in dan Atturuqul

Hukmiyyah fis Siyaasatis Syar’iyyah. Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qaiyim adalah dua

tokoh yang membela dan mengembangkan mazhab Hambali.

5. Al - Khallal (wafat 311 H) adalah seorang pelajar dari sahabat dekat dan murid

Imam Hambali. Ia berjasa telah mengumpulkan tanggapan Imam Ahmad bin

Hanbal dari murid - muridnya yang tersebar di seluruh dunia Islam.

6. Al - Khiraqi (wafat 334 H). Ia adalah ulama yang meringkas Jami' al-Khallal ke

dalam sebuah buku pegangan fikih, induk dari seluruh buku pegangan fikih dalam

Mazhab Hambali.

7. Ghulam al - Khallal (wafat 363 H). Ia adalah murid Al-Khallal dan penulis

sejuhmlah kitab dalam berbagai disiplin ilmu.

Page 16: MAZHAB HAMBALI

8. Ibnu Hamid (wafat 403 H). Ulama yang satu ini tercatat sebagai penganut Mazhab

Hambali terkemuka di zamannya.

9. Al - Qadhi Abu Ya'la (wafat 458 H). Sejatinya dia adalah ulama yang terlahir dari

keluarga yang menganut Mazhab Hanafi. Setelah belajar dari Ibnu Hamid, ia

akhirnya menjadi ulama yang mengembangkan Mazhab Hambali.

10. Abu al - Khattab (wafat 510 H). Ia adalah murid dari Al - Qadhi Abu Ya'la. Abu Al

- Khattab tercatat sebagai penulis sederet kitab yang juga sangat penting dalam

pengembangan Mazhab Hambali. Salah seorang muridnya adalah `Abd al - Qadir

al - Jailani.

11. Abu Isma'il al-Harawi (wafat 481 H). Ia adalah ulama dan ahli hukum yang

beraliran Mazhab Hambali. Ia dikenal sebagai salah seorang Sufi terkemuka dalah

sejarah. Kitabnya yang paling terkenal adalah Manazil al-Sa'irin, sebuah buku

pegangan dalam Tasawuf.

12. Abdul-Qadir al-Jailani (wafat 561 H). Ia adalah ulama bermazhab Hambali.

Seorang pemuka agama yang hebat dan sufi yang berpengaruh. Ia pendiri Tarekat

Qadiriyah.

13. Ibnu al-Jawzi (wafat 597 H). Dikenal sebagai ahli hukum, ahli tafsir yang turut

mengembangkan Mazhab Hambali.

14. Majd al - Din Ibn Taymiyah (wafat 653 H). Pakar bahasa, ahli hukum, dan tafsir

dari Harran ini juga dikenal sebagai ulama yang mengembangkan Mazhab

Hambali.

15. Taqi al - Din Ibn Taymiyah (wafat 728 H). Inilah tokoh legendaris dalam sejarah

Islam.

3. Daerah yang Menganut Mazhab Hambali

Awal perkembangannya, mazhab Hambali berkembang di Bagdad pada akhir abad ketiga

dan awal abad kedua ( yang bertepatan dengan masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah ),

Irak dan Mesir dalam waktu yang sangat lama. Pada abad XII mazhab Hambali berkembang

Page 17: MAZHAB HAMBALI

terutama pada masa pemerintahan Raja Abdul Aziz As Su’udi. Dan masa sekarang ini menjadi

mazhab resmi pemerintahan Saudi Arabia dan mempunyai penganut terbesar di seluruh

Jazirah Arab, Palestina, Siria dan Irak.

Mazhab ini dianut kebanyakan penduduk Hejaz, di pedalaman Oman dan beberapa

tempat sepanjang Teluk Persia dan di beberapa kota Asia Tengah. Mazhab ini diikuti oleh

sekitar 5% muslim di dunia dan dominan di daerah semenanjung Arab.

4. Paling Dekat dengan Sunnah

Madzhab fiqih besar yang menempati urutan keempat berdasarkan periodisasi

kemunculannya adalah Madzhab Hambali. Madzhab ini muncul di kota kelahiran pendirinya.

Baghdad.

Berbeda dengan gurunya, Imam Syafi’I, yang menuangkan metode istinbath

( penggalian hukum ) - nya dalam sebuah kitab. Imam Ahmad tak pernah merumuskan

metode istinbath dalam sebuah karya tulis. Sistem penggalian hukum yang dikembangkannya

dikenali belakangan melalui penjabaran murid - murid dan pengikutnya yang menganalisa

fatwa - fatwa sang imam.

Bahkan Imam Ahmad tidak pernah mengumpulkan fatwa - fatwanya secara khusus

dalam sebuah buku. Dari mereka yang mendengar langsung dari sang imam itulah fatwa -

fatwa tersebut dicatat. Murid - murid dan pengikutnyalah yang kemudian berjasa

mengumpulkan, membukukan, dan mengembangkan madzhab ulama yang dikenal sangat

bersahaja itu.

Dibandingkan dengan madzhab - madzhab fiqih lain, perkembangan pengikut

Madzhab Hanbal bisa dibilang yang paling tersendat. Menurut sejarawan muslim, hal ini

disebabkan rata - rata ulama Madzhab Hanbali enggan duduk dalam pemerintahan, seperti

menjadi qadhi (hakim) atau mufti. Karena menolak menjadi pejahat pemerintah, otomatis

madzhabnya pun tidak pernah menjadi madzhab  resmi negara. Padahal dengan  menjadi

madzhab resmi negara, bisa dipastikan suatu madzhab  akan berkembang pesat diwilayah

kekuasaan pemerintah tersebut.

Page 18: MAZHAB HAMBALI

Madzhab Hanbali terkenal sangat ketat dan teguh dalam menggunakan dasar sunnah.

Tak mengherankan dalam berbagai literatur, madzhab ini juga sering disebut dengan nama

fiqh assunnah.

5. Kedudukannya Sejajar

Menurut Imam Ahmad. Al - Qur’an dan Sunnah memang memiliki kedudukan yang

sejajar sebagai dasar hukum.  Alasannya, kehujjahan sunnah Nabi ditetapkan oleh Al -

Qur’an dan sunnah Nabi sendiri merupakan penjelasan isi Al - Qur’an yang dipaparkan oleh

orang yang  memang ditunjuk dan diberi mandat langsung oleh Allah untuk menjelaskannya.

Meski sejajar, dalam prakteknya, Imam Ahmad selalu mendaulukan nash Al - Qur’an.

Bagi Imam Ahmad, jika sudah ditemukan suatu nash sunnah yang bisa dijadikan

dasar hukum suatu masalah, ia akan berpegang teguh padanya, meski pendapat dalam hadits 

tersebut berbeda dengan pendapat para sahabat.

Selanjutnya, seperti gurunya, Imam Syafi’I, jika masih belum menemukan dasar

hukum juga, Imam Ahmad menggunakan pendapat sahabat yang tidak diketahui ada

perselisihan.

6. Mujtahid Mutlak

Selain puluhan tahun mengembara mencari ilmu, tepat ketia usianya genap empat

puluh tahun, Imam Ahmad bin Hanbal kembali ke Baghdad dan mulai membuka majelis

pengajian. Tingkat kealimannya yang sangat tinggi membuatnya mampu melakukan ijtihad

mutlak secara mandiri, tanpa menggantungkan diri kepada hasil ijtihad ulama lain. Melalui

halaqahnya itulah Madzhab Hambali lahir dan menyebar ke seluruh penjuru dunia.

7. Rezim yang Anti Perbedaan

Dalam sejarah, Imam Ahmad dikenal sebagai seorang yang sangat teguh imannya.

Dalam menegakkan kebenaran yang diyakininya. Ia sama sekali tidak mengenal kata takut.

Separuh hidupnya dihabiskan didalam penjara Dinasti Abbasiyyah, yang sejak masa

pemerintahan Al - Ma’mun menganut paham Mu’tazilah, yang berpendapat bahwa Al -

qur’an adalah makhluk.

Page 19: MAZHAB HAMBALI

Suatu ketika Al - Ma’mun mengadakan pertemuan para ulama besar, untuk

memperbincangkan Al - Qur’an itu adalah makhluk. Dengan sedikit intimidasi, Al - Ma’mun

mengharapkan pendapat tersebut akan diterima para ulama.

Dan benar, karena takut, mayoritas ulama memilih diam. Satu - satunya ulama yang

menentang keras pendapat Al - Qur’an makhluk adalah Imam Hanbali.

Tak ayal, ia pun ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Beberapa hari kemudian

datang surat dari Tharsus yang meminta supaya Imam Ahmad dibawa dengan dirantai tangan

dan kakinya. Di sana ia menerima hukuman cambuk.

Ketika cambuk yang pertama singgah dipunggungnya, Imam Ahmad mengucapkan

“Bismillah”.

Pada cambukan kedua, ia mengucapkan, “Laa haula wa la quwwata illaa billah

(Tiada daya dan kekuatan apapun kecuali dengan izin Allah).”

Pada cambukan ketiga ia mengucapkan, “Al - qur’an kalamullah ghairu makhluq (Al-

Qur’an adalah kalam Allah nukan makhluk).”

Dan ketika sampai pada cambukan yang keempat, ia membaca surah At-Taubah ayat

51, “Katakanlah: Sekali - kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang ditetapkan oleh

Allah bagi kami.”

Dan luka - luka diseluruh badannya, mengalir darah, kemudian,, dalam keadaan sudah

tak berdaya, ia dimasukkan kembali kedalam penjara.

Penyiksaanpun terus berlangsung berkali-kali dan hari-hari. Suatu saat, ketika tengah

dicambuk, Imam Ahmad merasakan tali celana yang menutup auratnya putus dan hampir

turun ke bawah. Ia pun menangkat mukanya ke atas sambil berdoa, “Ya Allah, dengan nama-

Mu yang menguasi Arsy, jika menurut - Mu aku ini benar, jangan Engkau biarkan penutup

auratku jatuh.” Seketika itu pula celananya yang akan jatuh itu naik kembali.

Penahanan dan penyiksaan Imam Ahmad dan beberapa ulama anti Mu’tazilah lain

masih berlangsung pada era Al - Mu’tashim, pengganti Al - Ma’mun dan putranya, Al -

Page 20: MAZHAB HAMBALI

Watsiq. Bahkan tercatat dalam sejarah, Al - Watsiq pernah memancung leher ulama terkenal,

Ahmad bin Naser Al - Khuza’i.

Baru setelah Al - Watsiq meninggal dunia, saudara yang menggantikannya, Al -

Mutawwakkil, menghapus paham Mu’tazilah dan membebaskan semua ulama yang ditahan,

termasuk Imam Ahmad bin Hanbal. Sebagai permohonan maaf, Al - Mutawwakkil

menghadiakan uang 10.000 dirham kepada Imam Ahmad. Namun hadiah tersebut ia tolak.

Karena dipaksa akhirnya ia pun menerimanya, tapi dibagi-bagikan kepada fakir miskin.

BAB IV

PENERAPAN MAZHAB HAMBALI

4. Dalam Hal Muamalah

Calon istri boleh mengajukan syarat pernikahan kepada calon suaminya, misalnya

tidak akan dimadu selama hidup. Jika sang calon suami menyetujui, ia terikat perjanjian itu.

Dan jika perjanjian itu dilanggar, sang istri berhak mengajukan fasakh (pembatalan ikatan

pernikahan).

5. Dalam Hal Ibadah

1. Shalat dalam keadaan bahu terbuka adalah batal.

2. Orang yang tertidur sambil berdiri, duduk atau ruku; hingga tersungkur jatuh, tidak

membatalkan wudhunya

3. Shalatnya makmum diluar masjid yang bisa mengikuti gerakan imam, hukumnya sah,

meskipun pintu masjid dalam keadaan tertutup.

6. Hukum Pemakaian Cadar

Page 21: MAZHAB HAMBALI

a. Ibnu Qudamah ( kitabnya al - Mughni ( 1 : 601 ) ) : Tidak diperselisihkan

dalam mazhab tentang bolehnya wanita membuka wajahnya dalam shalat dan

dia tidak boleh membuka selain wajah dan telapak tangannya.

b. Imam Abu Hanifah berkata, "Kaki itu bukan aurat, karena kedua kaki itu

memang biasanya tampak. Karena itu, ia seperti wajah."

c. Imam Malik, al-Auza'i, dan Imam Syafi'i berkata, "Seluruh tubuh wanita itu

adalah aurat kecuali muka dan tangannya, dan selain itu wajib ditutup pada

waktu shalat, karena dalam menafsirkan ayat ,dan janganlah mereka

menampakkan perhiasannya kecuali apa yang biasa tampak daripadanya."

d. Ibnu Abbas berkata, “Yaitu wajah dan telapak tangan."

e. Para ahli ilmu berbeda pendapat, tetapi kebanyakan mereka sepakat bahwa ia

boleh melakukan shalat dengan wajah terbuka. Dan mereka juga sepakat

bahwa wanita merdeka itu harus mengenakan tutup kepalanya jika melakukan

shalat, dan jika ia melakukan shalat dalam keadaan seluruh kepalanya

terbuka, maka ia wajib mengulangmya.

f. Abu Bakar al-Harits bin Hisyam, beliau berkata, "Wanita itu seluruhnya adalah

aurat hingga kukunya."

Nabi SAW melarang wanita berihram memakai kaus tangan dan cadar. Andaikata

wajah dan tangan itu aurat niscaya beliau tidak akan mengharamkan menutupnya. Selain itu,

karena diperlukan membuka wajah dalam urusan jual beli, begitupun kedua tangan untuk

mengambil ( memegang ) dan memberikan sesuatu.

Sebagian sahabat berkata, "Wanita itu seluruhnya adalah aurat, karena

diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa wanita itu aurat." Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan

beliau berkata, "Hadits hasan sahih." Tetapi beliau memberinya rukhshah (keringanan)

untuk membuka wajah dan tangannya karena jika ditutup akan menimbulkan kesulitan.

Dan diperbolehkan melihatnya pada waktu meminang karena wajah itu merupakan pusat

kecantikan.

Page 22: MAZHAB HAMBALI

BAB V

PENUTUP

Pada jaman Nabi Muhammad SAW, tidak diperlukan mazhab. Ketika ada yang tidak

jelas tentang firman Allah atau hadist, mereka dapat bertanya langsung kepada Rasulullah

Muhammad SAW.

Mengapa Mazhab? Jaman sekarang, apabila kita ada yang kurang jelas atau ragu

tentang pemahaman firman Allah atau hadist, kita tak dapat bertanya langsung kepada

Rasulullah.

Pada jaman mereka (Para Imam Mazhab), sudah mulai beredar hadits - hadits palsu

yang menyesatkan. Dalam memahami Al - Qur'an dan aplikasi kasus kehidupan, diperlukan

referensi Al - Qur'an disertai hadits - hadits asli yang menjelaskan tentang hal tersebut,

sehingga dapat diketahui duduk masalah yang sebenarnya, sehingga dapat diketahui

kebenaran.

Mereka (Para Imam Mazhab) adalah Ulama besar yang memiliki dewan kitab dan

memenuhi syarat wira'i. Mereka keputusannya tidak dipengaruhi pemerintahan (bersih dari

Page 23: MAZHAB HAMBALI

kepentingan penguasa). Perbedaan yang terjadi antar 4 mazhab tersebut adalah karena

perbedaan sudut pandang, juga lingkungan.

Misalkan, contoh kecil : Hukum wudhu Imam Syafi'i yang di daerah panas. Hukum

wudhu Imam Hanafi yang di daerah dingin ( mereka berbeda, karena berbeda lokasi ).

Hukum mereka berbeda, tetapi sama - sama benar, punya dasar kuat. Di Indonesia,

sebagian besar Ulama menggunakan mazhab 4 ( Syafi'i, Hambali, Hanafi dan Maliki ). Di

Indonesia tidak ada pertentangan dan saling toleransi dalam penggunaan mazhab tersebut.

Tetapi banyak muncul orang - orang Islam yang menyatakan diri sebagai Islam

modern. Yang menyatakan diri menggunakan dasar hanya dari Al - Qur'an dan Hadist, tetapi

ketika ada yang kurang jelas, mereka mengandalkan kitab - kitab orang Wahabi. Tetapi

mereka tidak mengakui bahwa mereka bermazhab Wahabi. Mereka menganggap itu berdasar

Qur'an dan Hadist.

Menurut orang yang berfaham 4 Mazhab : Mereka mengartikan Al Qur'an

berdasarkan pemahaman sendiri atau mereka mengartikan berdasarkan Syeh - syeh Wahabi.

Bila terjadi perbedaan pendapat, lalu bicara terbuka, biasanya yang berrmazhab 4

akan lebih memiliki argumen yang tepat, bahkan lebih toleran. Sedangkan yang kelompok

"modern" tersebut, biasanya tertutup dan tidak mengakui perbedaan pendapat, tidak

menerima sanggahan, menganggap mereka yang paling benar.

Page 24: MAZHAB HAMBALI

DAFTAR PUSTAKA

Alkisah No.18/25 Agt-7 Sept 2008

Qardhawi, Yusuf. Fatwa – Fatwa Kontemporer. Gema Insani Press : Jakarta.

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

www .answers.yahoo.com/question/index?qid=20090328070513AAAtTyf

www.faithfreedom.org

www.ibnuyazid.com

www.online.com

www.opensubciber.com

www .rahmatblog.com

www.republika.co.id/koran/153/56211