Upload
others
View
8
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016
Media Teropong BBTKLPP Surabaya
Penyelidikan Epidemiologi KLBLeptospirosis di Lapas Kelas 1
Kota Malang
dari Redaksi
01
Bermitra dan Bertumbuh
Salam sehat! Edisi Khusus METRO 2016 yang
kedua kembali terbit.
Pada edisi paruh kedua
tahun 2016, Redaksi menghadirkan beberapa
kegiatan pengendalian dan pencegahan
penyakit.
Ada dua hal penting yang menandai kejadian
semester kedua ini. Yang pertama adalah
peletakan batu pertama pembangunan
gedung Laboratorium Surveilans Regional di
Nongkojajar Pasuruan. Laboratorium ini
merupakan pengembangan Laboratorium Pes
dan Zoonosis yang sebelumnya rutin
melakukan surveilans epidemiologi penyakit
pes di wilayah enzoonotik poes.
Pengembangan laboratorium ini menjadi
penting karena di gedung setinggi 4 lantai itu
akan melayani kegiatan surveilans faktor
risiko kesehatan, analisis risiko kesehatan, dan
uji laboratorium biomarker, parasitologi,
bakteriologi, dan virologi dengan
laboratorium standar BSL II yang hanya ada
dua di Indonesia dan regional WHO di Asia
Tenggara (SEARO).
Keberadaan laboratorium surveilans terpadu menjadi perangkat penentu diagnosis dan identifikasi faktor risiko secara cepat dan akurat. Gedung akan mewadahi
laboratorium
pengujian penyakit yang handal, laboratorium biomolekuler yang
canggih, laboratorium
biakan
jaringan, dan hewan coba untuk penyakit zoonosa,
laboratorium
pengembangan teknologi pengendalian penyakit.
Kejadian monumental lain adalah jejaring dan
kemitraan antara Kementerian Kesehatan dengan CDC Atlanta, DHHS USA, dan Departemen of State USA, yang juga turut melibatkan BBTKLPP Surabaya. Jejaring dan kemitraan global ini diharapkan semakin
memperkuat posisi dan nilai tawar laboratorium konfirmasi penyakit emerging yang kini tengah menjadi perhatian global.
Kemitraan menjadi salah satu jawaban dalam
mencegah dan mengendalikan penayakit yang
semakin bermutasi menajdi lebih berbahaya.
Kerjasama antar lembaga antar negara,
transfer of knowledge dan transfer of
technology dapat memberikan sinergi dalam
pencegahan dan pengendalian penyakit.
Kemitraan yang membawa pada
pertumbuhan bersama.
Selain dua peristiwa di atas, METRO juga
menampilkan kegiatan rancang bangun
Teknologi Tepat Guna, surveilans
epidemiologi, dan sistem kewaspadaan dini
pada situasi matra pelantikan Bupati dan
Walikota serta Roadshow Pelayanan
Kesehatan Pada Saat Mudik Lebaran 2016.
Redaksi sangat berterimakasih atas
antuasiasme rekan-rekan dalam mengirimkan
artikel. Redaksi dalam kesempatan ini
memohon maaf belum dapat menerbitkan
semua artikel dikarenakan keterbatasan
halaman. Redaksi akan berusaha untuk terus
mewadahi semangat teman-temab dalam
menulis. Redaksi juga
mengharapkan saran
dan kritik membangun sehingga METRO akan
lebih baik ke depannya dan memenuhi
harapan pembaca.
Akhirnya, redaksi mengucapkan selamat
membaca dan terus bersinergi dan
bertumbuh.
Redaksi
02
Tak Main-main dalam
Pengendalian Penyakit, BBTKLPP
Surabaya
Bangun Gedung
Pelayanan Laboratorium Surveilans
Regional
di Pasuruan
Mendukung pencapaian target nasional
pencegahan dan pengendalian penyakit
melalui penguatan surveilans epidemiologi,
BBTKLPP Surabaya membangun Laboratorium
Surveilans Terpadu di Nongkojajar Kabupaten
Pasuruan. Pembangunan laboratorium
ditandai dengan prosesi peletakan batu
pertama oleh Dirjen Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit dr. H. Mohamad
Subuh, MPPM pada 4 Juni 2016. Acara
dihadiri antara lain asisten 3 pemkab mewakili
Bupati Pasuruan, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasuruan, Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur, Camat, Kodim,
Puskesmas setempat, Kepala KKP Kelas II
Probolinggo dan Kepala KKP Banten.
Gedung Pelayanan Laboratorium Surveilans
Regional seluas 1848 m2 terdiri dari empat (4)
lantai. Gedung akan melayani kegiatan
surveilans faktor risiko kesehatan, analisis
risiko kesehatan, dan uji laboratorium
biomarker, parasitologi, bakteriologi, dan
virologi.
Gedung sesuai standar laboratorium penyakit
Bio Safety Level (BSL) II. Dirjen Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit pada
sambutannya mengungkapkan keinginannya
untuk menjadikan laboratorium ini standar
BSL II plus. Hanya ada dua buah laboratorium
di Indonesia yang memenuhi standar BSL.
Yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kemenkes di Jakarta yang berstandar BSL 3.
“Kalau Nongkojajar ini nanti berdiri BSL II plus
ini keuntungannya bagi Provinsi Jawa Timur
khususnya Kabupaten Pasuruan keuntungan
luar biasa, karena ini bukan main dan bukan
main-main, “ ungkap beliau.
Masih menurut Dirjen P2P, laboratorium
surveilans ini dalam regional di 11 negara
ASEAN (SEARO) akan menjadi satu-satunya.
Bahkan juga menjadi satu-satunya di regional
WHO – SEARO –
sampai di India.
Pembangunan dilakukan dalam dua (2) tahap
dengan anggaran 60 M di luar pembelian
lahan dan peralatan laboratorium. Gedung
Pelayanan Laboratorium Surveilans Regional
merupakan pembangunan tahap pertama
dengan anggaran sebesar 36 M. Tahun depan
akan dilanjutkan dengan pembangunan tahap
kedua Gedung Rancang Bangun Teknologi
Tepat Guna senilai 24 M. Gedung tersebut
merupakan pengembangan aset Laboratorium
Zoonosis BBTKLPP Surabaya yang telah ada
sebelumnya. “Pembangunan dikawal terus
mulai sisi perencanaan, pelaksanaan, dan
pemanfaatannya, “ kata Dirjen.
Pembangunan laboratorium surveilans
menjadi bentuk kegiatan deteksi dini dan
respon cepat penyakit. Keberadaan
laboratorium surveilans terpadu menjadi
perangkat penentu diagnosis dan identifikasi
faktor risiko secara cepat dan akurat untuk
penyakit-penyakit DBD, Leptospirosis, serta
penyakit yang menjadi perhatian
Internasional (PHEIC) antara lain Penyakit Pes
dan yang terbaru ZIKA Virus. Selain juga
dibangun untuk perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang
pencegahan dan pengendalian penyakit.
Dirjen berpesan kepada BBTKLPP Surabaya
untuk meningkatkan sumber daya manusia
laboratorium dan bekerjasama dengan 5
BERITA UTAMA
03
(lima) puskesmas yang ada di sekitar
Nongkojajar. Pembangunan laboratorium
diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan dan perekonomian masyarakat
melalui kedatangan para tamu untuk belajar
dan meneliti dari berbagai negara. “Kami
minta hanya satu ke Pak Bupati, tolong
diperbaiki jalannya. Karena ini akan menjadi
investasi milik Pasuruan, bangunan tidak akan
dibawa ke Surabaya ataupun Jakarta,” tambah
beliau yag mengundang gelak tawa para
undangan.
Surveilans epidemiologi penyakit merupakan
pengamatan terus menerus pada faktor risiko
kejadian penyakit. Surveilans yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan dan masyarakat
berbarengan dengan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) merupakan upaya sinergis
luar biasa dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit. Surveilans
epidemiologi melalui penguatan kemampuan
to detect – to prevent dan to response untuk
mencapai target Nasional Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit tahun 2050, yaitu
eradikasi, eliminasi dan reduksi penyakit
Rubela, Filariasis, Schistomiasis, Rabies,
Frambusia, Campak, Kusta, Hepatitis dan TB. (HW/ay)
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB
LEPTOSPIROSIS DI LAPAS KLAS I KOTA
MALANG
Oleh : Slamet Herawan ST.,
Msc.PH,
Mardzyah Rahayu SKM, Wahyu Arif
Kejadian Leptospirosis kembali dilaporkan.
Kali ini penyakit yang ditularkan melalui urine
dan darah hewan yang terinfeksi bakteri
leptospira itu terjadi di Lembaga
Pemasyarakatan Klas I Malang. Sebelumnya,
tim Dinas Kesehatan setempat bersama
dengan BBTKLPP Surabaya dan Dinkes
Provinsi Jawa Timur melakukan penyelidikan
epidemiologi pada 16 – 17 Juni 2016. Sampel
darah dari empat (4) orang penghuni lapas
dengan gejala suspect leptospirosis
menunjukkan dua (2) orang positif RDT
Leptospirosis (data konfirmasi Laboratorium
RSIP Kariadi Semarang menggunakan metode
MAT).
Hasil PE pertama tersebut dikuatkan dengan
pemberitaan media massa pada 19 Juli 2016
yang mempublikasikan terjadinya
peningkatan kasus di klinik Lapas Lowokwaru,
Malang dan telah dikonfirmasi kebenarannya
oleh Dinas Kesehatan Kota Malang dan Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Timur membenarkan
kondisi tersebut. Berdasarkan rekam medis di
RSSA Malang, ada satu orang penghuni lapas
yang meninggal dunia pada 19 Juni 2016
dengan diagnosa komplikasi Typhoid dan
Leptospirosis.
Kegiatan Surveilans Epidemiologi
04
Trapping Tikus untuk Mengidentifikasi Bakteri Leptospira pada Ginjal Tikus
Oleh karena masih berlanjutnya kasus, tim
BBTKLPP Surabaya kembali melakukan
Penyelidikan Epidemiologi (PE) pada 21 – 22
Juli 2016 untuk mencegah penyebaran
Leptospirosis melalui penegakan diagnosis
etiologi penyakit, mengetahui gambaran
epidemiologi sumber dan cara penularan
penyakit, sehingga dapat memberikan
rekomendasi yang sesuai untuk
penanggulangannya. Tim melakukan
pengumpulan data-data primer yang berasal
dari data wawancara, observasi lingkungan,
melakukan trapping tikus, dan pengambilan
sampel air, serta didukung di rekam medis di
klinik Lapas.
Kepastian KLB Leptospirosis didukung oleh
hasil laboratorium RSUP Kariadi Semarang
yang menyatakan 2 orang positif Leptospirosis
(metode MAT). Namun tidak menutup
kemungkinan adanya penyebab lain,
mengingat kasus yang belum berhenti dengan
gejala yang tidak spesifik. Dugaan KLB
Penyakit lainnya disebabkan kesakitan yang
terjadi secara massal mulai 30 Mei 2016
dengan gejala panas, mual, diare dan pegal-
pegal. Sampai tanggal 18 Juli 2016 jumlah
kasus terus bertambah hingga mencapai 360
orang (18 orang dirujukke RSUD dr. Saiful
Anwar, 2 orang meninggal dunia, 1 orang
masih dirawat intensif dengan diagnosis
sementara gagal ginjal akut).
Penegakan diagnosis dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan laboratorium pada
ginjal tikus dan air tandon sebelah utara dan
tandon selatan masjid. Pemeriksaan
Leptospira menggunakan PCR masih dilakukan
di BBTKLPP Surabaya. Adapun hasil
pemeriksaan air menunjukkan negatif
Salmonella Sp.
Gambar 1. Distribusi Kasus Per Minggu
Distribusi kasus berdasarkan variabel orang,
tempat, dan waktu terlihat pada gambar-
gambar berikut :
Gambar 2. Distribusi Penderita Rujukan Menurut
Kelompok Umur
Gambar 3. Distribusi Penderita Berdasarkan Blok
Tempat Tinggal
0
50
100
1 2 3 4 5 6 7
jum
lah
Minggu ke-
Distribusi Kasus per Minggu
remaja56%
dewasa33%
lansia11%
Distribusi Penderita yang Dirujuk Menurut Kelompok Umur
0
20
40
60
1 3 5 7 9 11 13 15 17
Jum
lah
Blok
Distribusi Suspek Menurut Blok
di LP Klas I Malang
Juni
Juli
05
Gambar 4. Denah Blok Tempat Tinggal di LP Klas I
Malang
Tabel 1. Jumlah Penghuni Lapas yang Dirujuk
ke RSUD dr. Syaiful Anwar
Bulan
Jumlah
dirujuk KRS
Meninggal
Juni 14 13 1
Juli 4 2 1
Total 18 15 2
Semua kasus suspek adalah laki-laki dan
sebagian besar (56 %) merupakan kelompok
usia remaja (17 – 25 tahun). Narapidana di
lapas Lowokwaru tinggal dalam blok-blok
sesuai dengan jenis kasusnya. Lapas Lowok
waru terdiri dari 22 blok (1 blok dihuni oleh
tahanan, 17 blok dihuni oleh para nara pidana
dan 4 blok dalam proses renovasi). Secara
umum, kasus tertinggi berada di blok 1, blok 8
dan blok 16. Blok 1 dihuni oleh tahanan yang
tertekan secara psikologis yang secara tidak
langsung dapat mempengaruhi kondisi
imunitasnya. Blok 16 terletak di depan tempat
penampungan sampah yang terbuka yang
memungkinkan adanya banyak vektor seperti
lalat dan tikus. Sampai tanggal 18 Juli 2016
jumlah kasus mencapai 360 kasus, 18 orang
dirujuk ke RSUD dr. Saiful Anwar.
Sanitasi di lingkungan Lapas secara umum
sudah cukup baik. Tumpukan sampah masih
telihat di beberapa titik. Kepadatan tikus
rendah, ditunjukkan dengan jejak maupun
kotoran tikus sedikit dan succedtrap rendah (4
%). Kondisi tersebut mungkin dikarenakan
banyak kucing berkeliaran di area Lapas.
Air LP Klas I Malang berasal dari 3 sumber,
yaitu air PDAM disalurkan ke 4 KASM di area
depan dan dapur khusus untuk memasak, 1
air sumur bor (ASB) disalurkan ke masjid
melewati 2 tandon, 14 air sumur gali (ASG)
disalurkan keblok-blok untuk mandi dan cuci.
Para nara pidana biasa meminum ASB di
masjid tanpa dimasak terlebih dahulu,
padahal tandonnya tidak dibersihkan secara
rutin.
Mencermati temuan di atas, gejala diare dan
mual dapat terjadi bukan hanya karena
Leptospirosis namun ada faktor lain.Beberapa
pasien didiagnosis typhoid, yang artinya
mereka mengkonsumsi makanan/minuman
yang tercemar bakteri Salmonella. Penularan
diduga melalui air minum yang tercemar
bakteri, tempat sampah terbuka, tempat
makan berbahan plastik yang tidak dicuci
bersih dan digunakan secara bergantian,
kucing berkeliaran bebas, dan PHBS
narapidana rendah.
Penanggulangan dapat ditempuh upaya (1)
pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT)
Leptospirosis dan pemberian profilaksis pada
pasien suspek leptospirosis; (2) Pengendalian
populasi tikus dengan trapping tikus; (3) Rutin
membersihkan tandon air dan pengelolaan air
minum; (4) Komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE)kepada seluruh penghuni Lapas baik
petugas maupun tahanan/narapidana.
(*/ay)
06
Rancang Bangun Sistem
Pengelolaan Limbah B3
Model Evaporasi
Oleh : Dwi Sulaksono
ST, M.Kes, Usman E.
S.Si, Widi Hartatiek
S.Si. Apt
Sebagai upaya mengoptimalkan kinerja
pengelolaan limbah di BBTKLPP Surabaya, tim
TTG BBTKLPP Surabaya merancang Teknologi
Tepat Guna Sistem Pengelolaan Limbah B3
Laboratorium Model Evaporasi. Instalasi
laboratorium di BBTKLPP Surabaya
menghasilkan limbah B3 antara lain logam-
logam berat seperti Merkuri, Cadmium,
Plumbum, Zink, Tembaga serta bahan-bahan
asam dan basa kuat. Model pengolahan
limbah dengan sistem evaporasi dapat
dijadikan percontohan bagi tempat lain.
Secara prinsip pengolahan evaporasi ini
adalah menguapkan sejumlah volume limbah
cair ke udara dengan menggunakan bantuan
panas yang dihasilkan dari elemen pemanas
atau terik matahari sampai volume limbah
tersebut dalam jumlah yang sedikit sehingga
muda untuk mengisolasinya dalam wadah
tertentu yang aman. Selanjutnya limbah ini
akan diamankan dalam bentuk solidifikasi
(pemadatan dengan semen) untuk dikirim ke
institusi pengolah limbah B3 di Cileungsi
Bogor.
Desain Pengolahan Limbah B3 Model Evaporasi
Limbah cair non B3 dari masing-masing
laboratorium dipisahkan dengan limbah B3
dan ditempatkan di wadah penampung
sementara. Wadah dapat berupa tong
pengumpul limbah B3, sedangkan limbah non
B3 masuk kesaluran perpipaan yang mengalir
ke IPLC. Limbah non B3 akan masuk ke IPLC
dan keluar dalam bentuk outlet IPLC dengan
hasil yang memenuhi syarat (MS) atau tidak
memenuhi syarat (TMS) jika tidak memenuhi
syarat akan dikembalikan ke pengolahan..
Limbah B3 yang telah dikumpulkan dalam
wadah sementara secara kontinyu
dipindahkan ke tempat pengolahan limbah B3
sistem evaporasi di lantai 5 gedung C BBTKLPP
Surabaya.
Evaporator menggunakan coil pemanas listrik
Pada reaktor evaporasi ini disediakan fasilitas
pemanas air limbah dalam bentuk koil
pemanas yang dioperasikan dengan
menggunakan listrik. Koil pemanas ini
berfungsi untuk membantu proses
Teknologi Tepat Guna
07
pemanasan terhadap air limbah B3 tersebut.
Selain menggunakan koil pemanas, pada
waktu kondisi terik matahari pemasanan
limbah menggunakan sinar matahari
langsung. Volume limbah diuapkan sampai
volume tertentu sehingga mudah
penanganannya pada proses selanjutnya.
Konsentrat limbah B3 ini akan ditempatkan
dalam wadah khusus dan disimpan dalam
waktu tertentu untuk selanjutnya dilakukan
pembuangan melalui dengan pengiriman
limbah B3 ke IPLC limbah B3 di Cileungsi atau
dilakukan pengamanan melalui solidifikasi
limbah B3. Untuk limbah udara yang
dihasilkan dari proses evaporasi secara
periodik akan dilakukan pengukuran kualitas
udara lingkungan sesuai aturan yang berlaku.
(*/ay)
Operasionalisasi IPLC B3 Laboratorium
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PENGEMBANGAN TTG LARVATRAP
PADA KEMAH NASIONAL KESEHATAN
2016
Oleh : Dwi Sulaksono ST., M.Kes dan
Bagus Widjanarko S.Si
Kemah Nasional Kesehatan Tahun 2016
merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan
tiga tahunan yang melibatkan lebih dari 1200
peserta dengan banyak partisipan hingga
mencapai lebih dari 1300 orang dibuka
langsung oleh Menteri Kesehatan RI di Bumi
Perkemahan Selorejo Kabupaten Malang.
BBTKLPP Surabaya memberikan pelatihan
proses bionomik nyamuk dan pembuatan
perangkap telur nyamuk “Larvatrap” dari
botol bekas, serta edukasi kepada masyarakat
dan teknik pemasangan langsung ovitrap pada
kegiatan yang berlangsung pada 11 – 14 Mei
2016 tersebut.
Pengendalian penyakit DBD dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara yaitu secara
fisika dengan menggunakan kassa nyamuk di
jendela, ventilasi udara, raket nyamuk dll.
Secara kimia yaitu dengan menggunakan
insektisida. Serta dilakukan program
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Pengembangan TTG larvatrap dapat
digunakan mencegahan penyakit DBD. TTG
Larvatrap melengkapi program pengendalian
sarang nyamuk (PSN) dengan menghambat
proses bionomik (siklus hidup nyamuk).
Nyamuk bertelur pada wadah telah
disediakan kemudian ketika telur menetas
menjadi larva dan berubah menjadi nyamuk
selanjutnya terperangkap dikarenakan
terdapat kain kassa yang menutupi jalan
keluar nyamuk.
Teknologi Tepat Guna
08
Tujuan pembuatan Larvatrap dengan botol
mineral bekas selain dapat mendaur ulang
juga dapat dimanfaatkan sebagai alat
pengendali vektor penular penyakit DBD yang
murah karena dapat
dibuat sendiri.
Alat dan Bahan:
1.
Botol air mineral bekas 1500ml
2.
Kain Kassa ukuran 15 X 15 cm
3.
Kantong kresek warna hitam
4.
Gunting
5.
Lakban hitam
6.
Staples
Langkah-Langkah Pembuatan Larvatrap
1. Botol mineral dipotong menjadi dua ( 2 )
bagian, bagian atas sepertiga dari bagian
bawah botol 2. Bagian bawah botol dipotong lagi menjadi
dua ( 2 ) bagian, bagian atas sepertiga
bagian bawah 3. Bagian bawah botol yang dua pertiga
dipotong bagian dasar dari botol 4.
Bagian sepertiga botol yang kedua
dipotong vertikal
5.
Semua bagian dirangkai menjadi larvatrap.
Bagian botol yang bertutup (potongan
sepertiga yang pertama (1) ditutup dengan
kassa, kemudian masukkan bagian yang
dipotong vertikal. Kemudian distaples
empat sisinya dan dirapikan. Lakban
dengan kuat. Pastikan larvatrap dapat berdiri
tegak.
6.
Tutup seluruh badan botol dengan kantong
kresek hitam.
1
2
3
4
5
6
Cara Kerja Larvatrap
1. Isi larvatrap dengan air sebatas 1 ( satu )
cm diatas saringan kassa 2. Larvatrap diletakkan pada tempat yang
tidak sering dilalui orang (agak gelap, sela
sela kursi, lemari, dll) 3. Larvatrap tidak diletakkan di kamar mandi
( bisa tersiram air terus menerus), dapur
(banyak asap).
Perlakuan Setelah Pemakaian
1.
Periksa larvatrap seminggu sekali, bila air
permukaan saringan belum turun dan
ditemukan jentik segera buang airnya
ditempat yang kering dan panas. Jangan
dibuang disaluran air. 2.
Bila air pada permukaan saringan telah
turun, maka air tidak dibuang juga tidak
apa apa, karena bila jadi nyamuk tidak
dapat keluar. (*/ay)
09
Opsi TTG Pengendalian Vektor DBD Zika dan Chikungunya
Karya B/BTKLPP Indonesia
Jenis TTG
Bahan dan Spesifikasi
Panduan Operasional
Penjebak nyamuk
BBTKLPP Surabaya
1. Timba 3L
2. Corong plastik Ø 20 cm
3. Lembaran mika Ø 18 cm
4. Lem silicon
1. Isi Larvatrap dengan air maximal 1 (satu) cm diatas barier tengah.
2. Letakkan Larvatrap di tempat yang dimungkinkan nyamuk akan bertelur
3. Amati Larvatrap kurang labih 2 minggu sekali untuk melihat adanya telur nyamuk
4. Apabila membuang air dari larvatrap dengan cara buang air Larvatrap di tanah yang kering (agar air tidak tergenang)
Larvatrap
BBTKLPP Jakarta
1. Botol bekas 1,5LPlastik hitam
2. Steples
3. Solasi hitan
4. Kassa Ø 2mm 15 x 15 cm
1. Isi Larvatrap dengan air maximal 1 (satu) cm diatas saringan kain.
2. Letakkan Larvatrap di tempat yang dimungkinkan nyamuk akan bertelur
3. Amati Larvatrap kurang labih 2 minggu sekali untuk melihat adanya telur nyamuk
4. Apabila membuang air dari larvatrap dengan cara buang air Larvatrap di tanah yang kering (agar air tidak tergenang)
Pengusir nyamuk ICASS (Insect Control Air
Sistem Sofyang)
BTKLPP Batam
1. Paralon Ø 4” 2. Dop Tutup Ø 4” 3. Fan Ø 4” 4. Aerator DC 10 cm 5. Lem 6. Kabel 7. Knop no/off 8. Lampu indicator 9. Asesories paralon 10. Minyak sreh (Andropogon
sp)
1. Buka penutup bagian atas pipa, lalu isi air bersih sebanyak 2L
2. Masukkan minyak sereh sebanyak 2 sendok makan kedalam pipa utama yang berisi air bersih, kemudian pipa ditutup rapat memakai penutup yang tersedia
3. Bawa dan tempatkan alat pengusir nyamuk pada ruangan yang diinginkan
4. Sambungkan kabel dengan power listrik 220Volt.
5.
Perhatikan lampu indikator yang menyala dengan warna merah (indikator alat bekerja baik)
6.
Kemudian tekan saklar untuk menghidupkan alat
Lilin pengusir nyamuk ramah lingkungan
BBTKLPP Surabaya
1.
Gelas 50 cc 2.
Lilin parafin
3.
Minyak sereh (Andropogon sp)
4.
Pewarna
1. Nyalakan lilin pengusir nyamuk dengan korek api
2. Tempatkan lilin pengusir nyamuk pada ruangan yang diinginkan
Catatan :
1 lilin pengusir nyamuk dapat bekerja
efektif untuk ruangan dengan ukuran 4 x 4
m
10
Mosquito trap
BBTKLPP Surabaya
1.
Plat aluminiun 2mm” 1m2
2.
Fan Ø 4”
3.
Kabel
4.
Knop no/off
5.
Lampu indicator
6.
Lampu penarik serangga
7.
Minyak sreh (Andropogon sp)
1.
Buka penutup bagian atas alat dengan cara menarik pengait, lalu isikan 1 (satu) sendok minyak sereh pada tempat yang disediakan
2.
Tutup kembali penutupnya
3.
Nyalakan Mosquito trap dengan menyambungkan kabel dengan power listrik 220Volt.
4. Perhatikan lampu indikator yang menyala dengan warna merah (indikator alat bekerja baik)
5. Kemudian tekan saklar untuk menghidupkan alat (posisi ON)
Ovilanta
Ulibari (Laurentian University) dan BBTKLPP
Surabaya
1.
Ban bekas
2.
Besi Ø 5mm 1m
3.
kran
1. Satu ban tergantung ukurannya dibuat menjadi ovilanta menjadi beberapa bagian. Dibuat lubang yang berfungsi sebagai saluran buang di tengah cekungan, diisi air, lalu pada ujung kanan dan kiri taruh kertas untuk tempat nyamuk betina bertelur nantinya.
2. Gantungkan alat di tempat teduh yang tak terganggu air hujan dalam 1 minggu air yang ada harus dikuras minimal 2 kali.
3. Siapkan wadah yang diatasnya dilengkapi saringan seperti kaos putih, lalu membuka saluran yang ada di tengah cekungan ban sehingga air mengalir keluar
4. Cek kertas untuk telur nyamuk dan bila ada hancurkan dengan cara membakar/ merendamnya dalam cairan klorin.
5. Tempatkan di tempat terbuka agar bisa ditempati oleh nyamuk untuk bertelur
6. Amati ovilanta kurang labih 1 minggu sekali untuk melihat adanya telur nyamuk
7. Apabila ada telur nyamuk segera buang airnya dengan cara membuka kran di bagian bawah ovilanta
8. Buang air dari ovitrap pada tanah yang kering ( agar tidak tergenang)
Perangkap Nyamuk
BBTKLPP Yogyakarta
1. Pot plastik warna hitam Ø 15cm
2.
Fan Ø 4”
3.
Kabel
4.
Knop no/off
5.
Lampu penarik serangga (warna ungu)
6.
Kayu 15 x 15 x 2 cm (sebagai dasar)
1. Nyalakan Mosquito trap dengan menyambungkan kabel dengan power listrik 220Volt.
2.
Kemudian tekan saklar untuk menghidupkan alat (posisi ON)
11
KESIAPSIAGAAN KERACUNAN
MAKANAN PADA PELANTIKAN
WALIKOTA DAN BUPATI DI
GEDUNG NEGARA GRAHADI
SURABAYA
Oleh : Dya Candra SKM., M.Kes, Wahyu Arif
Wasito, Sri Rochana S.Si. MM
Gedung Negara Grahadi sontak dipadati
banyak puluhan tamu istimewa pada 17
Februari 2016. Pasalnya pada hari itu
diselenggarakan pelantikan kepada 17 Bupati
dan Walikota di Jawa Timur. Kondisi matra
yang melibatkan banyak orang semacam itu
perlu diwaspadai kejadian KLB keracunan
makanan baik mikrobiologi maupun kimiawi.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian
faktor risiko keracunan makanan. Upaya
tersebut berupa inspeksi sanitasi jasa boga
dan pengujian kualitas makanan, sesuai
dengan Permenkes RI N0
1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang pedoman
Higiene Sanitasi Jasa Boga, dan pemeriksaan
makanan/ minumanbaik secara mikrobiologi
maupun kimiawi.
BBTKLPP Surabaya bersama dengan Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan BBPOM
melakukan uji mutu makanan dan kandungan
bahan tambahan pangan berbahaya pada
makanan dan minuman yang disajikan
sebelum penyelenggaraan seremonial
tersebut. Makanan dan minuman pada
tempat pengelolaan makanan (katering dan
usaha boga) berpotensi menjadi sarana
penularan penyakit bawaan makanan
(food borne diseases ) serta kejadian
keracunan makanan ( food borne poisioning )
dari toksin mikroorganisme maupun dari
penggunaan bahan tambahan makanan yang
tidak tepat atau zat-zat kimia yang tidak
direkomendasikan untuk makanan. Audit
hygiene sanitasi dan pengujian mutu jasaboga
dilakukan untuk menilai kondisi fisik, fasilitas
dan lingkungan Tempat Pengelolaan Makanan
(TPM), tingkat cemaran makanan dan atau
dalam hal ada kejadian luar biasa / wabah dan
keadaan yang membahayakan lainnya.
Tim melakukan pengujian pada
makanan/minuman serta swab peralatan dan
observasi sanitasi lingkungan mengacu pada
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1096 Tahun 2011 tentang
Hygiene Sanitasi Jasaboga. Pengujian secara
kimia dan mikrobiologi pada makanan
minuman yang disediakan untuk para tamu
VVIP/VIP tersebut.
Pengambilan Contoh Uji Makanan Untuk Tamu VIP
Pengujian secara Kimia pada contoh uji
kudapan, makanan tamu VIP dan tamu non
VIP mendapatkan 2 makanan kandungan
nitrit, meskipun dalam batas yang masih
diperbolehkan. Adapun makanan lainnya tidak
ditemukan kandungan Nitrit, Borak, Formalin
dan Cyanida.
Kandungan nitrit dalam makanan dapat
berasal dari bahan pengawet. Kandungan
nitrit dan nitrat yang melebihi batas syarat
dapat menyebabkan methemoglobinemia
simptomatik pada anak-anak. Walaupun
Kegiatan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
12
sayuran jarang menjadi sumber keracunan
akut, mereka memberi kontribusi >70% nitrat
dalam diet manusia. Kembang kol, bayam,
brokoli, dan umbi-umbian memiliki
kandungan nitrat alami lebih banyak dari
sayuran lainnya. Sisanya berasal dari air
minum (+ 21%) dan dari daging atau produk
olahan daging (6%) yang sering
memakai
natrium nitrat (NaNO3) sebagai pengawet
maupun pewarna makanan.
Pemeriksaan Contoh Uji Kudapan Secara Kimia
Pengujian contoh uji makanan secara
mikrobiologi menemukan 3 sampel yang tidak
memenuhi syarat meskipun tidak ditemukan
kuman patogen. Hasil uji swab alat makan
mendapatkan satu jenis alat makan tidak
memenuhi syarat.
Keberadaan Coliform dan E. coli dalam
makanan mengindikasikan kontaminasi
makanan akibat penanganan
makanan/minuman yang kurang baik. E.
coli
berasal dari tinja manusia dan hewan.
Kontaminasi bakteri ke
dalam makanan dapat
disebabkan
perilaku penjamah yang tidak
higienis, proses pencucian peralatan yang
tidak bersih, kesehatan para pengolah dan
penjamah makanan serta penggunaan air
yang terkontaminasi bakteri.
Alat
makan dan dapur harus segera
dibersihkan dan didisinfeksi untuk mencegah
kontaminasi silang pada makanan pada tahap
persiapan, pengolahan, penyimpanan
sementara maupun penyajian.
Salah satu sumber penularan penyakit dan
penyebab terjadinya keracunan makanan
adalah makanan dan minuman yang tidak
memenuhi syarat higiene (Depkes RI, 1991).
Keadaan higiene makanan dan minuman turut
dipengaruhi higiene alat masak dan alat
makan yang dipergunakan dalam proses
pengolahan makanan dan minuman.
Sanitasi alat makan dimaksudkan untuk
membunuh sel mikroba vegetatif yang
tertinggal pada permukaan alat. Agar proses
sanitasi efisien maka permukaan yang akan
disanitasi sebaiknya dibersihkan dulu dengan
sebaik-baiknya (BPOM, 2003). Menjaga
kebersihan peralatan makan telah membantu
mencegah terjadinya kontaminasi (Depkes RI,
2001)
Mencermati hasil pengujian contoh makanan
dalam rangka kesiapsiagaan dini keracunan
makanan tersebut, BBTKLPP Surabaya
merekomendasikan Dinas Kesehatan Kota
perlu melakukan pengawasan secara berkala
pada pengelolaan makanan/minuman serta
hygiene sanitasi lingkungan untuk mencegah
risiko terjadinya keracunan makanan atau
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
media makanan (food borne diseases). Dinas
Kesehatan Provinsi perlu meningkatkan
bimbingan teknis dan supervisi sesuai
ketentuan peraturan Perundang-undangan
yang berlaku. (*/ay)
13
JEJARING KERJA DAN KEMITRAAN
DENGAN UPT LABORATORIUM
KESEHATAN MASAYARAKAT
KABUPATEN GIANYAR
Oleh : Joko Waluyo ST., Msc.PH, Ambarwati
S.Si., Darmono
BBTKLPP Surabaya sebagai laboratorium
pengujian dan kalibrasi terakreditasi KAN
berkewajiban memberikan penguatan dan
bantuan untuk Laboratorium Kesehatan di
daerah yang merupakan salah satu UPT di
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, agar dapat
melakukan pengujian & menerapkan prinsip-
prinsip manajemen mutu dalam
penyelenggaraan laboratorium pengujian dan
kalibrasi. Untuk itu dilaksanakan kegiatan
jejaring kerja dengan Laboratorium Kesehatan
Daerah di wilayah kerja BBTKLPP Surabaya.
Selain juga sebagai bentuk komitmen untuk
memperkuat Laboratorium Kesehatan Daerah
/ Masyarakat di Provinsi Jawa Timur, Bali, NTB
dan NTT untuk meningkatkan kemampuan
teknis laboratorium dalam deteksi dini dan
respon dini penyakit.
Salah satu Laboratorium kesehatan daerah
yang diperkuat pada Tahun 2016 adalah UPT
Laboratorium Kesehatan Masyarakat Dinas
Kesehatan Kabupaten Gianyar, Bali. Kegiatan
dilakukan pada 10 –
13 Mei 2016.
Pendampingan difokuskan pada pemeriksaan
laboratorium, meliputi metode uji, kesiapan
SDM, penerapan sistem manajemen mutu
laboratorium dan sistem kendali mutu
pengujian di laboratorium serta mengecek
kelayakan alat dengan memeriksa status
kalibrasi alat untuk menjamin kelayakan
peralatan laboratorium pengujian serta
kesiapan media dan reagensia untuk
pengujian sampel lingkungan dan
mikrobiologi penyakit.
Pendampingan dilakukan dalam bentuk
transfer of knowledge tentang metode uji
yang dipakai serta penerapan sistem kendali
mutu sebagai upaya untuk peningkatan mutu
laboratorium pengujian berdasarkan
kesesuaian kondisi faktual dengan
persyaratan pada SNI ISO/IEC 17025 : 2008
dan pengecekan status kalibrasi alat di UPT
Laboratorium Kesehatan Masyarakat
Kabupaten Gianyar , Bali.
Saat ini Laboratorium Kesehatan Kabupaten
Gianyar tengah melakukan persiapan
pengajuan akreditasi sebagai Laboratorium
pengujian kepada Komite Akreditasi Nasional ,
dengan rencana ruang lingkup pengujian
meliputi Angka Kuman (TPC), Coliform Total,
E. Coli, Salmonella Sp., Staphylococcus Sp.,
Vibrio Sp., Telur Cacing, pH, BOD5, COD,
Chlorida , DO, TDS, DHL, NO2, NO3, Ammonia,
Besi, Kadmium, Kromium, Mangan, Nikel, Zink
, Tembaga, TOC dan lain-lain. Upaya dan kerja
Kegiatan Pengembangan Teknologi Laboratorium
14
keras terus menerus dilakukan sehingga
Laboratorium Kesehatan Masyarakat
Kabupaten Gianyar telah dipercaya menjadi
laboratorium rujukan pemeriksaan untuk
kepentingan Laik Sehat Hotel dan TPM, Grade
serta Pemantauan kesehatan air bersih, air
minum dan makanan di wilayah Kabupaten
Gianyar.
Berdasarkan hasil dari pendampingan yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Laboratorium Kesehatan Kabupaten Gianyar
memiliki peluang yang besar untuk
dikembangkan menjadi laboratorium
pengujian yang terakreditasi oleh KAN dapat
dilakukan mengingat laboratorium tersebut
merupakan laboratorium rujukan satu-
satunya di kabupaten Gianyar.
Laboratorium Kesehatan Masyarakat
Kabupaten Gianyar sudah siap dan mampu
baik dari segi SDM, maupun sarana prasarana
sebagai laboratorium rujukan dalam
melakukan deteksi dan respon dini penyakit
GE serta melakukan pengujian air minum
secara kimia dan mikrobiologi.
Laboratorium Kesehatan Masyarakat
Kabupaten Gianyar masih perlu bimbingan
dan pendampingan dalam upaya persiapan
proses menjadi laboratorium terakreditasi
oleh KAN guna memperkuat status
laboratorium tersebut sebagai laboratorium
rujukan dalam melakukan deteksi dan respon
dini penyakit GE.
Rekomedasi BBTKLPP Surabaya pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Gianyar supaya dapat
mensinergikan kegiatan Dinas Kesehatan
dengan melibatkan Laboratorium Kesehatan
Daerah dalam kegiatan pengawasan
lingkungan, kewaspadaan dini kejadian luar
biasa maupun deteksi dini dan respon cepat
penyakit GE. Perlu peningkatan kapasitas SDM
petugas laboratorium kesehatan daerah
melalui pelatihan teknis bidang P2P terutama
pelatihan pemeriksaan Gastroenteritis. (*/ay)
15
Kunjungan Kerja CDC Atlanta
Perkuat Jejaring dan Kemitraan
Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit Secara Global
Pada 18 –
23 Juli 2016, BBTKLPP Surabaya mendapatkan kehormatan menjadi satu dari anggota delegasi Republik Indonesia dalam Kunjungan Kerja ke Centers
for
Diseases
Control and Prevention (CDC) Atlanta dan Pertemuan dengan
Departement of Health
and Human Services (DHHS)
dan Departement of State Amerika Serikat. Delegasi RI dipimpin oleh Sekretaris jenderal dr. Untung Suseno Sutarjo M.Kes.Delegasi Indonesia berjumlah 10 orang yang berasal dari Pusat Penelitian dan Pengembangan, BPPK Ciloto, BBTKLPP Surabaya, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Subdit Zoonosis dan karantina Kesehatan Ditjen P2P, Subbagian Bilateral Biro KLN Setjen, dan Subag TU Setjen.
Kunjungan ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan kemitraan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan kapasitas dalam penelitian, pencegahan, dan pengendalian penyakit. Kemitraan yang terjalin akan semakin memperkuat upaya pencegahan, deteksi, dan respon kejadian outbreak penyakit. Pertemuan menjadi wadah berbagi pengalaman dan keahlian dalam bidang penelitian, serta pencegahan dan pengendalian penyakit. Pertemuan ini juga merupakan bentuk dukungan kepada Indonesia yang akan menjadi ketua Troika Global Health
Security dan koordinator
Zoonotic Diseases Action Package (ZDAP) selain juga penjajagan pengembangan bentuk kerjasama lainnya.
Delegasi Indonesia di CDC Atlanta ditemui
langsung oleh direktur CDC Dr. Thomas Frieden. Salah satu topik yang dibahas adalah tentang CDC Overview and Global
Activities,
Global Health Protection and the Global Health Security Agenda.
Mr.
Thomas Frieden menyatakan bersedia
memberikan bantuan untuk memperkuat
Global Health Security di Indonesia, juga sepakat agar Kemenkes menjadi hulu semua kerjasama berkaitan dengan GHSA.
CDC sendiri telah berpengalaman selama lebih dari 50 tahun dalam penanganan masalah
kesehatan global (Global Health). Misi khusus CDC untuk ketahanan kesehatan global baru dikembangkan pada tahun 2010 dengan membentuk Pusat Kesehatan Global (Center for Global Health). Amerika serikat dalam menghadapi situasi global terkait dengan masalah kesehatan fokus pada 4 kunci strategis penting yaitu tenaga epidemiologi, peningkatan jejaring laboratorium, penguatan system monitoring (surveilans) dan kapasitas dalam melakukan respon cepat. Kerjasama dan kolaborasi yang terjalin baik itu peningkatan kapasitas SDM, epidemilogi, pendanaan, penguatan laboratorium, sistem surveilans diarahkan untuk mencegah, mendeteksi, dan merespon (prevent-detect-respond) cepat tepat sebelum terjadi kedaruratan penyakit.
Jejaring dan Kemitraan
16
Saat ini dunia menghadapi ancaman terhadap masalah kesehatan yang apabila
diabaikan
akan berdampak pada perekonomian dunia.
Kerjasama dan kolaborasi dengan berbagai negara yang mengacu pada pilar GHSA
yaitu
Prevent-Detect-Respond diperlukan untuk mengantisipasi dan menanggulangi secara bersama situasi tersebut. Tiga pilar itu dapat diperkuat
melalui
pelatihan-pelatihan
terhadap tenaga
kesehatan sehingga menghindarkan manusia dari penderitaan dan kematian akibat penyakit infeksi.
Emergency Operations Center (EOC) sebagai pusat informasi dan penanggulangan masalah public health
Dalam hal penyakit zoonosis, CDC diharapkan kerjasama dalam memberikan technical assistance untuk pelaksanaan surveilans penyakit zoonosis, termasuk sentinel Leptospirosis berbasis Puskesmas dan rumah sakit dan pelaksanaan assessment Pes yang bertujuan untuk menentukan status endemistas 4 fokus Pes di Indonesia, terutama dalam hal standar diagnostic laboratorium. Selain juga kerjasama dalam diskusi-diskusi dan pendampingan teknis dengan CDC dalam penyusunan kurikulum-kurikulum dan modul pelatihan
terkait pemantapan sistem
surveilans
dan penguatan laboratorium.
Adapun kerjasama dengan CDC dalam rangka penguatan Sistem Laboratorium Surveilans beberapa diantaranya meliputi membangun kapasitas laboratorium surveilans sesuai standar/panduan WHO, mengembangkan jejaring laboratorium Nasional
dengan
berbagai negara antara lain UK, Kanada, Australia, dan Korea Selatan.
Dalam pelaksanaan Rencana Aksi Global
Health, mengusulkan kepada CDC untuk
memberikan dukungan berupa Technical Assistance dan Capacity building khususnya workforce development untuk tenaga epidemiologi dan laboratorium, antara lain
(1)
penguatan kapasitas Surveilans dengan fokus pada 3 core syndrome, serta kapasitas analisis, link data surveilans real time serta dukungan regensia untuk konfirmasi laboratorium; (2) penguatan kapasitas laboratorium surveilans, dengan fokus pada peningkatan
kapasitas
laboratorium surveilans Nasional dan regional (Laboratorium rujukan EID Nasional Badan Litbangkes dan 6 lab regional)
serta fasilitasi
keikutsertaan Indonesia dalam jejaring laboratorium surveilans global dibawah koordinasi CDC; (3) penguatan kapasitas tenaga Epidemiologi, antara lain pendidikan FETP dan memasukkan NCD dalam kurikulum FETP serta diklat teknis (Epidemiologi, Entomologi, Surveilans Realtime).
Department of Health and Human Services (DHSS) –USA
Pada pertemuan di Department of Health and Human Services (DHHS) , Washington DC, delegasi RI membahas beberapa agenda GHSA yang segera akan diselenggarakan di Jakarta. Pertemuan dengan Interagency on Global Health Security dilanjutkan pertemuan dengan Principal Deputy Assistant Secretary for Global Affair, Ketua Delegasi RI menyampaikan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan Indonesia selaku Ketua Troika GHSA.
17
Pertemuan dengan Tim GHSA USA di Department of Health and Human Services (DHSS)
Pertemuan di Department of State, Washington DC, delegasi RI didampingi oleh staf KBRI Washington DC diterima oleh Deputy assistance Secretary, Science Director didampingi perwakilan Divisi terkait dilingkungan Departemen Luar Negeri AS.
Pertemuan membahas kerjasama yang sudah ada selama termasuk membahas kemungkinan beberapa kerjasama lain.
Kunjungan kerja delegasi RI ke Atlanta dan Washingon DC menjadi landasan penting pengembangan jejaring dan kemitraan dalam hal sistem surveilans kesehatan di Indonesia. Langkah-langkah strategis selanjutnya langsung dirancang. Usulan diantaranya yang terkait dengan BTKLPP yaitu memperkuat peran unit vertikal terkait laboratorium surveilans, dalam hal ini BTKLPP dan BBLK sebagai Laboratorium Surveilans real time (Laboratorium konfirmasi) dibawah koordinasi Ditjen P2P. Perlu mengembangkan Sistem Laboratorium Surveilans Nasional dengan meningkatkan kompetensi BTKLPP sebagai laboratorium jejaring EID Regional. Sebagai informasi hingga saat ini baru 7 Laboratorium yang yang memenuhi syarat sebagai jejaring laboratorium EID, yaitu BBTKLPP jakarta,BBTKLPP Surabaya,BBTKLPP Yogyakarta,BBLK Jakarta,BBLK Surabaya,BBLK Makassar dan BBLK Palembang). Pelaksanaan Self Assessment dan verifikasi kemampuan BTKLPP sebagai laboratorium Surveilans real time (laboratorium konfirmasi regional).
(*/ay)
Road Show Kesiapan Pelayanan
Kesehatan Menghadapi
Mudik
Lebaran 2016
Untuk mengurangi potensi
kejadian
kecelakaan selama proses mudik, pada 3 Juli
2016 BBTKLPP Surabaya bersama dinas
kesehatan dan dinas perhubungan DLLAJ
provinsi Jawa timur melakukan pemeriksaan
kesehatan kepada para supir angkutan
lebaran. Pemeriksaan urine dan kondisi
kesehatan dilakukan berbarengan dengan
kegiatan mudik bareng gratis 2016 yang
diselenggarakan pemerintah Provinsi Jawa
Timur. Tradisi Mudik Bareng kali ini
melibatkan 20 Perusahaan Otobus menuju
berbagai rute di seluruh Jawa Timur. Sekitar
84 supir yang diperiksa akan membawa ribuan
penumpang kembali ke kampung
halamannya.
Istimewanya, pelaksanaan sistem
kewaspadaan dini saat hari raya kali ini Dirjen
P2P Kemenkes RI Dr. H.M Shubuh meluangkan
waktu untuk meninjau langsung kesiapan
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan
posko bersama di beberapa titik jalur mudik di
sepanjang Surabaya Madura.
Dirjen P2P Meninjau Langsung Kegiatan Mudik di Jawa Timur dalam Roadshow Persiapan Pelayanan Kesehatan
Kegiatan Surveilans Epidemiologi
18
Roadshow Dirjen P2P menyambangi titik di
Dishub DLLAJ Prov Jatim, Terminal Purabaya,
RS Bhayangkara, Taman Bungkul, Tanjung
Perak, dan Rest Area di Jembatan Suramadu
sisi Bangkalan. dirjen menyambut baik dan
mengapresiasi kesiapan petugas kesehatan
dalam SKD dan kesiapsiagaan dalam situasi
khusus Hari Raya Idul Fitri.
(HW/ay)
Regulasi Kawasan Tanpa Jentik sebagai Solusi kasus
luar biasa /
KLBDBD
Oleh : Slamet Herawan, MScPH
Kejadian Demam berdarah Dengue (DBD)
yang selalu muncul di hampir seluruh wilayah
di Indonesia sepertinya tidak pernah pupus
dan sudah tidak mengenal musim lagi, baik
musim hujan ataupun musim kemarau.
Terlebih lagi ketika sudah memasuki musim
penghujan, kasus DBD dilaporkan meningkat
di semua wilayah bahkan jumlah kematian
pun dilaporkan telah meningkat. Secara
nasional, di awal bulan tahun 2016 ini sudah
ada 10 Kabupaten dan 2 kota dari 8 provinsi
(Kemenkes RI, 5 Februari 2016)
Program penyuluhan melalui prinsip
Komunikasi, Informasi dan Edukasi sudah
dilaksanakan cukup lama dan dianggap telah
cukup. Melalui program Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) terus didengungkan
oleh petugas kesehatan kepada masyarakat
agar melakukan 3 M (menguras, menutup dan
mendaur ulang) plus. Masyarakat luas telah memahami bahwa DBD adalah penyakit yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypty yang menggigit di pagi hingga sore
hari. Ditambah lagi program 1 rumah 1
jumantik sejak Juni 2015 telah dikenalkan
untuk melengkapi dalam program
pengendalian. Namun, kasus DBD masih
menjadi masalah kesehatan yangmembuat
pemerintah daerah berpikir keras
mengatasinya.Peliknya penanganan kasus
DBD ini bertambah lagi ketika kasus DBD
sudah bergeser ke rana politik yang
seringmembawa pihak – pihak tertentu lebih
mengutamakan penyemprotan / fogging
yang
justru menjadikan nyamuk lebih resisten
terhadap malation / insektisida.
ARTIKEL
19
Penanggulangan penyakit DBD seperti yang
telah kita ketahui bersama bahwa virus
Dengue sebagai agent
penyakit DBD
ditularkan melalui vector nyamuk Aedes
aegypti, sehingga diperlukan kerjasama
semua pihak untuk mengendalikanya.
Dukungan peraturan perundang-undangan
tentang tata cara pembangunan perumahan
agar tiap pembangunan perumahan
dilengkapi dengan pelindung kasa nyamuk
pada setiap ventilasi pada setiap rumah baru
dan rumah yang sudah terbangun. Wujud
dukungan lainnya adalah agar semua program
pengendalian vector 3M yang tersebut diatas
dapat dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat,
sehingga perlu dukungan dan penguatan dari
semua pihak dengan sistem yang dibentuk
agar menjaga rumah dan lingkungannya tanpa
jentik. Pengendalian yang diharapkan untukitu
adalah pengendalian secara terpadu yang
berupa “Regulasi Kawasan Tanpa Jentik”
(RKTJ).
RKTJ adalah suatu regulasi yang mewajibkan
Kepala Daerahnya agar memastikan warganya
ikut berperan aktif dalam menjaga kawasan
tanpa jentik dengan mengawasi rumah dan
lingkungannya. Sistem pengawasan secara
terus menerus akan melatih masyarakat lebih
peduli danmemeriksa setiap habitat nyamuk
dan jentik di rumah dan lingkungannya
sendiri. Sistem reward dan punishment perlu
diberikan untuk memberi penekanan dan
dukungan agar pemerintah daerah dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
menjaga lingkungannya
agar tidak ada jentik.
Upaya promosi kesehatan adalah upaya
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mengendalikan dan meningkatkan tingkat
kesehatan mereka sendiri. Pembuatan RKTJ
suatu bentuk upaya promosi kesehatanyang
bekerja sama dengan sektor diluar kesehatan.
Sudah saatnya, masalah kesehatan
dituntaskan dengan melakukan kerjasama
lintas sektor.
Kegunaan Regulasi Kawasan Tanpa Jentik
adalah agar masyarakat selalu menjaga rumah
dan lingkungan sekitarnya bebas dari jentik /
tidak ditemukan jentik. Semua habitat
nyamukmenjadiperhatian agar selalu diawasi
dan diperiksa, seperti: bak mandi, pot bunga,
kaleng bekas dan ban bekas serta habitat
nyamuk lainnya. Diharapkan setiap warga
memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap
lingkungan baik yang di rumah dan lingkungan
di sekitar rumah.
Sukses pembentukan peraturan daerah
(perda) Kawasan Tanpa Rokok merupakan
keberhasilan bersama dalam meningkatkan
upaya perlindungan kesehatan dan edukasi ke
masyarakat. Adanya perda ini dapat
meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku yang sehat. Penegakan perda perlu
ditingkatkan agar dapat berhasil dengan baik
sehingga diperlukan petugas monitoring dan
evaluasi.
Keberadaan RKTJ merupakan solusi yang
sudah tidak dapat ditunda lagi untuk
mengatasi penyakit yang ditularkan melalui
vektor nyamuk, yang tidak hanya DBD tapi
juga penyakit lainnya seperti malaria,
Chikungkunya, Japanese Enchepalitis dan Zika.
RKTJ memerlukan beberapa tenaga fungsional
kesehatan seperti sanitarian dan epidemiologi
kesehatan untuk monitoring dan evaluasi
perda. Sosialisasi dan penegakan peraturan
perundangan merupakan komponen penting
terhadap keberhasilan program pengendalian
penyakit yang berupa dukungan reward
dan
punishment. (*/ay)
20
DAUN MIMBA SEBAGAI
ALTERNATIF PESTISIDA ALAMI
Oleh : Ely Rukmini
Sampai saat ini pestisida kimia masih
merupakan satu-satunya senjata pamungkas
petani
untuk pengendalian OPT di lahan
pertanian, karena mudah didapat, tidak repot,
dan hasilnya segera dapat dilihat. Penggunaan
pestisida oleh petani cenderung sangat
berlebihan, sehingga berdampak negatif
terhadap konsumen maupun ekosistem
pertanian.
Salah satu cara alternatif untuk mengurangi
pencemaran lingkungan adalah dengan
penggunaan pestisida nabati. Prinsip
penggunaan pestisida nabati tersebut hanya
untuk mengurangi, dan bukan untuk
meninggalkan pemakaian pestisida kimia,
karena efektivitasnya juga masih di bawah
pestisida kimia.
Jenis pestisida hayati yang sudah banyak
dikenal masyarakat dunia adalah yang berasal
dari pohon mimba (Azadirachta indica A. Juss)
.Selain dikenal sebagai pestisida dan juga
bahan pupuk, bangunan serta penghijauan,
belakangan ini dikenal juga sebagai bahan
obat dan kosmetik sehingga disebut sebagai
tanaman multi-fungsi .
Klasifikasi Tumbuhan
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi: Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Dialypetaleae
Bangsa : Rutales
Suku : Meliaceae
Marga : Azadirachta
Jenis : Azadirachta indica Juss.
(Tjitrosoepomo, 1996)
Bagian tanaman mimba yang dapat digunakan
sebagai pestisida nabati adalah daun dan
bijinya. Ekstrak daun dan biji mimba
mengandung senyawa aktif utama
azadiraktin. Daun mimba selain bersifat
sebagai insektisida, mimba juga memiliki sifat
sebagai fungisida, virusida, nematisida,
bakterisida, maupun akarisida (Backer dan
Van der Brink, 1965).
Mimba memiliki efek anti serangga dengan
azadirachtin sebagai komponen yang paling
berpotensi. Ekstrak daun dapat berefek
sebagai fungisida alami pada pengendalian
penyakit antraknosa pada apel pasca panen,
berefek insektisida terhadap larva Aedes
aegypti. Ekstrak biji berpengaruh sublethal
terhadap struktur mikroanatomi ventrikulus
dan penghambatan pertumbuhan
Plasmodium berghei pada mencit. Toksisitas
Dapat menyebabkan iritasi mata dan jaringan
ARTIKEL
21
lunak, serta kemungkinan sebagai penyebab
konjugtivitas dan inflamasi.
Kandungan Bahan Akti Daun Mimba :
Mimba, terutama dalam biji dan daunnya
mengandung beberapa komponen dari
produksi metabolit sekunder yang diduga
sangat bermanfaat, baik dalam bidang
pertanian (pestisida dan pupuk), maupun
farmasi (kosmetik dan obat-obatan).
Beberapa diantaranya adalah azadirachtin,
salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin
(Ruskin, 1993). Azadirachtin sendiri terdiri
dari sekitar 17 komponen dan komponen
yang mana yang paling bertanggung jawab
sebagai pestisida atau obat, belum jelas
diketahui (Rembold, 1989). Mimba tidak
membunuh hama secara cepat, namun
mengganggu hama pada proses makan,
pertumbuhan, reproduksi dan lainnya
(Senrayan, 1997).
Azadirachtin berperan sebagai ecdyson
blocker atau zat yang dapat menghambat
kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon
yang berfungsi dalam proses metamorfosa
serangga. Serangga akan terganggu pada
proses pergantian kulit, ataupun proses
perubahan dari telur menjadi larva, atau
dari larva menjadi kepompong atau dari
kepompong menjadi dewasa. Biasanya
kegagalan dalam proses ini seringkali
mengakibatkan kematian (Chiu, 1988).
Salanin berperan sebagai penurun nafsu
makan (anti-feedant) yang mengakibatkan
daya rusak serangga sangat menurun,
walaupun serangganya sendiri belum mati.
Oleh karena itu, dalam penggunaan
pestisida nabati dari mimba, seringkali
hamanya tidak mati seketika setelah
disemprot (knock down), namun
memerlukan beberapa hari untuk mati,
biasanya 4-5 hari. Namun demikian, hama
yang telah disemprot tersebut daya
rusaknya sudah sangat menurun, karena
dalam keadaan sakit (Ruskin, 1993).
Meliantriol berperan sebagai penghalau
(repellent) yang mengakibatkan serangga
hama enggan mendekati zat tersebut.
Mimbapun dapat merubah tingkah laku
serangga, khususnya belalang (insect
behavior) yang tadinya bersifat migrasi,
bergerombol dan merusak menjadi
bersifat solitair yang bersifat tidak merusak
(informasi lisan Prof. K. Untung).
Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti
mikro organisme seperti anti-virus,
bakterisida, fungisida sangat bermanfaat
untuk digunakan dalam mengendalikan
penyakit tanaman (Ruskin, 1993). Tidak
terbatas hal itu, bahan-bahan ini sering
digunakan dan dipercaya masyarakat
sebagai obat tradisional yang mampu
menyembuhkan segala jenis penyakit pada
manusia (Kardinan dan Taryono, 2003).
Selain mengandung bahan-bahan tersebut
di atas, di dalam tanaman mimba masih
terdapat berpuluh, bahkan beratus jenis
bahan aktif yang merupakan produksi
metabolit sekunder yang belum
teridentifikasi dan belum diketahui
manfaatnya. Oleh karena itu,penelitian
mengenai penggalian potensi mimba
masih banyak diperlukan.
Keunggulan Daun Mimba sebagai Pestisida
Nabati :
Di alam senyawa aktif mudah terurai,
sehingga menghasilkan produk pertanian
yang sehat karena bebas residu pestisida
kimia.
Cara kerja spesifik, sehingga relatif aman
terhadap vertebrata (manusia, lingkungan
dan ternak)
Tidak mudah menimbulkan resistensi,
karena jumlah senyawa aktif lebih dari
satu.
Murah dan mudah dibuat oleh petani, ,
tidak menyebabkan keracunan pada
tanaman, sulit menimbulkan kekebalan
22
terhadap hama, kompatibel digabung
dengan cara pengendalian yang lain.
Kelemahan mimba :
Persitensi insektisida yang singkat kadang
kurang menguntungkan dari segi
ekonomis, karena pada populasi yang
tinggi diperlukan aplikasi yang berulang-
ulang agar mencapai keefektifan
pengendalian yang maksimal.
Biaya produksi lebih mahal, sehingga harga
jualnya belum tentu lebih murah dari
insektisida sintetik.
Kendala pengembangan mimba sebagai
insektisida alami:
Aplikasi kurang praktis dan hasilnya tidak
dapat segera dilihat, di samping itu petani
harus membuat sedia sendiri. Dengan
alasan tersebut petani akan lebih memilih
pestisida kimia dari pada nabati.
Kurangnya dorongan penentu kebijakan
Bahan, seperti halnya biji mimba tidak
tersedia secara berkesinambungan, hal
tersebut disebabkan karena biji mimba
hanya dapat dipanen setahun sekali.
Frekuensi pemakaian lebih tinggi, yang
disebabkan karena sifat racunnya mudah
terdegradasi
Memerlukan persiapan yang agak lama,
untuk mendapatkan konsentrasi bahan
pestisida yang baik harus dilakukan
perendaman selama 12 jam (semalam).
(*/HW)
Demodex pada Manusia
Oleh : drh. Teguh Suranta Sinulingga, MVSc
Tahukah anda bahwa setiap jengkal tubuh
manusia termasuk anda, dihuni oleh makhluk
hidup yang berukuran sangat kecil
(mikroskopik) yang beberapa bahkan tidak
dapat dilihat oleh mata telanjang. Salah satu
makhluk hidup tersebut adalah tungau
Demodex folliculorum dan Demodex brevis.
Tungau demodex umumnya ditemukan pada
daerah wajah, dekat dengan hidung, bulu
mata dan alis. Mereka juga ditemukan pada
daerah lain seperti di daerah telinga, kulit
kepala dan lipatan kulit. Tungau Demodex
fulliculorum hidup pada folikel rambut
sedangkan Demodex brevis hidup pada
kelenjar minyak (sebaseous) di kulit. Ukuran
tungau ini saat dewasa berkisar antara 0,2 – 0,4 mm. Makanan mereka adalah sel kulit,
hormon dan minyak (sebum) yang
terakumulasi pada folikel rambut.
Tungau ini akan menghabiskan seluruh siklus
hidupnya di dalam folikel rambut. Artinya,
mereka akan lahir, kawin, menetaskan telur,
dan mati di wajah. Tungau ini takut akan
cahaya, maka itu mereka baru bergerak ketika
sinar matahari tidak lagi terpapar di wajah
atau sinar lampu sudah padam.
Pergerakannya pun hanya satu sentimeter per
satu jam. Penyebaran tungau ini adalah dari
orang ke orang melalui kontak jarak dekat
ARTIKEL
23
seperti bersentuhan, menggunakan handuk
secara bergantian bahkan melalui sprei
tempat tidur. Tungau ini akan sangat mudah
menular dalam anggota keluarga, oleh karena
itu sering disebut sebagai parasit keluarga.
Demodex sp. pada Kulit Manusia
Sebagian besar manusia memiliki demodex
pada kulitnya. Faktor usia berpengaruh besar
terhadap jumlah demodex dalam kulit.
Semakin dewasa seorang maka semakin
banyak demodex dalam kulitnya. Hal ini
disebabkan bertambahnya kelenjar minyak
dalam tubuh manusia seiring dengan
bertambahnya usia. Demodex adalah
ektoparasit obligat yang bersifat komensal.
Pada sebagian besar orang, tungau ini tidak
memberikan dampak apapun. Namun pada
orang yang memiliki penurunan imunitas
(karena stress atau sakit) maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah
tungau ini yang akan menimbulkan kerusakan
pada jaringan kulit dan menyebabkan
penyakit demodicosis (penyakit yang
disebabkan demodex), misalnya demodetic
acne rosacea (jerawat dan kemerahan pada
wajah), blepharitis (infeksi kelopak mata),
komedo, kehilangan bulu mata, kerontokan
rambut dan lain-lain.
Acne Rosacea (Jerawat dan Kemerahan pada Wajah)
Meski sangat tidak mungkin untuk
menghindar dari terjangkitnya demodex akan
tetapi kita bisa mengontrol atau mengurangi
jumlah demodex dalam kulit. Salah satu cara
yang paling penting adalah menjaga daya
tahan tubuh agar terus optimal dengan
menjaga pola makan, berolahraga dan
menghindari stres. Selain itu menjaga
kebersihan secara keseluruhan mutlak
dilakukan. Baik kebersihan kulit atau pun
tubuh serta lingkungan sekitar. Usahakan
selalu membersihkan kulit terutama wajah
dan tangan setelah melakukan aktivitas di luar
ruangan. (*/ay)
24
7 Makanan Alami Untuk
Melancarkan Sirkulasi Darah Anda
Gaya hidup sehat sebenarnya terbilang mudah, jika seseorang rajin berolahraga serta mengkonsumsi aneka makanan sehat, maka tubuh akan mengalami peningkatan kesehatan yang lebih baik pula. Berbicara tentang makanan yang sehat, ternyata ada berbagai jenis makanan yang dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah yang mengalir keseluruh tubuh anda.
Darah menjadi salah satu cairan yang memiliki fungsi vital dalam tubuh setiap mahkluk hidup termasuk manusia. Darah yang mengalir didalam tubuh membawa oksigen serta sari-sari makanan keseluruh organ-organ dalam tubuh. Agar cairan yang bernama darah dapat mengalir mulus keseluruh bagian tubuh, kita harus menjaga agar proses sirkulasi darah dapat berlangsung lancar dan baik. Faktanya, ada berbagai jenis makanan yang membantu melancarkan sirkulasi darah didalam tubuh. Makanan alami apa sajakah
yang dapat
memperlancar sirkulasi darah?
1.
Buah Jeruk. Buah yang menjadi sumber vitamin C tersebut dapat mencegah pengumpalan darah, membantu memperkuat dinding kapiler serta mencegah plak pada arteri.
2.
Bawang Putih. Spur yang melezatkan rasa makanan, bawang putih juga mampu membersihkan darah serta berperan penting untuk pencegahan plak pada dinding arteri.
3. Aneka Buah Merah. Buah merah tersebut antara lain semangka, tomat serta apel
merah. Kandungan likopen dalam ketiga buah tersebut bermanfaat dalam meningkatkan sirkulasi darah yang berlangsung ditubuh anda.
4. Ikan Salmon. Jenis ikan ini memililki kandungan asam lemak omega 3 yang berperan besar dalam meningkatkan sirkulasi darah yang
akan dialirkan
keseluruh bagian tubuh.
5. Buah Alpukat. Selain kaya akan kandungan serat yang dibutuhkan tubuh, ternyata alpukat juga mengandung asam lemak omega 3 yang juga memiliki fungsi untuk membantu memperlancar aliran sirkulasi darah di tubuh.
6. Cokelat Hitam. Makanan ini kaya akan kandungan flavanoid yang dibutuhkan oleh tubuh anda. Salah satu fnngsi flavonoid yaitu membantu memperlancar sirkulasi darah yang akan didistribusikan ke seluruh bagian organ tubuh.
7. Jahe. Jahe merupakan salah satu tanaman obat keluarga yang sudah dipercaya sejak lama memiliki khasiat yang luar biasa dalam alternatif obat alami. Ternyata, salah satu manfaat jahe juga dapat membantu melancarkan sirkulasi darah pada tubuh. (HW)
Kiat Sehat
25
BBTKLPP SURABAYA dalam
BERCANDA
(Foto dan Karakterisasi Oleh Hendra
Widjajanto)
GRAFITI