Upload
raysa-anggraini
View
12
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
medicolegal KS
Citation preview
PROSEDUR MEDICO-LEGAL
Pengertian dari medico-legal sendiri adalah aspek hukum dari dunia medis atau
dari profesi dokter, didalam medico-legal dokter berkewajiban menjalankan
praktek profesi dan membantu penyidik dalam menangani suatu kasus pidana.
Pengaturan prosedur medico-legal diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) . Didalam KUHAP disebutkan pengaturan dari penemuan
atau pelaporan hingga dijatuhkannnya vonis atau hukuman.
1. Penemuan dan Pelaporan
Sesuai dengan pasal 1 ayat 25 KUHAP, Laporan adalah
pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak atau
kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang
berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya
peristiwa pidana. Penemuan dan pelaporan dilakukan oleh warga
masyarakat yang melihat, mengetahui atau mengalami suatu kejadian
yang diduga merupakan suatu tindak pidana. Pelaporan dilakukan ke
pihak yang berwajib dan dalam hal ini yaitu Kepolisian RI, dll.
Pelaporan juga bisa dilakukan melalui instansi pemerintah terdekat
seperti RT (Rukun Tetangga) atau RW(Rukun Warga). Hak dan
kewajiban pelaporan ini diatur didalam pasal 108 KUHAP.
2. Penyelidikan
Sesuai dengan pasal 1 ayat 5 KUHAP, penyelidikan adalah
serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat
atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur oleh
undang-undang. Penyelidik yang dimaksud adalah setiap pejabat polisi
negara Republik Indonesia yang tertera didalam Pasal 4 KUHAP.
Didalam Pasal 5 KUHAP disebutkan wewenang dan tindakan yang
dilakukan oleh penyelidik:
2. Penyelidik sebagaimana dimaksud pasal 4:
1. Karena kewajibannya mempunyai wewenang:
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang
adanya tindak pidana
2. Mencari keterangan dan barang bukti
3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan
menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
bertanggung jawab
2. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:
1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat,
penggeledahan dan penyitaan
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat
3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
4. Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik
3. Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan
tindakan sebgaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan b kepada
penyidik.
3. Penyidikan
Sesuai dengan pasal 1 ayat 1 KUHAP, penyidikan adalah
serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang idatur
dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan
guna menemukan tersangkanya. Penyidikan dilakukan oleh penyidik
yaitu pejabat polisi Negara RI dan pejabat pegawai negeri sipil tertentu
yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang sebagaimana diatur
di dalam pasal 6 KUHAP. Penyidik dapat meminta bantuan seorang ahli
dan didalm hal kejadian mengenai tubuh manusia, maka penyidik dapat
meminta bantuan dokter untuk dilakukan penanganan secara kedokteran
forensik. Kewajiban seorang dokter antara lain:
2. Melakukan pemeriksaan kedokteran forensik atas korban
apabila diminta secara resmi oleh penyidik.
3. Menolak melakukan kedokteran pemeriksaan kedokteran
forensik tersebut diatas dapat dikenai pidana penjara ,
selama lamanya 9 bulan.
Kewajiban untuk membantu peradilan sebagai seorang dokter forensik
itu diatur dalam asal 133 KUHAP dimana seperti yang disebutkan diatas
penyidik berwenang muntuk mengajukan permintaan keterangan ahli
pada dokter forensik atau kedokteran kehakiman. Untuk Hak dokter
menolak menjadi saksi/ahli diatur dalam Pasal 120,168,170 KUHAP.
Sedangkan sangsi bagi pelanggar kewajiban dokter diatur di dalam Pasal
216,222,224,522 KUHP.
Untuk melakukan prosedur Bedah mayat klinis, anatomis, dan
transplantasi oleh seorang dokter forensik diatur menurut peraturan
pemerintah No.18 Tahun1981. Dan bagi seorang dokter forensik yang
membuat sebuah keterangan palsu didalam hasil akhir pemeriksaan
dikenakan Pasal 267 KUHP dan pasal 7 KODEKI.
4. Pemberkasan Perkara
Hal dilakukan oleh penyidik, menghimpun semua hasil
penyidikannya, termasuk hasil pemeriksaan kedokteran forensik yang
dimintakan kepada dokter. Dan nanti hasil berkas perkara ini akan
diteruskan ke penuntut umum.
5. Penuntutan
Sesuai dengan pasal 1 ayat 7 KUHAP. Penuntutan yaitu tindakan
penuntut Umum untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan
Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus
oleh Hakim disidang Pengadilan.
6. Persidangan
Didalam persidangan dipimpin oleh hakim atau majelis hakim.
Dimana didalam persidangan itu dilakukan pemeriksaan terhadap
terdakwa, para saksi dan juga para ahli. Dokter dapat dihadirkan di
sidang pengadilan untuk bertindak selaku saksi ahli atau selaku dokter
pemeriksan. Dokter pun berhak menolak menjadi saksi/ahli yang
sebagaimana diatur di dala pasal 120,168,179 KUHAP.
7. Vonis
Vonis dijatuhkan oleh hakim dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Keyakinan pada diri hakim bahwa memang telah terjadi suatu tindak
pidana dan bahwa terdakwa memang bersalah melakukan tindak
pidana tersebut
2. Keyakinan Hakin Harus Ditunjang oleh sekurang-kurangnya 2 alat
bukti yang sah yang diatur dalam pasal 184 KUHAP ( keterangan
saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa)
HUBUNGAN DENGAN KASUS
Ketika orang tua dari seorang anak perempuan yang berusia 14 tahun yang dibawa
lari selama 3 hari oleh seorang pria berumur 18 tahun, curiga anaknya telah
dipersetubuhi, maka ia dapat melakukan pemeriksaan dengan terlebih dahulu
melaporkan kepada polisi yang berwenang untuk membuat surat permohonan
pemeriksaan.
Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan benda bukti. Visum
et Repertum yang dibuat harus berdasarkan keadaan yang didapatkan pada tubuh
korban pada waktu permintaan Visum et Repertum diterima oleh dokter. Segala hal
dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada anak ini sebelum adanya pengajuan
permintaan visum dari polisi merupakan rahasia kedokteran yang wajib disimpannya
(KUHP ps. 322).
Dokter yang akan melakukan pemeriksaan perlu menjelaskan terlebih dahulu
tindakan-tindakan apa yang akan dilakukan pada korban dan hasil pemeriksaan apa
yang akan disampaikan ke pengadilan, karena bagian yang akan dperiksa adalah
bagian yang paling pribadi dari seorang wanita. Seorang perawat atau bidan harus
mendampingi dokter pada waktu pemeriksaan korban. Dan Visum et Repertum dapat
diselesaikan secepat mungkin.