32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang “ Informed Consent“ adalah sebuah istilah yang sering dipakai untuk terjemahan dari persetujuan tindakan medik. Informed Consent terdiri dari dua kata yaitu Informed dan. Informed diartikan telah di beritahukan, telah disampaikan atau telah di informasikan dan Consent yang berarti persetujuan yang diberikan oleh seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian pengertian bebas dari informed Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien kepada dokter untuk berbuat sesuatu setelah mendapatkan penjelasan atau informasi. Pengertian Informed Consent oleh Komalawati ( 1989 :86) disebutkan sebagai berikut : “Yang dimaksud dengan informed Consent adalah suatu kesepakatan / persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukanuntuk menolong dirinya, disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.” Akhir-akhir ini tuntutan hukum terhadap dokter dengan dakwaan melakukan malpraktik makin meningkat di mana-mana, termasuk di Negara kita. Maraknya pengaduan tersebut selain disebabkan oleh meningkatnya kesadaran hukum dan kesadaran kesadaran akan hak-hak pasien, adalah karena masyarakat menganggap kegagalan 1

Medikolegal 1 malpraktik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

woeeee

Citation preview

Page 1: Medikolegal 1 malpraktik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

“ Informed Consent“ adalah sebuah istilah yang sering dipakai untuk terjemahan dari

persetujuan tindakan medik. Informed Consent terdiri dari dua kata yaitu Informed dan.

Informed diartikan telah di beritahukan, telah disampaikan atau telah di informasikan dan

Consent yang berarti persetujuan yang diberikan oleh seseorang untuk berbuat sesuatu.

Dengan demikian pengertian bebas dari informed Consent adalah persetujuan yang diberikan

oleh pasien kepada dokter untuk berbuat sesuatu setelah mendapatkan penjelasan atau

informasi.

Pengertian Informed Consent oleh Komalawati ( 1989 :86) disebutkan sebagai berikut :

“Yang dimaksud dengan informed Consent adalah suatu kesepakatan / persetujuan pasien

atas upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien

mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukanuntuk

menolong dirinya, disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.”

Akhir-akhir ini tuntutan hukum terhadap dokter dengan dakwaan melakukan malpraktik

makin meningkat di mana-mana, termasuk di Negara kita. Maraknya pengaduan tersebut

selain disebabkan oleh meningkatnya kesadaran hukum dan kesadaran kesadaran akan hak-

hak pasien, adalah karena masyarakat menganggap kegagalan upaya penyembuhan yang

dilakukan dokter terhadap pasien identik dengan kegagalan tindakan medic. Padahal dokter

tidak dapat disalahkan jika ia telah melaksanakan tugas profesinya sesuai dengan standar

medic, sesuai dengan standar prosedur yang telah disepakati oleh organisasi profesinya dan

rumah sakit tempat ia bekerja.

Seorang dokter tidak menjamin hasil akhir upayanya yang sungguh-sungguh untuk

kesembuhan pasien atau meringankan penderitaan pasiennya. Jadi, jika terjadi komplikasi

tidak terduga, cedera, bahkan pasiennya meninggal dunia, dokter tidak dapat dituntut. Yang

penting dokter telah bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan

keterampilannya untuk kepentingan dan keselamatan pasien dan dalam hal tidak mampu ia

telah mengkonsultasikan pasiennya kepada dokter lain yang memiliki keahlian khusus

mengenai penyakit yang diderita pasiennya.

1

Page 2: Medikolegal 1 malpraktik

Harapan pasien dalam menerima pelayanan medic adalah kesembuhan dan sekecil

mungkin adanya risiko atau efek samping. Namun, dokter adalah manusia biasa yang tidak

luput dari human eror, apalagi bekerja dalam kondisi sarana pelayanan medic yang tidak

memadai, peralatan yang kurang, faktor lingkungan dan sebagainya. Di sisi lain para dokter

di tuntut untuk melaksanakan kewajiban dan tugas profesinya dengan lebih hati-hati dan

penuh tanggung jawab. Seorang dokter hendaknya dapat menegakkan diagnosis dengan

benar sesuai dengan prosedur, memberikan terapi dan melakukan tindakan medic sesuai

dengan standar pelayanan medic, dan tidakan itu memang wajar dan diperlukan.

Di Negara maju tiga besar, dokter spesialis menjadi sasaran utama tuntutan

ketidaklayakan dalam praktik, yaitu spesialis bedah (ortopedi, plastic dan saraf), spesialis

anestes, dan spesialis kebidanan dan penyakit kandungan. Di Indonesia sengketa medic

terbanyak melibatkan Sp.OG, disusul oleh Sp.B, Sp.PD, Sp.An, dan Sp.A (MKEK IDI

Jakarta, 2004 dan Jawa Tenga, 2004).

Menurut keluarga korban malpraktek yang tergabung dalam Persaudaraan Korban

Sistem Kesehatan (PKSK) dalam kurun waktu 2 tahun (2004, 2005) terdapat 386 kasus

dugaan malpraktek yang dilaporkan ke polis, namun belum satupun dapat dituntaskan

1.2. Masalah

1. Apakah penyebab dari malpraktik?

2. Sebutkan jenis-jenis malpraktik?

3. Bagaimana tindakan dokter pada scenario yang dapat digolongkan malpraktik?

4. Bagaimana penanganan dugaan malpraktik?

5. Sebutkan sanksi malpraktik?

6. Bagaimana upaya mencegah malpraktik?

7. Sebutkan dasar hukum yang mengatur tentang malpraktik?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui penyebab dari malpraktik

2. Mengetahui teori tentang malpraktik

3. Menjelaskan jenis-jenis malpraktik

4. Mengetahui tindakan dokter pada skenario

5. Mengetahui penanganan dugaan malpraktik

6. Mejelaskan sanksi malpraktik

2

Page 3: Medikolegal 1 malpraktik

7. Mengetahui upaya pencegahan malpraktik

8. Menjelaskan dasar hukum yang mengatur tentang malpraktik

3

Page 4: Medikolegal 1 malpraktik

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Skenario 1

Pasien anak laki-laki berumur 12 tahun datang dalam keadaan sadar k IGD rumah sakit

diantar oleh ibunya dengan keluhan Pharyngitis dan nyeri pada leher sejak 3 jam yang lalu

setelah makan coklat. Pada pasien terdapat riwayat alergi debu dan beberapa jenis makanan

dan sudah sering kali datang ke rumah sakit tersebut dengan keluhan yang sama. Pasien ini

sebelumnya membaik dengan injeksi cortisone 2 ml dan dipenhydramine 2 ml. tanpa

melakukan pemeriksaan terhadap pasien tersebut, dokter jaga IGD langsung menulis di

rekam medis “ditemukan hiperemis pada mukosa faring, tonsil T1/T1 dan didiagnosis

pharyngitis dengan differensial diagnosis reaksi alegi”. Pasien terseut segera diberi injeksi

cortisone : dela = 2:2. Setelah diobservasi selama 45 menit, nyeri tidak menghilang, pasien

kemudian dikonsulkan ke bagian penyakit dalam.

Dari hasil pemeriksaan bagian penyakit dalam, ditemukan kesadaran E3V5M6, tampak

gelisah, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 110 kali/menit, pernafasan 24 kali/menit, leher

tampak membengkak, wheezing +/+. Oleh dokter penyakit dalam, didiangnosis dengan

reaksi anafilaktik berat. Dokter penyakit dalam menjelaskan kondisi pasien kepada ibunya

dan tindakan yang akan dilakukan. Pasien kemudian dalam keadaan kritis, oleh dokter

penyakit dalam, diberikan injeksi adrenalin pada lengan kiri. Setelah diinjeksi, kesadaran

pasien menurun, tampak kongesti dan ujung jari sianosis. Dilakukan resusitasi, akan tetapi

mengalami kesulitan saat dilakukan intubasi karena spasme dan oedem laring. Lima menit

kemudian pasien meninggal. Ayah pasien menuntut dokter penyakit dalam karena

menganggap dokter tersebut yang melakukan kesalahan dan menyebabkan anaknya

meninggal setelah diinjeksi tanpa memberitahu terlebih dahulu.

2.2. Terminologi

Malpraktik medis adalah kelalaian atau kegagalan seorang dokter untuk mempergunakan

tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati

pasien atau orang cedera menurut ukuran dilingkungan yang sama.

4

Page 5: Medikolegal 1 malpraktik

Reaksi anafilaktik adalah suatu syndrome yang terjadi karena adanya peningkatan

permeabilitas dinding pembuluh darah dan penyempitan bronkus yang mendadak.

Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

pasien.

Sianosis adalah suatu keadaan dimana kulit dan membrane mukosa berwarna kebiruan

akibat penumpukan deoksihemoglobin pada pembuluh darah kecil pada area tersebut.

E3V5M6 adalah E3 (membuka mata dengan jeritan/suara), V5 (berorientasi baik) dan M6

(menurut perintah).

2.3. Keyword

Laki-laki 12 tahun

Pharyngitis dan nyeri pada leher 3 jam lalu

RPD : Alergi debu dan beberapa jenis makanan

Membaik dengan injeksi cortisone 2 ml dan dipenhydramine 2 ml

Tanpa melakukan pemeriksaan, dokter jaga IGD langsung menulis di rekam medis

“ditemukan hiperemis pada mukosa faring, tonsil T1/T1 dan didiagnosis pharyngitis

dengan differensial diagnosis reaksi alegi”.

Pasien diberi injeksi cortisone : dela = 2:2. Setelah diobservasi selama 45 menit, nyeri

tidak menghilang, pasien kemudian dikonsulkan ke bagian penyakit dalam.

Kesadaran E3V5M6

Vital sign:

- TD : 90/60 mmHg

- HR : 110 kali/menit

- RR : 24 kali/menit

Leher tampak membengkak, wheezing +/+.

Mengalami kesulitan saat dilakukan intubasi karena spasme dan oedem laring.

5

Page 6: Medikolegal 1 malpraktik

2.4. Jawaban Permasalahan

1. Penyebab dari malpraktik

Beberapa hal yang dapat menyebabkan seorang tenaga kesehatan melakukan tindakan

malpraktik medik, yaitu apabila tidak melakukan tindakan medis sesuai dengan:

Standar Profesi Kedokteran

Dalam prafesi kedokteran tiga hal yang harus ada dalam standar profesinya, yaitu

kewenangan, kemampuan rata-rata dan ketelitian umum

Standar Presedur Operasional (SPO)

SPO adalah suatu perangkat intruksi / langkah-langkah yang dilakukan untuk

menyelesaikan suatu proses kerja rutin tersebut.

Informed Consent

Substansi Infomed Consent adalah memberikan informasi tentang metode dan jenis

rawatan yang dilakukan terhadap pasiend, termasuk peluang kesembuhan dan resiko

yang akan dialami oleh pasien.

2. Teori tentang malpraktik

a. Teori Pelanggaran Kontrak

Teori pertama yang mengatakan bahwa sumber perbuatan malpraktek adalah karena

terjadinya pelanggaran kontrak. Ini berprinsip bahwa secara hukum seorang tenaga

kesehatan tidak mempunyai kewajiban merawat seseorang bilamana diantara

keduanya tidak terdapat suatu hubungan kontrak antara tenaga kesehatan dengan

pasien. Hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien baru terjadi apabila telah

terjadi kontrak diantara kedua belah pihak tersebut. Sehubungan dengan adanya

hubungan kontrak pasien dengan tenaga kesehatan ini, tidak berarti bahwa hubungan

tenaga kesehatan dengan pasien itu selalu terjadi dengan adanya kesepakatan

bersama. Dalam keadaan penderita tidak sadar diri ataupun keadaan gawat darurat

misalnya, seorang penderita tidak mungkin memberikan persetujuannya. Apabila

terjadi situasi yang demikian ini, maka persetujuan atau kontrak tenaga kesehatan

pasien dapat diminta dari pihak ketiga, yaitu keluarga penderita yang bertindak atas

nama dan mewakili kepentingan penderita. Apabila hal ini juga tidak mungkin,

misalnya dikarenakan penderita gawat darurat tersebut datang tanpa keluarga dan

hanya diantar oleh orang lain yang kebetulan telah menolongnya, maka demi

6

Page 7: Medikolegal 1 malpraktik

kepentingan penderita, menurut perundang-undangan yang berlaku, seorang tenaga

kesehatan diwajibkan memberikan pertolongan dengan sebaik-baiknya. Tindakan ini,

secara hukum telah dianggap sebagai perwujudan kontrak tenaga kesehatan-pasien.

b. Teori Perbuatan Yang Disengaja

Teori kedua yang dapat digunakan oleh pasien sebagai dasar untuk menggugat tenaga

kesehatan karena perbuatan malpraktek adalah kesalahan yang dibuat dengan sengaja

(intentional tort), yang mengakibatkan seseorang secara fisik mengalami cedera

(asssult and battery).

c. Teori Kelalaian

Teori ketiga menyebutkan bahwa sumber perbuatan malpraktek adalah kelalaian

(negligence). Kelalaian yang menyebabkan sumber perbuatan yang dikategorikan

dalam malpraktek ini harus dapat dibuktikan adanya, selain itu kelalaian yang

dimaksud harus termasuk dalam kategori kelalaian yang berat (culpa lata). Untuk

membuktikan hal yang demikian ini tentu saja bukan merupakan tugas yang mudah

bagi aparat penegak hukum.

Selain dikenal adanya beberapa teori tentang sumber perbuatan malpraktek, yang

apabila ditinjau dari kegunaan teori-teori tersebut tentu saja sangat berguna bagi

pihak pasien dan para aparat penegak hukum, karena dengan teori-teori tersebut

pasien dapat mempergunakannya sebagai dasar suatu gugatan dan bagi aparat hukum

dapat dijadikan dasar untuk melakukan penuntutan. Ada juga teori yang dapat

dijadikan pegangan untuk mengadakan pembelaan apabila ia menghadapi tuntutan

malpraktek. Teori-teori itu adalah:

a) Teori Kesediaan Untuk Menerima Resiko (Assumption Of Risk)

Teori ini mengatakan bahwa seorang tenaga kesehatan akan terlindung dari

tuntutan malpraktek, bila pasien memberikan izin atau persetujuan untuk

melakukan suatu tindakan medik dan menyatakan bersedia memikul segala resiko

dan bahaya yang mungkin timbul akibat tindakan medik tersebut. Teori ini

mempunyai arti yang sangat besar bagi seorang tenaga kesehatan, selama

tindakan tenaga kesehatan itu bertujuan untuk indikasi medis.

b) Teori Pasien Ikut Berperan Dalam Kelalaian (Contributory Negligence)

7

Page 8: Medikolegal 1 malpraktik

Adalah kasus dimana tenaga kesehatan dan pasien dinyatakan oleh pengadilan

sama-sama melakukan kelalaian.

c) Perjanjian Membebaskan Dari Kesalahan (Exculpatory Contract)

Cara lain bagi tenaga kesehatan untuk melindungi diri dari tuntutan malpraktek

adalah dengan mengadakan suatu perjanjian atau kontrak khusus dengan

penderita, yang berjanji tidak akan menuntut tenaga kesehatan atau rumah sakit

bila terjadi misalnya kelalaian malpraktek. Teori pembelaan ini bersifat spekulasi

karena berhasil tidaknya tenaga kesehatan menggunakan pembelaannya, yang

dalam hal ini berupa perjanjian khusus dengan pasien, hasinya sangat tergantung

pada penilaian pengadilan.

d) Peraturan Good Samaritan

Menurut teori ini,seorang tenaga kesehatan yang memberikan pertolongan gawat

darurat dengan tujuan murni (setulus hati) pada suatu peristiwa darurat

dibebaskan dari tuntutan hukum malpraktek kecuali jika terdapat indikasi terjadi

suatu kelalaian yang sangat mencolok.

e) Pembebasan Atas Tuntutan (Releas)

Yaitu suatu kasus dimana pasien membebaskan tenaga kesehatan dari seluruh

tuntutan malpraktek, dan kedua belah pihak bersepakat untuk mengadakan

penyelesaian bersama. Teori pembelaan yang berupa pembebasan ini, hanya dapat

dilaksanakan sepanjang kesalahan tenaga kesehatan tersebut menyangkut

tanggungjawab perdata (masuk kategori hukum perdata), misalnya wanprestasi,

sebab dalam kasus ini hanya melibatkan kedua belah pihak yang saling

mengadakan kontrak atau janji saja. Dalam hal ini apabila mereka ternyata dapat

bersepakat untuk menyelesaikan bersama dengan damai, itu lebih baik, karena

sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penyelesaian kasus perdata,

yaitu adanya suatu perdamaian antara kedua belah pihak.

f) Peraturan Mengenai Jangka Waktu Boleh Menuntut (Statute Of Limitation)

Menurut teori ini tuntutan malpraktek hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu

tertentu, yang biasanya relatif lebih pendek daripada tuntutan-tuntutan hukum

yang lain.

g) Workmen’s Compensation

8

Page 9: Medikolegal 1 malpraktik

Bila seorang tenaga kesehatan dan pasien yang terlibat dalam suatu kasus

malpraktek keduanya bekerja pada suatu lembaga atau badan usaha yang sama,

maka pasien tersebut tidak akan memperoleh ganti rugi dari kasus malpraktek

yang dibuat oleh tenaga kesehatan tersebut. Hal ini disebabkan menurut peraturan

workmen’s compensation, semua pegawai dan pekerja menerima ganti rugi bagi

setiap kecelakaan yang terjadi di situ, dan tidak menjadi persoalan kesalahan siapa

dan apa sebenarnya penyebab cedera atau luka.

3. Jenis-jenis malpraktik

Ngesti Lestari dan Soedjatmiko membedakan malpraktek medik menjadi dua bentuk,

yaitu malpraktek etik (ethical malpractice) dan malpraktek yuridis (yuridical

malpractice), ditinjau dari segi etika profesi dan segi hukum.

a. Malpraktek Etik

Yang dimaksud dengan malpraktek etik adalah tenaga kesehatan melakukan tindakan

yang bertentangan dengan etika profesinya sebagai tenaga kesehatan. Misalnya seorang

bidan yang melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika kebidanan. Etika

kebidanan yang dituangkan dalam Kode Etik Bidan merupakan seperangkat standar etis,

prinsip, aturan atau norma yang berlaku untuk seluruh bidan.

b. Malpraktek Yuridis

Soedjatmiko membedakan malpraktek yuridis ini menjadi tiga bentuk, yaitu malpraktek

perdata (civil malpractice), malpraktek pidana (criminal malpractice) dan malpraktek

administratif (administrative malpractice).

1) Malpraktek Perdata (Civil Malpractice)

Malpraktek perdata terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak

terpenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) didalam transaksi terapeutik oleh tenaga

kesehatan, atau terjadinya perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad),

sehingga menimbulkan kerugian kepada pasien.

Adapun isi daripada tidak dipenuhinya perjanjian tersebut dapat berupa :

a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukan.

b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan, tetapi terlambat

melaksanakannya.

9

Page 10: Medikolegal 1 malpraktik

c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan, tetapi tidak

sempurna dalam pelaksanaan dan hasilnya.

d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan

Sedangkan untuk perbuatan atau tindakan yang melanggar hukum haruslah

memenuhi beberapa syarat seperti:

a. Harus ada perbuatan (baik berbuat maupun tidak berbuat).

b. Perbuatan tersebut melanggar hukum (tertulis ataupun tidak tertulis).

c. Ada kerugian

d. Ada hubungan sebab akibat (hukum kausal) antara perbuatan melanggar hukum

dengan kerugian yang diderita.

e. Adanya kesalahan (schuld)

Sedangkan untuk dapat menuntut pergantian kerugian (ganti rugi) karena kelalaian

tenaga kesehatan, maka pasien harus dapat membuktikan adanya empat unsur berikut:

a. Adanya suatu kewajiban tenaga kesehatan terhadap pasien.

b. Tenaga kesehatan telah melanggar standar pelayanan medik yang lazim

dipergunakan.

c. Penggugat (pasien) telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti

ruginya.

d. Secara faktual kerugian itu diesbabkan oleh tindakan dibawah standar.

Namun adakalanya seorang pasien (penggugat) tidak perlu membuktikan adanya

kelalaian tenaga kesehatan (tergugat). Dalam hukum ada kaidah yang berbunyi “res

ipsa loquitor” yang artinya fakta telah berbicara. Dalam hal demikian tenaga

kesehatan itulah yang harus membutikan tidak adanya kelalaian pada dirinya. Dalam

malpraktek perdata yang dijadikan ukuran dalam melpraktek yang disebabkan oleh

kelalaian adalah kelalaian yang bersifat ringan (culpa levis). Karena apabila yang

terjadi adalah kelalaian berat (culpa lata) maka seharusnya perbuatan tersebut

termasuk dalam malpraktek pidana. Contoh dari malpraktek perdata, misalnya

seorang dokter yang melakukan operasi ternyata meninggalkan sisa perban didalam

tubuh si pasien. Setelah diketahui bahwa ada perban yang tertinggal kemudian

dilakukan operasi kedua untuk mengambil perban yang tertinggal tersebut. Dalam hal

10

Page 11: Medikolegal 1 malpraktik

ini kesalahan yang dilakukan oleh dokter dapat diperbaiki dan tidak menimbulkan

akibat negatif yang berkepanjangan terhadap pasien.

2) Malpraktek Pidana

Malpraktek pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau mengalami cacat

akibat tenaga kesehatan kurang hati-hati. Atau kurang cermat dalam melakukan

upaya perawatan terhadap pasien yang meninggal dunia atau cacat tersebut.

Malpraktek pidana ada tiga bentuk yaitu:

a. Malpraktek pidana karena kesengajaan(intensional), misalnya pada kasus aborsi

tanpa insikasi medis, tidak melakukan pertolongan pada kasus gawat padahal

diketahui bahwa tidak ada orang lain yang bisa menolong, serta memberikan surat

keterangan yang tidak benar.

b. Malpraktek pidana karena kecerobohan (recklessness), misalnya melakukan

tindakan yang tidak lege artis atau tidak sesuai dengan standar profesi serta

melakukan tindakan tanpa disertai persetujuan tindakan medis.

c. Malpraktek pidana karena kealpaan (negligence), misalnya terjadi cacat atau

kematian pada pasien sebagai akibat tindakan tenaga kesehatan yang kurang hati-

hati.

3) Malpraktek Administratif

Malpraktek administrastif terjadi apabila tenaga kesehatan melakukan pelanggaran

terhadap hukum administrasi negara yang berlaku, misalnya menjalankan praktek

bidan tanpa lisensi atau izin praktek, melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan

lisensi atau izinnya, menjalankan praktek dengan izin yang sudah kadaluarsa, dan

menjalankan praktek tanpa membuat catatan medik.

4. Tindakan dokter pada scenario yang dapat digolongkan malpraktik

Tindakan dokter IGD termasuk dugaan malpraktek , yaitu

a. Tidak melakukan inform consent sebelum melakukan tindakan

b. Tidak melakukan pemeriksaan Fisik.

c. Menulis Rekam Medis tanpa melakukan pemeriksaan pada pasien

Tindakan dokter Penyakit dalam termasuk dugaan medical error, oleh karena telah

diberikan penatalaksanaan yang tepat (injeksi adrenalin) akan tetapi kondisi pasien tidak

membaik.

11

Page 12: Medikolegal 1 malpraktik

5. Penanganan dugaan malpraktik

Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan

dengan dua cara yakni :

Cara langsung

Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :

Duty (kewajiban) : Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien,

tenaga perawatan haruslah bertindak berdasarkan :

o Adanya indikasi medis

o Bertindak secara hati-hati dan teliti

o Bekerja sesuai standar profesi

o Sudah ada informed consent.

Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban) : Jika seorang tenaga perawatan

melakukan asuhan keperawatan menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidak

melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka tenaga

perawatan tersebut dapat dipersalahkan.

Direct Causation (penyebab langsung) : Penyebab langsung yang dimaksudkan

dimana suatu tindakan langsung yang terjadi, yang mengakibatkan kecacatan pada

pasien akibat kealpaan seorang dokter pada diagnosis dan perawatan terhadap pasien.

Secara hukum harus dapat dibuktikan secara medis yang menjadi bukti penyebab

langsung terjadinya malpraktik dalam kasus manapun. Untuk berhasilnya suatu

gugatan ganti-rugi berdasarkan malpraktek medik, maka harus ada hubungan kausal

yang wajar antara sikap-tindak tergugat (dokter) dengan kerugian (damage) yang

menjadi diderita oleh pasien sebagai akibatnya. Tindakan dokter itu harus merupakan

penyebab langsung. Hanya atas dasar penyimpangan saja, belumlah cuklup untuk

mengajukan tutunyutan ganti-kerugian. Kecuali jika sifat penyimpangan itu

sedemikian tidak wajar sehingga sampai mencederai pasien. Namun apabila pasien

tersebut sudah diperiksa oleh dokter secara edekuat, maka hanya atas dasar suatu

kekeliruan dalam menegakkan diagnosis saja, tidaklah cukup kuat untuk meminta

pertanggungjawaban hukumannya.

Damage (kerugian) : adalah cedera atau kerugian yang diakibatkan kepada pasien.

Walaupun seorang dokter atau rumah sakit dituduh telah berlaku lalai, tetapi jika

12

Page 13: Medikolegal 1 malpraktik

tidak sampai menimbulkan luka/cedera/kerugian (damage, injury, harm) kepada

pasien, maka ia tidak dapat dituntut ganti-kerugian. Istilah luka (injury) tidak saja

dala bentuk fisik, namun kadangkala juga termasuk dalam arti ini gangguan mental

yang hebat (mental anguish). Juga apabila tejadi pelanggaran terhadap hak privasi

orang lain.

Cara tidak langsung

Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni dengan

mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan (doktrin

res ipsa loquitur). Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada

memenuhi criteria :

a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalai

b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan

c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada

contributory negligence.

d. Gugatan pasien

Pada dasarnya penanganan kasus malpraktik dilakukan dengan mendasarkan

kepada konsep malpraktik medis dan adverse events yang diuraikan di atas. Dalam

makalah ini tidak akan diuraikan pelaksanaan pada kasus per-kasus, namun lebih kearah

hasil pembelajaran (lesson learned) dari pengalaman penanganan berbagai kasus dugaan

malpraktik, baik dari sisi profesi maupun dari sisi hukum.

Suatu tuntutan hukum perdata, dalam hal ini sengketa antara pihak dokter dan

rumah sakit berhadapan dengan pasien dan keluargaatau kuasanya, dapat diselesaikan

melalui dua cara, yaitu cara litigasi (melalui proses peradilan) dancara non litigasi (di luar

proses peradilan).

Apabila dipilih penyelesaian melalui proses pengadilan, maka penggugat akan

mengajukan gugatannya kepengadilan negeri di wilayah kejadian, dapat dengan

menggunakan kuasa hukum (pengacara) ataupun tidak. Dalam proses pengadilan

umumnya ingin dicapai suatu putusan tentang kebenaran suatu gugatan berdasarkan

bukti-bukti yang sah (right-based) dan kemudian putusan tentang jumlah uang ganti rugi

yang "layak" dibayar oleh tergugat kepada penggugat. Dalam menentukan putusan

benar,salahnya suatu perbuatan hakim akan membandingkan perbuatan yang dilakukan

13

Page 14: Medikolegal 1 malpraktik

dengan suatu norma tertentu, standar, ataupun suatu kepatutan tertentu, sedangkan dalam

memutus besarnya ganti rugi hakim akan mempertimbangkan kedudukan sosial-ekonomi

kedua pihak (pasal 1370-1371 KUH Perdata).

Apabila dipilih proses di luar pengadilan (alternative dispute resolution), maka

kedua pihak berupaya untuk mencari kesepakatan tentang penyelesaian sengketa

(mufakat). Permufakatan tersebut dapat dicapai dengan pembicaraan kedua belah pihak

secara langsung (konsiliasi atau negosiasi), ataupun melalui fasilitasi, mediasi,

danarbitrasi, atau cara-cara kombinasi. Fasilitator dan mediator tidak membuat putusan,

sedangkan arbitrator dapat membuat putusan yang harus dipatuhi kedua pihak. Dalam

proses mufakat ini diupayakan mencari cara penyelesaian yang cenderung berdasarkan

pemahaman kepentingan kedua pihak (interest-based, win-win solution), dan bukan right-

based. Hakim pengadilan perdata umumnya menawarkan perdamaian sebelum

dimulainya persidangan, bahkan akhir-akhir ini hakim memfasilitasi dilakukannya

mediasi oleh mediator tertentu.

Dalam hal tuntutan hukum tersebut diajukan melalui proses hukum pidana, maka

pasien cukup melaporkannya kepada penyidik dengan menunjukkan bukti-bukti

permulaan atau alasan-alasannya. Selanjutnya penyidiklah yang akan melakukan

penyidikan dengan melakukan tindakan-tindakan kepolisian, seperti pemeriksaan para

saksi dan tersangka, pemeriksaan dokumen (rekam medis di satu sisi dan by laws, standar

dan petunjuk di sisi lainnya), serta pemeriksaan saksi ahli. Visum et repertum mungkin

saja dibutuhkan penyidik. Berkas hasil pemeriksaan penyidik disampaikan kepada jaksa

penuntut umum untuk dapat disusun tuntutannya.Dalam hal penyidik tidak menemukan

bukti yang cukup maka akan dipikirkan untuk diterbitkannya SP3 atau penghentian

penyidikan.

Selain itu, kasus medikolegal dan kasus potensial menjadi kasus medikolegal,

juga harus diselesaikan dari sisi profesi dengan tujuan untuk dijadikan pelajaran guna

mencegah terjadinya pengulangan di masa mendatang, baik oleh pelaku yang sama

ataupun oleh pelaku lain. Dalam proses tersebut dapat dilakukan pemberian sanksi

(profesi atau administratif) untuk tujuan penjeraan, dapat pula tanpa pemberian sanksi –

tetapi memberlakukan koreksiatas faktor-faktor yang berkontribusi sebagai penyebab

terjadinya "kasus" tersebut. Penyelesaian secara profesi umumnya lebih bersifat audit

14

Page 15: Medikolegal 1 malpraktik

klinis, dandapat dilakukan di tingkat institusi kesehatan setempat (misalnya berupa Rapat

Komite Medis, konferensi kematian, presentasikasus, audit klinisterstruktur, proses

lanjutandalam incident report system, dll), atau di tingkat yang lebihtinggi

(misalnyadalamsidangDewanEtikPerhimpunanSpesialis, MKEK, Makersi, MDTK, dll).

Bilaputusan MKEK menyatakan pihak medis telah melaksanakan profesi sesuai dengan

standar dan tidak melakukan pelanggaran etik, maka putusan tersebut dapat digunakan

oleh pihak medis sebagai bahan pembelaan.

6. Upaya mencegah malpraktik

Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis karena

adanya malpraktik diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-

hati, yakni :

15

PENGADUANMajelis

Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia (MKDKI)

Malpraktik Etik

MKEK

Bebas

Tuntutan lisan

, tertulis

Tindakan Administratif

1. Gaji/pangkat (tunda kenaikan, atau penurunan)

2. Cabut SIP sementara/ selama-lamanya

3. Hukuman kepegawaian

Disiplin Kedokteran

Bebas

Hukuman Disiplin

1. Teguran tertulis

2. Pencabutan STR

3. Pencabutan SIP

4. Wajib Pendidikan

Malpraktik Medik

Penegak Hukun (Penyidik)

Pengadilan

BebasPidana

(Penjara ± denda)

Page 16: Medikolegal 1 malpraktik

a. Senantiasa berpedoman pada standar pelayanan medic dan standar prosedur

operasional

b. Bekerjalah secara professional, berlandaskan etik dan moral yang tinggi

c. Ikuti peraturan perundangan yang berlaku, terutama tentang kesehatan dan praktik

kedokteran

d. Jalin komunikasi yang harmonis dengan pasien dan keluarganya dan jangan pelit

informasi baik tentang diagnosis, pencegahan dan terapi.

e. Tingkatkan rasa kebersamaan, keakraban dan kekeluargaan sesame sejawat dan

tingkatkan kerja sama tim medic demi kepentingan pasien.

f. Jangan berhenti belajar, selalu tingkatkan ilmu dan keterampilan dalam bidang yang

ditekuni.

g. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena

perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan

berhasil (resultaat verbintenis).

h. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.

i. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.

j. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada dokter.

k. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala

kebutuhannya.

l. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Terdapat pencegahan-pencegahan tertentu yang dapat dilakukan secara rutin sehingga

tuduhan malpraktik dapat dielakkan. Hal ini termasuk :

o Mempekerjakan dan melatih asisten dengan arahan langsung sampai asisten tersebut

dapat memenuhi standar kualifikasi yang ada

o Mengambil langkah hati-hati untuk menghilangkan faktor resiko di tempat praktik.

o Memeriksa secara periodik peralatan yang tersedia di tempat praktik.

o Menghindari dalam meletakkan literatur medis di tempat yang mudah diakses oleh

pasien. Kesalahpahaman dapat mudah terjadi jika pasien membaca dan

menyalahartikan literatur yang ada.

16

Page 17: Medikolegal 1 malpraktik

o Menghindari menyebut diagnosis lewat telepon.

o Jangan meresepkan obat tanpa memeriksa pasien terlebih dahulu.

o Jangan memberikan resep obat lewat telepon.

o Jangan menjamin keberhasilan pengobatan atau prosedur operasi yang ada.

o Rahasiakanlah sesuatu yang seharusnya menjadi rahasia. Jangan membocorkan

informasi yang ada kepada siapapun. Rahasia ini hanya diketahui oleh dokter dan

pasien.

o Simpanlah rekam medis secara lengkap, jangan menghapus atau mengubah isi yang

ada.

o Jangan menggunakan singkatan-singakatan atau simbol-simbol tertentu di rekam

medis

o Gunakan formulir persetujuan yang sah dan sesuai Docu-books adalah alat bantu

yang penting dalam menyimpan surat persetujuan yang telah dibuat.

o Jangan mengabaikan pasien.

o Cobalah untuk menghindari debat dengan pasien tentang tarif dokter yang terlampau

mahal. Buatlah diskusi dan pengertian dengan pasien mengenai tarif dokter yang

wajar.

o Pada tiap kali pertemuan, gunakanlah bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien.

o Jalinlah empati untuk setiap masalah yang dialami pasien, dengan ini tata laksana

akan menjadi komprehensif.

o Jangan pernah berbohong, memaksa, mengancam, atau melakukan penipuan kepada

pasien. Jangan mengarang-ngarang cerita mengenai penyakit pasien.

o Jangan pernah melakukan pemasangan alat bantu, pengobatan atau tata laksana jika

pasien masih berada dalam pengaruh alkohol atau pengaruh pengobatan yang

mengandung narkotika.

o Jangan pernah menawarkan untuk membiayai pengobatan pasien dengan dana sendiri.

Jika pengobatan yang diberikan melebihi polis asuransi yang pasien miliki, maka

jangan limpahkan kepada polis asuransi yang kita miliki.

o Jangan menjelek-jelekkan pasien atau teman sejawat.

7. Dasar hukum yang mengatur tentang malpraktik

17

Page 18: Medikolegal 1 malpraktik

Dasar pengadaan VER

Pasal 133 KUHAP

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik

luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak

pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran

kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit

harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut

dan diberi label yang memuat identitas mayat dilak dengan diberi cap jabatan yang

dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Penjelasan pasal 133 KUHAP

(2) keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,

sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman

disebut keterangan.

Pejabat peminta V isum et Repertum

a. Tindak pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia termasuk tindak pidana umum

b. Tindak pidana umum sebagai penyidiknya adalah polisi

c. Jadi yang berwenang menerbitkan SPV : Penyidik Polri dan Polisi Militer

Pasal 11 KUHAP

Penyidik pembantu mempunyai wewenang seperti tersebut dalam pasal 7 (1), kecuali

mengenai penahanan yang wajib diberikan dengan pelimpahan wewenang dari penyidik

yang berwenang :

Jadi: Penyidik pembantu POLRI dan Polisi Militer juga berwenang.

Pasal 2 PP No 27 tahun 1983

Penyidik adalah : Pejabat Polisi Negara RI yang sekurang-kurangnya berpangkat

Pembantu Letnan Dua Polisi (AIPDA).

Penyidik pembantu adalah Pejabat Polisi Negara RI yang sekurang-kurangnya

berpangkat Sersan Dua Polisi (Brigda)

18

Page 19: Medikolegal 1 malpraktik

Kepangkatan

Pasal 2 ayat (2) PP No 27 tahun 1983

(2) dalam hal di suatu Sektor Kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan Kepolisian yang berpangkat bintara

dibawah Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatannya adalah penyidik.

19

Page 20: Medikolegal 1 malpraktik

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Praktek kedokteran merupakan suatu praktek yang juga berkaitan dengan hukum mengenai

permasalahan medik. Praktek kedokteran ini juga sangat kompleks dan rentan terjadi kecelakaan,

kelalaian, dan medical error, sehingga perlu dilakukan dengan hati-hati sesuai dengan hukum

yang berlaku. Sikap dan perilaku yang sesuai etika profesi dan standar profesi juga perlu

dilaksanakan untuk menjalin hubungan yang baiuk antara dokter dan pasien.

20

Page 21: Medikolegal 1 malpraktik

DAFTAR PUSTAKA

Budianto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Mun’im A, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu

Kedokteran Forensik. First Edition. Jakarta : Bagian Kedokteran Universitas Indonesia, 1997

21