Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MEMBACA Al-QUR’AN DENGAN LANGGAM JAWA DAN ORCHESTRA
(ANALISIS PENERAPAN ILMU TAJWID PADA PELANTUNAN
PEMBACAAN AL-QUR’AN )
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar
Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)
Oleh: M Mizan Sya’roni
1111034000098
PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M.
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan asli karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya rujuk dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil plagiasi dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 8 April 2016
M. Mizan Sya’roni
iii
MEMBACA Al-QUR’AN DENGAN LANGGAM JAWA DAN ORCHESTRA
(ANALISIS PENERAPAN ILMU TAJWID PADA PELANTUNAN
PEMBACAAN AL-QUR’AN )
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh: M Mizan Sya’roni
NIM: 1111034000098
Pembimbing:
Dr.Ahsin Sakho M. Asyrofuddin, MA.
NIP:195602211996031001
PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M.
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Membaca Al-Qur’an Dengan Langgam Jawa Dan Orchestra (Analisis Penerapan Ilmu Tajwid Pada Pelantunan Pembacaan Al-Qur’an telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 18 April 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) pada Program Studi Tafsir-Hadis.
Jakarta, 18 April 2016
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekertaris Merangkap Anggota,
Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA. Dra. Banun Binaningrum, M. Pd. NIP: 19711003 199903 2 001 NIP: 19680618 199903 2 001
Anggota,
Penguji I Penguji II
Dr. Faizah Ali Sybromalisi, MA. Hasanuddin Sinaga, MA. NIP: 19550725 200012 2 001 NIP: 19701115 199703 1 002
Pembimbing,
Dr. Ahsin Sakho M. Asyrofuddin, MA NIP: 1956022 1199603 1 001
v
Motto
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau
kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak di dalamnya”. (QS. al-Nisā[4]: 82)
Kuncinya adalah hati. Hati lebih berfungsi untuk merasakan dan memahami keindahan al-Qur’an. Sedangkan pikiran (otak), lebih berfungsi untuk berpikir, mengingat dan meng analisa. Pikiran atau (otak) ada di dalam kepala, sedangkan hati ada di dalam dada. (Agus Musthofa, Pusaran Energi Ka’bah) Bacalah dengan (menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui. (QS. Al-‘Alaq: 1-5)
vi
Kanggo:
Buya Cucun Manshur abbas Umi Lilis Faizah
Aa faiz, Dede Wahdah Sampe de Afwan.
Ya Allah, dengan segala kerendahan hati, kami mohon muliakanlah mereka yang telah membantu saya selama masa study, berilah ketenangan hati pada mereka, murahkan rizki dan panjangkan serta berkahkanlah usia mereka, sediakanlah tempat untuk mereka di surga-Mu yaa Rab.. Amin..
Haturuhun
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman
transliterasi dalam buku Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2011-2012.
Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T T تe
Ts Te dan es ث
J Je ج
h dengan titik bawah ح
Kh k dan h خ
D De د
Dz De dan zet ذ
r Er ر
z Zet ز
s Es س
sy es dan ye ش
es dengan titik bawah ص
de dengan titik bawah ض
te dengan titik bawah ط
zet dengan titik bawah ظ
viii
Koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع
gh ge dan ha غ
f Ef ف
q Ki ق
k Ka ك
l El ل
m Em م
n En ن
w We و
h Ha ه
Apostrop ء
y Ye ي
Vokal Panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ā a dengan topi di atas آ
ī i dengan topi di atas إي
ū u dengan topi di atas أو
Vokal Rangkap
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
يأ ai a dan i
au a dan u أو
ix
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan
dengan huruf ال dialihaksarakan menjadi huruf /|/, baik diikuti huruf
syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl.
Syaddah (Tasyd d)
Syaddah atau tasyd d yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda (), dalam alih aksara ini dilambangkan
dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda
syaddah itu. Tetapi itu tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda
syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf
syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-darūrah tapi al-
darūrah.
Ta Marbū ah
Kata Arab Alih Bahasa Keterangan
arīqah Ta marbū طريقة ah pada kata yang berdiri sendiri
Al-jāmi الجامعة الإسلا مية ah al-Islāmiyyah Diikuti oleh kata sifat
Wa وحدة الوجود dat al-wujūd Diikuti oleh kata benda
x
PEDOMAN TAJWID TRANSLITERASI AL-QUR’AN
A. Mad (Bacaan Panjang)
Mad atau bacaan panjang dikategorikan kepada dua jenis, yaitu bacaan Mad dengan panjang dua harakat dan bacaan Mad dengan panjang lebih dari dua harakat sampai enam harakat.
1. Bacaan mad dengan dua harakat yaitu Mad A li, Mad lāzim Muhkaffaf arfi, Mad Badal, Mad ‘Iwad, Mad ilah Qa īrah dan Mad Tamkīn.
Lambang untuk bacaan dua harakat berupa garis di atas huruf mad a,i,u (ā, ī, dan ū).
Nama huruf dan Lambang
Harakat dan Huruf Nama Huruf dan Lambang
Nama
اـــــــ ــــ
Fat ah dan alif ā a dan garis di atas
يـــــــ ــــ
Kasrah dan ya’ ī i dan garis di atas
وــــــ ـــــ
ammah dan wawu
ū u dan garis di atas
Contoh Transliterasi Mad Dua Harakat
No Surah Lafal Al-Qur’an Transliterasi Keterangan 1 Fatir: 40 القواذا خم mādzā khalaqū Mad A li
2 Ar Rum: 9 ورسيي لماو awalam yasīrū Mad A li
3 Ta ha: 1 طه āhā Mad lāzim Muhkaffaf
arfi 4 Al- Baqarah: 178 با كتونام āmanū kutiba Mad Badal
5 Al Insan: 20 اميعن تاير ra’aita na ‘īmā Mad ‘Iwad
6 An Nisa: 2 ه كاننا innahū kāna Mad ilah Qa īrah
7 An Nisa : 86 متييح uyyītum Mad Tamkīn
xi
2. Bacaan mad dengan panjang lebih dari 2 harakat yaitu Mad jā’iz Munfa il, Mad Wājib Mutta il, Mad ilah awīlah, Mad Farq, Mad Lāzim arfi Musyabba’, Mad ‘Āri li as-sukūn dan Mad Layyin. Lambang untuk bacaan tersebut berupa: ~ (ekuivalen) di atas huruf mad a, i dan u sehingga menjadi ã, ĩ, dan ũ.
Nama huruf dan Lambang
Huruf dan Lambang Nama
ã a dan a dan lambang ekuivalen di atas nya
ĩ idan i dan lambang ekuivalen di atas nya
ũ u dan u dan lambang ekuivalen di atas nya
Contoh Transliterasi Mad Lebih Dua Harakat
No Surah Lafal Al-Qur’an
Transliterasi Keterangan
1 At-Tahrim: 6 كمفسآ انقو qũ an^fusakum Mad jā’iz Munfa il
2 Al-Fath:29
اشدآء على الكفار
asyiddã’u ‘alal kuffāri
Mad Wājib Mutta il
3 Al-Baqarah: 255
ذنهلا باا هدنع ‘in^dahũ illā bi’idznih
Mad ilah awīlah
4 Al-An’am: 143 نيقل ءآلذكر qul ãdzadzaakaraini
Mad Farq
5 Yunus :91
تيصع قدو الئن ãl’āna waqad ‘a aita
Mad Lāzim Mukhaffaf
Kilmi 6
Al-An’am: 77 ناليم الضالقو نم minal qaumi
ãllīn Mad Lāzim Mu aqqal
Kilmi 7
Al- A’raf :1 صالم alif lãm mĩm ãd Mad Lāzim
arfi Musyabba’
8 Al-Ankabut :66 فون فسلومعي fasaufa ya’malũn Mad ‘Āri lissukūn
9 Quraysh: 4 فوخ نم min khaũf Mad Layyin
B. Idgām 1. Idgām bi Gunnah
xii
Huruf nun sakin atau tanwin pada Idgām bi Gunnah ditransliterasi dengan bunyi huruf dan atau bunyi bacaannya sebagai huruf lebur, dan huruf-huruf tersebut diberi lambang berupa titik (.) di atas huruf m, n, y, w pertama yang menandakan sebagai bacaan Idgām bi Gunnah.
Nama huruf dan Lambang
Huruf dan harakat Nama Huruf dan Lambang
Nama
ـــــــــــ ن ـــــــ م ن ي و
Huruf nun mati atau tanwin bertemu dengan mim, nun, ya’, dan wau.
, , , dan
Em, en, ye, dan we dengan titik di atas
Contoh Transliterasi Idgām bi Gunnah
No Surah Lafal Al-Qur’an
Transliterasi Keterangan
1 As-Saffat: 62 لازنريخ khairu nuzulā Idgām bi Gunnah 2 Al-Baqarah: 8 لقوي نم ma yaqūlu
2. Idgām bila Gunnah Huruf nun sakin atau tanwin pada Idgām bila Gunnah ditransliterasi dengan bunyi huruf dan atau bunyi bacaannya sebagai huruf lebur, dan huruf-huruf tersebut tidak diberi lambang.
Contoh Transliterasi Idgām bilā Gunnah
No Surah Lafal Al-Qur’an Transliterasi Keterangan 1 Al-Maidah 44 كمحي لم نمو wa mal lam
ya kum Idgām bilā Gunnah 2 Al-Baqarah 173 ميحر رغفو gafūrur ra īm
3. Idgām Mimi
Pasangan huruf-huruf sakin yang sama yaitu mim (م) dengan mim(م) ditransliterasi dengan bunyi huruf dan atau bunyi bacaannya sebagai huruf lebur, dan huruf tersebut diberi lambang berupa titik (.) di atas huruf m pertama yang menandakan sebagai bacaan Idgām mimi.
Contoh Transliterasi Idgām Mimi
xiii
Surah Lafal Al-Qur’an Transliterasi Keterangan Saba’ 30 ادعيم لكم laku mī ‘ād Em titik di atas
4. Idgām Mutamāsilain Pasangan huruf-huruf sakin yang sama yaitu ba (ب) dengan ba (ب) dan dza ditransliterasi dengan bunyi huruf dan atau bunyi ,(ذ) dengan dza (ذ)bacaannya sebagai huruf lebur, dan huruf-huruf tersebut tidak diberi lambang.
Contoh Transliterasi Idgām Mutamāsilain
No Surah Lafal Al-Qur’an Transliterasi Keterangan 1 Al-Baqarah: 60 اكصعب ربا اضفقلن faqulna rib bi
‘a āka Idgām
Mutamāsilain 2 Al-Anbiya’: 87 بذذها idz dzahaba 3 Saba’:30 قل لكم qul lakum
5. Idgām Mutajānisain Pasangan huruf-huruf Idgām Mutajānisain yang sakin yaitu tsa (ث) dengan dza (ذ) dan da (د) dengan ta (ت),ta (ت) dengan da (د),dza (ذ) dengan z ,(ط) dengan a (ت) ta,(ظ) a (ط) dengan ta (ت),ba (ب) dengan mim (م) ditransliterasi dengan bunyi huruf kedua dan atau bunyi bacaannya sebagai huruf lebur, dan huruf-huruf tersebut tidak diberi lambang.
Contoh Transliterasi Idgām Mutajānisain
No Surah Lafal Al-Qur’an Transliterasi Keterangan 1 Al-A’raf :176 كث ذللهي yalhats dzālika
Idgām Mutamāsilain
2 At-Taubah :117 االله ابت لقد laqat tāballāhu
3 Yunus 89 اكمتوعد تباجي qad ujībad da ‘watukumā
4 An-Nisa’ :64 اوذظلما idz alamū
5 As-Saf: 14 فةطائ تنفام fa āmanat ã’ifatun
6 Al-Ma’idah: 28 نلئ طتسب la’i basa ta
7 Hud: 42
yā يبني اركب معناbunaiyyarka
ma ‘anā
6. Idgām Mutaqāribain
xiv
Pasangan huruf-huruf Idgām Mutaqāribain yang sakin yaitu lam (ل) dengan ra’ (ر),qaf (ق) dengan kaf (ك), ditransliterasi dengan bunyi huruf kedua dan atau bunyi bacaannya sebagai huruf lebur, dan huruf-huruf tersebut tidak diberi lambang.
Contoh Transliterasi Idgām Mutaqāribain
No Surah Lafal Al-Qur’an Transliterasi Keterangan 1 Al Kahfi :22 يبقل ر Qur rabbi
Idgām Mutaqāribain
2 An-Nisa :158 االله هفعل رب bar rafa ‘anhullāhu
3 Al-Mursalat: 20 لقكمخن الم alam nakhlukkum
C. Iqlāb Huruf nun sakin atau tanwin pada Iqāb ditransliterasi dengan lafal bunyi huruf mim sebagai bunyi lebur huruf nun mati atau tanwin dan diberi lambang berupa titik(.) di atas huruf m yang menandakan sebagai bacaan iqlab.
Nama huruf dan Lambang
Huruf dan harakat Nama Huruf dan Lambang
Nama
ــ ــــ ـــ ــ ن ـــــــ ب
Huruf nun mati atau tanwin bertemu dengan ba’
em dengan titik di atas
Contoh Transliterasi Iqāb
No Surah Lafal Al-Qur’an Transliterasi Keterangan 1 Al-Baqarah: 27 دعب نم mi ba ‘di
Iqāb 2 Al-Baqarah: 95 اا بمداب abada bimā
D. Ikhfā’ Huruf nun sakin atau tanwin pada ikhfā’ ditransliterasi dengan huruf n. Di antara huruf n dengan huruf ikhfā’ yang mengikutinya diberi lambang ujung busur (^)yang menandakan sebagai bacaan ikhfā’.
xv
Bentuk Lambang
Huruf dan harakat Nama Huruf dan Lambang
Nama
ــ ــــ ـــ ــن ـــــــ ت
ز س ش ص ث ج د ذ ض ط ظ ف ق ك
Huruf nun mati atau tanwin bertemu salah satu dari lima belas huruf ikhfā’
^ Ujung busur
Contoh Transliterasi Ikhfā’
No Surah Lafal Al-Qur’an
Transliterasi Keterangan
1 Al-Ghashiyah: 7
نم نيغلا يو جوع
walā yugnī min^jū ‘in
Ikhfā’
2 Al-Isra’: 23 املا كريقو qaulan^karīman
3 An-Nas: 4 اسوسالو رش نم min^syarril waswāsi
4 Al-Zalzalah: 8 ارش ةذر dzarratin^syarran
5 Al-Bayyinah: 3 ةمقي با كتهيف Fihā kutubun^qayyimah
E. Idzhār Huruf nun sakin atau tanwin pada idzhār ditransliterasi sesuai dengan bunyi tulisan dan tidak diberi lambang.
Contoh Transliterasi Idzhār
No Surah Lafal Al-Qur’an
Transliterasi Keterangan
1 An-Nisa’: 157 لالم اع نم min ‘ilmin illā Idzhār 2 Al-Baqarah: 104 ميال ذابع ‘adzābun
alīmun
F. Gunnah Huruf mim dan nun bertasydid ditransliterasikan dengan m atau n yang diberi lambang dengan titik di atas ( , ) huruf pertama.
Nama huruf dan Lambang
xvi
Huruf dan harakat Nama Huruf dan
Lambang Nama
م نHuruf mim dan nun yang bertasydid
, em dan en dengan titik di atas
Contoh Transliterasi Gunnah
No Surah Lafal Al-Qur’an Transliterasi Keterangan 1 Al-Kahfi 88 نا مامو wa a mā man
āmana Gunnah 2 Al-Baqarah 187 اسبل نه hu na libāsun
G. Waqaf Waqaf dikelompokkan kepada dua, yaitu : 1. Tanda waqaf dalam Mushaf Al-Qur’an yang menggunakan (huruf) م ,
ج, قلى di beri tanda titik (.). 2. Waqaf yang menggunakan صلى, لا tidak diberi tanda, sedang di
akhir ayat diberi tanda titik (.) apapun tanda waqafnya. Bunyi huruf atau harakat pada akhir kata yang diwaqafkan dihilangkan atau dimunculkan dalam tanda kurung. Waqaf mu’anaqah yang dalam Mushaf Al-Qur’an menggunakan titik
tiga ( ) hanya dibolehkan berhenti pada salah satunya. Bunyi huruf
akhir pada dua tanda waqaf tersebut diletakkan di dalam tanda kurung.
Contoh Penulisan tanda waqaf
No Surah Lafal Al-Qur’an Transliterasi Keterangan
1 Al-Baqarah: 26 لضثلا يم ma alā. yu illu atau ma alā (n). yu illu
Huruf akhir dihilangkan atau dalam
tanda kurung
2 Ar-Ra’d: 26 رقديو wa yaqdir. atau wa yaqdir (u).
3 Al-Baqarah: 37 هبر نم mir rabbih. atau mir rabbih (ī).
4 Al-Baqarah: 163 ولا ها illā huw. atau illā huw(a).
5 Al-Baqarah: 70 قرن البا ياهم mā hiya innal-baqara
6 Al-Baqarah: 87 انياتل وسبالر bir-rusuli
xvii
wa ātainā
7 Al-Baqarah: 2 نيقتى للمده hudal lil-muttaqīn. atau hudal lil-muttaqīn(a).
Huruf akhir dihilangkan atau dalam
tanda kurung
Contoh Transliterasi Waqaf Mu ‘anaqah
Surah Lafal Al-Qur’an Transliterasi Keterangan Al-Baqarah 2
Lā raib(a). Fihi hudan atau Waqaf pada tanda
yang pertama
Lā raiba fih(i). hudan
Waqaf pada tanda yang kedua
ABSTRAK
M Mizan Sya’roni
Membaca Al-Qur’an Dengan Langgam Jawa Dan Orchestra (Analisis Penerapan Ilmu Tajwid Pada Pelantunan Pembacaan Al-Qur’an).
Penelitian ini hadir karena : Mengingat begitu pentingnya tartil dan tajwid dalam membaca ayat al quran. Sejalan dengan firman allah surat al muzzamil ayat 4 warottil al-Qur’an tarila Allah memerintahkan umat islam untuk membaca al-Qur’an dengan tartil pengertian tartil adalah tajwīd al-huruf wa marifat al-wuquf : yaitu membaguskan huruf dan mengenal tentag waqof.
Adapun Ilmu tajwid adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui aturan-aturan dalam membaca al-Qur’an berdasarkan sifat huruf, tempat keluarnya huruf, panjang pendeknya, serta bacaan-bacaannya, sehingga tidak ada perubahan makna pada saat membacanya dan sesuai sebagaimana mestinya. Penelitian ini menggunakan Metode analisis deskriptif kualitatif. penulis download dan dikumpulkan di transkip, di translitrasi, diberi tanda tajwid, kemudian penulis analisa menggunakan ilmu tajwid. Dalam Penelitian ini penulis ingin mengetahui tentang penerapan ilmu tajwid dalam lagu membaca al-Qur’an (analisis pada pelantunan pembacaan al-Qur’an di media sosial). dengan menggunakan kaidah ilmu tajwid yang telah disepakati oleh ahli tajwid.
Objek yang diteliti, penulis memilih dua video. pada langgam daerah Jawa yang dibacakan oleh dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Muhammad Yaser Arafat pada peringatan Isra Mi'raj di Istana Negara Jakarta dan langgam orchestra oleh Farman Purnama Di Aula Simfonia Jakarta Pusat.
Berdasarkan hasil penelaahan penulis pada kasus pembacaan al-Qur’an langgam Jawa dan Orchestra, Untuk kasus Langgam Jawa ketidak sesuaian dengan aturan ilmu tajwid berjumlah 64 dari 121 yang seharusnya bisa dibaca dengan ilmu tajwid.
Adapun hasil penelaahan penulis pada kasus pembacaan al-Qur’an langgam Orchestra, Maka ditemukan ketidak sesuaian dengan pembacaan ilmu tajwid berjumlah 79 dari 89 yang seharusnya bisa dibaca dengan ilmu tajwid.
xviii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan al amdulillāhi rabbi al-‘ālamīn sebagai bentuk
rasa syukur penulis kehadirat Allah swt, atas karunia Rahmat, Hidayah serta
Maunahnya, sehingga dalam waktu yang relatif singkat penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran, ketabahan dan ke
ikhlasan. Dalam proses perjalanan penulisan skripsi ini tentu banyak hal yang
menyebabkan kegalauan dan kegundahan yang dialami oleh penulis. Hal ini
karenakan banyak faktor, antara lain: Desakan dari keluarga agar mempercepat
menyelesaikan segala tugas yang menjadi syarat wisuda, penulis paham betul
dengan maksud mereka. Melihat sebagian teman-teman yang sudah selesai lebih
awal juga menjadi salah satu sebab kegelisahan penulis, sehingga penulis harus
segera menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adik-adik junior yang hampir setiap
ketemu menanyakan “kapan wisuda bang”? ini juga menjadi alasan bagi penulis
untuk tetap semangat.
xix
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada reformis dunia yang telah
melakukan banyak perubahan selama ia di utus sebagai seorang Rasul di muka
bumi ini. Dari yang negatif ke yang positif, dari kegelapan pada cahaya, dari yang
tidak manusiawi pada yang manusiawi. Seorang Nabi yang menjadi suri tauladan
bagi umat manusia, sabdanya menjadi hukum dan akan terus dikaji sampai akhir
zaman nanti. Beliau adalah Nabi Muhammad SAW.
Berbagai hambatan selalu datang menghampiri penulis, dari awal hingga
akhir penulisan skripsi ini, baik internal maupun eksternal. Berbagai macam
kesulitan juga dapat penulis rasakan, hal ini mungkin dikarenakan minimnya
pengetahuan penulis tentang apa yang dibahas dalam skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari dukungan dan bantuan banyak pihak. Oleh karenanya, dengan segala
ketulusan, kerendahan hati dan keikhlasan penulis menghaturkan banyak
terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede
Rosyada, MA, selaku Rektor Universitas Negeri Syarif Hidayatullah.
2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA. Selaku Dekan Fakultas Usuluddin dan
Filsafat, juga sebagai dosen Metode Penelitian pada semester VII.
3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA. Sebagai Ketua Jurusan Tafsir Hadits,
sekaligus dosen pada mata kuliah Praktikum Penulisan Karya Ilmiyah pada
semester VII.
4. Dra. Banun Binaningrum, M.Pd Sebagai sekretaris jurusan tafsir hadits yang
selalu melayani mahasiswa termasuk penulis dalam urusan surat
xx
menyurat,yang juga termasuk dosen bahasa inggris pada semester I dan
Dosen pembimbing KKN.
5. Dr.Ahsin Sakho M. Asyrofuddin, MA. Dosen pembimbing yang selalu
meluangkan waktu dan tempatnya untuk penulis, terimakasih yang sebesar-
besarnya penulis sampaikan kepada beliau serta keluarga, Jazāhumullāh
khairan katsira.
6. Eva Nugraha, MA. Sebagai dosen yang selalu meluangkan waktu dan
tempatnya untuk penulis, bahkan tidak cuma itu, penulis juga di arahkan oleh
beliau dari nol dan menyelesaikan skripsi ini di rumah beliau. terimakasih
yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada beliau serta keluarga,
karena telah menerima penulis untuk tinggal di rumahnya selama penulisan
skripsi ini dengan segala fasilitasnya. Jazāhumullāh khairan katsira.
7. Seluruh dosen di Fakultas Usuluddin khususnya kepada dosen pembimbing
akademik, Dr. Abdul Moqsith Ghazali, MA, dan Rifqi Muhammad Fatkhi,
MA dan dosen-dosen di jurusan Tafsir Hadits yang telah banyak berbagi
ilmu kepada penulis, sehingga penulis mendapatkan setetes air dari samudera
ilmu pengetahuan. (Jazāhumullāh wanafa ‘anā bi ‘ulūmihim).
8. Kedua orang tua Penulis Buya Kh. Cucun Manshur Abbas dan Umi Hj.Lilis
faizah yang selalu mendo’akan dengan segala ketulusan hatinya, menasehati,
memperhatikan kesehatan dan selalu mengingatkan penulis pada shalat
sebagai salah satu ajaran Islam. Juga kepada kakak penulis M.Faiz Thonthowi
S.Pd.i,dan semua adik-adik penulis Wahdah Farhati S.ud, Alm. M.Fuad Al
abbasi, M.Nashiruddin, Nida Nadia, M.Hanan Said, Inayah Maulida,
M.Syauqi, M. Afwan Mushoffan terimakasih atas segala perhatian dan
xxi
pengertiannya serta dukungannya baik berupa materil maupun moril. Kalian
luar biasa. (Allāhumma ir amhumā kamā rabbayānī aghīrā, wa awwil
‘umūrahumā fi ā ‘atik).
9. Segenap keluarga besar Pondok Pesantren Daarul Rahman, KH, Syukron
Makmun, Gus Faiz Lc SM, Gus Ridho SM, Ust Qosim susilo M.pd, Ust
Dhofir, Ust Sidup, Ustzh Rahma Thohir S.Pd.i, Ust Syatiby S.Th.i, dan
dewan guru sekalian yang telah menggembleng dan memeberikan nasehat
selalu pada penulis hingga penulis mampu mengamalkan ilmu yang telah
diajarkan.
10. Segenap keluarga besar Pondok Pesantren Luhur Sabilussalam Prof.Dr. H.
Hidayat MA, Prof.Dr. Suwito, MA, Dr. Ujang Tholib, MA, Dr. Muslih, Lc,
Ah Azharuddin latif, MA, Dr. Dede Abdul fatah, MA, Ahmad Lutfhi, MM, H
Asep Anwar, S.pd, Abdurrahman S.Th,i, Nurzen efendi S.pd.i, Ust Badru SQ.
dan lain-lain.
11. Keluarga besar Pondok Miftahuttholibin Kh. Kukung Abdul Manaf Abbas,
Kh. Hulaemi, Hj. oom, Hj. Ero Romlah, Hj. Endah Hamidah SQ, Maksum
MA, shodik S.pd.i, Ceu uud, Ceu enok dan lain-lain.
12. Sahabat-sahabat Tafsir Hadist seperjuangan yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu, terutama teman-teman TH kelas D. Kalian adalah lawan dalam
diskusi dan teman dalam berpikir. Kita telah berjuang bersama, semoga kita
masih bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Amin..
13. Teman-teman S-11 pondok pesantren Mahasantri Sabilussalam yang telah
menemani selama masa study. Bang sufyan syafi’i, Mas udy hariyanto, Ari
Armadi, Tiflen, Angga renong, Badruttamam,dll. Berjuang bersama, lapar
xxii
bersama, dan mengabdi bersama. Penulis akan merindukan canda tawa
kalian. Suasana masak bersama hingga makan bareng akan menjadi kenangan
indah diantara kita, dan akan menjadi cerita yang menarik pada anak cucu
kita nanti.Terimakasih buat kalian semua.
14. Segenap keluarga Ibu Romsiah, bapak Rustam zaini Ust. Ahmad Haitami
S.pd.i, Ust.Abdul Kaafi, Teteh Hani royhani S.Th.i, Revi, Husna, boby, di
rumah bunda bahagia. Dan Hj.Muzaro’ah M.pd. yang selalu menasehati,
membimbing penulis agar cepat selesai.
15. Teman harapan penulis yang tak luput dari do’a di setiap sembah sujud
penulis, Rizka Arfheinia binti Drs. H. Anwar Saadi, MA, yang selalu
mendukung, memotivasi penulis, menemani penulis dan menjadi dorongan
yang kuat bagi penulis untuk menyelesaikan penilitian ini.
Kepada mereka semua penulis tidak bisa membalas apa-apa kecuali
ungkapan terimakasih yang sedalam-dalamnya serta do’a yang tulus kepada Allah
swt, agar semua kebaikannya dibalas dengan pahala yang setimpal, jazākumullāh
khairan katsīra, serta diberkati kehidupan yang penuh bahagia, baik di dunia
maupun di akhirat kelak. Semoga apa yang telah penulis lakukan, berupa
penelitian ini bermanfaat bagi diri sendiri serta masyarakat umum. Amin.
Ciputat, 8 April 2016 1 Rajab 1437
M.Mizan Sya’roni NIM: 1111034000098
xxiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ HALAMAN MOTTO .......................................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... HALAMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA .................................... HALAMAN TRANSLITERASI TAJWID AL-QUR’AN................................. ABSTRAK ............................................................................................................ KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI......................................................................................................... DAFTAR TABEL.................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah.....................................
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................................
D. Metodologi Penelitian.................................................................................
E. Tinjauan Pustaka.........................................................................................
iii
iiiivv
vivii
x xviixviii xxiiixxv
1
5
7
7
9
xxiv
F. Sistematika Penulisan.................................................................................
BAB II. TINJAUAN TEORITIS TENTANG ILMU TAJWID
A. Pengertian Ilmu Tajwid..............................................................................
B. Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid...............................................................
C. Dasar Mempelajari Ilmu Tajwid ................................................................
D. Tempo Bacaan ...........................................................................................
E. Penyimpangan Kaidah Tajwid Ketika Membaca Al-Qur’an.....................
F. Tempat Keluarnya Huruf............................................................................
G. Hukum Bacaan dalam Ilmu Tajwid ...........................................................
H. Tanda Tajwid dan Tajwid Warna ..............................................................
BAB III. HAL IHWAL TENTANG NAGHĀM AL-QUR’AN
A. Pengertian Naghām Al-Qur’an...................................................................
B. Taghanni Dalam Membaca al-Qur’an........................................................
C. Sejarah Pertumbuhan Naghām al-Qur’an...................................................
D. Maqamat lagu-lagu al-Qur’an ...................................................................
E. Macam- Macam Langgam .........................................................................
F. Sejarah Langgam Jawa dan Orchestra dalam Seni Baca Al-Qur’an..........
BAB IV. ANALISIS PEMBACAAN AL-QUR’AN LANGGAM JAWA
DAN ORCHESTRA
A. Lantunan Muhammad Yaser Arafat di Istana Negara................................
B. Lantunan Farman Purnama di Aula Simfonia Jakarta Pusat.....................
12
15
17
18
20
23
29
30
36
40
44
49
52
55
57
59
69
xxv
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................
B. Saran-Saran ................................................................................................
Daftar Pustaka ...............................................................................................
80
81
82
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 La n
Jaliy...................................................................................
2. Tabel 2.2 La n
Jaliy...................................................................................
3. Tabel 2.3 La n
Jaliy...................................................................................
4. Tabel 2.4 La n
Jaliy...................................................................................
5. Tabel 2.5 La n
Jaliy...................................................................................
6. Tabel 2.6 La n
Jaliy...................................................................................
7. Tabel 2.7: Contoh La n Khafiy
.................................................................
8. Tabel 2.8: Contoh La n Khafiy
.................................................................
9. Tabel 2.9: Pembagian ketukan Mad..........................................................
10. Tabel 4.1 Koding Akun Pengunggah.........................................................
11. Tabel 4.2 Koding Video Langgam Jawa....................................................
22
23
23
23
23
23
27
27
32
60
61
64
65
67
68
70
71
74
76
xxvi
12. Tabel 4.3 Analisis Video Langgam Jawa...................................................
13. Tabel 4.4 Analisis Video Langgam Jawa...................................................
14. Tabel 4.5 Analisis Video Langgam Jawa...................................................
15. Tabel 4.6 Analisis Video Langgam Jawa...................................................
16. Tabel 4.7 Koding Akun Pengunggah.........................................................
17. Tabel 4.8 Koding Video Langgam Orchestra............................................
18. Tabel 4.9 Analisis Video Langgam Orchestra...........................................
19. Tabel 4.10 Analisis Video Langgam Orchestra.........................................
20. Tabel 4.11 Analisis Video Langgam Orchestra.........................................
21. Tabel Lampiran Tajwid Surat Al Hujurāt Ayat 13
22. Tabel Lampiran Tajwid Surat Al Isrā’ Ayat 1
23. Tabel Lampiran Tajwid Surat An Najm Ayat 1-7
24. Tabel Lampiran Tajwid Surat An Najm Ayat 7-15
78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membaca al-Qur’an dengan memperhatikan hukum-hukum bacaan
tajwid adalah wajib. Menurut Syekh Muhammad Al-Mahmud rahimahullah,
tujuan mempelajari Ilmu Tajwīd ialah agar dapat membaca ayat-ayat al-
Qur’an secara betul (fasih) sesuai dengan yang diajarkan oleh nabi SAW.
Dengan kata lain, agar dapat memelihara lisan dari kesalahan-kesalahan
ketika membaca kitab Allah Ta’ālā.1
Hukum membaca al-Qur’an dengan menggunakan aturan tajwid atau
Tartil ialah far u ‘ain atau merupakan kewajiban pribadi, karenanya apabila
seseorang membaca al-Qur’an dengan tidak menggunakan ilmu tajwīd maka
hukumnya berdosa.2
Menurut Ahmad Fathoni dalam bukunya Metode Maisura mengatakan
bahwa Allah menjelaskan dalam al-Qur’an dalam surah al-Muzzammil ayat 4,
yang mengisyaratkan akan hal ini3:
﴾4:ورة المزملس﴿. القرآن ترتيلاورتل Artinya: “Dan bacalah al-Qur’an dengan tartil yang optimal.” (Q.S. al-
Muzzammil/73: 4)
Ibn Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al- ‘A im menerangkan bahwa
maksud ayat ini adalah agar kita membaca al-Qur’an dengan perlahan-lahan
1 Acep Iim Abdurrohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap (Bandung: CV. Penerbit
Diponegoro, 2003), h. 5. 2 Moh Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus (Surabaya: Halim Jaya 2008) c. II, h. 6. 3 Ahmad Fathani, Petunjuk Praktis Tahsīn Tartīl Al-Quran: Metode Maisura (Jakarta:
Fakultas Usuluddin Institut PTIQ Jakarta dan Pesantren Takhasus IIQ Jakarta 2014) h. 1.
2
sehingga membantu pemahaman dan perenungan terhadap al-Qur’an
demikian cara Nabi membaca al-Qur’an sebagaimana di jelaskan ‘ isyah Ra
bahwa Rasulullah saw. membaca al-Qur’an dengan tartīl sehingga bacaan
yang seharusnya di baca panjang memang dibaca panjang.4 Sayyidina Alī ibn
Abī ālib Ra berkata: Tartīl itu membaguskan huruf dan mengenal tentang
waqaf. Maksudnya: tartīl dalam makna yang lebih khusus adalah tajwid atau
berarti membaguskan hukum-hukum dalam membaca al-Qur’an. 5
Selain tartīl dalam hadis Rasūlullah menganjurkan agar memperindah
bacaan al-Qur’an:
حدثنا عثمان بن أبى شيبة حدثنا جرير عن الأعمش عن طلحة عن عبد الرحمن بن زينوا القرآن « -صلى االله عليه وسلم-رسول الله عوسجة عن البراء بن عازب قال قال
كماتورواه أبو دؤد ﴾. »بأص﴿ Artinya: “Telah menceritakan kepada Kami Utsman bin Abū Syaibah,
telah menceritakan kepada Kami Jarīr, dari Al-Amasy, dari Thalhah, dari Abdurrahmān bin ‘Ausajah, dari Al-Bara’ bin ‘Āzib, ia berkata; Rasūlullāh Saw bersabda: “Perindahlah al-Qur’an dengan suara kalian”. (H.R. Abū
Dāud) 6
Berdasarkan hadist tersebut pengajaran tentang memperindah bacaan
al-Qur’an berkembang pesat, ada beberapa lagu yang berkembang di
Indonesia dan merupakan lagu popular di dunia yaitu: ijāzi (Mekah dan
Madinah), Menurut para ahli lagu ijāzi ada tujuh macam, yaitu: Banjakah,
Hirāb, Mayyā, Rakbī, Jiharkah, Sikah, dan Dukkāh.dan aliran Mi rī (Mesir),
4 Abū Al-Fida Ismaīl Ibn Amir Ibn Katsīr, Tafsir Al-Quran Al-Adzim juz 8 (Kairo: Dār
abiah Li An-Nasyr Wa At-Tauzi’ 1999), h. 250. 5 Supain, Ilmu-Ilmu Al-Quran Praktis (Jakarta: Gaung Persada Press 2012), h. 85. 6 Abū Dāwūd Sulaiman Ibn Asy’ats As-Sijistani, Sunan Abū Dāwūd juz 1 (Beirut: Dār
Al-Kitab Al-‘Arabi t.t), h. 548 .
3
lagu Mi rī seperti : Bayyātī, abā, Nahāwand, ijāz, Rast, Sikah, dan
Jiharka.7
Perkembangan tersebut juga terjadi di Negara-negara lain salah satunya
adalah Indonesia. Langgam yang tersebar dan populer di masyarakat
Indonesia adalah langgam Mesir atau Mi rī. Kuatnya pengaruh budaya
masyarakat Indonesia juga mempengaruhi perkembangan langgam bacaan al-
Qur’an di Indonesia. Langgam yang tersebar di Indonesia adalah langgam
Jawa .
Pada peringatan Isra Mi’raj di Istana Negara Jakarta Jumat, 15 Mei
2015 Muhammad Yaser Arafat melantunkan bacaan al-Qur’an dengan
langgam Jawa. Hal tersebut menuai beberapa komentar dan perdebatan dari
masyarakat mengenai kesalahan pelafalan tajwid pada ayat yang dibacakan
oleh Yaser Arafat.8
Sebelum langgam Jawa di lantunkan, al-Qur’an di bacakan ke dalam
lagu Orchestra, Orchestra adalah sekelompok pemain berbagai macam alat
musik, yang bergabung untuk memberikan pagelaran. Jumlah instrumen
setiap kelompok tergantung pada komposisi.9 terjadi pada acara konser
"Symphony of my life" 20 tahun Avip Priatna berkarya diselenggarakan di
Aula Simfonia Kemayoran Jakarta Pusat pada 3 Desember 2011 oleh
Tenor, Tenor adalah Suara pria yang paling tinggi.10 Farman Purnama dan di
7 Ahmad Syahid, Sejarah dan Pengantar Ilmu Naghām dalam Muhaimin Zen dan Ahmad
Mustafid ed,. Bunga Rampai Mutiara al-Qur’an (Jakarta: Pimpinan Pusat Jamiyatul Qara Wal Huffadzh, 2006), h. 27-32.
8 Saiful Bahri, “Baca Alquran Langgam Jawa, MUI: Jangan Nekat,”artikel di akses pada 18 Mei 2015 dari http: http://www.dakwatuna.com/2015/05/18/68773/baca-alquran-langgam-jawa-mui-jangan-nekat/#axzz3iZ6XqoQm.
9 Latifah Kodijat Marzuki, Istilah- Istilah Musik (Jakarta: Jambatan 2004), h. 70. 10 Marzuki, Istilah- Istilah Musik , h. 101.
4
iringi oleh Jakarta Concert Orchestra, Batavia Madrigal Singer, Paduan Suara
Universitas Katolik Parahyangan yang berdurasi 11:51 detik, Di uploud oleh
orang yang mempunyai akun youtube Al faedah dengan tema “ Kesesatan
Ummah : Bila al quranul karim di “Koir”kan” di terbitkan tanggal 14 Mei
2014. Terdapat 66 komentar pada awal komentar menyebutkan
Pencabulan atas Surah al-Hujurāt (49) Ayat 13.11
Abdul Aziz Muslim dalam artikelnya “Hukum Melagukan Al-Quran”
yang dimuat pada buku “Bunga Rampai Mutiara al-Qur’an” mengatakan
bahwa melagukan al-Qur’an tidak pernah lepas dari tajwid. Hukum-hukum
tajwid yang digunakan untuk membaca al-Qur’an tentunya memiliki tujuan
yaitu agar al-Qur’an dibaca dengan bagus. Bagus dalam hal ini memiliki
beberapa arti: 1. Bagus bacaannya, 2. Bagus tajwidnya, 3. Bagus suaranya, 4.
Bagus lagu dan variasinya, 5. Bagus pengaturan nafasnya, 6. Bagus mimik
mukanya (penyesuaian makna dari ayat yang dibaca). Menurut Abdul Aziz
bacaan bagus seperti yang telah disebutkan termasuk pada kategori bacaan
yang mujawaad dan tartil.12
Pada umumnya kaum muslim di seluruh dunia membaca al-Qur’an
dengan qirāat imam ‘Ashim riwayat af arīq as-sya ībiyyah begitupun
di Indonesia. Namun kaum Muslimin di Indonesia khususnya, bacaan imam
af yang menjadi sandaran masih perlu adanya perbaikan. Karena
fenomena yang ada masih tumpang tindih dalam arīq (tarqīb a - urūq),
salah satu contoh, bacaan mad jāiz munfa il dua harakat, tiga harakat, empat
11 Komentar selangkapnya bisa di lihat di: https: //www.youtube.com/ watch?v=xKgfkk
5QTGU. 12 Abdul Aziz Muslim, Hukum Melagukan Al-Qur‘an dalam Muhaimin Zen dan Ahmad
Mustafid ed,. Bunga Rampai Mutiara al-Qur’an (Jakarta: Pimpinan Pusat Jamiyatul Qara Wal Huffadzh, 2006), h. 11-12.
5
harakat, lima harakat bahakan enam harakat.tanpa memperhatikan qirā ‘at,
riwayat, dan arīq dari bacaan itu sendiri. Walaupun secara garis besar
bacaan tersebut tidak salah (boleh) diperaktekan, namun jangan lupa bahwa
disana terdapat pola tertentu yang wajib difahami.13
Atas dasar itu maka jelaslah bahwa perintah membaca al-Qur’an tidak
hanya indah saja tapi penting juga membaca dengan tartīl yaitu dengan
kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh ahli qirā ‘at. Maka pada skripsi ini
penulis akan menganalisa bacaan al-Qur’an dengan langgam jawa dan
orchestra, dan ingin mengetahui langgam baca al-Qur ‘an yang sesuai dengan
al-Qur ‘an dan hadis.
Berangkat dari permasalahan di atas, dalam rangka mengatasi masalah
serta mengantisipasi agar lebih semangat membaca al-Qur ‘an dengan baik,
benar dan berkualitas serta tidak mengandung kerancuan dikalangan muslim
khususnya muslim Indonesia. maka penulis tertarik untuk meneliti
permaslahan-permaslahan tersebut dalam bentuk Skripsi dengan judul
“Membaca Al-Qur’an Dengan Langgam Jawa Dan Orchestra (Analisis
Penerapan Ilmu Tajwid Pada Pelantunan Pembacaan Al-Qur’an )”.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi, Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah, diantaranya:
1. Adanya ketidak sesuaian dalam pembacaan al-Qur’an dalam
langgam Jawa dan langgam Orchestra. Apakah bacaan al-Qur’an
13 Supain, Ilmu-Ilmu Al-Qur‘an Praktis (Jakarta: Gaung Persada Press 2012), h. 1.
6
dalam langgam Jawa dan langgam Orchestra sesuai dengan
kaidah tajwid ?
2. Adanya langgam Jawa dan langgam Orchestra yang tidak sesuai
dengan langgam Mu’tabarah yang tersebar diberbagai belahan
dunia Muslim yang disepakati oleh para qari. Apakah orang
Indonesia harus mengikuti tujuh langgam yang telah disepakati?
Apakah orang Arab juga harus mengikuti langgam tersebut?
Sedangkan langgam tersebut datang bukan dari arab.
3. Adanya ayat al-Qur’an yang dilagukan dengan senandung lagu
pop dan jazz merujuk pada hadis “آنبالقر نغتي لم نا منم سلي”.
Apakah melagukan al-Qur`an dengan lagu pop atau jazz
termasuk yang diperbolehkan atau tidak?
Pada Proposal Skripsi ini Penulis hanya akan membatasi penelitian
pada point pertama yaitu langgam Jawa dan orchestra pada hukum Mad
saja dalam kaidah tajwid.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka terbentuklah rumusan
masalah :“Bagaimana penerapan ilmu tajwid dalam pembacaan al-Qur’an
dengan menggunakan langgam Jawa dan Orchestra” ?
7
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian yang hendak dicapai adalah menguji langgam Jawa dan Orchestra
dari segi mad dalam kaidah Ilmu Tajwid.
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari penelitian ini
adalah:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi berarti bagi pembaca, tokoh masyarakat. dan lembaga-lembaga
yang berkepentingan sebagai bahan pemikiran dan perbandingan, serta
untuk menambah wawasan keilmuan dalam bidang naghām dan
mujawwad.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian dapat memberikan sumbangan dan
masukan bagi praktisi ilmu naghām tentang strategi yang praktis dalam
baca al-Qur’an, dan sebagai masukan bagi Masyarakat awam dan para
Sajrana.
D. Metodologi Penelitian
1. Sumber Data
Dalam membahas proposal ini, penulis menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penulis berusaha memperoleh data-
data dan informasi melalui literatur-literatur kepustakaan. semua bahan
yang dibutuhkan akan dikumpulkan berkaitan dengan topik yang akan
8
dibahas, sebagai sumber primer penulis menggunakan audiovisual yang
ada pada youtube dengan alamat
https://www.youtube.com/watch?v=huiQAw23A9I, https:
//www.youtube.com/ watch?v=xKgfkk5QTGU, dan https:/
/www.youtube.com/watch?v= oYvspo NzjP A, yang penulis download dan
dikumpulkan di transkip, di translitrasi, diberi tanda tajwid, kemudian
penulis analisa menggunakan ilmu tajwid. Kemudian yang menjadi
sumber sekunder adalah tulisan-tulisan tentang langgam baca al-Quran dan
fatwa-fatwa ulama terkait langgam bacaan al-Quran.
2. Analisis data
Dalam penelitian ini penulis menganalisis menggunakan metode
deskriptif kualitatif data dianalisis dengan menggunakan kaidah ilmu
tajwid yang telah disepakati oleh ahli qirā ‘at. Apakah sesuai dengan
tajwid? Dan kemudian memberi kesimpulan.
3. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada
Pedoman Penulisan Skripsi dalam buku Pedoman Akademik Strata 1
2011/2012. 14 Dan untuk penulisan ayat al-Qur’an Penulis menggunakan
Quran in word versi 1.3,15 Pedoman Tajwid Sistem Warna,16 Pedoman
Tajwid Translitasi Al-Qur’an.17
14 Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Akademik Strata 1 2011/2012 (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2011), h. 351 15 Mohamad Taufiq, Quran in word versi 1.3 TaufiqProduct di unduh dari
http://www.geocities.com/mtaufiq.rm/quran.html. 16 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMA), Pedoman Tajwid Sistem Warna
(Jakarta: LPMA, 2011) 17 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Pedoman Tajwid Translitasi Al-Qur’an
(PTTQ), (Jakarta:Departemen Agama RI, 2007).
9
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, terdapat beberapa
karya-karya terdahulu yang relevan dengan penelitian ini diantaranya karya
tersebut adalah:
Pertama, skripsi yang ditulis oleh Empuk Kartika, mahasiswi UIN
Syarif Hidayatullah, fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan tahun 2013, yang
berjudul “ Meningkatkan Pembelajaran Ilmu Tajwid Dalam Bacaan Mat
ābi’i, Mad Wajib Muta il, dan Mad Jāiz Munfa il Dengan Metode Drill
Di Kelas III MI Parung Kuda Sukabumi”. Pada skripsi ini empuk kartika
menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan tindakan pembelajaran ilmu tajwid
dengan metode drill pada materi bacaan mad ābi’iy, mad wajib mutta il,
dan mad jāiz munfa il dapat meningkatkan kemampuan siswa pada materi
tersebut dengan baik.18 Persamaannya dengan skripsi yang akan penulis tulis
adalah pada pembelajaran tajwid yang merupakan rumusan dalam membaca
al-Qur’an. Sedangkan perbedaannya adalah pada skripsi ini penulis akan
membahas penerapan ilmu tajwid dalam langgam jawa yang dibacakan oleh
dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Muhammad Yaser Arafat dan bacaan
al-Qur’an dengan Orchestra yang tersebar di media sosial.
Kedua, skripsi yang ditulis oleh Cintia Indriani mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah, tahun 2014, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan yang
berjudul “ Korelasi Antara Pengetahuan Ilmu Tajwid Dengan Kelancaran
Membaca Al-Qur’an Siswa di SMA Negeri 34 Jakarta”. Pada skripsi ini
18 Empuk Kartika, “Meningkatkan Pembelajaran Ilmu Tajwid Dalam Bacaan Mat Tabi’i,
Mad Wajib Mutasil, dan Mad Jaiz Munfassil Dengan Metode Drill Di Kelas III MI Parung Kuda Sukabumi” (skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013), h. 78.
10
Cintia membahas tentang hubungan mempelajari tajwid dengan kelancaran
membaca al-Qur’an dengan kesimpulan bahwa mempelajari ilmu tajwid tidak
menjamin kelancaran seluruh siswa dalam membaca al-Qur’an, walaupun ada
beberapa siswa yang baik dalam memahami tajwid dan lancar dalam
membaca al-Qur’an karena motivasi diri, lingkungan dan keluarga juga
merupakan faktor lain yang mempengaruhi kelancaran siswa dalam membaca
al-Qur’an. Persamaannya dengan skripsi ini adalah pada skripsi ini penulis
juga membahas tentang penerapan tajwid dalam membaca al-Qur’an.19
Sedangkan perbedaannya adalah pada skripsi ini penulis akan membahas
penerapan ilmu tajwid dalam langgam jawa yang dibacakan oleh dosen UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Muhammad Yasser Arafat dan bacaan al-Qur’an
dengan Orchestra yang tersebar di media sosial.
Ketiga, Tesis yang ditulis oleh M Husni Thamrin dengan judul
"Naghām AI-Qur`an. Telaah atas kemunculan dan Perkembangan Naghām di
Indonesia". UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009, jurusan tafsir Hadis
Fakultas Ushuluddin. Tesis ini menjelaskan perkembangan naghām al-Qur’an
di Indonesia terbentang dalam periode klasik periode lagu makkawi dan
periode lagu Mi rī. Berawal dari bentuk yang sederhana dan tanpa nama.
kemudian mulai diberi nama oleh qari-qari yang datang dengan ragam variasi
nada dan kemudian menjadi disiplin ilmu yang dipelajari di Pesantren dan
perguruan tinggi. Selanjutnya perkembangan sejarah berupa respon positif
yang ditunjukkan oleh masyarakat Indonesia terhadap naghām al-Qur’an.
Akhirya apapun yang terkait dengannya seperti Musabaqah tilawah al-Qur’an
19 Cintia Indriani, “Korelasi Antara Pengetahuan Ilmu Tajwid Dengan Kelancaran Membaca Al-Qur’an Siswa di SMA Negeri 34 Jakarta” (skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014), h. 90.
11
yang secara rutin pesantren dan lembaga pendidikan al-Qur’an sebagai tempat
bernaung yang menentramkan bagi masyarakat dan menghilangkan ketakutan
dan keraguan terhadap keberadaan naghām al-Qur’an.20 Adapun
persamaannya dengan skripsi ini terletak pada pembahasan tentang naghām
al-Qur’an. Sedangkan perbedaannya adalah pada skripsi ini penulis akan
membahas tentang membaca al-Qur’an diluar langgam mu’tabar.
Keempat, Skripsi Abu Haris Akbar, Musikalitas al-Qur’an (Kajian
Unsur Keindahan bunyi Internal dan Eksternal) UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2009, Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin. ia meneliti dua
unsur musikalitas. Unsur musikal internal al-Qur’an bersifat esensial. karena
unsur tersebut berasal dari al-Qur’an itu sendiri, yang pada tahap selanjutnya
menyusun karakter unik bunyi dan melahirkan fenomena serta wacana resepsi
estetis atau i'jaz al-Qur’an dalam segi keindahan bunyi. Berbeda dengan
unsur selanjutnya. yakni musikalitas eksternal. yang posisinya bersifat
ornamental. Artinya, unsur ini didatangkan dan luar atau bukan berasal dan
al-Qur’an, oleh karena itu ia lebih berperan sebagai penghias tambahan saja.
Unsur ini juga tidak menjadi faktor penentu kemukjizatan bunyi dalam
kesejarahan maupun literatur kajian al-Qur’an.21 Adapun persamaannya
dengan skripsi ini terletak pada unsur musikalitas yang menghaasilkan
keindahan pada bunyi al-Qur’an. Sedangkan perbedaannya adalah pada
20 M Husni Thamrin, "Naghām Al-Qur’an. Telaah atas kemunculan dan Perkernbangan
Naghām di Indonesia". (Tesis S2 Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009), h. 123.
21Abu Haris Akbar, “Musikalitas al-Qur’an (Kajian Unsur Keindahan bunyi Internal dan Eksternal)” (skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009), h. 89.
12
skripsi ini penulis akan membahas tentang melagukan al-Qur’an dengan
langgam daerah.
Kelima, Skripsi yang ditulis oleh Nurlaelah, mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah, tahun 2005, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang
berjudul “Penerapan Ilmu Tajwid terhadap seni baca al-Qur’an di pondok
pesantren Daar el-Qolam Gintung Jayanti Tanggerang,22 petugas
perpustakaan utama tidak menemukan file-Nya.
Muhsin Salim, dengan judul: Ilmu Naghām Al-Qur’an Belajar
Membaca Al-Qur’an Dengan Lagu, di dalam buku tersebut membahas kaidah
kaidah seni baca al-Qur’an seperti ilmu lagu-lagu dalam al-Qur’an (ilmu
naghām). dan macam-macam lagu dengan tangga nada.23
Dari penelitian yang terdahulu penulis melihat bahwa semuanya
mengangkat suatu permasalahan dari sisi realita dan pentingnya penerapan
tajwid dalam membaca al-Qur’an.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan proposal ini, penulis membagikan
pembahasan menjadi beberapa bab yang diuraikan dalam sistematika sebagai
berikut :
Bab pertama, Pendahuluan, dalam bab ini menjelaskan latar belakang
masalah , perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, kajian pustaka serta sistematika penulisan, tujuan dari
bab ini adalah untuk menjelaskan sebab, manfaat dari penulisan ini, dan pada
22 Nurlaelah, “Penerapan Ilmu Tajwid terhadap seni baca al-Qur’an di pondok pesantren Daar el-Qolam Gintung Jayanti Tanggerang” (skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2005).
23 Muhsin Salim, Ilmu Naghām Al-Qur`an Belajar Membaca al-Quran dengan Lagu (Metode SBA Teotik) (Jakarta: YATAQI Pusat Jakarta 2008), h. 8.
13
bab ini juga penulis mencantumkan beberapa penelitian atau tulisan terdahulu
terkait dengan pembahasana yang akan penulis teliti agar tidak ada
pengulangan atau kesamaan dengan penelitian terdahulu.
Bab kedua, Tinjauan Teoritis Tentang Ilmu Tajwid, menjelaskan
pengertian ilmu tajwid, tujuan mempelajari ilmu tajwid, dasar mempelajari
ilmu tajwid, Tempo bacaan, penyimpangan kaidah tajwid ketika membaca al-
Qur’an, tempat keluarnya huruf, hukum bacaan dalam ilmu tajwid, tanda
tajwid dan tajwid warna. Bab dua ini penulis gunakan untuk membantu
analisa penulis pada bab empat. Maka dari itu, pada bab ini penulis mencoba
mengumpulkan teori-teori tentang tajwid yang tentunya talah disepakati oleh
para ulama.
Bab ketiga, Sejarah Naghām Al-Qur’an penulis menjelaskan,
Perkembangan Naghām Al-Qur’an, Taghanni Dalam Membaca al-Qur’an,
Sejarah Pertumbuhan Naghām al-Qur’an, Maqamat lagu-lagu al-Qur’an,
Macam-macam Langgam, Sejarah Langgam Jawa dan Orchestra dalam Seni
Baca Al-Qur’an, semua ini bertujuan untuk membantu penulis dalam mencari
data-data terdahulu yang valid untuk mendukung penelitian ini dan
membandingkannya dengan langgam yang baru-baru ini muncul dikalangan
masyarakat indonesia seperti langgam jawa dan lagu orchestra dll.
Bab keempat, Analisis Pelantunan Pembacaan Al-Qur’an di Media
Sosial pada bab ini penulis mencoba menganalisis bacaan Surah Al Isra Ayat
1 dan An Najm Ayat 1-15 Muhammad Yaser Arafat Di Istana Negara dan
bacaan Surah Al- Hujurat Ayat 13 oleh Farman Purnama Di Aula Simfonia
14
Jakarta Pusat , menggunakan kaidah tajwid yang telah disepakati oleh ahli
qira’āt guna mendapatkan kesimpulan dari skripsi ini.
Bab lima, Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dari penelitian yang
telah penulis lakukan dan saran-saran penulis bagi peneliti-peneliti
selanjutnya yang tertarik membahas hal yang berkaitan dengan langgam seni
baca al-Quran dan tajwid. Pada bagian terakhir ini juga memuat daftar
pustaka dan lampiran-lampiran.
15
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG ILMU TAJWID
A. Pengertian Ilmu Tajwid
Tajwid secara bahasa adalah نسيحالت yang artinya membaguskan atau
memperbaiki.24 Kata Tajwid, di ambil dari kata دوج– دوجا –يدويجت yang
artinya membaguskan atau membuat jadi bagus. Dan pengertian yang lain
menurut lughah (bahasa), Tajwid dapat juga di artikan :
ديان بالجيتالا.
“Segala sesuatu yang mendatangkan kebajikan”.
Sedangkan pengertian Tajwid menurut istilah adalah:
قركالت كر ذلغيو دودالمو فاتالص نم قهحتسمو قهح فرطاء كل حعا به فرعي لمق عي
.والتفخيم ونحوهما
Artinya:“Ilmu yang memberikan segala pengertian tentang huruf, baik hak-hak huruf (haqqul huruf) maupun hukum-hukum baru yang timbul setelah hak-hak huruf (musta aqqul uruf) di penuhi, yang terdiri atas sifat-sifat huruf, hukum-hukum mad, dan sebagainya. Sebagai contoh adalah tarqīq, tafkhīm, dan semisalnya.” 25
Dalam matan al-Jazāriyyah, di jelaskan bahwa Ilmu Tajwid adalah:
.من صفة لها ومستحقها.وهو اعطاء الحروف حقها
Artinya: “ Ilmu yang memberikan pengertian tentang hak-hak dari sifat huruf dan musta aqqul uruf.” 26
24 Yusup Nawan Al-Akyas, Metode Syamilah Panduan Komprehensip Ta sin Tilāwah
Al-Qur`an (Jakarta: Pembela Islam Media,2012), h. 5. 25 Syekh Muhammad al Mahmud, Hidāyatul Mustafīd fi a kamit Tajwid (T.tp: Daar at
tarbiyah,tth), h. 5. 26Muhammad Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Yusuf Ibn Al Jazari, Muqoddimah fīmā yajibu
ala qārī al-Qur`an an y’alamah (Jeddah: Dār nur Maktabāt, 2006), h.4.
16
Imam Jalāluddīn as-Suyutī (rahimahullah) memberikan pengertian
Tajwid sebagai berikut:
ه هو اعطاء الحروف حقوقها وترتيبها ورد الحرف الى مخرجه واصله وتلطيف النطق ب
27.افراط ولا تكلف على كمال هيئته من غير اسراف ولاتعسف ولا
Artinya: “Memberikan huruf akan hak-haknya dan tertibnya, mengembalikan huruf kepada makhraj dan asal (sifatnya) serta menghaluskan pengucapan dengan cara yang sempurna tanpa berlebih-lebihan, serampangan, tergesa-gesa dan dipaksakan.”
Yang dimaksud dengan hak huruf adalah sifat yang senantiasa
menempel pada huruf. Seperti al-jahr, isti’la’ dan lain-lain. Sedangkan yang
dimaksud mustahaq huruf adalah sifat yang nampak sewaktu-waktu seperti
tafkhim, tarqiq, ikhfā’, idhgam dan lain-lain.28
Jadi ilmu Tajwid adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui aturan-
aturan dalam membaca al-Qur’an berdasarkan sifat huruf, tempat keluarnya
huruf, panjang pendek, serta bacaan-bacaannya, sehingga tidak ada perubahan
makna pada saat membacanya dan sesuai sebagaimana mestinya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat difahami bahwa sumber
Ilmu Tajwid adalah al-Qur’an dan sunnah, sebagaimana Rasūlullah
allallahu ‘alaihi wasallam membaca al-Qur’an, serta para sahabat, tābi’in,
dan tābi’ut tābi’in demikian seterusnya. Dan cara-cara membaca al-Qur’an
seperti yang dicontohkan Rasūlullah Shallallahu ‘alaihi wasallam itulah yang
kemudian dinamakan Ilmu Tajwid.
27 Jalaluddin as-Suyu ī, Al-Itqon Fii Ulumil Qur`an (Beirut: Ar Risalah, 2008), h. 212. 28 Ummi Rif’ah Ishaq , Pedoman Tilawah Al-Qur’an Ilmu Tajwid (Bekasi: Syukur Press
2015), h. 13.
17
Menurut Abu Ya’la Kurnaedi dalam bukunya Tajwid lengkap Asy-
Syafi’i peletak dasar Ilmu Tajwid dari sisi ‘amaliyah (praktik), peletak ilmu
ini adalah Rasulullah SAW. Karena al-Quran turun kepada beliau dari Allah
dengan tajwid. Beliau mengambilnya langsung dari Malaikat Jibril, begitu
juga para Sahabat mengambil langsung dari lisan beliau yang mulia, begitu
juga para Tabi’in mengambilnya dari para Sahabat, dan seterusnya sehingga
sampai kepada kita. Realitas ini tidak dipungkiri oleh seluruh umat Islam.
Dari sisi nadzhariah (teori) adalah para imam qiraah. Para ulama qiraah
berbeda pendapat tentang siapa yang pertama kali meletakkan dasar-dasarnya.
Di antara mereka ada yang mengatakan Abū al-Aswad al-Duali. Ada juga
yang berkata Abū Ubaid al-Qāsim ibn Salām. Ada juga yang berpendapat al-
Khalīl ibn A mad, dan pendapat yang paling kuat untuk peletak dasar ilmu
tajwid adalah Abū Muzahim Mūsā ibn Ubaidillāh al-Khaqani yang wafat
pada tahun 325 H.29
B. Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid
Tajwid memiliki tujuan yang mengacu pada pengertian di atas, di
antaranya :
1. Agar dapat melafalkan huruf dengan baik dan benar sesuai dengan
makhraj dan sifatnya.
2. Agar dapat memelihara kemurnian bacaan al-Qur’an dari kesalahan dan
perubahan makna
29 Abu Ya’la Kurnaedi, Tajwid Lengkap Asy-Syafi’i (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i,
2013), h. 41.
18
3. Menjaga lisan pembacanya agar tidak terjadi kesalahan dalam
membacanya.30
Untuk memahami tujuan mempelajari Ilmu tajwid, Syekh Muhammad
Mahmud menerangkan di dalam kitab Hidāyatul Mustafid :
الافص ةويبالن ةرضالح نم لقيا تلى مع انالقر لفظ قانتى اف ةايهغ النلوب هتل غاييقو ةيح
31.خطاء فى كتاب االله تعالىغايته صون اللسان عن ال
Artinya : “Tujuan (mempelajari Ilmu Tajwid) adalah agar dapat membaca ayat-ayat al-Qur’an secara betul (Fasih) sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasūlullah saw, juga agar dapat memelihara lisan dari kesalahan-kesalahan ketika membaca kitab Allah ta’ala (al-Qur’an).
C. Dasar Mempelajari Ilmu Tajwid
Al-Qur’an diturunkan Allah SWT sepada Rasulullah SAW melalui
perantara Malaikat Jibril as dengan bertajwid, sungguh penetapannya
berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an, al-Hadits serta Ijma’ para ulama . Diantara
dalil-dalil tersebut adalah :
a. Dalil Al-Qur’an:
)4:ملالمز(. ورتل القرآن ترتيلا
Artinya: “Dan bacalah al-Qur’an dengan tartil.” (Q.S. al-Muzzammil: 4)
Ayat ini memerintahkan agar membaca al-Qur’an dengan perlahan-
lahan sehingga membantu pemahaman dan perenungan terhadap al-
Qur’an. Demikianlah cara Nabi pergunakan dalam membaca al-Qur’an
sebagaimana yang dijelaskan ‘ isyah ra bahwa Rasūlullah saw membaca
30M.Misbahul Munir, Pedoman Lagu-Lagu Tilawatil Qur`an dan di Lengkapi dengan
Tajwid dan Qasidah (Surabaya: Apollo, 1997), h.152. 31 Syekh Muhammad al Mahmud, Hidāyatul Mustafīd fī ahkamit Tajwid (T.tp.:Dār al
tarbiyah,tth), h. 5.
19
al-Qur’an dengan tartīl sehingga membaca panjang setiap lafazh yang
seharusnya dibaca panjang (dan sebailknya). Senada dengan maksud ayat
di atas adalah ayat-ayat berikut:
أهقرتل اهقنا فرءانقرلا, وزينت اهلنزنو كثلى ماس على الن106:الإسراء( ع(
Artinya: “Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. Al-Isrāa’: 106)
به كرحلات, ل بهجعتل كانسل .اجنليإن عهعم, هءانقر17-16:القيامة(و(
Artinya: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya32 Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.”(Q.S. Al-Qiyāmah’: 16-17)
b. Dalil Hadits :
ة عليع نيل اباعما إسثندح انىفرعاح الزبن الصب دمحم نب نسا الحثندح نع وبأي ن
: قال . أقرأ القرآن فى ثلاثإنى سريع القراءة ، إنى : أبى حمزة قال قلت لابن عباس
33.رألأن أقرأ البقرة فى ليلة فأتدبرها وأرتلها أحب إلى أن أقرأها كما تق
Artinya: “Dari abi Hamzah ia berkata : aku pernah berkata kepada Ibnu Abbas bahwa aku membaca dengan cepat dan dapat menamatkan al-Qur’an dalam tiga hari. Ibnu Abbas menjawab: Membaca surat al-Baqarah semalam dengan memperhatikan isinya dan tartil lebih baik dan lebih aku senangi dari pada yang engkau katakan.”
Beberapa surat dan hadis di atas memerintahkan agar membaca al-
Qur’an dengan tartil. Ini artinya, secara tidak langsung dituntut
mempelajari ilmu tentang tata cara membaca al-Qur’an dengan tartil. Ilmu
yang dimaksud tidak lain adalah Ilmu Tajwid.34
33 Abu Bakar Ahmad Ibn Al Husain Ibn ‘Ali Al Baihaqi, As Sunan al Kubra Juz 2 (India: Dāirat al Ma’ārif, 1926), h. 396.
34 Moh Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus (Surabaya: Halim Jaya 2008), h. 6.
20
c. Ijma’ Ulama (Kesepakatan Ulama)
Ummat ini sepakat dan tidak ada perselisihan bahwa membaca al-
Qur’an dengan tajwid adalah wajib sejak zaman rasūlullah saw hingga
kini.35 Imām Ibn al-Jazzāry dalam man ūmah al-muqaddimah:
مآن آثالقر دوجي لم نم لازم متح دويجذ بالتالأخو
36وهكذامنه إلينا وصلا لأنه به الإله أنزلا
Artinya :“Menerapkan (mempraktikan) tajwid merupakan hal yang wajib dan harus. Barangsiapa tidak membenahi bacaan al-Qur’an dengan shahih, maka ia berdosa. Karena Allah ta’ala menurunkan al-Qur’an ini dengannya (tajwid). Dan, demikian pula al-Qur’an itu sampai kepada kita.”
Dengan demikian berdasarkan dalil-dalil tersebut para Ulama Qira’at
telah sepakat, bahwa membaca Al-Qur’an wajib bertajwid.
D. Tempo Bacaan
Dalam seni suara seperti nyanyian dikenal istilah tempo untuk
menunjukan apakah suatu lagu dibawakan dengan cepat dan bersemangat
seperti lagu-lagu mars atau dengan lambat dan khidmat seperti dalam lagu
hymne. Seni membaca al-Qur’an juga tidak terlepas hubungannya dengan
masalah tempo ini.
Ahli tajwid memberi istilah untuk tempo bacaan al-Qur’an dengan
marātib al-qirā’ah. Marātib (tingkatan) tempo bacaan dalam pengucapan
huruf yang normal (tidak terlalu cepat atau lambat) di ukur dari jumlah
harakat (ketuk) yang dipergunakan. Dalam bacaan terdapat hukum mad atau
ghunnah yang berhubungan dengan tempo berapa lama suatu pengucapan.
35 Hartanto Saryono, Tajwid Al-Qur’an Riwayat Hafs dari ‘Ashim (Depok: Yayasan Rumah Tajwid Indonesia 2014), h.27.
36 Abi al-Khair Syamsyuddin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Jazary, Matan Jazāri (Surabaya: Ahmad Nabhan, t,th), h.13
21
Standar yang dipergunakan adalah harakat (ketuk) selama gerakan membuka
dan menutup jari tangan bagi tiap harakat (klasik) atau lebih kurang setengah
detik. Tempo bacaan ini berkisar antara satu hingga enam harakat. 37
Dilihat dari sisi cepat atau lambat bacaan al-Qur’an, atau temponya,
para ulama qira’ah mengklasifikasikannya menjadi tiga: ta qīq, tadwīr, dan
adr.
1. Ta qīq
Menurut bahasa, ta qīq (قيقحالت) adalah tarqīq dan ta’qīd (teliti dan
menguatkan). Adapun menurut istilah adalah:
) عم انئناطمو ةدؤاءة بترالق ،انقصلا نو ةادر زيغي نم قهلى حئ عبالش انيالإت يف ةالغالمب
)وهو يصلح في مقام التعليم
“membaca dengan lambat dan tenang dengan benar-benar memberikan haknya secara benar dan maksimal tanpa ada tambahan dan pengurangan. Tingkatan ini cocok digunakan dalam proses belajar-mengajar. "38
Contoh bacaan ta qīq melalui bacaan Syaikh Mahmud Khalil Al-
Hushari yang sudah tersebar rekamannya. Qari lainnya yang dapat menjadi
referensi tempo ta qīq adalah Syaikh Abdullah Ali Bashfar versi
Mujawwad.
37 A.Nawawi Ali, Pedoman Membaca Al-Qur’an (Ilmu Tajwid) (Jakarta: Mutiara Jakarta
1980),h. 26-28. Lihat:Abdul Aziz Abdur Rauf, Pedoman Dauroh Al-Qur’an Kajian Tajwid Disusun Secara Aplikatif (Jakarta: Markaz Al-Qur’an 2011), h. 21-22. Lihat: Moh Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus (Surabaya: Halim Jaya 2008), h. 8-10. Lihat: Hartanto Saryono, Tajwid Al-Qur’an Riwayat Hafs dari ‘Ashim (Depok: Yayasan Rumah Tajwid Indonesia 2014), h.31. Lihat: Ahmad Annuri, Panduan Ta sīn Tilāwah Al-quran dan Ilmu Tajwid (Jakarta: pustaka al-kautsar 2010), h. 29-32.Lihat: Ummi Rif’ah Ishaq, Pedoman Tilawah Al-Qur’an Ilmu Tajwid (Bekasi: Syukur Press 2015),h. 16. Lihat: Triyasyid Nuruddin, Pedoman Ilmu Tajwid Mudah dan Aplikatif ( Solo: Taujih 2015), h.32-33. Lihat: Abu Ya’la Kurnaedi, Tajwid Lengkap Asy-Syafi’i (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i 2013), h. 28-29.
38 Rihāb muhammad Mufiq Syaqiqi, Hilyah al tilāwah fi tajwīd al-Qur’an ( Saudi Arabia: Maktabah Rawāi’ al- Mamlakah, 2009), h.73.
22
2. Tadwīr
Menurut bahasa, tadwir )رويدالت( adalah menjadikan sesuatu dengan
bentuk melingkar. Adapun menurut istilah, tadwir adalah:
)توسط القراءة بين التحقيق والحدر(
“bacaan yang sedang yaitu antara tahqiq (perlahan) dan hadr
(cepat).39
Contoh bacaan dengan tempo ini adalah tilawah Syaikh Misyari
Rasyid Al Afasy atau Masayikh lain yang sudah banyak tersebar
rekamannya. Rata-rata rekaman murratal Al-Qur’an juga menggunakan
tempo ini.
3. adr
Menurut bahasa, hadr ( )رالحد adalah as-sur’ah (cepat). Adapun
menurut istilah, hadr adalah:
وهو الإسراع في القراءة مع المحافظة على قواعد التجويد، ومراعاتها بدقة، وليحذر(
ب نم هيف القارئكاتلاس الحرتأو اخ ةنالغ تواب صذهأو المد فرر حت(
“Bacaan cepat dengan tetap menjaga dan mempraktikan kaedah-kaedah tajwid dengan sangat cermat, dan hendaknya seorang qari berhati-hati dari memotong huruf mad, menghilangkan suara ghunnah, atau ikhtilas (membaca sebagian) harakat.”40
Bacaan dengan tempo ini biasanya digunakan saat tadarrus pribadi
atau bacaan dalam shalat tarawih karena rakaat yang panjang, sehingga
tempo bacaan dipercepat untuk memberikan keringanan pada makmum.
Contoh bacaan hadr yang dapat dijadikan referensi adalah bacaan Syaikh
Su’ud Asy-Syuraim atau Syaikh Abdurrahman As-Sudais.
39 Abu Abdurrahman Jamal ibn Ibrāhīm al-Qirsy, Dirāsat Ilm al Tajwid li al
Mutaqaddimīn (Saudi Arabia: Dār Ibn al-Jauzi, 1426) h. 48. 40 Mufiq Syaqiqi, Hilyah al tilawah fi tajwid al-Qur’an, h. 73.
23
Perlu diketahui bahwa istilah tertil mencakup tiga tingkatan bacaan
di atas. Pendapat inilah yang dipilih oleh penulis dari beberapa pendapat
ulama tentang tingkatan membaca al-Qur’an.41
E. Penyimpangan Kaidah Tajwid Ketika Membaca Al-Qur’an
Saat ini, sudah banyak umat Islam yang mampu membaca al-Qur’an
dengan baik dan benar. Baik dalam arti indah di dengarkan. Benar bermakna
bacaannya sesuai dengan kaidah tajwid. Tentu saja, kenyataan ini cukup
membanggakan.
Akan tetapi, tidak sedikit pula di antara umat Islam yang bacaan al-
Qur’annya belum benar. Atas kenyataan ini, kita tentu sangat prihatin.
Seringkali, kita menjumpai banyak sekali bacaan al-Qur’an yang salah di
tengah-tengah masyarakat kita. Kesalahan tersebut biasanya terjadi dalam hal
pengucapan huruf yang tidak sempurna maupun cara membacanya yang tidak
sesuai dengan kaidah tajwid. Pelakunya tidak hanya dari kalangan orang
awam, tetapi bahkan kerap kali dilakukan oleh orang-orang yang
berpendidikan tinggi.
Jika di kelompokkan ada dua jenis Kesalahan atau penyimpangan dari
kaidah-kaidah tajwid yang sering kali terjadi ketika seseorang membaca al-
Qur’an. Diantaranya, adalah : la n42 jaliy dan la n khafiy.43
1. La n jaliy
41 Abu Ya’la Kurnaedi, Tajwid Lengkap Asy-Syafi’i (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i
2013), h. 28-29. 42 la n menurut bahasa memiliki beberapa arti yaitu salah pada i’rab, bahasa, lagu,
kecerdasan, sindiran, dan makna. tetapi yang dimaksud disini adalah kesalahan dan penyimpangan dari kebenaran dalam qira’ah. Adapun menurut istilah, lahn adalah kesalahan yang masuk pada tilawah al-Qur’an, sehingga merusak kaidah-kaidah tilawah.
43 Raisya Maula Ibnu Rusyd, Panduan Tahsin,Tajwid,dan Tahfizh untuk pemula (Yogyakarta:Saufa 2015), h.27.
24
La n artinya kesalahan, sedangkan jaliy artinya tampak jelas. La n
jaliy adalah kesalahan yang terjadi secara jelas pada lafal sehingga
mempengaruhi kesempurnaan tata cara bacaan. Dikatakan jelas, karena
kesalahan itu dapat diketahui oleh mulai tingkatan orang biasa hingga
ulama atau pakar al-Qur’an. Kesalaan jenis ini ada kalanya mengubah arti,
ada kalanya tidak mengubahnya.
Lahn jaliy terdapat pada tiga tempat : pada huruf, harakat, sukun:
a. La n jaliy pada huruf
La n jaliy pada huruf adalah la n jaliy yang terjadi baik dalam
bentuk membuang huruf (فرح ذفح), menambah huruf )فرة حادزي( ,
dan mengubah huruf )فرال حدبتسا( .
Tabel 2.1: Contoh La n jaliy
Bentuk Lafazh Keterangan Surah Membuang huruf نحإن ن - نحانإن Tidak membaca alif
mad Al-Hijr:9
دفء - دفMembuang atau tidak membaca hamzah
An-Nahl:5
Menambah huruf إذا - فإذا Menambah huruf fa
إذا pada lafazh (ف)Al-Falaq:5
Mengubah huruf ميطقسم -الميقتسالم Mengubah huruf
ta(ت) menjadi tha (ط) Al- Isra’:35
Perlu diketahui bahwa la n pada huruf ada yang dapat mengubah
makna, seperti lafazh نثولب44 ي. yakni apabila huruf tsa (ث) dibaca
dengan sin (س) , maka maknanya yang semula “menetap” berubah
menjadi “berpakaian”.
Tabel 2.2: Contoh La n jaliy
44QS. Al-Isra’ 17:76.
25
Perubahan antara huruf sin )س( dan shad )ص( Lafazh Makna Ayat Surah ........وأسروا الندامة Menyembunyikan وأسروا Yunus: 54
.....وأصروا واستكبروا Terus menerus وأصروا Nuh: 7
Tabel 2.3: Contoh La n jaliy
Perubahan antara huruf dzal )ذ( dan zha )ظ( Lafazh Makna Ayat Surah
نذرينالم Orang-orang yang diperingatkan ...نذرينالم احبآء صفس As-
Shaffat:177
نظرينالم Orang-orang yang diberi penangguhan نظرينالم نم كقال فإن Al-Hijr: 37
Tabel 2.4: Contoh La n jaliy
Perubahan antara huruf dhad )ض( dan zha )ظ( Lafazh Makna Ayat Surah Al-Qiyamah :22 وجوه يومئذ ناضرة Berseri-seri ناضرة
Al-Qiyamah :23 إلى ربها ناظرة Memandang ناظرة
Tabel 2.5: Contoh La n jaliy
Perubahan antara huruf kaf )ك( dan qaf )ق( Lafazh Makna Ayat Surah
مكورم Bertumpuk-tumpuk
ابحا سلوقويمكورم
Ath-Thur: 44
مقورم Tertulis dengan catatan amal مقورم ابتك Al-Muthaffifin: 9
Ada juga la n pada huruf yang tidak mengubah
makna.Contohnya mengubah huruf dzal )ذ( menjadi zai )ز( seperti pada
lafazh الذي .
26
b. La n Jaliy pada harakat dan sukun
yaitu la n jaliy yang terdapat pada harakat dan sukun dalam
bentuk:
1) Mengharakati huruf yang sukun )تحریك الساكن(
2) Mensukunkan yang berharakat )تسكین المتحرك(
3) Berlebih-lebihan dalam mengucapkan harakat )إشباع الحركة(
4) Meringankan bacaan huruf yang bertasydid )تخفیف المشدد(
5) Mentasydidkan huruf yang tidak bertasydid )تشدید المخفف(
La n jaliy pada harakat ada dua macam yaitu la n yang
mengubah makna dan la n yang tidak mengubah makna. Contoh la n
yang mengubah makna adalah mengkasrahkan kaf )ك( pada )دبعن اكإي(
menjadi دبعن اكإي . Adapun contoh la n yang tidak mengubah makna
adalah mendhammahkan lafazh Allah pada )الله دالحم( menjadi الله دالحم
.Contoh lainnya terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.6: Contoh La n jaliy
Lafazh Makna Huruf pada ayat
Mīqāta (waktu قدراatau ketentuan)
Dal )د( bertanda sukun )ـــ( قد جعل االله لكل شئ قدرا
Ath-thalāq :3
Qadhā-an قدرا(ketetapan)
Dal )د( berharakat fathah )ـــ( ركان أما وروقدا مراالله قد
Al-Ahzāb: 38
Surga الجنةJim )ج( berharakat fathah ) ـــ(
.....فمن زحزح عن النار وأدخل الجنةAli ‘Imran: 158
ةنالج Jin Jim )ج( berharakat kasrah )ـــ(
هنيابلوعجو , ةالجن نيباوبسن..... Ash-Shaffāt: 158
27
Tameng جنةJim )ج( berharakat dhammah ) ـــ(
اتخذوا أيمانهم جنة فصدواعن سبيل االلهAl-Mujādilah: 16
La n jaliy hukumnya haram secara mutlak, karena ia mengubah
lafazh al-Qur’an yang dapat mengubah makna. Adapun orang awam
(jahil), wajib baginya belajar. Sedangkan orang yang tidak sanggup
belajar hendaknya membaca bacaan yang shalatnya sah dengannya,
tidak menjadi imam, dan tidak menjaharkan bacaannya di majlis kaum
muslimin.
Cara memperbaiki kesalahan dari la n jaliy pada huruf dilakukan
dengan dua cara yaitu mengenal makharijul huruf dan sifatnya; serta
talaqqi (belajar langsung dari guru). Ada tiga cara untuk memperbaiki
kesalahan dari la n jaliy pada harakat yaitu mengenal kaifiyat (tata
cara) pengucapan harakat dan sukun, mengenal kaidah-kaidah bahasa
Arab, dan dengan talaqqi.45
2. La n khafiy
La n khafiy adalah kesalahan yang samar, karena kesalahan tersebut
hanya dapat diketahui oleh ulama qirā‘at dan guru-guru yang ahli dalam
mengajarkan al-Qur’an.46 Di antara kesalahan-kesalahan yang tergolong
lahn al-Khafi adalah sebagai berikut :47
45 Abu Ya’la Kurnaedi, Tajwid Lengkap Asy-Syafi’i (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i
2013), h. 68-71. 46 Ahmad Annuri,Panduan Ta sīn Tilāwah Al-quran dan Ilmu Tajwid, h. 18. 47 Raisya Maula Ibnu Rusyd, Panduan Tahsin,Tajwid,dan Tahfizh untuk pemula h.31-33.
28
Lahn khafi pada huruf terjadi dalam 3 bentuk, yaitu tercampurnya
mad dengan ghunnah, saktah dalam pengucapan huruf yang bersukun atau
bertasydid, serta Tarji’48.
Tabel 2.7: Contoh La n Khafiy
Bentuk Lafazh Surah Tercampurnya mad dengan ghunnah جآء An-Nisā’: 43
Saktah dalam pengucapan huruf yang bersukun atau bertasydid
Nun (ن) pada أنعمت Al-Fatī ah : 7
Lam (ل) pada الذین Al-Fatī ah : 7
Tarji’ أولئك Al-Baqarah: 5 Al-Baqarah: 22 والسمآء
Lahn khafiy pada harakat terjadi baik dalam dua bentuk yaitu
mengqalqalahkan huruf bersukun yang bukan huruf qalqalah sehingga
seolah-olah menjadi berharakat, dan Tarqish49.
Tabel 2.8: Contoh La n Khafiy
Bentuk Lafazh Surah
mengqalqalahkan huruf bersukun yang bukan huruf qalqalah
Nun (ن) sukun pada أنعمت
Al-Fatī ah : 7
Lam (ل) sukun pada الحمد
Al-Fatī ah : 2
Ghain (غ) sukun pada المغضوب
Al-Fatī ah : 7
Tarqish الحمد Al-Fatī ah : 2
Demikian beberapa kesalahan dalam membaca al-Qur’an yang kerap
kali terjadi atau dilakukan oleh banyak orang di tengah-tengah masyarakat
kita. Sebenarnya, masih banyak sekali ragam kesalahan dalam membaca
48 Tarji adalah menggelombangkan suara, apalagi dalam mad (bacaan panjang) seperti
meninggikan suara kemudian merendahkannya dalam satu mad. 49 Yakni membaca dengan cepat.
29
al-Qur’an. Hanya saja, dalam bagian ini disebutkan jenis-jenis kesalahan
yang paling sering kita jumpai di masyarakat kita hari ini.
F. Tempat Keluarnya Huruf
Menurut Imam ibn al-Jazari, makharijul huruf terbagi menjadi 17 (tujuh
belas), tujuh belas makhraj tersebut berada pada lima tempat, yaitu:
1. Kelompok rongga mulut (al-jauf), 1 makhraj huruf
Huruf yang keluar dari rongga mulut adalah huruf mad, yakni: ي, و, ا
2. Kelompok tenggorokan (al- alq), 3 makhraj huruf
a. Keluar dari tenggorokan bawah, yakni: ء - ه
b. Keluar dari tenggorokan tengah, yakni: ح - ع
c. Keluar dari tenggorokan atas, yakni: خ - غ
3. Kelompok lidah (al-lisan), 10 makhraj huruf
a. Keluar dari pangkal lidah (dekat tenggorokan), yakni: ق
b. Seperti makharaj qaf namun pangkal lidah diturunkan, yakni: ك
c. Keluar dari tengah lidah bertemu langit-langit, yakni: ي -ش -ج
d. Keluar dari dua sisi lidah atau salah satunya bertemu dengan gigi
graham, yakni: ض
e. Keluar dengan menggerakkan semua lidah dan bertemu dengan ujung
langit-langit, yakni: ل
f. Keluar dari ujung lidah di bawah makhraj lam, yakni: ن
g. Keluar dari ujung lidah, yakni: ر
30
h. Keluar dari ujung lidah yang bertemu dengan gigi bagian atas, yakni:
ت -د -ط
i. Keluar dari ujung lidah yang hamper bertemu dengan gigi depan, yakni:
س -ز -ص
j. Ujung lidah keluar sedikit, bertemu dengan ujung gigi depan bagian
atas, yakni: ث -ظ -ذ
4. Kelompok dua bibir (asy-shafatayn), 2 makhraj huruf
a. Keluar dari bibir bawah bagian dalam bertemu dengan ujung gigi atas,
yakni: ف
b. Menempelkan kedua bibir menjadi huruf م - ب , sedangkan dengan
memonyongkan bibir huruf yang dihasilkan adalah و
5. Kelompok rongga hidung (al-khayshum), 1 makhraj huruf. Huruf yang
keluar dari rongga hidung adalah Gunnah (dengung)50
G. Hukum Bacaan dalam Ilmu Tajwid
Hukum bacaan dalam ilmu tajwid terbagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu: kelompok Gunnah, kelompok mad, kelompok idgham
agir, kolompok saktah, kelompok tafkhīm dan tarqīq, kelompok waqaf dan
ibtida dan kelompok mushkil al-kalimāt. Namun pada skripsi ini penulis tidak
akan memaparkan kolompok saktah,kelompok waqaf dan ibtida mushkil al-
kalimāt, karena pada skripsi penulis hanya akan memaparkan teori yang
berhubungan dengan penelitian penulis.
1. Kelompok Gunnah
50 Ahmad Annuri, Panduan Tahsīn Tilāwah Al-Quran Dan Ilmu Tajwid, h. 17.
31
Menurut Ahmad Fathani dalam bukunya metode maisura
dijelaskan bahwa agar dapat memperolah bacaan tartil yang optimal sesuai
perintah allah dalam al-Qur’an maka pembaca harus menguasai teori
mapun praktek pada 6 hukum yang mempunyai tempo dengung (Gunnah)
2 harakat berikut, yaitu idgām bi Gunnah, iqlāb, ikhfā, ikhfā shafawiy,
idgām mīmiy, dan Gunnah (disingkat menjadi idbil bikh f syam ghun)51
a. Idgām bi Gunnah adalah apabila ada nun mati atau tanwin bertemu
dengan salah satu huruf yang terkumpul dalam lafadz ينمو ( و -م -ن-ي )
dan terletak dalam dua kata. Praktek bacaannya harus disertai tempo
dengung/Gunnah 2 harakat.52
b. Iqlāb ialah: apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ب ,
bunyinya menjadi mim mati, dengan catatan memelihara ikhfānya mim
mati kedalam ب dengan disertai tempo dengung/Gunnah dua harakat.53
c. Ikhfā ialah: pengucapan huruf antara idzhar dan idhgam dengan tetap
menjaga Gunnah/dengung; yakni ketika ada nun mati atau tanwin
bertemu dengan salah satu huruf yang 15 berikut:
ك -ز -ج -ق -ف - ظ - ط - ض - ص -ش -س -ذ -د -ث - ت
Praktek bacaannya, bunyi nun mati atau tanwin disamarkan atau
disembunyikan menuju makhraj huruf ikhfā sesudahnya dengan disertai
tempo dengung/Gunnah 2 harakat.54
51Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an (Jakarta: Fakultas
Ushuluddin Institut PTIQ, 2014), h.35. 52 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 35. 53 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 38. 54 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 39.
32
d. Ikhfā shafawiy adalah apabila terdapat mim mati bertemu dengan huruf
Praktek bacaannya disertai tempo dengung/Gunnah 2 harakat.55 .ب
e. Idgām mīmiy ialah apabila terdapat mim mati bertemu dengan huruf م.
Praktek bacaannya disertai tempo dengung/Gunnah 2 harakat.56
f. Gunnah ialah apabila terdapat huruf nun di tasydid (ن) atau mim di
tasydid (م) adalah disebut Gunnah; oleh sebab itu ia harus dibaca dengan
Gunnah/dengung yang sempurna dengan tempo 2 harakat.57
2. Kelompok mad
Mad ialah memanjangkan suara ketika membaca huruf mad atau
huruf lin..58
Bacaan mad menurut Raisya Maula di dalam buku Panduan tahsin,
tajwid, dan tahfizh untuk pemula dibagi menjadi tiga kelompok besar,
yaitu Mad yang panjang nya dua (2) ketukan. mad yang panjangnya lima
(5) ketukan, dan mad yang panjang bacaannya enam (6) ketukan. Lihatlah
pembagian mad dalam tabel berikut :
Tabel 2.9: Pembagian ketukan Mad59
Mad Panjang 2 ketukan
Panjang 5 ketukan Panjang 6 ketukan
Mad Thabi’ī Mad Shilah Thawilah Mad Farqi Mad Badal Mad Wajib Muttasil Mad Lazim Kilmi
Mutsaqqal Mad Tamkin Mad Jaiz Munfashil Mad Lazim Kilmi
Mukhaffaf Mad Iwadh Mad Aridh Lissukun* Mad Lazim Harfi
55 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 43. 56 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 44. 57 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 45. 58 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 47. 59 Raisya Maula Ibnu Rusyd, Panduan Tahsin,Tajwid,dan Tahfizh untuk pemula h.116.
33
Mutsaqqal Mad Harf Mad Lin* Mad Lazim Harfi
Mukhaffaf Mad Silah Qashirah
*Boleh dibaca 2,5,atau 6 ketukan
Secara garis besar hukum mad dibagi menjadi: mad ābī’iy/ Mad
A liy dan mad far’iy.60
a. Mad ābī’iy/ Mad A liy
Mad ābī’iy ialah apabila ada huruf mad yang sesudahnya tidak
berupa hamzah, huruf mati dan huruf yang ditasydid. Panjang
bacaanya adalah 2 harakat.61 yang memilki hukum semisal mad ābī’iy
adalah:
1) Mad badal ialah ada huruf mad yang sebelumnya berupa hamzah
yang sesudahnya tidak diikuti hamzah atau huruf mati. Panjang
bacaan 2 harakat.62
2) Mad ‘iwa ialah apabila ada huruf mad alif yang menjadi pengganti
fat ah tanwin ketika waqaf, dengan syarat yang ditanwin bukan ta
marbu ah (ة).63
3) Mad ilah Qa īrah ialah apabila terdapat ha amīr yang
sebelumnya berupa huruf hidup, dan sesudahnya juga berupa huruf
hidup yang bukan amzah qa a’ kecuali lafadz “لكم هضري”.
Panjang bacaan 2 harakat.64
60 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 48. 61 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 49. 62 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 49. 63 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 50. 64 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 50.
34
ر –ه -ط -ي -ح (4 (Mad harf) Maksudnya adalah huruf mad alif yang
terdapat pada huruf hijaiyyah dan menjadi fawati as-suwar (awal
surat) adalah huruf yang terkumpul dalam lafadz رطه ي65.ح
5) Mad tamkin adalah apabila berhimpun 2 ya, yaitu ya pertama
bertasydid dan berbaris kasrah, sedangkan ya kedua mati/sukun.66
b. Mad far’iy
Mad far’iy ialah apabila ada huruf mad yang sesudahnya berupa
hamzah atau huruf mati atau tasydid. Mad far’iy meliputi:
1) Mad wajib mutta il adalah apabila ada huruf mad yang sesudanya
berupa hamzah dan terletak dalam satu kata. Panjang bacaan huruf
mad 4 harakat atau 5 harakat.67
2) Mad jāiz munfa il adalah apabila ada huruf mad yang sesudahnya
berupa hamzah dan terletak di lain kata. Panjang bacaan 4 harakat
atau 5 harakat.68
3) Mad lāzim kilmiy mukhaffaf adalah apabila ada huruf mad yang
sesudahnya berupa huruf mati (sukun) asli dan terletak dalam satu
kata. Panjang bacaan 6 harakat.69
4) Mad lāzim kilmiy muthaqqal adalah apabila ada huruf mad yang
sesudahnya berupa huruf bertasydid dan terletak dalam satu kata.
Panjang bacaan 6 harakat.70
65 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 50. 66 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 50. 67 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 51. 68 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 53. 69 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 53. 70 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 53.
35
5) Mad lāzim arfiy mukhaffaf adalah apabila ada huruf mad yang
sesudahnya berupa huruf mati (sukun) asli yang tidak di
idhghamkan, yaitu terdapat pada huruf ijāiyyah yang menjadi
fawāti as-suwar (awal surat). Panjang bacaan 6 harakat.71
6) Mad lāzim arfiy mutsaqqal adalah apabila ada huruf mad yang
sesudahnya berupa huruf mati (sukun) asli yang di idhghamkan,
yaitu terdapat pada huruf ijāiyah yang menjadi fawāti as-suwar.
Panjang bacaan 6 harakat.72
7) Mad līn adalah apabila ada huruf līn, sesudahnya berupa huruf
mati/sukun tidak asli (baik berupa huruf hamzah maupun bukan)
yang disebabkan waqaf. Dengan catatan bila terdapat mad līn lebih
dari satu tempat.73
8) Mad ‘Āri li as-sukūn adalah apabila ada huruf mad sesudahnya
berupa huruf mati (sukun) asli/ ‘aridh (terjadinya huruf mati tidak
asli, disebabkan adanya peristiwa waqaf). Dengan catatan bila
terdapat Mad ‘Āri li as-sukūn lebih dari satu tempat.74
3. Kelompok idgām agīr
Idgām agīr ialah apabila huruf yang di idgāmkan (huruf pertama)
berupa huruf mati dan huruf kedua dimana huruf pertama di idghamkan
kepadanya berupa huruf hidup. Idgām agīr terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Idgām mutamāsilain ialah apabila huruf pertama dan kedua sama di
dalam makhraj dan sifat.
71 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 53. 72 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 53. 73 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 54. 74 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 55.
36
b. Idgām mutajānisain ialah apabila huruf pertama dan kedua sama di
dalam makhraj akan tetapi berbeda sifatnya.
c. Idgām mutaqāribain ialah apabila huruf pertama dan kedua berdekatan
makhraj maupun sifatnya.75
4. Kelompok tafkhīm dan tarqīq
Tafkhīm ialah sifat ketebalan pada suatu huruf di mana ketika
diucapkan posisi mulut dipenuhi oleh gema suaranya (seakan-akan
dipenuhi makanan). Sedangkan sifat sebaliknya adalah tarqīq yakni tipis
yang tentunya ketika diucapkan posisi mulut tanpa dipenuhi oleh gema
suaranya.76
H. Tanda Tajwid dan Tajwid Warna
Kajian naskah al-Qur’an kuno di Indonesia mengalami perkembangan,
Penelitian tentang bidang ini telah dilakukan oleh Puslitbang Lektur
Keagamaan (Skr. Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan; selanjutnya
disebut Lektur) antara 2003-2006, yang selanjutnya diteruskan oleh Lajnah
Pentashihan Mushaf al-Qur’an (selanjutnya disebut Lajnah) sejak 2007
sampai sekarang. Salah satu aspek yang menjadi sasaran penelitian mushaf
kuno adalah tanda tajwid.
Menurut Asep saefullah dalam artikel yang di muat di buku “Al-Qur’an
Di Era Global Antara Teks dan Realitas” dengan tema “Tanda Waqaf dan
Tanda Tajwid Dalam Mushaf Kuno Nusantara” bahwa :“Aspek tanda tajwid
tampaknya belum menjadi perhatian khusus kecuali disinggung sekilas
75 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 63-65. 76 Ahmad Fathoni,Petunjuk Praktis Tahsīn Tartil al-Qur`an, h. 69-73.
37
sebagai bagian dari penelitian mushaf kuno, oleh karena itu aspek ini
menyisakan berbagai hal yang perlu diungkap.”77
Tanda tajwid yang terdapat pada Mushaf Standar adalah tanda iqlab,
yaitu huruf mim (م) setelah nun sukun atau tanwin yang bertemu huruf ba (ب)
yang diletakkan diatas huruf ba (ب), seperti ( بعد م من ) dan tanda idgham
dengan syiddah() sesudaah sukun atau tanwin pada huruf sesudahnya, seperti
.(من یقول)
Dan tanda tajwid hampir hilang dari penulisan mushaf al-Qur’an saat
ini kecuali tanda iqlab dengan huruf mim (م). Di sisi lain, kita menyaksikan
kreasi dalam percetakan al-Qur’an yang menggunakan sistem warna untuk
tajwid. Sehubungan dengan muncul dan berkembangnya penerbitan mushaf
al-Qur’an dengan sistem warna yang berbeda-beda, maka Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an menyusun buku Pedoman Tajwid Sistem
Warna berdasarkan rekomendasi Lokakarya Penerbit Al-Qur’an yang
dilaksanakan tanggal 27-29 Oktober 2009 di Bogor.78
Farhur Rozi dalam laporannya, ia menjelaskan tiga hal, yaitu: 1) Sistem
Pewarnaan, 2) Warna yang digunakan dan penerapannya dalam hukum
tajwid, dan 3) Sistem pewarnaan pada tajwid.79 Penjelasan ringkas mengenai
ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut.
77 Asep Saefullah, “Tanda Waqaf dan Tanda Tajwid dalam Mushaf Kuno Nusantara”
dalam Muchlis M Hanafi, ed., Al-Qur’an Di Era Global Antara Teks dan Realitas (Jakarta :Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran ,2013), h.138.
78 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMA), Pedoman Tajwid Sistem Warna (Jakarta: LPMA, 2011), h.1.
79 Farhur Rozi, “Standarisasi Mushaf Al-Qur’an Tajwid Warna di Indonesia”, artikel di akses pada 24 februari 2016 dari http://lajnah.kemenag.go.id/artikel/88-standardisasi-mushaf-al-qur-an-tajwid-warna-di-indonesia.html
38
Hal-hal yang diputuskan dan ditetapkan dalam buku Pedoman Tajwid
Sistem Warna, antara lain meliputi:
1. Sistem pewarnaan dirumuskan menjadi empat kelompok:
a. Kelompok hukum bacaan huruf, meliputi: idgām bilaGunnah, idgām
mutamasilain, idgām mutajānisain, idgām mutaqāribain, idgām bi
Gunnah, idgām mimi, Gunnah, iqlab, ikhfā', dan ikhfā' syafawi.
b. Kelompok hukum bacaan panjang, meliputi: mad lazim dan mad farq,
mad wajib mutta il, Mad jā’iz Munfa il, ilah tawīlah.
c. Kelompok tanda waqaf, meliputi: waqaf lāzim, al-waqfu aula, waqaf
mu‘anaqah, waqaf jā’iz, al-waslu aula, dan la waqfa fih.
d. Huruf yang tidak dilafalkan.
2. Warna yang digunakan adalah enam warna: Merah (C:0, M:100, Y:100,
K:0), Magenta (C:0, M:100, Y:0, K:0), Biru (C:100, M:100, Y:0, K:0),
Cyan (C:100, M:0, Y:0 K:0), Hijau (C:100, M:0, Y:100, K:0), Grey (C:0,
M:0, Y:0, K:30).
Penerapannya dalam hukum-hukum tajwid disesuaikan dengan
pengelompokan pada poin A di atas, yaitu:
a. Kelompok hukum bacaan huruf: a. Warna magenta: idgām biGunnah,
idgām mimi, dan Gunnah; b. Warna merah: idgām bilaGunnah, idgām
mutamasilain, idgām mutajānisain, idgām mutaqāribain; c. Warna
cyan: iqlab; d. Warna hijau: ikhfā’, dan syafawi; dan e. Warna biru:
qalqalah.
39
b. Kelompok hukum bacaan panjang: a. Warna magenta: mad lazim dan
mad farqi; b. Warna cyan: mad wajib muttasil; dan c. Warna hijau: mad
ja’iz munfa il dan mad silah tawilah.
c. Kelompok tanda waqaf: a. Warna merah: waqaf lazim dan al-waqfu
aula; b. Warna biru: waqaf mu‘anaqah dan waqaf ja’iz; dan c. Warna
hijau: al-waslu aula dan la waqfa fih.
d. Huruf yang tidak dilafalkan diberi warna grey.
3. Sistem pewarnaan pada tajwid warna bisa menggunakan salah satu dari
tiga model:
a. Model Akademik; adalah pola pewarnaan berdasarkan kaidah tajwid,
yaitu pewarnaan pada huruf-huruf dan harakat yang menimbulkan
sebuah hukum bacaan tajwid.
b. Model Fonetik; adalah pola pewarnaan berdasarkan pelafalan, yaitu
pewarnaan pada huruf dan harakat yang dilafalkan karena mengandung
hukum tajwid.
c. Model Praktis; adalah pola pewarnaan berdasarkan pada tanda baca
yang menunjukkan hukum tajwid.80
80 Rozi, “Standarisasi Mushaf Al-Qur’an Tajwid Warna di Indonesia.”
40
BAB III
HAL IHWAL TENTANG NAGHĀM AL-QURAN
A. Pengertian Naghām al-Qur’an
Menurut Muhsin Salim dalam Bukunya Ilmu Naghām Al-Qur’an
Susunan kalimat naghām al-Qur’an yang dilafalkan dengan satu kali tarikan
nafas terdiri dari dua kata yaitu naghām dan al-Qur’an. Kata naghām ( مغالنمغالن) adalah bentuk mufrad, jama’nya Anghām (امغان) , jama’ dari bentuk
jama’ ini adalah Anāghīm (مياغان).81
Menurut Ahmad Warson Munawwir dalam Kamus Al-Munawwir
Arab-Indonesia Terlengkap yang dikutip oleh M Husni Thamrin dalam
tesisnya, Naghām Alquran: Telaah atas Kemunculan dan Perkembangannya
di Indonesia, menjelaskan naghām artinya langgam / langgam senandung.82
Kata naghām yang berarti langgam (sympony) adalah dalam konteks
musik. Itulah sebabnya dalam dunia musik terdengar istilah Anghāmul mūsiqy
artinya langgam- langgam musik/sympony musik/notasi (انغام الموسيقى)
musik, baik notasi angka maupun notasi balok.
Adapun kata naghāmah (ةمغالن) bentuk muannats dari (مغالن) jama’ nya
adalah annaghāmaatu (اتمغالن) berarti langgam ( tune, melody) dalam
konteks memperindah suara dalam membaca al-Qur’an (اءةربالق ةوالص نسح).83
Langgam- langgam ini biasanya diungkapkan dalam tausyīkh yakni
81 Muhsin Salim, Ilmu Naghām Al-Qur`an Belajar Membaca al-Quran dengan Lagu
(Metode SBA Teotik) (Jakarta: YATAQI Pusat Jakarta 2008), h. 1. 82Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap
(Surabaya: Staka Progressif, 1997), h.1441. 83 Lois Ma’luf, Al-Munjid Fillughah wal a’lam (Bairut: Dar al- Masyriq, 2007), h. 822.
41
melanggamkan sejumlah kalimat syair sebatas patokan alunan suara tentang
nada (naghām). Langgam- langgam al-Qur’an yang dilantunkan adalah
langgam- langgam yang sesuai dengan kaidah-kaidah membaca al-Qur’an
yang senantiasa mengekspresikan secara indah, makna dan isi pesan-pesan al-
Qur’an baik dalam bentuk perintah (amr), larangan (nahy), harapan dan
himbauan dan lain-lain. Langgam ekspresif seperti ini dianggap sebagai cara
baca yang sangat ideal.84 Untuk memahami arti kata naghām secara lebih luas
maka sejumlah ahli bahsa arab mengedepankan apa yang dikatakan oleh
Imam Sibawaihi bahwa kata (مغالن) merupakan isim jama’ (kata benda yang
mencakup sesuatu yang banyak) seperti kata لقاح dan فلكا sebagai isim
jama’dari لقةح dan 85.فلكة Berdasarkan pemahaman ini maka kata naghām
dapat dipahami dalam arti isim jama’ yang mencakup ةمغالن dalam semua
jenis maqom-maqomnya (nada-nada) atau اتمغالن (langgam- langgam) dalam
konteks bacaan al-Qur’an. Oleh karena itu, yang di maksud dengan آنالقر مغن adalah ragam intonasi yang indah yang disuarakan dalam membaca al-
Qur’an. Dengan kata lain alunan suara yang indah dalam ragam nada, baik
mulai dari rendah, menengah, tinggi dan tertinggi bahkan dengan tambahan
nada (Overtune) yang disebut dengan nada isti’arah yang sejalan dengan
pesan-pesan al-Qur’an. Dalam bahasa Arab, selain kata مغالن atau ةمغالن yang
berarti langgam dalam konteks khusus seperti diuraikan di atas juga terdapat
sejumlah kata padanannya/sinonimnya antara lain seperti ناللح dan اءنالغ.
84 Manna Khalil al-Qat an, Mabāhis Fī Ulūm Al-Qur`an (Kairo: Maktabah Wahbah,
2000), h.192. 85 Ibnu Man ur, Lisānul Arab Jilid 12 (Bairut: Dār adir, 1300), h.890.
42
Kata kata naghām mempunyai arti yang sama dengan kata talhin atau
la n dan tarannum atau tarnīm, yang dalam bahasa Arab disebut dengan
lafal yang muradif atau sinonim. Namun ketiga istilah ini (naghām, tal in
dan taranum) sama-sama menunjukkan vokal suara yang bernada seni indah
dan sama-sama digunakan untuk istilah “Seni Baca Al-Qur’an.
Dalam hal ini , para pakar awil a wāt (mempunyai suara indah)
seperti Abduh al-Su ‘ūdi, Azrā’i Abdul Raūf dan Mukhtar Lutfi al-Ansary
mempertegas pengertian istilah-istilah tersebut yaitu:
1. Naghām ialah vokal suara indah tunggal (tanpa diiringi alat musik) dan
tidak terkait dengan not balok serta khusus dipergunakan untuk Tazyin al-
aut bi tilāwah al-Qur’an.
2. Talhīn yaitu vokal suara indah dan tunggal yang ‘Arabiy al-Qur’an,
namun ada yang terkait dengan not balok, sehingga dipergunakan juga
untuk selain al-Qur’an, seperti qasidah dan lain-lain.
3. Tarannum ialah vokal suara indah al-Qur’an, namun suara ini ada juga
yang mempergunakan alat musik, sehingga banyak terkait oleh not balok.
Di sinilah timbul istilah Tawsyīkh maqamat yang terkait dengan not-not
yang telah tersusun.86
Penggunaan kata ناللح dalam bahasa Arab antara lain seperti ىف نلحاءةرالق yang berarti اهيف منرت (melanggamkan suatu bacaan) dan داشالأن نلح yang berarti اى بهنغا تانا الحله عضو (membuat sejumlah langgam untuk syair-
syair yang disenandungkannya).انالألح adalah orang yang lebih baik
86 Ahmad Syahid, “Sejarah dan Pengantar Ilmu Naghām” dalam Muhaimin Zen dan
Ahmad Mustafid ed,. Bunga Rampai Mutiara al-Qur’an Pembinaan Qari Qari’ah dan Hafizh Hafizhah (Jakarta: Pimpinan Pusat Jamiyatul Qara Wal Huffadzh, 2006), h. 18-19.
43
langgamnya (penyayi) atau lebih indah langgam bacaannya (pembaca al-
Qur’an). Dalam bahasa Arab orang yang seperti itu disebut:
الاحسن غناء او قراءةDalam konteks lain, orang yang memahami dengan cerdik apa yang
diucapkan disebut ناللاح sedangkan نالألح adalah orang yang lebih paham dan
lebih cerdik.87 Dalam konteks langgam al-Qur’an dapat dikatakan bahwa
orang yang melanggamkan al-Qur’an adalah orang yang memahami apa yang
dilanggamkannya baik berupa pesan-pesan atau kesan yang disampaikan oleh
yang dilanggamkannya itu. Berangkat dari pemahaman yang sederhana
seperti diuraikan diatas boleh jadi arah inilah yang dimaksud oleh hadis nabi
dengan sabdanya :
انابن جب دمحا مثندال, حالجم انرهن مب دمحا مثن ,ن الوب ةيقا بندين , لن بيصح نع
يحدث عن حذيفة بن , سمعت شيخا وكان قديما يكنى بأبي محمد:مالك الفزاري قال
88اهاتوصأو برلعا نوحلب نآرلقوا اءرقا: قال رسول االله صلى االله عليه وسلم: اليمان قالArtinya: "Bacalah al-Qur’an itu dengan gaya langgam dan suara yang
berlahjah Arab. Bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab sehingga orang-orang yang
memahami bahasa Arab terlebih lagi orang-orang Arab akan dengan mudah
membacanya dengan penuh ekpresi serta intonasi bacaan yang dihiasi dengan
suara yang indah yang akan lebih membekas pada hati sanubari pembaca dan
pendengarnya.89
87 Ibnu Manzur, Lisānul Arab. Jilid 12, h. 171. 88 Abu Al-Qashim Sulaiman Ibn Ahmad At- abran , Mu’jam Al-Ausath Juz 7 (Kairo:
Dār Al- aramain 1415), h. 183. 89 Muhsin Salim, Ilmu Naghām Al-Qur`an Belajar Membaca al-Quran dengan Lagu
(Metode SBA Teotik) (Jakarta: YATAQI Pusat Jakarta 2008), h. 4.
44
Kalimat آنالقر مغن yang tertera di atas dapat dipahami bahwa kata مغالن
yang berarti “langgam” disandarkan (di-idhāfahkan) ke kata al-Qur’an.
Faidah idhāfah seperti ini berarti pemilikan (Lil milki). Dengan demikian
kalimat ini mengandung arti “Langgam milik al-Qur’an” atau langgam
khusus untuk al-Qur’an. Langgam al-Qur’an itu tidak sama dengan langgam-
langgam musik, langgam al-Qur’an adalah langgam al-Qur’an. Langgam al-
Qur’an yang tidak boleh terikat oleh notasi musik itu akan bisa disuarakan
secara baik hanya oleh pembaca al-Qur’an yang menguasai ilmu membaca
dan menghayati keindahan seni bacaan. Oleh karena itu orang yang ingin
melanggamkan al-Qur’an hendaklah menerapkan langgam- langgam bacaan
al-Qur’an. Langgam secara umum termasuk di dalamnya langgam- langgam
al-Qur’an merupakan bagian dari kesenian. Oleh karena itu kalangan
Naghāmania menyebut langgam- langgam yang memperindah bacaan al-
Qur’an termasuk sebagai bagian dari Seni Baca al-Qur’an (SBA).90
Jadi naghām al-Qur’an adalah seni membaca al-Qur’an dengan
melanggamkannya yang bertujuan untuk memperindah bacaan al-Qur’an agar
lebih membekas pada hati sanubari pembaca dan pendengarnya.
B. Taghanni dalam Membaca al-Qur’an
Taghanni dalam membaca Al-Qur’an maksudnya adalah menyanyi atau
berlanggam di dalam membaca al-Qur’an, yang sudah biasa disebut seni baca
al-Qur’an.
Di dalam pembahasan taghanni dalam membaca al-Qur’an (seni baca
al-Qur’an) yang akan diuraikan ini terlebih dahulu di sini akan dikemukakan
90 Muhsin Salim, Ilmu Naghām Al-Qur`an Belajar Membaca al-Quran dengan Lagu (Metode SBA Teotik), h. 5.
45
mengenai definisi “seni”. karena setiap orang itu pada umumnya mempunyai
rasa seni yang terdapat dalam rasa rohani, sedangkan rasa seni adalah salah
satu bagian dari rasa yang lahir dan dalam rohani manusia. Pada diri manusia
dihiasi sifat-sifat seni. Karena pada diri manusia ada sifat menyenangi dan
terharu terhadap sesuatu yang indah. Maka semua hal yang indah dapat
dirasakan oleh semua perasaan dan keindahan adalah perasaan kesenian yang
terdiri dari: baik berupa bunyi-bunyian, lukisan-lukisan atau tari-tarian.
Dalam definisi di atas dikatakan, kesenian adalah usaha untuk menciptakan
bentuk-bentuk yang menyenangkan, maka yang dapat mencipta bentuk itu
adalah manusia, sehingga timbul bentuk-bentuk yang menyenangkan karena
ia diberi akal fikiran.
Jadi untuk lebih terperinci maka tepatlah kiranya Khadijatus Shalihah
dalam bukunya “Perkembangan Seni Baca al-Qur’an dan Qiraat Tujuh di
Indonesia” mengambil definisi bahwa kesenian atau seni ialah segala ciptaan
manusia yang timbul dari getaran jiwanya yang dapat mewujudkan sesuatu
yang indah dan luhur.
Karena Islam itu ajarannya betul-betul lengkap dan sesuai dengan fitrah
manusia, maka dengan sendirinya Islam mengandung ajaran-ajaran seni.91
Adapun seni baca al-Qur’an atau taghanni dalam membaca al-Qur’an,
sebagaimana dalam hadis Nabi dijelaskan, bahwa al-Qur’an dalam kalam
Ilahi yang disuruhkan untuk dibaca, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh
Muslim dari Abi Yamamah al Bahili, sebagai berikut:
91 Khadijatus Shalihah, Perkembangan Seni Baca Al-Qur`an dan Qiraat Tujuh di
Indonesia (Jakarta: Pustaka Al-Husna 1983), h. 23-27.
46
قول اي لمسو هليع لى اللهص ول اللهسر تعمقال س يلاهة البامو أمثني أبدآن حءوا القرقرابهحأصا ليعفش ةاميالق موي يأتي ه92فإن
Artinya:Telah menceritakan kepadaku Abu Umamah Al Bahili ia
berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bacalah al- Qur`an, karena ia akan datang memberi syafa'at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti.
Membaca al-Qur’an juga mempunyai seninya tersendiri, Tentunya seni
baca al-Qur’an tidak lepas dari rasa keindahan. Yaitu, keindahan suara (bunyi
lafal-lafal al-Qur’an yang disertai, dengan suara yang kuat) maksudnya tidak
dibaca dalam hati, hingga dapat didengar oleh orang di sekitarnya. Karena
fungsi pembacaan al-Qur’an itu nyaring (jahr), Maka untuk tidak
membosankan bagi pendengar, bacaan ayat-ayat al-Qur’an tersebut tidak ada
salahnya bila suara yang mengeluarkan (melafalkan) ayat-ayat Qur`an itu
diwarnai dengan variasi-variasi langgam- langgam al-Qur’an. Di sinilah letak
seni dari pada bacaan al-Qur’an. Dan di dalam mensenikan bacaan al-Qur’an
dengan suatu langgam yang bermacam-macam fariasi tersebut harus disertai
dengan makhārijul uruf atau pengeluaran huruf yang tepat. Apalagi bila
disertai dengan alunan suara yang indah dan halus, makin bertambah indah
serta nada-nada penuh pesona, hati melambung tinggi ke hadirat Pencipta.
Menurut Khadijah Shalihah jika membaca Qur’an asal jadi, tanpa
memperhatikan tuturan hurufnya, tidak dengan makhraj-makhraj yang baik,
walaupun membacanya dengan suara yang indah, maka bacaan itu tidak
diridhai Allah dan Rasul-Nya, ia hukumnya haram, dan orang yang
92 Abu Al Husain Muslim al-Hajjaj, Shohih muslim, Juz 2, (Beirut: Dār al fikr 2009), h.
197.
47
membacanya berdosa, Hal itu sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu al-
Jazāry :
مآن آثالقر دوجي لم نم لازم متح دويجذ بالتالأخو 93وهكذامنه إلينا وصلا لأنه به الإله أنزلا
Artinya: Menerapkan tajwid adalah suatu keharusan dan kemestian,
barangsiapa membaca al-Qur’an tanpa tajwid berdosa hukumnya. Karena al-Qur’an diturunkan Tuhan beserta tajwidnya, Demikianlah al-Qur’an itu datang dari Allah disampaikan untuk kita.
Upaya menghiasi al-Qur’an dengan suara dan langgam- langgam Arab
bertujuan agar pendengar tidak merasa bosan dan bisa terserap di hati
sanubari pembaca atau pendengarnya, hal ini sesuai dengan perintah Rasul
dalam sabdanya:
ريرا جثندة حبيأبى ش نان بثما عثندن حن بمحالر دبع نة عطلح نش عمن الأعع ول اللهسازب قال قال رن عاء برن البة عجسوآن صلى االله عليه وسلم-عوا القرنيز
كماتو94.بأص Artinya: “Telah menceritakan kepada Kami Utsman bin Abu Syaibah,
telah menceritakan kepada Kami Jarir, dari Al-Amasy, dari Thalhah, dari Abdurrahman bin ‘Ausajah, dari Al-Bara’ bin ‘Azib, ia berkata; Rasulullah Saw bersabda: “Perindahlah al-Qur’an dengan suara kalian”.
Keterangan lain mengatakan pula yang diriwayatkan oleh Imam Malik
dari pada Huzaifah dari Rasulūllah saw. Beliau bersabda :
انابن جب دمحا مثندال, حالجم انرهن مب دمحا مثن ,ديلن الوب ةيقا بن , نن بيصح نعيحدث عن حذيفة بن , قديما يكنى بأبي محمدسمعت شيخا وكان :مالك الفزاري قال
ا، هاتوصأو برلعا نوحلب نأرلقا اؤرقإ: قال رسول االله صلى االله عليه وسلم: اليمان قال
93 Abi al-Khair Syamsyuddin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Jazary,
Matan Jazāri (Surabaya: Ahmad Nabhan, t,th), h.13 94 Abū Dāwūd Sulaiman Ibn Asy’ats As-Sijistani, Sunan Abu Dawud,no 1470, juz 1
(Beirut: Dar Al-Kitab Al-‘Arabi t.t), h. 548.
48
إواكيم لوحأ نوا لهلكتابني أوا لهلفإ، فقسنه سئجي بعي قدوم يرجعلقاب نوأرن تجريع . مهنأش مهبجعي نم بولقو مهبولق ةنوتفم مهزاجنح زاوجي لا. حوالنو ةيانبهالرو اءنلغا
نع ثيذا الحدوى هرلا يادنذا الإسفة إلا بهذيح ,به دفر95بقية: ت Artinya: "Bacalah al-Qur’an itu dengan gaya langgam dan suara yang
berlahjah Arab dan jangan sekali-kali membaca dengan langgam dan suara yang berlahjah keYahudian atau keNasranian. Demikian juga langgam- langgam ahli fasik/penyanyi (Biduan dan Biduanita). Maka sesungguhnya sepeninggalku nanti, akan muncul satu golongan yang sengaja membaca al-Qur’an dengan langgam- langgam yang dipopulerkan sebagai nyanyian pendeta dan perintih yang tiada melampaui tenggorokan mereka, hati mereka sudah terfitnah, apa lagi hati mereka yang mengkaguminya".
Pada hadis di atas ada disebutkan langgam fasiq, ialah langgam yang
berasal bukan dari langgam Arab, baik berasal dari ahli kitab atau lainnya,
yang diatur menurut kaidah not musik, yang dapat merusak bunyi makhraj
dan sifat huruf, demikian pula langgam nyanyi ahli kitab yang mereka
lakukan seperti orang putus asa atau merintih ditimpa bencana, dapat
melalaikan sebuah huruf, ataupun memutus-mutusnya, karena mengikuti not
musik dan tergesa-gesa dalam menyebut huruf-hurufnya, sedang cara yang
demikian itu terlarang.
Demikianlah taghanni dalam membaca al-Qur’an tidak boleh
sembarangan (asal berlanggam) saja, sebab al-Qur’an mempunyai
tatacara/Kaidah-kaidah tajwīdil Qur`an yang harus dipelajari oleh setiap
ummat islam.
Menurut Muhammad Ali Ash-Shabuni, hak al-Qur’an atas setiap orang
Islam adalah dibaca, ditelaah setiap hari dengan kontinue sekalipun hanya
satu dua ayat, sekalipun tidak faham maknanya, sebab membaca saja tanpa
95 Abu Al-Qāshim Sulaiman Ibn Ahmad At- abran , Mu’jam Al-Ausath Juz 7, (Kairo:
D r Al- aramain 1415), h. 183.
49
mengerti artinya adalah dianggap ibadah yang berarti mendapatkan pahala,
sungguhpun dengan memahami kandungannya tentu saja lebih sempurna96
Rasūlullah Saw. Dalam beberapa haditsnya memerintahkan agar
membaca al-Qur’an dengan menyertakan suara yang indah dan merdu.
عمش عن طلحة عن عبد الرحمن بن حدثنا عثمان بن أبى شيبة حدثنا جرير عن الأ ول اللهسازب قال قال رن عاء برن البة عجسوآن « -صلى االله عليه وسلم-عوا القرنيز
كماتورواه أبو دؤد ﴾ 97.»بأص﴿ Artinya: “Telah menceritakan kepada Kami Utsman bin Abu Syaibah, telah
menceritakan kepada Kami Jarir, dari Al-Amasy, dari Thalhah, dari Abdurrahman bin ‘Ausajah, dari Al-Bara’ bin ‘Azib, ia berkata; Rasulullah Saw bersabda: “Perindahlah al-Qur’an dengan suara kalian”. (H.R. Abu Daud)
أبي عن سلمة أبي عن شهاب ابن أخبرنا جريج ابن أخبرنا عاصم أبو حدثنا إسحاق حدثنا غيره بالقرآن وزاد يتغن لم من منا ليس وسلم عليه الله صلى الله رسول قال قال هريرةرهجب ي98ه
Artinya :Telah menceritakan kepada kami Ishaq telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim telah mengabarkan kepada kami Ibn Juraij Telah mengabarkan kepada kami Ibn Syihab dari Abu Salamah dari Abu Hurairah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak melanggamkan Al Qur'an, " sementara yang lain menambahkan, 'dan mengeraskannya'.(H.R. Bukhari).99
C. Sejarah Pertumbuhan Naghām al-Qur’an
Menurut Ibnu Manzhur dalam kitabnya Lisānul Arab bahwa sejarah
naghām (langgam) al-Qur’an itu ada dua pendapat. Pendapat pertama
mengatakan bahwa langgam al-Qur’an itu berasal dari nyayian budak-budak
96 Muhammad Qodirun Nur, Ikhtisar Ulūm al-Qur’an Praktis, Terjemahan At Tibyan Fi
‘Ulumil Qur’an karya Muhammad Ali Ash-Shabuni (Jakarta: Pustaka Amani, 2001), h.12. 97 Abū Dāwūd Sulaiman Ibn Asy’ats As-Sijistani, Sunan Abū Dāwūd, juz 1 (Beirut: Dār
Al-Kitab Al-‘Arābi t.t), h. 548. 98 Abu Abdullah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al Mughirah bin Bardizbah al-
Bukhari, shahih al-Buhkari, juz 9 (Kairo: Daar as Syab 1987), h.188. 99 Khadijah Sholihah, Peranan Suara Dan Nada Dalam Menlantunkan Lagu-Lagu Al-
Qur`an dalam Muhaimin Zen dan Ahmad Mustafid ed,. Bunga Rampai Mutiara al-Qur’an (Jakarta: Pimpinan Pusat Jamiyatul Qara Wal Huffadzh, 2006), h. 60-61.
50
kafir yang tertawan ketika perang melawan kaum Muslimin. Pendapat kedua
mengatakan bahwa langgam al-Qur’an berasal dari nyayian nenek moyang
bangsa Arab. Selanjutnya nyanyian bangsa Arab tersebut digunakan untuk
melanggamkan al-Qur’an.100
Sampai disini terjadi kekaburan tentang siapa yang memindahkan
nyanyian tersebut kepada melanggamkan al-Qur’an. Dengan demikian
terdapat dua persoalan yang pertama ialah tentang asal muasal lagu al-Qur’an,
dan yang kedua tentang orang pertama yang memindahkan nyanyian itu
menjadi langgam al-Qur’an.
Membaca al-Qur’an dengan langgam yang merdu sudah ada dan
bahkan dianjurkan oleh Nabi. Pada masa Tabi’in banyak juga Qari’-qari’
yang mampu memukau ummat pada masa itu, namun sampai priode ini masih
kabur tentang nama-nama lagu yang didengungkan. Kekaburan itu tetap
menjadi tantangan sampai saat ini.
Menurut Muhsin salim dalam buku nya Ilmu Nagham Al-Qur’an
Orang yang pertama kali membaca al-Qur’an dengan warna-warna langgam
nyanyian (Thathrib) adalah seorang diantara sejumlah Qura’ yang dibawa
Ziyad An-Numairi, berkunjung ke rumah Anas Bin Malik (Wafat 93H/711
M).
Pendapat lain mengungkapkan bahwa orang yang pertama-tama
membaca al-Qur’an dengan langgam (Al-Hān) adalah Ubaidillah Ibn Abī
Barkah dan dikembangkan oleh generasi berikutnya yaitu Ubaidillah Ibn
100 Ibnu Manzur, Lisānul Arab. Jilid 19, h. 376.
51
Umar dan Sa’id Al-allaf Al-Ibadli. Perkembangan langgam musik di Madinah
dimulai sejak masa Ibn Suraij Ma’bad dan Ibn Abī Al-Samah.
Dalam perkembangan selanjutnya tercatat seorang wanita yang ahli
musik bernama ‘ isyah yang meninggal sekitar tahun 743 M. Ia belajar
langgam dari Ma’bad dan Ibn Abī Al-Samah tersebut diatas.
Sementara pengamat seni langgam mengatakan bahwa diantara tokoh
musik-musik Arab (Asyahru Mūsiqil Arab) yang pertama merumuskan
kaidah-kaidah musik adalah Ibrahim Al-Maushilī wafat di Baghdad tahun 804
M. Beliau seorang berbangsa Persi yang lahir di Kuffah tahun 742 M.
Langgam- langgam Musik Arab ini diteruskan dikembangkan oleh Putranya
yang bernama Ishak Bin Ibrahim Al-Maushili.
Menurut Ahsin Sakho Muhammad, bahwa asal muasal lagu- lagu al-
quran dari nyanyian orang parsi pada saat mereka membangun Ka’bah. Hal
ini bersandarkan kitab “al-Aghāni” karya Abul faraj al-Ashbihani.
“Sa’id bin Musajjih seorang “Maula” Bani Naufal bin al-harits bin Abdul Muththalib, penduduk Mekah, kulitnya hitam, seorang penyanyi kenamaan, orang pertama penggubah lagu dan orang pertama yang mentransfer lagu-lagu Parsi kedalam syair-syair arab. Dia melanglang buana ke Syam, mempelajarai lagu-lagu bangsa Romawi, Barbathi, Asthukhusi, kemudian balik lagi ke Parsi, mempelajari banyak lagu orang parsi. Dia mempelajari juga bermain alat musik, lalu kembali ke tanah Hijaz (Mekah-Madinah). Dia ambil notasi lagu-lagu Parsi dan Romawi yang baik dan indah dan membuang notasi yang tidak pas. Lalu dia cangkokkan kedalam “Ghina’ Arabi”. Dialah orang pertama yang melakukan hal ini, lalu diikuti oleh yang lain.”101
Seni baca al-Qur’an tersebar luas ke seluruh penjuru dunia sejalan
dengan penyebaran Islam. Daerah-daerah yang dimasukinya telah mempuyai
budaya seni suara sendiri. Hal mana berarti telah terjadi pembaharuan budaya
101 Ahsin Sakho Muhammad, “ Qira’at dan Tarannum Sebagai Media Dakwah Islam ” artikel diakses pada 20 september 2011 dari http://muthmainnah-ma.blogspot.com/2011/09/qiraat-dan-tarannum.html.
52
seni suara. Corak dan warna bahkan nama-nama dari langgam al-Qur’an pun
menjadi beragam misalnya nama Langgam Ajam adalah populer di Arab
sementara langgam ini dengan nama Cargah (Turkish cargah) di Turki
demikian pula nama Puslik populer di Turki adalah dengan nama Nahawand
sebagai nama populernya di Arab.Demikian pula logikanya untuk setiap
Maqām atau Taqsīm yang memiliki beberapa nama.102 Demikian sekelumit
tentang sejarah perkembangan langgam al-Qur’an.
D. Maqamat langgam- langgam al-Qur’an
Maqamat merupakan jama dari maqam, maqam secara etimologi
adalah tempat berdiri, kedudukan, dan tahap. dalam melantunkan ayat al-
Qur’an para qari kerapkali menggunakan langgam Arab atau yang lebih
dikenal dengan Maqamat al-Arabiyyah.
Dalam musik Arab terdapat lebih dari 50 maqam. Maqam-maqam
tersebut tidak hanya diguankan untuk mengalunkan ayat al-Qur’an saja tetapi
syair-syair arab yang mashur. Adapun maqam-maqam yang paling mashur
ada 7, yaitu: Bayātī, ijāz, abā, Rāst, Jihārkāh, Sīka, Nahāwand, disingkat
menjadi bihushrin jasadin (دسر جصبح).
Inilah tujuh langgam yang sangat populer di dalam seni baca al-
Qur’an. Ketujuh jenis ini pula yang dianggap sebagai tujuh langgam-
langgam pokok, baik di kalangan masyarakat maupun dalam
agenda/ketentuan Lembaga Perkembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ)
Nasional. Selain langgam- langgam pokok diatas, masih banyak sekali nama-
nama langgam yang populer seperti : Syūri, usaini, ‘Ajamī, Quflah
102 Salim, Ilmu Naghām Al-Qur`an Belajar Membaca al-Quran dengan Lagu (Metode
SBA Teotik), h.18-19.
53
Bastanjār, Quflah Zinjirān, Kārd, Kārd-Kūrd, Nakrīz, Usyāq, Syabīr ala al-
Rāst, Sya ā ‘Arbān dan lain-lain.
Langgam- langgam ini sering tidak dapat berdiri sendiri, melainkan
harus digabungkan dengan langgam- langgam pokok sehingga ia akan
berfungsi sebagai variasi saja. Orang sering menggolongkan langgam-
langgam ini sebagai langgam cabang. Oleh karena itu kemudian timbul nama-
nama baru seperti yang kita kenal dengan nama-nama dibawah ini : Bayātī
Syūrī, Bayātī usainī, abā ma’a al-Bastanjār, ijāz Kārd, ijāz Kārd
Kūrd, Rāst ala al-Nawā, īkā Mi rī, īkā Turkī, īkā ‘Irāqī.103
1. Bayātī
Bayātī adalah Adagio yaitu gerakan lambat.104 Maqam ini sangat
popular di mesir, biasa dibawakan untuk memulai dan mengakhiri
bacaan.105
2. ijāz
ijāz adalah Lento yaitu gerak lambat menarik-narik.106 Langgam
ini menggambarkan tarikan kahs ketimuran, terkesan sangat indah,
langgamnya asli mendasar.107
3. abā
abā adalah Allegro yaitu gerak ringan dan cepat.108 Maqam ini
memilki karakter halus dan lembut, nuansanya penuh kesedihan, sehingga
menggugah perasaan (emosi) jiwa.109
103 Muammar Za, dkk., Belajar Membaca Al-Qur’an Dengan Lagu ( Jakarta: Lembaga Bahasa Dan Ilmu Al-Qur’an (LBIQ) DKI Jakarta 1987), h. 106-108.
104 Shalihah, Perkembangan Seni Baca Al-Qur`an, h.45. 105 Maria Ulfah, “Maqmat Arabiyyah dalam Tilawatil Al-Qur`an” dalam Muhaimin Zen
dan akhmad Mustafid ed., Bunga Rampai Mutiara al-Qur`an Pembinaan Qari Qari’ah dan Hafizh Hafizhah , (Jakarta: Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Quraa’ wal Huffazh, 2006 ), h. 37.
106 Shalihah, Perkembangan Seni Baca Al-Qur`an, h.45. 107 Ulfah, Bunga Rampai Mutiara al-Qur`an, h. 38.
54
4. Rāst
Rāst adalah Allegro yaitu gerak ringan dan cepat.110 Maqam ini
merupakan jenis yang paling dominan, bahkan merupan maqam dasar.
Dalam sehari-hari maqam ini sering digunakan ketika mengumandangkan
adzan. Karakter langgam ini dinamis dan penuh semangat.111
5. Jihārkāh
Jihārkāh adalah Allegro yaitu gerak ringan dan cepat. Bias juga
gerak lambat dan khidmat, jadi langgam jiharkah ini tergantung
pembawanya.112 Maqam ini memiliki langgam raml atau minor, terkesan
sangat manis didengar, langgamnya menimbulkan perasaan yang
dalam.langgam ini sering dialunkan saat takbiran hari raya ‘Idul Fitri dan
‘Idul Adha.113
6. Sīka
Sīka adalah Grave yaitu gerak lambat dan khidmat.114 Maqam ini
memiliki karakeristik ketimuran, merakyat dan mudah dikenali serta
familiar. Memilki keistimewaan dengan alunan yang cemerlang.115
7. Nahāwand
Nahāwand adalah alergo yaitu gerak ringan dan cepat.116 Maqam ini
mempunyai karakteristik sedih, langgam ini sangat sesuai untuk
melantunka syair atau ayat-ayat kesedihan.117
108 Shalihah, Perkembangan Seni Baca Al-Qur`an, h.45. 109 Ulfah, Bunga Rampai Mutiara al-Qur`an, h. 39. 110 Shalihah, Perkembangan Seni Baca Al-Qur`an, h.45. 111 Ulfah, Bunga Rampai Mutiara al-Qur`an, h. 40. 112 Shalihah, Perkembangan Seni Baca Al-Qur`an, h.45. 113 Ulfah, Bunga Rampai Mutiara al-Qur`an, h. 41. 114 Shalihah, Perkembangan Seni Baca Al-Qur`an, h.45. 115 Ulfah, Bunga Rampai Mutiara al-Qur`an, h. 41. 116 Shalihah, Perkembangan Seni Baca Al-Qur`an, h.45.
55
E. Macam- Macam Langgam
1. Langgam yang di sepakati Ada beberapa langgam yang berkembang di Indonesia dan
merupakan langgam popular di dunia yaitu: Hijazi (Mekah dan Madinah),
Menurut para ahli langgam Hijazi ada tujuh macam, yaitu: Banjakah,
Hirab, Mayya, Rakby, Jiharkah, Sikah, dan Dukkah.dan aliran Mishri
(Mesir), langgam Mishri seperti : Bayyati, oba, Nahawand, Hijaz, Rost,
Sika, dan Jiharka.118
2. Langgam yang di perdebatkan a. Murattal Jawa di situs www.soundclouds.com yang di unggah oleh
akun Ulil abshar Abdalla, Ada surat Maryam, Surat ar-Ra man, Surat
al-baqarah (Juz 1), dan Juz ‘Amma.
b. Murattal jawa di situs www.soundclouds.com yang di unggah oleh akun
Mas Azis Anwar Fachruddin, Surat Yāsīn.
c. Langgam jawa di situs www.youtube.com pada peringatan Haul Gus
Dur tahun 2014 di Ciganjur oleh Abdullah Khairul.
d. Langgam jawa di situs www.youtube.com oleh Sunarto Ahmad. Surat
ar-Rahman
e. Langgam jawa di situs www.youtube.com pada peringatan Isra Mi'raj di
Istana Negara Jakarta Jumat, 15 Mei 2015 oleh Muhammad Yaser
Arafat.
f. Langgam Amerika di situs www.youtube.com di upload tanggal 10 des
2009 oleh akun faheezy.
117 Ulfah, Bunga Rampai Mutiara al-Qur`an, h. 42.
118 Syahid, “Sejarah dan Pengantar Ilmu Naghām” h. 27-32.
56
Adanya potongan dari ayat al-Qur’an yang dilanggamkan oleh
beberapa group band di indonesia sebagai berikut :
a. pada ayat al-Qur’an surah al baqarah ayat 201 yang dilanggamkan oleh
group band wali dengan judul langgam “si udin bertanya” ayatnya
robbanā ātinā fī al-dunyā hasanah wa fī al-akhirati hasanah waqinā
azāb an-nar.
b. pada ayat al-Qur’an surah al a’raf ayat 23 yang dilanggamkan oleh
opick dengan judul langgam “ya rabbana” ayatnya rabbanā olamnā
anfusanā wa in lam taghfir lanā wa tarhamnā lanakūnanna mina al-
khosirīn.
c. pada ayat al-Qur’an surah al furqan ayat 74 yang dilanggamkan oleh
group ustadz jefri al buchori dengan judul langgam “bidadari syurga”
ayatnya rabbanā hablanā min azwājinā wa dzurriyyātinā qurrata a’yun
waj ‘alnā lilmuttaqīna imāman
3. Langgam yang tertolak
a. Langgam langgam orchestra, terjadi pada acara "Jakarta Concert
Orchestra" di Jakarta pada 3 desember 2011 dengan tema "Symphony of
my life" oleh group penyanyi dari "Parahyangan catholic university
student choir" yang berdurasi 11:51 detik , di uploud oleh orang yang
mempunyai akun youtube Ben Ba-Aden pada sabtu , 24 mei 2014.
Surat Surah Al- Hujurat Ayat 13.
b. Langgam langgam nasrani seperti dalam video yang beredar di situs
youtube dari akun abu najwa dengan tema "syiah membaca Al-Qur’an
57
seperti nasrani membaca injil dengan orkes" yang di terbitkan tanggal
10 mei 2014. As-Syams ayat 1-8.
c. Langgam echo di situs www.youtube.com oleh said thoosi di upload
oleh akun ALI HADI dengan tema “Said Tusi master of echo sound”
diterbitkan tanggal 5 juli 2012. Surat maryam ayat 2-4. Ini tilawah
dengan suara echo (echo voice). Maksudnya, qori membaca al-Qur’an
dengan suara yang dibunyi echo kan. Bukan sound systemnya yang di
ocho kan. Nama qorinya adalah Said Toosi dari Iran. Beliau Juara satu
MTQ Internasional di Malaysia tahun 1998. Nama asli Persia nya
Gundam Najad Said Mohammed Toosi.
F. Sejarah Langgam Jawa dan Orchestra dalam Seni Baca Al-Qur’an
Menurut Yaser Arafat di dalam paper nya yang berjudul Fashlun, ay,
Hadza Fashlun fi Suluk Tilawah Jawi119, pada tahun 2012 ia menemukan
rekaman bacaan al-Qur’an berlanggam Jawa di Situs www.soundcloud.com,
yang diunggah oleh akun Ulil Abshar Abdalla. Tokoh JIL (Jaringan Islam
Liberal) itu menyebut bacaannya sebagai Murattal Jawa. Jauh sebelumnya, di
pelosok-pelosok desa di Jawa, ada banyak simbah-simbah dan orang-orang
sepuh imam masjid setempat yang telah menindakinya. Dua tahun lalu,
beberapa surat ia unggah di sana. Ada surat Maryam, Surat ar-Rahman, Surat
al-Baqarah (Juz 1), dan Juz ‘Amma. Bacaan Murattal Jawa mas Ulil itu
diunggah pula ke situs www.youtube.com oleh Sya’roni As-Samfuriy.
Menurut Yaser, Mas Ulil adalah orang pertama yang merekam tilawah jawi
dan mengunggahnya ke dunia maya.
119 Makalah di acara Seminar nasional “Memperkenalkan Qiraah Langgam Jawa”, oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMI) Tafsir-Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal 15 Juni 2015.
58
Di situs www.soundcloud.com, ia menemukan akun milik Mas Azis
Anwar Fachrudin yang mengunggah murattal jawa-nya, Surat Yasin, ke situs
tersebut sejak 11 bulan yang lalu. Selain itu, di www.youtube.com, ada video
rekaman tilawah jawi di acara haul Gus Dur tahun 2014 lalu di Ciganjur,
Jakarta. Sang qori bernama Abdullah Khairul. Selain itu lagi, ada di youtube
pula, ada unggahan Murattal Jawa surat ar-Rahman dan beberapa surat lain
yang dibaca oleh mas Sunarto Ahmad, tertanggal 15 Februari 2015.
Dan yang baru-baru ini oleh Yaser arafat disuruh oleh Menteri Agama
Indonesia Luqman Hakim Saifudin untuk membacakannya di Istana Negara
pada tanggal 15 Mei 2015 lalu, dan di Istana Wakil Presiden pada tanggal 26
Maret 2015.120
Sebelum langgam Jawa dilantunkan, al-Qur’an dibacakan ke dalam
langgam Orchestra, terjadi pada konser "Symphony of my life" di Jakarta
pada 3 Desember 2011 menghadirkan Jakarta Concert Orchestra, Batavia
Madrigal Singers (BMS), Paduan Suara Mahasiswa Unika Parahyangan, serta
penampilan khusus dua solis, masing-masing Bettina Jensen (soprano dari
Komische Oper Berlin, Jerman) dan Farman Purnama (tenor dari Indonesia),
yang berdurasi 11:52 detik.
120 Fashlun, ay, Hadza Fashlun fi Suluk Tilawah Jawi Oleh : Muhammad Yaser Arafat h.
9-10.
59
BAB IV
ANALISIS PELANTUNAN PEMBACAAN AL-QUR’AN
DI MEDIA SOSIAL.
A. Bacaan Surah Al Isrā’ Ayat 1 dan Al Najm Ayat 1-15 Muhammad Yaser
Arafat Di Istana Negara.
Hasil penelaahan Penulis di youtube pada Sabtu, 23 Januari 2016 atas
bacaan surah al isra’ dan al-Najm ditemukan 19 akun yang mengunggah
video pelantunan ayat-ayat di atas, sebagaimana yang tertera pada tabel di
bawah ini:
Tabel. 4.1 Koding Akun Pengunggah No Akun Tanggal upload Viewer komentar Durasi 1 Abu moaz 17 mei 2015 237.082 863 8:37 2 Sukardi dewo 17 mei 2015 35.166 173 6:21 3 Berita terbaru 19 mei 2015 14.877 98 20:31 4 Cristine angela 18 mei 2015 3.636 10 9:03 5 Bey veronica 18 mei 2015 13.557 98 10:37 6 Taufik pay 17 mei 2015 3.727 5 8:53 7 Newsnews 20 mei 2015 3.009 4 3:27 8 Shd lancheck 20 mei 2015 18 0 9:07 9 My family 22 mei 2015 56 0 6:51 10 Putra karya 19 mei 2015 225 0 8:41 11 Bantul media 17 mei 2015 444 0 1:44 12 Hoax news 16 jun 2015 382 1 1:03 13 Hanya blogger 17 mei 2015 3.676 0 4:37 14 Headline news 23 mei 2015 203 0 9:01 15 Berita hangat 6 jun 2015 169 0 3:31 16 Yos sadewa 18 mei 2015 20.106 22 3:55 17 Agus NS 18 mei 2015 663 0 10:01 18 Clip on you 18 mei 2015 503 1 6:51 19 Berita terbaru 17 mei 2015 21.500 122 21:32
60
Dari 19 akun di atas penulis hanya mengambil dua akun sebagai
sampel. Adapun alasan pengambilan akun tersebut adalah kelengkapan video
dan jumlah orang yang melihatnya.
Di bawah ini, adalah tabel yang berupaya menguraikan isi video dua
sampel langgam jawa :
Tabel. 4.2 Koding Video Langgam Jawa No Ihwal Vesi 1 akun Abu
moaz Versi 2 akun Sukardi Dewo
Subjek Pelantun: Jenis bacaan: Pengiring:
M.Yaser Arafat Ayat Al-Qur’an -
M.Yaser Arafat Ayat Al-Qur’an -
Objek Sumber: Bentuk: Jenis/Size: Durasi :
www. youtube.com Mp4 audio/video 13,9 MB 08:37
www.youtube.com Mp4 audio/video 10,3 MB 06:21
Waktu Waktu Pengambilan: Waktu tanggal upload: Tempat: Acara:
15 Mei 2015 17 Mei 2015 Istana Negara Isra Mi’raj
15 Mei 2015 17 mei 2015 Istana Nagara Isra mi’raj
Video ini berdurasi 08:37 detik, pada peringatan Isra Mi’raj Acara
berlangsung di Istana Negara Jakarta pada hari Jumat, 15 Mei 2015 pukul
20.00 WIB. yang dibacakan qori Muhammad Yaser Arafat yang melantunkan
bacaan al-Qur’an.
Muhammad Yaser Arafat dosen UIN Sunan Kalijaga,Yogyakarta.
Yaser membacakan ayat suci al-Qur’an dengan langgam jawa. Ia membaca
Surat Al- Isra’ ayat 1 dan an Najm ayat 1-15. Acara ini di hadiri oleh Presiden
jokowi, para menteri kabinet kerja, pejabat negara dan tamu undangan negara
sahabat.
61
Dua bulan sebelum di Istana Negara Yaser melantunkan di Istana Wakil
Presiden Jusuf Kalla Yaser membacakan al-qur’an berlanggam Jawa pada
Kamis 26 maret 2015.121 Yang dihadiri imam Masjid Istiqlal Jakarta, Imam
Masjid Nabawi Madinah, Imam Masjid Al-Haram Makkah, Meteri Agama
Arab Saudi, Pangeran Khalid Ibn Sultan Abdul Aziz, Mentri Agama Lukman
Hakim Syaifudin, para Duta Besar, para Rektor Universitas, dan tentu saja
Wakil Presiden Yusuf kalla dan turut hadir pula Syukron Makmun.
Yaser Arafat, pelantun al-Qur’an dengan langgam Jawa menjadi buah
bibir para nitizen menyusul irama bacaannya dipandang tidak mentradisi di
kalangan muslim Indonesia. Bacaaannya tersebut menuai banyak kecaman,
namun tidak sedikit yang justru mendukungnya sebagai varian seni baca al-
Qur’an khas Indonesia.122
Teks Mushaf Quran in word :
Translitasi Arab Latin: Sub ānaladzī asrā bi‘abdihī laylan min al-masjid al-harām ila al-masjid al-aq ā al-ladzī bāraknā aulahu linuriyahu min āyātinā innahu huwa al-samī al-ba īr
121 Wawancara dengan Yaser Arafat melalui telpon tanggal 6 februari 2016. 122 Moslem Info, “Bacaannya Jadi Buah Bibir, Ini Jawaban Yasser Pelantun Al-Quran
Langgam Jawa,” artikel di akses pada 24 februari 2016 dari http://mosleminfo.com/berita/nasional/bacaannya-jadi-buah-bibir-ini-jawaban-yasser-pelantun-al-quran-langgam-jawa.html.
62
Translitasi Tajwid: Sub ānaladzĩ asrā bi‘abdihī layla minal masjidil harāmi ilal masjidil aq alladzī bāraknā aulahu linuriyahu min āyātinā i nahu huwas samīul ba īīīr Teks Mushaf Quran in word :
Translitasi Arab Latin : wa al-najm idzā hawā (1) mā alla ā ibukum wamā ghawā (2) wamā yantiqu ‘an al-hawā (3) in huwa illā wa yu yu ā (4) ‘allamahu syadīd al-quwā (5) dzū mirratin fāstawā (6) wahuwa bi al-ufuq al-‘alā (7) tsumma danā fatadallā (8) fakāna qāba qausaini au adnā (9) faau ā ilā ‘abdihi mā au ā (10)Mā kadzaba al-fu’ad mā raā (11) afatumārunahu ‘alā mā yarā (12) walaqod raāhu nazlatan ukhrā (13) ‘inda idrat al-muntahā (14) ‘indahā jannat al-ma`wā (15) Translitasi Tajwid: Wa najmi idzā hawā (1) mā alla ā ibukum wamā ghawā (2) wamā yan^tiqu ‘anil hawā (3) in huwa illā wa yu yu ā (4) ‘allamahu syadīdul quwā (5) dzū mirratin^fāstawā (6) wahuwa bilufuqil ‘alā (7) tsu ma danā fatadallā (8) fakāna qāba qausaini au adnā (9) faau ã ilā ‘abdihi mã au ā (10)mā kadzabal fu’adu mā raā (11) afatumārunahu ‘alā mā yarā (12)
63
walaqod raāhu nazlatan ukhrā (13) ‘in^da idratil mun^tahā (14) ‘in^dahā ja natul ma`wā (15)
Untuk mengukur lama tidaknya tempo, penulis menggunakan alat
Stopwatch pada rekaman Yaser Arafat. Adapun standar nya menurut riwayat
afs adalah Mad A li, Mad ilah Qa īrah 1,2 -2,0. Gunnah 1,3- 2,3. Mad
jā’iz Munfa il 2,1-5,0. Mad Wājib Mutta il 2,1- 6,0. Mad ‘Āri li as-sukūn
2,0-6,0. Mad layyin 1,0-1,2.
Tabel. 4.3 Analisis video langgam jawa
Teks transliterasi Teks transliterasi tajwid Lafal langgam jawa Ayat al-Qur’an Surat al- isra’
1 1,8 1,2 1.2 3,7 Aūdzu billāhi minasysyai ān al-rajīm
2 2 2 6 Aūdzu billāhi minasysyai ān al-rajīm
2 1,5 1,1 5,3 Bismillāhirra mānrra īm
2 2 6 Bismillāhirra mānrra īm
3 1,0 3,6 1,2 1,1 Sub ānaladzĩ asrā bi’abdihī
2 5 2 2 Sub ānaladzĩ asrā bi’abdihī
4 1,9 3,7 Layla minal masjidilharām
2 6 Layla minal masjidilharām
5 1,2 minal masjidilharām
2 minal masjidilharām
6 0,9 0,8 1,2 1,0 Ilalmasjidil aq alladzī bāraknā
aulahu
2 2 2 2 Ilalmasjidil aq alladzī bāraknā aulahu
7 1,1 1,1 1,2 1,3 Linuriyahu min āyātinā
2 2 2 2 Linuriyahu min āyātinā
8 2,7 1,3 1,3 6,6 I nahu huwassamī’ulba īr
2 2 2 6 I nahu huwassamī’ulba īr
Pada bacaan no 1 Yaser Arafat membaca tempo tajwid taawudz dengan
tepat. Pada bacaan no 2 Yaser Arafat membaca tempo tajwid basmallah yang
berbeda, berikut penjelasannya : tempo Mad A li kurang, dibaca 1,1.
seharusnya ukuran standarisasi Mad A li adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 3
Yaser Arafat membaca tempo tajwid surat al- isra’ kurang tepat, berikut
penjelasannya : tempo Mad A li kurang, dibaca 1,0 tempo Mad ilah
64
Qa īrah kurang, dibaca 1,1. seharusnya ukuran standarisasi Mad A li dan
Mad ilah Qa īrah adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 4 Yaser Arafat
membaca tempo tajwid surat al- isra’ dengan tepat. Pada bacaan no 5 Yaser
Arafat membaca tempo tajwid surat al- isra’ dengan tepat. Pada bacaan no 6
Yaser Arafat membaca tempo tajwid surat al- isra’ kurang tepat, berikut
penjelasannya : tempo Mad A li kurang, dibaca 0,9 dan 0,8 tempo Mad
ilah Qa īrah kurang, dibaca 1,0. seharusnya ukuran standarisasi Mad A li
dan Mad ilah Qa īrah adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 7 Yaser Arafat
membaca tempo tajwid surat al- isra’ kurang tepat, berikut penjelasannya :
tempo Mad ilah Qa īrah kurang, dibaca 1,1, tempo Mad A li kurang,
dibaca 1,1. seharusnya ukuran standarisasi Mad ilah Qa īrah dan Mad
A li adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 8 Yaser Arafat membaca tempo tajwid
surat al- isra’ kurang tepat, berikut penjelasannya : tempo Gunnah dibaca 2,7,
Mad ‘Āri li as-sukūn dibaca 6,6 seharusnya ukuran standarisasi Gunnah
1,2 -2,0 dan Mad ‘Āri li as-sukūn 2,0-6,0.
Tabel. 4.4 Analisis video langgam jawa
Teks transliterasi Teks transliterasi tajwid Lafal langgam jawa Ayat al-Qur’an Surat al- isra’
1 1,1 3,6 1,0 1,0 Sub ānaladzĩ asrā bi’abdihī
2 5 2 2 Sub ānaladzĩ asrā bi’abdihī
2 1,8 4,4 Layla minal masjidilharām
2 6 Layla minal masjidilharām
3 1,1 minal masjidilharām
2 minal masjidilharām
4 1,0 1,0 1,1 1,1 Ilalmasjidil aq alladzī bāraknā
aulahu
2 2 2 2 Ilalmasjidil aq alladzī bāraknā aulahu
5 1,1 0,9 0,9 1,2 Linuriyahu min āyātinā
2 2 2 2 Linuriyahu min āyātinā
6 2,4 0,8 1,2 6,2 I nahu huwassamī’ulba īr
2 2 2 6 I nahu huwassamī’ulba īr
65
Pada bacaan no 1 Yaser Arafat membaca tempo tajwid surat al- isra’
kurang tepat, berikut penjelasannya : tempo Mad A li kurang, dibaca 1,1 dan
1,0 tempo Mad ilah Qa īrah kurang, 1,0. seharusnya ukuran standarisasi
Mad A li dan Mad ilah Qa īrah adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 2 Yaser
Arafat membaca tempo tajwid surat al- isra’ dengan tepat. Pada bacaan no 3
Yaser Arafat membaca tempo tajwid surat al- isra’ kurang tepat, berikut
penjelasannya : tempo Mad A li kurang, dibaca 1,1. seharusnya ukuran
standarisasi Mad A li adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 4 Yaser Arafat
membaca tempo tajwid surat al- isra’ kurang tepat, berikut penjelasannya :
tempo Mad A li kurang, dibaca 1,0,1,0 dan 1,1 tempo Mad ilah Qa īrah
kurang, dibaca 1,1. seharusnya ukuran standarisasi Mad A li dan Mad ilah
Qa īrah adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 5 Yaser Arafat membaca tempo
tajwid surat al- isra’ kurang tepat, berikut penjelasannya : tempo Mad ilah
Qa īrah kurang dibaca 1,1, tempo mad badal kurang, dibaca 0,9 dan tempo
Mad A li kurang, dibaca 0,9. seharusnya ukuran standarisasi Mad ilah
Qa īrah, mad badal dan Mad A li adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 6 Yaser
Arafat membaca tempo tajwid surat al- isra’ kurang tepat, berikut
penjelasannya : tempo Gunnah berlebihan dibaca 2,4, Mad ilah Qa īrah
kurang, dibaca 0,8, tempo Mad ‘Āri li as-sukūn berlebihan, dibaca 6,2.
seharusnya ukuran standarisasi Gunnah dan Mad ilah Qa īrah 1,2 -2,0.
Adapun Mad ‘Āri li as-sukūn 2,0-6,0.
Adapun standar nya menurut riwayat afs adalah Mad A li, Mad
ilah Qa īrah 1,2 -2,0. Gunnah, idgām bi Gunnah, ikhfā’ 1,3- 2,3. Mad
66
jā’iz Munfa il 2,1-5,0. Mad Wājib Mutta il 2,1- 6,0. Mad ‘Āri li as-sukūn
2,0-6,0. Mad layyin 1,0-1,2.
Tabel. 4.5 Analisis Video Langgam Jawa
Teks transliterasi Teks transliterasi tajwid Lafal langgam jawa Ayat al-Qur’an Surat an najm
1 1,0 1,1 4,7 Bismillāhirra mānrra īm
2 2 6 Bismillāhirra mānrra īm
2
2,6 1,0 1,4 wa najmi idzā hawā (1) 1,1 1,3 1,0 1,0 mā alla ā ibukum wamā ghawā (2)
2 2 2 wa najmi idzā hawā (1) 2 2 2 2 mā alla ā ibukum wamā ghawā (2)
3 0,9 2,9 3,6 wamā yan^ iqu ‘anilhawā (3) 0,9 2,6 0,8 0,9 in huwa illā wa yu yū ā (4)
2 2 5 wamā yan^ iqu ‘anilhawā (3) 2 2 2 2 in huwa illā wa yu yū ā (4)
4 1,0 1,1 0,8 ‘allamahū syadīdulquwā (5) 1,3 2,7 1,3 Dzū mirratin^fāstawā (6)
2 2 2 ‘allamahū syadīdulquwā (5) 2 2 2 Dzū mirratin^fāstawā (6)
5 1,0 wahuwa bil ufuqil‘a’lā (7) 1,9 0,8 0,8 tsu ma danā fatadallā (8)
2 wahuwa bil ufuqil‘a’lā (7) 2 2 2 tsu ma danā fatadallā (8)
6 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,2 fakāna qāba qausaini au adnā (9)
2 2 1 1 1 2 fakāna qāba qausaini au adnā (9)
7 4,6 1,1 1,1 3,2 1,3 1,1 faau ā ilā ‘abdihī mā au ā (10)
5 2 2 2 1 2 faau ā ilā ‘abdihī mā au ā (10)
Pada bacaan no 1 Yaser Arafat membaca tempo tajwid basmallah
kurang tepat, berikut penjelasannya : tempo Mad A li kurang dibaca 1,1
seharusnya ukuran standarisasi Mad A li adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 2
Yaser Arafat membaca tempo tajwid surat al- isra’ kurang tepat, berikut
penjelasannya : tempo Gunnah berlebihan dibaca 2,6, tempo Mad A li
kurang dibaca 1,0 1,1 1,0 1,0 seharusnya ukuran standarisasi Gunnah dan
67
Mad A li 1,2 -2,0. Pada bacaan no 3 Yaser Arafat membaca tempo tajwid
surat al- isra’ kurang tepat, berikut penjelasannya : tempo Mad A li kurang,
dibaca 0,9 tempo ikhfā’ berlebihan, dibaca 2,9 tempo Mad A li kurang
dibaca 0,9 tempo bi Gunnah berlebihan, dibaca 2,6 tempo Mad A li kurang,
dibaca 0,8 dan 0,9. seharusnya ukuran standarisasi Mad A li, ikhfā’’,idgām
bi Gunnah adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 4 Yaser Arafat membaca tempo
tajwid surat al- isra’ kurang tepat, berikut penjelasannya : tempo Mad A li
kurang, dibaca 1,0, 1,1, 0,8 tempo ikhfā’ berlebihan, dibaca 2,7. seharusnya
ukuran standarisasi Mad A li dan ikhfā’’ adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 5
Yaser Arafat membaca tempo tajwid surat al- isra’ kurang tepat, berikut
penjelasannya : tempo Mad A li kurang, dibaca 1,0, 0,8, 0,8. seharusnya
ukuran standarisasi Mad A li adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 6 Yaser Arafat
membaca tempo tajwid surat an-Najm dengan tepat. Pada bacaan no 7 Yaser
Arafat membaca tempo tajwid surat al- isra’ kurang tepat, berikut
penjelasannya : tempo Mad A li kurang, dibaca 1,1, 1,1, 1,1. seharusnya
ukuran standarisasi Mad A li adalah 1,2 -2,0.
Tabel. 4.6 Analisis Video Langgam Jawa
Teks transliterasi Teks transliterasi tajwid Lafal langgam jawa Ayat al-Qur’an Surat an najm
1 0,9 1,0 1,0 3,3 Mā kadzabal fu‘ādu mā raā (11)
2 2 2 5 Mā kadzabal fu‘ādu mā raā (11)
2 1,21,1 1,1 1,2 1,0 0,8 Afatumārūnahū ‘alā mā yarā (12)
2 2 2 2 2 2 Afatumārūnahū ‘alā mā yarā (12)
3 0,9 1,2 walaqod raāhu nazlatan ukhrā (13)
2 2 walaqod raāhu nazlatan ukhrā (13)
4 2,3 2,8 1,3 ‘in^da sidratilmun^tahā (14) 1,9 1,0 2,3 0,9 ‘in^dahā ja natul ma`wā (15)
2 2 2 ‘in^da sidratilmun^tahā (14) 2 2 2,3 2 ‘in^dahā ja natul ma`wā (15)
5 0,9 1,1 walaqod raāhu nazlatan ukhrā (13)
2 2 walaqod raāhu nazlatan ukhrā (13)
68
6 2,5 2,2 1,0 ‘in^da sidratilmun^tahā (14) 2,3 1,0 2,5 1,3 ‘in^dahā ja natul ma`wā (15)
2 2 2 ‘in^da sidratilmun^tahā (14) 2 2 2,3 2 ‘in^dahā ja natul ma`wā (15)
7 1,2 2,9 adaqallāhul‘aliyyul ‘azhīm
2 6 adaqallāhul‘aliyyul ‘azhīm
8
1,0 1,8 wa adaqa rasūluhu nabiyyul 1,1 4,3
abībul karīm
2 2 wa adaqa rasūluhu nabiyyul 2 6
abībul karīm
9 1,1 0,9 6,6 walhamdulillāh rabbil ‘ālamīn
2 2 6 walhamdulillāh rabbil ‘ālamīn
Pada bacaan no 1 Yaser Arafat membaca tempo tajwid surat al- isra’
kurang tepat, berikut penjelasannya : tempo Mad A li kurang, dibaca 0,9,
1,0, 1,0. seharusnya ukuran standarisasi Mad A li adalah 1,2 -2,0. Pada
bacaan no 2 Yaser Arafat membaca tempo tajwid surat al- isra’ kurang tepat,
berikut penjelasannya : tempo Mad A li kurang, dibaca 1,1, 1,1, 1,0, 0,8 .
seharusnya ukuran standarisasi Mad A li adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 3
Yaser Arafat membaca tempo tajwid surat al- isra’ kurang tepat, berikut
penjelasannya : tempo Mad A li kurang, dibaca 0,9. seharusnya ukuran
standarisasi Mad A li adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 4 Yaser Arafat
membaca tempo tajwid surat al- isra’ kurang tepat, berikut penjelasannya :
tempo Mad A li kurang, dibaca 1,0. seharusnya ukuran standarisasi Mad
A li adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 5 Yaser Arafat membaca tempo tajwid
surat al- isra’ kurang tepat, berikut penjelasannya : tempo Mad A li kurang,
dibaca 0,9, 1,1. seharusnya ukuran standarisasi Mad A li adalah 1,2 -2,0.
Pada bacaan no 6 Yaser Arafat membaca tempo tajwid surat al- isra’ kurang
tepat, berikut penjelasannya : tempo Mad A li kurang, dibaca 1,0.
seharusnya ukuran standarisasi Mad A li adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 7
69
Yaser Arafat membaca tempo tajwid surat an-Najmdengan tepat. Pada bacaan
no 8 Yaser Arafat membaca tempo tajwid surat al- isra’ kurang tepat, berikut
penjelasannya : tempo Mad A li kurang, dibaca 1,0, 1,1. seharusnya ukuran
standarisasi Mad A li adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 9 Yaser Arafat
membaca tempo tajwid surat al- isra’ kurang tepat, berikut penjelasannya :
tempo Mad A li kurang, dibaca 1,1, 0,9. tempo Mad ‘Āri li as-sukūn
berlebihan, dibaca 6,2. seharusnya ukuran standarisasi Mad A li adalah 1,2 -
2,0. Adapun tempo Mad ‘Āri li as-sukūn 2,0-6,0.
B. Bacaan Surah Al- Hujurat Ayat 13 oleh Farman Purnama Di Aula
Simfonia Jakarta Pusat
Hasil penelaahan Penulis di youtube pada Sabtu, 17 November 2015
atas bacaan surah al-Hujurāt ditemukan 6 akun yang mengunggah video
pelantunan ayat-ayat di atas, yaitu: Al Faedah, ian Novian, pahamilah.com,
Semua Ada, FAKTA, Muhammad Riedzq. Dari 6 akun di atas penulis hanya
mengambil dua akun sebagai sampel.
Tabel. 4.7 Koding Akun Pengunggah
No
Akun youtube Tema/ Judul Tanggal upload Tayang / Durasi
1 Al Faedah
Kesesatan ummah: Bila Al Quranul Karim Di’Koir’kan
14 Mei 2014 15.092x /11:52
2 ian Novian Membaca al Qur’an seperti menyanyi seriosa
24 Mei 2014 112.052x /03:31
3 pahamilah.com Ini video Tilawah Alquran dengan Langgam Seriosa
19 mei 2015 10.070x /03:31
4 Semua Ada [HEBOH] Vidoe Qiraah dengan Langgam Seriosa yang Bikin Gempar
20 Mei 2015 1.634x / 10:18
5 FAKTA Selain Lantunan Alquran Langgam Jawa, Ada yang lantunkan Alquran Dengan Cara Seriosa
21 Mei 2015 18.331x / 04:20
6 Muhammad Riedzq
Al-QURAN dinyanyikan digereja & dibaca dgn logat jawa
26 Mei 2015 7.068x / 04:32
70
Dari 6 akun di atas penulis hanya mengambil dua akun sebagai sampel.
Adapun alasan pengambilan akun tersebut adalah kelengkapan video dan
jumlah orang yang melihatnya.
Di bawah ini, adalah tabel yang berupaya menguraikan isi video dua
sampel langgam orchestra :
Tabel. 4.8 Koding Video Langgam Orchestra
No Ihwal Versi 1 akun Al faedah
Versi 2 akun Ian Novian
Subjek Pelantun: Jenis bacaan: Pengiring:
Farman Purnama Ayat Al-Qur’an Jakarta Concert Orchestra, Batavia Madrigal Singer, Paduan Suara Universitas Katolik Parahyangan
Farman Purnama Ayat Al-Qur’an Jakarta Concert Orchestra, Batavia Madrigal Singer, Paduan Suara Universitas Katolik Parahyangan
Objek Sumber: Bentuk: Jenis/Size: Durasi :
www. youtube.com Mp4 audio/video 19,1 MB 11:52
www.youtube.com Mp4 audio/video 5,71 MB 03:31
Waktu Waktu Pengambilan: Waktu tanggal upload: Tempat: Acara:
Sabtu, 3 Desember 2011 14 Mei 2014 Aula Simfonia Kemayoran Jakarta Pusat Konser 20 tahun avip priatna
Sabtu, 3 Desember 2011 24 Mei 2014 Aula Simfonia kemayoran Jakarta Pusat Konser 20 tahun avip priatna
Video ini berdurasi 11:52 detik, Konser The Symphony of My Life
ditujukan untuk memperingati 20 tahun perjalanan karier Avip Prianta, salah
seorang konduktor terbaik Indonesia dalam khazanah musik klasik tanah air
ini . Acara berlangsung di Aula Simfonia Kemayoran Jakarta Pada hari
Sabtu 3 Desember 2011, pukul 19.30 WIB. yang dipimpin langsung oleh
71
sang konduktor. Aula Simfonia berlokasi di Kemayoran Jakarta Pusat dengan
kapasitas tempat duduk 1.400 kursi, termasuk paduan suara dan orkestra
kursi.
Konser The Symphony of My Life menghadirkan Jakarta Concert Orchestra,
Batavia Madrigal Singers (BMS), Paduan Suara Mahasiswa Unika Parahyangan,
serta penampilan khusus dua solis, masing-masing Bettina Jensen (soprano dari
Komische Oper Berlin, Jerman) dan Farman Purnama (tenor dari Indonesia).
Menurut Zarkasi yang meneliti tentang langgam Orchestra bahwa Avip
Priatna sang konduktor adalah seorang muslim yang galau atas pandangan
orang muslim akan musik orchestra yang identiknya dengan lagu yang
dinyanyikan orang non Islam berangkat dari situ terjawablah kegalauan avip
dengan diselenggarakannya acara Konser 20 tahun Avip Priatna berkarya,
dan Komposisi konser ini diangkat dari Surat Al- Hujurāt Ayat 13 yang
menjelaskan keberagaman pluralitas suku dan bangsa, dan menyatakan bahwa
manusia diciptakan berbeda-beda tapi pada hakekatnya adalah satu keturunan,
dan perbedaan itu justru diciptakan agar manusia dapat lebih mengenal dan
dapat saling belajar satu dengan yang lainnya.123
Pemilihan ayat Al-Qur’an ini menurut Avip adalah upaya meruntuhkan kesan
yang serba-Barat dalam ranah simfoni. “Musik simfoni bisa diciptakan sebagai
musik untuk semua golongan, walau pada zaman dulu orkestra dimainkan bila ada
undangan dari kerajaan dan kebanyakan dimainkan oleh gereja.” kata pria yang
123 Wawancara Pribadi dengan Zarkasyi Afif, Jakarta 22 Februari 2016.
72
mengaku kiprahnya sebagai konduktor banyak terinsipirasi oleh Leonard Bernstein
(Amerika Serikat) dan Simon Rattle (Inggris) ini.124
Acaranya berlangsung selama kurang lebih dua jam tersebut sangat
elegan dan memukau. Standing applause diberikan penonton saat konser
selesai, dan tentu saja dengan adanya konser ini dapat semakin meningkatkan
apresiasi masyarakat terhadap karya-karya seniman Indonesia, juga
meningkatkan kesadaran betapa kaya dan indahnya Indonesia. Mencintai
budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia. Karena
yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.
Teks Mushaf Quran in word:
Translitasi Arab Latin : yāayyuha al-nās innā khalaqnākum min dzakarin wa untsā wa
ja’alnākum syu’ūban waqabā`ila lita’ārafū inna akramakum ‘indaallahi atqākum innaallaha ‘alīm al-khabīr. Translitasi Tajwid:
Yã ayyuha nāsu i nā khalaqnāku min^dzakari wa un^tsā wa ja’alnākum syu‘ūba waqabã`ila lita’ārafū i na akramakum ‘in^daallāhi atqākum i naallāha ‘alīmun khabīr.
Untuk mengukur lama tidaknya tempo, penulis menggunakan alat
stopwatch pada rekaman Farman Purnama. Adapun standar nya menurut
riwayat afs adalah Mad A li, Mad ilah Qa īrah 1,2 -2,0. Gunnah, idgām
bi Gunnah,idgām Mimi, ikhfā’ 1,3- 2,3. Mad jā’iz Munfa il 2,1-5,0. Mad
Wājib Mutta il 2,1- 6,0. Mad ‘Āri li as-sukūn 2,0-6,0. Mad layyin 1,0-1,2.
124 Zarkasi dkk, Laporan Monitoring Kajian Atas Pembacaan Al-Qur’an di Aula Simfonia Jakarta pada hari Jum’at-Sabtu, 22-23 Agustus 2014.
73
Tabel. 4.9 Analisis video langgam orchestra
Teks transliterasi Teks transliterasi tajwid Lafal langgam orchestra Basmallah
1 1,9 4,1 Bismillāh
1 6 Bismillāh
2 3,6 Bismilāh
1 6 Bismillāh
3 1,0 2,4 1,9 2,4 Bismillāahiro mānirrohīm
1 2 2 6 Bismillāhiro mānirro īm
4 2,3 1,9 2,2 1,1 2,1 Bismillāahirohmānirohīm
1 2 2 6 Bismillāhiro mānirro īm
5 0,9 3,2 yā allāh
2 6 yā allāh
6 2,1 1,5 2,3 1,0 2,2 Bismillāahirohmānirrohīm
1 2 2 6 Bismillāhiro mānirro īm
7 1,6 4,4 yā allāh
2 6 yā allāh
8 1,7 1,5 1,4 1,6 Bismillāahirohmānirohīm
1 2 2 6 Bismillāhiro mānirro īm
9 1,7 1,4 2,5 2,1 Bismillāahirohmānirohīm
1 2 2 6 Bismillāhiro mānirro īm
Pada bacaan no 1 Farman Purnama membaca tempo tajwid basmalah
kurang tepat, berikut penjelasannya : tekanan syaddah berlebihan, dibaca 1,9.
seharusnya ukuran standarisasi syaddah adalah 1. Pada bacaan no 2 Farman
Purnama membaca tempo tajwid basmalah kurang tepat, berikut
penjelasannya : penghapusan syaddah pada huruf lam(ل). seharusnya dibaca
syaddah ukuran standarisasi syaddah adalah 1. Pada bacaan no 3 Farman
Purnama membaca tempo tajwid basmalah kurang tepat, berikut
penjelasannya : tempo Mad A li berlebihan, dibaca 2,4, penghapusan
syaddah pada huruf ra’(ر). Mengganti huruf a(ح) dengan huruf ha(ھـ).
seharusnya ukuran standarisasi Mad A li adalah 1,2 -2,0. dibaca syaddah
ukuran standarisasi syaddah adalah 1. Dan dibaca dengan huruf ha (ھـ). Pada
bacaan no 4 Farman Purnama membaca tempo tajwid basmalah kurang tepat,
74
berikut penjelasannya : tekanan syaddah berlebihan, dibaca 2,3. Mengganti
huruf a(ح) dengan huruf ha(ھـ). Menambah mad pada lafad ni (ن), merubah
huruf a(ح) dengan ha(ھـ) disertai syaddah seharusnya dibaca syaddah
ukuran standarisasi syaddah adalah 1. Dan dibaca dengan huruf ha(ھـ). Tidak
menambah mad, dan tidak merubah huruf a(ح) dengan ha(ھـ) disertai
syaddah. Pada bacaan no 5 Farman Purnama membaca tempo tajwid lafal yā
kurang tepat, berikut penjelasannya : tempo Mad A li kurang, dibaca 0,9.
seharusnya ukuran standarisasi Mad A li adalah 1,2 -2,0. Pada bacaan no 6
Farman Purnama membaca tempo tajwid basmalah kurang tepat, berikut
penjelasannya : tekanan syaddah berlebihan, dibaca 2,1. Mengganti huruf
a(ح) dengan huruf ha(ھـ), merubah huruf a(ح) dengan ha(ھـ) disertai
syaddah. seharusnya dibaca syaddah ukuran standarisasi syaddah adalah 1.
Dan dibaca dengan huruf ha(ھـ). tidak merubah huruf a(ح) dengan ha(ھـ)
disertai syaddah. Pada bacaan no 7 Farman Purnama membaca tempo tajwid
lafal yā (یا) tepat. Pada bacaan no 8 Farman Purnama membaca tempo tajwid
basmalah kurang tepat, berikut penjelasannya : tekanan syaddah berlebihan,
dibaca 1,7. Menghilangkan syaddah pada huruf ra(ر), mengganti huruf a(ح)
dengan ha(ھـ): pada kata ra man dan ra im . Seharusnya dibaca syaddah
ukuran standarisasi syaddah adalah 1. Tidak Menghilangkan syaddah pada
huruf ra(ر), tidak mengganti huruf a(ح) dengan ha(ھـ): pada kata ra man
dan ra im. Pada bacaan no 9 Farman Purnama membaca tempo tajwid
basmalah kurang tepat, berikut penjelasannya : tekanan syaddah berlebihan,
dibaca 1,7. menghilangkan syaddah pada huruf ra(ر), mengganti huruf
a(ح) dengan ha(ھـ): pada kata ra man dan ra im. Seharusnya dibaca
75
syaddah ukuran standarisasi syaddah adalah 1. Tidak Menghilangkan syaddah
pada huruf ra(ر), tidak mengganti huruf a(ح) dengan ha(ھـ): pada kata
ra man dan ra im.
Tabel. 4.10 Analisis video langgam orchestra
Teks transliterasi Teks transliterasi tajwid Lafal langgam orchestra Ayat al-Qur’an Surat al-Hujurāt
1 2,1 0,9 1,0 0,7 0,8 Yãa yuhan nāsu i nā 0,8 1,0 0,8 1,5 0,5 1,3 khalaqnāku min^ dzakari wa un^tsā
5 1 2 2 2 Yãa yuhan nāsu i nā 2 1 2 2 2 2 khalaqnāku min^ dzakari wa un^tsā
2 0,6 0,9 0,8 0,5 wa ja’alnākum syu’ūda 1,0 1,3 2,2 8,0 waqabã`ila lita’ārafū
2 1 2 2 wa ja’alnākum syu’ūba 6 1 2 6 waqabã`ila lita’ārafū
3 1,1 0,8 0,5 0,7 0,9 7,9 i na akramakum ‘in^dallāhi atqākum
1,1 0,8 0,5 0,7 0,9 7,9 i na akramakum ‘in^dallāhi atqākum
4 1,2 1,2 1,4 1,5 18,3 i nallāha ‘alīmulkhabīr.
2 2 1 2 6 i nallāha ‘alīmulkhabīr.
5 1,6 1,3 1,1 3,4 i naallāha ‘alīmulkhabīr
2 2 2 6 i naallāha ‘alīmulkhabīr
Pada bacaan no 1 Farman Purnama membaca tempo tajwid surat al-
Hujurāt kurang tepat, berikut penjelasannya : tempo Mad A li kurang,dibaca
1,0. tempo Gunnah kurang, dibaca 0,7. Tempo Mad A li kurang, dibaca 0,8
ada unsur isti’la’ (huruf o) pada huruf qaf (ق) kurang, tempo Mad A li
kurang,dibaca 0,8. tempo idgham mimi kurang,dibaca 1,0. tempo ikhfā’’
kurang,dibaca 0,8. tempo ikhfā’’ kurang, dibaca 1,3. seharusnya ukuran
standarisasi Mad A li, Gunnah, idgām Mimi dan ikhfā’, adalah 1,2 -2,0.
Membaca unsur isti’la’ (huruf o) pada huruf qaf (ق). Pada bacaan no 2
Farman Purnama membaca tempo tajwid surat al-Hujurāt kurang tepat,
76
berikut penjelasannya : tempo Mad A li kurang,dibaca 0,6. tempo Mad
A li kurang,dibaca 0,8. mengganti huruf ba(ب) dengan da(د), tempo idgām
bi Gunnah kurang,dibaca 0,5. tempo Mad Wājib Mutta il kurang,dibaca
1,0. menambah Mad A li pada huruf lam (ل),dibaca 1,3. tempo Mad A li
berlebihan,dibaca 2,2. tempo Mad ‘Āri li as-sukūn berlebihan, dibaca 8,0.
seharusnya ukuran standarisasi Mad A li, idgām bi Gunnah, adalah 1,2 -2,0.
Tidak mengganti huruf ba(ب) dengan da(د), tempo Mad Wājib Mutta il
2,1- 6,0. Tidak menambah Mad A li pada huruf lam (ل), tempo Mad ‘Āri
li as-sukūn adalah 2,0-6,0. Pada bacaan no 3 Farman Purnama membaca
tempo tajwid surat al-Hujurāt kurang tepat, berikut penjelasannya : tempo
Gunnah kurang,dibaca 1,1 menambah Mad A li pada huruf ر( ) menambah
qalqalah pada huruf mim (م) ,tempo ikhfā’’ kurang,dibaca 0,5. tempo Mad
A li kurang,dibaca 0,7 tempo Mad A li kurang,dibaca 0,9. menambahkan
Gunnah pada huruf mim (م) dibaca 7,9. seharusnya ukuran standarisasi
Gunnah, Mad A li ikhfā’’ adalah 1,2 -2,0. Tidak menambah Mad A li pada
huruf ر( ) tidak menambah qalqalah pada huruf mim (م) ,dan tidak
menambahkan Gunnah pada huruf mim (م). Pada bacaan no 4 Farman
Purnama membaca tempo tajwid surat al-Hujurāt kurang tepat, berikut
penjelasannya : tempo Gunnah kurang,dibaca1,2 , tempo Mad A li kurang,
dibaca 1,2 menambah Mad A li pada huruf ha (ھـ) dibaca 1,4. Tempo Mad
‘Āri li as-sukūn berlebihan, dibaca 18,3. seharusnya ukuran standarisasi
Gunnah, Mad A li adalah 1,2 -2,0. Tidak menambah Mad A li pada huruf
ha (ھـ) , dan tempo Mad ‘Āri li as-sukūn adalah 2,0-6,0. Pada bacaan no 5
Farman Purnama membaca tempo tajwid surat al-Hujurāt kurang tepat,
77
berikut penjelasannya : tempo Mad A li kurang,dibaca 1,1. seharusnya
ukuran standarisasi Mad A li adalah 1,2 -2,0.
Tabel. 4.11 Analisis video langgam orchestra
Teks transliterasi Teks transliterasi tajwid Lafal langgam orchestra Ayat al-Qur’an Surat al-Hujurāt
1 2,4 0,6 0,8 0,8 1,1 yāayyuhannāsu innā 0,8 khalaqnākum
5 1 2 2 2 Yãa yuhan nāsu i nā 2 1 khalaqnāku
2 1,0 1,0 1,0 1,0 0,7 innā khalaqnākum min 0,7 1,0 2,0 dzakariw wa untsā
2 2 2 1 2 i nā khalaqnāku min^ 2 2 2 dzakari wa un^tsā
3 1,0 1,0 0,9 wa ja’alnākum syu’ubaw 1,0 0,6 1,5 waqabā`ila lita’ārafū
2 1 2 2 wa ja’alnākum syu’ūba 6 1 2 6 waqabã`ila lita’ārafū
4 1,5 0,8 1,1 inna akramakum 0,5 1,1 0,9 1,5 ‘indallāhi atqākum
2 i na akramakum 2 2 2 1 ‘in^dallāhi atqākum
5 0,6 1,3 2,0 6,9 innaallāha ‘alīmulkhabīr.
2 2 1 2 6 i nallāha ‘alīmulkhabīr.
Pada bacaan no 1 Farman Purnama membaca tempo tajwid surat al-
Hujurāt kurang tepat, berikut penjelasannya : tempo Mad A li
berlebihan,dibaca 2,4. tempo Gunnah kurang, dibaca 0,6. Tempo Mad A li
kurang, dibaca 0,8 ada unsur isti’la’ (o) pada huruf qaf (ق) kurang, tempo
Mad A li kurang,dibaca 0,8. seharusnya ukuran standarisasi Mad A li,
Gunnah, adalah 1,2 -2,0. Membaca unsur isti’la’ (o) pada huruf qaf (ق). Pada
78
bacaan no 2 Farman Purnama membaca tempo tajwid surat al-Hujurāt kurang
tepat, berikut penjelasannya : tempo Gunnah kurang, dibaca 1,0. Tempo Mad
A li kurang, dibaca 1,0 ada unsur isti’la’ (o) pada huruf qaf (ق) kurang,
tempo Mad A li kurang,dibaca 1,0. tempo idgham mimi kurang,dibaca 1,0.
tempo ikhfā’’ kurang,dibaca 0,7. tempo idgām bi Gunnah kurang, dibaca 0,7.
tempo ikhfā’’ kurang,dibaca 1,0. seharusnya ukuran standarisasi Mad A li,
Gunnah,idgām Mimi idgām bi Gunnah dan ikhfā’, adalah 1,2 -2,0. Membaca
unsur isti’la’ (o) pada huruf qaf (ق). Pada bacaan no 3 Farman Purnama
membaca tempo tajwid surat al-Hujurāt kurang tepat, berikut penjelasannya :
tempo Mad A li kurang,dibaca 1,0. Menghilangkan tempo Mad A li pada
huruf ‘ain (ع). tempo idgām bi Gunnah kurang,dibaca 0,9. tempo Mad Wājib
Mutta il kurang,dibaca 1,0. tempo Mad A li kurang,dibaca 0,6. tempo
Mad ‘Āri li as-sukūn kurang , dibaca 1,5. seharusnya ukuran standarisasi
Mad A li, idgām bi Gunnah, adalah 1,2 -2,0. Tidak menghilangkan tempo
Mad A li pada huruf ‘ain (ع). tempo Mad Wājib Mutta il 2,1- 6,0. tempo
Mad ‘Āri li as-sukūn adalah 2,0-6,0. Pada bacaan no 4 Farman Purnama
membaca tempo tajwid surat al-Hujurāt kurang tepat, berikut penjelasannya :
menambah Mad A li pada huruf nun ن( )tempo ikhfā’’ kurang,dibaca 0,5.
tempo Mad A li kurang,dibaca 1,1 tempo Mad A li kurang,dibaca 0,9.
menambahkan Gunnah pada huruf mim (م) dibaca 1,5. seharusnya ukuran
standarisasi Gunnah, Mad A li ikhfā’’ adalah 1,2 -2,0. Tidak menambah
Mad A li pada huruf nun ن( )dan tidak menambahkan Gunnah pada huruf
mim (م). Pada bacaan no 5 Farman Purnama membaca tempo tajwid surat al-
Hujurāt kurang tepat, berikut penjelasannya : tempo Gunnah kurang,dibaca
79
0,6 tempo Mad ‘Āri li as-sukūn berlebihan, dibaca 6,9. seharusnya ukuran
standarisasi Mad A li adalah 1,2 -2,0. Dan tempo Mad ‘Āri li as-sukūn
adalah 2,0-6,0.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan terhadap al-Qur’an
yang dibacakan ke dalam langgam jawa dan langgam orchestra kesalahan
pelafalan tajwid pada ayat tersebut sebagaimana dijelaskan pada bab-bab
sebelumnya, maka pada bagian ini penulis akan memberikan sebuah
kesimpulan dari hasil penelitian di atas.
Berdasarkan hasil penelaahan penulis pada kasus pembacaan al-Qur’an
langgam Jawa dan Orchestra, maka jawaban dari rumusan masalah di depan
adalah: Untuk kasus Langgam Jawa ketidaksesuaian dengan pembacaan ilmu
tajwid berjumlah 64 dari 121 yang seharusnya bisa dibaca dengan ilmu
tajwid. Adapun hasil penelaahan penulis pada kasus pembacaan al-Qur’an
langgam Orchestra, maka ditemukan ketidaksesuaian dengan pembacaan
ilmu tajwid berjumlah 79 dari 89 yang seharusnya bisa dibaca dengan ilmu
tajwid. Maka, pembacaan langgam Jawa dan Orchestra tidak sesuai menuut
kaidah tajwid pada sisi Mad nya.
B. Saran-saran
Setelah meneliti dan mengkaji bacaan langgam jawa dan langgam
orchestra, penulis menyadari bahwa masih banyak celah dalam penelitian ini
sehingga membutuhkan kajian lebih lanjut tentang langgam tersebut. Bagi
yang akan melanjutkan penelitian ini, penulis berharap agar bacaan-bacaan
mereka dikaji secara komprehensif dan mendalam, terutama kajian tentang
tajwid dan jenis langgam. Karena tajwid sebagai sebuah metode dalam
80
memahami bacaan al-Qur’an tidak akan ada selesainya-selesainya, apalagi ia
selalu dibaca, dihafal, dipelajari yang sudah pasti akan mengalami perubahan
dan perkembangan dari satu masa ke masa yang lain dalam hal langgam
membacanya. Rekomendasi untuk para konduktor agar memahami kaidah
tajwid sebelum mengadakan konser Orchestra.
Dari beberapa uraian penulis dari awal hingga akhir tentang penerapan
ilmu tajwid dalam lagu membaca al-Qur’an tentulah banyak kekurangan.
Baik yang berkaitan denga ide, sistematika penulisan dan pemilihan kata-
kata. Penulis menyadari hal itu, karena keterbatasan keilmuan yang dimiliki.
Oleh karenanya saran dan kritik konstruktif dari pembaca yang budiman,
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penelitian ini dan penelitian-
penelitian selanjutnya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abdur Rauf, Abdul Aziz. Pedoman Dauroh Al-Qur’an Kajian Tajwid Disusun
Secara Aplikatif. Jakarta: Markaz Al-Qur’an, 2011.
Abdurrohim, Acep Iim. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: CV. Penerbit
Diponegoro, 2003.
Akbar, Abu Haris. “Musikalitas al-Qur’an (Kajian Unsur Keindahan bunyi
Internal dan Eksternal)”. skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir
Hadis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.
Al Akyas, Yusup Nawan. Metode Syamilah Panduan Komprehensip Ta sin
Tilāwah Al-Qur`an. Jakarta: Pembela Islam Media, 2012.
Ali, A.Nawawi. Pedoman Membaca Al-Qur’an (Ilmu Tajwid). Jakarta: Mutiara
Jakarta, 1980.
Al-Anshari, Jamaluddin Muhammad ibn Jalaluddin. Lisānul Arab. Beirut: Dār
adir, 1300.
Annuri, Ahmad. Panduan Ta sīn Tilāwah Al-quran dan Ilmu Tajwid. Jakarta:
pustaka al-kautsar, 2010.
Arafat, Muhammad Yaser. Fashlun, ay, Hadza Fashlun fi Suluk Tilawah Jawi.
Makalah di acara Seminar nasional “Memperkenalkan Qiraah Langgam
Jawa”, oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMI) Tafsir-Hadis Fakultas
Ushuluddin UIN Walisongo Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal 15 Juni
2015.
Bahri, Saiful. “Baca Alquran Langgam Jawa, MUI: Jangan Nekat”. artikel diakses
pada 18 Mei 2015 dari: http://www.dakwatuna.com/2015/05/18/68773/
baca-alquran-langgam-jawa-mui-jangan-nekat/#axzz3iZ6XqoQm.
82
Al Baihaqi, Abu Bakar Ahmad Ibn Al Husain Ibn ‘Ali. As Sunan al Kubra. India:
Dāirat al Ma’ārif, 1926.
Al Bukhari, Abu Abdullah Muhammad Ibn Isma'il Ibn Ibrahim ibn al Mughirah
bin Bardizbah. shahīh al-Buhkāri. Kairo: Dār as Syāb, 1987.
Fahrurrozi, “Standarisasi Mushaf Al-Qur’an Tajwid Warna di Indonesia”. artikel
di akses pada 24 februari 2016 dari http://lajnah.kemenag.go.id/artikel/88-
standardisasi-mushaf-al-qur-an-tajwid-warna-di-indonesia.html
Fathani, Ahmad. Petunjuk Praktis Tahsīn Tartīl Al-Quran: Metode Maisura.
Jakarta: Fakultas Usuluddin Institut PTIQ Jakarta dan Pesantren Takhasus
IIQ Jakarta, 2014.
Al Hajjaj, Abu Al Husain Muslim. Shahīh muslīm. Beirut: Dār al fikr, 2009.
Ibn Al Jazari, Muhammad Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Yusuf. Muqoddimah fīma
yajibu ala qāri al-Qur`an an yalamah. Jeddah: Dār nur Maktabāt, 2006.
Ibn Katsīr, Abū Al-Fida Ismaīl Ibn Amir. Tafsir Al-Quran Al-Adzim. Kairo: Dār
abiah li Al-Nasyr wa Al-Tauzi’, 1999.
Ibn Rusyd, Raisya Maula. Panduan Tahsin,Tajwid,dan Tahfizh untuk pemula.
Yogyakarta:Saufa, 2015.
Indriani,Cintia. “Korelasi Antara Pengetahuan Ilmu Tajwid Dengan Kelancaran
Membaca Al-Qur’an Siswa di SMA Negeri 34 Jakarta”. skripsi S1 Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Ishaq ,Ummi Rif’ah. Pedoman Tilawah Al-Qur’an Ilmu Tajwid. Bekasi: Syukur
Press, 2015.
Al Jazary, Abi al-Khair Syamsyuddin Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad. Matan Jazāri. Surabaya: Ahmad Nabhan, t.t.
83
Kartika,Empuk. “Meningkatkan Pembelajaran Ilmu Tajwid Dalam Bacaan Mat
Tabi’i, Mad Wajib Mutasil, dan Mad Jaiz Munfassil Dengan Metode Drill
Di Kelas III MI Parung Kuda Sukabumi”. skripsi S1 Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Kurnaedi, Abu Ya’la. Tajwid Lengkap Asy-Syafi’i. Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’i, 2013.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMA). Pedoman Tajwid Sistem Warna.
Jakarta: LPMA, 2011.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Pedoman Tajwid Translitasi Al-Qur’an
(PTTQ). Jakarta:Departemen Agama RI, 2007.
Ma’luf, Lois. Al-Munjid Fillughah wal a’lam. Bairut: Dar al- Masyriq, 2007.
Al Mahmud, Syekh Muhammad. Hidāyatul Mustafīd fi a kamit Tajwid. T.tp: Dār
al tarbiyah, t.t.
Marzuki, Latifah Kodijat. Istilah- Istilah Musik. Jakarta: Jambatan, 2004.
Moslem Info, “Bacaannya Jadi Buah Bibir, Ini Jawaban Yasser Pelantun Al-
Quran Langgam Jawa,” artikel di akses pada 24 februari 2016 dari
http://mosleminfo.com/berita/nasional/bacaannya-jadi-buah-bibir-ini-
jawaban-yasser-pelantun-al-quran-langgam-jawa.html.
Muammar Za, dkk. Belajar Membaca Al-Qur’an Dengan Lagu. Jakarta: Lembaga
Bahasa Dan Ilmu Al-Qur’an (LBIQ) DKI Jakarta, 1987.
Muhammad, Ahsin Sakho. “ Qira’at dan Tarannum Sebagai Media Dakwah
Islam ” artikel diakses pada 20 september 2011 dari http://muthmainnah-
ma.blogspot.com/2011/09/qiraat-dan-tarannum.html.
84
Munir, M.Misbahul. Pedoman Lagu-Lagu Tilawatil Qur`an dan di Lengkapi
dengan Tajwid dan Qasidah. Surabaya: Apollo, 1997.
Muslim, Abdul Aziz. Hukum Melagukan Al-Qur‘an dalam Muhaimin Zen dan
Ahmad Mustafid ed,. Bunga Rampai Mutiara al-Qur’an. Jakarta: Pimpinan
Pusat Jamiyatul Qara Wal Huffadzh, 2006.
Nashir, Muhammad Makki. Nihayatu Qauli al-Mufid. Bogor : Maktabah Arafat,
t.t.
Nasuhi , Hamid. Pedoman Akademik Strata 1 2011/2012. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2011.
Al Nawawi, At-Tibyan fi Adabi Hamlatil Qur’an. Damaskus: Dār al-Bayan, 1403.
Nurlaelah, “Penerapan Ilmu Tajwid terhadap seni baca al-Qur’an di pondok
pesantren Daar el-Qolam Gintung Jayanti Tanggerang”. skripsi S1
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2005.
Nuruddin, Triyasyid. Pedoman Ilmu Tajwid Mudah dan Aplikatif. Solo: Taujih,
2015.
Al Qat an, Manna Khalil. Mabāhis Fī Ulūm Al-Qur`an. Kairo: Maktabah
Wahbah, 2000.
Al Qazwini, Ibnu Mājah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid. Sunan Ibn Mājah.
Kairo: maktabah abi al ma’a i, t.t.
Al Qirsy, Abu Abdurrahman Jamal ibn Ibrāhīm Dirāsat Ilm al Tajwid li al
Mutaqaddimīn. Saudi Arabia: Dār Ibn al-Jauzi, 1426.
85
Saefullah, Asep. “Tanda Waqaf dan Tanda Tajwid dalam Mushaf Kuno
Nusantara” dalam Muchlis M Hanafi, ed., Al-Qur’an Di Era Global Antara
Teks dan Realitas. Jakarta :Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, 2013.
Salim, Muhsin. Ilmu Naghām Al-Qur`an Belajar Membaca al-Quran dengan
Lagu (Metode SBA Teotik). Jakarta: YATAQI Pusat Jakarta, 2008.
Saryono,Hartanto. Tajwid Al-Qur’an Riwayat Hafs dari ‘Ashim. Depok: Yayasan
Rumah Tajwid Indonesia, 2014.
Al Shabuni, Muhammad ‘Ali. At Tibyan Fi ‘Ulumil Qur’an. Baeirut: Daar al-
Irsyad, t.t.
Shalihah, Khadijah. Perkembangan Seni Baca Al-Qur`an dan Qiraat Tujuh di
Indonesia. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983.
Sholihah, Khadijah. Peranan Suara Dan Nada Dalam Menlantunkan Lagu-Lagu
Al-Qur`an dalam Muhaimin Zen dan Ahmad Mustafid ed,. Bunga Rampai
Mutiara al-Qur’an. Jakarta: Pimpinan Pusat Jamiyatul Qara Wal Huffadzh,
2006.
Al Sijistani, Abū Dāwūd Sulaiman Ibn Asy’ats. Sunan Abū Dāwūd. Beirut: Dār
Al-Kitab Al-‘Arabi, t.t.
Supain, Ilmu-Ilmu Al-Quran Praktis. Jakarta: Gaung Persada Press, 2012.
Al Suyu ī, Jalaluddin. Al-Itqān Fī Ulūm al- Qur`an. Beirut: Al Risalah, 2008.
Syahid, Ahmad. Sejarah dan Pengantar Ilmu Naghām. dalam Muhaimin Zen dan
Ahmad Mustafid ed,. Bunga Rampai Mutiara al-Qur’an. Jakarta: Pimpinan
Pusat Jamiyatul Qara Wal Huffadzh, 2006.
Syaqiqi, Rihāb muhammad Mufiq. Hilyah al tilāwah fi tajwīd al-Qur’an. Saudi
Arabia: Maktabah Rawāi’ al- Mamlakah, 2009.
86
Al abran , Abu Al-Qashim Sulaiman Ibn Ahmad. Mu’jam Al-Ausath . Kairo:
Dār Al- aramain, 1415.
Taufiq, Mohamad. Quran in word versi 1.3 TaufiqProduct di unduh dari
http://www.geocities.com/mtaufiq.rm/quran.html.
Thamrin, M Husni. "Naghām Al-Qur’an. Telaah atas kemunculan dan
Perkernbangan Naghām di Indonesia". Tesis S2 Fakultas Ushuluddin
jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.
Ulfah, Maria. “Maqmat Arabiyyah dalam Tilawatil Al-Qur`an” dalam Muhaimin
Zen dan akhmad Mustafid ed., Bunga Rampai Mutiara al-Qur`an
Pembinaan Qari Qari’ah dan Hafizh Hafizhah. Jakarta: Pimpinan Pusat
Jam’iyyatul Quraa’ wal Huffazh, 2006.
Wahyudi,Mohammad. Ilmu Tajwid Plus. Surabaya: Halim Jaya, 2008.
Zarkasi dkk. Laporan Monitoring Kajian Atas Pembacaan Al-Qur’an di Aula
Simfonia Jakarta pada hari Jum’at-Sabtu, 22-23 Agustus 2014.
87
88
89
90