10
33 Tiga Metode Penelitian Dari Pengalaman KKN ke Minat Untuk Meneliti Pada tahun 2011, penulis mendapatkan kesempatan untuk melakukan KKN di desa Mbatakapidu. Saat itu, penulis bersama rekan- rekan seperjuangannya diberikan topik oleh pihak kampus tentang menganalisis potensi desa. Kegiatan KKN merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kristen Wira Wacana Sumba (STIE Kriswina Sumba), di mana kegiatan KKN pada tahun ajaran 2010/2011 ini dilaksanakan di kabupaten Sumba Timur. Hal ini dimaksudkan agar STIE Kriswina Sumba lebih mendekatkan diri lewat pengabdiannya kepada seluruh masyarakat Sumba Timur. Kegiatan ini berlangsung sejak tanggal 09 Juli 2011 dan berakhir hingga tanggal 01 Agustus 2011 (selama 24 hari). Berdasarkan pengamatan penulis saat berada di lokasi KKN, tergambar bahwa kepercayaan dan ikatan mereka terhadap leluhur mempengaruhi perilaku masyarakat. Huruta et al.,(2011) menyebut jika dilihat dari segi kepercayaan ataupun agama, maka sebagian besar masih didominasi oleh pemeluk agama kristen prostestan sebanyak 1.682 jiwa atau sekitar 63,5 persen dan diikuti oleh pemeluk marapu sebanyak 594 jiwa atau sekitar 35,32 persen. Meskipun sebagian besar penduduk telah memeluk agama kristen protestan, namun manifestasi dari nilai lokal tersebut masih tercermin dalam berbagai aspek kehidupan seperti dalam mengusahakan kebun, hutan, padang yang dalam praktek pertanian disebut dengan hamayangu. 1 Berbekal sedikit pengetahuan yang berhasil diakumulasi dari proses kuliah kerja nyata inilah yang membuat penulis menjadi 1 Sebuah ritus yang dilakukan oleh penduduk lokal Sumba untuk dalam bentuk sembahyang atau doa yang ditujukan kepada arwah para leluhur (ancestors worship).

Membangun dengan Pengalaman di Tengah Perubahan Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12751/3/T2_092013003_BAB...dari nilai lokal tersebut masih tercermin dalam berbagai

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Membangun dengan Pengalaman di Tengah Perubahan Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12751/3/T2_092013003_BAB...dari nilai lokal tersebut masih tercermin dalam berbagai

33

Tiga

Metode Penelitian

Dari Pengalaman KKN ke Minat Untuk Meneliti

Pada tahun 2011, penulis mendapatkan kesempatan untuk melakukan KKN di desa Mbatakapidu. Saat itu, penulis bersama rekan-rekan seperjuangannya diberikan topik oleh pihak kampus tentang menganalisis potensi desa. Kegiatan KKN merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kristen Wira Wacana Sumba (STIE Kriswina Sumba), di mana kegiatan KKN pada tahun ajaran 2010/2011 ini dilaksanakan di kabupaten Sumba Timur. Hal ini dimaksudkan agar STIE Kriswina Sumba lebih mendekatkan diri lewat pengabdiannya kepada seluruh masyarakat Sumba Timur. Kegiatan ini berlangsung sejak tanggal 09 Juli 2011 dan berakhir hingga tanggal 01 Agustus 2011 (selama 24 hari).

Berdasarkan pengamatan penulis saat berada di lokasi KKN, tergambar bahwa kepercayaan dan ikatan mereka terhadap leluhur mempengaruhi perilaku masyarakat. Huruta et al.,(2011) menyebut jika dilihat dari segi kepercayaan ataupun agama, maka sebagian besar masih didominasi oleh pemeluk agama kristen prostestan sebanyak 1.682 jiwa atau sekitar 63,5 persen dan diikuti oleh pemeluk marapu sebanyak 594 jiwa atau sekitar 35,32 persen. Meskipun sebagian besar penduduk telah memeluk agama kristen protestan, namun manifestasi dari nilai lokal tersebut masih tercermin dalam berbagai aspek kehidupan seperti dalam mengusahakan kebun, hutan, padang yang dalam praktek pertanian disebut dengan hamayangu.1

Berbekal sedikit pengetahuan yang berhasil diakumulasi dari proses kuliah kerja nyata inilah yang membuat penulis menjadi

1 Sebuah ritus yang dilakukan oleh penduduk lokal Sumba untuk dalam bentuk sembahyang atau doa yang ditujukan kepada arwah para leluhur (ancestors worship).

Page 2: Membangun dengan Pengalaman di Tengah Perubahan Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12751/3/T2_092013003_BAB...dari nilai lokal tersebut masih tercermin dalam berbagai

34

tertarik untuk melihat kembali pengejewantahan dari nilai-nilai lokal dalam kehidupan orang Mbatakapidu. Dikeluarkannya keputusan rektor dengan No.052/Bimb./Rek/1/VI/2014 dengan menunjuk Prof. Daniel D. Kameo, SE, MA., Ph.D. merupakan titik awal bagi penulis untuk mencurahkan segala kegalauannya terkait dengan fenomena yang ingin dikaji.

Setelah melewati proses bimbingan tesis bersama pembimbing dan perenungan yang cukup lama akhirnya penulis dan pembimbing bersepakat untuk memfokuskan penelitian ini terkait dengan pengalaman yang diejawantahkan dalam practice of life dari orang Mbatakapidu. Niat inipun tidak serta merta terlepas dari pro dan kontra dari berbagai kalangan. Salah satu pihak yang cukup keberatan datang dari Drs. Daniel L. Nuhamara, M.Th., Ed.D., selaku penguji saat penulis melakukan seminar proposal tesis, yang menyebut jangan karena ada teori local wisdom dalam pembangunan maka makin hari makin gencar orang mengatakan perlu diteliti tentang local wisdom sebagai variabel utama pembangunan berkelanjutan. Namun, penulis dan pembimbing berpandangan bahwa sejatinya tesis ini tidak akan bernostalgia dan cenderung berartifisial terkait dengan local wisdom, tetapi local wisdom akan dilihat dengan kaca mata obyektif, ilmiah dan jernih, sehingga tidak akan ada kecenderungan untuk membesar-besarkan local wisdom atau sebaliknya.

Menelusuri Dunia Mbatakapidu

Pada tanggal 08 September 2014 penulis memantapkan niat untuk mulai turun ke lapangan. Sebelum berangkat ke lapangan, penulis sempat mendapat nasihat dari keluarga di Wangga (tempat kediaman penulis) agar lebih berhati-hati karena di desa ini masih banyak pangia namma harri (tempat yang angker).

Hal ini pun dibenarkan oleh paman dari penulis yaitu bapak Nicodemus Rundi2 yang menyebut:

2 Perbincangan tanggal 08 september 2014

Page 3: Membangun dengan Pengalaman di Tengah Perubahan Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12751/3/T2_092013003_BAB...dari nilai lokal tersebut masih tercermin dalam berbagai

35

“Pagi itu tepatnya jam 05 pagi (04 September 2014) di daerah Waikilu (kelurahan Lambanapu) telah diamankan seorang kakek yang kira-kira berusia 80 tahun yang disinyalir sebagai suanggi (setan) yang berasal dari desa Mbatakapidu yang salah mendarat (landing) di sebuah rumah panggung (rumah khas orang sumba) dan sementara menjerit kesakitan di bawah kolong rumah tersebut. Oleh karena mereka iba dengan kakek tersebut, dia masih sempat di beri makan dan setelah selesai makan kakek tersebut langsung menghilang dengan sekejap. Akan tetapi, kakek tersebut meninggalkan tongkatnya dan tongkat tersebut diamankan oleh penduduk setempat”.

Mendengar cerita ini, penulis sangat kaget dan sedikit merasa ketakutan, sehingga hal ini membuat penulis mengingat kembali kisah pada bulan Agustus 2011 silam ketika sedang melakukan kuliah kerja nyata di desa ini, dengan jelas penulis melihat bahwa putra bungsu dari bapak kepala desa mengalami kesurupan setelah sebelumnya dia membongkar katoda ukur (tempat penyembahan kepada leluhur di kebun) yang berada di daerah Pahomba yang lokasinya tepat di seberang sungai (belakang kantor desa). Hal ini menandakan bahwa di desa ini memang masih angker (harri).

Melihat dan belajar dari realita ini tidak mengurungkan niat penulis untuk meneliti di desa Mbatakapidu. Berbekal nasihat dari kedua orang tua, serta kakek dan nenek bahwa jika tujuan dari kehadiran penulis di sana demi kebaikan bersama maka Tuhan akan selalu menyertai dan menjaga penulis dari segala gangguan roh jahat. Berbekal penguatan dan semangat inilah yang membuat penulis memberanikan diri dan langsung bertandang ke desa Mbatakapidu.

Waktu itu kira-kira telah menunjukkan pukul 15.10 Wita (tanggal 08 September 2014) penulis berangkat dari rumah kediaman di daerah Wangga dan menuju ke desa Mbatakapidu dengan menggunakan sebuah sepeda motor. Jarak tempuh dari rumah penulis ke desa tersebut menghabiskan waktu 15 menit. Penulis harus melewati ruas jalan yang terletak pinggiran gunung dan beberapa titik hutan kecil.

Page 4: Membangun dengan Pengalaman di Tengah Perubahan Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12751/3/T2_092013003_BAB...dari nilai lokal tersebut masih tercermin dalam berbagai

36

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 3. Menelusuri Ruas Jalan Mbatakapidu

Kurang lebih pukul 15.25 Wita penulis tiba di desa Mbatakapidu dan langsung menuju ke rumah dinas kepala desa namun bapak dan ibu desa sedang tidak berada di tempat karena mereka sedang menghadiri prosesi pengebumian di rumah salah satu kerabat di daerah Rumbu – kecamatan Kahaungu Eti. Melihat kondisi ini maka penulis langsung bergegas menuju ke rumah bapak sekretaris desa yang bernama Bimbu Wohangara yang jaraknya kurang lebih 100 meter dari rumah dinas kepala desa Mbatakapidu.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014.

Gambar 4. Penulis Bersama Bapak Bimbu Wohangara (Sekretaris Desa)

Page 5: Membangun dengan Pengalaman di Tengah Perubahan Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12751/3/T2_092013003_BAB...dari nilai lokal tersebut masih tercermin dalam berbagai

37

Saat tiba di rumah bapak sekretaris desa, penulis langsung bersalaman dengan bapak dan ibu sekretaris desa. Pada saat yang bersamaan, penulis disodorkan sirih, pinang dan kapur3 oleh ibu sekretaris desa dan kemudian penulis menyerahkan surat ijin penelitian dari Pogram Pascasarjana Magister Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana dengan No.165/PPs/MSP/VIII/2014 kepada bapak sekretaris desa. Awalnya mereka (bapak dan ibu sekretaris desa) merasa terkejut akan kedatangan penulis, karena pada waktu yang lalu (tahun 2011) penulis dan teman-temannya dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kristen Wira Wacana - Sumba pernah datang melakukan kegiatan kuliah kerja nyata selama hampir sebulan untuk melakukan analisis potensi desa dan sekaligus tinggal bersama dengan mereka. Sambil mengkonsumsi sirih, pinang dan kapur, penulis langsung memberitahukan maksud dan tujuan dari kedatangannya di Desa ini, yang kurang lebih untuk meneliti tentang perilaku ekonomi, sosial dan lingkungan dari orang Mbatakapidu. Setelah mendengarkan penuturan penulis, bapak sekretaris desa memberikan apresiasi terhadap tujuan dari kehadiran penulis. Dari sini, penulis mulai diberi informasi awal terkait dengan para informan yang paham dan berpengalaman terkait dengan persoalan dari fenomena yang hendak dikaji.

Pada pukul 17.15 Wita penulis datang bertamu ke rumah almarhum mantan kepala desa Mbatakapidu yang notabene masih memiliki hubungan kekerabatan dengan penulis.

Pada sore yang indah dan penuh keakraban itu terdapat beberapa orang termasuk penulis yang sedang duduk bersilah di belakang rumah. Perbincangan pun terjadi diantara kumpulan orang yang ada waktu itu. Sementara perbincangan berlangsung, penulis disuguhkan sirih, pinang dan kapur serta minum kopi bersama-sama. Dalam perbincangan itu, tiba-tiba muncul sebuah pertanyaan dari bapak Petrus A. Ranggandima yang menyebut “mbadda ramma langgi ka nahu eri? (sudah bekerja di mana sekarang adik?) Karena beliau sudah lama tidak bersua dengan penulis semenjak penulis datang melakukan 3 Suguhan ini diberikan untuk menghargai tamu yang datang berkunjung kerumah.

Page 6: Membangun dengan Pengalaman di Tengah Perubahan Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12751/3/T2_092013003_BAB...dari nilai lokal tersebut masih tercermin dalam berbagai

38

KKN di desa ini pada tahun 2011 silam. Pertanyaan ini pun langsung dijawab oleh penulis dengan menyebut “Ndedi ku ramma aya, nahu masi hakolah la Jawa Tengah” (saya belum bekerja kakak, sekarang saya masih sekolah di Jawa Tengah). Dari sinilah penulis juga mulai memberitahukan tujuan dari kehadiran penulis yang kedua kalinya di desa ini. Setelah mendengar penuturan dari penulis, beberapa orang yang berada di tempat itu secara spontan memberikan nasihat kepada penulis dan pada saat yang bersamaan penulis mendapatkan informasi yang hampir sama dengan saran dari bapak sekretaris desa sebelumnya terkait dengan informan yang harus saya temui di lapangan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014.

Gambar 5. Rumah Kediaman Mantan Kepala Desa Mbatakapidu yang Kedua (Alm. Umbu Tunggu Kahewa Marak)

Pada hari selasa (09 September 2014) tepatnya pukul 12.45 Wita, penulis dapat bertemu dengan bapak dan ibu desa karena semalam mereka baru saja tiba dari tempat pengebumian. Di sini penulis langsung bersalaman dan disuguhkan sirih, pinang dan kapur. Waktu itu penulis bersama dengan bapak dan ibu desa, sekretaris desa, kepala dusun Maringu Lambi dan beberapa pemuda duduk bersilah di depan rumah dinas kepala desa sambil berincang-bincang. Beberapa saat kemudian penulis langsung mengutarakan tujuan dari kehadirannya di

Page 7: Membangun dengan Pengalaman di Tengah Perubahan Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12751/3/T2_092013003_BAB...dari nilai lokal tersebut masih tercermin dalam berbagai

39

desa ini. Bapak kepala desa pun mengapresiasi hal tersebut dan kemudian beliau memberi arahan serta gambaran terkait dengan informan yang harus penulis temui di lapangan.

Pendekatan Studi

Untuk memahami fenomena yang hendak dikaji, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Secara harafiah, penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau cara-cara lainnya yang menggunakan ukuran angka (Strauss dan Corbin, 1990).

Creswell (2003 : 18) menyebut a qualitative approach is one in which the inquirer often makes knowledge claims based primarily on constructivist perspectives (i.e. the multiple meanings of individual experiences, meanings socially and historically constructed, with an intent of developing a theory or pattern) or advocacy participatory perspectives (i.e. political, issue-oriented, collaborative or change oriented) or both.

Lebih jauh, Creswell menyebut bahwa di dalam penelitian kualitatif, pengetahuan dibangun melalui interprestasi terhadap multi perspektif yang berbagai dari masukan segenap partisipan yang terlibat di dalam penelitian, tidak hanya dari penelitinya semata. Sumber datanya bermacam-macam, seperti catatan observasi, catatan wawancara, pengalaman individu dan sejarah.

Untuk mencapai tujuan penelitian kualitatif, maka strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Adelman et al., (1977) dalam Nisbet dan Watt yang kemudian disadur oleh Wilardjo (1994 : 4) menyebut studi kasus adalah istilah umum yang mencakup serumpun metode penelitian yag sama-sama memumpunkan perhatiannya pada penelaahan di seputar suatu kejadian. Metode ini berusaha memberikan penjelasan yang jujur dan seksama terhadap suatu kasus tertentu sedemikian rupa, sehingga memungkinkan pembacanya untuk

Page 8: Membangun dengan Pengalaman di Tengah Perubahan Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12751/3/T2_092013003_BAB...dari nilai lokal tersebut masih tercermin dalam berbagai

40

menembus ke dalam apa yang tampak di permukaan dan juga untuk memeriksa kebenaran tafsiran penulisnya dengan meninjau sejumlah data obyektif pilihan yang sesuai, untuk dijadikan sebagai tumpuan dalam membangun studi kasus itu.

Dalam studi kasus, data dikumpulkan dengan beraneka ragam teknik. Hal ini meliputi wawancara, pengamatan atau observasi dan dokumentasi. Berbagai sumber informasi yang berbeda cenderung digunakan dalam setiap studi kasus. Sumber-sumber informasi yang memadai harus disajikan untuk memungkinkan pembaca melihat bagaimana kesimpulan-kesimpulannya dicapai dan untuk memungkinkan mereka mengembangkan tafsiran-tafsiran alternatif.

Untuk menjaga jangan sampai disesatkan, dalam wawancara atau oleh dokumen, kita harus mengecek informan yang satu dengan informan yang lain dan sekaligus menguji apa yang mereka katakan dengan membandingkannya dengan isi dokumen yang ada. Demikian pula, pengamatan dalam suatu konteks harus dicek kembali dengan membandingkannya dengan pengamatan lain yang situasinya setara. Proses inilah yang disebut sebagai pemeriksaan silang atau trianggulasi (Nisbet dan Watt dalam Wilardjo 1994 : 22). Dengan kata lain, trianggulasi digunakan untuk mengecek kebenaran informasi yang telah digali agar dapat menjamin ketepatan si penulis dalam mengungkapkan persepsi informan dan sekaligus memisahkan antara persepsi informan dan pandangan evaluatif si penulis itu sendiri.

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Tahap pertama sebelum penulis bekerja mengumpulkan data,

harus diperhatikan kualifikasi sumber data yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu data primer dan sekunder. Untuk memperoleh data primer sesuai dengan standar penelitian studi kasus maka penulis memulai pengumpulan data dengan observasi di lokasi penelitian.

Page 9: Membangun dengan Pengalaman di Tengah Perubahan Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12751/3/T2_092013003_BAB...dari nilai lokal tersebut masih tercermin dalam berbagai

41

Observasi ini dimaksudkan untuk mengetahui objektivitas dari kondisi eksisting tentang pengetahuan, sikap dan perilaku yang dibimbing oleh nilai-nilai lokal. Artinya sejauhmana penulis dapat mengungkap fenomena yang tidak diperoleh melalui teknik wawancara, sehingga alat bantu yang digunakan berupa kamera dan buku catatan harian penelitian.

Demi memahami kedalaman dari fenomena yang diteliti maka digunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara secara mendalam dengan para informan yang telah dipilih. Pemilihan informan ini ditentukan secara purposive (Patton, 2009). Artinya ada pertimbangan bahwa para informan mengalami, mengetahui dan dapat memberi penjelasan secara akurat tentang fenomena yang hendak dikaji.

Data lain yang diperlukan adalah data sekunder yaitu dokumen-dokumen hasil penelitian berupa laporan lapangan (field report) baik yang pernah dilakukan oleh lembaga perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat maupun instansi yang terkait yang berhubungan dengan persoalan penelitian, sedangkan untuk mendapatkan informasi yang lebih komprehensif maka penulis juga mengadakan FGD4.

Teknik Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dari lapangan selanjutnya

dianalisis dengan teknik analisis deskriptif. Dengan teknik analisis deskriptif ini, akan digambarkan seluruh data atau fakta yang diperoleh dengan mengembangkan kategori-kategori yang relevan dengan tujuan penelitian dan penafsiran terhadap hasil analisis deskriptif dengan berpedoman pada pendekatan yang relevan. Analisis data ini akan dilakukan secara induktif, yakni penganalisaan dengan cara menarik kesimpulan atas data yang berhasil dikumpulkan dari yang berbentuk

4 Hennink (2004 : 4) dalam Palekahelu (2010 : 274) menyebut FGD merupakan suatu metode penelitian kualitatif yang unik, yang membahas serangkaian masalah yang khusus, dengan kelompok yang telah ditentukan sebelumnya.

Page 10: Membangun dengan Pengalaman di Tengah Perubahan Studi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12751/3/T2_092013003_BAB...dari nilai lokal tersebut masih tercermin dalam berbagai

42

khusus ke bentuk umum, atau penalaran untuk mencapai suatu kesimpulan mengenai practice of life dari orang Mbatakapidu.

Selain dilakukan analisis data secara deskriptif, kemudian untuk menentukan saling hubungan antara kategori yang satu dengan ketegori lainnya, dilakukan dengan metode analisis serta interpretasi sesuai dengan peta penelitian yang dibimbing oleh masalah dan tujuan penelitian. Metode yang sangat mendasar dalam ilmu-ilmu humaniora, budaya, filsafat dan ilmu agama interdisipliner yaitu metode fenomenologi. Edmund Husserl (1859 – 1938) dalam tulisannya yang berjudul Ideas Pertaining To A Pure Phenomenology and To A Phenomenological Philosophy yang kemudian diterjemahkan oleh F. Kersten (1983) menyebut fenomenologi merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala-gejala atau fenomena yang telah menjadi pengalaman manusia yang bisa dijadikan acuan untuk mengadakan suatu penelitian kualitatif. Dengan kata lain, penulis akan memasuki alam penghayatan orang Mbatakapidu terhadap nilai-nilai yang diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, penulis hidup bersama dengan mereka agar dapat menangkap perasaan atas pengalaman religiusitas mereka.