Memberantas Malaria Di Halmahera Selatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nhjklhnuyti

Citation preview

Memberantas malaria di Halmahera Selatan

UNICEF/2010/Rose

Seorang ibu hamil duduk di bawah kelambu anti nyamuk yang melindungi dari malaria.

Oleh Arie Rukmantara dan Iwan HasanLABUHA, 25 April, 2010 - Indahnya perairan Halmahera Selatan, yang kerap dikutip dalam jurnal petualang Eropa sejak ratusan tahun lalu, tak mampu buat Ahmad Abdullah tersenyum kembali. Meskipun satu tahun telah berlalu, pria berusia 39 tahun ini, masih berduka atas kematian bayinya."Butuh hanya satu. Hanya satu gigitan, kemudian dia meninggal," kata Ahmad, wajah berpancar pedih dan sedih.Hanya perlu satu gigitan dari nyamuk Anopheles betina, untuk membuat plasmodium malaria, atau parasit, masuk ke tubuh dan membunuh orang dewasa - apalagi bayi.Malaria menular melalui nyamuk, penyakit ini ditemui banyak di daerah tropis dan subtropis, termasuk di Indonesia, yang 80 persen dari sekitar 500 kota dan kabupatennya endemis malaria. Hampir setengah dari penduduk Indonesia tinggal di wilayah-wilayah beresiko tinggi itu.Di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, malaria menjadi masalah kesehatan nomor satu selama bertahun-tahun.Epidemi malaria telah mempengaruhi struktur sosial penduduk dan menghambat pembangunan ekonomi, meski penyakit ini bukan masalah satu-satunya yang dihadapi kabupaten baru itu.Kondisi geografis yang penuh rawa, sanitasi yang buruk, kemiskinan kronis dan rendahnya tingkat imunisasi membuat populasi kabupaten ini rentan terhadap wabah penyakit yang sebenarnya dapat dicegah. Perempuan hamil dan anak-anak adalah kelompok yang paling terancam."Malaria membunuh wanita hamil, bayi, dan balita. Ini penyakit berbahaya, namun terabaikan ," kata Dr. Rita Kusriastuti, Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa tahun lalu, Indonesia mencatat lebih dari 1,1 juta kasus malaria, sebagian besar di daerah di mana malaria sangat endemik, seperti Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Barat, Sumatera Utara dan Maluku, dan Maluku Utara.Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Maluku Utara, Dr. Husein Kausaha memperingatkan, angka pasti kasus malaria masih sulit didapat karena kondisi geografis Indonesia Timur menghalangi para pekerja kesehatan untuk merekam atau memverifikasi semua kasus. Halmahera Selatan saja, terdiri dari 400 pulau berpenghuni oleh 200.000 orang. Sekitar 75 persen wilayahnya adalah laut.Itulah sebabnya Bupati Halmahera Selatan, Dr. Muhammad Kasuba, memutuskan membasmi malaria di daerahnya sekali dan untuk selamanya."Kita harus membasmi tuntas penyakit ini sehingga kami dapat memulai membangun infrastruktur kami," kata pria yang telah menerapkan kebijakan pelayanan kesehatan gratis di kabupatennya sejak 2007 untuk memastikan bahwa masyarakatnya menerima pengobatan malaria gratis dan pelayanan dasar kesehatan lainnya. Tindakan ini dilihat sebagai kunci bagi pengentasan kemiskinan di kabupaten tersebut.BersamaUNICEF Indonesia, Kasuba memulai kampanye antimalaria berbasis masyarakat tiga tahun lalu, yang hasilnya luar biasa. Program ini meliputi distribusi kelambu berinsektisida untuk wanita hamil dan anak-anak yang diimunisasi, pemantauan aktif oleh masyarakat, dan serangkaian pelatihan kader kesehatan."Kesadaran adalah prasyarat - kalau orang tidak tahu tentang ancaman, mereka tidak akan berjuang mengakhiri ancaman itu," kata Kasuba, menambahkan bahwa ia bertekad membebaskan Halmahera Selatan malaria sebagai hadiah bagi generasi berikut.Kabupaten Halmahera Selatan juga melaksanakan model pelatihan ala UNICEFPelatihan Belajar dan Aksi Partisipatif (Participatory Learning and Action), akrab disingkat PLA. Anggota masyarakat diminta untuk mengidentifikasi dan mengatasi risiko kesehatan mereka sendiri dalam pelatihan tersebut.Di Desa Cango, relawan PLA telah menjadi pendukung fanatik pembersihan rawa-rawa, pelestarian hutan bakau, dan pembangunan saluran air kotor."Kami tidak akan memberikan tempat bagi nyamuk Anopheles berkembang biak di sini," kata Anwar Nasir Rajaolang, sang kepala desa.Desa ini bahkan telah memulai gerakan "Jumat Bersih", yang mewajibkan sekitar 800 warganya untuk membersihkan desa mereka setiap minggu sepanjang tahun.

UNICEF/2010/Rose

The Minister of Health visits South Halmahera on World Malaria Day.

Sekitar dua jam perjalanan perahu dari Cango, jauh di Kecamatan Bacan, siswa Sekolah Dasar Amasing belajar cara membedakan nyamuk Anopheles dari jenis nyamuk lainnya. Siswa kelas 2 sampai dengan kelas 5 belajar tentang malaria dan cara melindungi diri mereka saat jam sekolah.Kepala sekolah SD Amasing, Hadijah Muhammad, mengatakan malaria diajarkan sebagai bagian dari kurikulum muatan lokal sekolah itu."Tujuannya adalah menanamkan kesadaran sejak usia dini dan tentu saja, mengirim pesan pencegahan malaria kepada orang tua dan tetangga mereka," katanya.SD Amasing tidak menemukan hambatan dalam mengintegrasikan muatan lokal malaria ke mata pelajaran apapun, semua berkat program UNICEF yang diperkenalkan baru-baru ini, yang merubah sekolah itu mengadopsi sistem Manajemen Berbasis Sekolah (MBS atau dikenal juga dengan nama Creating Learning Communities for Children/CLCC), dimana kreativitas, inovasi, dan pengajaran interaktif justru dihormati dan dipraktekkan.Halmahera Selatan bahkan bergerak lebih maju dengan mendirikan pusat pengendalian penyakit pertamanya: Pusat Malaria Halmahera Selatan (Malaria Center). Lembaga ini tidak hanya mendistribusikan kelambu berinsektisida gratis untuk wanita hamil dan anak-anak, tetapi juga berfungsi sebagai badan pemusatan sumber daya untuk pengendalian malaria, untuk "merayu" sektor non-kesehatan bekerja sama melawan penyakit mematikan ini.Sebagai penghargaan terhadap langkah progresif kabupaten tersebut terhadap perang melawan malaria, Menteri Kesehatan Dr. Endang R. Sedyaningsih, meresmikan pembukaan bangunan lembaga tersebut, dan menyebutnya sebagai "langkah penting" untuk pengendalian malaria di Indonesia.Perwakilan UNICEF di Indonesia, Angela Kearney, mengakui kemajuan signifikan yang telah dibuat Kabupaten Halmahera Selatan. Dia mengutip laporan terbaru yang menyatakan bahwa pemberantasan malaria di Halmahera Selatan berhasil menekan jumlah kematian malaria dari 226 kasus pada tahun 2003 menjadi hanya 4 kasus pada 2008. Dia juga menyitir adanya perbaikan dramatis pada tingkat kesehatan anak dan pelayanan kesehatan pada perempuan hamil."UNICEF senang telah mampu mendukung terobosan baru ini, yang telah menghasilkan beberapa dampak positif di seluruh Kabupaten Halmahera Selatan, dengan mengintegrasikan pengendalian malaria dan perawatan wanita hamil dan imunisasi rutin, katanya. Mengingat apa yang telah kita pelajari, sangat penting bahwa pendekatan ini diperluas skalanya di bagian lain di negara ini. Dan untuk itu kita membutuhkan berbagai sumber daya. "UNICEF Indonesia bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Global Fund untuk memerangi AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria (GFATM), USAID, dan Komite Nasional Inggris untuk UNICEF dalam melakukan pengendalian malaria di Indonesia.