3
MENAKUT-NAKUTI ANAK “Ummi, Faiz pingin ke kamar mandi. Anterin ya Mi…” Ummu Faiz (bukan nama sebenarnya) kaget ketika suatu malam Faiz, anak lelakiny yang sudah berumur 8 tahun tibatiba minta diantarkan ke kamar mandi. “Faiz anak shalih… k!k tumben minta diantar ke kamar mandi" #iasanya sendiri.” “Ahmad takut ketemu p!$!ng Mi…” kata Faiz dengan %a&ah nampak ketakutan. ”'ah, p!$!ng "" Ummu Faiz nampak kaget, ia tak pernah men$eritakan anak tentang p!$!ng dan se&enisnya, ini mungkin garagara kisah yang didengar Faz teman di sek!lahnya. e&adian seperti itu mungkin pernah bahkan sering kita &umpai. ak hanya anak bahkan banyak !rang de%asa yang mengaku takut terhadap hantu. Masih budaya dan keper$ayaan terhadap halhal mistis yang bertentangan deng ditambahlagimaraknya $erita maupun *ilm*ilm misteri di tengahmasyarakat nampaknya semakin memperparah kerusakan dan mengikis keimanan. +asa takut anak kepada hantu dan se&enisnya, bagaimanapun &uga harus perhatian serius dari !rang tua. arena bila ketakutan sang anak tetap terpel hanya membentuk mental penakutpada diri anak tetapi &uga dapat mengurangi kesempurnaan iman yang sangat kita harapkan terbentuk pada diri sang anak. #iasanya, anakanak memang memiliki ketakutanketakutannya tersendiri terhadap sesuatu. enyebab ketakutan ini pun berma$amma$am- ketidaktahuan terhadap ha sesuatu, keanehan sebuah bentuk, ada yang menakutnakuti, peristi%a tr karena adanya perbedaan perlakuan.

MENAKUT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

parenting

Citation preview

MENAKUT-NAKUTI ANAK

MENAKUT-NAKUTI ANAK

Ummi, Faiz pingin ke kamar mandi. Anterin ya Mi

Ummu Faiz (bukan nama sebenarnya) kaget ketika suatu malam Faiz, anak lelakinya yang sudah berumur 8 tahun tiba-tiba minta diantarkan ke kamar mandi.

Faiz anak shalih kok tumben minta diantar ke kamar mandi? Biasanya berani sendiri.

Ahmad takut ketemu pocong Mi kata Faiz dengan wajah nampak ketakutan.Hah, pocong ?? Ummu Faiz nampak kaget, ia tak pernah menceritakan anak tentang pocong dan sejenisnya, ini mungkin gara-gara kisah yang didengar Faz dari teman-teman di sekolahnya.Kejadian seperti itu mungkin pernah bahkan sering kita jumpai. Tak hanya anak kecil, bahkan banyak orang dewasa yang mengaku takut terhadap hantu. Masih banyaknya budaya dan kepercayaan terhadap hal-hal mistis yang bertentangan dengan syariat, ditambah lagi maraknya cerita maupun film-film misteri di tengah masyarakat nampaknya semakin memperparah kerusakan dan mengikis keimanan.

Rasa takut anak kepada hantu dan sejenisnya, bagaimanapun juga harus mendapat perhatian serius dari orang tua. Karena bila ketakutan sang anak tetap terpelihara, tak hanya membentuk mental penakut pada diri anak tetapi juga dapat mengurangi kesempurnaan iman yang sangat kita harapkan terbentuk pada diri sang anak.Biasanya, anak-anak memang memiliki ketakutan-ketakutannya tersendiri terhadap sesuatu. Penyebab ketakutan ini pun bermacam-macam: ketidaktahuan terhadap hakikat sesuatu, keanehan sebuah bentuk, ada yang menakut-nakuti, peristiwa tragis, atau karena adanya perbedaan perlakuan.Bagaimana cara mengatasinya?

Cari penyebab ketakutan itu. Jika kita sudah mengetahui apa yang menjadi penyebab ketakutan anak, akan mudah untuk mengatasinya.

Jelaskan apa-apa yang dianggap aneh atau seram oleh anak. Misalnya, hantu. Jelaskan bahwa hantu pada kenyataannya tidak ada. Hanya buatan-buatan manusia saja. Kalau pun ada orang yang pernah diperlihatkan hantu, maka sesungguhnya itu adalah jin, makhluk lain selain manusia. Dan sebagai orang yang beriman, kita tidak boleh takut. Karena orang-orang beriman hanya takut pada Allah.

Jika anak belum berani ke kamar mandi sendiri, atau belum berani tidur sendiri, atau bisa juga takut dengan gelap, maka temanilah sedikit demi sedikit sampai ia benar-benar mengerti bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan. Jangan terlalu memaksanya jika ia belum mau. Insya Allah, dengan kesabaran Anda dalam memberinya pengertian, ia akan terbiasa dan akhirnya berani.

Jangan pernah menakut-nakuti anak-anak dengan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu ia takutkan. Misalnya, menakut-nakutinya dengan dokter atau polisi. Jika anak Anda bandel, Anda menakut-nakutinya dengan dokter dan jarum suntiknya, atau penjara polisi. Eh itu ada Pak Polisi, nanti kalau nangis disuruh keluar lho

Kalau lagi didokter, Jangan nangis, nanti disangka kakak yang sakit, malah disuntik sama dokternya. Atau yang lebih umum Awas nanti ada wewe gombel lho

Nah...hal-hal seperti itu tentu sangat tidak mendidik.Menurut pakar parenting, Ayah Edy, pernyataan ancaman atau menakut-nakuti seperti beberapa contoh diatas, menyebabkan tumbuh rasa tidak suka atau benci dalam diri anak pada institusi atau pihak yang kita sebutkan. Juga, kita sebenarnya telah merendahkan diri kita bahwa kita tidak punya kuasa apa-apa untuk melarangnya.

Anak akan tidak suka atau takut dengan figur dokter, yang sebenarnya tindakan ini sangat keliru karena kita akan sering berhubungan dengan dokter ketika anak sakit. Pernyataan mengancam atau menakuti akan semakin dipahami anak sebagai kebohongan orang tua seiring perjalanan tumbuh kembang anak.Lebih baik jika kita berkata jujur dan memberi pengertian semampunya pada anak. Jika anak minta dibelikan permen katakan padanya bila terlalu banyak makan permen tidak baik karena dapat merusak gigi. Jelaskan pula bahan-bahan yang terkandung dalam permen seperti pemanis buatan, akibat yang dapat ditimbulkan pada gigi dari pemanis buatan itu. Jika anak tetap memaksa, katakanlah dengan penuh pengertian dan tataplah matanya, Kamu boleh menangis, tapi ummi tetap tidak akan membelikan permen. Biarkan anak kita yang memaksa tadi menangis hingga diam dengan sendirinya.Selain itu hindarkan anak-anak dari acara-acara TV yang seram dan berbau kekerasan. Biasanya, pengaruh TV itu sangat besar. Anak-anak yang baru saja menonton film berbau horror, biasanya jadi takut ke kamar mandi sendiri, atau takut tidur sendiri. Ceritakan pula pada anak-anak kisah-kisah teladan para sahabat Nabi yang pemberani. Dengan demikian, anak-anak jadi termotivasi untuk menjadi lebih berani.Jelaskan pula pada anak pada hal apakah ia harus takut (yaitu takut kepada Allah), pada hal-hal apakah ia boleh takut tetapi tidak berlebihan dan hal-hal apa yang ia tidak boleh takut sama sekali. Hendaklah orang tua mengenalkan kepada anak-anaknya kepada Allah, nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Karena dengan pengenalan kepada Allah, seorang anak akan mengetahui keagungan Allah, keMahaKayaanNya, kekuasaan-Nya. Yang harus orang tua ingat, mengajarkan rasa takut kepada Allah juga harus disertai pengajaran rasa cinta dan harap kepada Allah.