16
Petani dari Kelompok Tani Lembo Sejahtera, Desa Wasuponda, berdiskusi dengan fasilitator Sekolah Lapang (SL) Kakao. Mereka mengidentifikasi permasalahan yang ada di kebun kakao dan mencari solusi terbaik yang ramah lingkungan. SL Kakao digelar pada Juni-Agustus 2015 di empat lokasi. PTPM Program Pertanian Berkelanjutan Mencetak Tenaga Penyuluh Andal Laporan Utama > Hal 6 Membangun Karakter Guru, Meningkatkan Mutu Pendidikan Wawasan > Hal 8 Mengapa Petani Perlu Membentuk Kelompok? Event > Hal 12 Panen Perdana Padi Organik Informasi, Interaksi, Inspirasi JENDELA > HAL 15 Corine Verbeek: Menyaksikan Kebesaran Nama Leluhur WAWASAN > HAL 9 Peluang Usaha Makanan Ringan SOSOK > HAL 7 Baharuddin Idris: Belajar, Mengamati, dan Bereksperimen di Kebun Kakao TabloidVerbeek @TabloidVerbeek EDISI 20 I 2015 I 16 HALAMAN Dipublikasikan oleh Divisi Komunikasi PT Vale Indonesia Tbk - Tidak Diperjualbelikan - Berkarya untuk dunia dengan nilai-nilai baru.

Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Petani dari Kelompok Tani Lembo Sejahtera, Desa Wasuponda, berdiskusi dengan fasilitator Sekolah Lapang (SL) Kakao. Mereka mengidentifikasi permasalahan yang ada di kebun kakao dan mencari solusi terbaik yang ramah lingkungan. SL Kakao digelar pada Juni-Agustus 2015 di empat lokasi.

PTPM Program Pertanian Berkelanjutan Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Laporan Utama > Hal 6Membangun Karakter Guru, Meningkatkan Mutu Pendidikan

Wawasan > Hal 8Mengapa Petani Perlu

Membentuk Kelompok?Event > Hal 12

Panen Perdana Padi Organik

I n f o r m a s i , I n t e r a k s i , I n s p i r a s iJENDELA > HAL 15

Corine Verbeek:Menyaksikan Kebesaran Nama Leluhur

WAWASAN > HAL 9

Peluang Usaha Makanan Ringan

SOSOK > HAL 7

Baharuddin Idris:Belajar, Mengamati, dan Bereksperimen di Kebun Kakao

TabloidVerbeek @TabloidVerbeek

E D I S I 2 0 I 2 0 1 5 I 1 6 H A L A M A N

D i p u b l i k a s i k a n o l e h D i v i s i K o m u n i k a s i P T V a l e I n d o n e s i a T b k- T i d a k D i p e r j u a l b e l i k a n -

Berkarya untuk dunia dengan nilai-nilai baru.

Page 2: Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Verbeek edisi 20 | 20152 EDITORIAL

Tabloid Verbeek@TabloidVerbeekTabloidVerbeekTabloid Verbeek08114056715 570946F9

Pelindung: Dewan Direksi PT Vale | Penasihat: Basrie Kamba (Direktur Komunikasi & Urusan Luar), Busman Dahlan Shirat (Senior Manajer Program Pengembangan Sosial) | Penanggungjawab: Teuku Mufizar Mahmud (Senior Manajer Komunikasi), | Redaktur Pelaksana: Sihanto B. Bela | Editor: Bayu Aji Suparam (Senior Manajer Perencanaan Strategis), La Ode M. Ichman, Sohra, Aswaddin, Iskandar Ismail, Andi Zulkarnain, Baso Haris, Misdar | Redaksi: Rohman Hidayat Yuliawan, Nala Dipa Alamsyah, Nuki Adiati, Maman Ashari, Wahyudi | Fotografer: Doni Setiadi | Desain & Tata Letak: Azwar Marzuki | Alamat Redaksi: Kantor Departemen Komunikasi & Urusan Luar, Jl. Ternate No. 44 Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan - 92984.

Jasmihar Djufri, siswi SMP Towuti yang juga pembaca setia Tabloid Verbeek. Foto kiriman [email protected].

Pembaca yang budiman,Anda pernah mendengar nama Bob

Sadino? Ya, dialah petani sukses, pendiri serta pemilik jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Lelaki eksentrik ini, yang ke mana saja selalu pakai celana pendek jeans, bahkan ketika bertemu presiden, sangat inspiratif. Dia pernah menulis buku berjudul Belajar Goblok dari Bob Sadino.

Bob Sadino tutup usia di 75 tahun pada 19 Januari 2015 lalu. Banyak pemikiran-nya yang inspiratif. Tentang perbedaan antara orang pintar dan orang bodoh, misalnya, dia mengatakan, “Orang bodoh cari cara, orang pintar cari alasan.”

Dia katakan pula, “Belajar bukan seka-dar menjejalkan ilmu ke dalam otak, tapi bagaimana ilmu itu diterapkan di dalam praktik. Kalau mau jago teori, belajar-lah di sekolah. Kalau mau jago praktik, belajarlah di lapangan. Sekolah kehi-dupan memberi kebebasan kepada para siswanya untuk mengeksplorasi seluruh potensi yang dimilikinya.”

Semua yang dikatakan Bob itu bera-sal dari pengalaman hidupnya sendiri. Dari pengalamannya menggeluti bisnis pertanian pula dia berani berkesimpulan, usaha yang paling bertahan lama serta cocok di negara kita adalah usaha tani.

Pembaca, semangat apa yang bisa kita ambil dari diri Bob Sadino? Kemauan untuk terus belajar selayaknya orang bo-doh. Dengan memposisikan diri sebagai orang bodoh, maka kita terpacu untuk terus mengasah diri di bidang apa pun.

Dalam konteks Program Terpadu Pe-ngembangan Masyarakat (PTPM), kema-uan menambah ilmu juga menjadi salah satu tiang keberhasilan setiap program. Pada pertengahan Juni lalu, misalnya, diselenggarakan pembelajaran dasar eko-logi dan prinsip dasar SRI Organik bagi tenaga penyuluh pertanian se-Kabupaten Luwu Timur. Sementara bagi penyuluh perkebunan digelar training of trainer (ToT) teknis budidaya tanaman lada ramah lingkungan.

Verbeek edisi kali ini banyak menyu-guhkan beragam topik yang berkaitan de-ngan pembelajaran. Pada rubrik “Sosok”, kami sajikan Baharuddin Idris, petani kader dari Desa Ledu-Ledu. Dia mengata-kan, “Belajar, mengamati, dan berekspe-rimen, menurut saya, sangat penting. Apa yang terjadi di kebun kita belum tentu sama dengan masalah di kebun orang lain.”

Semoga sajian kami kali ini menginspi-rasi Anda untuk terus mau mengasah diri dengan belajar. Selamat membaca.

KONTRIBUSI PEMBACABisakah tabloid Verbeek menampilkan tulisan

dan foto-foto kegiatan yang dilakukan oleh instansi, lembaga, atau organisasi masyarakat? Misalnya ada kegiatan kami di Puskesmas, lalu kami punya informasi dan fotonya bisakah dimuat?. Kalau bisa, bagaimana caranya? Terima kasih.

Muliati, Staf PKM Towuti

Redaksi Verbeek menerima kiriman naskah dan foto dari pembaca, baik tulisan tentang event, opini, atau karya. Silakan kirim tulisan Anda ke alamat Redaksi maupun melalui email tabloid Verbeek yang tertera di kolom bagian bawah (masthead) halaman ini. Tulisan dan foto yang masuk ke Redaksi akan kami seleksi dan sunting sebelum ditampilkan.

TERINSPIRASISaya senang membaca tabloid Verbeek. Seba-

gai KPMD, saya mendapat banyak informasi ten-tang penyelenggaraan PMDM di desa-desa lain. Kalau ada kegiatan bagus yang masuk berita, saya jadi terinspirasi untuk punya kegiatan yang bagus juga. Kalau masih ada kurang-kurangnya, saya jadi tahu di mana letak kekurangannya dan berharap kekurangan itu tidak terjadi di desa saya. Semoga Verbeek bisa terbit terus dan se-makin banyak memberitakan PMDM dan PTPM.

Hasmawati, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) Baruga, Kecamatan Towuti

Terima kasih atas apreasi Ibu Hasmawati. Sukses untuk pelaksanaan PMDM di Desa Baruga.

MENDUKUNG TRANSPARANSIPerbedaan program Comdev dulu dengan

PTPM sekarang ini ada pada transparansi kegiatan dan anggaran. Menurut saya, tabloid Verbeek bagian dari prinsip transparansi terse-but. Bagaimana kalau Verbeek dipasang juga di kantor-kantor desa dan tempat umum lain yang ada papan pengumumannya? Ini supaya semua masyarakat bisa baca. Sama halnya dengan daftar nama penerima manfaat yang sebaiknya ditempel di papan pengumuman. Akan bagus sekali itu.

Lukas Toding, Ketua Komite Desa Lioka, Kecamatan Towuti

Untuk saat ini, masyarakat bisa mendapatkan tabloid Verbeek di kantor desa, Puskesmas, dan prasarana umum lainnya. Kami akan mengapresiasi jika ada pelaku PMDM atau masyarakat bersedia menempelkan tabloid Verbeek secara rutin di papan pengumuman.

DISTRIBUSI DI MUSYAWARAHBisakah tabloid Verbeek dibagikan kepada

masyarakat saat ada musyawarah desa PMDM? Bagaimana saya bisa mendapatkan Verbeek da-lam jumlah cukup banyak sehingga masyarakat bisa kebagian semuanya?

Tahwil, KPMD Nuha, Kecamatan Nuha

Pak Tahwil bisa mendapatkan tabloid Verbeek di Kantor Kepala Desa Nuha atau melalui Fasilitator Kecamatan. Namun jika jumlahnya tidak mencukupi, KPMD dan Komite Desa bisa berinisiatif menempelkan Verbeek di papan-papan pengumuman yang ada di desa.

SURAT PEMBACA

Page 3: Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Verbeek edisi 20 | 2015

LAPORAN UTAMA 3

Penyuluh pertanian turun ke sawah untuk mengamati ekosistem sawah di Kecamatan Nuha. Praktik lapangan itu merupakan bagian dari pembelajaran dasar ekologi dan prinsip SRI Organik yang digelar pertengahan Juni 2015.

Petugas Penyuluh Lapangan menyimak materi sistem budidaya dan pengendalian hama yang menjadi fokus ToT lada ramah lingkungan di halaman BP3K Model Kecamatan Nuha.

Mencetak Tenaga Penyuluh AndalPenyuluh merupakan mitra terdekat petani. Meningkatkan kapasitas mereka berarti memajukan petani sekaligus sektor pertanian.

P enyuluh pertanian, perkebunan, per-ikanan, dan kehutanan punya peran besar dalam membangun sektor ag-

roindustri. Mereka menyebarkan infor-masi ke petani dan menyampaikan aspi-rasi petani kepada pengambil kebijakan.

Menyadari pentingnya peran penyu-luh—terutama dalam mengubah pola pi-kir petani demi memajukan sektor per-tanian dan meningkatkan kesejahteraan petani—motivasi, wawasan, serta kete-rampilan penyuluh perlu dikembangkan melalui pelatihan.

Pertanian masa depan mengarah pada pola bertanam ramah lingkungan. System of Rice Intensification (SRI) Organik un-tuk tanaman padi, misalnya, mengaplika-sikan teknologi ramah lingkungan. Tek-nologi ini bukan hanya bermanfaat bagi keseimbangan alam, melainkan juga bagi kesehatan petani dan masyarakat.

Program Terpadu Pengembangan Ma-syarakat (PTPM), melalui Program Perta-nian Berkelanjutan, menggelar pembela-jaran dasar ekologi dan prinsip dasar SRI Organik bagi tenaga penyuluh pertanian se-Kabupaten Luwu Timur pertengahan Juni 2015 lalu. Pelatihan diikuti 40 tenaga teknis penyuluh pertanian dan 6 petani kader. Sementara bagi penyuluh perke-bunan digelar Training of Trainer (ToT) teknis budidaya tanaman lada ramah ling-kungan, diikuti 30 penyuluh perkebunan dan 6 petani kader.

Tekun belajarPara penyuluh peserta pembelajaran

SRI Organik selama lima hari tidak kebe-ratan dengan waktu belajar yang cukup panjang. Mereka mendengarkan materi yang dibawakan oleh Alik Sutaryat dan beberapa staf Yayasan Aliksa Organik SRI, mempelajari ekologi tanah, belajar membuat Mikro Organisme Lokal dan pupuk organik, mengamati agro-eko-sistem sawah, hingga teknik penanam-an menggunakan metode SRI Organik. Proses belajar yang didominasi praktik lapangan itu bahkan berlangsung hing-ga pukul 11 malam.

Program pembelajaran SRI Organik bagi tenaga penyuluh sudah dilakukan dua kali. Sebelumnya, PTPM memfasili-tasi pembelajaran untuk 22 tenaga pe-nyuluh pertanian pada Februari 2015.

Kepala Badan Pelaksana Penyuluh-an Pertanian, Perikanan dan Kehutan-an (BP4K) Luwu Timur Nursih Hariani, mengatakan, “Tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran, para penyuluh mengap-likasikan metode SRI Organik bersama kelompok tani dampingan selama satu musim tanam. Setelah itu dilanjutkan de-ngan lokakarya untuk mengkaji temuan selama penerapan SRI Organik sepanjang musim tanam.”

Tahapan akhir kegiatan itu adalah pe-nguatan teknis dan ToT, yang akan meng-hasilkan tenaga penyuluh andal dalam penerapan pertanian ramah lingkungan. “Saya berharap suatu saat semua penyu-luh di Kabupaten Luwu Timur punya ke-sempatan untuk mendapatkan pelatihan seperti ini. Sehingga mereka menguasai betul metode SRI Organik lalu menular-kan ilmunya kepada petani,” kata Nursih. Saat ini Luwu Timur memiliki 168 tena-ga penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan.

“Saya baru kali ini mengikuti pelatihan SRI Organik, tapi saya sudah sering men-dengar keberhasilan metode ini dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Karena itu, saya ingin sekali mencoba menerapkan pola tanam padi dengan SRI Organik,” kata Ependi Likuara, penyuluh pertanian dari Kecamatan Burau.

Sementara Asmin Amin, penyuluh dari Kecamatan Tomoni Timur, menyatakan antusiasmenya seputar pertanian ramah lingkungan setelah mendengar penuturan rekan sesama penyuluh yang sudah meng-ikuti pelatihan tahap pertama.

Tantangan budidaya ladaSementara dalam ToT teknis budidaya

tanaman lada ramah lingkungan, yang di-fasilitasi oleh konsultan teknis agrikultura A+ CSR Indonesia, Surapati M. Senin dan Agus Sasia, materi difokuskan pada sistem budidaya dan pengendalian hama. Selama tiga hari, peserta belajar selama 7 jam per hari dengan metode yang mendorong dis-kusi berdasarkan hasil observasi lapangan.

Kesmar, Koordinator BP3K Towuti, mengatakan, kecendrungan petani lada adalah mengukur produktivitas berda-sarkan luasan lahan dengan pola eksten-sifikasi. “Dengan pola ini, tanaman yang sudah menghasilkan akan terabaikan se-hingga mudah diserang hama dan penya-kit. Pembenahan lahan yang tidak ramah lingkungan berkonstribusi pada mening-katnya serangan hama dan penyakit.” Hama yang kerap menyerang tanaman lada di Luwu Timur adalah penggerek polong (lada muda), penggerek daun, penyakit busuk akar, dan jamur.

Senior Manager Social Development Program PT Vale Busman Dahlan Shirat menyampaikan, teknis budidaya lada de-ngan konsep ramah lingkungan digagas

untuk menjawab tuntutan dan kondisi perkebunan lada saat ini.

“Pengembangan tanaman perkebunan lada memiliki prospek cukup baik untuk meningkatkan perekonomian masyara-kat. Di sisi lain, pengembangan komo-ditas ini masih dihadapkan pada keter-sediaan lahan untuk budidaya, karena banyak di antaranya masuk dalam kawa-san hutan lindung dan/atau konservasi,” kata Busman.

Meskipun lada merupakan komoditas unggulan, lanjut dia, pengembangan yang dilakukan secara masif dengan pola lahan berpindah berpotensi mengancam kawa-san hutan. Karena itu, perlu dikembang-kan model pertanian ramah lingkungan dengan tingkat produktivitas tinggi.[].

Page 4: Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Verbeek edisi 20 | 2015

LAPORAN UTAMA4

Selama SL, petani mengamati kondisi kakao dan mendiskusikan solusi untuk meningkatkan produktivitas.

Petani yang mengikuti SL belajar di rumah kebun sehingga mereka bisa langsung melihat keterkaitan antara materi pelatihan dengan kondisi kebun kakao.

Kembali ke Alam Melalui Sekolah LapangPetani kakao belajar teknik pengendalian hama secara alami.

Sejak itu, lebih dari 2 juta petani di Asia berpartisipasi dalam metode pembela-jaran tersebut.

Sekolah lapang mengajak petani bel-ajar langsung di sawah atau di kebun, mengamati masalah dan penyebabnya, serta menganalisis sendiri perkembang-an tanaman. SL menyatukan konsep dan metodologi agro-ekologi, pendidikan ber-basis pengalaman, dan pemberdayaan masyarakat.

Program Terpadu Pengembangan Ma-syarakat (PTPM) mengadakan SL bagi pe-tani kakao dalam empat kali pertemuan, Juni hingga Agustus 2015. SL dilakukan di empat lokasi, yaitu Desa Manurung (Kecamatan Malili), Desa Matano (Keca-matan Nuha), Desa Tole (Kecamatan To-wuti), dan Desa Wasuponda (Kecamatan Wasuponda). Sekolah lapang merupakan kelanjutan dari Training of Trainers (ToT) yang diikuti 30 petani kader dan penyu-

“M engapa pohon dan tanaman di hutan tumbuh subur padahal dibiarkan saja, tidak dirawat

manusia?” Pertanyaan itu dilontarkan fasilitator sekolah lapang (SL) kakao di hadapan puluhan petani setelah mereka mengamati ekosistem dasar dan hama tanaman di kebun kakao salah seorang peserta SL.

Pertanyaan itu membuat para peser-ta tersenyum, tertawa, bahkan beberapa mengangguk sambil berkata, “Iya juga, ya.” Mereka semua tahu bahwa jawab-annya karena lingkungan hutan masih asli, ekosistemnya terjaga baik, dan ran-tai makanan tidak terputus.

Dari alam kembali ke alam, itulah ma-teri yang dipelajari dalam SL. Sekolah la-pang bukan metode baru di dunia perta-nian. Diperkenalkan oleh Food and Ag-riculture Organization (FAO) dan pertama kali diterapkan di Indonesia tahun 1989.

luh pertanian se-Kabupaten Luwu Timur pada akhir April 2015.

Pengendalian hamaPada pertemuan pertama, peserta SL

mempelajari ekosistem dasar dan daur hi-dup hama Penggerek Buah Kakao (PBK). “PBK memang sudah lama menjadi ma-salah bagi petani kakao. Tapi selama ini petani hanya memikirkan cara membe-rantas hama tanpa mengenali bentuk dan siklus hidupnya. Materi ini diharap bisa membuka wawasan petani untuk menge-nal lebih jauh karakter PBK. Dengan de-mikian bisa mencari tindakan tepat dan ramah lingkungan untuk menekan hama,” kata Adriani, penyuluh pertanian lapang-an Desa Wasuponda.

Pada pertemuan kedua, petani diajak menganalisis agro-ekosistem, melaku-kan panen sering-serentak-teratur, serta membuat sanitasi kulit buah. Pertemuan pertama dan kedua yang bertepatan de-ngan bulan Ramadhan tidak menyurutkan semangat petani. Mereka tetap antusias turun ke kebun untuk menjalani proses pengamatan dan belajar bersama.

“Model begini bagus, karena kita se-kolahnya di kebun, bukan di dalam ke-las. Kita bisa banyak praktik lapangan, jadi lebih cepat paham dan tidak bosan duduk,” kata Andi Wardah, anggota Ke-lompok Tani Lembo Sejahtera, Desa Wa-suponda, yang memiliki 600 pohon kakao di lahan seluas setengah hektar.

Teknik pemangkasan dan pemupukan dibahas pada pertemuan ketiga. Teknik yang merupakan bagian dari metode PsP-SP (panen sering-pemangkasan-sanitasi-pemupukan) tersebut merupakan cara efektif dalam mengendalikan serangan hama PBK. “Cara alami menguntungkan petani karena kita tidak ketergantungan sama pupuk dan pestisida. Kalau suatu saat kita tidak sanggup beli pupuk, pe-kerjaan di kebun tetap bisa jalan,” ujar Andi Wardah.

Pada pertemuan terakhir, petani ka-kao didorong untuk menguatkan sistem

kelembagaan dan menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) dari seko-lah lapang. SL juga dihadiri petani kader yang membagikan pengalamannya ke-pada peserta seputar pertanian ramah lingkungan.

Kembalikan kesuburan tanahPelaksanaan sekolah lapang di ber-

bagai negara selama hampir tiga dekade dinilai berperan besar dalam menekan penggunaan bahan kimia dan meningkat-kan hasil panen. SL yang diadakan sebagai bagian dari Program Pertanian Terpadu PTPM juga mengharapkan peran serupa.

Produksi kakao di Sulawesi Selatan terus turun dalam empat tahun terakhir. Tahun 2014, petani hanya menghasilkan 137.860 ton biji kakao, turun dari pro-duksi 2013 sebanyak 148.956 ton, dan jauh dari angka tahun 2011 yang men-capai 200.000 ton.

Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Sulsel menyebutkan, usia tanaman yang sudah tua, serangan hama, dan kesubur-an tanah yang terus berkurang menjadi kendala produktivitas kakao di Sulawesi Selatan. Pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit dengan racun kimia membuat petani melupakan prinsip-prin-sip pertanian berkelanjutan.

“Dengan teknik budidaya yang baik, hama bisa dikendalikan tanpa pestisida. Justru racun kimia seringkali memuncul-kan hama dan penyakit baru. Kalau kon-disi itu dibiarkan, maksimal hanya 20% biji kakao yang bisa dipanen,” kata Agus Sasia, fasilitator sekolah lapang dari A+ CSR Indonesia.

Budidaya kakao ramah lingkungan dengan metode PsPSP memungkinkan sisa pemangkasan dan kulit buah untuk dikembalikan lagi ke tanah dalam ben-tuk pupuk organik. Semua yang tumbuh dari alam dikembalikan ke alam. Tidak perlu lagi membeli pupuk dan pestisida, produktivitas meningkat karena tanah menjadi subur, kesehatan petani terjaga karena tak lagi terpapar bahan kimia.[]

Page 5: Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Verbeek edisi 20 | 2015

LAPORAN UTAMA 5

BP3K Model Kecamatan Nuha yang terletak di Jl. Sumantri Brojonegoro mengemban tujuh fungsi, mulai dari pusat informasi hingga tempat belajar masyarakat.

Aneka tanaman sayur yang menjadi koleksi BPK3 Model Kecamatan Nuha sekaligus tempat masyarakat belajar mengembangbiakkan tanaman.

Merintis Ekowisata dan Pertanian BerkelanjutanBP3K menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan pertanian.

“D i bagian depan yang mengha-dap jalan raya nanti akan ada showcase atau semacam etala-

se hidup yang berisi aneka tanaman. Di sebelahnya ada blok tanaman herbal. Fa-silitas ini juga dilengkapi kolam ikan dan nantinya ada juga peternakan di tempat ini,” kata Koordinator Balai Penyuluh-an Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Nuha Burhanuddin, sambil menunjuk lokasi pengembangan yang direncanakan.

BP3K Kecamatan Nuha telah dires-mikan sebagai proyek percontohan atau BP3K Model di wilayah terdampak ope-rasi PT Vale. Etalase hidup, blok tanam-an herbal, kolam ikan, dan kandang ko-munal merupakan bagian dari rencana pengembangan BP3K Model. Selain itu, masih ada bangunan baruga sebagai ru-ang pertemuan, rumah kaca, blok tanam-an buah, demplot pertanian bagi masya-rakat sekitar, dan wahana pembelajaran pertanian. Lokasi pengembangan di atas tanah seluas kurang lebih dua hektar.

“Gagasan ini dibangun melalui skema kemitraan strategis dalam Program Ter-padu Pengembangan Masyarakat (PTPM). BP3K Model dikembangkan untuk men-dukung Program Pertanian Berkelanjutan yang menjadi salah satu program andalan PTPM,” kata Koordinator Senior PTPM PT Vale-Bidang Ekonomi, La Ode M. Ichman.

Tujuan besarnya adalah menghidup-kan tujuh fungsi BP3K Model, yaitu se-bagai pusat komunikasi, pusat informasi, kebun bibit masyarakat, lumbung pangan, pusat kesehatan pertanian masyarakat, tempat belajar, dan lokasi ekowisata. Se-lain itu, BP3K Model juga bisa menja-di ikon bagi wilayah terdampak operasi Perusahaan.

Untuk petani dan masyarakatBP3K berperan dalam menentukan ke-

berhasilan pembangunan pertanian, seka-ligus cermin keberhasilan pembangunan pertanian di wilayah kecamatan. Kemen-terian Pertanian menjadikan BP3K seba-gai pusat koordinasi pelaksanaan kegiat-an pembangunan pertanian di kecamatan yang berbasis kawasan atau komoditas. Selain itu, BP3K merupakan pusat data dan informasi bagi petani dan pemang-ku kepentingan lainnya terkait pengem-bangan usaha.

Saat ini, BP3K Kecamatan Nuha memi-liki 39 kelompok tani binaan dan 18 kelom-pok binaan di bidang kehutanan. Dengan jumlah personel yang hanya enam orang, lembaga tersebut merasa kesulitan men-jangkau para petani, khususnya yang ting-gal di daerah-daerah terpencil.

“Jadi selama ini, kami melakukan penyu-luhan dengan sistem kelompok. Petani di-kumpulkan berdasarkan komoditas yang mereka tanam, lalu kami adakan penyuluh-an secara serempak,” kata Burhanuddin. Kelak, kegiatan penyuluhan bisa dipusat-kan di BP3K Model yang sudah dilengkapi berbagai fasilitas belajar bagi petani.

Selain menjadi sarana belajar bagi peta-ni, BP3K Model diharapkan memberi man-faat bagi masyarakat setempat. Demplot pertanian yang disediakan akan digarap oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kantor BP3K Kecamatan Nuha. Semen-tara masyarakat umum, misalnya warga Kecamatan Nuha dan pelajar sekolah, bisa berwisata atau belajar tentang tanaman dan pertanian di kompleks BP3K Model.

Inspirasi BP3K ModelSebenarnya, konsep BP3K Model bukan

hal baru. Di Provinsi Lampung, misalnya,

ada enam BP3K Model yang dikembang-kan menjadi BP3K Center of Excellence (CoE), sebuah program kerja sama anta-ra Fakultas Pertanian Universitas Lam-pung dan Pemerintah Provinsi Lampung. Sebagai CoE, BP3K menjadi “tempat per-temuan” antara pemerintah daerah, per-guruan tinggi, pengusaha /perbankan, dan kelompok tani. Salah satu kriteria menarik BP3K CoE adalah penerapan cy-ber extension, yaitu penggunaan jaringan online dan multimedia untuk menyebar-luaskan teknologi pertanian.

Inspirasi lain datang dari BP3K Model di Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ci-amis, Jawa Barat, yang mendapat predi-kat Unit Kerja Pelayanan Publik Terba-ik bidang pertanian di tingkat nasional tahun 2011. Penyuluh lapangan di BP3K Sukamantri bukan hanya meningkatkan kapasitas petani, melainkan melatih ang-katan kerja yang belum punya pekerjaan.

Para pemuda mendapat penyuluhan pertanian dan punya kesempatan meng-garap lahan demplot di sekitar kompleks kantor BP3K Sukamantri. Sebagian besar

pemuda yang mendapat pelatihan kini te-lah menjadi pelaku usaha atau petani suk-ses. Selain itu, mereka juga punya sederet inovasi, yaitu pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, penguatan kelompok wani-ta tani, konsultasi agribisnis, serta inovasi telekomunikasi komputer.

BP3K Model Kecamatan Guguak, Kabu-paten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, juga menarik disimak. BP3K terbaik tingkat provinsi tahun 2013 ini berhasil membina penyuluh swadaya, melakukan pertemuan secara berkala dengan para pelaku usaha, memfasilitasi pengembang-an Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), dan mendatangkan berbagai narasum-ber demi meningkatkan kapasitas peta-ni. BP3K Model Kecamatan Guguak di-lengkapi demplot tanaman pangan dan kebun, kolam ikan, fasilitas pembibitan tanaman hutan, serta mengelola usaha peternakan kambing.

Di Kabupaten Luwu Timur, kesempat-an untuk mengembangkan konsep serupa dengan BP3K Model di tempat lain sama sekali bukan hal mustahil.[]

Page 6: Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Verbeek edisi 20 | 2015

LAPORAN UTAMA6

Pelatihan “Membangun Karakter Guru Pemimpin” di Gedung Serbaguna Ontaeluwu, Sorowako, Juni 2015 yang diikuti oleh sekitar 200 guru, kepala sekolah, dan komite sekolah.

Laboratorium SMPN I Wasuponda berkapasitas 40 siswa yang mendapat bantuan renovasi dari PTPM PT Vale.

Membangun Karakter Guru, Meningkatkan Mutu PendidikanPTPM menggelar pelatihan bagi tenaga pendidik dan merenovasi bangunan sekolah.

D alam skema kemitraan strategis Pro-gram Terpadu Pengembangan Ma-syarakat (PTPM), pendidikan meru-

pakan salah satu bidang yang menjadi fo-kus program, selain kesehatan, ekonomi, dan sosial budaya. Selain memberikan be-asiswa kepada mahasiswa program Diplo-ma hingga S3 pada 2014, PTPM juga kon-tribusi pada peningkatan kualitas tenaga pendidik dan mutu fasilitas pendidikan.

Kegiatan peningkatan kualitas guru di-awali dengan pelatihan karakter bertema “Membangun Karakter Guru Pemimpin”, diikuti oleh 550 peserta dari kalangan ke-pala sekolah, guru, komite sekolah, dewan pendidikan, dan pengawas pendidikan. Pelatihan dilakukan di Kecamatan Malili, Towuti, dan Nuha, pertengahan Juni 2015.

Pendidik adalah pemimpin bagi siswa di sekolah. Bicara kepemimpinan atau leadership, kata kuncinya adalah karak-ter. Karakter adalah sejumlah sifat baik yang telah menjadi perilaku sehari-hari untuk menjalankan peran dan fungsi sesu-ai amanah dan tanggung jawabnya. Pela-tihan diharapkan bisa menjadi bekal bagi tenaga pen-didik agar m e m i l i k i pemahaman tentang ka-rakter yang kuat, karena mereka me-rupakan pa-nutan bagi siswa.

S e m e n -tara untuk meningkat-kan mutu fasilitas pendidikan, PT Vale melalui PTPM berkontribusi dengan mela-kukan renovasi laboratorium IPA di SMPN 1 Wasuponda dan ruang kelas SMPN 1 Towuti.

Karakter menentukan kualitasPelatihan "Membangun Karakter Guru

Pemimpin" mendatangkan Erie Sudewo dari lembaga Character Building Indo-nesia (CBI). “Kualitas manusia sejatinya bergantung pada kompetensi dan karak-ter. Namun, karakterlah yang menentu-kan 80 persen kesuksesan seseorang se-cara berkelanjutan. Ketika masa depan bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, maka guru memegang pe-ran penting untuk menyiapkan genera-si muda yang mandiri, unggul, dan siap menjadi pemimpin yang menginspirasi,” kata Erie, yang mendapat gelar The Young Entrepreneur 2009 versi Ernst & Young.

Selain memaparkan materi tentang

“guru dan masa depan bangsa” dan “ku-alitas guru”, tim CBI menyuguhkan video-video inspirasi. Materi yang paling me-

narik adalah kisah sukses Finlandia yang memiliki sistem pendidikan terba-ik di dunia.

Para pendidik di Fin-landia percaya bahwa ka-rakter dan pola pikir ada-lah hal paling penting un-tuk meraih sukses di dunia yang semakin kompetitif. Siswa-siswi di negara Ero-pa Utara itu dididik untuk menguasai kecakapan so-sial, memahami perbeda-

an budaya, dan tanggung jawab moral. Di balik kesuksesan pendidikan di Finlandia, ada guru yang punya karakter kuat untuk menjadi pendidik seumur hidup.

Di sela-sela pelatihan, peserta diberi kesempatan mengisi kuisioner seputar pemahaman pendidikan karakter dan pe-nerapannya di sekolah.

Meningkatkan daya saing“Dulu laboratorium kami tidak ada air

dan listrik. Anak-anak sulit sekali kalau mau praktikum, apalagi praktik fisika yang banyak membahas arus listrik dan sebagainya. Wastafel, meja, dan kursi ru-sak semua,” kata Elisabeth Gasong, SPd, guru IPA kelas 8 SMPN 1 Wasuponda.

Begitulah dia menggambarkan kondi-si laboratorium IPA yang ada di sekolah tempat dia mengajar. Tapi mulai perte-ngahan Juni 2015, sekitar 700 siswa di SMPN 1 Wasuponda sudah bisa menga-dakan aneka percobaan sains di labora-

torium. Ada 40 kursi kayu yang kokoh, meja yang semuanya baru, dan dinding yang dicat sehingga tampak bersih.

Dan yang paling penting: listrik dan air sudah mengalir ke laboratorium yang baru selesai direnovasi itu. “Kami ber-terima kasih kepada PT Vale. Mudah-mudahan bantuan ini dapat kami man-faatkan semaksimal mungkin, sehingga anak-anak didik kami menjadi pelajar yang semakin berprestasi,” kata Dra Sitti Muhajirah, MPd, Kepala Sekolah SMPN 1 Wasuponda.

Renovasi laboratorium IPA SMPN 1 Wasuponda menyerap anggaran Rp225,1 juta. Dalam serah terima bantuan dari PT Vale ke pihak sekolah, Kepala Dinas Dik-budparmudora Ismail, MEd menyebut-kan, pendidikan merupakan tanggung ja-wab bersama sehingga kontribusi pihak ketiga, seperti PT Vale, sangat diapresiasi.

Untuk menghindari tumpang-tindih pembiayaan, pertanggungjawaban ang-garan harus jelas sehingga tidak ada in-dikasi atau kecurigaan penyalahgunaan dana. Transparansi dan akuntabilitas juga diterapkan pada kegiatan renovasi dua ruang kelas di SMPN 1 Towuti. Renovasi tersebut kini memasuki pembuatan desa-in renovasi bangunan.

Senior Manajer Program Pengembang-an Sosial PT Vale Busman Dahlan Shirat, mengatakan, program peningkatan mutu pendidikan mendesak dilakukan di bebe-rapa lokasi. Di Wasuponda, misalnya, ha-nya ada satu SMP yang bisa diakses oleh siswa di daerah pusat Kecamatan. Kondisi serupa juga dijumpai di Kecamatan Towu-ti. Karena itu, penambahan daya tampung dan peningkatan mutu perlu segera dila-kukan demi membuka akses pendidikan dan meningkatkan daya saing sekolah.[]

Kua l i tas manus ia se jat inya bergantung pada kompetens i dan karakter . Namun karakter lah yang menentukan 80 persen kesuksesan seseorang secara berke lan jutan .

Page 7: Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Verbeek edisi 20 | 20157SOSOK

Baharuddin Idris, Petani kader dari Desa WasupondaBelajar, Mengamati, dan Bereksperimen di Kebun KakaoB aru beberapa kalimat meluncur, bisa

diambil kesimpulan petani kakao ini punya daya ingat yang kuat. Ba-

haruddin hafal tahun-tahun penting da-lam hidupnya dan bisa bercerita dengan runtut.

Bapak tujuh anak itu kini menjadi peta-ni kader yang kerap membagikan ilmunya kepada rekan sesama petani. Keahlian di bidang engineering yang dia dapatkan saat masih bekerja di perusahaan konstruksi dan PT Vale menjadi nilai tambah.

“Saya bikin sendiri mesin semprot. Dari dulu tidak pernah beli,” kata pria asal Bone itu. Selain menanam kakao, dia me-nanam 2.000 pohon lada yang sudah pa-

hasilnya. Mungkin di awal hasil-nya sedikit, tapi kalau kita mau

belajar dan amati teknik budida-ya mana yang paling efektif untuk

tanaman kita, produktivitas akan naik. Belajar, mengamati, dan ber-

eksperimen itu, menurut saya, sangat penting. Apa yang terjadi di kebun kita

belum tentu sama dengan masalah di kebun orang lain. Jadi, kalau kita asal-asalan menerapkan teknologi, belum

tentu pas untuk tanaman kita. Harus pi-lih-pilih mana yang paling cocok.

Anda sudah sering ikut pelatihan?Iya, itu perlu untuk menambah wa-

wasan. Saya sering ikut pelatihan yang diadakan pemerintah daerah dan sering berdiskusi dengan petugas penyuluh per-tanian. Karena saya selalu mengamati sendiri perkembangan tanaman, saya jadi fokus saat berdiskusi. Saya paham betul masalahnya, sehingga saat diskusi saya mencoba mencari solusi.

Seberapa penting peran pelatihan bagi petani?

Saya mendukung PTPM, karena seka-rang petani banyak diberi pelatihan. Ka-lau dulu, waktu masih dikasih uang, tidak pernah ada puasnya. Pelatihan itu efektif sekali untuk meningkatkan produktivitas. Kalau produktivitas naik, ujung-ujungnya, kan, kita dapat uang juga. Tapi memang perlu proses, itu yang sulit diterima se-bagian orang. Kalau bagi saya, pelatihan sangat bagus dan penting.

Bagaimana Anda bisa menjadi petani kader?

Saya sudah ikut Sekolah Lapang Kakao yang diadakan PTPM tahun lalu. Kemu-dian saya mendapat kesempatan untuk mengikuti ToT (training of trainers—Red) bagi penyuluh lapangan dan petani. Di situlah saya semakin mendalami teknik budidaya kakao ramah lingkungan dan sekarang sudah menjadi petani kader.

Jadi Anda sudah bisa memberikan penyuluhan kepada sesama petani?

Berbagi pengalaman tepatnya, karena kalau penyuluhan itu tugasnya penyuluh lapangan. Kalau ada pelatihan atau se-

kolah lapang kakao, saya bisa membagi pengalaman selama lebih dari 30 tahun bertani kakao, ditambah pengetahuan tentang budidaya ramah lingkungan yang saya dapatkan waktu mengikuti ToT.

Berarti Anda juga menguasai teknik berkomunikasi di hadapan orang banyak?

Itu juga diajarkan waktu ToT, karena petani kader memang disiapkan untuk menyebarkan ilmu dan pengalaman ke sesama petani. Kalau bicara dari petani ke petani, kan, bahasanya lain, jadi kita lebih bisa memahami satu sama lain.

Wawasan baru apa yang Anda dapat dalam ToT?

Banyak. Saya jadi tahu teknik me-mangkas dan cara mengurangi pema-kaian pestisida. Itu ilmu yang paling pen-ting bagi saya. Sudah saya buktikan di kebun sendiri dua metode itu, dan ha-silnya sudah kelihatan. Kakao saya ke-lihatan sehat.

Mana lebih enak, menjadi petani atau karyawan perusahaan?

Dua-duanya ada baiknya. Saya selalu berpikir positif. Dengan bekerja di peru-sahaan, saya bisa menyekolahkan anak-anak. Tujuh anak saya sarjana semua. Dari hasil kebun cokelat, saya bisa be-rinvestasi. Berkat cokelat juga saya jadi punya banyak kegiatan setelah pensiun, tidak tinggal saja di rumah. Malah teman-teman bilang kalau saya tambah segar sekarang, tambah gemuk badan saya.

Apakah Anda akan mengajari anak-anak Anda untuk bertani juga?

Saya ini tidak punya latar belakang pendidikan. Orangtua meninggal saat adik saya masih kecil, jadi saya korban-kan sekolah untuk cari biaya hidup. Saya tidak mau anak-anak saya tidak tamat se-kolah seperti saya. Mereka harus kuliah. Jadi, pendidikan itu yang paling penting. Setelah mereka selesai kuliah, mereka bisa mengejar cita-cita bekerja di peru-sahaan atau di mana saja. Tapi saya tetap arahkan mereka untuk merawat kebun. Saya bilang ke mereka, kebun bisa diwa-riskan, perusahaan tidak.[]

nen dalam hitungan ton. Usai mengikuti sekolah lapang kakao di kebun demplot di Desa Wasuponda, Baharuddin Idris menyempatkan diri berbincang dengan Verbeek. Berikut petikannya.

Sejak kapan Anda mulai bertani kakao?

Saya ini dulu karyawan PT Vale, dari tahun 1978 sampai pensiun 2007. Sebe-lumnya saya bergabung di Dravo Corp yang mengerjakan konstruksi awal pab-rik Sorowako. Itu tahun 1973.

Lalu 1975-1978 saya dikontrak oleh Bechtel Corp yang mengerjakan town site (area perumahan karyawan—Red) dan PLTA Larona. Tapi di sela-sela itu, saya bertani. Tahun 1979, kebun cengkeh saya terbakar. Kemudian saya baru mulai menanam cokelat tahun 1983. Saya beli bibit harganya Rp100 per bibit. Saya ta-nam pelan-pelan, sampai umur 18 bulan sudah berbunga. Senang sekali waktu itu.

Dari mana Anda belajar teknik budidaya kakao?

Awalnya saya coba-coba saja. Saya pa-kai logika, karena menurut saya mena-nam apa pun prinsipnya sama. Asal kita tekun dan rawat itu tanaman, pasti ada

Nama : Baharuddin Idris

Alamat : Jl. Lasemba 131, Desa Ledu-Ledu, Kecamatan Wasuponda

Pekerjaan : Petani kakao, Petani kader, Ketua RT 16

Pendidikan : Kelas 3 Sekolah Rakyat (SR)

Page 8: Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Verbeek edisi 20 | 20158 WAWASAN

Petugas Penyuluh Lapangan melakukan pendampingan bagi Kelompok Laika Tani, Desa Matano, Kecamatan Nuha.

Mengapa Petani Perlu Membentuk Kelompok?Peran kelompok tani sangat penting untuk meningkatkan kapasitas dan mengakses sumber daya.

S ebatang lidi gampang patah, tapi tidak demikian dengan seikat lidi. Demikian pula dengan petani. Manfaat yang didapat seorang petani dibandingkan sekum-pulan petani yang membentuk kelompok tentu akan berbeda.

Kelompok tani dapat menjadi wadah yang memberi petani kekuatan teknis, wa-wasan, dan kesolidan. Petani bisa membuka komunikasi, bertukar pikiran meme-cahkan masalah, mengakses informasi, memperkuat permodalan, serta membangun pemasaran atau sumber daya lainnya.

Dari aspek pembinaan, kelompok tani mempermudah kerja PPL (Penyuluh Per-tanian Lapangan). Mereka dapat memberikan penyuluhan, pembinaan, serta pen-dampingan cukup dengan mendatangi simpul-simpul petani yang membentuk ke-lompok di desa-desa.

“Keberadaan kelompok tani akan membuat pembinaan dan pendampingan PPL kepada petani lebih fokus, efektif, dan efisien. Kelompok tani dengan anggota belas-an sampai puluhan petani bisa dijangkau dalam satu waktu, bukan orang per orang,” ujar Amrullah, Sekretaris BP4K (Balai Penyuluhan Pertanian, Perkebunan, Perikan-an, dan Kehutanan) Kabupaten Luwu Timur.

Pendapat itu disampaikan dalam rapat kerja PTPM (Program Terpadu Pengem-bangan Masyarakat) sektor pertanian awal Juni 2015 silam. Ke depan, tambah Am-rullah, sejalan dengan PTPM sektor pertanian, PPL tingkat BP4K dan BP3K (keca-matan) akan memprioritaskan pembinaan dan pendampingan kepada kelompok-kelompok tani. Hal ini dimaksudkan untuk melahirkan para petani yang berhasil sebagai model percontohan.

Membentuk kelompok tani juga sesuai arahan pemerintah melalui Peraturan Menteri Pertanian No. 273 Tahun 2007 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengem-bangan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani. Peraturan ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk merevitaliasi sektor pertanian, sekaligus menurunkan angka kemiskinan di desa-desa.

Pembentukan kelompok taniMembentuk kelompok tani tidaklah sulit. Tidak pula dibutuhkan legalitas seperti

badan hukum atau sejenisnya. Berikut tiga tahap sederhana membentuk kelompok tani.

1. Persiapan dan sosialisasiPada fase ini, para petani—dapat difasilitasi PPL, tapi lebih baik atas inisiatif

sendiri—melakukan sosialisasi kepada petani lain, termasuk kepada tokoh ma-syarakat bahwa ada rencana pembentukan kelompok tani dengan tujuan tertentu.

Lakukan dialog secara informal atau musyawarah. Tujuannya adalah meng-himpun segala masukan dan masalah yang dapat mengarahkan lebih tajam tu-juan kelompok tani. Lewat dialog semacam itu, kelompok tani bisa mengiden-tifikasi potensi pertanian di wilayahnya.

2. Mendata anggota dan membentuk organisasiLakukan pendataan calon anggota yang berminat untuk bergabung. Setelah

terkumpul, anggota dapat melakukan musyawarah untuk menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Hal ini penting untuk mengetahui tujuan kelompok tani, termasuk hak dan kewajiban anggotanya. Kemudian memben-tuk pengurus inti.

Data anggota kelompok yang memiliki kemampuan memotivasi anggota serta mengelola organisasi. Kemampuan membaca dan menulis juga diperlu-kan, sebab kegiatan kelompok tani memerlukan pencatatan dan dokumentasi.

Selanjutnya, kelompok tani perlu mempersiapkan sarana pendukung kegiat-an. Keberadaan tempat pertemuan adalah hal paling penting. Di tempat inilah nantinya anggota berkumpul untuk melakukan pertemuan, musyawarah, atau penyuluhan dan pembinaan oleh PPL.

3. Menyusun kegiatanHal terakhir yang perlu dilakukan adalah menyusun kegiatan kelompok tani.

Hal terpenting adalah menyusun jadwal pertemuan rutin para pengurus dan anggotanya, misalnya sekali seminggu. Bila diperlukan, kelompok tani bisa me-nyusun rencana pertemuan dengan kelompok tani dari desa/kecamatan lain. Hal ini bermanfaat untuk saling berbagi wawasan dan mencari solusi atas per-soalan yang dihadapi petani.

Kelompok tani juga perlu rutin melakukan monitoring dan evaluasi terhadap lahan atau hasil panen anggotanya. Hal ini untuk mengetahui tingkat produkti-vitas ataupun kendala yang dihadapi.

Kegiatan terakhir yang perlu dilakukan adalah mengadakan pelatihan bagi anggota yang bisa dikerjasamakan dengan PPL. Materi pelatihan bisa macam-macam. Dari budidaya pertanian sampai manajemen organisasi.

Yusuf, Ketua Kelompok Laika Tani Matano, mengaku, dengan membentuk ke-lompok tani ada kepuasan dan keuntungan yang didapat bagi dia dan anggota lainnya. “Kami jadi punya tujuan bersama. Bergotong-royong membuat dem-plot dan saling menyemangati,” ujar dia.[]

Prinsip-prinsip Kelompok Tani

1. Keanggotaan berdasarkan kesadaran dan sukarela.

2. Bertujuan untuk mening-katkan kesejahteraan ang-gota.

3. Rutin mengadakan perte-muan anggota dan pengu-rus.

4. Mengembangkan modal bersama.

Indikator Penilaian Kinerja Kelompok Tani

1. Jumlah anggota. Biasanya satu kelom-pok tani beranggotakan 15-20 orang. Namun lebih banyak makin baik.

2. Jumlah anggota petani wanita. 3. Target produksi.4. Produktivitas.5. Target nilai usaha dan atau pendapat-

an anggota/kelompok.6. Jaringan pemasaran.

Page 9: Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Verbeek edisi 20 | 20159WAWASAN

Peluang Usaha Makanan RinganAnda punya hobi membuat kue? Coba jadikan hobi Anda sebagai pemasukan keluarga. Usaha camilan punya peluang yang besar.

S iapa tak suka ngemil? Kegiatan satu ini bisa dilakukan di se-gala kesempatan dan di mana saja. Ngemil asyik dilakukan sambil menonton televisi, kumpul keluarga, pendamping

minum kopi di pagi hari, bahkan saat rehat sejenak dari aktivitas bekerja. Karena masyarakat kita punya kebiasaan ngemil, pelu-ang usaha camilan terbuka lebar.

Menjelang hari-hari khusus seperti Lebaran, Natal, dan tahun baru, penjualannya camilan umumnya meningkat. Di hari biasa, pembeli juga tidak pernah sepi. Bisnis camilan kue kering lebih mudah dijalankan, karena kue kering bisa bertahan lebih dari enam bulan. Maka risiko kerugian terbilang lebih kecil diban-dingkan bisnis kue basah yang bertahan tidak lebih dari tiga hari.

Bagi Anda yang baru merintis usaha, berjualan camilan me-rupakan salah satu pilihan terbaik. Bisnis ini tidak membutuh-kan ruang besar dan memiliki banyak varian yang bisa dikem-bangkan sesuai selera pasar. Penjualan produk bisa dilakukan di mana saja, mulai dari depan rumah, dititipkan di warung tetang-ga atau kantin sekolah, atau di pinggir jalan yang terlindung dari matahari dan polusi.

Memulai usaha camilanMeskipun peluang usaha makanan ringan terbuka lebar, bu-

kan berarti seseorang yang terjun dalam bisnis ini dijamin untuk sukses. Tidak jarang kita melihat pelaku usaha kuliner gulung ti-kar dengan cepat karena tidak memperhatikan pangsa dan sele-ra pasar, tidak melakukan promosi, atau tidak memperlakukan pembeli dengan benar.

Berikut kiat memulai usaha camilan yang kami olah dari ber-bagai sumber.1. Dalam menekuni bisnis camilan, ada banyak pilihan yang bisa

Anda jalankan. Bisa memproduksi sendiri, mengemas ulang camilan dari produsen maupun pemasok, atau membeli wa-ralaba (franchise). Jika Anda suka membuat kue dan banyak orang suka dengan kue buatan Anda, tentu cara pertama lebih menyenangkan. Namun jika Anda tidak pandai membuat kue, jangan berkecil hati. Masih ada cara kedua dan ketiga yang bisa dijalankan, bahkan dengan risiko bisnis yang lebih kecil.

2. Saat ini masyarakat semakin peduli dengan makanan sehat. Pelaku usaha perlu memperhatikan hal ini dengan menggu-

nakan bahan-bahan yang sehat sehingga camilan Anda lebih diterima masyarakat.

3. Sebisa mungkin gunakan bahan pangan yang mencer-minkan hasil pertanian lokal, karena biasanya lidah ma-syarakat setempat lebih mudah menerima citarasa lokal.

4. Tentukan lebih dulu pangsa pasarnya. Apakah Anda hen-dak menjual camilan untuk orang dewasa atau anak-anak? Apakah Anda hendak menyasar orangtua murid di seko-lah atau para pekerja? Beda pasar beda pula jenis camil-annya, strategi pemasaran, dan harga yang ditawarkan.

5. Kreasikan camilan inovatif yang tidak dimiliki produk lain ataupun varian rasa agar konsumen bebas memilih yang paling disukai. Misalnya, keripik singkong panggang rasa keju atau barbeque, jelly lidah buaya rasa coklat atau je-ruk, dan banyak lagi.

6. Kemasan produk menjadi modal utama Anda untuk bisa tampil beda. Walaupun produk camilan Anda tidak jauh berbeda dari produk kompetitor, bila didukung kemas-an yang cantik produk Anda akan terlihat lebih menarik.

7. Pastikan kepuasan pelanggan menjadi poin utama yang perlu Anda jaga. Anda perlu memberikan layanan pra, saat, dan purna jual bagi setiap konsumen. Produk ber-kualitas perlu dibarengi pelayanan yang memadai, sebab kepuasan pembeli akan menghasilkan loyalitas pelanggan.

8. Mulai promosikan produk Anda ke lingkungan sekitar. Bagikan secara gratis kepada tetangga, kerabat, teman kerja, sesama orangtua ketika menjemput anak sekolah, sambil memberi tahu harga yang ditawarkan. Jika Anda kerap berselancar di dunia maya, bisa juga mempromo-sikan camilan Anda melalui media sosial.

9. Sertifikasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) diperlukan apabila Anda hendak memperluas pasar, misalnya memasarkan camilan produksi Anda me-lalui jaringan supermarket.

Setelah membaca kiat memulai usaha makanan ringan di atas, kini giliran Anda untuk menerapkannya langsung. Se-moga informasi singkat ini bisa memberikan manfaat bagi para pemula yang ingin merintis usaha. Maju terus UKM In-donesia![]

Page 10: Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Verbeek edisi 20 | 201510 DOKTER MENJAWAB

Mengurangi Risiko Kesehatan dari Pemakaian Komputer

Oleh dr. Kristiawan Basuki, Mkes, occupational health specialist RS PT Inco

S elain risiko keselamatan, ada sejum-lah bahaya kesehatan terkait peng-gunaan perangkat teknologi, khu-

susnya komputer. Jika komputer digu-nakan secara intens dalam jangka waktu panjang, masalah kesehatan bisa muncul.

Keluhan yang paling banyak timbul adalah cedera regangan berulang (repe-titive strain injury/RSI), nyeri punggung dan leher, mata lelah, dan sakit kepala. Dengan sejumlah penyesuaian, risiko ce-dera bisa dikurangi.

1. Cedera regangan berulang (RSI)RSI menimbulkan rasa sakit karena

bengkak pada pergelangan tangan dan jari. Jika sudah parah, penderita tidak da-pat menggerakkan tangan sama seka-li. RSI disebabkan karena seseorang me-lakukan gerakan kecil yang sama berulang kali dalam rentang waktu panjang. Penggu-na komputer yang mengetik dan menggunakan mouse sepanjang hari kerap terkena gejala RSI.

Penyebab RSI PencegahanMengetik terlalu lama Istirahatkan tangan AndaMenggunakan mouse terlalu sering dan lama

Gunakan keyboard dan mouse yang ergonomik

Tidak memegang mouse dengan benar

Gunakan penyangga lengan

Bekerja di ruang sempit Atur ruang kerja Anda agar lebih lapang

2. Nyeri punggung dan leherNyeri punggung dan leher disebab-

kan posisi duduk yang salah dan ben-tuk kursi yang tidak dilengkapi penyang-ga punggung. Kondisi ini dapat memicu rasa sakit berat yang memengaruhi kualitas hidup.

Penyebab nyeri punggung dan leher PencegahanBekerja di ruang sempit Ambil jeda secara berkala untuk

melakukan peregangan

Tidak duduk tegak di kursi Sesuaikan kursi dengan postur dan tinggi badan Anda. Duduk tegak dengan punggung tersangga

Posisi layar komputer yang salah Atur posisi layar monitor sehingga berada di bawah ketinggian mata

Pijakkan kaki ke lantai

3. Mata lelahBukti medis menunjukkan, komputer tidak

ada kaitannya dengan kerusakan organ mata maupun kualitas penglihatan. Namun—ambil contoh ketika Anda sedang mengetik ulang sebuah dokumen—otot mata yang beralih fokus dari buku atau dokumen ke layar mo-nitor dalam jangka panjang akan kelelahan. Layar yang berkedip dan cahaya dari monitor juga menjadi penyebab mata lelah. Gejala mata lelah, antara lain, rasa pusing, mata gatal dan pe-rih, pandangan kabur, mual, dan Anda merasa lelah.

Penyebab mata lelah Pencegahan

Berpindah fokus dari benda lain ke layar monitor dalam waktu yang lama

Ambil jeda secara berkala (misalnya setiap satu jam). Saat mengambil jeda, jauhkan pandangan Anda dari layar komputer. Jeda pendek tapi sering lebih baik dibanding jeda panjang dengan interval yang lama.

Bekerja di ruangan dengan pencahayaan buruk

Pastikan pencahayaan ruangan tertata dengan baik tanpa cahaya langsung yang menyebabkan monitor silau.

Layar monitor berkedip dan silau Gunakan layar LCD karena lebih sedikit berkedip dibanding layar CRT (monitor tabung). Gunakan layar anti-glare (tidak silau)

Layar monitor kotor Bersihkan komputer Anda secara teratur

Lakukan pemeriksaan mata secara teratur[]

Page 11: Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Verbeek edisi 20 | 201511PEMDA MENYAPA

Pejabat Bupati Lutim Irman Yasin Limpo, Gubernur Sulsel, dan Presiden Direktur PT Vale saat melakukan pencanangan perpanjangan landasan Bandara Sorowako, awal Oktober 2015.

Kepala Dinas DKPPAD Luwu Timur saat menerima penghargaan dari Menteri Keuangan di Jakarta, Februari 2015.

Komersialisasi Bandara Sorowako untuk Mendorong Investasi

L uwu Timur memiliki potensi pengembangan dan per-tumbuhan yang tinggi di masa depan karena karak-teristik khusus yang dimilikinya yaitu sebagai wila-

yah dengan kekayaan sumberdaya alam yang melimpah. Dengan berbagai potensi yang dimiliki Luwu Timur, baru sebagian kecil yang dilirik oleh para investor. Salah satu kendalanya adalah jarak tempuh yang cukup jauh. Ba-yangkan saja, jarak tempuh antara Kota Malili dan Kota Makassar dengan menggunakan jalur darat, bisa menca-pai 12 hingga 15 jam. Padahal untuk menarik investor di suatu daerah, salah satu pertimbangannya adalah akses yang mudah dan cepat.

Sejak dilantik menjadi Penjabat Bupati Luwu Timur, Ir-man Yasin Limpo sudah bertekad untuk membangun inves-tasi di Luwu Timur. Menurut Irman, untuk mempercepat pengembangan potensi Luwu Timur, harus ada alternatif jalur udara. Dia menilai, Bandara Sorowako yang saat ini dikelola PT Vale layak dikomersialkan. Apalagi pihak Ke-menterian Perhubungan RI telah mengeluarkan Surat Ke-putusan Menteri Perhubungan Nomor KP 1204 Tahun 2013 yang ditandantangani Menteri E.E. Mangindaan pasca mela-kukan site visit di Bandara Sorowako beberapa waktu lalu.

Hanya saja untuk mendaratkan pesawat komersial, ha-rus ada penambahan panjang landasan pacu kurang lebih 175 meter. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasio-nal (Lapan) menilai, posisi Bandara Sorowako sangat baik dan layak untuk di darati pesawat komersil. Namun saat ini panjang landasan Bandara Sorowako baru mencapai 1.150 meter.

Pencanangan perpanjangan landasan Bandara Sorowa-ko berlangsung pada awal Oktober 2015 oleh Irman Yasin Limpo, Ketua DPRD Amran Syam, Kajari Malili Ida Komang Ardhana, Mantan Bupati dan Wakil Bupati Luwu Timur Andi Hatta Marakarma dan Muhammad Thorig Husler, ser-ta Presiden Direktur PT Vale Nico Kanter. Irman juga telah bertemu maskapai Garuda Indonesia dan Wings Air. Kedu-anya menyatakan kesiapan untuk beroperasi di Sorowako[]

Luwu Timur Terima Penghargaan Laporan Keuangan 2014

P emerintah Kabupaten Luwu Timur menerima penghargaan untuk Laporan Ke-uangan (LK) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Tahun Anggaran 2014. Peng-hargaan diserahkan langsung oleh Menteri Keuangan (Menkeu) RI Bambang

PS Brodjonegoro kepada Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DKPPAD) Kabupaten Luwu Timur Aini Endis Anrika.

Menkeu mengatakan bahwa opini LK 2014 mengalami banyak peningkatan. “Opini WTP di Pemerintah Daerah menunjukkan peningkatan,” jelasnya saat acara Raker-nas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah. Pemerintah berharap kegiat-an Rakernas dapat meningkatkan komitmen para pengelola keuangan negara, baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Ini untuk mewujudkan penge-lolaan keuangan negara yang baik, transparan dan akuntabel melalui implementasi akuntansi dan pelaporan keuangan berbasis akrual.

Selain Kabupaten Luwu Timur, Pemerintah juga memberikan penghargaan ke-pada 286 Laporan Keuangan yang mendapatkan opini WTP dari Badan Pemerik-sa Keuangan (BPK). Laporan ini terdiri atas 62 LK Kementerian/Lembaga, 26 LK Pemerintah Provinsi, 149 LK Pemerintah Kabupaten, dan 50 LK Pemerintah Kota. (Humas Lutim)[]

Page 12: Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Verbeek edisi 20 | 201512 EVENT

Penen perdana padi yang ditanam dengan metode SRI Organik di Desa Ledu-ledu, Kecamatan Wasuponda. Jumlah anakan produktif dari padi organik terbukti lebih banyak dengan biaya produksi yang lebih ringan.

Panen Perdana Padi OrganikB ulir-bulir padi yang merunduk tam-

pak di sepetak sawah di Desa Ledu-ledu, Kecamatan Wasuponda. Padi

yang menguning itu telah siap dipanen pada pertengahan Agustus 2015 setelah empat bulan melewati masa tanam. Ada yang istimewa dari panen pagi itu. Tidak hanya petani yang turun ke sawah untuk memanen padi, melainkan petugas Pe-nyuluh Pertanian Lapangan (PPL) hingga Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) juga ikut turun ke sawah dan mengayunkan sa-bit untuk memotong batang-batang padi.

Hasil panen memang sudah ditunggu-tunggu karena untuk kali pertama metode System of Rice Intensification (SRI) Orga-nik akan dibuktikan keberhasilannya. Pa-nen perdana dilakukan di sepetak sawah milik Linus Bungin yang digarap berdua dengan ayahnya. Dia bersama 14 petani mengikuti pelatihan pada Februari 2015 dan selanjutnya menerapkan prinsip per-tanian ramah lingkungan pada sebagian lahan persawahannya. “Sebenarnya saya mau semua lahan saya pakai SRI Organik, tapi kemarin terlambat kami belajarnya jadi ada kendala di pembuatan kompos,” kata Linus.

Meskipun akhirnya Linus baru bisa memanen padi organik dari lahan ber-ukuran 7x15 meter, semangat dan jerih payahnya tidak sia-sia. Hasil panen padi

organik terbukti lebih banyak, lebih be-rat, dan biaya produksi bisa dipangkas.

Kenaikan produktivitasDi Desa Ledu-ledu, petak sawah yang

ditanami padi organik bersebelahan de-ngan area tanam padi konvensional se-hingga perbandingan di antara keduanya bisa langsung diamati. Dari panen dike-tahui bahwa dengan metode SRI Orga-nik, penanaman satu benih menghasilkan 27 hingga 36 anakan, sementara metode konvensional memerlukan 8 benih un-tuk menghasilkan 20 anakan. Pengamat-an akar juga menunjukkan perbedaan. Akar padi organik lebih panjang, tebal, dan kokoh.

Selesai disangking, padi dikumpulkan di pinggir sawah untuk diamati hingga bulirnya. Hasilnya, dari 1 malai padi or-ganik menghasilkan 12 ranting dan 140-174 bulir gabah. Sementara dari padi me-tode konvensional didapat 8 ranting dan 82-105 bulir dari 1 malai. Usai menga-mati malai, ranting, dan bulir, petani dan PPL langsung merontokkan gabah untuk menghitung produktivitas per hektar la-han. Produktivitas lahan padi organik se-besar 5,1 ton per hektar, sedangkan ta-naman padi konvensional menunjukkan angka produktivitas 3,6 ton per hektar.

Anakan dan bulir lebih banyak, lahan juga terbukti lebih produktif. “Ini belum

maksimal. Petani baru mendapat pela-tihan SRI Organik saat padi konvensi-onal sudah dipanen. Jadi jerami-jerami sisa sudah dibakar padahal jerami itu-lah bahan utama kompos. Begitu dibakar semua, mereka kesulitan mencari jerami sehingga pembuatan kompos tidak mak-simal,” kata Darlan, PPL Desa Ledu-ledu. Jika petani bisa memenuhi kebutuhan kompos dan punya waktu yang cukup untuk mengolah lahan sebelum memulai musim tanam, target produktivitas sebe-sar 6-7 ton per hektar sangat mungkin direalisasikan.

Menurunkan biaya produksiPanen di Desa Ledu-ledu tahun ini,

baik padi organik maupun konvensio-nal, terkendala oleh hama. Padi diserang oleh berbagai hama, mulai dari tikus, we-reng, dan walang sangit. Kondisi terse-but membuat petani terpaksa menyem-protkan racun hama sebanyak tiga kali sepanjang musim tanam. Untuk membeli racun, petani mengeluarkan biaya sebe-sar Rp120.000 per liter. Sementara untuk merangsang pertumbuhan tanaman padi di lahan pertanian konvensional, petani juga memerlukan pupuk NPK yang dibeli seharga Rp115.000 per sak.

Dengan metode SRI Organik, kebutuh-an pupuk kimia dan pestisida ditiadakan. Petani hanya perlu membeli gula merah

seharga Rp 15.000 per kg untuk mem-buat mikro organisme lokal (MOL) dan kotoran hewan Rp 17.000 per karung sebagai bahan baku pembuatan kompos. “Mulai sekarang, tidak ada lagi jerami yang dibakar. Kalau petani bisa kumpul-kan banyak jerami, kebutuhan kotoran hewan bisa dikurangi karena jerami ini yang paling penting. Selain itu, bisa di-ambahkan hijauan seperti daun gamal untuk pembuatan kompos. Biaya bisa ditekan lagi,” kata Darlan.

Penurunan biaya produksi paling je-las terlihat pada kebutuhan benih. Padi organik hanya memerlukan 5kg benih per hektar sawah karena menggunakan sistem tanam tunggal, sementara lahan konvensional membutuhkan 25-30kg be-nih pada luasan yang sama. Harga benih per kilogram Rp9.500.

Usai panen, Linus langsung mengum-pulkan batang-batang tanaman padi un-tuk dikeringkan menjadi jerami. “Kalau dulu yang begini langsung dibakar. Modal korek gas, selesai. Ternyata jerami masih bisa dimanfaatkan,” kata Linus. Untuk musim tanam selanjutnya, dia berenca-na menambah luasan area sawah yang akan ditanami menggunakan metode SRI Organik. “Setelah lihat jumlah anak-an produktifnya, saya semakin tertarik. Semoga secara bertahap lahan saya bisa seluruhnya SRI Organik,” ujar Linus.[]

Page 13: Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Verbeek edisi 20 | 201513KEMITRAAN

Aktivitas PISAgro di bidang pertanian kakao dan jagung. Selain dua komoditas tersebut, program kemitraan itu masih memiliki 9 kelompok kerja lain untuk mendukung “Visi Baru Agrikultura”.

Kemitraan Nasional untuk Ketahanan Pangan24 perusahaan dan 60 organisasi internasional bermitra untuk menjangkau 83.000 petani kecil di Indonesia.

D ari 7 miliar manusia di dunia, lebih dari 870 juta mengalami kelaparan dan malnutrisi. Sebagian dari mere-

ka terlibat langsung di bidang pertanian. Produksi pangan terkendala keterbatasan lahan, kekurangan air, minimnya infra-struktur, kendala distribusi dan permo-dalan, faktor alam, serta fluktuasi harga bahan makanan dan komoditas lainnya.

Pada 2050, penduduk dunia diperki-rakan mencapai 9 miliar jiwa. Diperlu-kan perubahan mendasar demi memas-tikan produksi, distribusi, dan konsumsi pangan yang cukup dalam hal kuantitas dan pemenuhan gizi.

Untuk itu, rekanan dan konstituen Fo-rum Ekonomi Dunia (World Economic Fo-rum/WEA) mengembangkan “Visi Baru Agrikultura” pada 2010 untuk menginte-grasikan tiga hal: Ketahanan pangan, ke-berlanjutan lingkungan, dan peningkatan ekonomi. Tujuan akhirnya adalah menaik-kan tiga bidang sasaran tersebut masing-masing 20% per dekade hingga 2050.

Kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat merupakan pola pende-katan yang digunakan untuk mewujudkan “Visi Baru Agrikultura”. Dimulai di Tanza-

nia dan Vietnam pada 2010, model yang sama direplikasi di Meksiko, Indonesia, Maharashtra (salah satu negara bagian India), dan disusul 11 negara Afrika.

Kemitraan di IndonesiaDi Indonesia, “Visi Baru Agrikultura”

diwujudkan melalui program Kemitra-an Pertanian Berkelanjutan Indonesia (Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture/PISAgro). Inilah wadah ke-mitraan pemerintah-swasta-publik yang bertujuan mendukung pemerintah Indo-nesia dalam mengatasi masalah ketahan-an pangan.

Dukungan tersebut direalisasikan me-lalui program-program yang meningkat-kan produktivitas pertanian secara berke-lanjutan dan meningkatkan kesejahteraan petani kecil. PISAgro berdiri 20 April 2012 dengan dukungan tujuh perusahaan yang kemudian dikenal sebagai pendiri (foun-der) PISAgro, yaitu Nestlé, Sinarmas, In-dofood, Unilever, Bayer Indonesia, Syng-enta Indonesia, dan McKinsey Indonesia.

PISAgro dibagi dalam 11 kelompok kerja: Padi, jagung, kedelai, kakao, kopi, susu sapi, kelapa sawit, kentang, karet,

hortikultura, dan pembiayaan pertanian. Dalam tiga tahun, pola kemitraan yang dilakukan berhasil menjangkau 83.000 petani kecil, meningkatkan produktivitas lahan petani kecil rata-rata 15%, meng-gandeng 24 perusahaan dan organisasi internasional sebagai anggota, dan meng-galang komitmen investasi ratusan mili-ar rupiah.

Sudah banyak program dilakukan pada masing-masing kelompok kerja PISAgro. Bayer CropScience Indonesia, yang me-ngetuai kelompok kerja padi, mampu me-ningkatkan hasil panen hingga 16% (atau 0,9 ton/ha), yang berujung pada pening-katan pendapatan hingga 30% atau seni-lai Rp15.000.000/ha per musim.

Bermitra dengan PT Tiga Pilar Sejahte-ra (TPS), produsen beras premium, Bayer CropScience menjangkau persawahan di Jawa Barat dan Jawa Tengah, dengan area kerja sama mencapai 3.000 hektar pada 2014. Daerah binaan akan ditingkatkan menjadi 40 ribu hektar pada 2015 dan menjadi 800 ribu hektar pada 2020.

Sementara itu, jumlah petani binaan program ini akan ditingkatkan menjadi 120 ribu petani pada 2015, dan menja-di 2,6 juta petani pada 2020. Targetnya adalah meningkatkan hasil panen dan penghasilan petani masing-masing se-besar 20% per hektar.

Para petani telah membuktikan man-faat program PISAgro berupa peningkat-an kapasitas melalui berbagai pelatihan dan penyuluhan. Para petani yang telah menerima pelatihan berhasil meningkat-kan hasil panen dengan kualitas padi yang baik, sehingga bisa dijual ke PT TPS de-ngan harga lebih tinggi dari rata-rata pa-sar. Para petani binaan Bayer CropScience memahami dan melakukan praktik per-tanian yang baik, dengan menekan peng-gunaan pestisida dan pupuk.

Kelompok kerja kakao PISAgro bekerja di dua rantai pasok utama. Program ran-tai pasok pertama berlokasi di Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat, dipimpin oleh PT Nestlé Indonesia. Rantai pasok kedua dipimpin oleh PT Cargill Indonesia, berlokasi di Bone dan Soppeng, Sulawe-si Selatan. Kelompok kerja kakao PISAg-ro memberikan pelatihan kepada petani tentang cara budidaya kakao yang baik, penggunaan pestisida yang aman, pemu-pukan yang tepat, juga memberikan pe-latihan pembibitan dan teknik melalui sekolah lapang.

Pembiayaan Mikro Kelompok kerja jagung PISAgro siap

mengucurkan pembiayaan mikro sebesar Rp30 miliar untuk 2.000 petani jagung di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, pada musim tanam 2015. Jumlah tersebut meningkat sepuluh

kali lipat dari program awal kemitraan pembiayaan mikro yang telah dikucur-kan kepada 200 petani jagung di dua ka-bupatan tersebut pada November 2014.

Bukan hanya memberikan pen-danaan, PISAgro juga memberi pelatihan proses produksi dan pengelolaan keuang-an. Beberapa pihak yang terlibat, antara lain, Bank Andara melalui BPR Pesisir Akbar yang memberikan akses pinjam-an modal, PT Syngenta Indonesia yang melatih dan mendampingi petani, serta MercyCorps Indonesia yang memberikan pelatihan literasi keuangan kepada peta-ni.

Sementara itu, kelompok kerja sawit membentuk program kemitraan dengan petani swadaya berupa skema pembia-yaan bagi peremajaan kebun di Riau dan Sumatera Selatan. Dengan demikian, pada luasan kebun yang sama, mereka dapat menikmati pendapatan berkali-kali lipat dan tidak perlu lagi merambah hutan. Kelompok kerja sawit menggandeng ber-bagai pihak, seperti Sinarmas, BRI Agro, Sustainable Trade Initiative (IDH), Indo-food Agri, TPS, Louis Dreyfus Commodi-ties, dan Triputra Agro Persada.

Proyek percontohan lain dikelola oleh IndoAgri bekerja sama dengan IDH. Da-lam proyek ini, petani diberi pelatihan dan dukungan cara bertani yang baik, ak-ses terhadap input produksi, dilibatkan dalam koperasi, dan dibimbing menjadi petani bersertifikat RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesi-an Sustainable Palm Oil).

Proyek ini dianggap menjadi skema ser-tifikasi petani swadaya RSPO terbesar di dunia. Kemitraan IndoAgri-IDH berlang-sung pada 2015 dan 2016, bekerja sama dengan 3.100 petani sawit skala kecil di atas 6.200 hektar lahan untuk mening-katkan produktivitas minimal 20%, me-ningkatkan pendapatan petani, dan me-nurunkan deforestasi.

3 Tahun Pencapaian PISAgro1. Bermitra dengan 83.000 petani

kecil swadaya.2. 67.000 hektar lahan pertanian di-

kelola dengan praktik yang baik.3. Produktivitas petani kecil me-

ningkat 12% hingga 71%.4. Pendapatan petani kecil mening-

kat 12% hingga 78%.5. Beranggotakan 24 perusahaan

dan organisasi internasional.6. Melibatkan lebih dari 60 organi-

sasi mitra.7. Menggalang Rp223 miliar komit-

men investasi, Rp76 miliar sudah direalisasi.[]

Page 14: Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Verbeek edisi 20 | 201514 GALERI

Galeri FotoMomen yang tertangkap kamera sepanjang pelaksanaan Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM). Jika Anda memiliki fotofoto yang terkait dengan pelaksanaan PTPM, silakan kirim ke Redaksi Tabloid Verbeek melalui email [email protected] (ukuran foto minimal 500KB). Foto yang dimuat akan mendapatkan suvenir menarik.

Ice breaking games di sela-sela workshop Peningkatan Akses Pasar bagi petani lada dan kakao di BP3K Model-Kecamatan Nuha, Agustus 2015.

Pembelajaran ekologi dasar dan prinsip SRI Organik, Juni 2015, diikuti oleh Petugas

Penyuluh Lapangan se-Kabupaten Luwu Timur. Mereka menganalisis agroekosistem yang

menopang sepetak sawah.

Erie Sudewo, pendiri lembaga Character Building Indonesia, menjadi narasumber seminar

“Membangun Karakter Guru Pemimpin”, Juni 2015. Erie mengibaratkan karakter sebagai padi dan kompetensi sebagai ilalang. “Tanam padi pasti tumbuh ilalang. Tanam ilalang

mustahil tumbuh padi,” kata Erie.

Siswi SMPN I Wasuponda belajar di gedung laboratorium sekolah. Bangunan tersebut

mendapat bantuan renovasi dari PTPM PT Vale yang diserah terimakan pada Juni 2015.

Page 15: Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Verbeek edisi 20 | 201515JENDELA

RDM. Verbeek

Corine Verbeek

Menyaksikan Kebesaran Nama Leluhur

S uatu sore di awal Agustus 2015, tab-loid Verbeek mendapat kabar yang tidak biasa. Keturunan Rogier Die-

derik Marius Verbeek berkunjung ke So-rowako. Bagi dunia geologi, RDM Verbeek adalah nama besar. Geolog dan naturalis berkebangsaan Belanda itu dikenal atas karyanya Krakatau yang disunting anta-ra tahun 1884-1885. Buku tersebut men-jelaskan tentang letusan Gunung Kraka-tau pada tahun 1883, salah satu letusan gunung api paling mematikan dan paling merusak sepanjang sejarah yang mene-lan 36.417 korban jiwa. RDM Verbeek merupakan salah satu saksi mata peris-tiwa tersebut.

Karena begitu besarnya kontribusi RDM Verbeek terhadap penelitian geo-logi di Indonesia, namanya diabadikan menjadi nama barisan pegunungan yang membentang dari Sulawesi Selatan hingga ke Sulawesi Tengah. EC Abendanon da-lam bukunya Midden-Celebes-expeditie. Geologische en geographische doorkrui-singen van Midden-Celebes (1909) ada-lah geologis pertama yang menyebutkan Pegunungan Verbeek dalam catatannya.

Sejak masih kanak-kanak, Cornelia Eli-sabeth Maria de Cler-Verbeek, ci-cit yang berjarak empat generasi dari RDM Ver-beek, begitu ke-rap mendengar kisah kebesar-an leluhurnya. “Ayah saya se-ring menyebut tentang Pegu-nungan Verbeek di Sulawesi yang namanya diam-bil dari nama leluhur kami. Saya datang ke sini untuk mem-buktikan bahwa omongan ayah saya bukan le-lucon,” kata Co-rine, begitu wa-nita itu biasa di-sapa.

Mendapat ke-sempatan untuk berbincang langsung de-ngan darah-daging RDM Verbeek merupa-kan suatu kehormatan. Sepanjang pembi-caraan, Corine tak henti-hentinya melepas pandangan ke arah Pegunungan Verbeek yang tampak jelas dari lokasi pertemuan kami. “Sungguh indah,” kata Corine yang

kini menetap di Berlin, Jerman, bersa-ma suaminya Jan Williem de Cler dan tiga anak mereka.

Sejauh mana Anda mengenal Indonesia?

Saya punya hubungan yang dalam de-ngan Indonesia. Waktu kecil, saya per-nah tinggal di Middelburg, sebuah kota di Belanda. Di kota itu, banyak orang In-donesia. Saya sering melihat orang me-makai sarung dan saya sendiri makan pi-sang goreng sejak kecil. Saya juga sudah beberapa kali berwisata ke Indonesia. Saya sudah pernah ke Jawa, Bali, Lombok, Sumba, Sumbawa, Pulau Komodo, Rote, dan masih banyak lagi. Tahun 1994 saya ke Makassar dan trekking di Rantepao, Toraja. Jadi Indonesia bukanlah negara asing bagi saya.

Kali ini, apakah Anda memang sengaja terbang dari Berlin ke Sorowako?

Sebenarnya tidak. Kami berniat tra-veling selama 3 minggu ke Manado, Go-rontalo, Togean, Ampana, lalu ke Tente-na. Sampai di Tentena, saya melihat peta

kuno yang di situ tertera lokasi Pe-gunungan Verbe-ek di sekitar Ma-lili. Mungkin itu sebuah pertanda. Saya langsung ter-ingat cerita ayah dan ingin seka-li melihat lang-sung pegunung-an itu. Lalu saya bertanya kepada pengemudi yang mengantar kami dari Ampana ke Tentena, apa dia tahu persis letak Pegunungan Ver-beek? Ternya-ta dia tidak tahu. Dia juga belum pernah ke Malili tapi dia bersedia mengantar kami ke sana.

Bagaimana perasaan Anda saat berkendara dari Tentena ke Malili?

Saya antusias sekali, meskipun sedikit was-was. Karena pengemudi kami bilang begini, “Hanya ada tiga hal yang akan kita temui di Malili yaitu jalan berbatu,

danau kotor, dan gajah liar.” Tapi walau pun begitu, semangat saya dan suami ti-dak berkurang. Kami sudah terbiasa de-ngan segala rintangan yang bakal dijum-pai saat traveling.

Lalu bagaimana kesan Anda begitu tiba di Luwu Timur?

Ternyata jalan raya di sini bagus dan mulus, danaunya cantik, dan banyak orang bisa bicara Bahasa Inggris…haha-haha.

Bagaimana Anda bisa sampai di Sorowako?

Sejak pertama kali berniat melihat peta Pegunungan Verbeek, rasanya semesta mendukung. Kami langsung mendapat pengemudi baik hati yang mau mengan-tar dan secara kebetulan kami bertemu Pendeta Wayan (Pdt. I Wayan Norsa Adi-wijaya, red) di Malili yang tahu banyak tentang sejarah dan arkeologi. Melalui Pendeta Wayan, saya dipertemukan de-ngan geologis PT Vale di Sorowako yang punya data-data valid seputar Pegunung-an Verbeek. Maka di sinilah kami. Ternya-ta tempat ini begitu modern. Kami benar-benar tidak menyangka.

Apa yang Anda rasakan ketika akhirnya bisa melihat Pegunungan Verbeek?

Saya sangat tersentuh. Saya pernah go-ogling tentang pegunungan ini dan yang kelihatan hanya satu titik kecil lewat sa-telit. Maka saya membayangkan Pegu-nungan Verbeek hanyalah bukit kecil ber-bentuk kerucut di tengah-tengah desa. Setelah sampai di sini, ternyata sangat megah, jauh melampaui bayangan saya. Selain terpesona, saya juga bangga kare-na nama keluarga saya menjadi sesuatu yang besar di sini.

Sebelum Anda, apakah sudah pernah ada anggota keluarga Verbeek yang berkunjung ke Luwu Timur?

Belum pernah. Ayah saya hanya se-ring bercerita tapi dia sendiri belum pernah ke sini. Saya punya paman yang menetap di Indonesia selama 4 tahun tapi dia belum pernah ke Sulawesi. Be-berapa angota keluarga besar saya juga pernah traveling ke Indonesia tapi, se-kali lagi, belum pernah ada yang meli-hat Pegunungan Verbeek. Saya menjadi yang pertama.

Keluarga Anda memang pecinta traveling ya?

Sepertinya traveling sudah mengalir di darah keluarga besar saya. Leluhur kami, Johannes Verbeek, sudah berlayar ke Amerika pada tahun 1600-an. Kelu-arga kami banyak yang menjadi misio-naris sehingga tugasnya memang pergi ke tempat-tempat yang jauh. Saya sen-diri seorang filsuf yang berkutat soal do, hope, think (perbuatan, harapan, pemi-kiran) sehingga melakukan perjalanan, seperti yang saya lakukan saat ini, ada-lah bagian dari filosofi.

Apakah Anda akan mendokumentasikan perjalanan ke Pegunungan Verbeek ini?

Saya akan menulis untuk Trompenmu-seum (museum antropologis di Amster-dam, Belanda, red) tentang perjalanan saya. Dan yang jelas saya akan membu-at tulisan untuk keluarga besar. Mereka pasti senang sekali. Saya akan berceri-ta kalau nama Verbeek sangat terkenal di sini, bahkan diadopsi sebagai nama tabloid dan nama beberapa perusaha-an. Kakak saya sudah tidak sabar ingin membaca tulisan saya.[]

Page 16: Mencetak Tenaga Penyuluh Andal

Verbeek edisi 20 | 201516 EVENT

Pelatihan Penanganan Penderita Gawat Darurat dan Trauma, Juni 2015, diikuti oleh tenaga medis dari Puskesmas di empat wilayah terdampak operasi PT Vale. Pelatihan yang menjadi bagian dari Kemitraan Strategis PTPM itu bertujuan untuk meningkatkan kapasitas personel Puskesmas.

Latihan Penanganan Gawat Darurat untuk Personel PKMP erubahan gaya hidup menjadikan penyakit jantung seba-

gai ancaman utama kesehatan semua kalangan. Maka, pe-nguasaan pengetahuan dan teknis penanganan penderita

penyakit jantung patut dimiliki para tenaga medis di area tugas mana pun. Tak terkecuali di Luwu Timur.

Terkait itu, Rumah Sakit Inco dan Pemerintah Daerah Luwu Timur, melalui Kemitraan Strategis Bidang Kesehatan Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM), melakukan pela-tihan Penanganan Penderita Gawat Darurat dan Trauma (PP-GDT) pada pertengahan Juni 2015 lalu di Sorowako. Pelatihan diadakan di Aula TQ 1 YPS, diikuti 20 tenaga medis dari Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM/Puskesmas) dari empat wilayah terdampak operasi Perusahaan.

Program pelatihan bertujuan meningkatkan kapasitas dan keterampilan tenaga medis Puskesmas dalam menangani pasien jantung dan trauma akibat kecelakaan, keracunan, dan sebagai-nya. Sebanyak 20 peserta yang terdiri atas perawat dari PKM Mahalona, Bantilang, Timampu, Lampia, dan internal parame-dis RS Inco sangat antusias mengikuti paparan para pemateri. Instruktur pelatihan adalah personel RS Inco yang telah meng-ikuti pelatihan dan mendapatkan sertifikasi Advanced Cardiac Life Support (ACLS) pada November 2014.

Pelatihan serupa juga dilakukan untuk tenaga medis dari PKM Malili, Nuha, Wasuponda, dan Towuti, pada Juli 2015.[]

1. Ragam keluhan atau gangguan penglihatan.A. Rabun jauhB. Rabun dekatC. KatarakD. Semua benar

2. Kepanjangan dari P3K.A. Proaksi Pertama pada KecelakaanB. Pertolongan Pertama pada KecelakaanC. Perbuatan Pertama pada KecelakaanD. Tidak ada yang benar

3. Alat untuk membersihkan mulut dan gigi sehari-hari.A. Sikat gigiB. Pasta gigiC. Obat kumur antiseptikD. Semua benar

4. Sakit kepala dengan gejala seperti berputar-putar.A. AmnesiaB. MigrainC. VertigoD. Pusing

5. Tindakan bukan bukan pola hidup sehat.A. Mencuci tangan sebelum makan dan olahragaB. Makan dengan menu sehat dan seimbang dan

istirahat cukupC. Merokok dan minum minuman beralkoholD. Olahraga dan istirahat cukup

6. Buah yang kaya vitamin C.A. BengkuangB. JerukC. TimunD. Apel

7. Termasuk olahraga ringan dan tidak banyak menguras tenaga.A. MaratonB. BerenangC. SepakbolaD. Jalan kaki

8. Sumber makanan yang me-ngandung karbohidrat.A. BerasB. SingkongC. JagungD. Semua benar

9. Satuan untuk mengukur berat badan di Indonesia.A. GramB. Kilogram C. OnsD. Pon

10. Yang bukan merupakan bagian dari mata.A. RetinaB. PupilC. TendonD. Iris

Kirimkan jawaban melalui email [email protected] atau melalui surat ke alamat redaksi tabloid Verbeek, Kantor Communications & External Affairs PT Vale, Jl. Ternate 44, Pontada, Kec. Nuha, Kab. Luwu Timur, 92984. Sepuluh pengirim yang beruntung akan mendapatkan suvenir dari redaksi. Nama-nama pemenang kuis diumumkan melalui Facebook Tabloid Verbeek.

Ku i s