Upload
muhammad-sultan
View
13
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Mendoakan Keburukan Untuk Orang yang Menzalimi
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada
baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Dizalimi dan dianiaya, pasti setiap orang tidak suka. Sehingga saat terzalimi ia akan berbuat apa saja agar
terhindar dari kezaliman itu. Jika mampu, ia akan menghentikan kezaliman atas dirinya dengan tenaganya atau
lisannya. Namun bagaimana jika ia tidak memiliki kemampuan?
Boleh jadi doa menjadi senjata terakhir baginya. Ia menghaturkan kepada penguasa alam semesta
(AllahSubhanahu wa Ta'ala) atas kezaliman yang dialaminya dan meminta kebinasaat untuk orang yang terlah
berbuat zalim kepadanya. Dan berdasarkan sabda Rasul-Nya, Allah akan mengabulkan doa orang yang
terzalimi.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
و�د�ع�و�ة� �ع�ادل� ال م�ام� و�اإل� �ف�طر� ي �ى ت ح� م� الص�ائ �ه�م� د�ع�و�ت د� �ر� ت ال� �ة! ث �ال� ث �و�م �م�ظ�ل ال
"Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya: orang puasa sampai ia berbuka, imam yang adil, dan doa orang
yang dizalimi." (HR. Al-Tirmidzi)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berpesan kepada Mu'ad bin Jabal saat mengutusnya ke Yaman,
حج�اب! �ه الل �ن� �ي و�ب �ه�ا �ن �ي ب �س� �ي ل �ه� ن ف�إ �وم �م�ظ�ل ال د�ع�و�ة� �ق و�ات
"Dan takutlah doa orang terzalimi, karena tidak ada hijab (penghalang) antara ia dengan Allah ." (Muttafaq
'Alaih)
Status Mendoakan Keburukan Atas Orang Zalim
Pada dasarnya, dibolehkan bagi orang yang dizalimi dan dianiaya untuk membela dirinya salah satu bentuknya
adalah dengan mendoakan keburukan atas orang yang menzaliminya.
Allah Ta'ala berfirman,
ميع4ا س� �ه� الل �ان� و�ك م� ظ�ل م�ن� ال� إ �ق�و�ل ال من� وء الس� ب �ج�ه�ر� ال �ه� الل �حب� ي ال�يم4ا ع�ل
"Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Nisa': 148)
Ibnu Abbas berkata tentang ayat ini: "Allah tidak suka seseorang mendoakan keburukan untuk selainnya,
kacuali ia dalam keadaan dizalimi. Allah memberikan keringanan baginya untuk mendoakan keburukan atas
orang yang menzaliminya.dan itu ditunjukkan oleh firman-Nya, "Kecuali oleh orang yang dianiaya." (namun),
jika bersabar maka itu lebih baik baginya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir terhadap ayat di atas)
Firman Allah yang lain,
يل? ب س� من� �هم� �ي ع�ل م�ا ك� �ئ �ول ف�أ �مه ظ�ل �ع�د� ب �ص�ر� �ت ان �م�ن و�ل
"Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosa pun atas
mereka." (QS. Al-Syuura: 41)
. . . dibolehkan bagi orang yang dizalimi dan dianiaya untuk membela dirinya salah satu bentuknya adalah dengan mendoakan
keburukan atas orang yang menzaliminya. . .
Namun, apakah ini yang terbaik baginya? Tidak. Jika ia membalas kepada orang yang menzaliminya dengan
doa keburukan, maka ia tidak mendapat apa-apa karena ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan
(kepuasan).
Berbeda jika doanya dengan niatan agar orang-orang tidak lagi menderita akibat kejahatannya, maka ia
mendapat pahala dengannya. Terlebih jika niatnya untuk menghilangkan kezaliman, menegakkan syariat Allah
dan hukum-Nya, maka pahala yang didapatkannya lebih banyak.
Namun, jika ia bersabar, memaafkan, dan membalas keburukan dengan kebaikan maka ia mendapat pahala
yang besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala,
ال ع�ل�ى ه� ج�ر�� ف�أ �ح� ص�ل
� و�أ ع�ف�ا ل�ه�ف�م�ن�
"Maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah." (QS. Al-Syuura:
40)
Maksudnya: Allah tidak akan menyia-nyiakan sikapnya itu di sisi-Nya. Tetapi Allah akan memberikan pahala
yang besar dan balasan baik yang setimpal. Disebutkan dalam hadits shahih, "Tidaklah Allah menambah
kepada hamba melalui maaf yang ia berikan kecuali kemuliaan." (HR. Muslim)
Allah Ta'ala berfirman,
�ذي ال ذ�ا ف�إ �ح�س�ن� أ هي� ي �ت ال ب اد�ف�ع� �ة� eئ ي الس� و�ال� �ة� ن �ح�س� ال �وي ت �س� ت و�ال�و�م�ا وا �ر� ص�ب �ذين� ال ال� إ �ق�اه�ا �ل ي و�م�ا ح�ميم! fيو�ل �ه� ن
� �أ ك ع�د�او�ة! �ه� �ن �ي و�ب �ك� �ن �ي ب ? ع�ظيم gح�ظ ذ�و ال� إ �ق�اه�ا �ل ي
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-
tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." (QS. Fushshilat:
34-35)
Maksud "Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik," adalah: apabila ada orang yang berbuat buruk
kepadamu baik dengan perkataan atau perbuatan, maka balaslah dengan kebaikan. Jika ia memutus
hubungan denganmu, maka sambunglah. Jika ia menzalimimu maka maafkan ia. Jika membicarakan
keburukanmu –baik di depan atau di belakangmu- maka jangan engkau balas, tapi maafkan ia dan bebicara
kepadanya dengan lemah lembut. Jika ia mengucilkanmu dan tidak mau berbicara denganmu, maka
berbicaralah yang baik dan mulailah berilah salam kepadanya.
Tidaklah taufiq Allah ini diberikan kecuali kepada orang-orang yang sabar atas keburukan yang ia dapatkan
dan menyikapinya dengan sesuatu yang Allah cinta. Karena sifat dasar manusia –inginnya- membalas
keburukan dengan keburukan agar terpuasaan. Ia tidak mau memberikan maaf. Tapi sifat dalam ayat ini
sangat istimewa, bukan hanya maaf yang ia berikan, tapi membalas keburukan dengan memberikan kebajikan.
Ia sadar bahwa membalas keburukan dengan keburukan tidaklah mendatangkan kebaikan untuk dirinya,
khususnya di akhirat. Sementara jika ia berbuat baik kepadanya, kebaikannya itu akan tetap dicatat kebaikan.
Bersikap seperti di atas tidaklah akan merendahkan martabatnya, tetapi sebaliknya, Allah akan
meninggikannya dengan akhlak mulia tersebut. Allah akan meninggikan derajatnya di dunia dan akhirat karena
mulianya akhlak yang ia tampilkan. Wallahu Ta'ala A'lam