4
Menelisik Pendidikan yang Berwawasan Global: Sebuah Tinjauan Ulang terhadap Basis Pijakannya Oleh Widiatmoko [email protected] http://widiatmoko.blog.com Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta Pengantar Menelisik jati diri pendidikan tentu akan bertalian dengan pandangan para pakar pendidikan, baik itu psikolog pendidikan maupun filsuf pendidikan yang pernah meletakkan konsep dasar pendidikan di awal abad kebangkitan rennaisance. Pertama, pendidikan sebagaimana konsep Bruner dipahami sebagai interaksi proses pembelajaran dalam rangka perubahan perilaku peserta didik. Perubahan perilaku itu laiknya bertalian dengan peningkatan kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial. Kedua, Langevald mengungkapkan pendidikan sebagai interaksi kasih sayang antara orang dewasa dan peserta didik. Interaksi orang dewasa dan peserta didik secara umum berkait-rapat dengan proses pembelajaran di kelas. Ketiga, pendidikan sebagaimana pernah negara definisikan bermaksud untuk membentuk manusia yang susila, cakap, demokratis, dan tanggung jawab; dan dirumuskan untuk mengembangkan manusia yang cerdas dan utuh, berbudi luhur, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian mantap dan mandiri, dan memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Soedijarto, 2000). Keempat, ditilik dari cakupan mikro, pendidikan dalam pengertian sebagai sekolah menunjuk pada pemahaman bahwa sekolah harus dibangun sedemikian hingga peserta didik yang berkemampuan lebih (the most gifted) dapat mencapai puncak keberhasilannya dan sebagian besar dari para peserta didik tersebut mampu memperoleh pengetahuan dasar seefisien mungkin (Gardner, 1993). Dan kelima, Kimble (1961) sebagaimana dinukil di dalam Hergenhann dan Olson (1993) mendefinisikan pendidikan sebagai perubahan perilaku yang relatif stabil yang terjadi sebagai akibat adanya latihan yang berulang-ulang. Latihan yang berulang-ulang itu merupakan intervensi positif guru kepada peserta didiknya yang dapat memberikan penguatan positif (positive reinforcement). Dengan demikian, pendidikan dapat dipahami sebagai interaksi orang dewasa (guru, orang tua, masyarakat) dengan peserta didik dalam suasana kasih sayang untuk membangun peserta didik tersebut berakhlak mulia dan berpengetahuan. 1

Menelisik Pendidikan yang Berwawasan Global

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Menelisik jati diri pendidikan tentu akan bertalian dengan pandangan para pakar pendidikan, baik itu psikolog pendidikan maupun filsuf pendidikan yang pernah meletakkan konsep dasar pendidikan di awal abad kebangkitan rennaisance.

Citation preview

Page 1: Menelisik Pendidikan yang Berwawasan Global

Menelisik Pendidikan yang Berwawasan Global: Sebuah Tinjauan Ulang terhadap Basis Pijakannya

OlehWidiatmoko

[email protected]://widiatmoko.blog.com

Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

PengantarMenelisik jati diri pendidikan tentu akan bertalian dengan pandangan para pakar pendidikan, baik itu psikolog pendidikan maupun filsuf pendidikan yang pernah meletakkan konsep dasar pendidikan di awal abad kebangkitan rennaisance. Pertama, pendidikan sebagaimana konsep Bruner dipahami sebagai interaksi proses pembelajaran dalam rangka perubahan perilaku peserta didik. Perubahan perilaku itu laiknya bertalian dengan peningkatan kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial. Kedua, Langevald mengungkapkan pendidikan sebagai interaksi kasih sayang antara orang dewasa dan peserta didik. Interaksi orang dewasa dan peserta didik secara umum berkait-rapat dengan proses pembelajaran di kelas. Ketiga, pendidikan sebagaimana pernah negara definisikan bermaksud untuk membentuk manusia yang susila, cakap, demokratis, dan tanggung jawab; dan dirumuskan untuk mengembangkan manusia yang cerdas dan utuh, berbudi luhur, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian mantap dan mandiri, dan memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Soedijarto, 2000). Keempat, ditilik dari cakupan mikro, pendidikan dalam pengertian sebagai sekolah menunjuk pada pemahaman bahwa sekolah harus dibangun sedemikian hingga peserta didik yang berkemampuan lebih (the most gifted) dapat mencapai puncak keberhasilannya dan sebagian besar dari para peserta didik tersebut mampu memperoleh pengetahuan dasar seefisien mungkin (Gardner, 1993). Dan kelima, Kimble (1961) sebagaimana dinukil di dalam Hergenhann dan Olson (1993) mendefinisikan pendidikan sebagai perubahan perilaku yang relatif stabil yang terjadi sebagai akibat adanya latihan yang berulang-ulang. Latihan yang berulang-ulang itu merupakan intervensi positif guru kepada peserta didiknya yang dapat memberikan penguatan positif (positive reinforcement).

Dengan demikian, pendidikan dapat dipahami sebagai interaksi orang dewasa (guru, orang tua, masyarakat) dengan peserta didik dalam suasana kasih sayang untuk membangun peserta didik tersebut berakhlak mulia dan berpengetahuan.

Peranan dan Tantangan PendidikanMengingat pengertian pendidikan yang diuraikan oleh para pakar pendidikan sejak berpuluh-puluh tahun lalu, selanjutnya pendidikan memainkan peranan yang sangat penting dan strategis dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia di masa yang akan datang. Keberhasilan suatu bangsa tentu akan ditakar dari bagaimana pendidikan berkiprah di dalam pembangunan bangsa itu. Pengalaman empirik di banyak negara membuktikan peranan pendidikan yang begitu penting dan strategis itu. Amerika setelah proklamasi 4 Juli 1776 menyadari bahwa mereka membangun masyarakat baru dari berbagai subkultur yang dibawa oleh kaum imigran dari berbagai ras dan asal negara. Oleh karena itu, dalam membangun masyarakat baru itu, Amerika menempuh strategi yang menjadikan sekolah sebagai pusat sosialisasi dan pembudayaan nilai-nilai baru yang dicita-citakan (Soedijarto, 2000). Lebih dari itu, sekolah memainkan peranan sebagai jembatan antara pengetahuan dan pengalaman hidup dengan mempertemukan antara guru dan peserta didik dalam suasana pembelajaran yang kemudian secara bersama-sama mengemban misi kemasyarakatan (Whitehead, 1957).

Berpijak dari pengalaman pelaksanaan pendidikan di negara maju itu, kini peranan pendidikan di negara-negara berkembang juga mengalami akselerasi yang luar biasa. Banyak hasil-hasil penelitian

1

Page 2: Menelisik Pendidikan yang Berwawasan Global

yang dilakukan di dunia pendidikan digunakan oleh kalangan dunia industri. Di samping itu, ada juga penggalakan kerjasama antara dunia pendidikan dan dunia industri dalam bentuk lain. Kerjasama-kerjasama itu antara lain dapat berupa pertalian dengan dunia perbankan. Ada pula yang berupa penciptaan sains dan teknologi yang dihasilkan oleh sekolah untuk keperluan dunia usaha. Demikian pula, dimungkinkan adanya kerjasama untuk menciptakan teknologi informasi yang diprakarsai pendanaannya oleh dunia industri, dan sebagainya. Dengan demikian, keterlibatan dunia usaha dan dunia industri merupakan sokongan nyata bagi dunia pendidikan untuk memfasilitasi pengembangan ilmu pengetahuan secara holistik yang akan dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Pemanfaatan hasil pengembangan ilmu pengetahuan oleh masyarakat sesungguhnya merupakan implementasi dunia pendidikan di sekolah yang menerapkan model science in schools. Secara umum, model science in schools merupakan model alternatif yang dikembangkan oleh sekolah kepada peserta didik sejak usia dini. Pengembangan ini dimaksudkan agar teknologi dikenali sejak awal. Karena implementatif, model ini laiknya berbentuk penekanan pada kerangka kerja pembelajaran yang efektif di bidang sains dan juga pada kerangka kerja tentang bagaimana sekolah mengembangkan rencana aksi dan penerapan sains dalam program pembelajarannya. Oleh karena itu, model alternatif pembelajaran di sekolah sudah menjadi opsi untuk meningkatkan kualitas hasil belajar yang sekaligus dapat menghasilkan karya nyata yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas.

Tentu ini tidak mudah, khususnya di negeri ini. Dunia pendidikan di negeri ini sejak awal abad ke-21 telah menghadapi berbagai tantangan besar. Pertama, sebagai dampak dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil inovasi pendidikan yang telah dicapai. Sebagaimana diketahui pendidikan mengalami stagnasi pendanaan yang mengakibatkan penurunan kemampuan sebagian orang tua untuk tidak lagi membiayai anak-anaknya melanjutkan studinya. Kedua, globalisasi yang ditandai dengan perkembangan yang sangat pesat dalam teknologi informasi, transportasi, dan perdagangan telah menjadikan dunia seolah-olah tanpa batas. Di era tersebut, arus barang, jasa, dan budaya akan berjalan dengan sangat cepat. Oleh karena itu, dunia pendidikan dituntut untuk menyiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas agar mampu bersaing dalam pasar global. Dan ketiga, sejalan dengan berlakunya otonomi daerah, perlu adanya perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional. Perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional tersebut sesungguhnya dimaksudkan untuk mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis dengan memperhatikan keberagaman budaya daerah dan keunikan peserta didik sebagai makhluk yang berbeda dengan cara mendorong partisipasi keluarga dan masyarakat dalam proses pendidikan, sehingga dengan demikian dinamika pendidikan masih terus dapat berlangsung.

Perluasan Basis PendidikanAgar dinamika pendidikan masih terus dapat berlangsung, pendidikan masa depan memerlukan revisi orientasi pengelolaannya. Pengelolaan ini akan melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pertama, disebutlah pendidikan berbasis keluarga. Proses pendidikan utama sesungguhnya terletak di dalam lingkup keluarga. Ini merupakan penerapan konsep Islam dalam pendidikan. Dalam perspektif Islam, keluarga merupakan pilar utama dalam proses pendidikan. Ini kemudian dijabarkan secara luas bahwa keteladanan orang tua menjadi kunci keberhasilan pendidikan anak-anaknya. Kedua disebutlah pendidikan berbasis sekolah. Ini sering dikenal dengan istilah sekolah formal. Karena sifatnya yang formal, diharapkan keluarga dan masyarakat untuk berkontribusi dalam pelaksanaan pendidikan itu. Lazimnya, ini melalui kegiatan komite sekolah atau organisasi lain yang keanggotaanya terdiri atas orang tua siswa, guru, tokoh masyarakat, dan patron dari kalangan dunia usaha. Dan ketiga, disebutlah pendidikan berbasis masyarakat. Sebagaimana dikatakan oleh Abul A’la Maududi, tiga aspek penting yang akan mempengaruhi perilaku peserta didik adalah kepribadian, pendidikan, dan lingkungan masyarakat. Dengan demikian, penciptaan lingkungan masyarakat yang kondusif menjadi sebuah keniscayaan bagi semua keluarga dalam peningkatan pendidikan anak-anaknya.

Dari uraian di atas, secara umum dapat disimpulkan perlu penyelusuran hakikat pendidikan dan peranannya, tren dan isu-isu yang bertalian dengan pendidikan global, dan strategi pengelolaan sistem pendidikan oleh keluarga, sekolah, dan masyarakat. Itu semua tentu diarahkan untuk membentuk insan terdidik yang berakhlak mulia. Pembentukan itu sudah semestinya merupakan cita-cita para guru sebagai pendidik.

Pustaka Rujukan

2

Page 3: Menelisik Pendidikan yang Berwawasan Global

Gardner, H. (1993). Multiple intelegences: The theory in practice. New York: BasicBooks.Hergenhann, B.R. & Olson, M.H. (1993). An introduction to theories of learning. Englewood Cliffs,

N.J.: Prentice-Hall.Soedijarto. (2000). Pendidikan nasional sebagai wahana mencerdaskan kehidupan bangsa dan

membangun peradaban negara-bangsa. Jakarta: CINAPS.Whitehead, A.N. (1957). The aims of education. New York: Mentor Book.

***

3