Meneliti Syuzuz Dan Illat

Embed Size (px)

Citation preview

Meneliti syuzuz dan illah Sekiranya suatu sanads hadits yang detiliti tentang sanad hadits yang di teliti memberikan petunjuk yang meyakinkan bahwa seluruh periwayat yang terdapat dalam sanad atau tsiqah dan sanadnya benar-benar bersambung, maka tidak ada alasan untuk menolak bahwa kualitas bahwa sanad hadits tersebut sahih. Namun pada kenyataannya, ada sanad hadits yang tampak berkualitas shahih dan setelah di telilti kembali dengan lebih cermat lagi, mislanya dengan membanding-bandingkan semua sanad untuk matan yang semakna, hasil penelitian akhir menunjukkan bahwa sanad hadits yang bersangkutan mengandung kejanggalan (syuzuz) ataupun cacat (illat). Hal itu terjadi sesungguhnya bukan karena terdapat kelemahan pada diri kaedah keshahihan sanad yang di jadikan sebagai acuan, melainkan karena terjadi kesalahan langkah metodelogis dalam penelitian. Mungkin saja, sanad yang mengandung lambang an atau anna, atau qala tidak di teliti secara cermat dan setelah di teliti kembali secara lebih cermat, ternyata di balik lambang-lambang itu terdapat tadlis (penyembunyian cacat) Dengan demikian dapatlah di tegaskan bahwa kegiatan penelitian sanad masih belum dinyatakan selesai bila penelitian tentang kemungkinan adanya syuzuz dan illah belum dilaksanakan dengan cermat. Penelitian terhadap kedua hal tersebut memang termasuk lebih sulit bila di bandingkan dengan penelitian terhadap keadaan para periwayat dan persambungan sanad hadits secara umum. a. Meneliti syuzuz Ulama berbeda pendapat tentang pengertian syuzuz suatu hadits. Dari pendapat-pendapat yang berbeda itu, ada tiga pendapat yang menonjol, yakni bahwa yang dimaksud dengan hadits syuzuz adalah: 1) Hadits yang di riwayatkan oleh orang-orang yanng tsiqah, tetapi riwayatnya bertentangan dengan riwayat yang di kemukakan oleh banyak periwayat tsiqah juga. Pendapat ini di kemukakan oleh Imam Asy-SyafiI (wafat 204 H/820M) 2) Hadits yang diriwayatkan oleh orang yang siqah, tetapi orang-orang yang tsiqah lainnnya tidak meriwayatkan hadits itu. Pendapat ini di kemukakan oleh al-hakim an-naisaburri (405 H/1014 M) 3) Hadits yang sanadnya hannya satu buah saja, baik periwayatnya bersifat siqah maupun tidak bersifat tsiqah. Pendapat ini dikemukakan oleh Abu Yala alKhalili (wafat 446 H) Dari ketiga pendapat itu, maka pendapat Imam SyafiI merupakan pendapat yang 1

?? : ???? banyak diikuti???? .????? sampai saat ini. Berdasarkan pendapat imam ???? ?? ????? oleh ulama ahli hadits ??????? ????? ??? ???Asy-SyafiI tersebut, maka dapat di tegaskan bahwa kemugkinan suatu sanad mengandung syuzuz bila sanad yang di teliti lebih dari satu buah. Hadits yang hannya memiliki sebuah sanad saja. Tidak di kenal adanya kemungkinan mengandung syuzuz. Salah satu langkah yang sangat penting untuk meneliti kemungkinan adanya syuzuz suatu sanad hadits ialah dengan membanding-bandingkan semua sanad yang ada untuk matan yang topik pembahasannya sama atau memiliki segi kesamaan. Lawan dari hadits syaz (hadits yang mengandung syuzuz) adalah hadits mahfuz. Dalam hubungan ini perlu di jelaskan bahwa dalam ilmu hadits ada juga di kenal istilah hadits syaz. Tetapi yang dimaksudkan bukanlah hadits yang lawannya adalah hadits mahfuz. Hadits syaz yang bukan lawan dari hadits mahfuz itu adalah hadits yang periwayatnnya ada yang periwayatannya ada yang memiliki hafalan yang buruk (suul hifz) secara tetap.

2 Contoh Hadits Syadz pada sanad.

Hadits At-Turmudzi (nomor 1), yang bersanad ibnu Uyainah, Amr bin Dinnar, Ausajah dan Ibnu Abbas r.a. adalah hadits mahfudz. Sebab hadits tersebut

2

b. Meneliti illat

perlu di jelaskan terlebih dahulu bahwa pengertian illat (cacat) dalam hal ini bukanlah illat dalam arti umum, yakni cacat hadits yang oleh ulama dinyatakan mudah untuk diketahuinya, yang biasa disebut tanul hadits (). Hadits yang mengandung illat dalam arti umum itu memang bukanlah hadits yang sanadnya tampak shahih. Illat yang disebutkan dalam salah satu unsur kaedah keshahihan sanad hadits ialah illat yang untuk mengetahuinya diperlukan penelitian yang yang lebih cermat sebab hadits yang bersangkutan tampak sanadnya berkualitas sahih. Cara menelitinya antara lain dengan membanding-bandingkan semua sanad yang ada untuk matan yang isinya semakna. Ulama ahli kritik hadits mengakui bahwa penelitian illat yang disingung oleh salah satu unsur kesahihan sanad hadits itu sulit di lakukan. Sebagian dari ulama tersebut menyatakan bahwa: 1) Untuk meneliti illat hadits. Doperlukan intuisi (ilham). Pernyataan yang demikian itu di kemukakan oleh Abdurrahman bin Mahdi (wafat 194 H/814 M). 2) Yang mampu melakukan penelitian illat hadits adalah orang yang cerdas, memiliki hafalan hadits yang banyak, fahamhadits yang dihafalkan, berpengnetahuan yang mendalam tentang tentang tingkat kedhabitan para periwayat hadits, serta ahli di bidanng sanad dan matan hadits. 3) Yang dijadikan acuan utama untuk illat adalah hadits adalah hafalan pemahaman dan pengetahuan yang luas tentang hadits. Pernyataan butir ketiga ini dikemukakan oleh al-Hakim an-Naisaburi. 4) Kamampuan seseorang untuk meneliti illat ibarat Kemampuan seseorang ahli peneliti keaslian uang logam yang dengan mendengarkan lentingan bunyi uang logam yang di teitinya. Dia dapat menentukan asli dan tidak aslinya uang tersebut. Karena penelitian illat hadits yang disingung oleh salah satu unsur kaedah keshahihan sanad hadits itu sulit dilakukan, maka ibnul madini (wafat 234 H/849 M) memberi petunjuk bahwa untuk meneliti illat hadits harus, maka langkah-langkah yang perlu ditempuh ialah: 3

1) Suluruh sanad hadits atau matan yang semakna di himpunkan diteliti, bila hadits yang bersanngkutan memang memiliki mutabi ataupun syahid. 2) Seluruh periwayat dalam bebagai sanad di teliti berdasarkan kritik yang telah di kemukakan oleh para ahli kritik hadits. Sesudah itu, lalu snad yang satu di perbandingkan dengan sanad yang lain. Berdasarkan ketinggian pengetahuan ilmu hadits yang telah dimiliki oleh peneliti hadits tersebut, maka akan dapat ditemukan, apakah sanad hadits yang bersangkutan mengandung illat atau tidak. Konsep illat dalam kaidah keshahihan sanad dan matan hadits Menyelidiki seorang rawi yang banyak sangka, sangat sukar dan sulit. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang ahli, yang dapat mengetahui benar-benar martabat rawi. Keadaan sanad dan matan hadits. Mencatat rawi yang demikian perlu adanya qarinah-qarinah yang dapat menunjukkan sebab tercacatnya. Sebab-sebab yang mencacatkan itu antara lain mengirsalkan hadits yang muttasil, mewashalkan hadits munqathi, memauqufkan hadits yang marfu dan lain sebagainya. Semua perbuatan ini dilakukan oleh si rawi berdasarkan adanya salah sangka. illat itu kadang-kadang terdapat pada sanad dan kadanng-kadang terdapat pada matan. Dan illat yang terdapat pada sanad adakalanya yang mencacatkan sanad dan matan, dan adapula yang yang hannya mencacatkan sabad saja, sedanng matannya sharih 4. Dari sufyan Ats-Tsauri dari amr bin dinar dari Ibnu Umar dari Nabi saw., ujarnya: Si penjual dan si pembeli boleh memilih, selama belum terpisah. Penjelasan illat hadits ini terletak pada Amr bin dinar, sebab mestinya bukan dia yang meriwayatkan, melainkan Abdullah bin Dinar. Hal itudapat di ketahui berdasarkan riwayat-riwayat lain, yang juga melalui sanad tersebut. Walaupun hadits tersebut berillat pada sanadnya, tapi oleh karena kedua rawi tersebut sama-sama tsiqah, tetap shahih matanya

4

5