Upload
krishna-d-kontras
View
238
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
arsip
Citation preview
Menentukan pH Larutan
I. Tujuan.
I.1. Menentukan pH larutan dengan kertas lakmus.
I.2. Menentukan pH larutan dengan larutan indicator.
I.3. Menentukan pH larutan dengan indicator universal.
II. Landasan Teori.
Indikator adalah suatu zat penunjuk yang dapat membedakan larutan, asam atau basa,
atau netral. Alearts dan Santika (1984) melampirkan beberapa indikator dan perubahannya pada
trayek PH tertentu, kegunaan indikator ini adalah untuk mengetahui berapa kira-kira PH suatu
larutan. Disamping itu juga digunakan untuk mengetahui titik akhir kosentrasi pada beberapa
analisa kuantitatif senyawa organik dan senyawa anorganik. Berbagai teori telah dikemukakan
dalam menerangkan sifat asam dan basa, diantaranya Arrhenius.
Teori Arrhenius adalah suatu teori yang mendefinisikan asam sebagai suatu senyawa
yang apabila dilarutkan dalam air akan membebaskan ion hidrogen (H+) sedangkan basa adalah
senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion hidroksida (OH-). Jadi reaksi
netralisasi yang merupakan reaksi antara asam dan basa membentuk garam dan air, secara
sederhana dapat ditulis :
H+ + OH-→ H2O
Tetapi kelemahan teori Arrhenius adalah hanya terbatas pada larutan dengan pelarut air,
walaupun asam dan basa sebenarnya juga pada larutan dengan pelarut baku air.
Pada teori Bronsted- Lowry pada tahun 1923, Johanes N. Bronsted dan Thomas M.
Lowry mengajukan konsep asam basa berdasarkan pemindahan proton (H+).
Asam : spesi yang dapat memberikan proton atau donor proton ( H+ ).
Basa : spesi yang dapat menerima proton atau ekseptor proton ( H+ ).
Teori Asam Basa Lewis mencakup pengertian yang lebih luas dibandingkan definisi
asam basa Arrhenius dan Bronsted-Lowry. Konsep asam basa Bronsted-Lowry dengan Lewis
adalah berbeda akan tetapi kedua konsep ini saling melengkapi. Basa Lewis adalah basa
Bronsted-Lowry juga disebabkan dapat mendonorkan pasangan elektron bebasnya, akan tetapi
asam Lewis belum tentu menjadi asam Bronsted-Lowry disebabkan asam Bronsted-Lowry
adalah donor proton sedangkan asam Lewis adalah acceptor elektron. Spesies apapun yang dapat
menjadi aseptor pasangan elektron bebas bisa disebut sebagai asam lewis.
Penentuan pH Larutan.
Konsentrasi ion [H+] dalam suatu larutan encer umumnya sangat rendah tetapi sangat
menentukan sifat – sifat dari larutan terutama, larutan dalam air. Menurut Sorensen , pH
merupakan fungsi logaritma negatif dari konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dan dirumuskan
sebagai berikut : pH = – log [H+]
Dengan analogi yang sama untuk menentukan harga konsentrasi OH- dalam larutan dapat
digunakan rumusan harga pOH: pOH = – log [OH-]
Dalam keadaan kesetimbangan air terdapat tetapan kesetimbangan : Kw = [H+] [OH-]
Jadi dengan menggunaan konsep – log = p ,maka :
- Log Kw = – log [H+] [OH-]
- Log Kw ={ – log [H+]} + {- log [OH-]}
pKw = pH + pOH
Beberapa cara dapat dilakukan untuk menentukan bahwa larutan tersebut bersifat asam atau basa
yaitu dengan cara,
1. Menguji larutan dengan menggunakan kertas
lakmus berwarna merah dan biru.
2. Menguji larutan dengan menggunakan indicator universal.
3. Menguji larutan dengan menggunakan larutan indikator
II.1. Rumusan Masalah
II.1.1.Bagaimana cara mengetahui suatu larutan dapat termasuk kedalam larutan yang
bersifat asam maupun basa?
II.1.2.Bagaimana cara mengetahui jumlah pH larutan dengan menggunakan kertas
lakmus, indicator universal, dan larutan indicator?
II.1.3.Apakah perbedaan antara perhitungan pH larutan dengan menggunakan indicator
universal dengan menggunakan larutan indicator?
II.1.4.Apakah keuntungan yang akan ditimbulkan dari digunakannya kertas lakmus,
indicator universal, serta larutan indicator dalam menentukan pH suatu larutan?
II.2. Hipotesis
Senyawa asam dapat kita temukan dengan mudah di sekitar kita. Rasa asam dan berbagai
macam buah-buahan disebabkan oleh kandungan senyawa asam di dalamnya. Sebagai contoh,
jeruk mengandung asam sitrat dan anggur mengandung asam tartrat. Selain senyawa asam
terdapat juga senyawa basa yang biasa kita jumpai dalam berbagai bahan. Sebagai contoh, batu
kapur mengandung senyawa kalsium hidroksida dan umumnya, beberapa cairan pembersih
mengandung larutan amonium hidroksida. Selain itu obat maag mengandung senyawa-senyawa
basa, yaitu aluminium hidroksida serta magnesium hidroksida. Beberapa produk seperti sabun,
pasta gigi dan kosmetik juga mengandung senyawa-senyawa basa. Senyawa basa juga sering
digunakan dalam bidang pertanian.
Mengetahui hal itu kita tentu sudah dapat menentukan mana jenis-jenis makanan atau zat-
zat yang bersifat asam maupun basa. Namun kita hanya dapat mengenalnya sebatas itu saja. Kita
hanya dapat mengenali zat tersebut bersifat asam atau basa dari rasa dan tampilannya saja.
Namun jika kita ingin mengetahui sifat zat yang tidak kita ketahui jenisnya, apa kita berani
mencicipi rasanya?. Tentu hal itu sangat membahayakan bagi diri kita sendiri. Alangkah lebih
baiknya apabila kita dapat melakukan hal lain untuk menguji bahwa zat tersebut bersifat asam
ataupun basa selain dengan melihat dan mencicipi rasa zat tersebut.
III. Alat dan Bahan
Alat :
- Pipet tetes
- Plat tetes
- Lakmus biru
- Lakmus merah
- Lakmus universal
Bahan :
- Zat A hingga E
- Larutan PP
- Larutan MM
- Larutan MJ
- Larutan BTB
Prosedur Kerja.
Percobaan I :
a. Meneteskan larutan A yang akan diuji pada plat tetes.
b. Mencelupkan kertas lakmus merah dan biru pada larutan yang akan diuji.
c. Mengamati perubahan warna yang terjadi dan mencatatnya dalam tabel hasil
pengamatan.
d. Mengulangi langkah 1, 2, dan 3 untuk larutan yang lainnya.
Percobaan II :
a. Meneteskan larutan A pada plat tetes.
b. Meneteskan larutan indicator yang berbeda pada masing-masing plat tetes yang sudah
berisi larutan A.
c. Mengamati perubahan warna yang terjadi dan mencatatnya dalam tabel hasil
pengamatan.
d. Mengulangi langkah 1, 2, dan 3 untuk larutan yang lainnya.
Percobaan III :
a. Mencelupkan indicator universal pada larutan A.
b. Mengamati perubahan warna yang terjadi dan mencatatnya dalam tabel hasil
pengamatan.
c. Mengulangi langkah 1 dan 2 untuk larutan yang lainnya.
V. Hasil Pengamatan.
Percobaan I.
Percobaan I No Larutan Pengamatan
1. ALakmus biru berubah menjadi berwarna merah dan lakmus merah
tetap berwarna merah.
2. BLakmus biru berubah menjadi berwarna merah dan lakmus merah
tetap berwarna merah.
3. CLakmus merah berubah menjadi berwarna biru dan lakmus biru
tetap berwarna biru
4. D Lakmus merah dan lakmus biru tidak berubah warna.
5. E Lakmus merah dan lakmus biru tidak berubah warna.
Percobaan II.
No LarutanPengamatan
PP MM MJ BTB
1. A Bening Merah Muda Merah Kuning
2. B Bening Merah Muda Merah Kuning
3. C Ungu Muda Kuning Muda Jingga Biru
4. D Bening Kuning Muda Jingga Biru
5. E Bening Kuning Muda Jingga Biru
Percobaan III
VI.
Pembahasan.
Percobaan I
No Larutan Sifat
(Asam/Basa/Netral)
pH
1. A Asam < 7
2. B Asam < 7
3. C Basa > 7
4. D Netral = 7
5. E Netral = 7
No Larutan Pengamatan
1. A Indikator Universal berubah warna menjadi merah
2. B Indikator Universal berubah warna menjadi jingga
3. C Indikator Universal berubah warna menjadi biru
4. D Indikator Universal berubah warna menjadi kuning
5. E Indikator Universal berubah warna menjadi jingga
Penjelasan :
Dalam menentukan sifat larutan yang bersifat asam, basa, atau netral dapat digunakan
dengan mengujinya menggunakan kertas lakmus merah dan biru. Jika suatu larutan yang bersifat
asam diuji dengan menggunakan lakmus merah dan lakmus biru maka yang akan terjadi adalah
lakmus merah akan tetap berwarna merah setelah dicelupkan kedalam larutan. Namun, berbeda
dengan kertas lakmus biru, kertas lakmus biru akan berubah warna menjadi merah setelah
dicelupkan kedalam larutan asam tersebut. Begitu pula sebaliknya, pada larutan basa. Kertas
lakmus merah akan berubah warna menjadi merah, dan lakmus biru akan tetap berwarna biru.
Begitu pula dengan percobaan diatas. Dapat kami simpulkan bahwa pada larutan A dan B
termasuk kedalam larutan yang bersifat asam, karena dalam percobaan kertas lamus biru berubah
menjadi berwarna merah, dengan pH < 7. Pada larutan C dapat kami simpulkan bahwa larutan
tersebut bersifat basa, karena kertas lakmus merah berubah menjadi berwarna biru, dengan pH >
7. Sedangkan pada larutan D dan E merupaka larutan ynag bersifat netral karena tidak terjadi
perubahan warna baik pada lakmus merah maupun lakmus biru.
Percobaan II
No Larutan Sifat
(Asam/Basa/Netral)
pH
1. A Asam < 2
2. B Asam < 2
3. C Basa > 10
4. D Netral = 7
5. E Netral = 7
Penjelasan :
Di dalam melakukan percobaan yang ke 2, kami menggunakan 4 indikator yaitu Larutan
PP (Fenolftalein), Larutan MJ (Metil Jingga), Larutan MM (Metil Merah), dan Larutan BTB
(Bromtimol Biru). Oleh karena itu untuk menentukan pH dari zat yang di uji harus menggunakan
perhitungan trayek pH. Trayek pH ini dapat menentukan pH zat menurut perubahan warna yang
terjadi pada saat percobaan. Berikut adalah tabel trayek pH.
Larutan IndikatorWarna Dalam Larutan
Trayek pHAsam Basa
Fenolftalein Tak Berwarna Merah Muda 8,3 - 10
Metil Jingga Merah Kuning 2,9 - 4,0
Metil Merah Merah Kuning 4,2 - 6,3
Bromtimol Biru Kuning Biru 6,0 - 7,6
Dari tabel trayek pH di atas, kita tidak bisa menentukan pH suatu larutan yang diuji
dengan begitu saja. Kita harus menghitung pH larutan tersebut dengan bantuan garis bilangan,
dengan ketentuan bila pada saat larutan yang akan di uji di tetesi dengan larutan Fenolftalein
berwarna bening atau tak berwarna, maka trayek pH yang digunakan adalah 8,3 ke bawah.
Tetapi bila larutan tersebut berwarna merah atau merah muda maka trayek pH yang digunakan
adalah 10 ke atas, begitu seterusnya. Dari percobaan yang kami lakukan didapatlah data sebagai
berikut :
No LarutanPengamatan
PP MM MJ BTB
1. A Bening Merah Muda Merah Kuning
2. B Bening Merah Muda Merah Kuning
3. C Ungu Muda Kuning Muda Jingga Biru
4. D Bening Kuning Muda Jingga Biru
5. E Bening Kuning Muda Jingga Biru
Dari data di atas kita bisa menghitung pH Larutan A, B, C, D, dan juga E. Dengan cara
sebagai berikut :
Larutan A dan Larutan B.
Data yang di dapat adalah ditetesi larutan PP hasilnya tidak berwarna, maka trayek pH
yang digunakan adalah 8,3 ke bawah, di tetesi larutan MJ hasilnya larutan A dan B berubah
warna menjadi merah, maka trayek pH yang digunakan adalah 2,9 ke bawah, di tetesi dengan
larutan MM hasilnya adalah larutan A dan B berubah warna menjadi merah muda, maka trayek
pH yang digunakan adalah 4,2 ke bawah, dan bila di tetesi dengan larutan BTB hasilnya adalah
berubah menjadi kuning, maka trayek pH yang digunakan adalah 6,0 ke bawah. Perhitungan
pHnya adalah:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Daerah yang diarsir itu adalah pH dari larutan A dan Larutan B yaitu <2, maka dari itu larutan A
larutan B bersifat Asam..
Ket : Larutan PP
Larutan MJ
Larutan MM
Larutan BTB
Larutan C.
Data yang di dapat adalah ditetesi larutan PP hasilnya berwarna ungu, maka trayek pH
yang digunakan adalah 10 ke atas, di tetesi larutan MJ hasilnya larutan C berubah warna menjadi
jingga, maka trayek pH yang digunakan adalah 4,0 ke atas, di tetesi dengan larutan MM hasilnya
adalah larutan C berubah warna menjadi kuning muda, maka trayek pH yng digunakan adalah
6,3 ke atas, dan bila di tetesi dengan larutan BTB hasilnya adalah berubah menjadi biru, maka
trayek pH yang digunakan adalah 7,6 ke atas. Perhitungan pHnya adalah:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Daerah yang diarsir itu adalah pH dari larutan C yaitu >10, maka dari itu larutan C bersifat Basa.
Larutan D dan Larutan E.
Data yang di dapat adalah ditetesi larutan PP hasilnya tidak berwarna, maka trayek pH
yang digunakan adalah 8,3 ke bawah, di tetesi larutan MJ hasilnya larutan D dan E berubah
warna menjadi jingga, maka trayek pH yang digunakan adalah 4,0 ke atas, di tetesi dengan
larutan MM hasilnya adalah larutan D dan E berubah warna menjadi kuning muda, maka trayek
pH yng digunakan adalah 6,3 ke atas, dan bila di tetesi dengan larutan BTB hasilnya adalah
berubah menjadi biru, maka trayek pH yang digunakan adalah 7,6 ke atas. Perhitungan pHnya
adalah:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Daerah yang diarsir itu adalah pH dari larutan D dan Larutan E yaitu 7, maka dari itu larutan D
dan larutan E bersifat Netral.
Percobaan III
No Larutan Sifat
(Asam/Basa/Netral)
pH
1. A Asam 3.3
2. B Asam 4.5
3. C Basa 10
4. D Netral 7.4
5. E Netral 6.5
Penjelasan :
Indikator universal merupakan campuran dari bermacam-macam indikator asam dan basa
yang dapat berubah warna setiap satuan pH. Terdapat dua macam indikator universal yang
digunakan, yaitu berupa larutan dan kertas. Jenis indikator universal larutan, jika dimasukkan
dalam larutan yang bersifat asam, basa atau garam yang memiliki pH berbeda-beda akan
memberikan warna-warna yang berbeda pula. Pada percobaan diatas, dapat kami simpulkan pada
bahwa larutan A temasuk kedalam larutan yang bersifat asam karena pada percobaan dengan
menggunakan indicator universal didapatkan warna yang berubah menjadi merah dan memiliki
pH 3.3. Pada larutan B dapat kami simpulkan bahwa larutan tersebut bersifat asam karena pada
percobaan dengan menggunakan indikator universal didapatkan warna yang berubah menjadi
jingga dan memiliki pH 4.5. Pada larutan C dapat kami simpulkan bahwa larutan C merupakan
larutan basa karena dalam percobaan tersebut di dapatkan perubahan warna yaitu berubah
menjadi warna biru dan memiliki pH 11. Pada larutan D dapat kami simpulkan bahwa larutan D
merupakan larutan yang bersifat netral karena pada percobaan dengan menggunakan indicator
universal tersebut di dapatkan perubahan warna menjadi kuning muda dengan pH 6. Sedangkan
pada larutan E dapat kami simpulkan bahwa larutan E bersifat netral karena pada percobaan
tersebut di dapatkan perubahan warna menjadi warna jingga dan memiliki pH 5.
VII. Kesimpulan.
Dari percobaan diatas dapat kami simpulkan bahwa cara menentukan nilai pH dan
sifat keasaman dalam suatu larutan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu,
1. Dengan cara menguji larutan dengan kertas lakmus.
2. Dengan cara menguji larutan dengan indicator universal.
3. Dengan cara menguji larutan dengan larutan indicator.
Dari ketiga cara tersebut kita dapat dengan jelas menentukan sifat dari larutan tersebut.
Namun berbeda dalam menentukan pH suatu larutan. Pada percobaan larutan dengan
menggunakan lakmus merah dan biru kita tidak dapat mengetahui dengan jelas berapa
nilai pH yang dimiliki oleh larutan tersebut. Kita hanya dapat menuliskan bahwa pH
asam ialah < 7, pH basa > 7, sedangkan pH netral = 7. Namun kita tidak dapat
mengetahui dengan jelas berapa pH sesungguhnya dari larutan tersebut.
Sedangkan dalam percobaan dengan menggunakan larutan indicator kita juga
dapat melihat dengan jelas perbedaan antara larutan asam dan basa dengan melihat
perubahan warna yang terjadi pada larutan setelah ditetesi oleh larutan penguji. Namun,
kelemahan dari pengujian dengan menggunakan larutan indicator adalah kita hanya bisa
menerka-nerka nilai pH dari larutan sesuai dengan pedoman pada literature. Apabila
terjadi salah perhitungan, maka nilai pH yang dihasilkan akan berbeda dengan nilai pH
yang sesunggunya.
Percobaan terakhir yang menggunakan penguji indicator universal juga dapat
terlihat jelas mana larutan yang bersifat asam maupun yang bersifat basa. Dari indicator
universal ini kita dapat menentukan dengan pasti berapa nilai pH yang dimiliki suatu
larutan. Hal ini terlihat mudah karena kita hanya perlu menyocokkan warna dari indicator
universal dengan warna yang sudah tertera pada bagian depan tempat indicator universal.
Disana juga kita bisa langsung menemukan nilai pH dengan menyocokkan warnanya.