2
Mengapa nyeri hilang timbul? Jawab: Nyeri viscera mengacu kepada nyeri yang berasal dari organ- organ tubuh. Reseptor nyeri visera lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri somatik dan terletak di dinding otot polos organ-organ berongga(lambung, kandung empedu, saluran empedu, ureter, kandung kemih) dan kapsul organ-organ padat sensitif terhadap sayatan, panas, dan cubitan. Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri visera adalah adalah peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul organ, iskemia, dan peradangan. Usus adalah sumber dari nyeri kram atau perih atau nyeri intermiten yang dikenal sebagai nyeri kolik saat mengalami iritasi oleh zat-zat kimia yang dihasilkan oleh peradangan atau apabila teregang. Struktur-struktur lain yang dapat diregangkan misalnya Kandung empedu, saluran empedu, atau ureter, dapat menyebabkan nyeri kolik, sering akibat spasme otot polos. Obstruksi aliran keluar atau peregangan berlebihan juga menyebabkan iskemia dan dibebaskannya zat-zat kimia yang merangsang reseptor nyeri. Gejala menunjukkan adanya nyeri kolik ginjal yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas peristaltik otot polos sistem kalikes ataupun ureter sebagai usaha untuk mengeluarkan batu. Peningkatan peristaltik ini menyebabkan meningkatnya tekanan intraluminal sehingga terminal saraf teregang dan menimbulkan sensasi nyeri Visera disarafi oleh dua rute: melalui saraf-saraf yang memiliki fungsi autonom (jalur visera sejati) seperti saraf splanknikus, dan melalui saraf-saraf spinal yang mempersarafi sturktur somatik (jalur parietal). Nyeri visera disalurkan melalui serta saraf simpatis dan parasimpatis SSO. Aferen visera biasanya adalah serat tipe C, dan sensasi nyeri yang dihasilkan biasanya memiliki kualitas tumpul atau pegal. Impuls nyeri dari visera toraks dan abdomen hampir secara

Mengapa Nyeri Hilang Timbul

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MEDICAL URONEFROLOGI

Citation preview

Page 1: Mengapa Nyeri Hilang Timbul

Mengapa nyeri hilang timbul?

Jawab:

Nyeri viscera mengacu kepada nyeri yang berasal dari organ-organ tubuh. Reseptor nyeri visera lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri somatik dan terletak di dinding otot polos organ-organ berongga(lambung, kandung empedu, saluran empedu, ureter, kandung kemih) dan kapsul organ-organ padat sensitif terhadap sayatan, panas, dan cubitan. Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri visera adalah adalah peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul organ, iskemia, dan peradangan. Usus adalah sumber dari nyeri kram atau perih atau nyeri intermiten yang dikenal sebagai nyeri kolik saat mengalami iritasi oleh zat-zat kimia yang dihasilkan oleh peradangan atau apabila teregang. Struktur-struktur lain yang dapat diregangkan misalnya Kandung empedu, saluran empedu, atau ureter, dapat menyebabkan nyeri kolik, sering akibat spasme otot polos. Obstruksi aliran keluar atau peregangan berlebihan juga menyebabkan iskemia dan dibebaskannya zat-zat kimia yang merangsang reseptor nyeri.

Gejala menunjukkan adanya nyeri kolik ginjal yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas peristaltik otot polos sistem kalikes ataupun ureter sebagai usaha untuk mengeluarkan batu. Peningkatan peristaltik ini menyebabkan meningkatnya tekanan intraluminal sehingga terminal saraf teregang dan menimbulkan sensasi nyeri

Visera disarafi oleh dua rute: melalui saraf-saraf yang memiliki fungsi autonom (jalur visera sejati) seperti saraf splanknikus, dan melalui saraf-saraf spinal yang mempersarafi sturktur somatik (jalur parietal). Nyeri visera disalurkan melalui serta saraf simpatis dan parasimpatis SSO. Aferen visera biasanya adalah serat tipe C, dan sensasi nyeri yang dihasilkan biasanya memiliki kualitas tumpul atau pegal. Impuls nyeri dari visera toraks dan abdomen hampir secara eksklusif dihantarkan melaui sistem saraf simpatis; impuls berjalan di saraf simpatis melalui ganglion simpatis tanpa bersinaps dan kemudian mencapai saraf spinal melalui ramus komunikans alba dan kemudian ke ganglion akar dorsal.

Referensi:

1. Price, Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit Edisi

6. Jakarta : EGC halaman 1077-1078

2. Satyawati, S., Agung, A. 2014. Extracorporeal Shockwave Lithiotripsy pada Batu Ginjal. E-Jurnal Medika Udayana, 3 (7).