3
Mengenal Metodologi Penelitian Sains adalah sebuah sistem yang menggunakan pendekatan yang sistematis untuk mempelajari alam semesta. Salah satu aspek penting dari sains yang harus dimiliki oleh setiap teori di dalamnya adalah bahwa semua informasi yang dijabarkan itu harus berlandaskan pada data dan dapat diulang melalui observasi atau eksperimen oleh peneliti lainnya. Konsekuensi bahwa “informasi dalam sains itu harus berdasarkan pada data” adalah bahwa informasi yang tidak bisa diamati menggunakan panca indra itu tidak bisa dimasukkan ke dalam ranah sains. Sedangkan konsekuensi bahwa “informasi dalam sains itu dapat diulang melalui observasi atau eksperimen oleh peneliti lainnya” adalah bahwa setiap informasi dalam sains itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Ada sebagian sumber yang menyebutkan aspek terakhir ini dengan redaksional “dapat dihasilkan melalui observasi atau eksperimen di tempat dan waktu yang berbeda.” Namun, sebagaimana kita hanya bisa meneliti burung Cicinnurus Respublica di pulau Waigeo dan Batanta di Papua Barat dan tidak di pulau-pulau selainnya, maka demikian pula kita katakan bahwa redaksional “dapat diulang di tempat dan waktu yang berbeda” tersebut tidaklah tepat. Oleh karena proses observasi dan eksperimen dalam sains itu harus bisa dibandingkan antara peneliti yang satu dan para peneliti lainnya, serta setiap peneliti harus mampu menghindari preferensi pribadi, sosial, dan pengaruh lainnya dalam merumuskan teori sains, kita membutuhkan sebuah metodologi agar semua aspek ini terpenuhi, yang dikenal dengan istilah metodologi sains atau metodologi penelitian. Berikut ini adalah beberapa prinsip penting yang ada dalam metodologi penelitian. Bidang yang berbeda bisa jadi mengemas metodologi penelitiannya dalam redaksional yang berbeda, namun pada hakikatnya elemen penting dari setiap metodologi tersebut adalah sama. 1. Membuat observasi Pertama, kita harus memiliki pengetahuan yang memadai terlebih dahulu tentang suatu topik sebelum memulai penelitian di dalamnya. Observasi ini bisa jadi dilakukan melalui pengamatan indrawi atau melalui studi literatur untuk mengetahui apa yang telah dicapai oleh ilmuwan sebelumnya dalam topik tersebut. Misal, seseorang yang hendak meneliti tentang hubungan antara hambatan listrik sebuah material dan suhu harus mulai melakukan studi literatur dalam topik ini untuk mengetahui level pengetahuan termutakhir yang dimiliki kalangan ilmuwan dalam masalah ini. Kemudian, ingat bahwa orang yang tidak pernah terpikirkan tentang suatu topik itu tidak akan pernah memulai penelitian dalam topik tersebut. Teori relativitas khusus yang ditemukan oleh Albert Einstein dapat dicetuskan olehnya setelah dia melakukan observasi yang tepat dalam masalah ini, yaitu ketika dia bertanya, “Apa yang akan kita lihat jika kita bergerak bersama-sama dengan berkas cahaya?” Orang lain yang tidak pernah terpikirkan hal ini tentu tidak akan bisa mencapai apa yang telah dicapai oleh Einstein. Inilah pentingnya langkah awal dari metodologi penelitian ini, yaitu observasi. Jika kita tidak bisa mendapatkan ide segar untuk memulai sebuah observasi, maka banyak membaca literatur adalah sebuah awalan yang baik untuk memperluas wawasan observasi kita. 2. Mengajukan pertanyaan

Mengenal Metodologi Penelitian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Semoga bermanfaat

Citation preview

Page 1: Mengenal Metodologi Penelitian

Mengenal Metodologi Penelitian

Sains adalah sebuah sistem yang menggunakan pendekatan yang sistematis untuk mempelajari

alam semesta. Salah satu aspek penting dari sains yang harus dimiliki oleh setiap teori di dalamnya

adalah bahwa semua informasi yang dijabarkan itu harus berlandaskan pada data dan dapat diulang

melalui observasi atau eksperimen oleh peneliti lainnya.

Konsekuensi bahwa “informasi dalam sains itu harus berdasarkan pada data” adalah bahwa

informasi yang tidak bisa diamati menggunakan panca indra itu tidak bisa dimasukkan ke dalam

ranah sains. Sedangkan konsekuensi bahwa “informasi dalam sains itu dapat diulang melalui

observasi atau eksperimen oleh peneliti lainnya” adalah bahwa setiap informasi dalam sains itu

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Ada sebagian sumber yang menyebutkan aspek terakhir ini dengan redaksional “dapat dihasilkan

melalui observasi atau eksperimen di tempat dan waktu yang berbeda.” Namun, sebagaimana kita

hanya bisa meneliti burung Cicinnurus Respublica di pulau Waigeo dan Batanta di Papua Barat

dan tidak di pulau-pulau selainnya, maka demikian pula kita katakan bahwa redaksional “dapat

diulang di tempat dan waktu yang berbeda” tersebut tidaklah tepat.

Oleh karena proses observasi dan eksperimen dalam sains itu harus bisa dibandingkan antara

peneliti yang satu dan para peneliti lainnya, serta setiap peneliti harus mampu menghindari

preferensi pribadi, sosial, dan pengaruh lainnya dalam merumuskan teori sains, kita membutuhkan

sebuah metodologi agar semua aspek ini terpenuhi, yang dikenal dengan istilah metodologi sains

atau metodologi penelitian.

Berikut ini adalah beberapa prinsip penting yang ada dalam metodologi penelitian. Bidang yang

berbeda bisa jadi mengemas metodologi penelitiannya dalam redaksional yang berbeda, namun

pada hakikatnya elemen penting dari setiap metodologi tersebut adalah sama.

1. Membuat observasi

Pertama, kita harus memiliki pengetahuan yang memadai terlebih dahulu tentang suatu topik

sebelum memulai penelitian di dalamnya. Observasi ini bisa jadi dilakukan melalui pengamatan

indrawi atau melalui studi literatur untuk mengetahui apa yang telah dicapai oleh ilmuwan

sebelumnya dalam topik tersebut.

Misal, seseorang yang hendak meneliti tentang hubungan antara hambatan listrik sebuah material

dan suhu harus mulai melakukan studi literatur dalam topik ini untuk mengetahui level

pengetahuan termutakhir yang dimiliki kalangan ilmuwan dalam masalah ini.

Kemudian, ingat bahwa orang yang tidak pernah terpikirkan tentang suatu topik itu tidak akan

pernah memulai penelitian dalam topik tersebut. Teori relativitas khusus yang ditemukan oleh

Albert Einstein dapat dicetuskan olehnya setelah dia melakukan observasi yang tepat dalam

masalah ini, yaitu ketika dia bertanya, “Apa yang akan kita lihat jika kita bergerak bersama-sama

dengan berkas cahaya?” Orang lain yang tidak pernah terpikirkan hal ini tentu tidak akan bisa

mencapai apa yang telah dicapai oleh Einstein. Inilah pentingnya langkah awal dari

metodologi penelitian ini, yaitu observasi. Jika kita tidak bisa mendapatkan ide segar

untuk memulai sebuah observasi, maka banyak membaca literatur adalah sebuah awalan yang baik

untuk memperluas wawasan observasi kita.

2. Mengajukan pertanyaan

Page 2: Mengenal Metodologi Penelitian

Setelah observasi dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah mengajukan pertanyaan terkait

observasi tersebut. Misal, seseorang yang melakukan observasi tentang hubungan hambatan listrik

dan suhu di atas dapat menanyakan pertanyaan berikut:

Apa hubungan antara hambatan listrik dan suhu?

Bagaimana cara untuk mengetahui hubungan antara keduanya tanpa memasukkan variabel lain?

Kemudian, seiring dengan penelitian untuk menjawab pertanyaan di atas, beberapa pertanyaan

baru bisa jadi terlintas, misalnya:

Apakah semua material memiliki hubungan yang sama antara hambatan listrik dan suhu?

Apakah hubungan hambatan listrik dan suhu yang telah saya dapatkan ini berlaku untuk semua

rentang suhu atau hanya untuk rentang suhu tertentu saja?

Dari pertanyaan-pertanyaan inilah observasi yang dia lakukan sebelumnya (yang masih dalam

taraf pengamatan dan studi literatur) dapat berubah menjadi sebuah aksi penelitian yang nyata.

3. Merumuskan hipotesis

Setelah pertanyaan riset dibuat, selanjutnya kita dapat merumuskan hipotesis tentangnya.

Hipotesis adalah sebuah kalimat yang berisi pandangan awal kita (atau kalangan ilmuwan) tentang

sebuah pertanyaan riset. Misal, dalam contoh hambatan listrik dan suhu di atas, kita dapat

membuat sebuah hipotesis, “Hambatan listrik akan meningkat jika suhu meningkat.” Namun,

perhatikan bahwa hipotesis itu berbeda dengan sekedar dugaan. Sebuah hipotesis harus

berdasarkan pada studi literatur yang telah kita lakukan sebelumnya di tahap observasi.

Selain itu, sebuah hipotesis yang baik harus berisi informasi yang jelas dan spesifik, serta dapat

diuji kebenarannya. Contoh hipotesis yang buruk adalah, “Hambatan listrik akan bernilai konstan

di suhu yang lebih tinggi dari ratusan ribu Kelvin.”

Selain terdapat ketidakjelasan pada frase “di suhu yang lebih tinggi dari ratusan ribu Kelvin,”

hipotesis ini juga tidak dapat diuji kebenarannya secara praktikal (paling tidak untuk saat ini).

4. Melakukan eksperimen

Proses selanjutnya adalah kita dapat menguji hipotesis ini dengan melakukan eksperimen. Ada

eksperimen yang memiliki output berupa data kualitatif, ada juga yang data kuantitatif. Dalam

contoh kasus kita, yaitu hambatan listrik versus suhu, data yang kita dapatkan dari eksperimen

haruslah berupa data kuantitatif.

Namun, perhatikan bahwa data yang diperoleh dari eksperimen itu tidak akan terlepas dari

kesalahan atau error. Error ini ada yang bersifat acak (random), ada pula yang bersifat sistematik.

Maksud error yang bersifat acak adalah bahwa bisa jadi ada faktor lain, misalnya pengaruh

lingkungan sekitar alat eksperimen, yang mempengaruhi eksperimen kita sehingga data yang

didapatkan terkadang lebih tinggi atau lebih rendah dari yang sebenarnya. Error jenis ini tidak bisa

dihilangkan, namun bisa diminimalisir. Sedangkan error yang bersifat sistematik adalah kesalahan

data yang cenderung menuju satu arah. Jika data yang kita peroleh selalu lebih tinggi dari yang

sebenarnya, maka ada error sistematik yang terjadi pada eksperimen kita. Error jenis ini dapat

dihilangkan dengan mencari tahu penyebab terjadinya.

Selama kita melakukan eksperimen, pertanyaan baru bisa jadi muncul (lihat point 2) sehingga

beberapa aspek eksperimen kita harus disesuaikan untuk mengakomodasi hal tersebut. Dengan

Page 3: Mengenal Metodologi Penelitian

demikian, semakin lama pertanyaan yang kita ajukan dalam penelitian kita akan menjadi semakin

tajam dan semakin mengarah pada inti masalah yang hendak dicari solusinya melalui eksperimen.

Jadi, jangan berpikir bahwa metodologi penelitian itu adalah sebuah proses satu arah saja.

5. Menganalisa data dan menarik kesimpulan

Ketahuilah bahwa data-data yang diperoleh dari eksperimen itu adalah amunisi kita untuk menguji

kebenaran hipotesis yang telah dibuat sebelumnya. Dengan mengolah data-data tersebut sesuai

dengan kaidah analisa data yang benar, kita selanjutnya dapat menarik kesimpulan dan

membandingkannya dengan hipotesis. Apakah hipotesis yang telah kita buat sebelumnya itu teruji

benar atau salah?

Kemudian, kita harus mempublikasikan hasil penelitian kita agar potensi kesalahan dalam

penelitian yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya dapat diketahui. Melalui proses evaluasi yang

dilakukan oleh peneliti lain, kita dapat mengetahui lebih lanjut seberapa valid hasil penelitian kita.

Langkah-langkah metodologi penelitian di atas sebenarnya tidak harus dilakukan oleh kita

semuanya. Terkadang kita hanya melakukan langkah observasi, hipotesis, dan merancang

eksperimen yang sesuai, tanpa melakukan eksperimennya sendiri. Terkadang pula kita tinggal

langsung mengambil hipotesis yang dicetuskan oleh peneliti lain, lalu membuat eksperimen untuk

menguji hipotesis tersebut. Atau, terkadang eksperimen orang lain pun kita ulangi untuk

membuktikan apakah hasil eksperimennya dapat diulang atau tidak.

Demikianlah pengenalan singkat tentang metodologi penelitian. Untuk merumuskan teori sains

secara kompeten dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka kita harus memperhatikan

metodologi ini dalam penelitian kita.

Penulis: Andy Octavian Latief, M.Sc.