5
Mengetahui Plato dalam Theatetus mengartikan pengetahuan adalah kepercayaan yang terjastifikasi. Sehingga “benar” adalah predikat dari proposisi yang telah dijastifikasi oleh pemercayanya. Di satu pihak “benar” dan “salah” adalah predikat dari proposisi saja . Konsep tsb tidak mesti benar, namun juga tidak mesti salah. Di lain pihak penggunaan “benar” dalam konteks ” kebenaran logis” , dalam pengertian “kebenaran epistemologis” dimana mengindikasikan pikiran sesuai dengan realitas. Hal ini berbeda dengan “kebenaran ontologis” di mana realita/artifact sesuai dengan idea tentang itu dalam pikiran pembuat. Aristoteles mengartikan secara logis akan “benar” sebagai berikut: proposisi adalah benar bila suatu kejadian dikatakan sebagai kejadian, dan bila bukan suatu kejadian dikatakan sebagai bukan kejadian. Maka proposisi itu salah. Tarski menerjemahkannya dalam “konsep kebenarn semantik” misal pernyataan “salju itu putih” adalah benar bila dan hanya bila salju itu putih. Pemahaman Aristoteles tentang kebenaran pada abad tentah dan modern dinamakan teori konformitas: kebenaran adalah konformitas dari akal ke realitas. Perlu dicatat bahwa “benar” dan “salah” jangan dicampuradukkan dengan “afirmatif” dan”negatif”, proposisi negatif dapat benar, dan proposisi afirmatif dapat salah. Truth dan falsity tidaklah sinonim dengan truth dan eror; Truth dan false adalah propertis dari proposisi,; truth dan eror pernyataan dari pengenal sebagai hasil dari keputusannya ttg proposisi. Dalam kasus yang objektif maka proposisi yang tadinya benar atau setengah salah tidak bisa menjadi salah di lain waktu, melainkan tentu sebelumnya memang sudah salah. Misal: kebenaran teori geosentris melawan heliosentris Kepastian.

Mengetahui

Embed Size (px)

DESCRIPTION

epistemologi

Citation preview

Page 1: Mengetahui

Mengetahui

Plato dalam Theatetus mengartikan pengetahuan adalah kepercayaan yang terjastifikasi. Sehingga “benar” adalah predikat dari proposisi yang telah dijastifikasi oleh pemercayanya.Di satu pihak “benar” dan “salah” adalah predikat dari proposisi saja . Konsep tsb tidak mesti benar, namun juga tidak mesti salah. Di lain pihak penggunaan “benar” dalam konteks ” kebenaran logis” , dalam pengertian “kebenaran epistemologis” dimana mengindikasikan pikiran sesuai dengan realitas. Hal ini berbeda dengan “kebenaran ontologis” di mana realita/artifact sesuai dengan idea tentang itu dalam pikiran pembuat.

Aristoteles mengartikan secara logis akan “benar” sebagai berikut: proposisi adalah benar bila suatu kejadian dikatakan sebagai kejadian, dan bila bukan suatu kejadian dikatakan sebagai bukan kejadian. Maka proposisi itu salah. Tarski menerjemahkannya dalam “konsep kebenarn semantik” misal pernyataan “salju itu putih” adalah benar bila dan hanya bila salju itu putih. Pemahaman Aristoteles tentang kebenaran pada abad tentah dan modern dinamakan teori konformitas: kebenaran adalah konformitas dari akal ke realitas.Perlu dicatat bahwa “benar” dan “salah” jangan dicampuradukkan dengan “afirmatif” dan”negatif”, proposisi negatif dapat benar, dan proposisi afirmatif dapat salah.Truth dan falsity tidaklah sinonim dengan truth dan eror; Truth dan false adalah propertis dari proposisi,; truth dan eror pernyataan dari pengenal sebagai hasil dari keputusannya ttg proposisi.Dalam kasus yang objektif maka proposisi yang tadinya benar atau setengah salah tidak bisa menjadi salah di lain waktu, melainkan tentu sebelumnya memang sudah salah. Misal: kebenaran teori geosentris melawan heliosentris

Kepastian.

Membicarakan kepastian atribut dari pernyataan yang dibuat seseorang. Certitude adalah jaminan (“objektiv”) bila ada evidensi pengetahuan yang diafirmasi seseorang tanpa takut /keraguan. Certitude dijamin (melulu subjektif) jika evidensi lacking. Certitudu tidak menjamin kebenaran. Jaminan certitude tergantung pada kebenaran proposisi melalui evidensi yang terpenuhi.

Tingkat KepastianSecara tradisional tingkat kepastian dipilah sebagai berikut

1. Kepastian Metafisik atau absolut: tidak ada kemungkinan salah karena bertentangan dengan proposisinya berarti kontradiksi

2. Kepatian Fisik: kebenaran proposisi tergantung pada bekerjanya hukum alamKepastian Moral: ketakutan salah dapat dihindari karena tergantung pada hukum tingkah laku manusia. Misal: “sopir bus tidak akan membunuh kami”

EVIDENSI: Kriteria ttg kebenaran dan motivasi tentang kepastianKata evidensi berasal dari bahasa Latin “videre” (melihat) dan “ex” (muncul, keluar) kata latin evidens berati “jelas”, manifes, shg evidens membuat proposisi jelas/manifes. Evidensi mungkin memenuhi syarat/memadai atau tidak memenuhi syarat/tidak memadai. Evidensi adalah memenuhi syarat bila memenuhi kondisi berimplikasi bagi kebenaran proposisi

Page 2: Mengetahui

Ods dan akhirKetidaktahuan scr sederhana adalah absennya pengetahuan, shg tidak ada pertanyaanm tidak ada jawaban dan tidak ada kesalahan yang dibuat.Opini adalah hesitant assent pada proposisi, dia eviden tapi tidak memenihi syarat.Kepercayaan adalah firm conviction atau assent.Pengetahuan adalah kasus khusus dari kepercayaan, dimana seseoran telah memenuhi syarat evidensi untuk menjastifikasi kepercayaan.Pengetahuan keagamaan adalah kasus kusus lain, dimana seseorang tidak secara langsung memenuhi syarat evidensi untuk menyerahkan kepercayaannya yang reasonable.Keraguan adalah suspension of assent karena evidensi secara menyeluruh lacking atau terlalu lemah untuk membuat alternatif lain yang seperti itu.

SKEPTISISME

Term skeptisisme diderivasi dari Yunani “skeptomai” , di satu pihak bermakna saya mempertimbangkan dengan hati-hati, atau saya melihat dengan hati-hati. Filsuf Yunani kuno yang karena mempertanyakan dan meragukan sesuatu yang biasanya dianggap sudah lazim oleh masyarakat desebut “skeptis” .Diantaranya adalah Pyrrho (360-270 SM), Carneades (214-129 SM), dan Sextus Empiricus (250 A.D). Pemikiran mereka meragukan segala sesuatu, bahkan posisi bagi mereka yang ekstrem dikenal sebagai Skeptisisme Universal/absolut.Ada dua kelemahan dari skeptisisme absolut yaitu

1. Secara negatif, skeptisisme absolut secara internal tidak koheren.2. Secara positif, fakta-fakta pasti yang akan di adduce secara literal tidak dapat

diragukan karena eviden.Pernyataan skeptisisme absolut: tidak ada proposisi yang dapat diketahui dengan benar, hal itu membawa konsekuensi yang menunjuk bahwa kita tidak dapat mengetahui semuanya.. Pernyataan alami itu muncul terkait dengan status klaim itu sendiri. Seseorang dapat secara mudah melihat bukan jawaban koheren adalah mungkin. Jika seseorang menjawab ya, klaim asli menunjukkannya. Bila seseorang menjawab “tidak” , klaim asli menunjuk lagi. Secepat saeseorang membuka mulutnya dalam berbicaramaka ia telah menolak dirinya. Jadi pernyataan dari skeptisisme absolut tidaklah berguna karena inkoherensi internal telah menghancurkan itu. Descartes (1596-1650) mengajukan metode baru bernalar sehingga seseorang dapat mencapai kebenaran. Metode ragu-ragu sering dinamakan hyperbolic. Descartes mau merekonstruksi pengetahuan manusia yang semuanya meragukan dengan kebenaran yang tak terragukan yang telah ditemukannya Cogito ergo sum

Page 3: Mengetahui

Fallibilisme distingiush from ScepticismPosisi Fallibilisme ada diantara dogmatisme dan skeptisisme.Opini kita tentang dunia atau lainnya dimungkinkan salah, hal ini terjadi karena manusia berprone menuju ke salah dalam mengambil keputusan. Kita mungkin berusaha untuk menjastifikasi kepercayaan dengan evidensi selanjutnya, merevisi opini kita yang bahkan mengarah ke skeptisisme. CS Pierce dan Popper melihat keberadaan manusia dalm term biologis, sebagai organisme yang beradaptasi dengan lingkungan. Peirce melihat arah pencarian pengetahuan adalah bergerak untuk meloloskan diri dari keraguan, yang dalam waktu penelitian panjang berusaha menggapai kebenaran. Tidak ada kepercayaan yang pasti atau berlandaskan kepastianPopper bersikukuh bahwa kita tidak pernah punya penalaran positif untuk menerima kepercayaan apapun