Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MENGGALI SEMANGAT PEWARTAAN RASUL PAULUS SEBAGAI
SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN
SEKARANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Yunita F Pomarci
NIM: 141124032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu
menyertaiku, dan untuk orangtua angkatku Yosefita N Kahol yang telah
membesarkanku, mendukungku dan mencintai aku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk
memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku
tidak memberitakan Injil ”
1 Kor 9:16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “MENGGALI SEMANGAT PEWARTAAN
RASUL PAULUS SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN
KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG”. Judul skripsi ini dipilih berdasakan
keprihatinan terhadap perubahan arus zaman yang menyebabkan tantangan
pelayanan para katekis semakin rumit dan kompleks. Kehadiran teknologi digital
pada era sekarang mengubah karakteristik budaya, perilaku dan cara
berkomunikasi. Hidup umat beriman di era digital ini tidak terlepas dari pengaruh
media sosial. Budaya digital mewarnai hidup umat beriman saat ini. Di tengah
budaya digital Gereja dalam melaksanakan tugas perutusan menghadapi berbagai
tantangan, demikian juga pelayanan para katekis. Perubahan perkembangan arus
zaman menyebabkan tantangan pelayanan semakin sulit, maka hal ini dapat
mengakibatkan kurangnya kualitas hidup beriman. Bertolak dari kenyataan di atas
skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi para
katekis.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah meningkatkan spritualitas
pelayanan para katekis zaman sekarang. Persoalan tersebut ditanggapi dengan
menggunakan studi pustaka terhadap pewartaan Rasul Paulus guna memperoleh
inspirasi-inspirasi dari pribadi Rasul Paulus melalui pewartaannya. Inspirasi-
inspirasi yang dipaparkan kiranya dapat berguna bagi para katekis untuk
meneguhkan dan meningkatkan spiritualitasnya sebagai seorang katekis.
Rasul Paulus merupakan sosok yang menginspirasi bagi pelayanan katekis
zaman sekarang. Rasul Paulus adalah seorang pewarta yang dengan gigih
mewartakan Injil sehingga keseluruhan hidupnya diserahkan untuk mewartakan
Kristus. Dengan mewartakan Kristus Paulus mengalami banyak tantangan dan
penolakan dari jemaat yang tidak menerima pewartaannya. Namun dengan
penolakannya itu Paulus tetap dapat membentuk iman umat menjadi
pengalamannya yang sangat menginspirasi banyak orang. Hal ini sangat menarik
untuk didalami dan dipelajari oleh para katekis agar menjadi sumber inspirasi bagi
spiritualitas pelayanan mereka.
Katekis merupakan perantara Kristus dalam Gereja, oleh karena itu
kehadiran katekis untuk melayani umat sepenuh hati selalu dirindukan oleh Gereja
sampai saat ini. Gereja selalu mengharapkan kehadiran para katekis sejati yang
siap melayani tanpa lelah. Dan peran katekis adalah menyampaikan pesan
Kristiani secara jelas kepada umat kristiani dan menemani umat dalam
mendewasakan iman serta menghayati hidup sakramentalnya. Oleh karena itu,
penulis menawarkan sarasehan ini untuk menjadi bahan bacaan yang membantu
katekis agar dapat menemukan inspirasi-inspirasi yang mendukung panggilannya
sebagai katekis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This thesis is entitled "GRASPING THE SPIRIT OF THE APOSTLE
PAUL'S RETURN AS A SOURCE OF INSPIRATION FOR KATEKIS SERVICE
IN THE RIGHT NOW". The title of this thesis was chosen based on concerns
about the changing times which caused the challenges of the services of catechists
to be more complex and complex. The presence of digital technology in the
present era changes the characteristics of culture, behavior and ways of
communicating. The life of the faithful in this digital era is inseparable from the
influence of social media. Digital culture colors the life of the faithful today. In
the midst of the digital culture the Church in carrying out its mission assignments
faces various challenges, as well as the services of catechists. Changes in the
development of the current era have made the challenges of service more difficult,
so this can lead to a lack of quality of life of faith. Starting from the facts above,
this thesis is intended to contribute ideas to catechists.
The main problem in this paper is to improve the spirituality of the
ministry of today's catechists. The problem was responded to by using a literature
study of the proclamation of the Apostle Paul to obtain the inspiration of the
Apostle Paul's person through he preached. The inspirations described can be
useful for catechists to strengthen and enhance their spirituality as a catechist.
The Apostle Paul is an inspiring figure for today's catechistical ministry.
The Apostle Paul was a reporter who diligently proclaimed the Gospel so that his
whole life was surrendered to proclaim Christ. By proclaiming Christ Paul
experienced many challenges and rejections from the congregation who did not
receive his message. However, with his rejection, Paul can still shape the faith of
the people into his experience that has inspired many people. This is very
interesting to be explored and studied by catechists to become a source of
inspiration for the spirituality of their ministry.
Catechism is the mediator of Christ in the Church, therefore the presence
of catechists to serve people wholeheartedly is always missed by the Church to
this day. The church always expects the presence of true catechists who are ready
to serve tirelessly. And the role of the catechist is to convey the Christian message
clearly to the Christians and accompany the people in maturing their faith and
living their sacramental life. Therefore, the author offers this workshop to be a
reading material that helps catechists to find inspiration that supports his
vocation as a catechist.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul MENGGALI SEMANGAT
PEWARTAAN RASUL PAULUS SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI
PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG. Skripsi ini disusun
berdasarkan keprihatinan penulis akan menurunnya spiritualitas yang dihidupi
oleh para katekis di berbagai tempat akibat tantangan zaman yang semakin rumit,
maka katekis membutuhkan inspirasi yang dapat mengembangkan
spiritualitasnya.
Selama proses penulisan dan penyususnan skripsi ini, penulis memperoleh banyak
dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan tulus ikhlas
menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Bernadus. Agus Rukiyanto, SJ selaku Kaprodi Pendidikan Agama
Katolik Universiatas Sanata Dharma yang telah memberikan perhatian dan
dukungan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed. selaku dosen pembimbing
skripsi dan dosen akademik yang selalu memberikan perhatian dan
motivasi. Dengan penuh kesabaran mendampingi dan membimbing
penulis dan selalu meluangkan waktunya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
3. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum selaku Kaprodi pendidikan Agama
Katolik dan sekaligus dosen penguji II yang telah bersedia membaca,
memberikan kritik dan masukan, serta memberi dukungan kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
4. P. Mutiara Andalas, SJ., S.S., S.T.D. selaku dosen penguji ketiga yang
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan motivasi dan
doa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Y. Kristianto SFK, M.Pd selaku Wakaprodi Pendidikan Agama Katolik
yang telah memberi semangat dan dukungan kepada penulis
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Agama
Katolik yang telah mendidik, dan membimbing penulis sehingga dapat
menyelesaikan studi di Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata
Dharma dengan baik.
7. Uskup Keuskupan Agats, Mgr, Aloysius Murwito, OFM yang telah
memberikan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa dan yang selalu
memberikan dukungan, doa dan motivasi kepada penulis.
8. Panitia Peduli Keuskupan Agats (PPKA) yang dibentuk oleh keuskupan
agung Jakarta (PUKAT-KAJ) dan Yayasan Umat Peduli Pendidikan
(YUPP) yang sudah berusaha dengan berbagai cara melancarkan dan
mendukung proses perkuliahan penulis.
9. Mama Nik Broto dan mama Shanti Sulistijo yang selalu memberikan
perhatian, semangat dan dukungan.
10. Orang tua, kakak, adik dan semua keluarga yang telah memberi semangat,
dukungan moral, motivasi dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan
perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.
11. Seluruh staf perpustakaan kolese St. Ignatius Kotabaru, perpustakaan
program studi Pendidikan Agama Katolik yang begitu bermurah hati untuk
meminjamkan buku-buku yang penulis perlukan baik selama kuliah
maupun selama penulis skripsi ini sampai selesai.
12. Teman-teman angkatan 2014 (teristimewa sahabat-sahabatku Juli Sunarti,
Fransiska Siki dan Sesilia Selpiana) yang selalu memberikan semangat,
motivasi, dorongan dan bantuan bagi penulis selama kuliah hingga
penyelesaian skripsi ini.
13. Adik-adik sesama beasiswa dari YUPP yang telah memberi mendukung
moral, dan doa bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
HALAMAN MOTTO .............................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR SINGKAT ........................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULIAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Permasalahan .............................................................................. 12
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 12
D. Manfaat penulisan ...................................................................................... 13
E. Metode Penulisan ....................................................................................... 13
F. Sistematika Penulisan ................................................................................. 13
BAB II. PAULUS DAN KARYA PEWARTAAN ............................................... 15
A. IDENTITAS PAULUS .............................................................................. 15
1. Asal dan Gambaran Paulus .................................................................. 16
2. Paulus Seorang Anak Kota................................................................... 17
3. Seorang Farisi Diaspora ....................................................................... 22
4. Paulus Seorang Rabbi dari Yerusalem ................................................. 26
5. Paulus Seorang Rasul Kristus .............................................................. 28
B. Karya Pewartaan Paulus ............................................................................. 29
1. Paulus Merencanakan Karyanya .......................................................... 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Perencanaan yang Sulit Direalisasikan ................................................ 31
3. Tantangan di Lapangan ........................................................................ 32
4. Karya Paulus dalam Perjanjian Baru dan Gereja Purba ....................... 34
C. Paulus Sebagai Pewarta Injil ...................................................................... 37
1. Karya Pelayanan Paulus ....................................................................... 37
2. Bangkit dari Kegagalan ........................................................................ 41
3. Setia Memberikan Kesaksian Iman ...................................................... 42
BAB III. SOSOK KATEKIS DAN TANTANGAN DI ZAMAN SEKARANG .. 44
A. Sosok Katekis Zaman Sekarang ................................................................. 45
1. Panggilan Hidup sebagai Katekis......................................................... 45
a. Identitas Katekis ............................................................................. 48
b. Tugas Katekis ................................................................................. 51
2. Kategori Katekis................................................................................... 52
3. Spiritualitas Katekis ............................................................................. 53
a. Hidup dalam Roh ............................................................................ 53
b. Keterbukaan terhadap Dunia .......................................................... 54
c. Devosi kepada Maria ..................................................................... 57
B. Tantangan yang Dihadapi Katekis Zaman Sekarang ................................. 58
C. Katekis yang bersemangat Melayani ......................................................... 60
BAB IV. MENGGALI INSPIRASI SEMANGAT PEWARTAAN RASUL
PAULUS UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN KATEKIS ZAMAN
SEKARANG .......................................................................................................... 63
A. Inspirasi dari Semangat Pewartaan Rasul Paulus bagi Katekis Zaman
Sekarang ..................................................................................................... 64
1. Pribadi yang Sabar .............................................................................. 65
2. Pribadi yang Penuh Kasih .................................................................... 66
3. Melayani dengan Gigih ........................................................................ 67
4. Memberi Diri Dipimpin oleh Roh ....................................................... 69
B. Kegiatan Sarasehan Berdasarkan Inspirasi Pewartaan Rasul Paulus
untuk Meningkatkan Semangat Pelayanan Para Katekis di Salib Suci
Keuskupan Agats. ...................................................................................... 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1. Latar Belakang Sarasehan .................................................................... 70
2. Pengertian Sarasehan ........................................................................... 72
3. Alasan Diadakan Program Sarasehan .................................................. 73
4. Tujuan Diadakan Sarasehan ................................................................. 75
5. Gambaran Pelaksanaan Sarasehan ....................................................... 75
6. Tema dan Tujuan .................................................................................. 75
7. Matriks Usulan Kegiatan Sarasehan .................................................... 77
8. Contoh Satuan Pelaksanaan ................................................................. 80
BAB V. PENUTUP ................................................................................................ 86
A. Kesimpulan ................................................................................................ 86
B. Saran ........................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini Alkitab Deuterokanonika© LAI 1976.
(Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru
yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, ditambah dengan
Kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika
Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui oleh Konforensi Wali Gereja
Indonesia). Jakarta: LAI, 2001, hal 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II Tentang
Kerasulan Awam, 9 November 2008.
AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II, Tentang Kegiatan Misionaris
Gereja, 9 November 2008.
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus
II kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini, 16 Oktober 1979
DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Wahyu Ilahi, September 2015.
EG : Evangelii Gaudium, Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang
Sukacita Injil, 24 November 2013.
EN : Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang
Pewartaan Injil di Dunia Modern, 8 Desember 1975.
GS : Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II mengenai
Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.
KGK : Katekismus Gereja Katolik, uraian tentang ajaran iman dan moral
Gereja Katolik, 22 Juni 1992.
KHK : Kitab Hukum Kanonik, susunan atau kondifikasi peraturan kanonik
dalam Gereja Katolik, 25 Januari 1983.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Vatikan II tentang Gereja di
Dunia Dewasa ini, 21 November 1965.
RM : Redemptoris Missio, Ensiklik Bapa Suci Yohanes Paulus II tentang
Amanat Misioner Gereka, 7 Desember 1990.
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
CEP : Congregation For Evangelization of Peoples, Kongregasi
Evangelisasi unruk Bangsa-bangsa, Menerbitkan buku
Pedoman Untuk Katekis, 3 Desember 1993.
FI : Formatio Iman
Hal : Halaman
KAJ : Keuskupan Agung Jakarta
KAS : Keuskupan Agung Semarang
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia
PPK : Pusat Pelatihan Katekis
PUK : Petunjuk Umum Katekese
SJ : Serikat Yesus
OFM : Ordo Fratrum Minorum
YUPP :Yayasan Umat Peduli Pendidikan
PUKAT-KAJ : Peduli Umat Katolik-Jakarta
PPKA : Panitia Pembentukan Keuskupan Asmat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menindaklanjuti seruan Bapa Suci Benediktus XVI yang menetapkan tahun
Paulus dari tanggal 28 Juni 2008-29 Juni 2009 untuk memperingati 2000 tahun
kelahiran Paulus, Konferensi Waligereja Indonesia dengan LBI nya telah menjadikan
BKSN 2008 sebagai kesempatan untuk menggali kekayaan rohani Santo Paulus (Eko
Riyadi, 2012: 3). Hal ini sangat tepat karena Paulus merupakan tokoh yang penting
dalam perkembangan Gereja. Salah satu kekayaan Paulus yang dapat digali untuk
dijadikan pokok iman adalah pewartaannya. Semua umat Katolik pasti mengenal
siapa rasul Paulus, bahkan semua umat Katolik dapat menjadikan rasul Paulus
sebagai teladan.
Dalam rangka tahun rasul Paulus Konfrensi Wali Gereja Indonesia mengajak
umat untuk merefleksikan semangat misioner rasul Paulus sebagai rasul Kristus. Kita
sekalian diajak untuk dapat melihat yang dilakukan dan dialami Paulus dalam
perjalanan hidupnya, terutama dalam karya pewartaannya. Sikap dan semangat
Paulus sebagai utusan Kristus bermula dari pengakuan iman berdasar pengalaman
sendiri. Karya pelayanannya yang dilakukan Paulus mendatangkan penderitaan yang
berat baginya, tetapi kepada jemaat di Filipi ia mengungkapkan sukacitanya sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
seorang rasul dan hamba Kristus, bahkan mengajak jemaat untuk bersukacita
bersamanya (Eko Riyadi, 2008: 12).
Mengutip Ensiklik Deus Caritas Est dari Benediktus XVI, Paus Fransiskus
mengungkapkan: “menjadi seorang Kristiani bukanlah hasil dari pilihan etis atau
gagasan mulia, melainkan perjumpaan dengan sesuatu kejadian atau seseorang yang
memberikan cakrawala baru dan arah yang menentukan dalam hidup” (EG 7).
Dengan kutipan tersebut menjadi jelas bahwa pengalaman perjumpaan kasih
merupakan unsur penting menjadi Kristiani. Oleh karena itu, Gereja perlu memberi
tempat pada pengalaman perjumpaan akan Allah yang adalah kasih dan sumber
sukacita sejati dalam kegiatan evangelisasi. Pengalaman perjumpaan atau pengalaman
kasih tersebut bukanlah dalam hal-hal yang besar atau luar biasa tetapi “inilah
sukacita yang kita alami sehari-hari, di tengah berbagai hal kecil dalam hidup,” (EG
4). Hal-hal kecil tersebut tidak sama dengan hal biasa yang dilakukan dan ada di
dalam Gereja, tetapi ada di mana kemungkinan sukacita atau kasih Allah boleh
diterima dan dialami oleh orang lain. Bapa Suci dengan penuh semangat juga
mengatakan bahwa “Gereja harus keluar” untuk mencari dan menemukan tempat di
mana benih kasih Allah dapat disemai (Madya Utama, 2018: 91).
Persoalan untuk masa sekarang adalah siapakah pelaku pewarta sukacita Injil
tersebut? Pada dasarnya seruan Bapa Suci Fransiskus tersebut ditujukan kepada
semua umat sebagai anggota Gereja, namun secara khusus kepada mereka yang
bergiat dalam pewartaan terutama para katekis. Para katekis yang secara khusus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menempuh studi kateketik maupun katekis sukarela kiranya menanggapi dengan
penuh keterbukaan seruan Bapa Suci Fransiskus serta siap melaksanakannya.
Pewartaan Paulus berpangkal pada 2 Kor 4:5: “sebab bukan diri kami yang
kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hamba-Mu
karena kehendak Yesus”. Segala perhatian diarahkan kepada Kristus, khususnya
kepada tindakan penyelamatan Allah dalam Kristus (Jacobs, 1985: 38). Melalui
pewartaannya Paulus berharap agar orang hidup dalam keselamatan. Ia membantu
jemaat agar jemaat mau menerima ajaran Paulus. Sebagai hamba Kristus ia siap untuk
memberi hidup demi tugas yang diembannya; Kristus mempergunakan dirinya
sebagai alat-Nya sendiri.
Sebelum melakukan pewartaan Injil Yesus Kristus Paulus bertobat terlebih
dahulu. Kisah pertobatan Paulus ini terjadi dalam perjalanannya untuk mengejar
orang Kristen dari Yerusalem ke Damsyik. Banyak jemaat Yahudi yang menjadi
Kristen membuat kebencian Paulus terhadap pengikut Kristus semakin berkobar.
Bagi orang Yahudi kebenaran hanya kepada Taurat. Yesus dan pengikutnya dianggap
melanggar Taurat. Orang-orang Yahudi menganggap Yasus yang mati disalib adalah
kehinaan. Oleh karenanya Pauluspun memutuskan untuk melakukan pengejaran
terhadap warga Gereja Kristen perdana. Ketika mendekati kota Damsyik, Paulus
rebah ke tanah dan dikelilingi cahaya yang menyilaukan (Kis 9:3). Saulus sendiri
bersaksi bahwa cahaya itu “menyilaukan” (Kis 26:6) dan cahaya itu lebih terang dari
cahaya matahari (Kis 26:13) serta menyebabkan dirinya rebah ke tanah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Setelah kejadian rebah di tanah, di situlah Paulus mulai disadarkan bahwa hal
yang dilakukan Paulus adalah salah. Perubahan terjadi seketika itu juga Saulus
seorang penganiaya Kristus dan ia bangkit dalam keadaan berubah yakni taat kepada
Kristus. Ketaatan kepada Kristus ditunjukkan saat ia masuk ke kota Damsyik dengan
matanya yang buta dan dibimbing oleh pengiringnya. Saulus bergumul dengan diri
sendiri (Kis 22:10) menunggu selama tiga hari tanpa pengelihatan dan juga dengan
tanpa makan atau minum (Kis 9:9). Tanpa makan dan minum ini Paulus lakukan
untuk mengetahui kehendak Allah serta merupakan salah satu unsur pokok dari
pertobatan dan demi pewartaan yang akan dilakukannya.
Paulus menjadi pewarta Injil yang berkobar-kobar. Paulus berjuang keras
dalam pewartaannya. Ia banyak membantu mereka yang kurang percaya kepada
Kristus. Pewartaannya ia banyak mengalami berbagai tantangan dan kesulitan yang
membuat dia putus asa. Tetapi Paulus percaya bahwa ia tidak dapat bekerja sendiri
tetapi Kristus membantunya dalam tugas dan pelayanan. Ia yakin bahwa Kristus
mengkehendaki pewartaan kabar gembira demi keselamatan manusia baik Yahudi
maupun semua orang yang bukan Yahudi. Cara seperti ini menjadi perhatian Paulus
ketika ia ada bersama para Rasul. Para Rasul memperhitungkan yang menjadi
perhatian Paulus itu. Pertemuan para Rasul pada akhirnya harus memutuskan orang
bukan Yahudi yang dipermandikan menjadi murid Kristus harus mentaati Taurat (Gal
2:9). Dalam pertemuan itu para murid sependapat bahwa tidak menjadi keharusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
bagi orang kafir yang bertobat menerima hukum Yahudi cukuplah bagi mereka
mengikuti Kristus.
Dalam karya pewartaan ia membela Injil dan ia memperlihatkan bahwa Tuhan
berkarya dalam dirinya. Dan karya Paulus diakui oleh banyak orang dan tokoh-tokoh
Gereja di Yerusalem. Paulus dapat memperlihatkan karyanya ketika ia berada di
Galatia: “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh”
(Gal 5:25). Pewahyuan pada perjalanan ke Damsyik adalah sekaligus penebusan dan
perutusan baginya (Jacobs, 1983: 41).
Paulus adalah sosok yang memiliki semangat pelayanan yang tidak pernah
pudar meskipun banyak mengalami tantangan. Sosok yang memiliki kedalaman
spiritualitas, menjadikan ia senantiasa bersemangat dalam menghayati panggilannya
sebagai rasul dan murid Tuhan. Selama pelayanannya, Paulus menghadapi banyak
tantangan, bahkan mengalami banyak ancaman pembunuhan. Sumber kehidupan
Paulus dalam pelayanan yakni Yesus Kristus. Relasi Paulus dengan Sang Sabda
sangat intim dan sangat dekat. Dalam melaksanakan pewartaan dan dalam
menghadapi serta menanggung segala penderitaan yang ia alami selama masa
hidupnya, ia tetap setia kepada Kristus.
Oleh karena itu para katekis sebagai pelayan perlu menimba inspirasi dari
Rasul Paulus, misalnya kesetiaan pada tugas perutusan, ketekunan dalam doa, lemah
lembut, sabar, berani di waktu penuh ketakutan, hati penuh harapan meskipun dalam
situasi tanpa harapan, pembela nilai luhur manusia, berani sakit dan menghadapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
kematian, dan totalitas dalam pewartaan. Para katekis perlu menggali semangat
pewartaan Paulus sebagai inspirasi pelayanan mereka dalam mewartakan Kabar
Sukacita. Sukacita itu dapat dibagi atau disebarkan kepada orang lain jika katekis
lebih dulu memiliki sukacita tersebut. Itulah yang dilakukan oleh Paulus selama
pewartaan. Para katekis juga menghadapi tantangan besar yakni arus-arus
perkembangan zaman.
Katekis adalah orang yang dipanggil atau terpanggil untuk mewartakan ajaran
Yesus. Kata ketekis berasal dari kata dasar katechein yang mempunyai beberapa arti:
mengkomunikasikan, membagikan informasi, mengajarkan hal-hal yang berkaitan
dengan iman (Indra Sanjaya, 2011: 16). Yesus dapat kita sebut sebagai katekis. Yesus
tidak dipanggil sebagai katekis dalam Injil tetapi tindakan Yesus yang memberi
pengajaran tentang Kerajaan Allah dan ajakan untuk menyambut Kerajaan Allah
adalah tindakan seorang katekis.
Saat sekarang ini sebutan katekis dialamatkan kepada kaum awam yang
memiliki tugas pewartaan dalam bidang pengajaran dan pembinaan iman. Katekis
memiliki peranan penting pada perkembangan Gereja dari masa ke masa. Pada awal
perkembangan Gereja perdana, katekis yang terlibat dalam pewartaan adalah para
rasul yang dibantu murid-murid lain. Perkembangan selanjutnya, Uskup yang
merupakan pengganti para rasul meneruskan tugas sebagai katekis. Para Uskup tidak
dapat bekerja sendiri maka dibantu oleh para imam dalam wilayah keuskupannya.
Dikarenakan jumlah yang banyak, cakupan wilayah yang luas dan jumlah imam yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
sedikit, para imam melibatkan awam untuk membantu tugasnya dalam hal pengajaran
dan pembinaan iman umat. Para awam inilah yang disebut katekis. Para katekis awam
tidak berdiri sendiri dalam hierarki Gereja karena sifatnya yang membantu tugas
imam. Katekis utama dalam sebuah keuskupan.
Dalam mengemban tugas pewartaan, para katekis harus memiliki
keterampilan dan semangat yang mendalam. Keterampilan yang baik akan membantu
katekis dalam hal pewartaan terutama dalam pembinaan dan pengajaran iman. Selain
membantu katekis, keterampilan yang dimiliki katekis juga secara tidak langsung
membantu para umat memahami maksud ajaran yang diberikan katekis. Spiritualitas
juga wajib dimiliki oleh seorang katekis. Spiritualitas akan mendorong dan
menyemangati katekis dalam tugasnya. Spiritualitas menjadi kekuatan untuk
menapaki tugasnya sebagai katekis. Spiritualitas juga menjadi api semangat yang
terus menghidupi iman dan tugasnya sebagai katekis. Spiritualitas seorang katekis
yang utama digali dari Injil sebagai kisah Yesus. Melalui kehidupan Yesus, perbuatan
dan ajaran-Nya, katekis dapat menggali spiritualitas untuk memberikan semangat
dalam melayani: menjadi katekis handal di zaman sekarang (Heryatno, 2018: 227).
Spritualitas katekis menyangkut hubungan pribadi katekis itu sendiri dengan
Allah. Sikap sedia diutus seperti yang dilakukan oleh Paulus dalam pewartaannya di
berbagai daerah. Zaman sekarang susah untuk menjadi seperti Paulus yang rela
mewartakan Kabar Gembira bagi umat yang membutuhkan uluran tangan dan
sentuhan dari seorang yang bisa memberikan kehidupan baru. Para katekis melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dan mengalami sendiri realitas kehidupan pada zaman sekarang yang bersifat anti
terhadap nilai-nilai Injil lebih terasa dominan dari pada yang mendukung
perkembangan iman umat. Kehidupan umat yang terlampau mengikuti arus zaman
tanpa diimbangi perkembangan iman yang mendalam akan terlihat dangkal karena
meski kekayaan materi yang berlimpah tidak menjadi prioritas dalam membawa
kebahagiaan. Hal yang sesungguhnya karena hal yang utama sebagai seorang beriman
adalah bersatu dengan Allah dan turut serta mengambil sukacita kasih Allah. Artinya
bahwa sikap katekis sebagai pewarta adalah memberikan seluruh diri dalam
pelayanan dan perjumpaan yang sangat membantu perkembangan iman umat dan
menyetuh hati mereka untuk menemukan tujuan hidup yang sesungguhnya, yakni
Allah. Selain itu, perjumpaan katekis dalam pewartaan memberikan harapan bahwa
kehidupan umat akan semakin jauh dari pengaruh perkembangan arus zaman yang
cenderung membawa umat jauh dari Allah. Kehadiran para katekis dalam pewartaan
membawa sukacita kehidupan yang baru bagi umat karena dapat mengantar umat
untuk hidup lebih dekat Allah.
Para rasul awam dipanggil untuk terlibat seperti yang dikatakan dalam seruan
berikut ini: Gereja diciptakan dan dipanggil untuk mewartakan dan sekaligus
memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah dimana-mana demi Kemuliaan Allah
Bapa, dan dengan demikian mengikut sertakan semua orang dalam penebusan yang
membawa keselamatan, dan supaya melalui mereka seluruh dunia bersungguh-
sungguh diarahkan kepada Kristus (AA 2). Artinya bahwa pewartaan Kerajaan Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
adalah pewartaan kerahiman Allah dan karena itu merupankan warta pengharapan.
Kerajaan Allah, berarti Allah turun tangan untuk menyelamatkan, membebaskan
dunia secara total dari kuasa kejahatan. Pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah
ditujukan kepada pertobatan manusia. Ia memanggil orang supaya siap siaga
menerima kerajaan bila Kerajaan Allah itu datang. Kerajaan Allah adalah panggilan
dan tawaran rahmat Allah, dan manusia harus menerimanya dengan sikap iman yang
dinyatanyakan dengan perbuatan yang baik, sebab Kerajaan Allah, berarti Allah di
dalam kerahimannya, juga merupakan kenyataan bagi manusia.
Panggilan menjadi katekis berarti mengasihi Yesus Kristus dan umat-Nya.
Para katekis diingatkan bahwa Yesus Kristus yang lebih dahulu mengasihi mereka
bahkan sampai memberikan seluruh hidup-Nya. Madya Utama (2018: 228-231)
mengungkapkan pandangan tentang 3 hal pokok yang pantas dihidupi oleh seorang
katekis. Pokok pertama menggambarkan pokok anggur dengan cabang dan ranting-
rantinya. Artinya bahwa cabang dan ranting saling melekat dan bersatu dengan pokok
anggur, demikian juga para katekis diharapkan senantiasa tinggal di dalam diri Yesus
agar semakin hidup dan berbuah. Tinggal di dalam diri Yesus berarti para katekis
dihidupi oleh kasih-Nya. Pokok kedua para katekis meneladani Yesus yang
mengosongkan diri karena mengasihi para murid sampai sehabis-habisnya. Sikap
mengosongkan diri sehabis-habisnya merupakan suatu paradoks. Artinya bahwa
sebagai jalan untuk menempatkan Yesus Kristus sebagai poros hidup, para katekis
bersedia meniggalkan kepentingannya sendiri. Semakin para katekis bersatu dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Kristus, cinta kasih Yesus Kristus akan membawa para katekis menjauh dari cinta
kepada diri sendiri agar mereka semakin mampu mengasihi umat dan sesamanya.
Hati seorang katekis selalu berada dalam dinamika hidup yang kristosentris, berpusat
pada Kristus, supaya dapat menjadi umatsentris yakni berjumpa dengan umat demi
melayani kebutuhan beriman mereka. Pokok ketiga berkaitan dengan sikap dan
tindakan yang harus diwujudkan oleh para katekis sehingga para katekis tidak takut
pergi ke tempat-tempat yang tidak nyaman, sulit, dan banyak tantangan. Seperti kisah
Paulus yang diutus oleh Allah untuk mewartakan cinta kasih-Nya kepada orang-orang
di berbagai kota. Dari kisah pewartaannya jelas terlihat bahwa Paulus bersedia
meninggalkan kenyamanannya sendiri mengikuti gerak ilahi yang mendorongnya
untuk maju ke depan tanpa merasa takut.
Arus perkembangan zaman yang serba cepat membawa dampak negatif bagi
citra dan pelayanan katekis dalam karya pewartaan dan penyebaran injil kepada
dunia. Para katekis perlu terus membenahi, mereformasi serta merefleksikan diri
untuk menemukan identitas katekis. Katekis adalah pewarta sabda Allah. Sebagai
pewarta sabda Allah katekis harus sentiasa berada dan hidup, tinggal di dalam dan
berkarya menurut sabda Allah itu. Dalam pelayanan para katekis diharapkan
mengedepankan sosoknya sebagai pewarta yang sejati. Pewarta yang sejati selalu
teguh dalam iman, teguh dan gigih dalam menyuarakan kebenaran, setia dalam
pelayanan, rela berkorban, hidup dalam kasih dan cinta Allah, tidak bersungut-
sungut, tidak ikut arus perubahan zaman yang negatif, dan belajar dari cara hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Sang Guru pewarta sejati yaitu Kristus. Pewarta yang sejati tidak mengeluh dalam
tugas, tetapi siap sedia kapan, dimanapun dia diutus seperti yang dilakukan Paulus.
Pewarta sejati senantiasa hidup berbagi, solider, mencintai tugas dan umat yang
dilayani dan tinggal bersama umat sebagaimana Kristus dahulu, hidup dan tinggal
bersama para murid-Nya dalam suasana persaudaraan.
Semangat yang mendalam membantu katekis untuk terbuka kepada Allah
Tritunggal, terbuka kepada Gereja, dan terbuka kepada dunia. Keterbukaan itu dapat
terwujud dalam keaslian hidup yang mendorong semangat missioner dan devosi
kepada Bunda Maria. Para katekis juga membutuhkan bantuan dari umat sehingga
katekis dapat menjalankan tugasnya sebagai pewarta. Pelayanan katekis adalah
pelayanan yang benar-benar mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik. Dalam
Direktorium Formatio Iman praksis katekese dijelaskan bahwa iman harus bersifat
kristosentris (KGK 426; PUK 163, dan CT 5-6). Jiwa atau inti formatio iman adalah
Yesus Kristus sendiri. Paus Yohanes Paulus II dalam Catechesi Tradendae
menyatakan bahwa jantung katekese adalah Yesus Kristus.
Formatio iman mengundang para katekis untuk memasuki persekutuan hidup
yang mesra dengan-Nya” (CT 5). Dalam persekutuan mesra dan mendalam dengan
Yesus Kristus, para katekis dapat secara sungguh-sungguh melaksanakan panggilan
dan tanggung jawabnya (CT 9). Semangat pewartaan dan pelayanan Paulus dapat
menular dan menginspirasi para katekis supaya selalu memiliki kesabaran dalam
pelayanan. Berdasarkan latar belakang ini penulis memberi judul skripsi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
”MENGGALI SEMANGAT PEWARTAAN RASUL PAULUS SEBAGAI
SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN
SEKARANG”. Tujuannya adalah supaya katekis tetap semangat dalam tugas dan
panggilannya sebagai pewarta dan dapat melakukan karya kerasulan sebagai pewarta
yang baik dan dapat diterima umat.
B. Rumusan permasalahan
1. Siapa Paulus dan bagaimana semangat pewartaannya?
2. Seperti apa sosok dan semangat katekis zaman sekarang?
3. Inspirasi macam apa yang dapat digali dari semangat Paulus bagi pelayanan
katekis zaman sekarang?
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dilakukan penulisan ini adalah
untuk mengetahui:
1. Menggambarkan semangat Paulus sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan
katekis zaman sekarang.
2. Menggambarkan sosok katekis zaman sekarang dan realitas pelayanan mereka
kepada umat.
3. Menyampaikan dan menguraikan inspirasi semangat Paulus bagi pelayanan para
katekis zaman sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
D. Manfaat penulisan
Manfaat praktis yang diperoleh dari penulisan ini adalah:
1. Menambah wawasan baru kepada para katekis tentang tokoh Paulus serta
pengalaman pewartaannya.
2. Memberi pemahaman kepada katekis tentang sosok dan semangat mereka di
zaman sekarang.
3. Memberi gambaran bagi para katekis dalam usaha mengembangkan semangatnya
sebagai pewarta dan saksi Kristus sehingga dapat semakin bersemangat melayani
umat.
E. Metode penulisan
Skripsi ini adalah studi pustaka. Penulis menggunakan metode deskripsi
intepretatif. Dengan metode deskripsi intepretatif ini penulis mengemukakan
pandangan para ahli, kemudian menjelaskan dan memaknainya berdasarkan judul
yang dipilih. Penulis akan menggali spiritualitas pewartaan Rasul Paulus kemudian
memaknainya sebagai pelayanan yang diharapkan menjadi sumber pelayanan katekis
di zaman sekarang.
F. Sistematika penulisan
Judul skripsi ini adalah “MENGGALI SEMANGAT PEWARTAAN RASUL
PAULUS SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
ZAMAN SEKARANG”. Dengan judul tersebut penulis ingin menggali semangat
dari pewartaan Rasul Paulus sebagai sumber pelayanan katekis di zaman sekarang.
Untuk mencapai tujuan tersebut penulis skripsi ini terdiri dari lima bab yang isinya
sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II membahas tentang hidup dan karya Paulus serta pengalaman
pewartaannya yang mencakup pembahasan sosok Paulus, kisah pewartaannya,
semangat Paulus dan sukacita Paulus.
Bab III membahas sosok dan semangat katekis di zaman sekarang. Pembahasan
dalam bab ini memberi gambaran tentang sosok dan spiritualitas katekis di zaman
sekarang yang mencakup pembahasan tentang sosok katekis zaman sekarang.
Bab IV menyampaikan inspirasi yang digali dari pewartaan rasul Paulus. Penulis
akan mengemukakan beberapa inspirasi pewartaan rasul Paulus di zaman sekarang.
Bab ini ditutup dengan usulan kagiatan sarasehan.
Bab V berisi kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan penulis mengungkapkan
beberapa hal penting berkenaan dengan pokok permasalahan penulisan skripsi ini.
Penulis memberikan saran guna memanfaatkan hasil karya ini untuk mengembangkan
spiritualitas katekis dengan belajar dan menggali pokok pewartaan Rasul Paulus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PAULUS DAN KARYA PEWARTAAN
Pewartaan memiliki peranan yang amat besar dalam menumbuhkan dan
memperkembangkan Gereja. Gereja perdana dapat berkembang dengan pesat karena
pewartaan yang giat. Paulus tampil sebagai salah seorang pewarta Injil Kristus yang
sangat berpengaruh bagi perkembangan Gereja awal. Buah pewartaan Paulus ialah
Gereja awal dapat berkembang tidak hanya di kalangan Yahudi tetapi juga di
kalangan bukan Yahudi. Gereja dapat berkembang di kalangan orang-orang bukan
Yahudi sebab Paulus menyampaikan pewartaannya yang sesuai dengan situasi umat.
Orang-orang non Yahudi yang menerima pewartaan Paulus akan Injil Kristus tidak
diharuskan untuk menjadi Yahudi terlebih dahulu.
A. IDENTITAS PAULUS
Rasul Paulus adalah seorang pewarta yang dengan gigih mewartakan Injil
Kristus. Karya pewartaan dan identitas Paulus kerap kali dipertanyakan dalam
pewartaannya yang menimbulkan kontroversi di kalangan bangsa Yahudi sebagai asal
kegiatannya. Identitas dan karya Paulus dapat menjadi inspirasi para pewarta di
zaman sekarang ini meskipun keadaan zaman ketika Paulus hidup berbeda dengan
zaman sekarang.
Purwa Hadiwardoyo (2012: 12) mengatakan bahwa Paulus berasal dari
Tarsus. Paulus adalah seorang yang mendapatkan pendidikan Yahudi yang sempurna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Paulus adalah seorang rasul. Pendidikannya itu telah membuat Paulus menjadi
seorang yang terpelajar dan bangga akan jalan hidup yang dilaluinya. Jati diri Paulus
dibentuk melalui jalur pendidikan yang ditempuhnya di Yerusalem hingga ia menjadi
seorang Rasul. Paulus berpendapat bahwa jalan hidup Yahudi ini merupakan satu-
satunya jalan yang membawa keselamatan.
1. Asal dan Gambaran Paulus
Leluhur Paulus berasal dari Galilea, beberapa kemungkinan namun belum
dapat diketahui kepastiannya, apa faktor yang membuat leluhur Paulus itu pindah ke
Tarsus. Perdagangan dan penjajahan yang dilakukan oleh pemerintah Siria
memungkinkan leluhur Paulus berpindah ke Tarsus. Ayah Paulus berasal dari suku
Benyamin. Paulus sendiri termasuk suku Benyamin dan ia sebagai anggota Farisi
dilahirkan di Tarsus. Paulus miliki kewarganegaraan Romawi. Sebagai warga negara
Roma status yang disandangnya memberi kesan bahwa ia sudah lama tinggal di sana.
Pada saat itu, orang-orang yang memiliki kewarganegaraan Romawi memperoleh
beberapa hak sipil seperti orang-orang keturunan Romawi, misalnya di bidang
pengadilan berhak naik banding sampai Makamah Agung di Roma (Purwa
Hardiwardoyo, 2012: 12).
Purwa Hadiwardoyo (2012: 12) mengatakan bahwa Tarsus sebagai kota
kelahirannya merupakan kota terkenal dan Tarsus adalah kota pendidikan. Di usia
muda Paulus menerima pendidikan dasar di kota itu. Paulus mulai mempelajari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
berbagai filsafat Yunani dan ibadah-ibadah agama. Penempatannya di Yerusalem dan
didikan di sana membentuk jati diri Paulus. Keanggotaannya sebagai dewan
Sanhedrin didapatkannya. Ia sebagai anggota Sinagoga atau dewan Sanhedrin yang
mendapatkan kekuasaan resmi mengatur penganiayaan orang Kristen.
Paulus mempunyai perawakan kecil. Penampilan fisiknya digambarkan oleh
alkitab sebagai tokoh yang tidak meyakinkan. Diri Paulus kurang lebih digambarkan
sebagai seorang yang kecil perawakan, rambutnya tipis dan halus, kakinya bengkok,
alisnya bertemu, dan hidungnya sedikit bungkuk. Gambaran diri Paulus yang
mengesankan bahwa ia berbadan tegap, penuh belas kasihan dan kadang terlihat
sebagai manusia juga kadang wajahnya seperti wajah malaikat. Dengan mengetahui
rupa dan ciri-ciri Paulus seperti di atas, umat semakin dibantu untuk mengenali tokoh
Paulus dan ikut merasakan pengalaman Paulus dalam menjalani kehidupannya yang
dengan gigih mewartakan Yesus.
2. Paulus Seorang Anak Kota
Brunot (1992: 10) menyatakan bahwa Paulus adalah seorang anak kota. Jika
dibandingkan dengan tempat kelahiran Yesus di desa, maka jauh berbeda karena
tempat kelahiran Yesus merupakan suatu desa kecil yang tidak terkenal. Paulus lahir
di kota Tarsus dan Yesus dilahirkan di kota Nasaret hanya sebuah desa yang tidak
terkenal di pegunungan Galilea. Tarsus merupakan sebuah kota megah layaknya kota-
kota lain yang megah di kekaisaran Roma. Kepuasan Paulus akan keberadaan kota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kelahirannya tampak dalam perkataannya yang dikutip dari Kis 21:39 “Aku seorang
Yahudi, warga kota Tarsus di Sisilia, kota bukan sembarang kota”.
Brunot (1992: 12) mengungkapkan bahwa keberadaan kota Tarsus dengan
segala hal yang ada terjadi di sana membuat Paulus menjadi orang yang cepat
menangkap setiap ide, gagasan dan buah-buah pemikiran yang disampaikan oleh
orang lain kepadanya. Perkembangan kepribadian diri Paulus banyak terjadi karena
pengaruh dan latar belakang kota Tarsus dengan percampuran suku-suku bangsa,
agama-agama dan kelas sosial. Paulus menjadi pengembara yang tak kenal lelah,
menjadi pewarta yang bersemangat dan menjadi nabi Allah. Ia berusaha agar dunia
mendengar pewartaannya dan dunia mengimani apa yang diimaninya.
Brunot (1992: 12) menjelaskan bahwa watak yang dimiliki Paulus rumit. Di
dalam dirinya terdapat bermacam-macam sifat yang berlawanan. Perbuatan Paulus
didasari oleh keyakinan yang teguh seperti layaknya anak-anak kota yang lain. Paulus
berbakat dalam organisasi. Sebagai seorang penentang Paulus mempunyai
kemampuan untuk menyindir orang dengan nada bergurau. Sampai akhir hidupnya ia
mempertahankan semangat senda gurau, yang kadang-kadang menjadi bahan olok-
olokan untuk mencaci maki musuh-musuhnya atau orang-orang yang terlalu percaya.
Paulus juga menguasai bahasa karikatur. Ia tidak pernah sayang akan dirinya dan
senyuman yang merupakan perpaduan sindiran dan kesederhanaan.
Brunot (1992: 12-13) mengungkapkan bahwa kehidupannya di kota Tarsus
membekas sangat dalam pada dirinya. Paulus sangat tertarik pada kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
manusia, kehidupan kota, masyarakat, hukum dan lebih-lebih ia sangat tertarik pada
atletik dan disiplin militer. Di dalam diri Paulus ditemukan sebuah kontras lagi, yaitu
bahwa di dalam tubuhnya yang lemah dan berpenyakit menahun, tersembunyi watak
seorang yang keras. Dalam diri Paulus terdapat sesuatu yang berhubungan dengan
syaraf baja yang menjadikan seseorang tergolong dalam deretan-deretan ahli pikir
terbesar di dunia, meskipun dia bertubuh jenaka. Meskipun begitu, Paulus selalu
dicengkram oleh rasa was-was. Jelas bahwa ia tak pernah lepas dari ketegangan
syaraf yang biasanya diderita oleh orang kota dan olahragawan gigih. Ia bukan
seniman bukan pula penyair, ia seorang yang sanggup menangani gagasan-gagasan
dan sekelompok orang-orang, ia menonjol dalam kegesitan dan kecakapan otaknya
sangat peka terhadap umat.
Paulus adalah seorang pemimpin yang setia kepada tradisi, ia juga sangat
kreatif dalam tugasnya. Paulus adalah seorang pengacara yang hebat dan tak
terkalahkan, ia meyakinkan umat agar tertarik dengan karya peawartaannya. Eko
Riyadi (2012: 12) menyatakan bahwa karena karya pewartaan Injil ke berbagai
penjuru dunia itulah, Paulus dikenal sebagai rasul bangsa-bangsa. Paulus sungguh
menjadi seorang rasul, utusan yang dipanggil menjadi alat pilihan-Nya guna
mewartakan nama-Nya kepada segala bangsa. Marsunu Seto (2012: 64) menjelaskan
bahwa menjadi alat Tuhan itu seperti cangkul di tangan petani. Ketika dipergunakan
untuk mencangkul tanah, banyak kali ia harus membentur tanah yang keras, bahkan
batu. ia menderita karenanya bahkan bisa jadi patah dan pecah. Seperti itulah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
terjadi pada Paulus sebagai alat Kristus. Kristus mempergunakan Paulus untuk
mewartakan nama-Nya dan untuk itu Paulus harus mengahadapi kesulitan dari
banyak orang yang harus ia wartakan. Ia harus menderita karena banyak yang
menolaknya dan penolakannya diungkapkan dengan penolakan secara fisik, seperti
melempari dengan batu, memukulinya, menjebloskanya ke dalam penjara, dan
bahkan dengan berusaha membunuhnya. Tetapi tidak seorangpun dapat
menghentikannya, karena ia hanyalah alat yang dipergunakan oleh tangan Tuhan.
Marsunu Seto (2012: 65) berpendapat bahwa Paulus telah membuktikan
hidupnya untuk Kristus. Semua pekerjaan, hidup, perjuangan dan penderitaan Paulus
diarahkannya pada Kristus. seluruh keberadaannya, seluruh tubuhnya, diabdikan
untuk melayani Tuhan sehingga tubuhnya dapat menjadi tempat penampakan dan
pernyataan Tuhan kepada dunia. Karena itu Paulus dapat bersukacita: Kristus
mempergunakan dirinya sebagai tempat menyatakan diri.
Marsunu Seto (2012: 65) secara singkat mengatakan bahwa Paulus
dihadapakan pada hukuman mati. Paulus sama sekali tidak takut pada kematian.
Baginya, “hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp. 1:21). Suatu
keyakinan yang membuat diri Paulus semakin jelas adalah “Kristus dengan nyata di
dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku” (Flp. 1:20). Kematian tidak
membuatnya takut atau khawatir dan tidak dapat berhenti bersukacita. Paulus
mengetahui kemana kematian akan membawanya: kepada persatuan dengan Kristus,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
untuk tinggal bersama-Nya. Ia menyadari bahwa keberadaan orang Kristiani adalah
dalam Kristus dan dalam persekutuan dengan-Nya.
Brunot (1992: 12-13) berpendapat bahwa Paulus sebagai seorang ahli bicara
yang terkenal, Paulus menganggap yang paling penting dan utama bagi dia ialah
berbicara dalam bahasa yang sederhana sehingga umat dapat memahami menurut
daya tangkap mereka. Paulus mengambil peristiwa-peristiwa sebagai contoh dalam
pembicaraan hidup masyarakat kota sehari-hari yang sederhana. Paulus berhasil
memikat perasaan orang lain, sehingga ia dapat menghadirkan dirinya seakan-akan
dia berada di tengah-tengah umat yang membaca suratnya, meskipun mereka berada
di tempat yang jauh. Paulus mendikte maupun menulis sendiri dan mampu
menyingkirkan pikiran, urusan-urusan, serta kesibukan-kesibukan di tempat kerjanya
untuk menghadirkan diri secara rohani, bukan badani. Dengan demikian tanpa banyak
susah payah dia ikut merasa berprihatin dengan kegusaran-kegusaran dan persoalan-
persoalan serta godaan-godaan mereka. Tetapi Paulus juga ikut memperbincangkan
pokok-pokok pembicaraan yang sedang hangat di perdebatkan di antara mereka.
Pokok pembicaraan Paulus mengenai persoalan-persoalan yang terjadi waktu ia
tinggal bersama mereka. Mereka mengatakan bahwa Paulus selalu memakai
perbendaharaan. Yang dimaksud Paulus dengan perbendaharaan adalah bahwa Paulus
mewartakan Injilnya dengan kekayaan iman yang tidak habis-habisnya kepada
umatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Brunot (1992: 13-14) meyampaikan bahwa Paulus adalah seorang yang
beremosi kuat maka tidaklah mengherankan lagi bila sifat Paulus ini memberi kesan
kepada tulisan-tulisan Paulus yang bertentangan dengan dirinya sendiri. Kalimat
Paulus sepintas dan nampak tidak sesuai dengan pendapatnya. Paulus selalu berbakat
untuk menciptakan kalimat-kalimat yang mudah dihafalkan. Dalam usianya yang
masih muda Paulus mampu meringkas iman Kristen dalam rumusan-rumusan yang
ringkas. Hal ini bebeda dengan kalimat yang diucapkan oleh Yesus. Kalimat Yesus
tegas, utuh jelas, sedangkan pandangan Paulus terkesan tidak luas dan ringkas
dengan nada keras dan berwibawa yang membuat pembacanya kadang-kadang
bertanya pada diri mereka sendiri, apakah dengan berpegang pada ayat-ayatnya yang
bernada keras seperti itu mereka tidak tersesat dalam cara pandang yang terlalu picik
atau ringkas.
3. Seorang Farisi Diaspora
Brunot (1992: 14) mengungkapkan bahwa pendidikan di kota terhadap diri
Paulus berpengaruh pada sisi positif dan negatif yang telah disebutkan di atas. Paulus
dibesarkan di Tarsus. Sebagai seorang putra dari Tarsus Paulus memiliki harta karun
agama yang tidak semua orang miliki. Paulus dari Tarsus sebagai seorang Yahudi,
orang tuanya berasal dari Giskala, di Galilea. Mereka termasuk suku Benyamin yang
berdomisili di Tarsus. Nama Saul diberikan setelah ia disunat. Nama yang diberikan
itu nama raja Israel yakni Saul yang diturunkan dari suku Benyamin. Meskipun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
tinggal di negeri orang ia tetap bangga dengan warisan-warisan leluhurnya dimana
dulu mereka berasal. Paulus adalah nama kedua yang diberikan, sesuai dengan tradisi
di Tarsus dengan nama Yunani.
Brunot (1992: 15) menyatakan bahwa keluarga Paulus adalah keluarga yang
merantau dan mereka adalah orang Yahudi Galilea yang sukses. Kewarganegaraan
Romawi dapat menjadi satu bukti yang menunjukkan kesuksesan mereka di tanah
rantau dan mereka dapat menyesuaikan diri di sana. Paulus dilahirkan di tengah-
tengah golongan saudagar-saudagar yang cukup berada, sebagai kaum menengah di
propinsi Roma itu. Hak-hak istimewa sebagai warga negara Romawi didapatkan
olehnya seperti hak dipilih menjadi magistrat dan hak dalam kehakiman untuk
memohon kepada Kaisar melepaskan tuduhan. Nasib Paulus menjadi lebih baik
dibandingkan dengan nasib orang-orang sebangsanya.
Brunot (1992: 15) menjelaskan bahwa transplantasi Paulus pada jantung
masyarakat kafir ini bukanlah berarti pelarian dari benteng adat istiadat Yahudi yang
kuat. Paulus dibesarkan dalam suasana Yudaisme. Keluarga Paulus termasuk mashab
Farisi, dan merupakan kenyataan dasar dalam hidupnya. Kotbah-kotbah serta surat-
suratnya mempertahankan keaslian Yahudi sebagai nenek moyangnya dan
membanggakan adat Yahudi yang ketat. Paulus selalu membaggakan keluarganya
dan meletakkannya paling atas. Surat surat Paulus yang lain juga menunjukkan hal
ini. Paulus disunat tujuh hari setelah kelahirannya sesuai dengan perintah hukum (Gal
1:13).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Brunot (1992: 15-16) mengungkapkan bahwa mashab Farisi terkenal sebagai
mashab yang keras dan tekun beribadat. Paulus di dalam mashab Farisi ini masih
menunjukkan keistimewaan dirinya yaitu dengan perkembangan rohani yang
mengagumkan dan dengan usaha gigih yang tak kunjung layu meskipun menderita
penganiayaan. Di hadapan raja Agripa, Paulus dengan bangga meyakinkan bahwa ia
hidup sebagai seorang Farisi menurut mashab paling keras dalam agama Yahudi.
Keluarga memberi pengaruh besar terhadap Paulus untuk menjadikan Paulus sebagai
seorang Farisi tulen yang mempunyai sifat puas akan keadaan diri sendiri sehingga
menimbulkan kesombongan.
Brunot (1992: 16-17) menjelaskan bahwa orang-orang Saduki, Eseni, dan
Farisi merupakan mashab-mashab utama Yahudi pada permulaan tarikh masehi.
Kaum Eseni adalah masyarakat yang lebih tertutup dibanding mashab Farisi. Mereka
melaksanakan hukum-hukum dengan teliti sampai segi yang kecil. Kasta imamat
yang bersifat mesianik diberikan dalam kehidupan dengan harapan akan terjadi
restorasi imamat di bait Allah Yerusalem. Orang-orang Saduki yang memimpin
upacara keagamaan dihalang-halangi oleh orang Farisi. Orang Saduki dianggap
sebagai orang yang merampas tugas-tugas imamat dan sebagai penghianat yang
bekerjasama dengan penjajah. Orang-orang Eseni merupakan rahib-rahib yang
berdominsili di padang gurun untuk mempersiapkan secara diam-diam upaya meraih
kekuasaan. Orang-orang Farisi merupakan lawan aristokrat Saduki. Mereka
mengajarkan Taurat. Pengalaman mereka luas, mereka mempunyai kesanggupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
intelektual untuk memperkembangkan sistem ilmu tentang norma dan
mempertahankan tradisi serta membuat hukum lisan yang kekuatanya sama dengan
hukum tertulis Musa. Hal baik lain yang kiranya dapat kita akui dari keberadaan
orang Farisi adalah nilai spiritual yang sejati, rasa hormat terhadap benda suci,
penyerahan diri terhadap penyelenggaraan Ilahi dan usaha-usaha untuk hidup sesuai
dengan sabda Allah meski sabda itu ditafsirkan salah.
Brunot (1992: 18) mengungkapkan bahwa Paulus menggunakan bahasa
Yunani. Bahasa yang dipelajari selama menuntut ilmu dan Paulus tahu tentang
naskah-naskah Kitab Suci Septuaginta. Bahasa Yunaninya diperkaya dengan
perjalanannya yang dilakukan, perjumpaan-perjumpaan dengan pembicara-pembicara
terkenal, berdebat dengan orang Yahudi di Sinagoga, dan pertentangan-pertentangan
dengan lawan yang tak mau kalah. Akhirnya Paulus menguasai dan mampu
menggunakan bahasa ini dalam karyanya.
Brunot (1992: 19-20) menyampaikan bahwa Paulus mempelajari doa mulai
dari ibunya. Rumusan-rumusan doa Paulus diambil dari Kitab Suci. Orang Yahudi
dilahirkan untuk berdoa. Suasana kesucian dan cinta kasih Allah memenuhi masa
kanak-kanaknya. Paulus menjadi Farisi sejati dengan doa-doa dari seluruh
kesusastraan Yahudi. Mazmur-mazmur apokrip dinyanyikan dengan semangat dan
doa berkembang menjadi aliran mistik (Brunot, 1992: 19). Hidup doa Paulus sungguh
dibangun, sehingga menjadikan dirinya sebagai seseorang Farisi yang tidak saja
fanatik tetapi juga spiritualistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Surat Galatia menunjukkan betapa terkejutnya Paulus akan kekurangan orang-
orang Farisi. Dalam surat itu Paulus menyatakan betapa rendah dirinya dan
menunjukkan kesediaan dirinya untuk mengharapkan Allah, karena itu tetap
mengakui sebagai Farisi sejati yang tak bercela, putera Abraham yang juga akan
diselamatkan oleh Allah karena iman.
4. Paulus Seorang Rabbi dari Yerusalem
Brunot (1992: 21) secara singkat menyatakan bahwa semenjak pemerintahan
raja Daud, Yerusalem merupakan kota suci bagi Yudaisme dan kota ini menjadi kota
universitas di zaman Paulus. Anak-anak dari golongan menengah atas melanjutkan
dan menyelesaikan studinya di Yerusalem. Paulus juga pergi ke kota ini setelah ia
berusia lima tahun. Ia sendiri yang menceritakan sebagian kecil riwayat hidupnya,
bahwa ia adalah orang Yahudi yang dilahirkan di Tarsus di Sisilia dan diasuh atau
dididik di Yerusalem. Paulus dididik oleh Gamaliel dengan displin dalam ilmu
pendidikan dari hukum Yahudi. Gamaliel adalah seorang ahli Taurat yang tidak
menentang para Rasul.
Brunot (1992: 21) menyatakan bahwa Paulus tidak meninggalkan ajaran
gurunya dan Pauluspun senang menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru. Rabbi
Gamaliel adalah penerus dari Rabbi Hilel yang terkenal. Pandangan-pandangan Hilel
yang cemerlang dan liberalis diwarisi oleh Gamaliel. Ajaran-ajaran yang disampaikan
Rabi itu baik. Orang Kristen ataupun orang Yahudi sama-sama dihargai. Rabbi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Gamaliel mengatakan bahwa semenjak kematian Rabbi Hilel kehormatan Taurat
lenyap, dan tiada lagi kemurnian.
Paulus dididik oleh Gamaliel dengan gaya dan cara pendidikan yang lazim
dilaksanakan saat itu. Ia mendengarkan madah-madah yang dinyanyikan secara
teratur selama bertahun-tahun masa pendidikannya. Pelajaran dan madah-madah yang
dinyanyikan teratur, menurut ritme juga disertai dengan alunan gerak tubuh (Brunot,
1992: 21-22). Pendidikan ini dapat membentuk diri Paulus menjadi seorang rabi yang
sungguh kompeten di bidang agama, yakni agama Yahudi yang dianut Paulus.
Pendidikan yang dijalani Paulus menjadikan dirinya semakin ahli dalam
mempertahankan ajarannya. Latihan-latihan rohani yang diikuti oleh Paulus dalam
bidang intelektual dapat memberikan dorongan untuk mencintai ketangkasan bahasa
yang dipakai untuk membuat tafsiran-tafsiran gemilang, untuk menyusun gagasan-
gagasan dalam pernyataan-pernyataan yang memberikan alasan-alasan yang tepat dan
penjelasan yang mengena dengan melontarkan kutipan dari Kitab Suci (Brunot, 1992:
22). Tetapi Paulus tidak begitu berhasil mempergunakan gaya bahasa kiasan dan
perumpamaan yang dipelajari. Surat-suratnya hanya sedikit sekali memuat
perumpamaan-perumpamaan yang impersonil: tidak ada satupun yang menyerupai
perumpamaan-perumpaan Kristus atau perumpamaan-perumpamaan para Rabbi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
5. Paulus Seorang Rasul Kristus
Paulus memiliki sosok seorang nabi di dalam hidupnya, pengalaman karya
serta kegiatan-kegiatan juga sifat jujur serta semangatnya merupakan hal yang sama
terdapat pada para nabi besar lainnya dalam sejarah Kitab Suci. Paulus seorang ahli
Taurat yang bertobat. Dia menjalani pendidikannya di bawah bimbingan Rabbi
Gamaliel, lebih dari sekedar itu ia adalah seorang nabi. Nabi Amos dan Yesaya telah
menerima tugas untuk melaksanakan karya pewartaaan dari Allah. Paulus yang
diawali dari pendidikannya mengerti tentang Allah, dan dari pertobatanya ia dapat
disadarkan oleh Allah. Pengertian dan pengalamannya akan Allah membuatnya dapat
menerima karya pewartaan yang diberikan oleh Allah. Paulus, sama seperti nabi-nabi
besar lainnya, menerima karya pewartaan Allah dan dilaksakan olehnya demi
keselamatan manusia (Brunot, 1992: 33).
Sebelum Paulus bertobat yang menjadi pusat perhatiannya adalah
kewenangan dan kemenangan hukum Taurat yang dibuktikan dengan penuh
semangat. Hukum Taurat yang dijalankannya berlangsung dengan tanpa cacat.
Barang siapa mengancam keberadaan Taurat harus disingkirkan. Pertobatannya
membalik semua yang ada di dalam dirinya. Paulus memiliki perawakan kecil dan
lemah tampangnya namun demikian singa yang mengaung tidak membuatnya gentar
dalam melaksanakan karya pewartaannya (Brunot, 1992: 13-14).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
B. Karya Pewartaan Rasul Paulus
Paulus pernah ditemui Yesus sendiri, yang berarti ia langsung diutus oleh
Tuhan untuk mewartakan Injil. Di dalam dirinya setelah perjumpaan itu terjadi
pergulatan yang membawanya pada pertobatan. Paulus selanjutnya menyusun
rencana untuk karya pewartaannya. Iapun sadar bahwa rencana itu sulit direalisasikan
dan banyak menghadapi tantangan di lapangan (Jacobs, 1991: 1).
1. Paulus Merencanakan Karyanya
Paulus mempunyai kekuatan pada pewartaan dan mempunyai rancangan misi
yang sangat luas. Rancangan misi pewartaan yang dilaksanakannya kuat sehingga
menjadi peristiwa sejarah yang menentukan awal perkembangan Gereja (Jacobs,
1983: 21). Hanya sedikit hal dapat diketahui mengenai riwayat hidup Paulus antara
panggilannya dan pertemuan dengan para Rasul di Yerusalem. Di dalam kisah Para
Rasul, karya Paulus dijabarkan dengan sangat lengkap pada (Kis. 13:21-26). Suharyo
(2012: 24) secara singkat mengatakan bahwa beberapa peristiwa dapat memberikan
gambaran mengenai pola hidup Paulus dalam pelayanan “pola hidup dan karyanya
adalah: tiba di tempat yang baru, diterima untuk beberapa waktu, ditolak dan diusir
sehingga harus pergi ke tempat yang baru lagi”.
Pertama-tama karya pewartaan Paulus tidak dapat dipisahkan dari pokok
interprestasi pewartaannya mengenai Injil. Apa yang diwartakan Paulus berhubungan
dengan pertanggungjawaban pertemuannya dengan Kristus dan panggilannya sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Rasul. Pewahyuan yang diberikan oleh Allah mengenai Yesus putra-Nya berarti bagi
Paulus ialah pengakhiran dari usahanya sebagai kaum Farisi untuk menemukan
kebenaran di hadapan Allah dengan taat kepada Taurat. Tuhan menampakkan diri
bukan dalam tuntutan mentaati Taurat, tetapi keselamatan Tuhan ada dalam anugerah
rahmat pembenaran. Salib memperlihatkan kegagalan Taurat dalam mengembalikan
manusia pada panggilannya (Jacobs, 1983: 22).
Pewahyuan Paulus yang diterima olehnya berarti juga bagi non Yahudi. Karya
pewartaan di antara orang bukan Yahudi sudah lama dimulai, tetapi pewartaan itu
dilakukan masih dalam kungkungan hukum Yahudi. Perbedaan rencana karya
pewartaan yang dilakukan oleh Paulus kepada non Yahudi ialah tanpa belenggu
Taurat yang menjadikan orang harus menjadi Yahudi terlebih dahulu. Paulus
mengemukakanya dan menerangkan hal itu berkali-kali. Allah memberikan
pembenaran-Nya kepada semua orang yang percaya dan mau menerimanya, hanya
ada satu Allah bagi semua bangsa baik yang bersunat maupun yang tidak bersunat
(Jacobs, 1983: 22).
Selanjutnya Paulus melaksanakan rencana karya pewartaannya dengan tuntas.
Ia mewartakan Injil kepada kaum non Yahudi dengan pewartaan tentang kebebasan
dari belenggu Taurat. Hal ini berarti Paulus merumuskan kembali pewartaannya
mengenai salib dalam bahasa yang lain dari yang dipakai untuk kristianitas Yahudi.
Paulus menerjemahkan apa yang diwartakannya dalam bahasa Yunani untuk
kebudayaan Helenis. Ia merumuskannya kembali dan mengkalimatkannya dalam
suatu bahasa teologis yang baru (Jacobs, 1983: 22-23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Akhirnya dalam melaksanakan karya pewartaannya Paulus bermaksud untuk
mendirikan suatu Gereja Kristen non Yahudi di samping Gereja Kristen baru,
sehingga mereka dikumpulkan dalam satu meja baik orang Kristen Yahudi maupun
Kristen non Yahudi dan diperoleh saling pengakuan dari beraneka ragam jemaat
(Jacobs, 1983: 23).
2. Perencanaan yang Sulit Direalisasikan
Jacobs (1983: 23) menjelaskan bahwa pelaksanaan karya Paulus menjadi
rencana yang sulit direalisasikan, kendati rencana Paulus dalam keseluruhannya itu
logis dan cocok, namun demikian karena pemahamannya yang khas mengenai iman
Kristiani dan hal-hal di atas membuat rencana karya pewartaan Paulus menjadi hal
yang sulit realisasikan. Pertentangan yang hebat dialami Paulus dalam seluruh karya
baik kegiatan pewartaannya ataupun pokok pewartaannya. Pemahaman Paulus dalam
pertemuan Para Rasul di Yerusalem tak henti-hentinya menimbulkan pergulatan,
pertengkaran yang hebat dan sangat mendalam. Perjanjian Baru memberikan kesan
bahwa Paulus dengan kepribadian, pikiran dan kegiatannya mendominir Gereja
dalam tiga puluh tahun pertamanya. Hal itu tidak benar karena surat-suratnya
menunjukkan realitas yang tidak demikian.
Jacobs (1983: 23-24) berpendapat bahwa Paulus harus mengalami kesulitan
bergulat dalam jemaat Helenis yang didirikannya sendiri. Injil yang diwartakan
Paulus tidak lepas dari kebudayaan, sosial, dan ekonomi Yunani. Kesulitan Paulus
pertama-tama ialah bahwa ia bergulat dengan melawan orang Kristen Yahudi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
konservatif di mana mereka ikut campur tangan dalam kebanyakan jemaat yang
didirikan Paulus. Mereka mewartakan Injil dengan mengikutsertakan Taurat di
dalamnya. Ia menghadapi kedua masalah tersebut dan harus
mempertanggungjawabkan bukan hanya interpretasi pewartaanya namun juga
kedudukannya kepada Para Rasul. Dari jemaat yang dibentuk Paulus di Korintus
tampak mula-mula bermasalah dan salah menangkap pewartaan Paulus. Masalah
tersebut menjadi tampak dan menjadi kesulitan bagi Paulus untuk melaksanakan
rencana karya pewartaannya. Pengakuan Paulus akan karyanya itu diakui oleh Gereja
di Yerusalem, para Rasul serta, para tokoh dari jemaat baru yang didirikannya (Gal.
1:22).
3. Tantangan di Lapangan
Jacobs (1983: 24) menjelaskan bahwa Paulus tidak hanya mengalami
kesulitan, ia juga mendapat tantangan. Tantangan yang paling hebat dan jelas nampak
dalam surat Galatia. Paulus dan Gereja di Yerusalem serta para Rasul terpecah
menjadi dua belah pihak yang bertolak belakang satu sama lain. Sedangkan jemaat di
Galatia posisinya lebih berperan sebagai saksi “yang sebenarnya bukan Injil” (Gal.
1:7) “hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan bermaksud untuk memutar
balikkan Injil Kristus”. Kegiatan misioner yang pertama di Siria dan Kilikia setelah
periode itu berlalu, Paulus dan Barnabas pergi ke Yerusalem untuk mendapat
pengakuan atas karya pewartaan oleh pemimpin jemaat yakni Yakobus dan Yohanes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Jacobs (1983: 25) secara singkat menyatakan bahwa setelah Paulus mendapat
pengakuan tersebut Paulus kembali menuju ke Asia kecil melalui Antiokia. Sesudah
mendapatkan pengakuan ada dua insiden yang penting ditulis dalam surat Galatia,
yang kemudian melawankan Paulus dengan orang Kristen Yahudi dari Yerusalem.
Insiden pertama di Antiokia ketika Petrus makan bersama dengan orang non Yahudi
lalu datang beberapa orang dari kalangan Yakobus (Gal. 1:1-14). Petrus mengambil
posisi tengah, lalu ia mengundurkan diri karena takut kepada saudara-sadara yang
bersunat sebab makan bersama dengan orang non Yahudi adalah hal yang melanggar
Taurat. Paulus merasakan tantangan akan hal ini. Baginya duduk makan bersama
yang dimaksudkan sebagai suatu perjamuan Ekaristi dan menekankan kesatuan dalam
tubuh Kristus antara orang Kristen Yahudi dan non Yahudi. Paulus mesti
menyampaikan apa yang sesuai dengan persetujuan di Yerusalem yakni pendapatnya
tentang Ekaristi dan kesatuan tubuh, terlebih di hadapan beberapa orang di kalangan
Yakobus yang masih menjunjung tinggi Taurat.
Jacobs (1983: 26) memaparkan bahwa insiden yang kedua ialah orang-orang
Kristen Yahudi atau lebih tepatnya pengajar-pengajar Yahudi mengacaukan
pewartaan Paulus di Galilea. Mereka lebih menunjuk ke arah wakil dari jemaat purba
di Yerusalem. Paulus ditantang oleh bagian penting Gereja purba dalam pelaksanaan
rencana karya pewartaan. Kedudukan Paulus menjadi semakin sulit diterima dan terus
terancam sebab pewartaan yang diwartakannya berkaitan dengan keberadaan Taurat
dalam iman Kristiani, dimana hal itu dalam surat Galatia dengan keras dikatakan oleh
Paulus. Inti persilisihan itu diperlihatkan dalam surat Galatia juga menjadi tema dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
surat tersebut, yakni tentang janji-janji serta ketetapan Perjanjian Lama dari pribadi
Yesus serta pewartaan-Nya (Gal. 3:1-14). Salib bagi Paulus mempersalahkan nilai
keselamatan dari ketaatan kepada Taurat, dari keterikatan para murid pada tradisi
Israel dan previlege Perjanjian Lama.
Jacobs (1983: 24-26) berpendapat bahwa untuk menanggapi tantangan yang
ditujukan pada dirinya, Paulus memperlihatkan kepada orang di Galatia sebagai saksi,
bahwa dengan imanlah mereka menjadi anak Abraham bukan karena secara jasmani
sebagai orang Yahudi (Gal. 3:7). Diskusi mengenai hal ini tampak tidak mudah
diselesaikan. Surat di Galatia atau surat yang lain serta dalam karangan Perjanjian
Baru masih terdengar mengenai tema ini.
Jacobs (1983: 26) menyatakan bahwa sentimen keras ini juga terdengar dalam
karangan apokrif seperti buku Kerygmata Pertou misalnya. Di dalam buku tersebut
dituliskan tentang Paulus sebagai seorang musuh dan melawan Petrus sama seperti
Yesus dan Yohanes Pembaptis atau bahkan seperti Kristus dan anti Kristus. Karangan
itu juga menyatakan bahwa karena omong kosongnya Paulus bertanggung jawab
terhadap fakta bahwa beberapa dari mereka yang berasal dari golongan non Yahudi
untuk menolak ajaran yang sesuai dengan Taurat.
4. Karya Paulus dalam Perjanjian Baru dan Gereja Purba
Jacobs (1983: 27-28) menjelaskan bahwa Paulus di dalam Perjanjian Baru
juga mempunyai tempat, tetapi Paulus belum mengetahui di mana tempatnya. Paulus
dalam Perjanjian Baru mempunyai kedudukan yang sangat penting. Kedudukannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
yang penting itu karena susrat-suratnya dengan cepat disimpan oleh jemaat Helenis
dan surat-surat itu mempunyai tempat khusus dalam usaha-usaha pertama untuk
membuat suatu kanon karangan-karangan yang diakui dan mempunyai kewibawaan
normatif. Paulus mempunyai kedudukan yang penting karena Lukas, ia diberikan
tempat yang sama pentingnya seperti Petrus. Nama Paulus juga digunakan oleh
beberapa pengarang Perjanjian Baru hingga ia mempunyai kedudukan sangat penting,
seperti yang terjadi pada surat kepada jemaat di Timotius, kepada Titus dan mungkin
juga kepada umat di Kolose dan Efesus.
Jacobs (1983: 28-29) secara singkat menyatakan bahwa kotbah-kotbah Paulus
yang berada dalam Kisah Para Rasul juga tidak mencerminkan pewartaan Paulus.
Lukas membuat kotbah itu menurut pandangan dan pemikirannya sendiri. Lukas
melupakan apa yang menjadi inti sari pemikiran Paulus tentang pemisahan Taurat
Yudaisme dengan iman Kristiani. Pentingnya karya perwartaan Paulus dalam Kisah
Para Rasul sangat ditonjolkan sedangkan pewartaannya kurang mendapat tempat.
Paulus secara pribadi melihat sendiri bagaimana pribadinya, pikirannya, pokok
pewartaannya, serta karya pewartaannya dipersoalkan.
Jacobs (1983: 29-30) menyampaikan bahwa Paulus mempunyai posisi
dominan dan utama dalam Gereja perdana, namun hal itu pantas disangsikan. Ia
mengalami perlawanan yang cukup hebat dan surat Galatia mencatat hal itu. Di dalam
surat itu terdapat pembelaan Paulus terhadap serangan para lawan dan juga
pandangan-pandangan Paulus yang rupanya dipermasalahkan oleh kalangan Gereja
purba. Dukungan terhadap Paulus juga dialami olehnya. Dari Kisah para Rasul dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
surat-surat pastoral tampak mengenai dukungan yang diberikan kepada Paulus.
Karangan-karangan berikut yang ditulis setelah wafatnya menyebutkan bahwa Paulus
ialah seorang pemimpin Gereja. Ia diterima oleh pemimpin yang lain, disambut
hangat oleh semua jemaat di seluruh Gereja.
Jacobs (1983: 30) menyampaikan bahwa perlawanan yang dihadapi Paulus
cukup hebat dimana-mana, tetapi pada akhir hidupnya setelah wafat bagaimana
mungkin dapat menjadi tokoh besar dalam Gereja Purba? Di mana tempat Paulus?
Apakah kedudukan Paulus yang dominan itu sebenarnya hasil rekayasa Lukas dan
para pengarang surat pastoral atau itu perkembangan hidup Paulus sendiri?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak mungkin dijawab. Kedudukan Kisah Para Rasul
mesti diperhatikan lebih dahulu untuk dapat mengetahui keberadaan Paulus dalam
Gereja Purba jika Kisah Para Rasul digunakan sebagai sumber informasinya. Lukas
yang mengarang Kisah Para Rasul bukanlah kawan dan bukan pembantu Paulus. Ia
seorang yang berasal dari angkatan kemudian menceritakan keberadaan diri Paulus
sebagaimana seseorang memahami Paulus pada angkatan yang berikutnya.
Pemahaman Lukas tentang Paulus berbeda dengan keberadaan diri Paulus yang
dipahami oleh kawan dan lawannya. Lukas sepertinya tidak mengenal pewartaan
Paulus khususnya tentang penyelamatan karena iman tanpa Taurat.
Paulus dilukiskan dalam Kisah Para Rasul, sebagai tukang mujizat, ahli
pidato, dan pemimpin Gereja serta bagi Lukas tidak ada pertentangan antara
pewartaan Paulus dan iman orang Yahudi. Para ahli menyimpulkan Kisah Para Rasul
jika digunakan sebagai sumber informasi harus digunakan dengan hati-hati. Kisah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Para Rasul dan surat-surat Rasul Paulus lebih pada surat Galatia ditulis dengan tujuan
dan pandangan yang berbeda, maka eksegesis tidak dapat diabaikan salah satu dari
keduanya dengan kata lain dapat dikatakan keduanya digunakan sebagai pelengkap.
Kisah Rasul tidak dapat dilewati begitu saja jika bertitik pangkal pada Galatia, karena
informasi dari surat Galatia apa yang dikatakan Paulus harus dengan hati-hati dan
kritis ditempatkan dalam kerangka sejarah pada kisah para rasul (Jacobs, 1983: 30-
31). Kedudukan Paulus yang dominan dan utama dalam Gereja Purba masih saja
disangsikan dengan berbagai latar belakang hidupnya, karya dan pewartaannya.
Keberadaan Paulus jika dilihat oleh umat zaman sekarang lepas dari sangsi tersebut
maka Paulus sebagai tokoh besar dalam Gereja perdana terkesan kuat sekali (Jacobs,
1983: 30-31).
C. Paulus Sebagai Pewata Injil
1. Karya pelayanan Paulus
Karya pewartaan Paulus berkaitan dengan karya misi. Dengan misi itu Paulus
dihadapkan dengan berbagai tantangan dan persoalan dalam pelayanannya, bahkan
Paulus tidak hidup dengan tenang dalam perjalanan karyanya, sehingga ia selalu
dikejar-kejar oleh jemaat. Akan tetapi dengan semangatnya itu dapat diteladani
banyak orang. Paulus berharap agar pewartaannya dapat diterima oleh umat dan umat
dapat hidup bersatu dengan baik, maka dengan itu ia menulis surat kepada jemaat di
Filipi dengan mengatakan bahwa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Hendaklah kamu sehati sepikiran, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
dan tidak dengan mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.
Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menanggap yang
lain lebih utama dari pada dirinya sendiri…. Hendaklah kamu dalam hidup
bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus
Yesus (Flp 2:2-5).
Paulus berharap agar keberhasilan dan persatuan usaha pada umat di Filipi tergantung
pada unsur-unsur yaitu umat harus “sehati sepikir” menuju satu tujuan, sehingga
setiap warga umat harus bersikap renda hati dan mengatasi egoismenya masing-
masing, dan juga semua warga umat harus “menruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus”, yakni pikiran dan perasaan yang mengutamakan
kepentingan orang lain dengan merendahkan diri.
Kardinal Agustinus Bea (1975: 13) mengajak pembaca untuk sejenak melihat
dari dekat karya misioner Rasul Paulus yakni : kegiatan yang total demi kebenaran,
kejujuran radikal untuk membela keyakinannya dan daya kerja yang tak kenal letih
dalam berusaha melaksanakan rencana-rencananya serta pandangan luas yang
mendorong dia melintasi batas-batas kota atau wilayah. Menurut Agustinus Bea
(1975: 13) sifat-sifat Paulus yang manusiawi sudah termasuk dalam kepribadian
Paulus sendiri. Allah sediri telah memberikan sifat dan bakat itu sejak Paulus
diciptakan. Paulus diciptakan untuk memiliki banyak bakat. Paulus menjadi seorang
rasul yang amat besar, seorang bentara kebenaran yang tidak mengenal kata takut
kepada siapapun, seorang pewarta kabar gembira Kristus yang tidak kenal lelah, yang
dapat memenangkan semua kota bahkan semua bangsa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Suharyo (2012: 24) secara singkat mengatakan bahwa pola hidup dan
karyanya adalah: “tiba di tempat baru, diterima untuk beberapa waktu, ditolak dan
diusir sehingga harus pergi ke tempat yang baru lagi”. Pada masanya ini Paulus
dihadapkan dengan berbagai macam tantangan yang harus dihadapi demi menjadi
jurubicara Yesus. Paulus sudah siap secara batin untuk menghadapi berbagai macam
penderitaan.
1 Kor 15-16 Paulus bersaksi bahwa dia berdiri diantara banyak orang yang
bersaksi tentang Kristus yang telah bangkit. Dia mengajarkan bahwa semua orang
akan dibangkitkan dan bahwa baptisan bagi yang mati dan menegaskan kebenaran
dari kebangkitan masa depan. Suharyo (2012: 24) berpendapat bahwa karya Paulus
pasti akan dikaitkan dengan perjalanan misinya yang diambil dari buku karangan
Mgr. I. Suharyo yang berjudul “menjadi manusia dewasa”. Pada misi pertama Paulus
mengawali dengan kotbah di Antiokhia di Pisidia. Suharyo (2012: 24) menyatakan
bahwa kotbah pertama Paulus ini sangat menarik perhatian yakni Paulus diminta lagi
untuk berkotbah pada hari sabat berikutnya dan datanglah hampir seluruh kota
berkumpul untuk mendengarkan firman Allah. Ini merupakan pengalaman pertama
yang membanggakan dan mendukung karya Paulus selanjutnya. Kisah selanjutnya,
tidak seperti yang dibayangkan. Ketika orang Yahudi melihat orang banyak itu
berkumpul penuhlah mereka dengan iri hati terhadap Paulus. Kemudian orang Yahudi
menghujat dan membantah perkataan Paulus, dan menghasut perempuan-perempuan
terkemuka yang takut akan Allah dan pembesar-pembesar di kota itu sehingga Paulus
dan Barnabas dianiaya di kota itu dan diusir dari situ.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
“Tetapi orang-orang Yahudi menolak pemberitaan mereka , memanaskan hati
orang-orang yang yang tidak mengenal Allah dan membuat mereka
gusar….Mulailah orang-orang yang tidak mengenal Allah dan orang-orang Yahudi
bersama-sama dengan pemimpin-pemimpin mereka menimbulkan suatu gerakan
untuk menyiksa dan melempari Paulus dan Barnabas dengan batu” (Kis. 14:2,5).
Perjalanan misi kedua Paulus sudah tidak bersama Barnabas lagi. Walaupun
Paulus tidak bersama dengan Barnabas lagi, namun Paulus tidak sendirian. Suharyo
(2012: 26) mengatakan bahwa kini Paulus bersama dengan Silas, Timotius, dan
Lukas. Ketika di Filipi, mereka duduk di tempat sembahyang orang-orang Yahudi
dan berbicara kepada perempuan-perempuan yang berkumpul di situ. Suharyo (2012:
26) mengatakan bahwa hal tersebut merupakan suatu keberhasilan awal Paulus
beserta teman-temannya. Namun setelah keberhasilan itu Paulus mengalami nasib
buruk lagi. Musuh Paulus menangkap Paulus dan Silas lalu menyeret mereka ke pasar
untuk menghadap penguasa lalu mendera mereka dan melemparkan ke dalam penjara.
Setelah dibebaskan dari penjara dengan cara yang istimewa, Paulus dan Silas
menuju Tesalonika. Di kota ini Paulus dan Silas dicari untuk dihadapkan kepada
sidang rakyat, sehingga mereka terpaksa lari lagi ke Berea dan Paulus diganggu lagi.
Paulus berangkat ke Atena, di Atena Paulus dilecehkan dan diejek oleh banyak orang.
Kemuadian ia melanjutkan perjalanan ke Korintus dan di sini ia dimusuhi dan
dihujat. Perjalanan misi kedua ini diakhiri dengan kembali ke Antiokhia.
Suharyo (2012: 27) mengatakan bahwa perjalanan misi ketiga ini merupakan
perjalanan yang lama setelah Paulus sampai di Antiokhia dan menjelajahi seluruh
tanah di Galatia dan Frigia untuk meneguhkan hati semua murid. Tidak semua orang
mau mendengarkan Paulus, bahkan tidak sedikit orang juga yang mengumpatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Perjalanan selanjutnya tidak berbeda jauh. Ia melanjutkan perjalanan ke Makedonia
dan orang Yahudi bermaksud untuk membunuh dia kemudian melanjutkan perjalanan
ke Troas, dan ke Mletus, Tirus, dan akhirnya tiba di Kaisarea. Kemudian ia
melanjutkan ke Yerusalem dan perjalanan Misi berakhir dengan penangkapan Paulus.
2. Bangkit dari Kegagalan
Setiap pribadi manusia pernah mengalami yang namanya kegagalan dalam
hidup, begitu juga Paulus. Dalam perjalanan misinya banyak ia mengalami penolakan
hingga kegagalan dalam karya pewartaannya. Suharyo (2012: 33) mengatakan bahwa
semua itu dapat dilihat dari surat-suratnya, sehingga dalam karyanya ia menulis
dengan hati yang sangat cemas, dan dengan mencucurkan air mata (2Kor 2:4).
“Paulus dengan jujur berkata, sebab kami mau, saudara-saudara supaya
kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia kecil. Beban yang
ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga
kami telah putus asa juga akan hidup kami” (2Kor 1:8).
Paulus mengungkapan ungkapan putus asa itu dalam (Gal 4:11) “Aku kawatir
kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia”. Suharyo (2012: 33) menuliskan
pendapatnya mengenai ayat tersebut, kata-kata tersebut merupakan ungkapan keadaan
batin yang amat mencemaskan. Rasanya Paulus berada dalam ambang keputus asaan
total karena karya yang gagal. Suharyo (2012: 33) kemudian menemukan kesamaan
nada dan bahasa dengan jawaban Petrus ketika disuruh Yesus untuk pergi ke tempat
yang dalam menebarkan jala. Waktu itu Petrus menjawab “Guru, telah sepanjang
malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa” (Luk. 5:5). Yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dimaksud cuplikan Injil ini tidak hanya masalah menangkap ikan, tetapi tugas
perutusan yang tidak kunjung nampak hasilnya. Dengan ayat ini, Suharyo (2012: 33)
mau mengatakan kepada pembaca bahwa Paulus pernah mengalami situasi krisis
kerasulan yang amat mencengkram. Sebelum menjadi murid Yesus, Paulus adalah
orang yang selalu berhasil tetapi sekarang Paulus harus berhadapan dengan kenyataan
yang amat berbeda. Ia tidak dapat berbuat lain, kecuali menerima kenyataan pahit itu.
Dari permasalahan tersebut, dapat diketahui bahwa Paulus adalah seorang
Rasul yang tangguh dalam pewartaan Injilnya. Ketangguhannya terlihat dari cara
Paulus menghadapi berbagai tantangan yang datang padanya. Kegagalan tidak
mengganggu Paulus dalam mewartakan Yesus Kristus. Beberapa surat dapat
mencatat bagaimana Paulus mengalami berbagai penderitaan dalam karyanya.
3. Setia Memberikan Kesaksian Iman
Dalam perjalanan misi ketiga, Paulus sedang melakukan perjalanan ke
Yerusalem dengan maksud untuk meminta bantuan kepada orang-orang kudus (Rom.
15:25). Tetapi masalah yang terjadi di masa lampau antara dirinya dengan orang-
orang Yahudi maupun dengan murid-murid Kristus belum selesai. Suharyo (2012:
35) menyatakan bahwa Paulus ketakutan dengan suatu hal yang akan menimpa
dirinya. Paulus takut karena orang-orang Yahudi pernah menuntut nyawanya akan
menggunakan kesempatan ini untuk melaksanakan niat mereka. Ternyata yang
ditakutkan Paulus terjadi. Paulus ditangkap di Yerusalem dan tidak ada sesama murid
Kristus yang tampak membelanya dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Suharyo (2012: 28) menyatakan bahwa setelah ditangkap di Yerusalem,
Paulus tidak pernah menjadi orang bebas lagi. Tetapi Paulus tetap semangat dan tetap
berusaha memberi kesaksian imannya walaupun sekarang ia telah menjadi tawanan.
Akan tetapi orang-orang tidak mau menerima dan berteriak “Enyahkan orang ini dari
muka bumi! Ia tidak layak hidup!”. Suharyo mengatakan Kisah Para Rasul 21-28
sering disebut sebagai kisah sengasara Paulus. Sebagai tawanan Paulus berusaha
membela diri di hadapan Makamah Agama diancam akan dibunuh, dipindahkan ke
Kaisarea dan berusaha menjelaskan masalahnya dihadapan para penguasa Romawi
dan akhirnya naik banding kepada Kaisar. Karena itu, Paulus dibawa ke Roma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
SOSOK KATEKIS DAN TANTANGANNYA DI ZAMAN SEKARANG
Katekis merupakan perantara Kristus dalam Gereja, oleh karena itu kehadiran
katekis untuk melayani umat sepenuh hati selalu dirindukan oleh Gereja sampai saat
ini. Gereja selalu mengharapkan kehadiran para katekis sejati yang siap melayani
tanpa lelah. Dalam perkembangan sejarah Gereja, kehadiran para katekis telah
memberi dampak positif bagi terlaksananya visi dan misi Gereja. Gereja dengan tegas
mengakui dan mengapresiasi keberhasilan pelayanan mereka. Terutama pada waktu
awal evangelisasi, kehadiran para katekis mempercepat perkembangan Gereja baik
dari segi teritorial maupun dari segi jumlah umat. Karena pelayanan bagi Gereja
maka para katekispun perlu dipersiapkan melalui berbagai usaha terus-menerus agar
mampu melaksanakan pelayanan dalam situasi zaman yang sedang dihadapi. Katekis
adalah seorang yang mendidik ke arah iman. Katekis pada umumnya tidak hanya
orang yang mengajar anak-anak secara formal tentang iman anak dalam kelas, tetapi
katekis yang mampu melayani umat sepenuh hati selalu dirindukan oleh Gereja
sampai saat ini (Cook, 1972: 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
A. Sosok Katekis Zaman Sekarang
CEP (1997: 16) mengungkapkan bahwa pedoman untuk katekis menekankan
bahwa katekis adalah “kaum awam pengikut Kristus yang mendapatkan pendidikan
secara khusus sehingga menonjol dalam menjalani kehidupan Kristiani”. Melalui
pendidikan, katekis dibina dan dibekali dengan pelbagai wawasan yang dijadikan
pedoman untuk pelayanan. Katekis memiliki tugas untuk mewartakan Injil dan ikut
terlibat secara aktif dalam perayaan liturgi dan kegiatan amal kasih Gereja.
Katekis adalah umat beriman Kristiani yang dijiwai semangat merasul,
dipanggil dan diutus Allah, serta melibatkan diri dalam tugas pewartaan Gereja untuk
memperkenalkan, membantu menumbuhkan dan mengembangkan iman Kristiani
umat di sekolah dan dalam komunitas basis, baik teritorial maupun kategorial. Sosok
katekis harus bersifat umatsentris. Katekis yang umatsentris hadir dari umat dan
untuk umat. Katekis dari umat bermakna katekis dipanggil dari kalangan umat
sendiri. Katekis untuk umat berarti katekis mewartakan Kabar Gembira kepada umat
itu sendiri. Katekis juga harus Kristosentris. Katekis harus menjiwai dan meneladani
Yesus Kristus sebagai guru sekaligus sebagai pewarta Kabar Gembira (CT 6).
1. Panggilan Hidup Sebagai Katekis
Menjadi katekis itu adalah suatu panggilan yang luhur yakni mengambil
bagian dalam tugas pengajaran Yesus Kristus di dunia sebagai guru/nabi. Katekis
adalah seorang umat beriman Kristiani yang dijiwai semangat merasul. Pedoman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
untuk Katekis yang diterbitkan Kongregasi Evangelisasi Untuk Bangsa-Bangsa
merumuskan bahwa peran katekis yaitu ”menyampaikan ajaran Kristiani kepada umat
dan menemani umat ketika dalam kesulitan.
“Supaya iman umat itu semakin kuat dan diteguhkan maka umat itu sendiri
harus dibaptis sehingga dalam perjalanan hidupnya akan mendewasaan iman
serta kehidupan rohaninya secara penuh kepada Yesus Kristus”. Para katekis
juga hadir sebagai saksi iman dan ikut serta terlibat dalam perkembangan
manusia (CEP, 1997: 16).
Dalam Gereja status katekis awam memiliki kesamaan panggilan dengan para
religius yakni panggilan khusus dari Roh yang bersifat adikodrati. Panggilan khusus
sebagai katekis ditekankan oleh Kongregasi Evangelisasi Untuk Bangsa-bangsa
(CEP, 1997: 15) sebagai seorang yang dipanggil untuk melayani umat. Katekis
memiliki spiritualitas sedia diutus oleh Gereja. Gereja mengutus para katekis di
tengah umat untuk membantu mereka agar umat dapat memperkembangkan iman
mereka akan Yesus Kristus. Katekis yang dipilih dan diutus tidak hanya belajar
teorinya saja, namun para katekis diharapkan terjun langsung ke lapangan sehingga
mereka mempunyai pengalaman langsung beradaptasi dengan umat.
Tuhan sendiri yang memilih dan memanggil para katekis secara khusus
sehingga para katekis dapat diutus oleh Tuhan. Menjadi katekis adalah suatu
panggilan. Tidak semua orang Kristen bisa menjadi katekis. Semangat katekis yang
selalu siap sedia diutus oleh Gereja adalah bagian dari salah satu dari sekian banyak
pekerja pastoral. Katekis adalah patner bagi semua orang yang mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
spiritualitas sedia diutus oleh Gereja. Katekis adalah sahabat dan saudara para imam
(Yoh 15:15).
Sarjumunarsa (1982: 33) mengungkapkan bahwa sikap sedia diutus oleh
Gereja yang hidup dalam diri para katekis pada dasarnya mengalir dari panggilan
yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus sendiri. Semua orang yang dipertemukan dengan
Tuhan Yesus disatukan dengan diri-Nya. Maka yang ada dalam diri Tuhan Yesus
juga akan melimpah kepadanya. Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Oleh
karenanya seorang katekis yang dipersatukan dengan-Nya digerakkan untuk menjadi
manusia yang layak seperti Yesus. Tuhan Yesus sanggup mendorong dan
mempengaruhi para katekis dan banyak orang untuk menaruh perhatian pada
kehidupan rohani yang mendalam.
Katekis sedia diutus oleh Gereja karena ia merasa dipanggil untuk mengikut
cara hidup Tuhan Yesus yang juga sedia diutus oleh Bapa-Nya. Tugas katekis dapat
diambil dalam percakapan Yesus dengan wanita Samaria Yesus berkata: “makanan-
Ku ialah melaksanakan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan
pekerjaan-Nya” (Yoh 4:34). Sabda Tuhan ini jelas menunjukkan martabat dan
tugasnya di dunia ini sebagai utusan Bapa. Oleh karenanya segala yang dimiliki dan
diusahakan hanya satu yaitu melaksanakan kehendak Bapa sampai akhir hayat-Nya
(Yoh 19:30). Berdasarkan pengalaman, panggilan dan kesaksian Yesus sendiri, Ia
memanggil para murid dan memberikan tugas perutusan yang sama. “sama seperti
Bapa mengutus Aku, demikian juga Aku mengutus kamu” (Yoh 20:21). Sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
seorang yang mengaku dirinya sebagai utusan Gereja tentu saja katekis menghayati
pesan dan perintah Yesus ini dengan saksama. Sebagaimana Allah nampak dalam diri
Yesus, (Yoh 14:9) demikian Tuhan Yesus nampak dalam Gereja yang berkumpul.
Oleh karena itu pelayanan katekis bersumber pada pesan dan perintah Yesus yang
mengutus mereka dalam keterlibatannya yang formal dengan pengutusan Gereja (Mat
18:20).
a. Identitas Katekis
Katekis yang pertama dan utama ialah Yesus Kristus. Pelayanan katekese
sudah dimulai oleh Yesus Kristus pada zamannya. Yesuslah yang menjadi panutan
dan teladan kita semua. Setelah Yesus wafat, pelayanan katekese tersebut diteruskan
oleh para rasul sedangkan pada abad-abad selanjutnya diteruskan oleh para uskup dan
imam.
Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK 776) katekis utama di paroki adalah
pastor yang dibantu oleh para klerus, tarekat hidup bakti dan serikat hidup kerasulan,
serta orang beriman Kristiani. St. Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik
Catechesi Tradendae mengurutkan siapa itu katekis yaitu para uskup (CT 63), para
imam (CT 64), para religius pria maupun wanita (CT 65), dan para katekis awam (CT
66). Berdasarkan anjuran Apostolik ini para katekis adalah seorang penabur
keberanian yang diserahi tugas untuk menjadi seorang pendidik yang memberikan
latihan bagi kehidupan rohani seturut Injil (CT 62). Ensiklik Redemptoris Missio
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
(73b) menggambarkan katekis sebagai spesialis, yang memberikan kesaksian
langsung, untuk menjadi penginjil yang tidak tergantikan dalam perjalanan misi
utama komunitas-komunitas Kristiani, terutama bagi Gereja yang masih muda.
Kongregasi Evangelisasi Untuk Bangsa-bangsa (1997: 15) dalam penyusunan
Pedoman untuk Katekis, menekankan semua orang Katolik yang telah dibaptis
dipanggil untuk ikut berperan dalam menghadirkan Kerajaan Allah. Maka, panggilan
menjadi katekis tidak terlepas dari rahmat Allah ketika menerima sakramen
pembaptisan dan penguatan.
Dari gambaran tentang katekis di atas dapat dimengerti bahwa yang dimaksud
dengan katekis di sini bisa awam dan juga religius baik pria maupun wanita, karena
panggilan religius mereka dapat menjadi saksi yang khas dalam kemampuan misi
mereka, tetapi yang paling pokok dibahas di sini yakni katekis awam. Sebagaimana
disebut dalam CEP Sidang Plenonya tahun 1970, yakni “katekis adalah seorang
awam yang ditunjuk secara khusus oleh Gereja, sesuai dengan kebutuhan setempat,
untuk memperkenalkan Kristus, dicintai dan diikuti oleh mereka yang belum
mengenal-Nya dan kaum beriman itu sendiri” (CEP, 1997: 16-17).
Begitu penting peranan katekis awam dalam perkembangan Gereja di masa
yang akan datang, maka Yohanes Paulus II dalam anjuran Apostolik Catechesi
Tradendae (CT 66) mengatakan demikian.
Sidang Umum IV Sinode tidak melupakan anda. Kami bergabung dengannya
mendorong anda, agar meneruskan kerja sama anda demi kehidupan Gereja…
sepenuh hati kami mendorong mereka yang masih berkarya. Kami nyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
keinginan kami, agar katekis lain menyusul mereka, dan agar jumlah mereka
makin bertambah demi karya yang begitu perlu bagi daerah-daerah misi (CT
66).
Dengan kutipan tersebut, dapat dikatakan bahwa para katekis awam sudah mendapat
tempat yang spesial di hati Gereja. Gereja Katolik dalam perkembangannya tidak
akan melupakan para katekis awam karena peran serta kontribusinya yang sangat
vital bagi Gereja. Bahkan Gereja dengan berbagai upayanya terus mendorong para
katekis yang masih berkarya sampai sekarang.
Gereja adalah tempat yang paling spesial bagi katekis awam. Gereja tumbuh
di dalam hati para katekis. Menjadi seorang katekis adalah panggilan untuk pelayanan
Gereja, diterima sebagai pemberian Tuhan yang harus diteruskan. Bagi Gereja
Katolik, karya pewartaan merupakan hal yang penting. Melalui pewartaan, apa
yang menjadi cita-cita Gereja dapat berjalan dengan baik dan umat semakin
beriman teguh kepada Allah.
Katekis awam merupakan tiang penyangga Gereja Katolik. Direktorium
Formatio Iman (2018: 73) mengatakan bahwa panggilan kaum awam pada katekese
lahir dari sakramen baptis dan dikuatkan oleh sakramen penguatan. Katekis awam
adalah para pendidik iman. Dalam panggilan kaum awam ada yang merasa terpanggil
sebagai katekis dan menerima tugas pelayanan sebagai katekis. Katekis merupakan
seorang pendidik iman sekaligus membantu pembinaan iman. Katekis terpanggil dan
menerima tugas dari Gereja untuk melakukan pengabdian yang berbeda-beda
menurut sifat khasnya masing-masing. Dengan melayani umat, katekis awam juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dapat mengambil peran para misionaris untuk menyebar dan melayani kegiatan
pastoral. Katekis awam merupakan teman sekerja imam dalam mewujudkan nilai-
nilai Kerajaan Allah di tengah umat dan di tengah masyarakat.
b. Tugas Katekis
Heryatno (2018: 235) berpendapat bahwa tugas dan peran katekis adalah
menyampaikan pesan Kristiani secara jelas kepada umat kristiani dan menemani umat
dalam mendewasakan iman serta menghayati hidup sakramentalnya. Oleh karena itu
para katekis hadir di tengah umat dan menjadi saksi Kristus, dan terlibat dalam
perkembangan manusia. Semua umat juga mengetahui dan mengakui pelayanan
katekis di tengah kehidupan jemaat. Berikut ini akan dipaparkan tugas-tugas katekis
berdasarkan beberapa dokumen Gereja.
Berdasarkan Dekrit tentang Kerasulan Awam (AA 10) katekis bertugas
sebagai pewarta Sabda Allah dan berperan aktif dalam kehidupan menggereja.
Sebagai penyampai Sabda Allah, katekis berperan sebagai pewarta sekaligus
memberi kesaksian tentang Sabda Allah, terutama dalam pelayanan katekese.
Dekrit tentang Kegiatan Misionaris Gereja (AG 17) mengapresiasi tugas dan
peran katekis dalam penyebaran iman dan perkembangan Gereja. Menyadari
kurangnya jumlah klerus untuk mewartakan Injil, dekrit tersebut melihat tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
katekis sangat penting di tengah kehidupan jemaat. Tugas penting yang dilaksanakan
katekis adalah memimpin doa-doa dan memberikan pelajaran tentang iman.
Kitab Hukum Kanonik (785) menyebutkan bahwa para katekis bertugas
sebagai pewarta Injil dalam karya misi. Para katekis adalah seorang awam beriman
Kristiani yang dibekali dan unggul dalam kehidupan Kristiani. Katekis hendaknya
dibina agar pengajaran yang diberikan semakin mengenali kebenaran Injil dan
melaksanakan kewajiban yang diterima dari baptis sehingga mereka diresapi oleh
cinta sejati terhadap Kristus dan Gereja-Nya (KHK 789). Dengan baptisan semua
orang dipanggil untuk menjadi umat Allah. Oleh karena itu semua umat yang dibaptis
mengambil bagian dalam tugas iman, kenabian, dan raja Kristus, dan sesuai dengan
kedudukan masing-masing, dipanggil untuk menjalankan perutusan yang
dipercayakan Allah kepada Gereja untuk dilaksanakan di dunia.
2. Kategori Katekis
Para katekis dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama. Kongregasi
Evangelisasi untuk Bangsa-bangsa (1997: 17) menjelaskan dua kategori katekis.
Kategori pertama adalah katekis purna waktu adalah mereka yang mengabdikan diri
untuk pelayanan katekese di paroki-paroki, yang secara resmi diakui oleh Gereja
sebagai katekis. Tugas katekis purna waktu biasanya mencakup penyelenggaraan
pelayanan katekese dan pembinaan para katekis paruh waktu dan katekis sukarela.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Kelompok katekis kedua adalah katekis paruh waktu yakni mereka yang ikut
terlibat dalam karya katekese secara terbatas tetapi tulus, ikhlas dan serius (CEP,
1997: 17). Katekis paruh waktu memiliki latar belakang pendidikan yang tidak
menentu, dan biasanya memiliki profesi yang lain misalnya sebagai guru di sekolah
namun mengabdikan dirinya juga di paroki, sebagai wirausaha atau profesi yang lain
namun dengan tulus ikhlas melibatkan diri secara serius dalam pelayanan katekese.
Dua kelompok katekis di atas pada umumnya melaksanakan tugas katekisnya
sebagai pelayan Sabda Allah. Dalam kenyataan jumlah katekis purna waktu jauh
lebih sedikit dibandingkan dengan katekis paru waktu dan katekis sukarela. Peran
para katekis sangat membantu pelayanan di suatu paroki, terutama di paroki yang
masih baru dan tenaga pelayannya kurang.
3. Spiritualitas Katekis
a. Hidup Dalam Roh
Spiritualitas katekis adalah seseorang yang hidup dalam Roh. Sebagaimana
katekis itu digerakkan oleh Roh itu sendiri, Roh itu dapat membantu para katekis
dalam pelayanan misi mereka. Seorang katekis hidupnya akan dijiwai oleh Roh
Kudus dan ia akan bersungguh-sungguh beriman kepada Yesus Kristus. Dengan
hidup dalam Roh, katekis dapat mempersiapkan diri dengan baik dalam pelayanan
sehingga dapat menjalankan tugas dan pelayanan. Tanpa Roh Kudus katekis tidak
dapat menjalankan tugasnya, karena pengajarannya Roh Kudus yang menggerakkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
setiap hati para katekis. Para katekis meletakkan diri di bawah inspirasi Roh Kudus,
mereka mau agar diri mereka dipimpin oleh Roh Kudus. EN 68 mengatakan bahwa
Roh Kudus adalah pelaku utama dalam Evangelisasi: “Dialah yang mendorong setiap
individu untuk mewartakan Injil, dan Dialah yang dalam kesadaran hati nurani
menyebabkan kata penebusan diterima dan dipahami”. Melalui pewartaan katekis
dapat dikatakan bahwa Tuhanlah tujuan evangelisasi. Oleh karena itu Tuhan yang
mengerakkan ciptaan baru, kemanusiaan baru, di mana evangelisasi merupakan
hasilnya, dengan kesatuan dalam keanekaragaman yang ingin dicapai oleh
evangelisasi di dalam jemaat Kristen.
Roh Kudus dapat menjiwai setiap hati seorang katekis. Buah-buah orang yang
hidup dalam Roh adalah ketentraman, kesabaran, sukacita, damai sejahtera, dan
cintakasih. Ini berarti katekis membiarkan dirinya dipimpin oleh Roh Kudus. Katekis
mengikuti bimbingan Roh Kudus dalam pelayanannya supaya segala tugas yang
dilaksanakan dapat terlaksana dan dapat dibimbing oleh Roh. Roh Kudus dapat
mengatur semua rencana katekis dengan penuh semangat dan membiarkan diri
mereka dengan bijaksana dibimbing oleh Allah sebagai pengilham yang menentukan
rencana-rencan mereka, inisiatif-inisiatif dan kegiatan penginjilan mereka.
b. Keterbukaan Terhadap Dunia
CEP ( 1997: 23) mengatakan bahwa tugas katekis yang paling mendasar
adalah menyampaikan sabda Tuhan. Dalam menyampaikan sabda Tuhan katekis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
memiliki sikap rohani yang paling dasar adalah keterbukaan terhadap sabda, yang
terkandung dalam wahyu, diwartakan oleh Gereja, dirayakan dalam liturgi.
Keterbukaan terhadap sabda berarti terbuka terhadap Tuhan, Gereja, dan dunia.
Keterbukaan terhadap Tuhan yang berdiam dalam lubuk hati setiap orang yang
memberi makna pada kehidupannya yaitu dengan keyakinan, kriteria, keputusan,
relasi, dan tindakan.
1) Keterbukaan Terhadap Allah Tritunggal
CEP (1997: 24) menjelaskan bahwa spiritualitas katekis berakar dalam sabda
Tuhan yang hidup, dengan memberikan keselamatan. Spiritualitas ini membutuhkan
suatu sikap batin yang sepadan dengan kasih Bapa, yang mengharapkan agar semua
orang mengenal kebenaran dan keselamatan. Roh kudus senantiasa membimbing para
katekis untuk senantiasa membantu memahami sabda Tuhan dan membuka hati untuk
menerima sabda dengan cinta dan mempraktekan. Oleh karena itu katekis akan
memiliki sikap batin yang sepadan dengan Kristus sehingga memberikan dirinya
dipimpin oleh Roh agar ikut ambil bagian dalam pelayanan.
2) Keterbukaan Terhadap Gereja.
Para katekis adalah bagian dari anggota Gereja yang ingin dikembangkan oleh
mereka, sebab dari Gereja para katekis memperoleh amanat untuk menjadi katekis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Katekis dipercayakan kepada Gereja untuk dipelihara dengan setia. Pemahaman
Gereja akan diperdalam dengan bantuan Roh Kudus, sehingga apa yang diwartakan
katekis dapat dirasakan oleh seluruh dunia. Gereja sebagai Umat Allah dan Tubuh
Mistik Kristus membutuhkan katekis yang memiliki tanggung jawab mendalam,
sebagai anggota yang hidup dan aktif dari Gereja. Katerbukaan terhadap Gereja
terungkap dalam cinta, pengabdian terhadap pelayanannya, dan kesediaan untuk
menderita. Katekis perlu mengikuti perubahan-perubahan dalam Gereja, yang pada
hakekatnya bersifat misioner, dan bersama dengan Gereja, Katekis mendambakan
persekutuan akhir dengan Kristus sang mempelai. Oleh karena itu, perasaan bersatu
dengan Gereja yang tepat untuk spiritualitas katekis terungkap dengan sendirinya
dalam cinta yang tulus terhadap Gereja, dalam mengikuti Kristus, yang mencintai
Gereja dan mengorbankan diri-Nya untuk Gereja (CEP, 1997: 24).
3) Keterbukaan Misioner Terhadap Dunia
Keterbukaan ini mengharapkan katekis semakin terlibat dalam kehidupan
masyarakat di sekitar mereka. Katekis tidak boleh takut ketika menghadapi kesulitan
di tengah umat. Mereka harus percaya dan berpegang teguh pada Tuhan. Dengan
pelayanan mereka Allah akan selalu menuntun agar menjadi saksi iman yang handal
kepada Yesus Kristus. karena katekis menyadari bahwa mereka dipanggil untuk
bekerja di dunia ini (CEP, 1997: 25). Karena katekis itu sendiri adalah seorang
pendidik iman umat maka harus mempuyai kesadaran dalam menjalankan misinya
sebagai saksi iman secara konkret di tengah masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
c. Devosi kepada Maria
Maria adalah Bunda Gereja yang memiliki kesetiaan kepada Roh Kudus.
Kesetiaannya itu terbukti ketika Maria menerima kabar Gembira dari malaikat Tuhan
dalam hati maupun dalam hidupnya (Luk 1:38). Maria rela memberikan hidup kepada
dunia, sebagaimana Maria adalah sosok seorang ibu yang sangat dihormati sebagai
Bunda Allah dan Bunda penebus. Karena Putra-Nya disalibkan maka Maria terkenal
dan unggul sebagai seorang ibu yang dianugerahi karunia serta martabat yang amat
luhur, yakni menjadi Bunda Putra Allah dan juga menjadi Putri Bapa yang terkasih.
Dengan anugerah rahmat yang istimewa itu Maria diangkat menjadi Ibu dalam Gereja
Katolik karena Gereja sangat menjunjung tinggi martabat keibuannya. Dengan sifat
keibuanya itu Maria menerima tawaran Allah sepenuh hati, sehingga Maria
melakukan kehendak Allah yang menyelamatkan, dan membaktikan diri seutuhnya
sebagai hamba Tuhan kepada pribadi serta karya Putra-Nya untuk mengabdikan diri
kepada misteri penebusan.
LG (157) menjelaskan bahwa Maria juga merupakan pola Gereja karena
karunia serta peran keibuannya yang Ilahi dalam segala rahmat serta tugas-tugasnya
yang sangat dekat dengan Gereja. Pola Gerejanya itu terbukti yakni dalam hal iman,
cinta kasih, dan persatuan sempurna dengan Kristus. Dalam Gereja Santa Perawan
Maria mempunyai tempat yang utama sehingga memberikan teladan bagi semua
orang. Gereja sendiri merenungkan kesucian Santa Perawan Maria yang penuh
rahasia yang mendalam, dengan melaksanakan kehendak Bapa secara patuh dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
menerima Sabda Allah dengan setia. Gereja melahirkan putra-putri baru yang
dikandungnya dari Roh Kudus dan lahir dari Allah.
B. Tantangan yang Dihadapi Katekis Zaman Sekarang
Hasil pernas katekis (2005:9) menjelaskan bahwa kehadiran teknologi digital
pada era sekarang mengubah karakteristik budaya, perilaku dan cara berkomunikasi.
Hidup umat beriman di era digital ini tidak terlepas dari pengaruh media sosial.
Budaya digital mewarnai hidup umat beriman saat ini. Di tengah budaya digital
Gereja dalam melaksanakan tugas perutusan menghadapi berbagai tantangan,
demikian juga pelayanan para katekis. Perubahan perkembangan arus zaman
menyebabkan tantangan pelayanan semakin sulit, maka hal ini dapat mengakibatkan
rusaknya kualitas hidup beriman.
Direktorium Formatio Iman (2014: 28) menyampaikan bahwa pelayanan
katekis yang dilaksanakan belum relevan dengan situasi umat yang sedang
menghadapi tantangan arus zaman. Arus zaman yang dimaksud adalah sekularisasi
dan sekularisme. Arus ini merupakan arus besar zaman yang secara mendasar
mengubah pola pikir, pola hidup manusia zaman ini dan berdampak pada segala
bidang kehidupan manusia. Sekularisasi mempengarui kehidupan manusia dalam
berbagai bidang baik itu rohani maupun duniawi (Direktorium Formatio Iman, 2018:
15). Dampak sekularisme sangat luar biasa mengubah kehidupan iman umat menjadi
dangkal, dan tidak berakar. Situasi sekarang ini semakin parah dengan budaya instan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
budaya cepat saji. Dimana manusia tidak mau melakukan suatu kegiatan dengan
proses tetapi semuanya sudah ada. Hal ini akan mengakibatkan berkembangnya
budaya kematian, kultur dan sistem yang tidak menghargai nilai, yang mengingkari
pentingnya solidaritas, sehingga tidak dianggap lagi kepentingan bersama dan
menyingkirkan atau mengabaikan mereka yang lemah (Direktorium Formatio Iman,
2014: 12).
Direktorium Formatio Iman (2014: 13) mengatakan bahwa budaya cepat saji
dapat mempengaruhi hidup seseorang sehingga manusia kehilangan hidup mistiknya
seolah-olah tidak ada Allah. Manusia tidak akrab dengan Allah dan tidak membuat
dirinya melakukan hal-hal yang positif, sehingga mereka cenderung menjauh dan
meninggalkan Allah. Sikap ateisme ini juga dapat mengakibatkan tumpulnya hati
nurani, sehingga membangkitkan suatu relativisme etis. Hidup manusia yang sudah
dikuasai oleh materi duniawi akan menjadi individualis dimana manusia akan lebih
mengejar materi dan meninggalkan sesamanya. Maka para katekis harus
menunjukkan rasa simpati yang besar terhadap mereka yang sudah jauh dari Tuhan.
Tugas katekis adalah menyatukan hubungan manusia dengan Allah, menuntut dan
mendorong persekutuan, sehingga mendukung dan meneguhkan ikatan-ikatan
antarpribadi.
Karya penanaman Gereja pada golongan manusia tertentu mencapai
sasarannya, bila umat beriman telah berakar dalam hidup masyarakat dan
menyesuaikan diri dengan budaya setempat. Dalam Gereja-gereja muda kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
umat harus menjadi dewasa di segala bidang hidup Kristiani yang perlu diperbaharui.
Umat yang beriman akan disadarkan jika umat menjadi jemaat-jemaat yang hidup
karena iman, ibadat, dan cinta kasihnya; sehingga umat dengan kegiatan
kemasyarakatan dan kerasulan berusaha menciptakan tatanan cinta kasih dan keadilan
dalam masyarakat; dan juga umat diajak untuk menggunakan alat komunikasi sosial
secara tepat dan bijaksana; sehingga keluarga-keluarga menjadi orang yang sungguh
Kristiani.
Direktorium Formatio Iman (2014: 14) menjelaskan bahwa kehidupan
manusia melekat pada diri individu dan mempunyai wewenang dalam kenyataan
kemajemukan yang menjadi rahmat dalam kebersamaan. Persaudaraan dalam
kemajemukan itu sangat penting bagi kehidupan manusia karena manusia hidupnya
saling membutuhkan satu sama lain. Artinya sebagai orang yang beriman manusia
dipanggil untuk menjaga dan memelihara alam karena tugas manusia adalah menjaga
dan merawat lingkungan hidup.
C. Katekis yang Bersemangat Melayani
Kotan (2009: 37) memaparkan bahwa spiritualitas dalam pandangan Gereja
berarti corak hidup manusia yang digerakkan oleh Allah. Manusia membangun
hidupnya yang berhadapan dengan pengalaman akan Allah. Pengalaman hidup
manusia ini menyangkut hidup seluruhnya dan termasuk terbuka kepada Allah,
dirinya sendiri, sesama dan dunia sekitar. Memberi arti kepada hidup artinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
membangun pengharapan akan Kristus dalam kualitas hidup Kristiani dengan
menjadikan Yesus sebagai pedoman hidup (Ibr 11:1).
Dalam tubuh Kristus, setiap katekis mempunyai karunia untuk disinergikan
dan setiap katekis memerlukan karunia yang lain untuk membina tubuh dan
memenuhi misinya. Pelayanan katekese tidak diwujudkan secara sendirian dan bukan
hanya untuk ahlinya. Sebaliknya bahwa katekese merupakan wujud untuk
mewartakan Kabar Gembira, untuk membina Gereja dan untuk melayani dalam
Kerajaan Allah dengan menyebarkan kepada dunia nilai-nilai Injil yang pada
akhirnya bersatu dengan Kristus sebagai kepala. Gereja akan kokoh kuat jika iman
umat beriman juga kuat. Iman akan kuat jika ada pelayanan, pengajaran atau
pembinaan iman jemaat secara berkesinambungan dan berjenjang (mistagogi).
Terkadang tugas ini tidak dijalankan karena berbagai alasan. Pada hal ini merupakan
tugas utama Gereja: mewartakan Injil kabar gembira kepada semua bangsa, dan
pelaku penting dalam tugas pewartaan ini anatara lain para katekis yang memang
telah terbukti sepanjang sejarah, bersama para misionaris mewartakan Injil kepada
dunia, meski tantangan selalu menghadangnya.
Kitab Hukum Kanonik (747 §1) memaparkan bahwa tugas mengajar adalah
bagian penting dan utama dari Gereja di tengah dunia. Gereja mempunyai tugas dan
hak asasi untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa. Spiritulitas seorang katekis
bersumber pada katekis ulung dan sejati kita yakni Yesus Kristus. Karena Dialah
Guru sejati, Sang gembala agung yang mengajar dengan sempurna baik melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
perkataan dan perbuatan kepada umat-Nya. Oleh karena itu seorang katekis harus
mempunyai semangat untuk melayani. Semangat katekis yaitu dengan kesetiaan
terhadap Sabda Allah, dimana sebagai seorang katekis setia terhadap Sabda yang
diwartakan dan mewartakan kabar baik kepada semua bangsa dengan menyalurkan
iman, menyingkapkan, dan mengalami panggilan kristiani. Supaya pelayanan Sabda
sungguh kena sasaran, katekis hendaknya menyadari konteks kehidupan umat dan
kesaksian hidupnya. Hendaklah katekis memperhatikan pewartaan misteri Kristus
kepada umat beriman, kepada mereka yang tidak percaya dan bukan Kristiani.
Para katekis harus menjadikan Sabda itu sebagai hidupnya supaya semangat
Kristus itu selalu ada terus menerus. Selain itu diusahakan supaya Injil mencapai
semua orang karena begitu banyak orang belum mengenal Kristus. Hal itu
mencerminkan seruan Paulus: “Bagaimana mereka percaya akan Dia (Yesus Kristus)
jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang
Dia, jika tidak ada yang meberitakanNya?” (Rom, 10:4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
MENGGALI INSPIRASI SEMANGAT PEWARTAAN RASUL PAULUS
UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN KATEKIS ZAMAN SEKARANG
Dewasa ini pelayanan katekis mengalami banyak tantangan terutama
tantangan arus besar zaman. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab semua
keuskupan dan paroki untuk selalu melahirkan para katekis yang siap melayani. Yang
sudah lama melayanipun perlu diberi pendampingan khusus agar semangat untuk
melayani tetap berkobar dalam hati mereka. Mengingat betapa besar dan pentingnya
peranan katekis dalam karya-karya Gereja, katekis perlu diberi perhatian yang
mendukung dan menginspirasi mereka untuk tetap setia pada panggilan sebagai
pelayan. Pada saat sekarang ini penghayatan mereka terhadap panggilan menjadi
katekis mengalami banyak tantangan.
Berdasarkan keprihatinan tersebut, pembahasan dalam bab IV ini bermaksud
untuk memberi inspirasi kepada para katekis supaya lebih menghayati dan mencintai
panggilannya sebagai pewarta dan saksi Kristus. Secara khusus bab IV ini
menyampaikan inspirasi-inspirasi dari semangat Rasul Paulus bagi pelayanan katekis
zaman sekarang. Isi bab IV ini adalah pemaparan serta pembahasan isnpirasi-inspirasi
dari Rasul Paulus dan usulan program sarasehan untuk meningkatkan semangat
pelayanan katekis khususnya di Agats Asmat Papua.
Pembahasan dalam bab IV dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian pertama
akan membahas tentang inspirasi-inspirasi spiritualitas Rasul Paulus. Bagian pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
dibagi menjadi 3 topik. Bagian kedua tentang usulan program sarasehan diawali
dengan pembahasan pengertian sarasehan dan diakhiri dengan contoh naskah
persiapan usulan program sarasehan.
A. Inspirasi dari Semangat Pewartaan Rasul Paulus bagi Katekis Zaman
Sekarang
Seiring dengan perkembangan zaman yang sangat pesat katekis menghadapi
berbagai tantangan baru. Untuk menghadapi tantangan zaman, kiranya dibutuhkan
antara lain kepribadian yang kuat dan suatu spiritualitas yang mantap. Pewartaan dari
zaman ke zaman tidak pernah terlepas dari pewahyuan diri Allah. Pewahyuan-Nya
merupakan sumber dan isi pewartaan. Supaya pelayanan Sabda sungguh mengena
sasaran, katekis amat perlu menyadari kehidupan umat dan memberi kesaksian
hidupnya. Katekis juga perlu memperhatikan pewartaan misteri Kristus kepada umat
beriman dan kepada mereka yang belum percaya kepada Kristus. Salah satu
pengalaman yang dapat digali dan menjadi sumber inspirasi bagi katekis adalah
pewartaan Paulus.
Paulus merupakan tokoh terpenting bagi perkembangan Gereja. Paulus
merupakan seorang rasul jemaat Kristen perdana yang merupakan tokoh paling
kreatif dalam sejarah Gereja perdana. Paulus yang tertangkap oleh Kristus ketika
dalam perjalanan ke Damsyik merupakan cara Allah memilih Paulus untuk
mewartakan Injil Kristus kepada seluruh bangsa. Setelah peristiwa itu Paulus berubah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
total mulai dari cara hidupnya, sikap batinnya, cara pandang agamanya dan semuanya
berubah secara radikal (Eko Riyadi, 2012: 32). Perubahan total itu terjadi karena
pewahyuan Putra kepadanya. Melalui pewahyuan ini Paulus mengenal Yesus yang
jauh melebihi segala sesuatu. Berikut ini penulis akan memaparkan 3 inspirasi dari
Rasul Paulus dalam pewartaannya sehingga membantu katekis untuk menghayati
tugas dan panggilan mereka sebagai pewarta (pelayanan) Kristus.
1. Pribadi yang Sabar
Hari Kustono (2012: 55) menjelaskan bahwa Paulus adalah sosok yang
tangguh dalam mewartakan injil. Ketangguhan Paulus terlihat dalam Kisah Para
Rasul sebagaimana dikisahkan berkali-kali mengalami penderitaan selama dalam
mewartakan Injil. Setelah pertobatannya Paulus harus banyak mengalami perlawanan
dari pihak Yahudi di Damsyik maupun di Yerusalem. Walaupun banyak tantangan
Paulus menganggap penderitaannya adalah sebagai partisipasi pada penderitaan
Kristus. Paulus memandang hal ini didasari oleh imannya yang tangguh dan dalam.
Marsunu (2012: 23) menyampaikan bahwa Paulus menghadapi tantangan dan
kesulitan dalam karya pewartaannya selalu bersabar menerima tantangan itu. Paulus
sudah memberikan contoh yang baik kepada kita, bahwa dalam pelayanan para
katekis harus belajar bagaimana bersikap sabar dalam menghadapi penderitaan dan
ancaman yang dialami. Belajar dari kisah hidup Paulus para katekis harus
mengembangkan sikap kreatif dan inovatif dalam berkarya, dan tidak putus asa bila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
menghadapi tantangan atau cobaan. Suka dan duka memang bagian dari hidup yang
harus dihadapi agar menjadi pribadi yang matang.
Paulus sudah menunjukkan contoh yang baik kepada kita. Sebagai tugas
utama katekis adalah mewartakan sabda, maka dalam hal kecil apapun katekis harus
bersabar dalam pelayanan, menyerahkan diri seutuhnya kepada Kristus sehingga
segala sesuatu yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Demi tugas dan pelayanan
katekis harus tetap sabar dalam pewartaannya, karena tugas utama katekis adalah
mewartakan Kerajaan Allah. Segala sesuatu itu dapat berjalan dengan baik karena
Tuhan tidak pernah meninggalkan anaknya berjalan sendiri dan dapat menyelesaikan
tugasnya hingga tuntas.
2. Pribadi yang Penuh Kasih
Bagi Paulus, kasih adalah yang terpenting dari semua rahmat yang
diterimaoleh seluruh umat Kristiani. Paulus merupakan pembela nilai luhur martabat
pribadi manusia. Pokok perjuangan dan kebenaran atas keluhuran martabat pribadi
manusia. Paulus menganggap orang lain sebagai saudara yang patut dicintai dan
dikasihi. Karena Paulus selama pelayanannya berusaha membangun relasi yang aktif
dengan siapa pun, terutama beliau membangun relasi intim dengan Allah. Paulus
sangat meyakini bahwa tindakan kasih adalah partisipasi pada hidup dan karya Allah
dan merupakan kebenaran dan kebijakan Kristiani yang bersumber pada tindakan
kasih Allah sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Hidup oleh kasih berarti hidup untuk Allah, maka untuk menanggapi kasih
Allah, Paulus rela meninggalkan kegembiraan masa mudanya demi memperjuangkan
kemurnian hidup umat. Paulus sangat menekankan dalam pewartaannya, bahwa umat
Kristen telah merdeka. Yang dimaksud merdeka berarti bebas dari belenggu atau
kuasa dosa, bukan berarti bebas untuk berbuat dosa. Karena itu menurut Paulus,
umat Kristen di Galatia semestinya memanfaatkan kemerdekaan itu untuk saling
mengasihi, dan dengan demikian mereka melaksanakan pesan pokok dari Taurat.
“memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu
mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan
dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Sebab
seluruh hukum Taurat tercakup dalam firman ini, yaitu kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri” (Gal 5:13-14).
3. Melayani dengan Gigih
Melayani Tuhan adalah kewajiban bagi seluruh umat Kristiani. Menjadi
terang dan garam, menyampaikan kabar gembira, kabar tentang keselamatan
merupakan amanat agung yang disampaikan Yesus tepat sebelum Dia naik ke Surga.
Artinya tugas yang berlaku bagi seluruh umat Kristiani tanpa terkecuali dan sifatnya
sangat penting, sifat-sifat penting itu dapat memastikan dengan motivasi-motivasi
yang benar. Dengan hal ini kita dapat belajar dari sosok Paulus yang tanpa ragu
kegigihannya, keseriusannya dan kesabaran Paulus dalam melayani. Dampak
pelayanan Paulus begitu hebat sehingga sulit membayangkan bagaimana jika Paulus
tidak pernah ada dalam sejarah Gereja pada waktu itu. Maka sebagai seorang hamba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tuhan, Paulus menunjukkan sikapnya yang teguh akan ketaantan. Paulus berani pergi
menyebarkan Injil kemana-mana, bahkan hingga mencapai Asia kecil. Dalam
pelayanannya Paulus sukses mendirikan jemaat dimanapun ia menyebarkan Injil.
Paulus memberikan segala hidupnya, bahkan nyawanya. Walaupun usaha dan kerja
kerasnya kurang dihargai oleh jemaat, dia bahkan harus rela mengalami banyak
penderitaan dan berbagai bentuk siksaan demi menjalankan misinya. Belajar dari
Paulus yang tidak pernah berkecil hati, kecewa atau sakit hati pada Tuhan dan tidak
pernah menuntut apa-apa kecuali dia meminta agar diberi kemudahan dan
keistimewaan dalam menunaikan tugas pelayanannya demi melayani umat Kristiani.
“Kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan
tahan uji, tahan uji menimbulkan pengharapan” (Rom 5:3-5). Paulus mengajarkan
kita bahwa “kesengsaraan menimbulkan…. tahan uji” kemalangan adalah proses
yang Allah pakai untuk mendatangkan kebaikan dalam hidup kita. Permasalahan
yang membuat kita datang kepada Tuhan, sebenarnya dapat mendatangkan kebaikan
kita. Hal itu membuat kita bergantung kepada-Nya. Dalam doa hendaknya kita tidak
dapat memohon pelepasan dari penderitaan, tapi juga kasih karunia Allah, supaya
Allah memakai penderitaan itu untuk menyatakan kehendak-Nya dalam hidup kita.
Maka kita akan kuat di tengah malapetaka, dan merasa damai dimanapun Allah
menempatkan kita sebagai pelayan dalam melayani umat Kristiani.
Belajar dari sikap dan kegigihan Paulus, katekis dapat mencontohi yang
dilakukan Paulus dalam melayani. Sebagai katekis jangan sampai mencuri hak Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dengan memanfaatkan kesempatan dalam pelayanan untuk memperkaya diri sendiri
atau demi popularitas saja. Sebagai katekis jangan lupa untuk memuliakan Tuhan
dengan terus bersikap serius dalam melayani. Paulus dalam melayani adalah murni,
dan ini adalah keteladanan yang sangat baik untuk diteladani oleh katekis zaman
sekarang. Tidak peduli sehebat apapun kemampuannya, semua itu tidak ada gunanya
tanpa Tuhan. Dari Paulus kita dapat belajar bahwa kemurnian dan ketulusan
merupakan kunci yang sangat penting dalam mengabdi kepada Tuhan.
4. Memberi Diri Dipimpin oleh Roh
Rasul Paulus juga menunjukkan dirinya dibimbing dan diubah oleh Roh
Kudus untuk dijadikan juru bicara Kristus. Roh Allah membantunya memutuskan
untuk meninggalkan masa lalunya dan mengenakan cara hidup yang baru. Karya Roh
Kudus nampak nyata dalam perjumpaan Paulus dengan Kristus yang bangkit (Bea,
1975: 15). Pertobatannya yang membuat Paulus melalui proses yang tidak bisa
dipahami kalau tidak ada peran Roh Kudus di dalamnya. Peran Roh Kudus lebih
nyata ketika Paulus dibaptis oleh Ananias melalui penumpangan tangan. Peran Roh
Kudus sangat penting bagi kehidupan manusia yang belum mengenal Injil.
Roh Kudus menggerakkan Paulus dan Barnabas untuk melaksanakan
penyebaran Injil. Roh kudus menunjukkan jalan yang harus mereka lalui dan tempat-
tempat yang harus mereka kunjungi. Di lain kesempatan Roh Kudus dapat
menunjukkan jalan yang tidak boleh mereka lalui. Tuhan menjanjikan perlindungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
kepada Paulus, supaya mewartakan Injil di Korintus, sehingga Paulus tidak takut
memberitakan Injil di Korintus karena Tuhan menyertainya dan tidak ada seorang
pun yang menjamah dan menganiayanya. Berkat dan penyertaan itu pula Paulus
mengadakan tanda dan mujizat untuk mendukung karya pewartaan-Nya. Roh Kudus
yang memenuhi Paulus dan menggerakkan Paulus tidak takut mengghadapi berbagai
kesulitan, termasuk kematian. Roh sendiri yang membawa ke Yerusalem sekalipun di
kota itu harus menghadapi penjara dan sengsara. Paulus harus menghadapi tantangan
yang begitu berat hingga pelayanannya berakhir di Yerusalem demi jemaatnya yang
belum mengenal Injil. Paulus sendiri tidak menghiraukan nyawanya, yang penting
baginya adalah menyelesaikan pelayanannya yang ditugaskan Tuhan Yesus
kepadanya untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah (Marsunu,
2012: 41-44).
B. Kegiatan Sarasehan Berdasarkan Inspirasi Pewartaan Rasul Paulus
Untuk Meningkatkan Semangat Pelayanan Para Katekis Di Salib Suci
Keuskupan Agats.
1. Latar Belakang Kegiatan
Proses menghayati dan menghidupi spritualitas adalah proses yang penuh
tantangan. Direktorium Formatio Iman (2014: 10) mengatakan bahwa dewasa ini
karya pewartaan katekis kepada umat tampaknya masih banyak kekurangan dan
permasalahan terutama pada penghayatan pelayanan. Di samping itu juga banyak
tantangan arus besar zaman yang menghambat dan mempersulit orang untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
berkembang dan tidak berakar dalam iman.Tantangan yang dihadapi katekis sekarang
sangat jelas dan sering melemahkan pelayanan mereka. Menurunnya karya pewartaan
itu sendiri karena banyak orang terpanggil menjadi katekis namun sedikit yang
menjalankan pelayanan, sehingga mutu pelayanan katekis semakin menurun.
Oleh karena itu yang menjadi fokus pembinaan adalah mengembangkan dan
meningkatkatkan semangat pelayanan katekis. Di pelbagai bidang kerja, niat dan
semangat adalah modal utama dalam kelancaran suatu kerja. Demikian juga dengan
pelayanan membutuhkan kerelaan dari dalam hati agar dapat menghayati dan
melaksanakannya dengan baik pula. Keterbukaan hati para katekis harus dibangun
terlebih dahulu karena itu merupakan pintu masuk pada bimbingan Roh Kudus.
Permasalahannya, di tengah maraknya arus perkembangan zaman, katekis mengalami
tantangan untuk menghayati panggilan mereka sebagai pelayan.
Paulus menghadapi tantangan dan kesulitan dalam karya pewartaannya selalu
bersabar menerima tantangan itu. Paulus sudah memberikan contoh yang baik kepada
kita, bahwa dalam pelayanan para katekis harus belajar bagaimana bersikap sabar
dalam menghadapi penderitaan dan ancaman yang dialami. Belajar dari kisah hidup
Paulus para katekis harus mengembangkan sikap kreatif dan inovatif dalam berkarya,
dan tidak putus asa bila menghadapi tantangan atau cobaan. Suka dan duka memang
bagian dari hidup yang harus dihadapi agar menjadi pribadi yang matang.
Gereja sangat mengharapkan para katekis yang berkualitas dalam
menjalankan pelayanan mereka kepada umat. CEP (1997: 43) menjelaskan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
para katekis perlu mendapatkan pembinaan dan pendidikan khusus yang baik. Dalam
pengertian umum bahwa seluruh watak dan kepribadian para katekis perlu
dikembangkan dengan mengingat tugas khusus yang akan dituntut untuk mewartakan
Sabda Allah.
Pada bagian ini penulis memberi perhatian kepada kebutuhan peningkatan
semangat pelayanan katekis di Paroki Katedral Salib Suci Agats Asmat, yang
merupakan Paroki asal penulis. Penulis melihat bahwa para katekis menghadapi
berbagai kesulitan dan tantangan yang mempengaruhi penghayatan panggilan mereka
sebagai seorang pelayan Kristus. Penulis juga melihat bahwa pembinaan iman di
Paroki masih sangat kurang. Oleh karena itu, penulis mengusulkan adanya sarasehan
sebagai upaya untuk meningkatkan semangat katekis untuk mewartakan, sehingga
mereka semakin mencintai panggilan dan mengembangkan semangat pelayanan
mereka sebagai katekis. Hal ini sejalan dengan komitmen Paroki Salib Suci Agats
untuk mendidik dan membina para katekis dengan ditumbuhkannya Pusat Pelatihan
Katekis (PPK).
2. Pengertian sarasehan
Sarasehan adalah model diskusi atau pertemuan di mana peserta membahas
suatu permasalahan dengan cara yang tidak resmi dan formal sehingga suasana yang
terjadi di dalam sebuah sarasehan ini juga berlangsung santai dan tidak
membosankan. Sarasehan merupakan pertemuan yang diselenggarakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
pendapat (sarana) para ahli mengenai suatu masalah di bidang tertentu.Sarasehan ini
membahas poin-poin penting yang belum jelas, jadi peserta memiliki kesempatan
untuk mengembangkannya melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Di dalam
hal ini peserta dituntut untuk aktif ambil bagian dan mereka diberi kebebasan untuk
berperan secara langsung di dalam membahas topik yang sudah dibicarakan (KBBI
Balai Pustaka, 2005: 1000).
3. Alasan Diadakan Program Sarasehan
Katekis adalah seorang pelayan yang selalu berkomunikasi dengan Yesus
Kristus, dengan Gereja, dengan alam ciptaan, dengan sesama dan dengan diri sendiri.
Dalam usaha melayani umat, katekis mengalami banyak pengalaman suka duka,
mengalami banyak tantangan yang mengahambat dan mempersulit pelayanan. Tidak
jarang pula katekis mengalami keputusasaan akibat dari sulit dan beratnya
konsekuensi menjadi pelayan. Selain itu katekis juga melayani umat yang hidup
dengan pelbagai macam budaya, kebiasaan, masalah sosial dan ekonomi, serta
melayani umat yang hidup dalam pengaruh arus perkembangan zaman.
Di tengah banyaknya persoalan tersebut, menjadi pewartaan apakah katekis
masih bersemangat untuk menjadi seorang pelayan? Sementara Gereja mengharapkan
adanya para katekis yang unggul dan profesional dalam melayani umat. Sebagai
seorang pelayan, katekis bukanlah pribadi biasa tetapi ada tuntutan-tuntutan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
harus dipenuhi atau dimiliki. Katekis sejati adalah katekis yang melayani dengan
sepenuh hati dalam kedewasaan manusia dan rohani.
Paroki dalam usaha mengembangkan dan meningkatkan semangat pelayanan
para katekis harus sadar bahwa dinamika pengembangan diri sebagai katekis itu
terjadi dari dalam diri para katekis sendiri. Maka paroki tidak lebih dari sebagai
fasilitator yang mengarahkan dan mendampingi katekis agar semakin lebih baik
dalam melayani. Maka waktu sarasehan adalah kesempatan terbaik bagi para katekis
untuk melihat dan menata kembali perjalanan hidupnya sebagai pelayan.
Melalui kegiatan sarasehan, katekis dapat mendalami dirinya sehingga segala
kelemahan dan kekurangan diketahui. Kesadaran bersama akan kekurangan dan
kelemahan diri akan mengarahkan katekis kepada usaha memperbaiki diri agar dapat
melayani lebih baik lagi. Dengan sarasehan membuka peluang terbaik bagi katekis
untuk memperdalam penghayatan panggilan hidupnya sebagai katekis. Selain itu
sarasehan juga menjadi kesempatan kekeluargaan bagi katekis untuk menata
kepribadiannya dalam berelasi dengan sesama dan Allah, Putera-Nya Yesus Kristus,
dengan sesama dan masyarakat, dengan alam ciptaan, dan dengan dirinya serta
tugasnya sebagai pelayan. Melalui sarasehan katekis akan mengalami perubahan pada
dirinya dalam hidup rohani dan semakin bersemangat untuk melayani. Selain itu,
melalui sarasehan katekis juga akan mendapat kekuatan dan inspirasi baru untuk
menghadapi dan menanggapi tantangan pelayanan dengan harapan para katekis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
4. Tujuan diadakan sarasehan
Tujuan diadakan kegiatan sarasehan ini adalah sebagai berikut:
a. Membantu katekis mencintai panggilan hidup sebagai seorang pelayan Sabda
Allah dan bersemangat untuk melayani umat seperti Rasul Paulus.
b. Membantu katekis memperdalam iman dan mempererat relasinya dengan
Kristus Sang katekis sejati.
c. Membantu katekis tetap gigih dalam menghadapi berbagai tantangan pelayanan.
5. Gambaran pelaksanaan sarasehan
Kegiatan ini menjadi usulan yang perlu dipertimbangkan untuk digunakan
dalam usaha membina dan mendidik para katekis agar semakin mempermantap dan
semakin bersemangat untuk melayani. Kegiatan sarasehan ini akan diadakan di pusat
paroki yaitu di aula pastoran keuskupan Agats. Kegiatan sarasehan akan
dilaksanakan pada 13-14 Desember 2019 dengan jumlah peserta 20 orang yakni para
katekis di seluruh paroki keuskupan Asmat. Kegiatan ini akan mengundang tokoh-
tokoh paroki dan para katekis.
6. Tema dan Tujuan
Berikut ini penulis akan memaparkan tema dan tujuan untuk membantu para
katekis mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai upaya untuk
semakin menghayati panggilannya sebagai pelayan Kristus. Maka untuk memperjelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
kegiatan ini akan dirumuskan tema umum, tujuan untuk mencapai tujuan program di
atas. Berikut adalah tema dan tujuan kegiatan sarasehan.
Tema : Rasul Paulus sumber inspirasi dalam karya pewartaan para katekis
Tujuan : Membantu para katekis agar dapat menghayati panggilan sebagai
pelayan dengan menimba inspirasi dari Rasul Paulus sehingga
semakin bersemangat untuk melayani.
Untuk mencapai tujuan kegiatan di atas, berikut adalah usulan materi selama
pelaksanaan kegiatan sarasehan.
Materi 1 : Kisah kegigihan dalam melayani
Tujuan : Membantu katekis untuk mengenal Paulus dari kisah
pertobatannya
Materi 2 : Kisah pewartaan Paulus
Tujuan : Membantu katekis melihat kembali sejauh mana sudah menghayati
pewartaannya sebagai seorang pelayan.
Materi 3 : Menggali inspirasi dari Rasul Paulus
Tujuan : Membantu katekis supaya semakin terinspirasi untuk lebih
menghayati pewartaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Matriks Usulan Materi Kegiatan Sarasehan
USULAN KEGIATAN SARASEHAN
Tema umum : Rasul Paulus sebagai sumber inspirasi dan teladan para katekis di zaman sekarang dalam melayani.
Tujuan : membantu katekis agar semakin menghayati panggilannya sebagai pelayan dengan menggali
inspirasi dari Rasul Paulus sehingga semakin bersemangat dalam melayani umat.
No. Waktu
Menit
Judul
Pertemuan
Tujuan
Pertemuan
Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
HARI PERTAMA 13-2019
60 SESI I
pengantar
dan
perkenalan
Supaya katekis
mengenal
pentingnya
pendampingan
Membantu
katekis
memahami
tujuan
pendampingan
dan aturan
selama
Perkenalan antar
katekis dan
pendamping.
Tujuan
pendampingan
Aturan selama
sarasehan
Berbagi
pengalaman
pelayanan
nyata.
Video klip:
jejak rasul:
pelayanan
Paulus dan
perjalanan
hidupnya.
Pengalaman
katekis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
sarasehan.
2. 90 SESI II
kisah
kegigihan
dalam
melayani
Menggambarka
n tokoh Paulus
serta
pengalaman
kegigihannya
dalam melayani.
Menyampaikan
inspirasi yang
dapat dipetik
dari kegigihan
Paulus demi
pengembangan
spiritualitas
katekis di zaman
sekarang.
Membaca
Refleksi
tanya jawab
sharing
pengalaman
Video Klip
: Paul of
Tarsus
CEP (1997)
PUK
Yogyakarta:
Kanisius
HARI KEDUA 14-12-2019
3 90 SESI III
Kisah
pewartaan
Paulus
Membantu
katekis melihat
kembali sejauh
mana
menghayati
panggilannya
sebagai seorang
pelayan.
Kisah panggilan
Rasul Paulus
Sukacita
pewartaan Rasul
Paulus
Membaca
Refleksi
Sharing
Informasi
Tanyajawab
Diskusi
Lcd
Laptop
Sound
system
buku tulis.
Gerak dan
lagu
Majalah
rohani
Bea Agustinus
(1975). Paulus
yang
tertangkap
oleh Kristus.
Flores: Nusa
Indah.
Jacobs Tom.
(1983). Paulus:
Hidup Karya
dan
Teologinya.
Yogyakarta:
Kanisius.
90 SESI IV:
menggali
Membantu
katekis supaya
Pribadi yang
tangguh
Membaca
Tanya jawab
Lcd
Laptop
Martini, CM.
(1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Inspirasi
dari rasul
Paulus
semakin
terinspirasi
untuk lebih
menghayat
pewartaanya
Menjadi saksi
iman yang
mendalam
Bersedia memberi
diri dipimpin oleh
Roh
Bersedia bersabar
dalam pelayanan.
Dipilih dan diutus
menjadi Rasul
Refleksi
bersama
Video klip
Paulus dari
Tarsus.
Kesaksian
Santo Paulus.
Yogyakarta:K
anisius.
Jacobs
Tom.(1983).
Paulus:
Hidup, Karya
dan
Teologinya.
Yogyakarta:
penerbit
Kanisius.
Eko Riyadi,
St. Ed (2012).
Hidup dalam
Kristus.
Yogyakarta:
Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Contoh Satuan Pelaksanaan
I. IDENTITAS
Judul pertemuan : Kisah kegigihan Paulus dalam melayani
Tujuan pertemuan : Membantu katekis mengenal kisa kegigihan dalam
melayani
Peserta : Para katekis
Tempat : Aula Pastoran
Hari/tanggal : 13 Desember 2019
Waktu : 90 menit
II. PEMIKIRAN DASAR
Mengukur perkembangan dari kemajuan kebudayan Asmat tidak begitu
mudah jika sekedar mengukur dengan peralatan yang ada, misalnya dengan
mengamati perangkat tehnologi baru yang digunakan, atau mengikuti bagaimana
proses pendidikan dan kelanjutan kehidupan masyarakat Asmat berinteraksi. Karena
medan pelayanan yang sangat susah di Asmat maka disediakan alat transportasi laut
sehingga memudahkan pelayanan. Asmat yang dulu sepi mulai sekarang dipenuhi
oleh penduduk dan budaya dari luar mulai masuk sehingga semakin hari semakin
modern dalam perkembangan zaman. Asmat sekarang sudah semakin maju dalam
pendidikan, kesehatan dan transporasi yang memudahkan pelayanan di paroki-paroki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Siapapun yang melayani di wilayah Asmat demi kemajuan dan perkembangan
masyarakat Asmat harus mengambil sikap kearifan dan bijaksana bagaimana
membantu masyarakat Asmat berkembang dalam iman dan tehnologi yang semakin
modern yang mengubah pola pikir. Supaya iman mereka tidak terkecoh oleh
perubahan arus zaman maka penulis menawarkan skripsi ini sebagai bahan
pembelajaran, supaya umat dapat mempelajari dan belajar dari Paulus yang semangat
melayani dengan setia dan gigih.
Paulus dipanggil untuk mewartakan Kristus. Kristus telah memilihnya untuk
menjadi utusan-Nya dan ia pun hidup demi tugas yang dipercayakan kepadanya.
Sebagai hamba Kristus ia siap untuk memberikan hidupnya demi tugas yang
diembannya; ia membiarkan Kristus mempergunakan dirinya sebagai alatnya sendiri.
Paulus siap menghadapi segala resiko dalam perjalanan tugas sebagai seorang utusan
Kristus dan dalam kenyataan ia banyak menderita karena pekerjaannya itu. Katekis
perlu mempelajari nasehat-nasehat Paulus untuk perkembangan iman di zaman
sekarang sebagai metode pelayanan pengajaran iman umat. Untuk menemukan
spiritualitas-spiritualitas yang diteladakan Paulus kemudian dapat kita terapkan dalam
hidup kita sebagai semangat dan kepribadian yang bersumber dari Yesus sang katekis
sejati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
III. PROSES PELAKSANAAN
A. Pengantar
Bapak ibu yang terkasih, kita akan bersama-sama membahas sebagai mana
kegigihan Paulus untuk perkembangan zaman yang terjadi saat ini. Kita juga akan
bersama-sama melihat atau mengetahui sejauh mana relevansi antara berkatekese
dengan situasi perkembangan di zaman sekarang. Kita juga diajak untuk bagaimana
menyikapi kegigihan dan ketaguhan dalam melayani.
B. Kegiatan Inti
1. Menonton video Paul of Tarsus
Video ini berisi tentang ketangguhan dan kegigihan Paulus. Sebelum Paulus
melayani umat sebagai pusat pelayanan perhatiannya adalah kewenangan dan
kemenangan hukum Taurat yang dibuktikan dengan penuh semangat. Hukum Taurat
yang dijalankannya berlangsung dengan tanpa cacat. Barang siapa mengancam
keberadaan Taurat harus disingkirkan.
2. Pertanyaan seputar video
a. Video tersebut berisikan tentang apa?
b. Pesan apa yang bisa dipetik oleh para katekis dari video tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
3. Sharing pengalaman katekis
Para katekis dalam sesi ini saling membagikan pengalamannya selama
pendampingan katekese. Para katekis dalam sesi ini juga menjawab pertanyaan-
pertanyaan di atas sambil diperkaya oleh pengalaman mereka masing-masing.
4. Jawaban yang diharapkan
Video tersebut berisikan tentang awal pelayanan Paulus dalam ketangguhan
dan kegigihan Paulus yang awalnya merupakan seorang yang mengejar-ngejar murid
Tuhan. Setelah pertobatannya Paulus menjadi seorang yang bersemangat, tangguh
dan gigih dalam pelayanan demi melayani umat, Kristus mengubah pribadi Paulus
menjadi seorang yang percaya akan kebangkitan-Nya sehingga Paulus menjadi
seorang pewarta yang siap sedia untuk menjadi alat-Nya. Paulus mempunyai
kekuatan pada pewartaan dan mempunyai rancangan misi yang sangat luas.
Rancangan misi pewartaan yang dilaksanakannya kuat sehingga menjadi peristiwa
sejarah yang menentukan awal perkembangan Gereja. Yang diwartakan Paulus
berhubungan dengan pertanggungjawaban pertemuannya dengan Kristus dan
panggilannya sebagai Rasul.
Pesan yang dipetik dari video tersebut bahwa sebagai seorang katekis harus
siap sedia dalam menjalankan tugas seperti Paulus yang rela berkorban demi
pelayanan dan pewartaan imannya. Sebagai sorang katekis harus menjadi tawar hati
dalam berkarya ketika menghadapi berbagai masalah yang menghadang. Tidak hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
semangat di awal, lalu hilang optimisme dalam prosese yang sulit. Pengharapan
Paulus mengingatkan bahwa kita harus mempunyai pengaharapan yang sama seperti
Paulus. Kita mempunyai Tuhan yang tidak pernah berubah kuasa dan kasih-Nya, Dia
telah menyelamatkan, Dia telah memperhatikan segala pekerjaan dan akan
memberikan upah pada waktu-Nya. Sebab itu kita dapat mengerjakan segala sesuatu
yang dipercayakan-Nya dengan penuh optimeisme. Tidak ada pekerjaan yang sia-sia
ketika kita melakukannya dengan hati yang tertuju kepada Tuhan.
Paulus mempunyai posisi dominan dan utama dalam Gereja perdana, namun
hal itu pantas disangsikan. Ia mengalami perlawanan yang cukup hebat dan surat
Galatia mencatat hal itu. Di dalam surat itu terdapat pembelaan Paulus terhadap
serangan para lawan dan juga pandangan-pandangan Paulus yang rupanya
dipermasalahkan oleh kalangan Gereja purba. Dukungan terhadap Paulus juga
dialami olehnya. Dari Kisah para Rasul dan surat-surat pastoral tampak mengenai
dukungan yang diberikan kepada Paulus. Karangan-karangan berikut yang ditulis
setelah wafatnya menyebutkan bahwa Paulus ialah seorang pemimpin Gereja. Ia
diterima oleh pemimpin yang lain, disambut hangat oleh semua jemaat di seluruh
Gereja.
5. Peneguhan
Video tersebut berisikan tentang ketangguhan dan kegigihan Paulus yang
awalnya merupakan seorang yang mengejar-ngejar murid Tuhan. Setelah
pertobatannya Paulus menjadi seorang yang bersemangat, tangguh dan gigih dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
pelayanan demi melayani umat Kristus mengubah pribadi Paulus menjadi seorang
yang percaya akan kebangkitan-Nya sehingga Paulus menjadi seorang pewarta yang
siap sedia untuk menjadi alat-Nya. Pesan yang dipetik dari video tersebut bahwa
sebagai seorang katekis harus siap sedia dalam menjalankan tugas seperti Paulus
yang rela berkorban demi pelayanannya dan pewartaan imannya.
Karya pewartaan Paulus tidak dapat dipisahkan dari pokok interprestasi
pewartaannya mengenai Injil. Apa yang diwartakan Paulus berhubungan dengan
pertanggungjawaban pertemuannya dengan Kristus dan panggilannya sebagai
Rasul. Pewahyuan yang diberikan oleh Allah mengenai Yesus putra-Nya berarti
bagi Paulus ialah pengakhiran dari usahanya sebagai kaum Farisi untuk
menemukan kebenaran di hadapan Allah dengan taat kepada Taurat. Tuhan
menampakkan diri bukan dalam tuntutan mentaati Taurat, tetapi keselamatan
Tuhan ada dalam anugerah rahmat pembenaran. Salib memperlihatkan kegagalan
Taurat dalam mengembalikan manusia pada panggilannya.
Belajar dari sosok Paulus yang tanpa ragu kegigihannya, keseriusannya dan
kesabaran Paulus dalam melayani. Dampak pelayanan Paulus begitu hebat
sehingga sulit membayangkan bagaimana jika Paulus tidak pernah ada dalam
sejarah Gereja pada waktu itu. Maka sebagai seorang hamba Tuhan, Paulus
menunjukkan sikapnya yang teguh akan ketaantan. Paulus berani pergi
menyebarkan Injil kemana-mana, bahkan hingga mencapai Asia kecil. Dalam
pelayanannya Paulus sukses mendirikan jemaat dimanapun ia menyebarkan Injil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
BAB V
PENUTUP
Pada bab V ini penulis akan mengungkapkan beberapa hal penting berkenaan
dengan pokok permasalahan penulisan skripsi ini. Kesimpulan berkaitan dengan
rumusan masalah dimana akan dijelaskan sebagai jawaban dari permasalahan yang
dikemukakan. Sedangkan saran guna memanfaatkan hasil karya ini untuk
mengembangkan spiritualitas katekis dengan belajar dan menggali pokok pewartaan
Rasul Paulus.
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah penulis dapat meanrik kesimpulan sebagai
berikut: Paulus berasal dari Tarsus. Paulus adalah seorang yang mendapatkan
pendidikan Yahudi yang sempurna. Paulus adalah seorang rasul. Pendidikannya itu
telah membuat Paulus menjadi seorang yang terpelajar dan bangga akan jalan hidup
yang dilaluinya. Jati diri Paulus dibentuk melalu jalur pendidikan yang ditempuhnya
di Yerusalem hingga ia dapat menjadi seorang Rasul. Paulus berpendapat bahwa jalan
hidup Yahudi ini merupakan satu-satunya jalan yang membawa keselamatan.
Rasul Paulus adalah seorang pewarta yang dengan gigih mewartakan Injil
Kristus. Karya pewartaan dan identitas Paulus Kerap kali dipertanyakan dalam
pewartaannya yang menimbulkan kontroversi di kalangan bangsa Yahudi sebagai asal
kegiatannya. Identitas dan karya Paulus dapat menjadi inspirasi para pewarta di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
zaman sekarang ini meskipun zaman ketika Paulus hidup berbeda dengan zaman
sekarang. Karya pewartaan Paulus bagi Gereja awal dapat berkembang tidak hanya di
kalangan Yahudi tetapi juga di kalangan bukan Yahudi. Gereja berkembang di
kalangan orang-orang bukan Yahudi sebab Paulus menyampaikan pewartaannya
dengan cara yang sesuai dengan situasi umat. Orang-orang non Yahudi yang
menerima pewartaan Paulus akan Injil Kristus tidak diharuskan untuk menjadi
Yahudi terlebih dahulu.
Katekis adalah umat beriman Kristiani yang dijiwai semangat merasul,
dipanggil dan diutus Allah, serta melibatkan diri dalam tugas pewartaan Gereja untuk
memperkenalkan, membantu menumbuhkan dan mengembangkan iman kristiani
umat di sekolah dan dalam komunitas basis, baik teritorial maupun kategorial. Sosok
katekis harus bersifat umatsentris. Katekis yang umat sentris hadir dari umat dan
untuk umat. Katekis dari umat bermakna katekis dipanggil dari kalangan umat
sendiri. Katekis untuk umat berarti katekis mewartakan Kabar Gembira kepada umat
itu sendiri. Katekis juga harus Kristosentris. Katekis harus menjiwai dan meneladani
Yesus Kristus sebagai guru sekaligus sebagai pewarta Kabar Gembira.
Untuk menggali inspirasi Paulus dapat dilihat dari ketangguhannya dalam
pelayanan. Paulus adalah sosok yang tangguh dalam mewartakan injil. Ketangguhan
Paulus terlihat dalam Kisah Para Rasul sebagaimana dikisahkan berkali-kali
mengalami penderitaan selama dalam mewartakan Injil. Setelah pertobatannya Paulus
harus banyak mengalami perlawanan dari pihak Yahudi di Damsyik maupun di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Yerusalem. Walaupun banyak tantangan yang dialami Paulus, ia menganggap
penderitaannya adalah sebagai partisipasi pada penderitaan Kristus. Paulus
memandang hal ini didasari oleh imannya yang tangguh dan dalam.
B. Saran
Berikut ini penulis menyampaikan saran kepada katekis:
1. Bagi Paroki
Paroki dapat membuat program-program pembinaan bagi katekis agar katekis
semakin memiliki keyakinan dalam menjalankan tugas perutusannya dan memiliki
kualitas pribadi yang mampu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Misalnya diadakan
program pembinaan spiritualitas katekis berlangsung secara berkesinambungan,
sehingga katekis benar-benar didampingi hingga sampai tahap penghayatan.
2. Menyediakan buku-buku tentang Paulus
Paroki menyediakan buku-buku tentang Paulus di perpustakaan paroki agar
para katekis tertarik untuk membaca. Dan dari hasil membaca mereka
menuangkannya dalam kehidupan sehari-hari misalnya: mereka semakin terpanggil
dalam tugas dan pelayanan mereka, semakin mencintai tugas yang diembannya,
semakin peduli terhadap umat, dan semakin setia mengikuti Kristus sebagai pusat
katekis sejati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
3. Diadakan rekruitmen katekis untuk menindaklanjutkan pelayanan
Untuk memaksimalkan rekrutmen diharapkan agar orang muda juga ikut
berpartisipasi dalam hidup menggereja. Basis pendampingan Orang Muda Katolik
yang paling efektif adalah keluarga. Dimana keluarga dapat membimbing iman
anaknya untuk berpartisipasi dalam hidup menggereja. Oleh sebab itu dibutuhkan
kerjasama antara katekis, paroki dan keuskupan sehingga pelayanannya dapat di
lanjutkan orang muda katolik. Supaya orang muda tidak bermalas-malasan saja di
paroki.
Lebih lanjut, setiap Komisi Keuskupan mesti membentuk sebuah tim relawan
yang terdiri dari sejumlah orang (muda) yang mempersiapkan, memfasilitasi
pelaksanaan dan menindaklanjuti proses pendidikan hidup menggereja Orang Muda
Katolik di keuskupan masing-masing. Untuk memulai proses tersebut, setiap Komisi
Keuskupan menyelenggarakan Temu Relawan Pendidikan Hidup Menggereja Orang
Muda Katolik, dengan mengundang keterlibatan para relawan pendidikan hidup
menggereja yang sudah disiapkan oleh setiap Komisi Keuskupan. Melalui berbagai
bentuk kegiatan ini, Orang Muda Katolik merasa semakin menemukan dirinya
sebagai orang beriman mkhluk ciptaan Allah yang dipanggil oleh Allah untuk
menjadikan dunia ini semakin tampak indah dan bermakna di hadapan sesama,
terlebih-lebih di hadapan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
DAFTAR PUSTAKA
Bea, Agustinus. (1975). Paulus yang Tertangkap oleh Kristus. Flores: Nusa Indah.
Boli Kotan, Daniel. (2009). “Kepribadian dan Spiritualitas Katekis dalam Tantangan
Zaman”. Praedicamus, vol VIII, Edisi Januari-Maret. H.12.
Brunot, A. (ed.). (1992). Paulus dan Pesannya. Yogyakarta: Kanisius.
Cooke, Bernard. (1972) Iman dan Katekis. Yogyakarta: Puskat.
Dewan Karya Pastoral KAS. (2014). Direktorium Formatio Iman, Menjadi Katolik
Cerdas, Tangguh dan Missioner Sejak Dini Sampai Mati. Semarang:
keuskupan Agung Semarang.
Dewan Pastoral KAS. (2018) Direktorium Formatio Iman. Semarang: Keuskupan
Agung Semarang.
Didik Bagiyowiyadi, F.X. (2012). Identitas dan Spiritualitas Katekis. Yogyakarta:
Yayasan Pustaka Nusata.
Duckworth, Ruth. (1972) Menjadi Katekis Menghadapi Dunia Pluralitas.
Yogyakarta: Puskat.
Eko Riyadi, St. (ed.). (2012). Hidup dalam Kristus. Yogyakarta: Kanisius.
Fransiskus. (2013). Evangelii Gaudium (seri Dokumen Gerejawi No. 94. F.X
Adisusanto, SJ dan Harini Tri Prasasti Bernadeta, penerjemah), Jakarta:
Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia.
(Dokumentasi asli diterbitkan tahun 2014).
Hari Kustono, Antonius. (2008). Paulus Dari Tarsus: 21 Tanya Jawab. Yogyakarta:
Kanisius.
Hendro Budiyanto, St. (2011). Menjadi Katekis Volunter. Yogyakarta: Kanisius.
Heryatno. (2018). Menjadi Katekis Handal di Zaman Sekarang. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.
Jacobs, Tom. (1983). Paulus: Hidup, Karya dan Teologinya. Yogyakarta: penerbit
Kanisius.
Komisi Kateketik KWI. (1997). Pedoman untuk Katekis: Dokumen Mengenai Arah
Panggilan, Pembinaan, dan Promosi Katekis di Wilayah-wilayah yang
Berada di bawah Wewenang CEP. Kanisius: penerbit Kanisius.
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R.Hardawiryana,
penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan Tahun 1966).
Madya Utama, Ignasius L. (ed.). (2018). Menjadi Katekis Handal di Zaman
Sekarang. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Martini, CM. (1989). Kesaksian Santo Paulus. Yogyakarta:Kanisius.
Mintara Sufiyanta dan Yulia Sri Prihartini. (2010). Sang Guru Sang Peziarah.
Jakarta: OBOR (Anggota IKAPI).
Paulus VI. (1975). Evangelii Nuntiandi. Karya Pewartaan Injil dalam Jaman
Modern. Jakarta: penerbit Libreria Editrice Vaticana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Pertemuan Nasional Katekese II. (2005). Identitas Katekis di Tengah Arus Perubahan
Zaman. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.
Rukiyanto, B.A. (2012). Pewarta di Zaman Global. Yogyakarta: Kanisius.
Sarjumunarsa, Th. (1982). “Spiritualitas Katekis”. Rohani, Tahun XXIX, Februari.
H.33.
Suhardo. (1972) Sukses Katekis dalam Kepemimpinan. Yogyakarta: Seri Puskat No.
108.
Suharyo, Ignasius. (2003). Menjadi Manusia Dewasa. Belajar dari Pengalaman St.
Paulus. Yogyakarta: Kanisius.
Yohanes Paulus II. (1990). Redemptoris Missio (Seri Dokumen Gereja No. 14.
Borgias Frans, Suhardi OFM, penerjemah). Jakarta : Departemen
Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen
asli diterbitkan Tahun 1990).
Yohanes Paulus II. (1992), Catechesi Tradendae (Seri Dokumen Gerejawi No. 28. R.
Herdawiryana, penerjemah). Jakarta: Departemen dokumentasi dan
penerangan Konfrensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan
tahun 1979).
Lalu Yosef. (2009). “Kepribadian dan Spiritualitas Katekis dalam Tantangan
Zaman”. Predicamus, vol VIII, edisi januari maret. H.12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI