Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    1/17

    Retno Susilowati *)

     ABSTRACT: The position of gender in the spotlight fromall walks of academia and the community in many different perceptions and response. When you hear the name of misguided perceptions of gender emerge to focus on the demand the degreeson behalf of the rights of women. Women of Indonesia has avery important position throughout the course of history. Gaitof women on the stage of history no doubt. See the results ofKartini’s struggle, the idea he was about the emancipation ofwomen has always been a spirit of Indonesia to increase the

    degree of life, subculture liberalisme, cultural absolutism, andmany hit the normative foundations of values and religiousnorms. Though the name of gender does not mean discussingmatters relating to women only. Gender is intended as a divisionof the nature, role, position and duties of men and women set bythe community based on norms, customs, and public condencein various aspects of life including the practice of education.Education as one of the sectors of development involved gendermainstreaming implementation in national and regionallevels. Then the most easily done by the center to address theissue of gender studies from various circles about the genderissue of gender into the awareness of personal and collectiveconsciousness that is yet to enter the sphere of education andscience as a vessel to help the implementation of socializationefforts for gender mainstreaming.

     Keywords:  Education, gender mainstreaming, genderstudies.

    *) Penulis adalah Dosen Tarbiyah STAIN Kudus

    MENGUAK PENGARUSUTAMAAN GENDERDALAM PENDIDIKAN

    Ide Utama

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    2/17

    73MENGUAK PENGARUSUTAMAAN GENDER...Retno Susilowati

    A. Pendahuluan

    Selama kurun waktu 2010-2014 Kementerian Pendidikan

    Nasional ingin mewujudkan “Terselenggaranya LayananPrima Pendidikan Nasional untuk membentuk InsanIndonesia Cerdas Komprehensif”. Untuk mencapai visitersebut, Kemendiknas mengemas misi dengan sebutan “Misi5K”, yaitu; (1) meningkatkan Ketersediaan layanan pendidikansecara merata di seluruh pelosok nusantara; (2) meningkatkanKeterjangkauan  layanan pendidikan oleh seluruh lapisanmasyarakat; (3) meningkatkan Kualitas/Mutu dan Relevansi 

    layanan pendidikan dengan kehidupan bermasyarakat, duniaindustri, dan dunia usaha; (4) meningkatkan Kesetaraan dalam memperolehlayanan pendidikan bagi warga negaraIndonesia dalam memperoleh pendidikan berkualitas denganmemperhatikan keberagaman latar sosial budaya, ekonomi,geogra, serta; (5) meningkatkanKepastian/Keterjaminan  bagiseluruh warga negara Indonesia mengenyam pendidikan yangbermutu. Dari kelima misi tersebut, Kementerian PendidikanNasional bertekad melayani kebutuhan pendidikan mulai

    dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikanmenengah, pendidikan tinggi, baik melalui jalur formalmaupun nonformal dengan memegang tata nilai yang amanah,profesional, visioner, demokratis, inklusif, dan berkeadilan.

    Visi dan Misi Kementerian Pendidikan Nasionalsebenarnya memiliki spirit yang sama dengan InpresNo. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Genderdalam Pembangunan Nasional yang menegaskan bahwa

    seluruh proses pembangunan pendidikan perlu melakukanpengarusutamaan gender dengan memperhatikan dimensikeadilan dan kesetaraan gender ke dalam setiap prosesperencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atasseluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupandan sektor pembangunan.

    B. Dasar Hukum Pengarusutamaan Gender dalam

    Pendidikan dan Strategi Pengarusutamaan Gender dalamPendidikan

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    3/17

    74 PALASTRèN: Vol. 3, No. 1, Juli 2010

    Untuk mempertegas komitmen Kementerian PendidikanNasional dalam melakukan PUG Bidang Pendidikan, pada

    tahun 2008 telah ditetapkan Peraturan Menteri PendidikanNasional No. 84 Tahun 2008 tentang Pedoman PelaksanaanPengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan , meskipunsecara program, Pengarusutamaan gender bidang pendidikandi Kementerian Pendidikan Nasional sudah dilaksanakan sejaktahun 2003. Peraturan ini diharapkan memberikan arahan bagipara pengambil kebijakan di pusat dan daerah serta praktisipendidikan dalam melaksanakan pengarusutamaan gender dibidang pendidikan.

    Pengarusutamaan gender bidang pendidikan diKementerian Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui 5strategi pokok, yaitu; (1) peningkatan kapasitas bagi pengambilkebijakan pada setiap unit utama; (2) peningkatan kapasitaspara perencana pendidikan dalam menyusun perencanaan danpenganggaran yang responsif gender; (3) melakukan kerja samadengan pusat studi wanita/gender di Perguruan Tinggi dalammengkaji dan menemukan isu-isu gender di setiap daerah; (4)

    melakukan kerja sama dengan orsos, ormas, dan LSM dalammengembangkan model pendidikan adil gender pada keluargadan masyarakat; dan (5) mengembangkan media Komunikasi,Informasi dan Edukasi. es:

    Semua strategi di atas bermuara pada terwujudnyakeadilan dan kesetaraan gender dalam pendidikan yangterwujud dalam; (1) meningkatnya akses semua pendudukterhadap layanan pendidikan pada semua jenis dan jalur

    pendidikan; (2) meningkatnya partisipasi perempuanpada setiap pengambilan kebijakan, penyusunan program,dan implementasi program pada semua jenjang birokrasipendidikan; (3) meningkatnya kemampuan laki-laki danperempuan dalam mengelola sumber-sumber informasi danpengetahuan; dan (4) laki-laki dan perempuan mendapatkanmanfaat yang sama dari semua program pendidikan yangdilakukan.

    Pembangunan pendidikan yang dilakukan selamaini telah memberikan dampak yang sangat signifikandalam peningkatan taraf pendidikan penduduk Indonesia

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    4/17

    75MENGUAK PENGARUSUTAMAAN GENDER...Retno Susilowati

    yang diikuti oleh menurunnya disparitas antar kelompokmasyarakat. Bahkan dalam hal akses, angka partisipasi pada

    semua jenjang pendidikan sudah setara antara laki-laki danperempuan yang ditunjukkan oleh indeks paritas gender yangmendekati angka 1,0. Meskipun demikian telaah mendalamuntuk menemukenali berbagai kesenjangan gender tidak hanyaterfokus pada perbedaan capaian kinerja antara laki-laki danperempuan tetapi juga kesenjangan yang diakibatkan olehfaktor lain seperti status sosial ekonomi, latar belakang budaya,dan geogra.

    Keberhasilan pelaksanaan pengarusutamaan genderbidang pendidikan sangat ditentukan oleh komitmen parapengambil kebijakan, baik di pemerintah pusat maupundaerah (provinsi/kabupaten/kota) yang terwujudkan dalam;(1) kebijakan yang responsif gender; (2) dukungan sumberdaya manusia sebagai focal point gender bidang pendidikan;(3) dukungan kelembagaan; dan (4) dukungan anggaran, baikmelalui APBN maupun APBD provinsi/kabupaten/kota.

    Perluasan dan pemerataan akses pendidikan dasaruniversal bermutu danberkesetaraan gender di semua provinsi,kabupaten, dan kota dilakukan melalui:

    a. penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan pendidikandasar bermutu yang merata antarprovinsi, kabupaten,dan kota yang meliputi penyediaan guru SD/SDLB danSMP/SMPLB bermutu; penyediaan pendidik dan tenagakependidikan Paket A dan Paket B bermutu; penyediaandiklat bidang SD/SDLB dan SMP/SMPLB bermutu;

    penyediaan tenaga kependidikan SD/SDLB dan SMP/SMPLB bermutu yang merata antarprovinsi, kabupaten,dan kota;

    b. perluasan dan pemerataan akses SD/SDLB dan SMP/SMPLB bermutu dan berkesetaraan gender di semuaprovinsi, kabupaten, dan kota;

    c. perluasan dan pemerataan akses pendidikan Paket Adan Paket B bermutu dan berkesetaraan gender di semua

    provinsi, kabupaten, dan kota; sertad. penyediaan model pembelajaran, data dan informasiberbasis riset, dan standar mutu pendidikan dasar, serta

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    5/17

    76 PALASTRèN: Vol. 3, No. 1, Juli 2010

    keterlaksanaan akreditasi pendidikan dasarProgram Wajib Belajar 9 Tahun bertujuan untuk

    meningkatkan perluasan dan pemerataan layanan pendidikandasar yang bermutu dan terjangkau, baik melalui jalurformal maupun nonformal. Dengan demikian, seluruh anakusia 7-15 tahun dapat memperoleh pendidikan paling tidaksampai Sekolah Menengah Pertama atau yang sederajat.Upaya peningkatan akses pendidikan terutama untuk tingkatpendidikan wajib belajar 9 tahun, telah berhasil mencapaikinerja yang cukup signifikan, dengan capaian AngkaPartisipasi Murni (APM) 95,14% untuk SD/MI/SDLB/Paket

    A, serta Angka Partisipasi Kasar (APK) 96,18% untuk SMP/MTs/SMPLB/Paket B.

    C. Wujud Reformasi Pendidikan

    Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempercepatpengarusutamaan gender dalam pendidikan adalah dengancara:

    1. Reformasi Pendanaan Pendidikan

    Dalam periode pembangunan 2005—2009, reformasipendanaan pendidikan telah menghasilkan terobosan pentingyang meliputi program Bantuan Operasional Sekolah (BOS),BOS buku, Bantuan Khusus Murid (BKM), dan beasiswa dariSD hingga perguruan tinggi yang bertujuan mendukungpenyediaan dana pendidikan bagi peserta didik, khususnyabagi masyarakat miskin atau yang berkekurangan serta

    peningkatan mutu melalui Bantuan Operasional ManajemenMutu (BOMM).

    Melalui BOS, BKM, dan beasiswa telah terbukti dapatsecara signifikan menurunkan angka putus sekolah danmeringankan beban orang tua dalam menyediakan biayapendidikan bagi anak. Kegiatan ini telah menjadi best practiceyang diakui oleh UNESCO dan berdasarkan survei nasionalyang dilaksanakan oleh The Indonesian Research and Development

    Institute (IRDI) pada Oktober 2008 terungkap bahwa 75,9%responden menyatakan positif dan mendukung programBOS.

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    6/17

    77MENGUAK PENGARUSUTAMAAN GENDER...Retno Susilowati

    Sejalan dengan amanat Pasal 31 Ayat (1) dan (2)amendemen UUD 1945 bahwa setiap warga negara berhak

    mendapat pendidikan dan setiap warga negara wajib mengikutipendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Padatahun 2010— 2014 Depdiknas akan mempertahankan kegiatanpendanaan pendidikan yang telah terbukti efektif, yaitu(a) BOS bagi pendidikan dasar, (b) BKM bagi pendidikandasar dan menengah, (c) beasiswa untuk pendidikan dasarsampai dengan pendidikan tinggi, dan (d) bantuan biayaoperasional penyelenggaraan (BOP) bagi pendidikan anakusia dini dan nonformal. Khusus untuk pendidikan dasar,

    Depdiknas melakukan kerja sama dengan pemerintah daerahakan meneruskan program sekolah gratis untuk mendorongterciptanya pendidikan dasar gratis di seluruh Indonesia.Permasalahan dalam pendistribusian dan pemanfaatanpendanaan massal ini akan diselesaikan dengan meningkatkanfungsi pengendalian dan pengawasan dengan melibatkanBadan Pemeriksa Keuangan Pembangunan (BPKP), InspektoratDaerah, serta didukung oleh peran serta masyarakat khususnya

    melalui Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan.

    2. Reformasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

    Perluasan dan pemerataan akses pendidikan padatahun 2005—2009 mengalami kendala yang diakibatkanmasalah distribusi guru yang tidak merata di beberapawilayah di Indonesia. Sesuai dengan PP No. 38 Tahun 2007tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

    Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota, pada tahun periode 2010—2014, Depdiknasakan melakukan redistribusi guru antarprovinsi sesuai dengankewenangannya untuk memastikan ketersediaan rasio gurudengan siswa maksimal yang disyaratkan oleh StandarNasional Pendidikan.

    Sesuai dengan UU RI No. 14/2005 tentang Gurudan Dosen yang menempatkan guru sebagai profesi, guru

    harus memenuhi kualikasi pendidikan minimal S-1/D-4,sementara dosen berpendidikan minimal S-2/S-3. Selain itu,baik guru maupun dosen harus memiliki sertikat profesi

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    7/17

    78 PALASTRèN: Vol. 3, No. 1, Juli 2010

    berupa sertikat pendidik. Untuk melanjutkan pelaksanaankualikasi dan sertikasi yang disertai dengan peningkatan

    kesejahteraan pendidik, pada tahun 2010—2014 Depdiknasakan mempertahankan kegiatan-kegiatan peningkatankualikasi dan kompetensi guru melalui:

    a. beasiswa peningkatan kualifikasi guru menjadiguru dengan kualifikasi minimum S-1/D-4 danpeningkatan kualikasi dosen menjadi S-2/S-3;

    b. sertikasi pada pendidik yang berimplikasi padapemberian penghargaan berupa tunjangan profesi

    pendidik;c. kegiatan-kegiatan pelatihan dan pengembangan

    kompetensi pendidik;

    d. pembinaan profesionalisme guru berkelanjutanmelalui kegiatan KKG/MGMP, KKKS/MKKS,dan KKPS/MKPS. Peningkatan kesejahteraan danpenghargaan kepada pendidik sesuai dengan UURI No. 14/2005 merupakan faktor utama dalammenaikkan motivasi pendidik dalam meningkatkankualitas mengajar secara berkesinambungan.

    Untuk mendorong peningkatan kesejahteraan danpenghargaan guru, pada tahun 2010—2014 Depdiknasmempertahankan:

    a. subsidi tunjangan fungsional guru;

    b. tunjangan khusus bagi guru yang mengajar didaerah pedalaman, terpencil, dan Salah satu wujud

    dari otonomi pendidikan, baik satuan pendidikannegeri maupun swasta pada pendidikan dasardan menengah 9 tahun diterapkannya konsep dankebijakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ataumadrasah (school-based management). Dalam UUSisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 51 ayat 1 dinyatakanbahwa pengelolaan satuan pendidikan anak usiadini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengahdilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal

    dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah. Penerapan manajemen berbasis sekolahatau madrasah merupakan kebijakan terobosan yang

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    8/17

    79MENGUAK PENGARUSUTAMAAN GENDER...Retno Susilowati

    bertujuan untuk memberikan otonomi yang lebihbesar pada sekolah dan madrasah untuk mengelola

    kegiatan pendidikan dengan menggali potensi dankekuatan yang ada, kemudian mengembangkandan memanfaatkannya untuk meningkatkan mutupendidikan, melalui kegiatan pengelolaan BOS, danpenyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP).

    Hasil pendidikan yang bermutu ditentukan olehkemampuan pengelola pendidikan, yaitu pendidik, tenaga

    kependidikan, serta komite sekolah/madrasah. Pendidikberperan sebagai ujung tombak pelaksana kegiatanpembelajaran yang efektif dan efisien. Kepala sekolahberperan sebagai edukator (pendidik), manajer (pengelola),administrator (ketatausahaan), supervisor (pengawas),leader (pemimpin-pengayom), inovator (pembaharu), danmotivator (pendorong). Sebagai manajer, kepala sekolahmerencanakan, mengorganisasikan, mengimplementasikan,dan mengendalikan pelaksanaan pelbagai program sekolah,

    sedangkan komite sekolah atau madrasah berperan sebagaipatner dari kepala sekolah atau madrasah sebagai wujuddari kepedulian dan partisipasi masyarakat untuk membantukepala sekolah/madrasah, baik dalam tahap perencanaan,pelaksanaan, maupun program-program pendidikan.

    Kebijakan Menteri Pendidikan Nasional untukmelaksanakan Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentangPengarusutamaan Gender adalah dengan menetapkan

    Permendiknas Nomor 84/2008 tentang Pelaksanaan PUGbidang pendidikan. Program pengarusutamaan gender(PUG) bidang pendidikan telah menghasilkan pencapaianyang signikan. Pada tingkat pendidikan dasar semua anaklaki-laki dan perempuan telah memasuki SD/MI/Paket Adan SMP/MTs/Paket B tanpa ketimpangan gender. Padatingkat pendidikan menengah terdapat ketimpangan gendersebesar 5,4%. PUG bidang pendidikan pun telah menunjukkankeberhasilan dalam penurunan disparitas gender penduduk

    buta aksara. Disparitas gender buta aksara menurun dari7,32% pada tahun 2004 menjadi 3,24% pada akhir tahun 2008.Pencapaian ini melampaui target tahun 2009 sebesar 3,65%

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    9/17

    80 PALASTRèN: Vol. 3, No. 1, Juli 2010

    atau mencapai target nasional satu tahun lebih cepat. PUGbidang pendidikan disinergikan dengan pengembangan

    satuan pendidikan berwawasan gender, pengembangankeluarga berwawasan gender, peningkatan kapasitaspemangku pendidikan untuk merencanakan, mengelola, danmelakukan pengawasan anggaran berwawasan gender sertapengembangan bahan ajar, data dan sistem informasi, sertapelatihan yang responsif gender.

    3. Reformasi Kurikulum

    Salah satu pengembangan kurikulum inovatif pendidikanyang akan dikembangkan oleh pusat kurikulum adalah modelintegrasi kurikulum kesetaraan gender. Latar belakang daripengembangan model integrasi kurikulum kesetaraan genderadalah

    1. Amandemen Undang-undang Dasar tahun 1945,Pasal 27.

    2. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM)PBB. Tahun 1948.

    3. Undang-undang Nomor : 39 tahun 1999 tentang HakAsazi Manusia.

    4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20tahun 2003.

    5. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentangStandar Nasional Pendidikan

    6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22Tahun 2006 tentang Standar Isi

    7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

    8. Dan peraturan-peraturan lainnya yang berkaitandengan pelaksanaan dan pengembangan KTSP

    Pengembangan model integrasi kurikulum kesetaraangender, juga dilandasi oleh Deklarasi pada Komperensi DuniaTingkat Tinggi untuk Anak, yang tertera pada point 7 (5) yangberbunyi “... ketidakseimbangan gender dalam pendidikan

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    10/17

    81MENGUAK PENGARUSUTAMAAN GENDER...Retno Susilowati

    dasar dan menengah harus di tiadakan”. Serta rencana aksihasil dari Komperensi Dunia Tingkat Tinggi untuk Anak pada

    point 39 (c) yang berbunyi : “ .... Menghapuskan ketimpangangender dalam pendidikan dasar dan menengah pada tahun2005; dan mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan padatahun 2015 (UNICEF).

    Begitu pula adanya intruksi Presiden Nomor 9 tahun2000 tentang kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG).yaitu: Kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untukmemperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia,

    agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatanpolitik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanannasional, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunantersebut merupakan problem mendasar dalam pendidikan.Dengan demikian Pusat Kurikulum pada tahun 2007 melakukanpenelitian dan pengembangan untuk menyusun modelintegrasi kurikulum kesetaraan gender sebagai implementasidari kebijakan-kebijakan nasional maupun internasional, sertakebutuhan pada masyarakat.

    Kurikulum berbasis gender lebih komprehensif lagi ideini pada faktanya telah dimasukkan dalam 12 bidang kritisyang ada, yaitu: perempuan dan kemiskinan; pendidikandan pelatihan bagi perempuan; perempuan dan kesehatan;kekerasan terhadap perempuan; perempuan dan konflikbersenjata; perempuan dan ekonomi; perempuan dalampengambilan kekuasaan; mekanisme institusional untukkemajuan perempuan; hak asasi perempuan; perempuan dan

    media; perempuan dan lingkungan serta anak perempuan.Bahkan, saat ini sudah merambah melalui lembaga

    formal salah satunya adalah lembaga pendidikan denganmemasukkan ke dalam mata pelajaran sampai pada kurikulumyang dibuat berbasis gender. Bukti masuknya ide ini dalamkurikulum dapat dilihat dari adanya Integrasi KurikulumKesetaraan Gender (IKKG) dengan nilai-nilai Integritasi padaKurikulum yang wajib dilaksanakan guru-guru dalam kegiatan

    belajar mengajar yaitu: Persamaan hak laki-laki dan perempuan,perbedaan sik laki-laki dan perempuan, partisipasi laki-lakidan perempuan, keadilan bagi laki-laki dan perempuan,

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    11/17

    82 PALASTRèN: Vol. 3, No. 1, Juli 2010

    kerja sama laki-laki dan perempuan, kesetaraan laki-laki danperempuan, menghargai kemajemukan, demokrasi.

    Keberadaan kurikulum ini tidak independen akan tetapiada pengaruh dari isu yang sedang mengglobal dan seolah-olah kemunculan Kurikulum Berbasis Gender ini merupakan

     jawaban dari tuntutan globalisasi yang mau tidak mau negarayang terbawa arus globalisasi ini harus mengikutinya sebagaibukti keikutsertaannya dalam globalisasi. Apalagi isu inidilegalkan secara global melalui lembaga internasional yaituPBB dengan UNICEFnya.

    Selain itu, ditemukan pula hubungan bahwa negara-negara maju saat ini juga sedang gencar melakukan sosialisasiisu gender ini dalam setiap bidang di negara-negaraberkembang. Sebagai contoh, simaklah salah satu programpolitik luar negeri AS di Indonesia: “Amerika Serikat jugamemberikan pendanaan kepada berbagai organisasi Muslimdan pesantren untuk mengangkat persamaan jender dan anakperempuan dengan memperkuat pengertian tentang nilai-nilaitersebut di antara para pemimpin perempuan masyarakatdan membantu demokratisasi serta kesadaran jender di pesantren melalui pemberdayaan pemimpin pesantren laki-laki danperempuan”

    Dalam hal ini Unesco melalui Education For All (EFA)pun tak luput memprogramkan kesetaraan gender dalamprogramnya yang dijalankan di Indonesia seperti yangdiungkapkan oleh Arief Rahman, Ketua Komisi NasionalIndonesia untuk Unesco yang menilai guru merupakan

    pihak yang paling berpengaruh terhadap anak-anak untukmenyampaikan pemahaman tentang kesetaraan genderoleh karena itu banyak dilakukan pelatihan-pelatihan untukmemahamkan ide gender ini terhadap guru-guru Indonesiayang akan menjadi penunjang yang sangat berguna demipelaksanaan Kurikulum berbasis Kesetaraan Gender diIndonesia.

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

    Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isidan Standar Kompetensi Lulusan, salah satu tugas PusatKurikulum adalah mengembangkan dan mengujicobakan

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    12/17

    83MENGUAK PENGARUSUTAMAAN GENDER...Retno Susilowati

    model-model kurikulum inovatif. Pengembangan dan ujicoba yang dimaksud, dilakukan dalam rangka menyusun

    model-model kurikulum inovatif yang disesuaikan dengankebutuhan, potensi, karakteristik peserta didik dalam rangkamemberikan layanan yang optimal kepada peserta didik.Beberapa penjelasan tentang pentingnya kurikulum yangdimasukkan dalam proses belajar mengajar, khususnya yangresponsif gender akan dijelaskan pada paparan dibawah ini.

    Mac Donal (1965) dalam Nana Syaodih Sukmadinatamengemukakan: Sistem persekolahan terbentuk atas empat

    subsistem, yaitu mengajar, belajar, pembelajaran dan kurikulum.Mengajar (teaching) merupakan kegiatan profesional yangdiberikan oleh gum. Belajar (learning) merupakan kegiatanatau upaya yang dilakukan oleh siswa sebagai respon terhadapkegiatan belajar mengajar yang diberikan gum. Keseluruhanpertautan yang memungkinkan dan berkenaan dengan terjadiinteraksi belajar mengajar disebut pembelajaran (instruction).Kurikulum (curriculum) suatu rencana yang memberi pedomanatau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar”.

    Model pembelajaran terpadu pada hakekatnyamerupakan suatu sistem pembelajaran dengan menyajikanbahan pelajaran dalam bentuk keseluruhan dan meniadakanbatas-batas antara berbagai mata pelajaran/sub mata pelajaran.Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa baik individualmaupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukankonsep serta prinsip keilmuan secara holistik, dan otentik.Menurut Su’ud implementasi kurikulum tepadu merupakan

    wahana yang efektif dalam membantu peserta didik untuktumbuh dan berkembang secara alami sebagai individu yangutuh dalam konteks kehidupan sehari-hari.

    Pembelajaran terpadu salah satu di antara maksudnya juga adalah “memadukan pokok bahasan atau sub pokokbahasan antar bidang studi, atau yang disebut juga lintaskurikulum, atau lintas bidang studi”. Tyler dalam Olivamengemukakan “...integration as the horizontal relationship of

    curriculum experiences” dan manfaat keterpaduan menurutTaba. “... Learning is more effective when facts and principles from one eld can related to another, especially when applying this

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    13/17

    84 PALASTRèN: Vol. 3, No. 1, Juli 2010

    knowledge...”.

    Pembelajaran akan lebih efektif apabila guru dapat

    menghubungkan atau mengintegrasikan antara pelaksanaanpembelajaran di sekolah dengan temuan di lapangan. Olehkarena itu tugas guru menurut Oliva adalah “Curriculumworkers should concern themselves with the problemof integratingsubject matter”. Kurikulum terpadu dapat diartikan sebagaisuatu model yang dapat memadukan materi dalam bahanpembelajaran. Keterpaduan dalam suatu pembelajaranmenurut Fogarty dapat baik dalam satu rumpun bidang studi

    dan dapat juga memadukan antar bidang studi penting untukmemadukan keseluruhan kurikulum. Pembelajaran terpadu juga memungkinkan guru untuk mengintegrasikan antaramateri pelajaran dalam pembelajaran dengan lingkungankehidupan siswa

    Implementasi kurikulum terpadu merupakan wahanayang efektif dalann membantu siswa untuk tumbuh danberkembang secara alami sebagai individu yang utuh dalamkonteks kehidupan sehari-hari. Hal tesebut sejalan denganyang dikemukakan oleh Beane bahwa implememasi kurikulumkoheren atau terpadu dapat membantu mengembangkankemampuan siswa sebagai kreator dan pengembang ilmupengetahuan berdasarkan pengalaman nyata dalam kehidupan mereka melalui interaksinya dengan lingkungan.

    Model pembelajaran terpadu ini nampaknya salahsatu model yang memungkinkan untuk dikembangkan padapembelajaran yang responsif gender, karena memberi peluang

    pada pemaduan materi atau merekayasa materi ajar, menjadimateri ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan keadilangender.Disamping hal tersebut juga dapat melalui pendekatanpengajaran yang responsif, hal ini memungkinkan sekali.karena prinsip pembelajaran terpadu salah satunya luwesdan kontekstual, sehingga guru dan siswa dapat bereksplorasidalam kegiatan pembelajaran. Rancangan pembelajaran terpadusecara eksplisit merumuskan tujuan pembelajaran. Dampak

    dari tujuan pengajaran dan dampak pengiringnya secaralangsung dapat terlihat dalam rumusan tujuan tersebut. Padadampak pengiring umumnya, akan membuahkan perubahan

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    14/17

    85MENGUAK PENGARUSUTAMAAN GENDER...Retno Susilowati

    dalam perkembangan sikap dan kemampuan berpikir logis,kreatif, prediktif,dan imajinatif.

    D. Kesimpulan

    Pendidikan sebagai salah satu sektor pambangunnanturut menerapkan pengarusutamaan gender di tingkat nasionalmaupun daerah. Kemudian yang paling mudah dilakukanoleh pusat studi gender untuk menjawab isu dari berbagaikalangan tentang persoalan gender yang menjadi kesadaranpersonal dan belum menjadi kesadaran kolektif yaitu denganmemasuki ranah-ranah pendidikan dan ilmu pengetahuansebagai wadah untuk membantu terlaksanakannya upayasosialisasi pengarusutamaan gender.

    Kementerian Pendidikan Nasional bertekad melayanikebutuhan pendidikan mulai dari pendidikan anak usiadini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikantinggi, baik melalui jalur formal maupun nonformal denganmemegang tata nilai yang amanah, profesional, visioner,

    demokratis, inklusif, dan berkeadilan.

    Pengarusutamaan gender bidang pendidikan diKementerian Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui 5strategi pokok, yaitu; (1) peningkatan kapasitas bagi pengambilkebijakan pada setiap unit utama; (2) peningkatan kapasitaspara perencana pendidikan dalam menyusun perencanaan danpenganggaran yang responsif gender; (3) melakukan kerja samadengan pusat studi wanita/gender di Perguruan Tinggi dalam

    mengkaji dan menemukan isu-isu gender di setiap daerah; (4)melakukan kerja sama dengan orsos, ormas, dan LSM dalammengembangkan model pendidikan adil gender pada keluargadan masyarakat; dan (5) mengembangkan media Komunikasi,Informasi dan Edukasi.

    Semua strategi di atas bermuara pada terwujudnyakeadilan dan kesetaraan gender dalam pendidikan yangterwujud dalam; (1) meningkatnya akses semua penduduk

    terhadap layanan pendidikan pada semua jenis dan jalurpendidikan; (2) meningkatnya partisipasi perempuanpada setiap pengambilan kebijakan, penyusunan program,

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    15/17

    86 PALASTRèN: Vol. 3, No. 1, Juli 2010

    dan implementasi program pada semua jenjang birokrasipendidikan; (3) meningkatnya kemampuan laki-laki dan

    perempuan dalam mengelola sumber-sumber informasi danpengetahuan; dan (4) laki-laki dan perempuan mendapatkanmanfaat yang sama dari semua program pendidikan yangdilakukan.

    Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempercepatpengarusutamaan gender dalam pendidikan adalah dengancara:(1). Reformasi Pendanaan Pendidikan,(2) ReformasiPendidik dan Tenaga kependidikan dan (3) Reformasi

    Kurikulum.Integrasi Kurikulum Kesetaraan Gender (IKKG) dengan

    nilai-nilai Integritasi pada Kurikulum yang wajib dilaksanakanguru-guru dalam kegiatan belajar mengajar yaitu: Persamaanhak laki-laki dan perempuan, perbedaan sik laki-laki danperempuan, partisipasi laki-laki dan perempuan, keadilan bagilaki-laki dan perempuan, kerja sama laki-laki dan perempuan,kesetaraan laki-laki dan perempuan, menghargai kemajemukan,demokrasi. Dengan memasukkkan hal-hal diatas dalam materipembelajaran diharapkan pengarusutamaan gender dalampendidikan segera terwujud.

    Dalam reformasi kurikulum, hendaknya para pendidikmenggunakan model pembelajaran terpadu  .Nampaknyadengan model ini yang memungkinkan untuk dikembangkanpada pembelajaran yang responsif gender, karena memberipeluang pada pemaduan materi atau merekayasa materiajar,menjadi materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan

    keadilan gender.

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    16/17

    87MENGUAK PENGARUSUTAMAAN GENDER...Retno Susilowati

    DAFTAR PUSTAKA

    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 84 Tahun 2008Tentang Pedoman Pelaksanaan PengarusutamaanGender Bidang Pendidikan.

    Intruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 Tentang KebijakanPengarusutamaan Gender (PUG)

    Abdulhak, Ishak Komunikasi Pembelajaran: PendekatanKonuergensi daam Peningkatan Kualitas dan EfektiuitasPembelajaran. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru BesarTetap. Bandung, UPI, 2001.

    Alt. Muhammad, Pengembangan Kurikulum di Sekolah,Bandung, Sinar Baru. 1992.

    Astuti, M., Indati, A. & Sastriyani, “Bias gender dalam bukupelajaran bahasa Indonesia”, Juma/Jender, Vo! 1,1999.

    Beane, A. J., Curriculum Integration And The The DidpiJinesof Knowledge. New York, College Board Publications,1995-

    Borg, WR & Gall, MD., Educational Research An Introduction,New York, Longman Inc., 1979.

    Idris, R., Arismunandar, Pandang, A, ^ Muhammadiah, A-Laporan Penelitian 5tudiKebijakan tentang KesenjanganGender dalam Penyelenggaraan Pendidifean di SulawesiSelatan”. Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional,Ditjen PLSP, Proyek Peningkatan Peranan Wanita

    2002.

     Joyce, Weill B., Model of Theachig, Boston, AUyn and Bacon,2000.

    Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Rencana Jndufe Pcngembangan Perermpuan 2000 - 2004, Jakarta. Kantor Menteri Negara PemberdayaanPerempuan, 2000.

    Maryanto, Kurikulum Terpadu, Bandung, UPI, 1994.

    Moejiono, Srrocegi Belajar Mengajar,  Jakarta, DepdikbudDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek

  • 8/15/2019 Menguak Pengarusutamaan Gender Dalam Pendidikan

    17/17

    88 PALASTRèN: Vol. 3, No. 1, Juli 2010

    Pembinaan Tenaga Kependidikan, 1991/1992.

    Oliva, P., Developing The Curriculum, New York, Harper Collins

    Publishers, 1992.Rostiawati, Y. “Masalah Sensititas Gender di Sekolah Dasar”

     Juma! Perempuan, Edisi XII Tahun 1999.

    Slamet PH, Pembentukan Karakter Peserta Didik, JurnalMimbar Pendidikan, IKIP Bandung Edisi Juli 1994.

    SoediJarto, Menetapfean Kinerja Sistem Pendidikan Nasionaldalam Menyiapkan Manusia Jndonesia Abad Ke-21,

     Jakarta, Rineka Cipta, 1998.

    Sukmadinata, Nana Saodih, Pengembangan Kurikulum Teoridan Praktek.Bandung, Remaja Rosda Karya, 1997.

    Suleeman, E. “Gender Roles Stereotypes and Education” dalamS. van

    Bemmelen, A. Habsjah, & L. Setyawati (penyunting). BeninBerrumbuh: Kumpulan Karangan untuk Prof. TopiOmas Jhromi,Jakarta, Kelompok Perempuan PejuangPerempuan Tertindas, 2000.

    Suud Udin S., Implementasi Kurikulum Terpadu. Makalahdisampaikan Pada Pertemuan Alumni IKIP BandungTahun 1997.

    Tim Pengembang Kurikulum dan Pembelajaran FIP UPI,Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung, FIP UPI. 2002.

    Tim Pengembang PGSD, Pembelajaran Terpadu DM PGSD danS-2 Pendidikan Dasar, Jakarta, Dikti. 1996.