30
Case Report Session MENINGITIS PURULENTA OLEH: Fitrus Oktoriza 0810311013 PRESEPTOR: Dr. Yusri Dianne J, Sp.A (K) BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

Meningitis Purulenta

Embed Size (px)

DESCRIPTION

u

Citation preview

Page 1: Meningitis Purulenta

Case Report Session

MENINGITIS PURULENTA

OLEH:

Fitrus Oktoriza

0810311013

PRESEPTOR:

Dr. Yusri Dianne J, Sp.A (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2013

Page 2: Meningitis Purulenta

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi

Meningitis adalah suatu radang yang mengenai sebagian atau semua lapisan selaput otak

yang membungkus jaringan otak sampai sumsum tulang belakang. Sedangkan, Meningitis

purulenta ialah radang selaput otak ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear

dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan

serebrospinal. 1

2.2. Etiologi

Tabel 1.1 bakteri penyebab meningitis purulenta akut2

Etiologi Meningitis Purulenta Akuta Menurut Urutan Frekuensi

Neonatus Bayi dan anak Dewasa

E. Coli

Streptokokus

Stafilokokus

Pneumokokus

H. influenza

Meningokokus

Pneumokokus

E. Coli

Streptokokus

Pneumokokus

Meningokokus

Stafilokokus

Streptokokus

H. influenza

Sumber : Neurologi Klinis Dasar (1988)

Pada anak besar dari 4 tahun yang terbanyak adalah streptococcus pneumoniae, neisseria

meningitidis. Bakteri lain yang dapat menyebabkan meningitis bakterial adalah kuman batang

gram negatif seperti Proteus, Areobakter, Enterobakter, Klebsiella Sp, dan Seprata Sp.1

Page 3: Meningitis Purulenta

2.3. Epidemiologi

Angka kejadian meningitis bakterial secara keseluruhan belum diketahui dengan pasti.

Tri ruspandji di Jakarta tahun 1980 mendapatkan 1,9 % dari pasien rawat inap. Di Surabaya

tahun 1986-1992 jumlah pasien per tahun berkisar antara 60-80 pasien. Di Amerika serikat tahun

1994 angka kejadian untuk anak-anak di bawah 5 tahun berkisar 8,7 per 100.000 sedangkan pada

anak di atas 5 tahun 2,2 per 100.000.1

Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dari tahun 1988-1993 didapatkan angka kematian

berkisar 13-18 % dengan kecacatan 30-40 %. Tri ruspandji di Jakarta 1981 mendapatkan angka

kematian sebesar 41,8 % dan setiyono di Yogjakarta sebesar 50 %. Laki-laki lebih banyak

terkena dibandingkan wanita dengan perbandingan laki-laki dibanding wanita 1,7 sampai 3:1.

Sekitar 80 % dari seluruh kasus meningitis bakterial terjadi pada anak dan 70 % dari jumlah

tersebut terjadi pada anak berusia 1 sampai 5 bulan.1

2.4. Patogenesis

Infeksi dapat mencapai selaput otak melalui :

1. Aliran darah (hematogen) karena infeksi di tempat lain seperti faringitis, tonsilitis,

endokarditis, penumonia, infeksi gigi. Pada keadaan ini sering didapatkan biakan

kuman yang positif pada darah, yang sesuai dengan kuman yang ada dalam cairan

otak.

2. Perluasan langsung dari infeksi (per kontinuitatum) yang disebabkan oleh infeksi

dari sinus paranasalis, mastoid, abses otak, sinus kavernosus.

3. Implantasi langsung : trauma kepala terbuka, tindakan bedah otak, punksi lumbal,

dan mielokel.

4. Meningitis pada neonatus dapat terjadi karena :

Page 4: Meningitis Purulenta

- Aspirasi dari cairan amnion yang terjadi pada saat bayi melalui jalan lahir atau

oleh kuman-kuman yang normal ada pada jalan lahir.

- Infeksi bakterial secara transplantasi terutama listeria.

Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain. Sebagian

besar infeksi susunan saraf pusat terjadi akibat penyerangan hematogen. Saluran napas

merupakan port d’entree utama bagi banyak penyebab meningitis purulenta. Proses terjadinya

diawali dengan perlekatan bakteri pada sel epitel mukosa nasofaring dan melakukan kolonisasi,

kemudian menembus rintangan mukosa dan memperbanyak diri dalam aliran darah dan

menimbulkan bakteremia. Selanjutnya, bakteri masuk ke dalam cairan serebrospinal dan

memperbanyak diri di dalamnya. Bakteri ini menimbulkan peradangan pada selaput otak

(meningen) dan otak.1

2.5. Manifestasi Klinis

1. Gejala infeksi akut

Anak menjadi lesu, mudah terangsang, panas muntah, anoreksia dan pada anak yang

besar mungkin didapatkan keluhan sakit kepala. Pada infeksi yang disebabkan oleh

meningokokus terdapat petekia dan herpes labialis.

2. Gejala Tekanan intrakranial yang meninggi

Anak yang sering muntah, nyeri kepala (pada anak besar), moaning cry (pada

neonatus) yaitu tangis yang merintih. Kesadaran bayi/anak menurun dari apatis sampai

koma. Kejang yang terjadi dapat bersifat umum, fokal atau twitching. Ubun-ubun besar

menonjol dan tegang, terdapat gejala kelainan serebral lainnya seperti paralisis,

Page 5: Meningitis Purulenta

strabismus, ”Crack pot sign” dan pernapasan Cheyne Stokes. Kadang-kadang pada

anak besar terdapat hipertensi dan ”Chocked disc” dari papila nervus optikus.

3. Gejala rangsangan meningeal

Terdapat kaku kuduk, malahan dapat terjadi regiditas umum. Tanda-tanda spesifik

seperti kernig, brudzinsky I dan II positif. Pada anak besar sebelum gejala di atas

terjadi, sering terdapat keluhan di daerah leher dan punggung.1

2.6. Pemeriksaan Penunjang

Lakukan punksi lumbal pada setiap pasien dengan kecurigaan meningitis. Meskipun

hasilnya normal, observasi pasien dengan ketat sampai keadaannya kembali normal. Punksi

lumbal dapat diulang setelah 8 jam bila diperlukan. Selama fase akut sel yang dominan adalah

PMN sampai sekitar 95 %. Dengan perjalanan penyakit ada kenaikan bertahap limfosit dan

mononuklear yang besar dan pengobatan antibiotik yang diberikan sebelum pasien masuk rumah

sakit dapat mengacaukan gambaran cairan serebrospinal.

Cairan serebrospinal yang mengandung sel polimorfonuklear harus dipertimbangkan

sebagai abnormal, karena 95 % dari populasi normal tidak menunjukkan sel polimorfonuklear

dalam cairan serebrospinal.

Kenaikan kadar protein dan penurunan biasanya didapatkan pada meningitis bakterial

karena dapat membantu membedakan dengan meningitis aseptik walaupun gambaran meningitis

tuberkulosa juga sama. Selain itu, terdapat kenaikan kadar protein sampai di atas 75 % dan

penurunan kadar glukosa sampai di bawah 20 % bahkan kadang–kadang sampai 0 %. Faktor-

faktor yang diduga merendahkan gula dalam cairan serebrospinal adalah:

1. Minkroorganisme yang sangat banyak membutuhkan gula untuk proses metabolisme

Page 6: Meningitis Purulenta

2. Jumlah sel yang amat tinggi

3. Defek pada transpor gula ke dalam cairan serebrospinal

4. Peningkatan pemakaian gula oleh otak akibat kenaikan proses glikolisis.

Pewarnaan gram cairan serebrospinal berguna untuk menentukan terapi awal. Kultur dan

uji resistensi dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat. 1

2.7. Diagnosis

Dari anamnesis:

- Demam

- Muntah

- Tidak bisa minum

- Sakit kepala atau nyeri di belakang leher

- Penurunan kesadaran

- Kejang

- Gelisah

- Cedera kepala yang baru dialami

Dalam pemeriksaan, ditemukan:

- Tanda rangsang meningeal

- Kejang

- Letargi

- Gelisah

- Ubun-ubun cembung (bulging fontanelle)

- Ruam : petekiae atau purpura

Page 7: Meningitis Purulenta

- Bukti adanya trauma kepala yang menunjukkan kemungkinan fraktur tulang

tengkorak yang baru terjadi

- Peningkatan tekanan intrakranial:

o Pupil anisokor

o Spastisitas

o Paralisis ekstrimitas

o Nafas tidak teratur 3

2.8 Diganosis Banding

Kita harus memikirkan meningitis TB bila:

- Demam berlangsung selama 14 hari

- Demam timbul lebih dari 7 hari dan ada anggota keluarga yang menderita TB

- Hasil foto dada menunjukkan TB

- Pasien tetap tidak sadar

- CSS tetap mempunyai jumlah sel darah putih (tipikal > 500 sel darah putih per ml,

sebagian besar berupa limfosit), kadar protein meningkat (0,8-4 gr/l) dan kadar gula

darah rendah (< 15 mmol/liter)3

2.9 Komplikasi

Ventrikulitis, efusi subdural, gangguan cairan dan elektrolit, meninitis berulang, abses

otak (gejala neurologik fokal, leukositosis), paresis/paralisis, ataksia, tuli, hidrosefalus, retardasi

mental, epilepsi,syok septik, trombosis sinus vena (gangguan kesadaran). 1

2.10 Penatalaksanaan

Antibiotik :

Page 8: Meningitis Purulenta

- berikan antibiotik lini pertama sesegera mungkin.

o Seftriakson : 100 mg/kgBB IV drip/kali, selama 30-60 menit setiap 12 jam atau

o Sefotaksim : 50 mg/kgBB/Kali IV, setiap 6 jam

- Pada pengobatan antibiotik lini kedua kita berikan:

o Kloramfenikol : 25 mg/kgBB/kali IM (IV) setiap 6 jam

o Ditambah ampisilin : 50 mg/kgBB/Kali IM atau IV setiap 6 jam

- Jika diagnosis sudah pastiberikan pengobatan parenteral selama sedikitnya 5 hari

dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5 hari bila tidak ada gangguan absorbsi.

Apabila ada gangguan absorbsi seluruh pengobatan diberikan secara parenteral

selama 10 hari.

- Jika tidak ada perbaikan :

o Pertimbangkan komplikasi yang sering terjadi seperti efusi subdural dan abses

serebral, jika hal ini dicurigai maka segera rujuk

o Cari tanda infeksi fokal lain yang mungkin menyebabkan demam seperti

selulitis, mastoiditis, artritis dan osteomielitis.

o Jika demam masih ada dan kondisi anak tidak membaik selama 3-5 hari ulangi

pungsi lumbal dan evaluasi hasil pemeriksaan CSS.

- Berikan steroid yaitu prednison 1-2 mg/kgBB/Hari dibagi 3-4 dosis diberikan selama

2-4 minggu dilanjutkan tapering off. Bila oral tidak memungkinkan berika

deksametason secara IV dengan dosis 0,6 mg/kgBB/Hari selama 2-3 minggu

- Perawatan penunjang

- Tatalaksana pemberian cairan dan nutrisi

- Pemantauan3

Page 9: Meningitis Purulenta

2.11 Prognosis

Berat ringannya penyakit ini tergantung pada umur (makin muda makin berat), jenis

kuman, berat ringannya infeksi, lama sakit sebelum diobati, kepekaan kuman terhadap antibiotik

(sering jenis kuman tidak teridentifikasi) dan komplikasi yang timbul.

Prognosis buruk pada usia lebih muda, infeksi berat yang disertai DIC (Disseminated

Intravascular Coagulation).1

Page 10: Meningitis Purulenta
Page 11: Meningitis Purulenta

BAB II

ILUSTRASI KASUS

Identitas pasien:

Nama : R

Umur : 10 3/12 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku bangsa : Minang

MR : 81.86.16

Alloanamnesis

Diberikan oleh ibu kandung

Seorang pasien perempuan usia 10 3/12 bulan sudah di rawat di bangsal anak sejak

tanggal 19 February 2013 dengan:

Keluhan utama : Penurunan kesadaran sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Penurunan kesadaran sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, diawali dengan demam

tinggi

Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, tinggi, terus menerus, tidak

menggigil, tidak berkeringat

Kejang 2 hari sebelum masuk rumah sakit, kejang pada anggota gerak atas, frekuensi

15x, lama ± 15 menit- 1 jam, interval 1-2 jam, setelah kejang anak tidak sadar, ini

kejang yang pertama kali.

Nyeri kepala sejak 4 hari yang lalu

Mual dan muntah tidak ada.

Riwayat trauma kepala tidak ada.

Batuk pilek tidak ada, sesak napas tidak ada.

Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.

Riwayat berat badan tidak naik atau penurunan berat badan tidak ada.

Page 12: Meningitis Purulenta

Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama tidak ada.

Riwayat nyeri saat berkemih tidak ada.

Anak kurang mau makan sejak sebelum sakit.

Buang air kecil jumlah dan warna biasa.

Buang air besar warna dan konsistensi biasa.

Anak kiriman RS.Sungai Darehdengan kejang dan penurunan kesadaran. Telah dirawat

selama 2 hari dan ditatalaksana dengan IVFD KAEN 1B, Ampicilin 6x1 gr (IV),

Kloramphenikol 4 x 500mg, luminal 2 x 60 mg. Pada hari kedua rawatan anak

mengalami perdarahan yang keluar dari sonde warna merah kehitaman.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Tidak pernah kejang dengan atau tanpa demam sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada anggota keluarga pernah kejang dengan atau tanpa demam sebelumnya.

Riwayat kelahiran

Anak pertama dari tiga bersaudara, lahir spontan, di tolong bidan, cukup bulan, berat

badan lahir 2300 gram, panjang badan lahir lupa, langsung menangis kuat.

Riwayat pertumbuhan terganggu, perkembangan dalam batas normal

Hygine dan sanitasi lingkungan cukup.

Riwayat Imunisasi

imunisasi dasar lengkap.

Riwayat sosial ekonomi

Anak pertama dari 3 bersaudara. Ibu tamatan SD dengan pekerjaan sehari-hari sebagai

ibu rumah tangga, Bapak tamatan SD dengan pekerjaan sebagai petani.

Riwayat lingkungan dan perumahan

Tinggal di rumah tidak permanen dengan perkarangan yang cukup luas. Sumber air diperoleh

dari mata air. Aktivitas mandi, buang air besar dan kecil dilakukan di sungai.Sampah ditumpuk

lalu dibakar.

Page 13: Meningitis Purulenta

Kesan : higine dan sanitasi lingkungan kurang

Riwayat tumbuh kembang

- Pertumbuhan gigi pertama : 1 tahun

Kesan : riwayat pertumbuhan terganggu

- Psikomotor :

Tengkurap : lupa

Duduk : 8 bulan

Berdiri : 11 bulan

Berjalan : 14 bulan

Bicara : 8 bulan

Membaca dan menulis : 50 bulan

Kesan : normal

- Perkembangan puberitas : status pubertas A1M2P1

Pemeriksaan fisik (19.2.2013)

Kesadaran : GCS 6 E2M3V1

Tekanan darah : 100/60 mmHg

Nadi : 120 kali/menit

Suhu : 38,50C

Pernapasan : 52 kali

Sianosis : tidak ada

Keadaan umum : buruk

Keadaan gizi : kurang

Panjang badan : 144 cm

Berat badan : 26 kg

Edema : tidak ada

Anemia : ada

Ikterus : tidak ada

Status gizi : BB/U = 78,78%

TB/U = 103,8%

BB/TB = 18,05%

Page 14: Meningitis Purulenta

Kesan : gizi kurang.

Kulit : teraba hangat, tidak tampak pucat.

Kelenjar getah bening : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

Kepala : bentuk simetris, ubun-ubun besar membonjol, lingkar kepala 53,5 cm

(normal standar Nellhaus)

Rambut : hitam tidak mudah dicabut

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor 2mm/2mm,

reflek cahaya +/+

Telinga : tidak ditemukan kelainan

Hidung : sekret hidung (+), kental kekuningan

Tenggorokan : Tonsil T1-T1, Tidak Hiperemis

Faring tidak hiperemis

Gigi dan mulut : mukosa mulut dan bibir basah, oral thrush tidak ada

Leher : JVP 5-2 cm H2O

kaku kuduk tidak ada

Dada Paru : Inspeksi : normochest

Palpasi : fremitus sukar dinilai

Perkusi : sonor di semua lapangan paru

Auskultasi : vesikuler, ronki kasar +/+ di kedua lapangan paru

Jantung: Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba di 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung atas RIC II, batas jantung kanan LSD, batas

jantung kiri 1 jari medial LMCS RIC V

Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada

Abdomen inspeksi : distensi tidak ada

Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Page 15: Meningitis Purulenta

Anggota gerak : akral hangat, perfusi baik, reflek fisiologis +/+, reflek babinski group -/-,

tanda rangsang meningeal Brudzinski I dan II (-), kernig (-)

Laboratorium

Darah

Hb : 13,6 gr/dl

Leukosit : 10.900/mm3

Hitung jenis : 0/0/4/79/10/7

Trombosit : 248.000/mm3

Eritrosit : 4,6 juta/mm3

Ht : 31%

Urin:

Albumin (-)

Reduksin (-)

Bilirubin (-)

Urobilin (-)

Diagnosis kerja :

Suspect meningitis purulenta DD/: ensefalitis

Tersangka Sepsis

Observasi perdarahan saluran cerna ec susp. sepsis DD/: stress ulcer

Gizi kurang

Terapi:

O2 2 liter/menit

IVFD D 12,5% (restriksi 20%)

D 10% 650 cc

D 40 % 60 cc

NaCl 3 % 100cc

Ca Glukonas 15 cc

KCL 30 cc

12 tetes /menitmakro

Page 16: Meningitis Purulenta

Aminofushin Ped 500 cc

Sementara Puasa

Amphicilin 6 x 1300 mg (IV)

Kloramphenikol4 x 650 mg (IV)

Paracetamol 300 mg (IV) T> 38,5ºC

Ramitidin 2 x 25 mg (IV)

Sibital 2 x 50 mg (IV)

Rencana

Pemeriksaan Na, K, Ca, GDR

Kultur darah

PT/APTT

LP

Lumbal Pungsi: cairan keruh mengalir pelan

Nonne : (+)

Panddy : (+)

Jumlah sel periksa sendiri : 10

Jumlah sel : 23 MN : 47%, PMN : 53%

GDS : 106 mg/dl

Gula darah LCS : 70 mg/dl

Protein : reagen tidak ada

Kesan : sesuai dengan meningitis purulenta

Hasil pemeriksaan laboratorium

Natrium : 132 mmol/L

Kalium : 2,8 mmol/L

Kalsium : 8,9 mg/dL

GDR : 117 mg/dL

PT : 13,4 detik

APTT : 26,6 detik

Kesan :dalam batas normal

Page 17: Meningitis Purulenta

Follow Up Tgl 20 Februari 2013

S/:

Demam masih ada, tidak tinggi

Sesak nafas berkurang, lendir masih masih banyak

Kejang tidak ada

Anak masih terpasang NGT, sempat tersumbat setelah di pasang yang baru cairan keruh.

Tangan kanan mulai menegang dalam posisi tertekuk

BAK ada dalam jumlah cukup

BAB belum keluar

O/:

Sakit berat, GCS 6 (E2M2V1)

Nadi : 128 x/i Tekanan Darah : 100/60 Napas 40 x/i T : 38,2 0C

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor 2 mm/2mm, reflek

cahaya +/+

Torak : normochest

cor : irama teratur, bising tidak ada

pulmo : vesikuler, ronki kasar +/+, wheezing -/-

Abdomen : distensi tidak ada, BU (+) normal

Ektremitas: akral hangat, perfusi baik, spastik

K/ : tidak tampak perburukan

Th/ : lanjut

Follow Up Tgl 21 Februari 2013

S/:

Tangan dan kaki teraba dingin

Demam tidak ada, tadi malam anak demam tinggi.

Sesak nafas masih ada

Kejang tidak ada

Intake masuk personde, toleransi baik

Page 18: Meningitis Purulenta

Buang air kecil warna pekat, jumlah ± 20 cc dari jam 6.00

Buang air besar belum keluar

O/:

Sakit berat, GCS 5 (E2M2V1)

Nadi : 138 x/i (cepat dan pengisian kurang) Napas 45 x/i T : 36,70C

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor 1mm/1mm reflek cahaya

+/+

Kulit : teraba dingin

Torak : normochest

cor : irama teratur, bising tidak ada

pulmo : vesikuler, ronki kasar +/+, wheezing -/-

Abdomen : distensi tidak ada, BU (+) normal

Ektremitas: akral dingin, perfusi jelek

Ks : syok tipe dingin ec sepsis ?

Takipnue ec sepsis

Th/ :

O2 2 liter/menit nasal

IVFD 20 cc/ KgBB (secepatnya)

520 cc / secepatnya (2 line)

260 cc/ guyur (1 line)

Sementara puasa

As/

Septic work up

Ganti antibiotik

Meropenem 3x1000gr

Cek Hb, Leukosit, Trombosit, AGD, Na, K, Ca, GDR , PT, APTT , Kultur Darah

Hasil Laboratorium

Hb : 13,6 gr/dl

Leukosit : 10.200/mm3

Trombosit : 159.000/mm3

Page 19: Meningitis Purulenta

Ht : 41%

Kesan : Penurunan Trombosit dari sebelumnya.

Elektrolit

Na : 137 mmol/l (AGD), 129 mmol/L (serum)

K : 2,9 mmol/l (AGD), 3,8 mmol/L (serum)

Cl : 104 mmol/L

Ca : 8,2 mg/dl

Kesan : Hipokalemi tanpa perlu koreksi

AGD

pH : 7,50

pCO2 : 27 mm Hg

PO2 : 105 mmHg

HCO3- :

\21,3 mmol/L

BE : - 1,3 mmol/L

Sat O2 : 99 %

Kesan :

Alkalosis Respiratorik ec Hiperventilasi ec ?

Sikap :

Belum perlu koreksi

Turunkan O2 1 L/ menit

PT : 12,7 detik

APTT : 41,6 detik

Kesan : Pemanjangan APTT 1,05 x

Sikap : Belum perlu koreksi

GDR : 114 mg/dl

Kesan : dalam batas normal

Hasil CT Scan Kepala (22 Februari 2013)

Konsulen Neurologi

Hasil Brain CT Scan terlihat oedem minimal

Tidak ditemukan kelainan lainnya,

Page 20: Meningitis Purulenta

Terapi yang sekarang lanjutkan

Expertise Brain Ct Scan

Tidak tampak lesi hipodens, Hiperdens, dan isodens di supra atau infra tentorial

Mid line shift (-)

Sulcus dan gyri menyempit

Diferensiasi white and grey matter baik

Sistem ventrikel normal

Pons, Cerebellum dan CPA baik

Kesan : Tak tampak kelainan pada Brain CT Scan.

Follow Up 2 Maret 2013

S/

Demam ada, tinggi

Muntah tidak ada

Kejang tidak ada

Intake masuk, Toleransi minum baik

Batuk Pilek tidak ada, sesak nafas tidak ada

BAK jumlah dan warna biasa

O/

Sakit sedang, GCS 13 E4M4V3

Tekanan darah : 100/70

Nafas : 28 x/menit Nadi : 92 x/ menit T : 38,3 ºC

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

Kulit : teraba hangat

Leher : kaku kuduk (+)

Torak : cor dan pulmo dalam batas normal

Abdomen: distensi tidak ada, BU (+) normal

Ektremitas: akral hangat, perfusi baik

RF +/+

RP -/-

Brudzinki I (+)

Page 21: Meningitis Purulenta

Brudzinki II (+)

Kernig Sign (+)

Flebitis di lengan kiri bekas infus

Ks/ Febris ec flebitis ?

Sikap/

MC 8 x 200 cc/NGT

Meropenem 3x1 gram (IV)

Luminal 2 x 50 mg

Nistatin 4 x 3 cc

Page 22: Meningitis Purulenta

DISKUSI

Telah dilaporkan suatu kasus seorang pasien perempuan usia 10 3/12 bulan

dengan diagnosis kerja Suspect meningitis purulenta DD/: ensefalitis, tersangka Sepsis, observasi

perdarahan saluran cerna ec susp. sepsis DD/: stress ulcer dan gizi kurang. Diagnosa ditegakkan

berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.

Pada anamnesa didapatkan penurunan kesadaran sejak 3 hari sebelum masuk rumah

sakit, diawali dengan demam tinggi, demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, tinggi,

terus menerus, tidak menggigil, tidak berkeringat, kejang 2 hari sebelum masuk rumah sakit,

kejang pada anggota gerak atas, frekuensi 15x, lama ± 15 menit- 1 jam, interval 1-2 jam, setelah

kejang anak tidak sadar, ini kejang yang pertama kali, dari anamnesa didapatkan kejang dan

penurunan kesadaran lebih cocok ke arah ensefalitis. Riwayat trauma kepala tidak ada.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan terjadinya penurunan kesadaran diduga ini terjadi

karena adanya gangguan di pusat kesadaran karena peningkatan tekanan intrakranial. Pada

pemeriksaan tanda rangsang meningeal di dapatkan hasil negatif namun dalam perjalanan

penyakitnya tanda rangsangan menigeal didapatkan positif baik kaku kuduk, brudzinki I dan II

serta tanda kernig.

Dari pemeriksaan laboratorium dan penunjang di dapatkan Hb, Ht, Leukosit, Trombosit

dan pemeriksaan elektrolit didapatkan dalam batas normal. Untuk menegakkan diagnosa pasti

dari meningitis purulenta ini kita harus melakukan lumbal punksi dimana nantinya akan di

dapatkan warnanya agak keruh, reaksi Nonne dan Pandy (+) dan pada pasien ini hasil Lumbal

pungsi sesuai dengan meningitis purulenta dimana lumbal pungsi merupakan gold standar dalam

menegakkan diagnosa meningitis sehingga pada pasien ini sudah bisa ditegakkan diagnosanya

berupa meningitis purulent. Pemeriksaan CT-Scan memberikan kesan normal.

Pada pasien ini pada awalnya diberikan terapi antibiotik Amphicilin 6 x 1300 mg (IV)

dan Kloramphenikol4 x 650 mg (IV) namun karena tidak ada perbaikan Antibiotik diganti

dengan Meropenem 3 x 1 gr dan memberikan respon klinis yang baik. Pemberian Luminal untuk

mencegah agar kejang tidak berulang.

Page 23: Meningitis Purulenta

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, Arief, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III Jilid II, Penerbit Media

Aeskulapius, FKUI, Jakarta, 2000.

2. Hassan R, Dr, dkk, Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, Cetakan ke 8, Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FK-UI, Jakarta, 1998.

3. Azhali, Garna H, Chaerufatah A,Setiabudi D. Meningitis Bakterialis. Dalam Pedoman

Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Anak FK-UP,

2000;190-7

4. Behrman. Ilmu Kesehatan Anak vol 2. Jakarta: EGC.2000.

5. IDAI. Buku ajar Neurologi Anak. Jakarta: IDAI.2006.