Upload
fitrus-oktoriza
View
81
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
u
Citation preview
Case Report Session
MENINGITIS PURULENTA
OLEH:
Fitrus Oktoriza
0810311013
PRESEPTOR:
Dr. Yusri Dianne J, Sp.A (K)
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2013
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Meningitis adalah suatu radang yang mengenai sebagian atau semua lapisan selaput otak
yang membungkus jaringan otak sampai sumsum tulang belakang. Sedangkan, Meningitis
purulenta ialah radang selaput otak ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear
dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan
serebrospinal. 1
2.2. Etiologi
Tabel 1.1 bakteri penyebab meningitis purulenta akut2
Etiologi Meningitis Purulenta Akuta Menurut Urutan Frekuensi
Neonatus Bayi dan anak Dewasa
E. Coli
Streptokokus
Stafilokokus
Pneumokokus
H. influenza
Meningokokus
Pneumokokus
E. Coli
Streptokokus
Pneumokokus
Meningokokus
Stafilokokus
Streptokokus
H. influenza
Sumber : Neurologi Klinis Dasar (1988)
Pada anak besar dari 4 tahun yang terbanyak adalah streptococcus pneumoniae, neisseria
meningitidis. Bakteri lain yang dapat menyebabkan meningitis bakterial adalah kuman batang
gram negatif seperti Proteus, Areobakter, Enterobakter, Klebsiella Sp, dan Seprata Sp.1
2.3. Epidemiologi
Angka kejadian meningitis bakterial secara keseluruhan belum diketahui dengan pasti.
Tri ruspandji di Jakarta tahun 1980 mendapatkan 1,9 % dari pasien rawat inap. Di Surabaya
tahun 1986-1992 jumlah pasien per tahun berkisar antara 60-80 pasien. Di Amerika serikat tahun
1994 angka kejadian untuk anak-anak di bawah 5 tahun berkisar 8,7 per 100.000 sedangkan pada
anak di atas 5 tahun 2,2 per 100.000.1
Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dari tahun 1988-1993 didapatkan angka kematian
berkisar 13-18 % dengan kecacatan 30-40 %. Tri ruspandji di Jakarta 1981 mendapatkan angka
kematian sebesar 41,8 % dan setiyono di Yogjakarta sebesar 50 %. Laki-laki lebih banyak
terkena dibandingkan wanita dengan perbandingan laki-laki dibanding wanita 1,7 sampai 3:1.
Sekitar 80 % dari seluruh kasus meningitis bakterial terjadi pada anak dan 70 % dari jumlah
tersebut terjadi pada anak berusia 1 sampai 5 bulan.1
2.4. Patogenesis
Infeksi dapat mencapai selaput otak melalui :
1. Aliran darah (hematogen) karena infeksi di tempat lain seperti faringitis, tonsilitis,
endokarditis, penumonia, infeksi gigi. Pada keadaan ini sering didapatkan biakan
kuman yang positif pada darah, yang sesuai dengan kuman yang ada dalam cairan
otak.
2. Perluasan langsung dari infeksi (per kontinuitatum) yang disebabkan oleh infeksi
dari sinus paranasalis, mastoid, abses otak, sinus kavernosus.
3. Implantasi langsung : trauma kepala terbuka, tindakan bedah otak, punksi lumbal,
dan mielokel.
4. Meningitis pada neonatus dapat terjadi karena :
- Aspirasi dari cairan amnion yang terjadi pada saat bayi melalui jalan lahir atau
oleh kuman-kuman yang normal ada pada jalan lahir.
- Infeksi bakterial secara transplantasi terutama listeria.
Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain. Sebagian
besar infeksi susunan saraf pusat terjadi akibat penyerangan hematogen. Saluran napas
merupakan port d’entree utama bagi banyak penyebab meningitis purulenta. Proses terjadinya
diawali dengan perlekatan bakteri pada sel epitel mukosa nasofaring dan melakukan kolonisasi,
kemudian menembus rintangan mukosa dan memperbanyak diri dalam aliran darah dan
menimbulkan bakteremia. Selanjutnya, bakteri masuk ke dalam cairan serebrospinal dan
memperbanyak diri di dalamnya. Bakteri ini menimbulkan peradangan pada selaput otak
(meningen) dan otak.1
2.5. Manifestasi Klinis
1. Gejala infeksi akut
Anak menjadi lesu, mudah terangsang, panas muntah, anoreksia dan pada anak yang
besar mungkin didapatkan keluhan sakit kepala. Pada infeksi yang disebabkan oleh
meningokokus terdapat petekia dan herpes labialis.
2. Gejala Tekanan intrakranial yang meninggi
Anak yang sering muntah, nyeri kepala (pada anak besar), moaning cry (pada
neonatus) yaitu tangis yang merintih. Kesadaran bayi/anak menurun dari apatis sampai
koma. Kejang yang terjadi dapat bersifat umum, fokal atau twitching. Ubun-ubun besar
menonjol dan tegang, terdapat gejala kelainan serebral lainnya seperti paralisis,
strabismus, ”Crack pot sign” dan pernapasan Cheyne Stokes. Kadang-kadang pada
anak besar terdapat hipertensi dan ”Chocked disc” dari papila nervus optikus.
3. Gejala rangsangan meningeal
Terdapat kaku kuduk, malahan dapat terjadi regiditas umum. Tanda-tanda spesifik
seperti kernig, brudzinsky I dan II positif. Pada anak besar sebelum gejala di atas
terjadi, sering terdapat keluhan di daerah leher dan punggung.1
2.6. Pemeriksaan Penunjang
Lakukan punksi lumbal pada setiap pasien dengan kecurigaan meningitis. Meskipun
hasilnya normal, observasi pasien dengan ketat sampai keadaannya kembali normal. Punksi
lumbal dapat diulang setelah 8 jam bila diperlukan. Selama fase akut sel yang dominan adalah
PMN sampai sekitar 95 %. Dengan perjalanan penyakit ada kenaikan bertahap limfosit dan
mononuklear yang besar dan pengobatan antibiotik yang diberikan sebelum pasien masuk rumah
sakit dapat mengacaukan gambaran cairan serebrospinal.
Cairan serebrospinal yang mengandung sel polimorfonuklear harus dipertimbangkan
sebagai abnormal, karena 95 % dari populasi normal tidak menunjukkan sel polimorfonuklear
dalam cairan serebrospinal.
Kenaikan kadar protein dan penurunan biasanya didapatkan pada meningitis bakterial
karena dapat membantu membedakan dengan meningitis aseptik walaupun gambaran meningitis
tuberkulosa juga sama. Selain itu, terdapat kenaikan kadar protein sampai di atas 75 % dan
penurunan kadar glukosa sampai di bawah 20 % bahkan kadang–kadang sampai 0 %. Faktor-
faktor yang diduga merendahkan gula dalam cairan serebrospinal adalah:
1. Minkroorganisme yang sangat banyak membutuhkan gula untuk proses metabolisme
2. Jumlah sel yang amat tinggi
3. Defek pada transpor gula ke dalam cairan serebrospinal
4. Peningkatan pemakaian gula oleh otak akibat kenaikan proses glikolisis.
Pewarnaan gram cairan serebrospinal berguna untuk menentukan terapi awal. Kultur dan
uji resistensi dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat. 1
2.7. Diagnosis
Dari anamnesis:
- Demam
- Muntah
- Tidak bisa minum
- Sakit kepala atau nyeri di belakang leher
- Penurunan kesadaran
- Kejang
- Gelisah
- Cedera kepala yang baru dialami
Dalam pemeriksaan, ditemukan:
- Tanda rangsang meningeal
- Kejang
- Letargi
- Gelisah
- Ubun-ubun cembung (bulging fontanelle)
- Ruam : petekiae atau purpura
- Bukti adanya trauma kepala yang menunjukkan kemungkinan fraktur tulang
tengkorak yang baru terjadi
- Peningkatan tekanan intrakranial:
o Pupil anisokor
o Spastisitas
o Paralisis ekstrimitas
o Nafas tidak teratur 3
2.8 Diganosis Banding
Kita harus memikirkan meningitis TB bila:
- Demam berlangsung selama 14 hari
- Demam timbul lebih dari 7 hari dan ada anggota keluarga yang menderita TB
- Hasil foto dada menunjukkan TB
- Pasien tetap tidak sadar
- CSS tetap mempunyai jumlah sel darah putih (tipikal > 500 sel darah putih per ml,
sebagian besar berupa limfosit), kadar protein meningkat (0,8-4 gr/l) dan kadar gula
darah rendah (< 15 mmol/liter)3
2.9 Komplikasi
Ventrikulitis, efusi subdural, gangguan cairan dan elektrolit, meninitis berulang, abses
otak (gejala neurologik fokal, leukositosis), paresis/paralisis, ataksia, tuli, hidrosefalus, retardasi
mental, epilepsi,syok septik, trombosis sinus vena (gangguan kesadaran). 1
2.10 Penatalaksanaan
Antibiotik :
- berikan antibiotik lini pertama sesegera mungkin.
o Seftriakson : 100 mg/kgBB IV drip/kali, selama 30-60 menit setiap 12 jam atau
o Sefotaksim : 50 mg/kgBB/Kali IV, setiap 6 jam
- Pada pengobatan antibiotik lini kedua kita berikan:
o Kloramfenikol : 25 mg/kgBB/kali IM (IV) setiap 6 jam
o Ditambah ampisilin : 50 mg/kgBB/Kali IM atau IV setiap 6 jam
- Jika diagnosis sudah pastiberikan pengobatan parenteral selama sedikitnya 5 hari
dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5 hari bila tidak ada gangguan absorbsi.
Apabila ada gangguan absorbsi seluruh pengobatan diberikan secara parenteral
selama 10 hari.
- Jika tidak ada perbaikan :
o Pertimbangkan komplikasi yang sering terjadi seperti efusi subdural dan abses
serebral, jika hal ini dicurigai maka segera rujuk
o Cari tanda infeksi fokal lain yang mungkin menyebabkan demam seperti
selulitis, mastoiditis, artritis dan osteomielitis.
o Jika demam masih ada dan kondisi anak tidak membaik selama 3-5 hari ulangi
pungsi lumbal dan evaluasi hasil pemeriksaan CSS.
- Berikan steroid yaitu prednison 1-2 mg/kgBB/Hari dibagi 3-4 dosis diberikan selama
2-4 minggu dilanjutkan tapering off. Bila oral tidak memungkinkan berika
deksametason secara IV dengan dosis 0,6 mg/kgBB/Hari selama 2-3 minggu
- Perawatan penunjang
- Tatalaksana pemberian cairan dan nutrisi
- Pemantauan3
2.11 Prognosis
Berat ringannya penyakit ini tergantung pada umur (makin muda makin berat), jenis
kuman, berat ringannya infeksi, lama sakit sebelum diobati, kepekaan kuman terhadap antibiotik
(sering jenis kuman tidak teridentifikasi) dan komplikasi yang timbul.
Prognosis buruk pada usia lebih muda, infeksi berat yang disertai DIC (Disseminated
Intravascular Coagulation).1
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Identitas pasien:
Nama : R
Umur : 10 3/12 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Minang
MR : 81.86.16
Alloanamnesis
Diberikan oleh ibu kandung
Seorang pasien perempuan usia 10 3/12 bulan sudah di rawat di bangsal anak sejak
tanggal 19 February 2013 dengan:
Keluhan utama : Penurunan kesadaran sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Penurunan kesadaran sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, diawali dengan demam
tinggi
Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, tinggi, terus menerus, tidak
menggigil, tidak berkeringat
Kejang 2 hari sebelum masuk rumah sakit, kejang pada anggota gerak atas, frekuensi
15x, lama ± 15 menit- 1 jam, interval 1-2 jam, setelah kejang anak tidak sadar, ini
kejang yang pertama kali.
Nyeri kepala sejak 4 hari yang lalu
Mual dan muntah tidak ada.
Riwayat trauma kepala tidak ada.
Batuk pilek tidak ada, sesak napas tidak ada.
Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.
Riwayat berat badan tidak naik atau penurunan berat badan tidak ada.
Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama tidak ada.
Riwayat nyeri saat berkemih tidak ada.
Anak kurang mau makan sejak sebelum sakit.
Buang air kecil jumlah dan warna biasa.
Buang air besar warna dan konsistensi biasa.
Anak kiriman RS.Sungai Darehdengan kejang dan penurunan kesadaran. Telah dirawat
selama 2 hari dan ditatalaksana dengan IVFD KAEN 1B, Ampicilin 6x1 gr (IV),
Kloramphenikol 4 x 500mg, luminal 2 x 60 mg. Pada hari kedua rawatan anak
mengalami perdarahan yang keluar dari sonde warna merah kehitaman.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak pernah kejang dengan atau tanpa demam sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga pernah kejang dengan atau tanpa demam sebelumnya.
Riwayat kelahiran
Anak pertama dari tiga bersaudara, lahir spontan, di tolong bidan, cukup bulan, berat
badan lahir 2300 gram, panjang badan lahir lupa, langsung menangis kuat.
Riwayat pertumbuhan terganggu, perkembangan dalam batas normal
Hygine dan sanitasi lingkungan cukup.
Riwayat Imunisasi
imunisasi dasar lengkap.
Riwayat sosial ekonomi
Anak pertama dari 3 bersaudara. Ibu tamatan SD dengan pekerjaan sehari-hari sebagai
ibu rumah tangga, Bapak tamatan SD dengan pekerjaan sebagai petani.
Riwayat lingkungan dan perumahan
Tinggal di rumah tidak permanen dengan perkarangan yang cukup luas. Sumber air diperoleh
dari mata air. Aktivitas mandi, buang air besar dan kecil dilakukan di sungai.Sampah ditumpuk
lalu dibakar.
Kesan : higine dan sanitasi lingkungan kurang
Riwayat tumbuh kembang
- Pertumbuhan gigi pertama : 1 tahun
Kesan : riwayat pertumbuhan terganggu
- Psikomotor :
Tengkurap : lupa
Duduk : 8 bulan
Berdiri : 11 bulan
Berjalan : 14 bulan
Bicara : 8 bulan
Membaca dan menulis : 50 bulan
Kesan : normal
- Perkembangan puberitas : status pubertas A1M2P1
Pemeriksaan fisik (19.2.2013)
Kesadaran : GCS 6 E2M3V1
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 120 kali/menit
Suhu : 38,50C
Pernapasan : 52 kali
Sianosis : tidak ada
Keadaan umum : buruk
Keadaan gizi : kurang
Panjang badan : 144 cm
Berat badan : 26 kg
Edema : tidak ada
Anemia : ada
Ikterus : tidak ada
Status gizi : BB/U = 78,78%
TB/U = 103,8%
BB/TB = 18,05%
Kesan : gizi kurang.
Kulit : teraba hangat, tidak tampak pucat.
Kelenjar getah bening : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Kepala : bentuk simetris, ubun-ubun besar membonjol, lingkar kepala 53,5 cm
(normal standar Nellhaus)
Rambut : hitam tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor 2mm/2mm,
reflek cahaya +/+
Telinga : tidak ditemukan kelainan
Hidung : sekret hidung (+), kental kekuningan
Tenggorokan : Tonsil T1-T1, Tidak Hiperemis
Faring tidak hiperemis
Gigi dan mulut : mukosa mulut dan bibir basah, oral thrush tidak ada
Leher : JVP 5-2 cm H2O
kaku kuduk tidak ada
Dada Paru : Inspeksi : normochest
Palpasi : fremitus sukar dinilai
Perkusi : sonor di semua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, ronki kasar +/+ di kedua lapangan paru
Jantung: Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung atas RIC II, batas jantung kanan LSD, batas
jantung kiri 1 jari medial LMCS RIC V
Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada
Abdomen inspeksi : distensi tidak ada
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Anggota gerak : akral hangat, perfusi baik, reflek fisiologis +/+, reflek babinski group -/-,
tanda rangsang meningeal Brudzinski I dan II (-), kernig (-)
Laboratorium
Darah
Hb : 13,6 gr/dl
Leukosit : 10.900/mm3
Hitung jenis : 0/0/4/79/10/7
Trombosit : 248.000/mm3
Eritrosit : 4,6 juta/mm3
Ht : 31%
Urin:
Albumin (-)
Reduksin (-)
Bilirubin (-)
Urobilin (-)
Diagnosis kerja :
Suspect meningitis purulenta DD/: ensefalitis
Tersangka Sepsis
Observasi perdarahan saluran cerna ec susp. sepsis DD/: stress ulcer
Gizi kurang
Terapi:
O2 2 liter/menit
IVFD D 12,5% (restriksi 20%)
D 10% 650 cc
D 40 % 60 cc
NaCl 3 % 100cc
Ca Glukonas 15 cc
KCL 30 cc
12 tetes /menitmakro
Aminofushin Ped 500 cc
Sementara Puasa
Amphicilin 6 x 1300 mg (IV)
Kloramphenikol4 x 650 mg (IV)
Paracetamol 300 mg (IV) T> 38,5ºC
Ramitidin 2 x 25 mg (IV)
Sibital 2 x 50 mg (IV)
Rencana
Pemeriksaan Na, K, Ca, GDR
Kultur darah
PT/APTT
LP
Lumbal Pungsi: cairan keruh mengalir pelan
Nonne : (+)
Panddy : (+)
Jumlah sel periksa sendiri : 10
Jumlah sel : 23 MN : 47%, PMN : 53%
GDS : 106 mg/dl
Gula darah LCS : 70 mg/dl
Protein : reagen tidak ada
Kesan : sesuai dengan meningitis purulenta
Hasil pemeriksaan laboratorium
Natrium : 132 mmol/L
Kalium : 2,8 mmol/L
Kalsium : 8,9 mg/dL
GDR : 117 mg/dL
PT : 13,4 detik
APTT : 26,6 detik
Kesan :dalam batas normal
Follow Up Tgl 20 Februari 2013
S/:
Demam masih ada, tidak tinggi
Sesak nafas berkurang, lendir masih masih banyak
Kejang tidak ada
Anak masih terpasang NGT, sempat tersumbat setelah di pasang yang baru cairan keruh.
Tangan kanan mulai menegang dalam posisi tertekuk
BAK ada dalam jumlah cukup
BAB belum keluar
O/:
Sakit berat, GCS 6 (E2M2V1)
Nadi : 128 x/i Tekanan Darah : 100/60 Napas 40 x/i T : 38,2 0C
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor 2 mm/2mm, reflek
cahaya +/+
Torak : normochest
cor : irama teratur, bising tidak ada
pulmo : vesikuler, ronki kasar +/+, wheezing -/-
Abdomen : distensi tidak ada, BU (+) normal
Ektremitas: akral hangat, perfusi baik, spastik
K/ : tidak tampak perburukan
Th/ : lanjut
Follow Up Tgl 21 Februari 2013
S/:
Tangan dan kaki teraba dingin
Demam tidak ada, tadi malam anak demam tinggi.
Sesak nafas masih ada
Kejang tidak ada
Intake masuk personde, toleransi baik
Buang air kecil warna pekat, jumlah ± 20 cc dari jam 6.00
Buang air besar belum keluar
O/:
Sakit berat, GCS 5 (E2M2V1)
Nadi : 138 x/i (cepat dan pengisian kurang) Napas 45 x/i T : 36,70C
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor 1mm/1mm reflek cahaya
+/+
Kulit : teraba dingin
Torak : normochest
cor : irama teratur, bising tidak ada
pulmo : vesikuler, ronki kasar +/+, wheezing -/-
Abdomen : distensi tidak ada, BU (+) normal
Ektremitas: akral dingin, perfusi jelek
Ks : syok tipe dingin ec sepsis ?
Takipnue ec sepsis
Th/ :
O2 2 liter/menit nasal
IVFD 20 cc/ KgBB (secepatnya)
520 cc / secepatnya (2 line)
260 cc/ guyur (1 line)
Sementara puasa
As/
Septic work up
Ganti antibiotik
Meropenem 3x1000gr
Cek Hb, Leukosit, Trombosit, AGD, Na, K, Ca, GDR , PT, APTT , Kultur Darah
Hasil Laboratorium
Hb : 13,6 gr/dl
Leukosit : 10.200/mm3
Trombosit : 159.000/mm3
Ht : 41%
Kesan : Penurunan Trombosit dari sebelumnya.
Elektrolit
Na : 137 mmol/l (AGD), 129 mmol/L (serum)
K : 2,9 mmol/l (AGD), 3,8 mmol/L (serum)
Cl : 104 mmol/L
Ca : 8,2 mg/dl
Kesan : Hipokalemi tanpa perlu koreksi
AGD
pH : 7,50
pCO2 : 27 mm Hg
PO2 : 105 mmHg
HCO3- :
\21,3 mmol/L
BE : - 1,3 mmol/L
Sat O2 : 99 %
Kesan :
Alkalosis Respiratorik ec Hiperventilasi ec ?
Sikap :
Belum perlu koreksi
Turunkan O2 1 L/ menit
PT : 12,7 detik
APTT : 41,6 detik
Kesan : Pemanjangan APTT 1,05 x
Sikap : Belum perlu koreksi
GDR : 114 mg/dl
Kesan : dalam batas normal
Hasil CT Scan Kepala (22 Februari 2013)
Konsulen Neurologi
Hasil Brain CT Scan terlihat oedem minimal
Tidak ditemukan kelainan lainnya,
Terapi yang sekarang lanjutkan
Expertise Brain Ct Scan
Tidak tampak lesi hipodens, Hiperdens, dan isodens di supra atau infra tentorial
Mid line shift (-)
Sulcus dan gyri menyempit
Diferensiasi white and grey matter baik
Sistem ventrikel normal
Pons, Cerebellum dan CPA baik
Kesan : Tak tampak kelainan pada Brain CT Scan.
Follow Up 2 Maret 2013
S/
Demam ada, tinggi
Muntah tidak ada
Kejang tidak ada
Intake masuk, Toleransi minum baik
Batuk Pilek tidak ada, sesak nafas tidak ada
BAK jumlah dan warna biasa
O/
Sakit sedang, GCS 13 E4M4V3
Tekanan darah : 100/70
Nafas : 28 x/menit Nadi : 92 x/ menit T : 38,3 ºC
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
Kulit : teraba hangat
Leher : kaku kuduk (+)
Torak : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen: distensi tidak ada, BU (+) normal
Ektremitas: akral hangat, perfusi baik
RF +/+
RP -/-
Brudzinki I (+)
Brudzinki II (+)
Kernig Sign (+)
Flebitis di lengan kiri bekas infus
Ks/ Febris ec flebitis ?
Sikap/
MC 8 x 200 cc/NGT
Meropenem 3x1 gram (IV)
Luminal 2 x 50 mg
Nistatin 4 x 3 cc
DISKUSI
Telah dilaporkan suatu kasus seorang pasien perempuan usia 10 3/12 bulan
dengan diagnosis kerja Suspect meningitis purulenta DD/: ensefalitis, tersangka Sepsis, observasi
perdarahan saluran cerna ec susp. sepsis DD/: stress ulcer dan gizi kurang. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Pada anamnesa didapatkan penurunan kesadaran sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit, diawali dengan demam tinggi, demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, tinggi,
terus menerus, tidak menggigil, tidak berkeringat, kejang 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
kejang pada anggota gerak atas, frekuensi 15x, lama ± 15 menit- 1 jam, interval 1-2 jam, setelah
kejang anak tidak sadar, ini kejang yang pertama kali, dari anamnesa didapatkan kejang dan
penurunan kesadaran lebih cocok ke arah ensefalitis. Riwayat trauma kepala tidak ada.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan terjadinya penurunan kesadaran diduga ini terjadi
karena adanya gangguan di pusat kesadaran karena peningkatan tekanan intrakranial. Pada
pemeriksaan tanda rangsang meningeal di dapatkan hasil negatif namun dalam perjalanan
penyakitnya tanda rangsangan menigeal didapatkan positif baik kaku kuduk, brudzinki I dan II
serta tanda kernig.
Dari pemeriksaan laboratorium dan penunjang di dapatkan Hb, Ht, Leukosit, Trombosit
dan pemeriksaan elektrolit didapatkan dalam batas normal. Untuk menegakkan diagnosa pasti
dari meningitis purulenta ini kita harus melakukan lumbal punksi dimana nantinya akan di
dapatkan warnanya agak keruh, reaksi Nonne dan Pandy (+) dan pada pasien ini hasil Lumbal
pungsi sesuai dengan meningitis purulenta dimana lumbal pungsi merupakan gold standar dalam
menegakkan diagnosa meningitis sehingga pada pasien ini sudah bisa ditegakkan diagnosanya
berupa meningitis purulent. Pemeriksaan CT-Scan memberikan kesan normal.
Pada pasien ini pada awalnya diberikan terapi antibiotik Amphicilin 6 x 1300 mg (IV)
dan Kloramphenikol4 x 650 mg (IV) namun karena tidak ada perbaikan Antibiotik diganti
dengan Meropenem 3 x 1 gr dan memberikan respon klinis yang baik. Pemberian Luminal untuk
mencegah agar kejang tidak berulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arief, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III Jilid II, Penerbit Media
Aeskulapius, FKUI, Jakarta, 2000.
2. Hassan R, Dr, dkk, Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, Cetakan ke 8, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK-UI, Jakarta, 1998.
3. Azhali, Garna H, Chaerufatah A,Setiabudi D. Meningitis Bakterialis. Dalam Pedoman
Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Anak FK-UP,
2000;190-7
4. Behrman. Ilmu Kesehatan Anak vol 2. Jakarta: EGC.2000.
5. IDAI. Buku ajar Neurologi Anak. Jakarta: IDAI.2006.