16
EDISI 86 NOVEMBER 2019 09 09 14 14 10 10 Mari Transformasi Pelayanan ke Era Digital Husyu Sufriani Dokter Muda Pengusaha Kue Mochi Imbauan Plt Gubernur, Kegiatan SKPA Wajib Pakai Produk Lokal SEJALAN dengan era digitalisasi dan revolusi industri 4.0, banyak negara telah menerapkan digitalisasi dalam proses pemerintahan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi serta menghidupkan akuntabilitas kelembagaan negara. USAHA ini dirintis Husyu sejak tahun 2015 lalu. Hobi memasak dan mencoba beragam resep kue serta jiwa wirausaha telah mengantarkan Husyu menjadi salah satu pengusaha perempuan di Kota Banda Aceh. Usahanya semakin berkembang setelah mendapatkan pembinaan dari Disnakermobduk Aceh. PEMERINTAH Aceh mengintruksikan jajarannya untuk menggunakan produk lokal di setiap kegiatan, telah direalisasikan. Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, sudah mengeluarkan imbauan kepada SKPA dan lembaga- lembaga agar menggunakan produk hasil karya IKM Aceh, dalam setiap kegiatan di Aceh. MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

EDISI 86NOVEMBER 2019

0909 14141010 Mari Transformasi Pelayanan ke Era Digital

Husyu Sufriani Dokter Muda Pengusaha Kue Mochi

Imbauan Plt Gubernur, Kegiatan SKPA Wajib Pakai Produk Lokal

SEJALAN dengan era digitalisasi dan revolusi industri 4.0, banyak negara telah menerapkan digitalisasi dalam proses pemerintahan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi serta menghidupkan akuntabilitas kelembagaan negara.

USAHA ini dirintis Husyu sejak tahun 2015 lalu. Hobi memasak dan mencoba beragam resep kue serta jiwa wirausaha telah mengantarkan Husyu menjadi salah satu pengusaha perempuan di Kota Banda Aceh. Usahanya semakin berkembang setelah mendapatkan pembinaan dari Disnakermobduk Aceh.

PEMERINTAH Aceh mengintruksikan jajarannya untuk menggunakan produk lokal di setiap kegiatan, telah direalisasikan. Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, sudah mengeluarkan imbauan kepada SKPA dan lembaga-lembaga agar menggunakan produk hasil karya IKM Aceh, dalam setiap kegiatan di Aceh.

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

Page 2: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 86 |NOVEMBER 20192

get ini tidak mungkin dilakukan sendiri oleh satu lembaga pemerintah, malainkan butuh keterlibatan para pemangku kepentingan yang lain secara terpadu, baik di tingkat provin-si maupun kabupaten/kota. Lebih dari itu, peran dan fungsi pihak swasta sangat diharapkan dalam menurunkan jumlah penduduk miskin melalui penciptaan lapangan-lapangan ker-ja baru di Aceh.

Banyak dinas atau Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) memiliki program tahunan dalam membina Usa-ha Micro Kecil dan Menengah (UMKM). SKPA-SKPA itu membina UMKM di sektor masing-masing, dengan bentuk program dan sasaran tersendiri. Sebagai contoh, Dinas Peter-nakan membina UMKM di sektor peternakan dengan sasar-an peternak ayam, ungags, sapi, dan sebagainya. Demikian juga Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pariwisata, Dinas Tenaga Kerja, dan lain-lain.

Program-program yang diikuti alokasi anggaran dari

ANGKA kemiskinan di Provinsi Aceh masih sangat tinggi. Biro Pusat Statistik (BPS) Aceh merilis jumlah penduduk miskin di provinsi ujung barat Sumatera

pada bulan Maret 2019 mencapai 819 ribu jiwa atau 15,32 persen. Angka ini terjadi penurunan dibanding pada bulan Maret 2018, saat itu jumlah penduduk miskin di Aceh men-capai 839 ribu orang atau 15,97 persen.

Meski terjadi penurunan, namun angka kemiskinan di Aceh masih menduduki peringkat pertama tertinggi di Pulau Sumatera. Kondisi ini menjadi Pekerjaan Rumah (PR) ter-sendiri bagi Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Penurunan jumlah penduduk miskin dan penekanan angka pengangguran menjadi satu target utama Pemerintah Aceh yang tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) 2017-2022.

Pemerintah Aceh menyadari tugas menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran sangat berat. Pencapaian tar-

APBA itu bertujuan untuk menciptakan kemandirian eko-nomi, peningkatan kesejahteraan rakyat, dan penekanan angka pengangguran. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya para kepala dinas beserta jajarannya masing-masing agar le-bih serius dan optimal dalam menjalankan program pembi-naan UMKM pada dinas masing-masing sehingga tercapai hasil yang sesuai harapan.

Ketika program-program pembinaan UMKM telah ber-hasil dengan nilai maksimal, maka dengan sendirinya memi-liki kontribusi besar dalam penurunan persentase penduduk miskin melalui penghasilan tambahan bagi sararan-sasaran program. Selain kepada dinas-dinas itu diharapkan melaku-kan evaluasi yang ketat serta identifikasi yang terukur dalam mengajukan program pembinaan UMKM untuk didanai APBA pada tahun-tahun berikutnya. Semoga!

n Ir H Helvizar Ibrahim M.Si

OPINI

Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat Melalui UMKM

Salam RedaksiRedaksi menerima kiriman berita kegiatan pembangunan Aceh dan opini dari masyarakat luas. Tulisan diketik dengan spasi ganda dan disertai identitas dan foto penulis, dapat pula dikirim melalui pos atau e-mail

Alamat Redaksi Bappeda Aceh Jl.Tgk. H. Muhammad Daud Beureueh No. 26 Banda Aceh Telp. (0651) 21440 Fax. (0651) 33654 | Web: bappeda.acehprov.go.id email: [email protected]

RedaksiPELINDUNG Gubernur Aceh, Wakil Gubernur Aceh, Sekretaris Daerah Aceh | PENGARAH Kepala Bappeda Aceh | PENANGGUNG JAWAB Kapala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, Sekretaris Bappeda Aceh| PEMIMPIN UMUM Kasubbag Umum Bappeda Aceh | PEMIMPIN REDAKSI Aswar Liam | REDAKTUR PELAKSANA Hasan Basri M. Nur | DEWAN REDAKSI Ahrufan Ghalba, Mariadi, Khairul Ridha, | SEKRETARIAT REDAKSI Putra Suriadi, Cut Nurmarita, Syamsul Bahari, Farid Khalikul Reza | EDITOR Zamnur Usman | REPORTER Heri Hamzah, D Zamzami, Ridha Yuadi | REPORTASI DAN NOTULENSI Risman A Rahman| LAY OUT & EDITOR FOTO Irvan | ILUSTRASI KARTUN DAN GRAFIS Jalaluddin Ismail | FOTOGRAFER T. Andri Arbiansyah | IT Taufik Army | STAF LOGISTIK DAN LAYANAN UMUM Eka Mayasari, Cut Indah Susilawati, Khairul Amar, Misbahul Munir

Tabloid ini diterbitkan oleh Pemerintah Aceh melalui kerjasama Bappeda Aceh dengan Biro Humas Setda Pemerintah Aceh

MASYARAKAT Australia memiliki keunikan tersendiri yang berbe-da dengan negara lain. Mungkin

dapat diasumsikan karena pada masa penja-jahan mereka datang ke Australia menjajah kaum Aborigin dan kemudian mereka me-netap. Walaupun tidak begitu akur dengan penduduk asli, tetapi mereka tetap hidup berdampingan sampai sekarang. Malahan sekarang suku Aborigin mendapatkan hak istimewa dari pemerintah Australia.

Keunikan Australia selain memiliki bebe-rapa binatang yang sangat langka yang tidak dimiliki oleh negara lain seperti Kangguru, Wombat, dan Koala, ia juga merupakan ne-gara yang memiliki masyarakatnya sangat majemuk. Hampir semua etnis di dunia ada di Australia.

Kondisi ini menyebabkan tidak ada ma-kanan khas asli Australia, tetapi hampir se-mua jenis makanan di dunia ada di Australia. Pemerintah Australia sendiri sangat mendu-kung setiap etnis untuk membawa makanan khasnya untuk kemudian dikembangkan dan diperdagangkan di Australia.

Bagi saya orang Aceh, tidak akan rindu kuah beulangoeng karena semua jenis rempah yang saya perlukan untuk meracik bumbun-ya tersedia di Australia. Hanya satu yang saya tidak tahu harus mencari dimana, asam sun-ti, dan biasanya saya membawa dari Aceh. Untuk bisa lolos di bandara tergantung pada keberuntungan kalau ada pemeriksaannya. Terkadang saya harus merelakan disita.

Khusus untuk bumbu masakan Asia, beberapa negara memiliki baik restoran maupun toko grosir. Untuk negara bagian Canberra atau Australian Capital Territory, Vietnam memiliki restorant terbanyak di samping Korea dan Thailand. Jepang memi-liki beberapa restoran, tetapi tidak sebanyak ketiga negara tadi.

Pemerintah Thailand melalui kedubesnya memberi fasilitas khusus yakni berbagai ban-tuan termasuk pinjaman lunak bagi warga-nya yang ingin berbisnis di Australia. Tidak hanya membuka restoran, warga Thailand

Sesuai dengan bidang studi yang sedang saya lakukan di University of Canberra Aus-tralia yakni International Development, banyak sekali literatur yang saya temukan yang akhirnya saya simpulkan sangat pantas ekonomi Thailand sangat jauh maju dari In-donesia. Thailand menerapkan aturan One Tambon One Product (OTOP). Tambon me-rupakan daerah administrasi setingkat de-ngan kabupaten di Indonesia)

Pengembangan OTOP di Thailand di-inisiasi oleh Pemerintah Kerajaan Thailand yang dimulai pada tahun 2000. Pelaksanaan-nya langsung dipimpin oleh Dr. Thaksin Shi-nawatra sebagai Perdana Menteri Thailand ketika itu. Program ini diadopsi dari One Village One Product di Oita Jepang. Thaksin memimpin langsung delegasi Thailand untuk melakukan study banding ke Jepang yang ke-mudian mengadopsinya menjadi OTOP un-tuk diterapkan di Thailand.

Bagi Thailand OTOP merupakan sebuah pedoman untuk mendukung dan mempro-mosikan kepercayaan diri sendiri masyarakat setempat dan menghasilkan uang lebih oleh produk lokal di setiap desa. Konsep utama dari kepercayaan diri sendiri adalah men-ciptakan dan menjual produk lokal dengan menciptakan sebuah kualitas yang tinggi. Masyarakat perlu memperbaiki kualitas pro-

juga membuka toko grosir yang menyedia-kan berbagai jenis makanan Asia mulai dari mie (semacam mie Aceh) sampai ikan lele sale. Pelanggannya beragam. Warga Australia sendiri sering sekali keluar masuk toko grosir Asia untuk berbagai macam keperluan, bum-bu nasi goreng, kerupuk, sambal dan sebagai-nya.

Toko-toko grosir Thailand di Australia memiliki daya tarik tersendiri. Mereka men-jual hampir semua jenis makanan yang ada di Aceh, seperti reubong trieng, rambutan, nang-ka, air kelapa, durian, kueh seupet, ikan asin, bakso, kerupuk mulieng, terasi dan lain-lain, yang sudah dikemas dengan sangat bagus.

Reubong trieng, rambutan, nangka, dan air kelapa, semuanya sudah dikalengkan. Kueh suepet sudah dikemas dalam plastik yang sangat menarik dengan berbagai rasa seperti coklat, kelapa, durian, pandan dan lain-lain. Begitu juga dengan ikan asin dan lele sale, semua sudah diolah dan dikemas, sangat me-narik. Proses pengalengannya dan pengemas-an semuanya dilakukan di Thailand sehingga keheranan saya mengapa ekonomi Thailand, Korea, dan Vietnam saat ini jauh lebih maju dari Indonesia sudah terjawab dengan jelas. Produk Indonesia yang terkenal di Indonesia hanyalah Indomie, itu pun untuk mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Australia.

duk lokal dengan desain lokal namun dengan standar global untuk mengekspansi dari pasar lokal ke pasar global.

Pemerintah Thailand akan memberi ha-diah kepada pengusaha lokal yang mampu menembus baik pasar nasional maupun in-ternasional. Hadiahnya tergolong unik kare-na bukan berupa sepeda motor, mobil atau-pun jalan-jalan ke luar negeri. Tetapi hadiah yang diberikan adalah status “bintang lima”. Dengan hadiah tersebut si pengusaha akan mudah untuk mendapatkan akses kepada modal dan berbagai fasilitas pemerintah la-innya.

Dengan melihat catatan tentang kegigi-han masyarakat Thailand, tidak mengheran-kan kenapa produk lokal mereka yang rata--rata sama seperti makanan khas masyarakat Aceh, seperti reubong trieng, kueh seupet, dan sebagainya telah mampu menembus pasar internasional dengan standar dan kualitas dunia.

Patut menjadi catatan bahwa, kegigihan dan kepedulian pemerintah daerah meru-pakan kunci utama pengembangan sebuah masyarakat. Bila kedua elemen ini bersinergi dengan baik, produk tradisional dapat dike-mas dengan standar internasional untuk di-perdagangkan di seluruh dunia.

Mudah-mudahan dengan sisa dana oto-nomi khusus Aceh, para pejabat Aceh mam-pu mengikuti langkah-langkah negeri Gajah Putih dalam memberdayakan masyarakat untuk bangga terhadap produk lokal, kemu-dian mampu mengemasnya sehingga mam-pu menjajakannya di kancah internasional. Semoga ke depan makanan khas di Australia dan di negara-negara lain dapat dipasok dari Aceh, bukan lagi melalui Kerajaan Thailand. Insya Allah.n Penulis adalah mahasiswa program

Doktor dalam bidang International Deve-lopment, Fakultas Art & Design, University of Canberra, Australia, Dosen pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Ar-Raniry, email: [email protected]

Thailand Pemasok Makanan Khas Aceh ke Australia

“Toko-toko grosir Thailand di Australia memiliki daya tarik

tersendiri. Mereka menjual hampir semua jenis makanan yang ada di Aceh, seperti reubong trieng, rambutan, nangka, air kelapa, durian, kueh seupet, ikan asin, bakso, kerupuk mulieng, terasi

dan lain-lain, yang sudah dikemas dengan sangat bagus.”

Oleh : T. Murdani

Page 3: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 86 |NOVEMBER 2019 3CERMIN

SHALAT merupakan ibadah terpenting di dalam Islam. Tidak seperti perintah perintah lain yang diwah-yukan melalui Malaikat Jibril, perintah shalat didapatkan Rasulullah dari Allah di malam beliau dimikjratkan. Be-gitu spesialnya shalat, sehingga Rasul bersabda: Shalat adalah ibadah yang pertama dihisap di yaumil akhir, ba-rangsiapa shalatnya baik dan diterima, maka baik dan diterimalah seluruh amalnya yang lain, dan sebaliknya apabila shalatnya rusak maka rusaklah seluruh amal-annya.

Shalat adalah wasilah antara hamba dengan Al-lah. Seperti halnya bila seorang pelajar pergi menun-tut ilmu, maka orangtuanya akan memberikan wasilah atau penghubung kepadanya berupa nomor handp-hone orangtuanya yang dapat dihubungi. Apabila si anak mengalami kesulitan, maka ia akan menghubungi orangtuanya melalui nomor yang diberikan. Begitu pula halnya dengan shalat, apabila seorang mukmin menga-lami kesulitan, maka ia akan shalat.

Diriwayatkan apabila keluarga Nabi SAW meng-alami kesulitan, maka beliau akan menyuruh mereka shalat sambil membaca ayat 132 Surat Thaha. “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami ti-dak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”

Shalat terdapat dalam setiap kondisi. Di antaranya: Shalat istikharah, shalat hajat, shalat gerhana, shalat is-tisqa' untuk meminta hujan dan lainnya. Oleh sebab itu, shalat menjadi kekayaan bagi seorang muslim dalam berbagai kondisi dan keadaan. Rasul bersabda: Dijadi-kan penyejuk mataku di dalam shalat.

Untuk mendapatkan hakikat shalat, sebagai jalan menuju kemenangan dunia dan akhirat, maka pelaksa-naan shalat harus memperhatikan tata cara dan tertib, mulai thaharah (bersuci), gerakan dan bacaan bacaan-nya harus mengikuti tata cara yang dicontohkan bagin-da Rasulullah SAW, shalat secara berjamaah, di awal waktu, di masjid tempat azan berkumandang. Sabda Nabi SAW: Shalatlah kamu sebagaimana kamu lihat aku shalat.

OLEH:

H. Farid Khalikul RezaPegawai Bappeda Aceh

Hakikat Shalat

Lianna FitriMahasiswa Ilmu Sosial dan Politik Unsyiah,

penerima bea siswa Bidikmisiinstagram: @LF_Sneakers dan @AnL_Hijab

SAYA menyukai bisnis sejak kecil, dan mu-lai berjualan kecil-kecilan sejak duduk di bangku SMA. Awalnya masih belum jelas

arah saya berjualan, fokusnya apa, targetnya siapa, yang penting dapat tambahan uang ja-jan aja.

Seiring berjalannya waktu, saya mulai meng-ikuti seminar-seminar berwirausaha, baca buku--buku mengenai berwirausaha. Sejak itu saya mulai berfikir harus fokus pada satu item nih. Saya harus punya target marketnya, sehingga saat kelas 3 SMA saya memilih fokus jual sepatu sport, baik import maupun lokal.

Jatuh bangun pasti dialami oleh setiap pembisnis. Hal ini pula yang saya alami saat menggeluti jualan berbasis online. Bisnis ini memang sangat rentan dengan penipuan, se-perti setelah transfer tidak dikirim barang, da-pat transfer palsu dari customer, dan banyak hal lainnya yang saya alami yang hampir mem-buat saya down.

Tetapi saya berfikir kalau saya tidak bang-kit dan memperbaiki nya kembali saya hanya akan menjadi orang yang gagal. Lalu saya mencoba untuk memulai dan memperbaiki kembali, mulai dari mencari distributor barang yang amanah, lebih teliti terhadap customer, gencar promosi dan juga mulai menata pema-sukan dan pengeluaran dengan baik. Alham-dulillah saat ini customer saya banyak yang dari luar daerah, mulai dari Medan, Riau, Bali, Jakarta dan beberapa daerah lainnya.

Setahun yang lalu saya mencoba beran-jak ke fashion wanita lebih fokusnya jilbab segiempat swawroski, pashmina swawroski, hingga jilbab segiempat printing, tetap dengan

berbasis online shop. Karena menurut saya berbisnis online shop lebih simple dan tidak terlalu membutuhkan modal besar. Dalam waktu dekat ini insyaallah saya juga akan me-rambah kebisnis kuliner, yaitu kripik.

Berwirausaha pada dasarnya adalah kita mampu mengerahkan kemampuan dan memanfaatkan peluang yang ada. Setiap orang mampu berwirausaha, asalkan mempunyai tekad dan krea-tivitas. Karena seorang wirausaha ha-rus mempunyai kreativitas yang tinggi dalam hal pemasaran produknya dan mampu menarik customer yang meru-pakan aset terpenting bagi pembisnis.

Oleh sebab itu, mahasiswa yang menjadi seorang wirausaha adalah su-atu pilihan untuk menghadapi kenyata-an bahwa lowongan pekerjaan saat ini sangat terbatas tetapi jumlah pelamar kerja melebihi kapasitas. Ketahuilah wirausaha adalah peluang kerja yang tidak akan pernah sempit sampai ka-pan pun.

Kita sering mendengar istilah “semakin banyak penduduk sema-in sedikit peluang untuk menda-patkan pekerjaan”. Namun beda halnya dalam dunia usaha, “se-makin banyak penduduk, maka semakin banyak pengguna ba-rang dan jasa”. Dengan demi-kian produk-produk yang kita hasilkan (pengusaha) akan ce-pat terserap ke sasaran, yaitu masyarakat.

Belajar BisnisSejak SMA

Page 4: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 86 |NOVEMBER 20194 LAPORAN UTAMA

USAHA Mikro Kecil Menen-gah (UMKM) memainkan peran besar dalam perkem-

bangan ekonomi di Indonesia. Sek-tor ini menyerap lebih 90% tenaga kerja di Indonesia dan berkontri-busi hingga 55% pada Produk Do-mestik Bruto (PDB. Karenanya, memajukan dan mengembangkan UMKM sangat penting guna men-jadi daya ungkit perekonomian Aceh ke depan, sekaligus menjadi solusi untuk mengurangi angka kemiskinan dan penggangguran di Aceh.

“DPRA akan mendorong Pemerintah Aceh menjadikan UMKM sebagai program prioritas dan strategis, karena sektor ini se-

ini”.Ansari Muhammad men-

gatakan, kendala yang masih diha-dapi oleh pelaku UMKM di Aceh saat ini adalah soal modal, promosi, dan pemasaran. Sehingga perlu di-berikan kemudahan permodalan kepada pelaku UMKM, agar mer-eka bisa semakin meningkatkan produktivitas. Selain itu juga perlu sering diadakan expo atau pamer-an, karena akan menjadi salah satu ajang potensial untuk memperke-nalkan produk-produk unggulan UMKM kepada calon pembeli.

Karena itu, kata Ansari, DPRA akan terus mendorong Pemerintah Aceh dalam hal promosi dan pema-saran serta peningkatan modal bagi

cara langsung melibatkan masyara-kat sebagai pelaku utama dalam mengembangkan usahanya,” kata Anshari Muhammad S.Pt, M.Si kepada Tabangun Aceh, di Banda Aceh, Jumat (19/10/2019).

Anggota DPRA Periode 2019-2024 dari Partai Golkar ini melan-jutkan, “menghidupkan dunia UMKM bisa menjadi solusi un-tuk mengurangi angka kemiski-nan dan penggangguran di Aceh. Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM Aceh per 31 Desem-ber 2019, UMKM di Aceh ber-jumlah keseluruhan 95.402 unit, baik menegah, kecil, dan mikro. Ini menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor

UMKM di Aceh. “Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Aceh mengalami berbagai ken-dala dalam peningkatan produk-tivitas, termasuk terbatasnya akses permodalan yang berujung pada kualitas produk,” Papar anggota DPRA asal pemilihan Aceh Besar, Banda Aceh, dan Sabang.

Upaya pengembanganAnsari juga berpendapat,

pengembangan produk unggu-lan UMKM Aceh perlu didukung sistem terpadu, seperti halnya sistem database yang terintegrasi antarinstansi terkait. Hal ini untuk memudahkan koordinasi dan kerja sama antarinstansi tersebut, serta mudah diakses oleh pelaku usaha UMKM, SKPA/SKPK, dan pihak-pihak terkait.

“Perlu dihimpun data produk-produk unggulan UMKM, jumlah tenaga kerja, nilai investasi, dan jangkauan pemasaran, dimana hal ini sangatlah diperlukan bagi keg-iatan usaha dan rencana investasi ke depan,” ungkap Ansari Muham-mad.

Untuk memudahkan pengem-bangan produk unggulan UMKM, juga diperlukan semacam Forum Pembinaan UMKM yang melibat-kan para stakeholder (pemangku

kepentingan) seperti SKPA/SKPK terkait, asosiasi UMKM, perbank-an, Kadin, dan akademisi. “Forum ini dapat menjadi sebuah wadah komunikasi yang efektif, sekaligus koordinasi dan kolaborasi antar-stakeholder, sehingga pengemban-gan produk unggulan UMKM dapat dilakukan secara sinergis dan membangun,” kata Ansari Muham-mad.

Menurutnya, program pelati-han dan pendampingan bagi pelaku usaha UMKM serta penguatan kelembagaan UMKM, dapat men-garahkan pelaku UMKM untuk meningkatkan kualitas dan ke-masan produk, menumbuhkem-bangkan semangat kewirausahaan, serta mengembangkan teknologi produksi dan manajemen usaha.

“Pengembangan UMKM di Aceh sangat perlu untuk dilakukan secara terencana dan terpadu. Me-majukan UMKM berarti memban-tu menggerakkan ekonomi rakyat. Dengan demikian merupakan lang-kah nyata menanggulangi kemiski-nan dan pengangguran, yang pada ujungnya berkontribusi dalam me-ningkatkan kesejahteraan masyara-kat dan pertumbuhan ekonomi di Aceh,” demikian Ansari Muham-mad.(Farid Reza)

“DPRA akan mendorong Pemerintah Aceh menjadikan UMKM sebagai program prioritas

dan strategis, karena sektor ini secara langsung melibatkan masyarakat sebagai

pelaku utama dalam mengembangkan usahanya.”

Ansari Muhammad, S.Pt, M.Si,Anggota DPR Aceh

DPRA Siap Mendorong UMKM Menjadi Basis Ekonomi Kerakyatan

PELAKSANA Tugas (Plt) Gubernur Aceh Ir Nova Iri-ansyah, MT meminta penge-

lola UPTD Inseminasi Buatan dan Inkubator Dinas Peternakan Aceh di Ie Suum Aceh Besar untuk meli-batkan masyarakat dalam pengelo-laan rumah hewan tersebut.

Masyarakat yang berada di lo-kasi UPTD itu, sambung Nova, harus menerima manfaat dari ke-beradaan tempat peternakan mi-lik pemerintah itu. “Mereka bisa tanam pakan dan kita membeli dari mereka untuk mencukupi ke-butuhan pakan sapi-sapi itu,” kata Nova saat meninjau lokasi tersebut yang berada di kawasan Aceh Besar, minggu lalu.

Di UPTD Inseminasi Buatan dan Inkubator Ie Suum, Dinas Pe-ternakan Aceh memelihara sebanyak 300 ekor sapi. Sebanyak 250 di an-taranya adalah sapi jenis Brahma Cross yang didatangkan langsung dari Australia. Sisanya adalah sapi bali. Sapi-sapi itu merupakan ban-tuan dari Kementerian Pertanian melalui Dirjen Peternakan yang ke-seluruhannya berjumlah 3.000 ekor. Selain di Ie Suum, sapi-sapi itu di-sebar ke Aceh Tenggara, Aceh Tami-ang, Bireun dan di Saree Aceh Besar.

Saat ini, 26 warga Ie Suum memang dipekerjakan sebagai pe-ternak yang mengelola peternakan itu. Selain sebagai peternakan Nova mengharapkan agar ketersediaan tempat pembibitan sapi itu bisa menghasilkan industri mulai dari hulu tengah hingga hilir. Nah, di sinilah masyarakat lokal bisa dili-batkan.

“Selain mereka juga membantu suplai pakan, mereka juga bisa di-pekerjakan atau mengelola rumah

potong hewan,” kata Nova Irian-syah.

Dalam kunjungan itu juga ikut Ketua Kadin Aceh Makmur Budi-man dan Ketua PT. Pembangunan Aceh Zubir Sahim. Kepada kedu-anya, Plt Gubenur Aceh meminta agar mengundang investor untuk berinvestasi di UPTD Inseminasi Buatan dan Inkubator itu. Fasili-tas di kandang sapi tersebut sangat lengkap. Ada gudang, tempat labo-ratorium dan kandang berkapasitas 3.000 ekor sapi.

Pola kerjasama yang bisa di-tawarkan kepada investor adalah bagi hasil. Dimana, penggemuk-an sapi potong punya nilai rupiah tinggi. Jika dirawat dengan baik dan pakannya tercukupi, sapi jenis brahma bisa menghasilkan daging hingga 2 kilogram per hari. Sekilo daging sapi potong itu bisa dijual seharga Rp.50 ribu. Sementara pa-kan per ekornya tercukupi sekitar Rp.30 ribu per hari.

“Pak Makmur dan Pak Zubir, buat bisnis plannya sehingga masuk akal bagi investor untuk masuk ke mari,” ucap Nova Iriansyah.

Melihat lokasi UPTD itu, Nova optimis pengembangan peternakan lewat skema kerja sama swasta akan berhasil. “Lokasinya sangat bagus. Ada bandara, ada pelabuhan dan tempat ini juga tidak jauh dari Ka-wasan Industri Aceh Ladong dan pengembangan kampus Unsyiah. Jadi, hilirisasi dari peternakan terse-but bisa diwujudkan dengan peng-gilingan daging yang bisa dikirim ke Timur Tengah. Negara-negara di sana menantikan halal food yang produknya bisa diolah di Aceh,” pungkas Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah. [humasaceh]

“Hilirisasi dari peternakan bisa diwujudkan dengan penggilingan daging yang bisa dikirim ke Timur Tengah.

Negara-negara di sana menantikan halal food yang produknya bisa diolah di Aceh”

Ir Nova Iriansyah, MT,Plt Gubernur Aceh

Nova Iriansyah:

Kembangkan Pola Hilirisasi Peternakan, dan Libatkan Masyarakat

Plt Gubernur Aceh Ir Nova Iriansyah meninjau UPTD Inseminasi Buatan dan Inkubator Dinas Peternakan Aceh di Kawasan Ie Suum Aceh Besar minggu lalu. | FOTO HUMASACEH

Page 5: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 86 |NOVEMBER 2019 5LAPORAN UTAMA

ANGGARAN 2020 sudah di-sahkan dan tinggal mengekse-kusi pada awal tahun depan.

Kondisi merupakan kemajuan besar dalam perencanaan penganggaran dalam Pemerintah Aceh, berkualitas dan tepat waktu. Untuk mengulangi dan mentradisikan capaian ini, Bap-peda Aceh saat ini mulai merancang pembangunan 2021.

“Anggaran 2020 sudah selesai tinggal melaksanakan saja pada ta-hun berjalan. Sekarang tugas kami adalah bagaimana mengahadapi pe-rencanaan 2021. Inilah yang sedang kami susun skemanya,” kata Kepala Bappeda Aceh, Ir H Helvizar Ibra-him M.Si, dalam bincang-bincang dengan Tabangun Aceh di ruang kerja Kepala Bidang Program dan Pendanaan, Jumat (1/11/2019).

Helvizar menambahkan, men-jelang memasuki tahun 2020 Bappeda terus bersiap merancang pembangunan 2021. Skema yang dilakukan oleh Bappeda sekarang adalah melaksaanakan Rapat Ko-ordinasi Teknis Pembangunan (Ra-koortekbang) pada pertengahan bulan November - Desember 2020.

investasi di Aceh. “Saya berambisi kuat untuk pembangunan ekonomi Aceh, karena tanpa ekonomi every-thing is nothing --segalanya sesua-tunya tidak ada,” kata Nova.

Dalam kesempatan itu, Plt Gubernur Aceh berharap Pemerin-tah Kabupaten di tiga daerah itu dapat proaktif dan berkomitmen mendukung pembangunan KEK di wilayah Barat Selatan. Menurut-nya, dukungan pemerintah daerah

Pembentukan Persiapan Kawasan Industri Terpadu dan Kawasan Ekonomi Khusus Barat Selatan, di Rumah Dinas Wakil Gubernur Aceh, Banda Aceh, Rabu (9/10) lalu.

Nova Iriansyah mengatakan, ia akan segera mengirim surat guber-nur kepada Kementrian Koordinator bidang Perekonomian dan Bappe-nas Republik Indonesia agar usulan pembangunan KEK tersebut dapat masuk ke dalam Rencana Pemba-ngunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2019-2024.

“Kalau memang kita sudah siap, maka apakah itu KEK, apakah itu KIT atau kawasan strategis lainnya, itu mudah-mudahan bisa dibahas dan tercatat di tingkat nasional,” ungkapnya.

Nova menuturkan, kehadiran KEK akan meningkatkan potensi daerah dan mendongkrak ekonomi serta pemberdayaan sumber daya manusianya. Karena itu, lanjut dia, pemerintah sangat terbuka bagi siapapun yang ingin melakukan

PEMERINTAH Aceh akan mengusulkan tiga daerah po-tensial di wilayah pantai Ba-

rat Selatan Aceh kepada pemerintah pusat untuk dibentuk menjadi Ka-wasan Ekonomi Khusus atau Kawa-san Industri Terpadu. Tiga daerah itu adalah Aceh Jaya, Aceh Barat Daya dan Nagan Raya.

Ketiga daerah itu dinilai paling menunjang untuk memenuhi krite-ria pemilihan lokasi pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Adapun kriteria pemilihan lokasi tersebut meliputi ketersediaan dan kesesuaian lahan, adanya dukungan pemerintah maupun swasta, serta ketersediaan infrastruktur seperti aksesibilitas jalan, pelabuhan, listrik dan lainnya.

“Trend pembangunan ekonomi dewasa ini tentu berbasis kawasan, di mana batasnya jelas, investor champion dan komitmennya jelas dan komoditasnya jelas, kemudian tujuannya adalah ekspor,” kata Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, dalam rapat khusus dengan Tim

“Kita optimis menghadapi APBA 2021 yang berkualitas dan tepat waktu. Dalam waktu dekat ini kita akan menggelar Rakoor-tekbang dengan seluruh SKPA dan SKPK di kabupaten/kota,” ujar Helvizar Ibrahim didampingi Ram-zi MSi, Kabid Program dan Penda-naan Bappeda Aceh.

“Pekerjaan teknis yang harus di-persiapkan adalah menyusun Menu Rakoortekbang. Tujuannya adalah untuk menyamakan misi dengan SKPA dan SKPK agar setiap usulan kegiatan jelas sasaran, lokasinya dan jelas pemanfaatannya. Skema THIS (Tematic, Holistic, Integratif dan Spasial, red) yang mulai diterapkan pada tahun 2020 tentu terus kita optimalkan. Sedangkan prinsip money follow program tentu harus jadi keniscayaan untuk menentu-kan alokasi anggaran dalam sebu-ah program,” urai Kepala Bappeda Aceh.

Helvizar menambahkan, dari sisi sistem perencanaan Bappeda terus memperbaiki apa yang men-jadi kekurangan pada tahun sebe-lumnya. Perencanaan dan pengang-

sangat penting untuk keberhasilan rencana tersebut.

Sementara itu, Sekretaris Tim kerja persiapan pembentukan KIT/KEK Barsela, Aulia Sofyan, menje-laskan, berdasarkan hasil survei tim ke lapangan, ketiga daerah yang diusulkan itu menempati skor ter-tinggi dalam penilaian kelayakan lokasi KEK atau KIT. Kriteria pe-milihan lokasi KEK, kata Aulia, meliputi ketersediaan dan kesesu-

garan yang sudah terintegrasi terus dioptimalkan. Tidak hanya terinte-grasi pada lintas SKPA saja, melain-kan juga inisiasi di lintas SKPK di kabupaten/kota, bahkan terintegra-si SKPA dan SKPK.

“Tentu ini tidak mudah, perlu kerja keras di lintas sektor dan du-kungan semua pihak terutama para pengambil kebijakan pembangun-an di berbagai tingkatan pemerin-tahan,” katanya.

Sedangkan untuk arah pemba-ngunan tahun 2021, Kepala Bappe-da Aceh yang juga mantan Pelaksa-na Tugas Sekda Aceh ini, memberi gambaran bahwa difokuskan untuk mengembangkan industri peng-olahan yang didukung oleh daya dukung SDM dan pembangunan infrastuktur yang terintegrasi untuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

“Fokus kita sejalan dengan se-mangat kabinet Indonesia Maju yaitu memfokuskan pada pengem-bangan sumber daya manusia. Oleh karena itu kita harus sinkron dengan Pemerintah Pusat,” tutup Helvizar Ibarahim. (cekwat)

aian lahan berdasarkan aturan tata ruang, adanya dukungan pemerin-tah kabupaten/kota maupun swas-ta, serta ketersediaan infrastruktur, seperti aksesibilitas jalan, pelabuh-an, listrik dan lainnya.

“Kami tidak menyatakan ka-bupaten mana yang harus dipilih, namun kami hanya memberikan score kelayakan berdasarkan aturan yang ada,” pungkas Aulia Sofyan. [humasaceh]

“Kita optimis menghadapi APBA 2021 yang berkualitas dan tepat waktu. Dalam waktu

dekat ini kita akan menggelar Rakoortekbang dengan seluruh SKPA dan SKPK di kabupaten/

kota,”

Ir H Helvizar Ibrahim MSi,Kepala Bappeda Aceh

“Trend pembangunan ekonomi dewasa ini tentunya berbasis kawasan, di mana

batasnya jelas, investor champion, komitmennya jelas dan komoditasnya

jelas, kemudian tujuannya adalah ekspor,”

Ir Nova Iriansyah MT,Plt Gubernur Aceh

Bappeda Aceh Mulai Rancang Pembangunan 2021

Aceh Usulkan 3 Kawasan Ekonomi Khusus di Wilayah Barat Selatan

Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah memimpin rapat khusus dengan Tim Pembentukan Persiapan Kawasan Industri Terpadu dan Kawasan Ekonomi Khusus Barat Selatan, di Rumah Dinas Wakil Gubernur Aceh, Banda Aceh, Rabu (9/10). | FOTO HUMAS ACEH.

Page 6: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 86 |NOVEMBER 20196 LAPORAN UTAMA

USAHA pengolahan ikan bandeng tanpa duri UD Pangkai Na Kabu-

paten Bireuen, sudah memiliki izin edar PIRT yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan. Saat ini juga sedang dalam proses mengurus izin BPOM dengan berkoordinasi de-ngan Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen.

Dokumen lain yang juga sedang diurus adalah Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP). Sertifikat ini diberikan kepada Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang telah menerapkan Cara Pengolahan Ikan yang Baik/GMP (Good Manufacturing Practices) dan memenuhi persyarat-an Prosedur Operasi Sanitasi Stan-dar (Standar Sanitation Operating Procedure/SSOP) melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bireuen.

“Kami berharap dengan ada-nya dokumen tersebut hasil produk pengolahan ikan ini dapat masuk ke pasar-pasar supermarket modern yang ada di sekitar daerah produksi. Dengan sendirinya usaha ini dapat naik kelas dan meningkatkan omset usaha yang dengan sendirinya juga meningkatkan pendapatan masya-rakat sekitar,” kata Jumain.

IKAN bandeng yang memiliki cita rasa spesifik memiliki pros-pek bisnis yang sangat bagus.

Ikan jenis sangat terkenal di luar negeri, seperti halnya Eropa dan Amerika Serikat. Kebutuhan ikan bandeng di Amerika dan Eropa ke-banyakan dipasok dari Filipina dan Thailand. Belum banyak petani In-donesia yang memanfaatkan poten-si bisnis ini.

UD. Pangkai Na di Kabupaten Bireuen adalah salah satu dari sedi-kit usaha yang bergerak di bidang budidaya ikan bandeng. Usaha yang dirintis oleh pasangan suami istri Jumain dan Nurmasyitah ini bergerak di bidang pengolahan ikan bandeng tanpa duri.

Awalnya, pasangan ini memu-lai usahanya dengan menjalankan pengolahan ikan bandeng duri lu-nak (presto). Setiap harinya mereka membeli sekitar 20 kg bandeng dari usaha tambak warga sekitar. “Teta-pi produksi tersebut tidak berjalan dengan baik, sehingga beralih ke bandeng tanpa duri,” tutur Nur-masyitah kepada Tim Tabangun Aceh beberapa hari lalu.

Berkat usaha yang dijalankan-

bandeng tanpa duri ini yaitu pro-ses produksi yang relatif sulit bagi pemula (meskipun setelah mahir, proses ini menjadi sederhana) ser-ta membutuhkan ketekunan serta ketelitian tinggi, khususnya pada saat mencabut duri bandeng ter-sebut. Seseorang yang telah mahir, kata Nurmasyitah, membutuhkan waktu 3-4 menit untuk melaku-kan pencabutan tulang dan duri bandeng. Tetapi bila belum mahir maka bisa mengerjakannya dalam waktu 15-20 menit untuk setiap ekor bandeng.

Ia menjelaskan, agar mempu-nyai daya awet yang lebih lama, maka bandeng yang telah dicabut durinya segera mungkin didingin-kan dengan menyimpan ke dalam wadah untuk proses pembekuan dan dilanjutkan ke dalam lema-ri penyimpanan. Untuk menjaga agar ikan tidak berkontak langsung, maka ikan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang ditutup de-ngan sealer.

Ikan bandeng tidak hanya enak dan lezat rasanya, tapi ikan ini me-miliki kandungan nutrisi dan gizi yang baik untuk tubuh. Penelu-

Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam usaha ini. Antara lain belum adanya sarana penyim-panan ikan sebelum produksi, sehingga ketika bahan baku yang dipasok dari pembudidaya ikan bandeng di sekitar tempat usaha menipis atau ketika musim ke-marau kegiatan pengolahan tidak terhenti.

Hambatan lain yang dialami oleh pasangan suami istri ini di da-lam usaha pengolahan ini adalah ikan hasil olahan yang tidak tahan lama, yaitu di luar tempat pembe-kuan hanya bisa bertahan 18 jam sehingga ketika proses distribusi ke-pada konsumen dengan jarak yang jauh sering menjadi kendala dalam usaha tersebut. Mereka memerlu-kan pelatihan dalam mengolah ikan yang dapat tahan lama dan penye-diaan kemasan yang dapat menga-tasi masalah tersebut.

Usaha pengolahan ikan bandeng tanpa duri UD. Pangkai Na ini telah memperoleh beberapa penghargaan antara lain UKM Pengolahan Ikan Terbaik tingkat Provinsi Juara III ta-hun 2011 dan Juara I tahun 2013 yang diadakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh di Banda Aceh.(Khairul Ridha)

nya, penjualan dan permintaan ikan bandeng tanpa duri tersebut terus berkembang, terutama pesan-an dari restoran dan rumah makan elite di Aceh dan Medan.

Nurmasyitah mengatakan, adanya diversifikasi (penganeka-ragaman) olahan produk bandeng merupakan salah satu upaya un-tuk memenuhi selera masyarakat dalam mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein, sekaligus juga me-rangsang berkembangnya budidaya bandeng. Sebab, kata dia, banyak-nya duri dalam tubuh bandeng me-ngurangi minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan ini. Hal inilah yang melahirkan adanya inovasi untuk pengolahan bandeng tanpa duri.

Nurmasyitah mengatakan, ban-deng tanpa duri ini memang belum dikenal banyak oleh masyarakat. Ba-nyak yang mengira bandeng tanpa duri ini sama dengan bandeng pres-to yang memang lebih dulu telah dikenal oleh masyarakat, sehingga produksi bandeng tanpa duri ini masih sangat kecil bila dibanding-kan dengan bandeng presto.

Alasan sedikitnya produksi

suran Tabangun Aceh, dalam 100 gram ikan bandeng terkandung 20 gram protein, 4,8 gram lemak, dan 123 kalori energi. Selain itu juga mengandung 20 miligram (mg) kalsium, 150 mg fosfor, 2 mg zat besi, 67 mg natrium, 271,1 mg Ka-lium, 45 mikrogram (mcg) vitamin A, 0,05 mg vitamin B1, dan 0,2 mg vitamin B2.

Kandungan turunan dari ikan bandengan yaitu asam lemak ome-ga 3 berupa ERA dan DHA bisa membantu mencegah terjadinya penggumpalan darah, sehingga se-rangan jantung koroner pun bisa dicegah. Selain itu, asam lemak ini juga bersifat hipokolesterolemik yang bisa menurunkan kadar ko-lesterol.

Ikan bandeng juga merupakan sumber protein yang sangat tinggi. Ini baik untuk ibu hamil dan janin yang membutuhkan banyak prote-in untuk pembentukan tulang serta kecerdasan otak. Asam lemak tidak jenuh dalam ikan bandeng baik untuk pertumbuhan sistem saraf, otak, dan kecerdasan janin serta mencegah depresi pada ibu ha-mil. Ikan bandeng juga berkhasiat menjaga mata serta meningkatkan kekebalan tubuh lewat kandungan nutrisi dan gizi yang terdapat pada ikan bandeng.

Jumain kepada tabangun me-ngatakan, usaha ini dirintis keluar-ganya empat tahun setelah tsuna-mi, tepatnya tahun 2008. Pada tahun tersebut, istrinya Nurmasyi-tah mengikuti pelatihan pengo-lahan ikan bandeng tandu yang digelar oleh Food and Agriculture Organization of United Nation, yang membantu peningkatan kapa-sitas masyarakat korban bencana di

bidang makanan dan agrikultural.Pulang dari pelatihan itu, Nur-

masyitah bersama suami dan kelu-arganya, komit mengembangkan usaha ikan bandeng tandu. Didu-kung oleh lingkungan desanya yang memiliki banyak tambak ikan ban-deng milik warga.

Pelan tapi pasti. Dapurnya se-makin beraroma. Bermodal ilmu dan bantuan peralatan dari NGO serta Dinas Kelautan dan Perikan-an Bireuen, produk ikan kemasan Bandeng Tandu Hana Duroe terus berkembang pesat.

Hal itu pula yang mengantar-kan Nurmasyitah, selaku Ketua Kelompok Usaha Dagang (UD) Pangkai Na ini pergi ke berbagai daerah untuk mengikuti pelatihan pengembangan ikan bandeng tanpa duri, semisal ke Jakarta pada 2011, Bandung pada 2013, dan Semarang setahun kemudian.

Saat ini UD Pangkai Na me-nampung 16 tenaga kerja yang merupakan ibu rumah tangga yang ada di sekitar tempat usaha di Gampong Pante Paku, Kecamatan Jangka, Bireuen. Usaha ini membe-rikan penghasilan tambahan kepa-da keluarga masyarakat setempat. Setiap harinya, masing-masing ibu ini dapat membawa pulang Rp 54-60 ribu dari hasil mencabut duri se-kitar 35-40 ekor ikan bandeng (Rp 1.550 per bandeng).

Hasil pengolahan ikan bandeng tanpa duri ini pun sudah meram-bah pasar Medan dan beberapa rumah makan di Banda Aceh. An-tara lain Jambo Geumuloh, Pak Ulis, Albaq Steak & Cafe, dan ru-mah makan sekitaran Bireuen, Aceh Utara, dan Lhokseumawe. (Khairul Ridha)

“Banyak yang mengira bandeng tanpa duri ini sama dengan bandeng presto yang memang lebih dulu telah dikenal oleh

masyarakat, sehingga produksi bandeng tanpa duri ini masih sangat kecil bila

dibandingkan dengan bandeng presto.”

Nurmasyitah, Ketua Kelompok UD Pangkai Na

Sudah Kantongi Izin Edar

UD Pangkai Na, Penghasil Bandeng Tanpa Duri dari Bireuen

Page 7: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 86 |NOVEMBER 2019 7LAPORAN UTAMA

PEMERINTAH Kabupa-ten Bireuen, melalui Badan Perencanaan Pembangun-

an Daerah (Bappeda) Kabupaten Bireuen, terus berupaya men-dukung perkembangan seluruh UMKM. Salah satunya adalah bu-didaya bandeng dan produk ola-hannya.

Kepala Sub Bidang Sumber Daya Alam pada Bappeda Kabu-paten Bireuen, Yuniar SE menga-takan, meskipun jumlah UMKM yang terus meningkat, namun sek-tor ini belum berkembang secara optimal dari segi produktivitas. Beberapa faktor penyebab belum berkembangnya UMKM di Bireu-en adalah besarnya biaya transaksi akibat masih adanya ketidakpastian dan persaingan pasar yang tinggi.

dapat memberikan pemikiran--pemikiran yang konstruktif, se-hingga pelaksanaan lokakarya ter-sebut dapat menghasilkan suatu rumusan yang bermanfaat terhadap peningkatan usaha dari UMKM--UMKM yang usahanya menggu-nakan bahan baku ikan bandeng.

“Kita mengharapkan melalui berbagai pelaksanaan kegiatan pe-latihan baik manajeman maupun produksi ini sekaligus juga dapat menjaring adanya inovasi dan karya kreatif yang mengandung dimensi pengetahuan dan keteram-pilan yang bermanfaat, dalam pe-ngembangan industri kecil mene-ngah untuk dapat menjadi industri andalan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyara-kat,” kata Yuniar.

“Semua itu sebagai wujud ke-pedulian kita bersama untuk ke-majuan UMKM di Bireuen khu-susnya sehingga dapat membantu menekan angka pengangguran dan kemiskinan di daerah,” imbuh dia.

Yuniar juga menjelaskan yang menjadi persoalan saat ini bagi UMKM secara umum adalah pe-ningkatan sumber daya manusia dan pemasaran produk yang di-hasilkan oleh setiap pelaku usaha. “Artinya, untuk akses permodalan saat ini tidak menjadi kendala lagi, sebab banyak pihak yang ikut ber-

berkembang. Di antaranya adalah kurang fokus dan terlalu berharap pada bantuan pemerintah.

“Menurut saya, jika sebuah UMKM terlalu berharap pada ban-tuan pemerintah maka akan lama berkembang, karena ada ribuan UMKM yang ada dan berharap di-bantu pemerintah. Jadi ada baiknya pemerintah dijadikan katalisator saja, sehingga ini bisa memicu per-tumbuhan UMKM yang ada,” ung-kap Rahmadsyah kepada Tabangun Aceh beberapa hari lalu.

Apalagi bagi UMKM yang masih berada pada fae Start Up, sebuah fase yang memang sedang merintis. “Kalau tidak fokus pasti-nya kebingungan akan melanda si pelaku UMKM tersebut,” imbuh Rahmadsyah.

Hal lain yang juga menjadi ken-dala bagi cepatnya perkembangan UMKM adalah modal dan investa-si. Akses UMKM untuk mempero-leh modal usaha dan investasi yang sulit, menjadi salah satu penyebab UMKM sulit berkembang. Sebab menjalankan dan mengembangkan usaha membutuhkan modal usaha serta investasi yang cukup.

“Namun sayangnya, umumnya UMKM sulit mendapatkan kredit usaha atau investasi sebab tidak memiliki aset dengan nilai sebagai jaminan kredit, catatan keuangan yang bisa diandalkan, juga reputasi yang mendukung, ihngga akhirnya membuat UMKM kesulitan untuk berkembang. Memang ada baiknya layanan permodalan bisa disedia-kan oleh bank lokal untuk mem-

konomian daerah pada masa itu,” ungkap Yuniar, SE

Fakta ini, lanjut dia, menunjuk-kan besarnya peran UMKM dalam pengembangan ekonomi. Tidak heran jika UMKM sangat berperan mengatasi tingginya angka kemis-kinan dan pengangguran.

Ia menambahkan, untuk mem-bantu pengembangan UMKM, Pe-merintah Kabupaten Bireun telah menyelenggarakan berbagai kegiat-an pelatihan di bidang manajemen dan produksi. Pada bulan Oktober ini, Pemerintah Kabupaten Bireun bekerja sama dengan Bappeda Aceh mengadakan Lokakarya Per-ikanan dengan tema “Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Bandeng Aceh”.

kegiatan tersebut diharapkan

SEPERTI halnya bisnis lain, sektor Usaha Mikro Kecil Me-nengah (UMKM) juga memi-

liki tantangan yang besar. Butuh stategi khusus untuk mengembang-kan UMKM agar tetap bisa bersa-ing dan tidak tergilas perkembang-an zaman, seperti memperkerjakan orang yang tepat, membangun merek, dan masih banyak lagi yang lain.

Owner Indatu D’coco, Rah-madysah, mengatakan ada beberapa masalah umum yang menjadi fak-tor utama mengapa UMKM sulit

Selain itu, juga karena terbatas-nya akses kepada sumberdaya pro-duktif, terutama terhadap bahan baku dan permodalan, terbatasnya sarana dan prasarana serta infor-masi pasar, rendahnya kualitas dan kompetensi kewirausahaan sumber daya manusia, dan terbatasnya du-kungan modal.

Yuniar memaparkan penting-nya keberadaan UMKM dalam menopang ekonomi bangsa. Me-nurutnya, UMKM adalah benteng terakhir menghadapi ancaman run-tuhnya perekonomian negara. “Ke-mampuan bertahan UMKM ter-bukti saat krisis ekonomi di tahun 1998. Saat sejumlah konglomerasi gulung tikar dihantam badai kri-sis, UMKM justru membuktikan ketangguhannya menopang pere-

kontribusi untuk penyaluran mo-dal usaha. Yang menjadi kendala saat ini adalah pemasaran produk,” katanya.

Menurut Yuniar, Pemerintah Kabupaten Bireuen memiliki ko-mitmen yang kuat untuk mening-katkan pemasaran produk UMKM. Salah satunya dengan meningkat-kan berbagai pameran dan kegiat-an lainnya yang menjadi sarana un-tuk promosi bagi pelaku UMKM.

Ia memaparkan, produksi ikan bandeng di kabupaten Bireuen sebesar 54,3 % dari keseluruhan produksi, dengan tingkat produksi paling tinggi di kecamatan Jangka. Menurutnya, keberadaan industri perikanan sangat penting karena olahan ikan dapat menjadi sumber pendapatan, di mana olahan ikan menjadi suatu produk setengah jadi atau produk yang jadi yang lebih ta-han lama dan siap dikonsumsi oleh konsumen, serta bernilai ekonomis.

Oleh karena itu, industrialisasi perikanan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sektor kelautan dan perikanan. Sehingga sumber daya ini haruslah dapat kita man-faatkan secara optimal melalui pe-ningkatan nilai tambah dari hasil olahan dari sumber daya yang ada tersebut yang pada akhirnya me-ningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.(Khairul Ridha)

bantu perkembangan UMKM yang ada,” jelas pelaku UMKM yang kini sudah mengembangkan sayapnya ke Batam ini.

Bagi Rahmadsyah, permasalah pemasaran juga menjadi kendala bagi pelaku UMKM. “Ini masalah klasik sebenarnya, Cuma belum ada jalan keluar yang konkret. Sehingga setiap UKM harus melakukan pe-masaran dengan sistem tradisional jadi banyak UKM yang belum bisa mencapai pasar besar bahkan pasar modern,” jelas Rahmadsyah.

Ia memberikan contoh, pema-saran menuju pasar retail menjadi sulit dilakukan UMKM karena sistem pembayaran yang mema-kan waktu terlalu jauh. “Sistem pembayaran di pasar modern itu dilakukan sebulan sekali. Bagi UMKM yang memiliki modal terbatas, tentunya ini akan mem-perlambat putaran modal. Nah di sini kita perlu tangan pemerintah untuk menjembatani hal ini,” tam-bah Rahmad.

Harus diakui, di Aceh, banyak UMKM yang bisa membuat pro-duk berkualitas sekaligus bersaing akan tetapi tidak bisa bertahan ka-rena kesulitan dalam memasarkan produk. Masalah pemasaran sendiri menjadi salah satu masalah utama UMKM sehingga kesulitan untuk berkembang.

Karena tidak bisa melakukan pemasaran dengan baik, maka tidak heran jika UMKM juga tidak bisa meningkatkan penjualan dan ka-pasitas produksinya sehingga akan stagnan.(Yayan)

“Untuk akses permodalan saat ini tidak menjadi kendala lagi, sebab banyak pihak yang ikut berkontribusi untuk

penyaluran modal usaha. Yang menjadi kendala saat ini adalah pemasaran

produk.”

Yuniar SE,Kasubbid SDA Bappeda Bireuen

“Sistem pembayaran di pasar modern itu dilakukan sebulan sekali. Bagi UMKM yang memiliki modal terbatas, tentunya ini akan memperlambat putaran modal. Nah di sini kita perlu tangan pemerintah untuk menjembatani hal ini.”

Rahmadysah,Owner Indatu D’coco

Pemkab Bireuen Komit Kembangkan UMKM

Modal dan Pemasaran Kendala Terbesar Bagi UMKM

Page 8: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 86 |NOVEMBER 20198 Gallery

Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, memantau harga-harga kebutuhan pokok di Pasar Seulimum, Aceh Besar, dalam rangka persiapan lebaran, Kamis (30/5). | FOTO: HUMAS ACEH

Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, meninjau stand Expo Peternakan, usai menutup Bulan Bhakti Peternakan Tahun 2019 di Kabupaten Aceh Barat Daya, 14/7/2019. | FOTO: HUMAS ACEH

Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah bersama Bupati Nagan Raya, H. M. Jamin Idham dan Kepala SKPA melakukan tinjauan pembangunan Masjid Giok di Kabupaten Nagan Raya, Minggu, 14/7/2019.| FOTO: HUMAS ACEH

Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah menggunakan rakit penyeberangan dari Desa Tuwie Priya menuju Desa Bintah di kecamatan Pasie Raya, Aceh Jaya, 16 Juli 2019. | FOTO: HUMAS ACEH

Plt. Gubernur Aceh, Nova Iriansyah melakukan peninjauan pembangunan Masjid Agung Bener Meriah, minggu, 6/10/2019. | FOTO: HUMAS ACEH

Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, bersama Bupati Aceh Jaya, Irfan TB, melakukan panen perdana ubi kayu di lahan seluas 20 Hektar milik Dayah Darun Nizam, Pasi Raya, Aceh Jaya, Kamis (17/10/19). | FOTO: HUMAS ACEH

Kunjungan kerja kepala Bappeda Aceh di kawasan irigasi Paya Dapu, Gunong Pudong, Aceh Selatan. | FOTO: ANDRE/BAPPEDA ACEH

Kunjungan kerja kepala Bappeda Aceh di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Kandang, Aceh Selatan | FOTO: ANDRE/BAPPEDA ACEH

Page 9: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 86 |NOVEMBER 2019 9

LAPORAN UTAMA

LAPORAN UTAMA

HARAPAN para pengrajin souvenir, makanan, dan minuman di Aceh, agar Pe-

merintah Aceh mengintruksikan ja-jarannya untuk menggunakan pro-duk lokal di setiap kegiatan, telah direalisasikan. Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, sudah mengeluarkan imbauan kepada SKPA dan lembaga-lemba-ga agar menggunakan produk hasil karya IKM Aceh, dalam setiap kegi-atan di Aceh.

Penegasan itu disampaikan Nova Iriansyah dalam pertemuan dengan pimpinan Serambi Indo-nesia, di kediaman Plt Gubernur Aceh, di kawasan Blangpadang, Banda Aceh, Jumat (25/10/2019) lalu.

Nova mengatakan, imbauan ini dikeluarkan pihaknya sebagai ben-tuk komitmen Pemerintah Aceh untuk menggenjot roda ekonomi Aceh guna membuka lapangan kerja dan mengurangi angka kemis-kinan. “Saya sudah mengeluarkan

Aceh. Dalam penjelasannya, Nova

juga menantang pengusaha Aceh untuk memenuhi kebutuhan lain seperti tas, bordir, batik, yang diproduksi oleh perajin lokal. Jika seluruh institusi menggunakan pro-duk IKM Aceh, Nova yakin akan bisa membangkitkan industri kre-atif, membuka lapangan kerja, dan secara bersamaan akan menggerus angka kemiskinan di bumi Serambi Mekkah.

Nova mengatakan, penggunaan produk IKM Aceh juga akan men-cegah capital flight (perpindahan uang ke luar Aceh). “Semakin ba-nyak uang beredar di Aceh, maka akan semakin baik pula pertum-buhan ekonomi Aceh,” ungkap Plt Gubernur.

Saat ini, sebut Nova, aliran uang dari Aceh ke luar daerah diperkira-kan mencapai triliunan rupiah. Se-bab, sambungnya, hampir semua kebutuhan warga di Aceh dipasok dari provinsi lain, terutama Suma-

imbauan ke SKPA dan lembaga--lembaga lain yang melakukan ke-giatan di Aceh agar menggunakan produk hasil karya IKM Aceh,” kata Nova Iriansyah.

Komitmen Nova Iriansyah un-tuk memprioritaskan penggunaan produk lokal sudah dimulai sejak beberapa waktu lalu di Pendopo Wagub Aceh. Di mana untuk seti-ap tamu--termasuk saat menerima kunjungan silaturahmi pimpinan Serambi Indonesia Group--disu-guhkan aneka kue produksi lokal seperti timphan balon (dadar gu-lung), ubi kukus, dan kueh lapeh (kue lapis).

Semua makanan tersebut te-rasa lebih lengkap karena dipadu dengan suguhan kopi sanger Ara-bika Gayo yang memiliki citarasa khas. Demikian juga dengan air mineral kemasan yang ada di meja ruang tamu. Pendopo Wagub Aceh sekarang tidak lagi menggunakan produk luar daerah, tapi menyedi-akan air mineral yang diproduksi di

tera Utara. “Seperti untuk telur, kita menghabiskan uang 800 miliar rupiah per tahun,” tutur Nova.

Bangun pariwisataPlt Gubernur juga mengata-

kan, percepatan pertumbuhan ekonomi Aceh hanya dapat dila-kukan dengan membangun indus-tri. Salah satu industri yang paling cepat memberikan dampak dan sangat mungkin dikembangkan di Aceh adalah industri pariwisa-ta. Sebab, menurut Nova, Aceh memiliki destinasi wisata yang cukup banyak baik wisata bahari, wisata alam, wisata budaya, wisata religius, wisata kuliner, dan cagar budaya.

“Upaya percepatan pertumbuh-an ekonomi Aceh tentu dapat dila-kukan dengan membangun indus-tri-industri. Dan, yang paling cepat memberikan impact adalah industri pariwisata. Karena itu, Pemerintah Aceh sangat membutuhkan ker-ja sama yang baik dari insan pers, sehingga berbagai event pariwisata dapat terpromosikan secara masif dan luas,” ujar Nova.

Nova juga menjelaskan, seti-ap tahun Pemerintah Aceh rutin menggelar event-event pariwisata dan budaya untuk meningkatkan daya tarik dan minat wisatawan berkunjung ke Aceh. Peningkatan kunjungan wisatawan, sambung-nya, jelas akan berimbas pada pe-ningkatan pendapatan masyarakat dan industri kreatif akan lebih menggeliat.

Seperti diketahui, untuk men-dukung IKM Aceh, pada awal ta-

hun 2019, Plt Gubernur Aceh me-ngeluarkan imbauan melalui surat Nomor 530/1313 tertanggal 25 Ja-nuari 2019. Tujuan menggunakan produk IKM dalam setiap kegiatan SKPA untuk membantu memaju-kan IKM yang kini semakin banyak tumbuh di Aceh.

Tak hanya IKM, Nova juga mengajak Serambi Indonesia un-tuk turut mempromosikan Kawa-san Industri Aceh (KIA) Ladong, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun, dan berbagai program Peme-rintah Aceh lainnya. “Media bukan hanya pilar demokrasi, karena seca-ra bersamaan media juga memiliki tanggung jawab untuk terlibat ak-tif dalam upaya-upaya mensejah-terakan masyarakat, tentu sesuai tupoksi media. Karena itu, kami ajak Serambi Indonesia untuk ikut mempromosikan KIA Ladong dan berbagai program Pemerintah Aceh lainnya,” ajak Nova.

Pada kesempatan itu, Plt Gu-bernur Aceh juga mengulas tentang proses peralihan sistem perbankan dari konvensional ke syariah yang selama ini sudah berlangsung de-ngan baik. Ia berharap, pada tahun 2021 mendatang, semua sistem perbankan dan keuangan di Aceh sudah berbasis syariah. Nova juga menjelaskan, bank-bank umum konvensional sebagian sudah siap beralih ke bank umum syariah. “Bahkan, salah satu bank syariah sudah siap sekali dan akan menjadi bank umum syariah yang asetnya cukup besar di Aceh,” pungkasnya.(Serambinews)

“Saya sudah mengeluarkan imbauan ke SKPA dan lembaga-lembaga lain yang melakukan kegiatan di Aceh agar menggunakan produk hasil

karya IKM Aceh.”

Nova Iriansyah,Plt Gubernur Aceh

Imbauan Plt Gubernur, Kegiatan SKPA Wajib Pakai Produk Lokal

Pariwisata menjadi salah satu sektor potensial untuk me-ningkatkan pertumbuhan

ekonomi Aceh. Peningkatan sektor ini dapat menggerakkan sebagian besar sektor penyediaan akomo-dasi dan makan minum secara terkhusus. Sektor ini juga dapat memberikan efek ganda (multip-lier effect) bagi hampir seluruh sektor jasa dalam sebuah struktur perekonomian.

Besarnya kontribusi sektor pa-riwisata dapat dilihat melalui pen-dekatan penyediaan akomodasi dan makan minum yang merupakan dampak paling terasa dari pariwi-sata. Dalam kurun waktu 2014-2018, kontribusi sektor ini di Aceh

Untuk menjadikan sektor pari-wisata semakin memberi kontribusi besar dalam ekonomi daerah me-lalui kontribusi belanja wisatawan, maka pengembangan usaha pariwi-sata termasuk pembinaan terhadap UMKM juga menjadi perhatian. Saat ini, isu strategis pengembang-an pariwisata adalah meningkatkan jumlah kunjungan dan lama tinggal (length of stay) wisatawan domestik dan mancanegara yang pada akhir-nya akan menjadi penerimaan asli daerah dan pendapatan bagi masya-rakat pelaku usaha pariwisata. Un-tuk itu banyak hal harus dibenahi termasuk memperkuat UMKM pendukung kepariwisataan.

Dinas Kebudayaan dan Pari-

menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Hal tersebut ditandai dengan peningkatan kontribusi pa-riwisata setiap tahun. Diawali pada tahun 2014 dengan kontribusi se-besar 1,06 persen meningkat men-jadi 1, 32 persen pada tahun.

Perkembangan sektor pariwi-sata juga terlihat dari pergerakan kunjungan wisatawan di Aceh yang mengalami peningkatan, dari 1,4 juta lebih pada tahun 2014 menja-di 2,4 juta lebih pada tahun 2018, dengan kontribusi terhadap peneri-maan mencapai 2,58 triliun. Kon-tribusi ini dipengaruhi oleh rata--rata lamanya wisatawan menginap yang berpengaruh terhadap jumlah pengeluaran wisatawan.

wisata Aceh, melalui Bidang Pe-ngembangan Usaha Pariwisata dan Kelembagaan telah melakukan ba-nyak pembinaan terhadap UMKM. Kegiatan ini terutama untuk men-jadikan UMKM kepariwisataan dapat memberikan kontribusi besar untuk pertumbuhan ekonomi ma-syarakat dan daerah.

Kepala Bidang Pengembangan Usaha Pariwisata dan Kelembaga-an (PUPK) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Ismail kepada tim Tabangun mengatakan, untuk me-nyasar segmen wisatawan sejumlah pelatihan telah dilakukan terhadap UMKM dan masyarakat di titik ka-wasan lokasi pariwisata. Pelatihan ini terutama untuk mengajarkan peserta menghasilkan cenderamata yang bisa menjadi sasaran wisata-wan seperti kerajinan.

Cenderamata ini mengguna-kan baku dari desa wisata, atau kerajinan yang menarik perhatian wisatawan seperti souvenir rajut, daur ulang, kraftologi, dan berba-gai anyaman. Dikatakan Ismail, tahun 2019 Pemerintah Aceh telah memberi perhatian pada sektor ini, sehingga total anggaran yang dise-diakan mencapai sekitar 1 miliar rupiah.

Pelatihan yang dilakukan Dis-budpar Aceh juga menekankan pada marketing dan menghasilkan produk yang layak dijual serta ada ciri khas daerah destinasi. Salah satu pelatihan yang baru baru ini selesai dilakukan adalah melatih UMKM/Masyarakat di Singkil memanfaat-kan kulit kerang yang banyak terda-pat di daerah pesisir menjadi lampu hias.

Sebelumnya Disbudpar Aceh juga telah menggelar pelatihan anyaman, kraftologi, dan pelatihan berbahan dasar kerang. Ke depan sedang dipersiapkan pelatihan ber-bahan dasar batik.

Ismail menuturkan, pelatihan yang dilakukan lebih ditujukan ke-pada para perajin yang sudah ada usahanya. Saat ini sudah sekitar 500 orang dari Banda Aceh, Aceh Besar, Singkil, dan Langsa menda-pat pelatihan kerajinan.

Melalui berbagai program pe-latihan untuk UMKM kepariwisa-taan, sektor pariwisata diharapkan dapat lebih bersinar sebagaimana ikon branding “The Light of Aceh” atau “cahaya Aceh” dalam mem-beri kontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.(Cut Nurmarita)

“Tahun 2019 Pemerintah Aceh telah memberi perhatian pada sektor ini,

sehingga total anggaran yang disediakan mencapai sekitar 1 miliar rupiah.”

Ismail,Kabid PUPK Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Aceh

Disbudpar Fokus Bina UMKM di Kawasan Wisata

Page 10: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 86 |NOVEMBER 201910 LAPORAN UTAMA

PEMERINTAH Aceh op-timis, program Aceh Kaya mampu mendorong tum-

buhnya industri daerah sesuai de-ngan sumber daya lokal. Sehingga UMKM, koperasi dan sektor pari-wisata dapat berperan aktif dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan penyediaan lapangan kerja.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh, Muhammad Raudhi menyebutkan bahwa untuk membantu pengem-

tor UMKM di Aceh semakin ter-motivasi untuk berkembang dalam menghadapi persaingan global yang kian ketat, dan kian hebat.

“Saat ini, Pemerintah Aceh te-ngah mengupayakan kebangkit-an ekonomi masyarakat di sektor UMKM melalui berbagai program andalan seperti pendekatan dengan akses modal, pelatihan bagi para perajin, dan promosi hasil produksi rakyat,” terang Raudhi.

Lebih lanjut Muhammad Raud-

bangan UMKM, Pemerintah Aceh terus menyelenggarakan berbagai kegiatan pelatihan di bidang ma-najemen dan produksi. “Selain itu, pelatihan khusus juga diberikan kepada para pelaku usaha ekonomi kreatif,” ungkap Raudhi.

Sementara itu, untuk mengatasi masalah permodalan, Pemerintah Aceh telah mendorong agar per-bankan di Aceh meningkatkan du-kungannya bagi UMKM. Langkah ini, diharapkan bisa membuat sek-

hi menyebutkan, ada tiga langkah yang canangkan Pemerintah Aceh yaitu penyediaan sentra produk-si yang berbasis potensi sumber daya lokal, perlindungan terhadap produk lokal agar dapat bersaing dengan produk dari luar, dan me-rangsang lahirnya industri-industri kreatif yang potensial di sektor jasa.

“Tiga langkah di atas merupa-kan misi khusus kita untuk pengu-atan sektor kerajinan rakyat,” sebut Raudhi, sembari mengajak masya-rakat untuk menggunakan berbagai produk unggulan dari hasil kreatifi-tas pengrajin lokal.

Selain itu, pihaknya juga terus berupaya meningkatkan jiwa ke-wirausahaan para perajin melalui pelatihan dan berbagai ajang pe-ningkatan kapasitas. “Termasuk diversifikasi produk dengan me-ngembangkan dan menggali motif khas daerah, serta mengimplemen-tasikan teknologi informasi guna mendukung kampanye kerajinan daerah kita,” ujar Raudhi.

Lebih lanjut, pihaknya berharap

pengembangan Industri Kecil dan Menengah Aceh bisa memberikan manfaat yang terukur, pasti dan je-las. Sebab setiap daerah, kata Raudhi, memiliki produk komoditi unggulan.

Selaku pembina industri kecil dan menengah, sambung Raudhi, Disperindag Aceh juga konsisten mengimbau kepada para pemilik hotel, cafe, restauran dan kantor--kantor pemerintah tidak lagi dari luar Aceh, tapi sudah bisa dipenuhi dari sumber lokal.

“Karena, untuk belanja air mi-neral saja, setiap tahunnya puluhan miliar uang dari Aceh mengalir ke pulau Jawa dan Sumatera Utara,” tandasnya. Dengan menggunakan produk lokal, tambah Raudhi, se-lain mencintai produk daerah sen-diri, juga akan membangkitkan semangat kegiatan usaha ekonomi masyarakat secara massal. “Semua pihak harus bergerak serentak membantu pengusaha IKM, agar mereka bisa tumbuh dan berkem-bang dengan pesat,” pungkas Mu-hammad Raudhi. [ridha]

“Saat ini, Pemerintah Aceh tengah mengupayakan kebangkitan ekonomi

masyarakat di sektor UMKM melalui berbagai program andalan seperti pendekatan dengan akses modal, pelatihan bagi para perajin, dan

promosi hasil produksi rakyat,”

Muhammad Raudhi,Kepala Disperindag Aceh

Kebangkitan Ekonomi melalui Pengembangan UMKM

SEJALAN dengan era digi-talisasi dan revolusi industri 4.0, banyak negara telah me-

nerapkan digitalisasi dalam proses pemerintahan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivi-tas dan efisiensi serta menghidu-pkan akuntabilitas kelembagaan negara. Adaptasi pelayanan publik yang semula dilakukan secara ma-nual, bertransformasi ke bentuk digital dan virtual dimana melalui perubahan ini, pemerintah men-ghadirkan pelayanan publik yang berkualitas, mendukung pemban-gunan berkelanjutan, dan men-jawab harapan serta kebutuhan masyarakat.

Hal ini disampaikan Plt. Dirjen Binapenta dan Perluasan Kesempa-tan Kerja Drs Aris Wahyudi, M.Si pada acara Penguatan Jejaring Pasar Kerja Nasional, di Jakarta, Senin 21 Oktober 2019.

Aris Wahyudi mengatakan, se-jalan dengan visi dan strategi Bapak Presiden Joko Widodo, di mana era pemerintahan saat ini akan bertran-sisi menjadi berbasis dilan (digital pelayanan), maka pelayanan publik tidak lagi dilakukan secara manual namun berubah menjadi digital. Hal ini guna mewujudkan peme-rintahan yang efektif dan efisien dalam penyediaan pelayanan.

Sebagai jawaban dari tantangan dimaksud, Kemnaker telah me-lakukan transformasi digital dalam pelayanan penempatan dan peme-taan pasar kerja yang aktual melalui sistem ayokitakerja. Melalui sistem ayokitakerja, baik pemerintah pu-sat maupun daerah dapat secara

Berdasarkan Proyeksi Lembaga Demografi Universitas Indonesia, kata Aris Wahyudi, Indonesia akan memiliki sekitar 305,6 juta orang angkatan kerja pada tahun 2035. Usia produktif (15 s.d. 64 tahun) akan mencapai 70% dari total jumlah penduduk dan usia nonpro-duktif (di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun) hanya sebesar 30%.

Hal ini sejalan dengan data Sakernas BPS bulan Februari 2019, di mana terjadi pertumbuhan pen-duduk sejak tahun 2016 s.d. 2019 sebanyak 8.511.163 orang angka-tan kerja di Indonesia. Rata-rata pertumbuhan angkatan kerja per ta-hunnya rata-rata sebesar 2.837.054 orang. Kondisi ini menjadi keun-tungan yang sekaligus menjadi tan-tangan bagi Pemerintah Indonesia dalam melakukan manajemen sum-ber daya manusia mengingat ting-kat pertumbuhan angkatan kerja meningkat dan upaya sekaligus me-nekan laju angka pengangguran.

Aris Wahyudi memaparkan, sei-ring dengan tranformasi pelayanan berbasis digital yang menjadi prio-ritas saat ini, memunculkan tantan-gan bersama bagi pemerintah pusat dan daerah untuk terus melakukan inovasi dan melakukan sinergitas. Oleh karena itu, agenda kerja Kem-naker pada tahun mendatang akan memfokuskan kepada sosialisasi sis-tem kepada seluruh users dan me-lakukan integrasi dengan seluruh stakerholders terkait. Sehingga un-tuk sementara program sertifikasi ISO tidak kami agendakan tahun depan. “Kami sangat berharap me-lalui sistem ayokitakerja ini, baik pemerintah pusat maupun daerah dapat meningkatkan pelayanan penempatan berbasis digital yang akan lebih memudahkan bagi pen-cari kerja dan perusahaan,” ujarnya.

Ia menambahkan, melalui pro-ses sosialiasi dan publikasi sistem ayokitakerja dapat menjaring lebih banyak data mengenai ketersediaan para pencari kerja dan kebutuhan atau lowongan pekerjaan yang ada di perusahaan-perusahaan. Kami sangat berharap melalui transfor-masi digital akan lebih mempermu-dah pemerintah dalam memantau

tahun 2013 s.d. 2018 Kemnaker te-lah membantu 95 (sembilan puluh lima) lokasi Kantor dinas ketena-gakerjaan tingkat kabupaten/kota dalam peningkatan sistem manaje-men mutu ISO 9001,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Ke-menterian Ketenagakerjaan menye-rahkan sertifikasi Manajemen Mutu ISO 9001:2015 tahun 2019 kepada 15 dinas tingkat kabupaten/kota yang terpilih. Proses sertifikasi ini dilakukan setelah melalui beberapa tahap pelatihan peningkatan mutu pelayanan dan telah dilakukan audit baik internal dan eksternal. “Besar harapan kami, melalui ha-sil evaluasi yang telah dilakukan, implementasi Sistem Manajemen ISSO 9001:2015 dapat memberi-kan dampak positif terhadap pe-layanan prima, khususnya penye-diaan pelayanan yang semakin jelas dan terukur dari segi waktu melalui adanya standar acuan operasional di bidang penempatan tenaga ker-ja,” kata Aris Wahyudi.

Berdasarkan data Sakernas Badan Pusat Statistik (BPS) bu-lan Februari 2019, jumlah an-gkatan kerja Indonesia saat ini sebanyak 136.183.032 orang, di mana 129.366.192 orang bekerja dan 6.816.840 orang menganggur (5,01%). Walaupun angka pen-gangguran tahun ini merupakan angka pengangguran terendah sela-ma beberapa tahun belakangan ini, namun pengentasan pengangguran menjadi prioritas pemerintah Indo-nesia. Hal ini mengingat fase bonus demografi yang sedang dihadapi oleh Indonesia.

langsung memberikan layanan pe-nempatan kepada pencari kerja dan perusahaan dalam memenuhi ke-butuhan pasar kerja.

Menurut Aris Wahyudi, peme-taan pasar kerja secara digital pen-ting dilakukan guna mendapatkan gambaran terkait kondisi supply dan demand yang ada di pasar kerja. Dengan mengetahui trend kondisi pasar kerja terkini, pemerintah dae-rah dan pusat dapat dengan mudah melakukan perencanaan pengem-bangan pasar kerja dan kebijakan ketenagakerjaan yang tepat guna dalam meningkatkan angka penye-rapan tenaga kerja di pasar kerja.

“Melalui sistem ayokitakerja, Kemnaker mengajak partisipasi aktif rekan-rekan pemerintah dae-rah untuk tetap aktif dalam men-jalankan pemetaan baik dari sisi su-pply maupun demand. Karena tanpa peran pemerintah daerah, sistem yang ada ini tidak dapat mengha-silkan gambaran kondisi pasar kerja yang aktual,” ujarnya.

Selain melakukan transformasi digital terhadap pelayanan, Ke-menterian juga menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001;2015. Sistem ini bertujuan untuk me-ningkatkan kualitas pelayanan dari dinas tenaga kerja setempat dan menunjang pemberian layanan bagi pencari kerja dan perusahaan.

“Manajemen mutu kami di-lakukan guna menumbuhkan efek-tifitas dalam berorganisasi, dan memberikan pelayanan prima bagi stakeholders dalam rangka mewu-judkan visi dan misi pemerintah di bidang ketenagakerjaan. Sejak

kondisi pasar kerja dan menekan angka pertumbuhan pengangguran di Indonesia. Namun hal ini tidak akan mudah dilakukan, tanpa parti-sipasi aktif rekan-rekan pemerintah daerah dalam melakukan pendata-an pencari kerja dan job canvasing.

Selain itu, dalam mewujudkan pelayanan prima dan penyedia-an data yang komprehensif bagi seluruh stakeholders di bidang pe-nempatan tenaga kerja, Kemnaker juga telah melakukan beberapa program integrasi sistem dengan kementerian/lembaga terkait, se-perti dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Kemente-rian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi guna men-jaring data-data premier ketena-gakerjaan melalui data-data Bursa Kerja Khusus (BKS).

Kementerian Ketenagakerjaan juga telah melakukan integrasi den-gan beberapa daerah yang telah me-miliki sistem pendataan di bidang penempatan. Melalui integrasi ini, sistem ayokitakerja diharapkan dapat memberikan data yang aktual dan menggambarkan kondisi pasar kerja yang ada

“Kami tidak bisa menjalankan semua hal ini tanpa kontribusi dan peran aktif dari seluruh pemerintah daerah dalam mewujudkan pem-bangunan manusia yang handal dan menekan laju pertumbuhan pengangguran di Indonesia. Besar harapan kami melalui kegiatan pen-guatan jejaring ini, dapat memberi-kan sarana bagi kita untuk bertukar pandang dan memberikan saran membangun dalam mencapai visi dan misi dalam menghadapi tan-tangan bersama,” ujarnya.

Melalui pembentukan dan penguatan jejaring ini diharapkan penyebarluasan dan pelayanan in-formasi pasar kerja dapat terlaksa-na dengan maksimal, efisien, cepat hemat dan tepat. Dengan demikian para pencari kerja dapat mempero-leh informasi lowongan pekerjaan dengan cepat dan tepat sesuai den-gan syarat jabatan yang telah diten-tukan oleh perusahaan pengguna.(cekwat)

‘“Kami sangat berharap melalui sistem ayokitakerja ini, baik pemerintah pusat maupun daerah dapat meningkatkan

pelayanan penempatan berbasis digital yang akan lebih memudahkan bagi pencari kerja

dan perusahaan.’

Drs. Aris Wahyudi, M.Si,Plt. Dirjen Binapenta dan PKK

Mari Transformasi Pelayanan ke Era Digital

Page 11: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 86 |NOVEMBER 2019 11LAPORAN UTAMA

Peningkatan produktivitas tenaga kerja menjadi salah satu fokus kerja Dinas Tena-

ga Kerja dan Mobilitas Penduduk (Disnakermobduk). Produktivitas ini merupakan indikator penting dalam aktivitas ekonomi, serta menjadi daya ungkit (laverage) bagi pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka panjang.

“Tentunya ini adalah bagian dari tugas kami dalam mempersiap-kan tenaga kerja di beberapa sektor, seperti di industri, usaha, maupun pariwisata,” ungkap Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Pendu-duk Aceh Ir. Iskandar Syukri, MM, MT, kepada Tabangun Aceh, bebe-rapa hari lalu.

Staf Ahli Gubernur Aceh ini

adalah kurangnya dukungan dari manajemen.

Untuk dapat menemukan jalan keluar dari permasalahan-permasa-lahan yang terjadi, maka perusaha-an perlu diberikan pendampingan langsung oleh instruktur produkti-vitas melalui bimbingan konsultan-si. Dengan memberikan bimbingan konsultansi kepada perusahaan, diharapkan akan mempunyai dam-pak keberhasilan yang efektif dan menjamin meningkatnya produk-tivitas perusahaan dan daya saing wirausaha tersebut.

Iskandar mengatakan, setelah dilatih bagaimana cara meningkata-kan produktivitas usahanya juga di-lakukan pemantauan di lapangan. Terhadap kekurangan saat temuan

mengatakan, untuk memenuhi ke-butuhan peningkatan produktivi-tas tersebut ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Salah satu usaha yang telah dilakukan oleh Dsnaker-mobduk Aceh adalah melalui ke-giatan Pelatihan Peningkatan Pro-duktivitas. Tujuan dari kegiatan ini adalah peningkatan produktivitas tenaga kerja melalui pembangunan kesadaran pekerja akan pentingnya produktivitas.

Dalam beberapa situasi, hasil pelatihan peningkatan produkti-vitas belum dapat menampilkan peningkatan produktivitas secara signifikan di perusahaan tempat peserta pelatihan peningkatan pro-duktivitas bekerja. Salah satu con-toh masalah yang sering ditemui

lapangan, wirausaha tersebut kem-bali dibimbing dalam bimbingan dan konsultasi atau yang disebut Bimkon,” ujarnya.

Kadisnakermobduk menyebut-kan, pada tahun 2019 ini Disna-kermoduk membina sekitar 500 wirausaha atau usahawan atau IKM/UKM yang tersebar di selu-ruh kabupaten/kota. “Pembinaan yang kami lakukan adalah dalam bentuk pelatihan peningkatan Pro-duktivitas daripada usaha tesebut dan bimbingan konsultasi. Target akhir yang kita harapkan adalah agar perusahaan yang kita latih dan bimbing tersebut dapat meningkat-kan kinerja yaitu berupa peningkat-an produksi, sehingga akan mem-perluas lapangan pekerjaan dan membuka kesempatan kerja,” papar Iskandar.

Pembiayaan dari pembinaan perusahaan tersebut adalah bersum-ber dari APBA dan APBN. Selain usaha pembinaan terhadap wirausa-hawan, Disnakermobduk Aceh juga melaksanakan beberapa kegiatan untuk membuka lapangan pekerjaan yang bersifat padat karya baik padat karya infrastruktut maupun padat karya produktif. Tujuannya adalah untuk melakukan pemberdayaan bagi masyarakat menganggur, sete-ngah menganggur, maupun miskin.

“Padat karya infrastruktur ada-

lah dengan membuat sebuah kegi-atan infrastruktur kecil di wilayah pedesaan, seperti membuka akses jalan ke sentra sentra-sentra eko-nomi di kawasan tersebut, berupa kawasan perkebunan atau persawa-han. Tujuannya adalah masyarakat di kawasan tersebut bisa bekerja dan diberikan sedikit jerih bagi me-reka yang terlibat dalam pekerjaan tersebut,” ungkap Iskandar.

Sedangkan padat karya produk-tif adalah suatu kegiatan pemberda-yaan masyarakat melalui kegiatan produktif dengan memanfaatkan dan mengoptimalisasi sumber daya lokal yang tersedia, dalam rangka upaya meningkatkan produktivi-tas dan kesejahteraan masyarakat. Iskandar memberikan contoh ke-giatan padat karya produktif, mi-salnya bagaimana memberdayakan masyarakat setempat dengan meng-olah sumberdaya yang dimiliki desa setempat (komoditas tertentu). Se-hingga menjadi produk olahan dan mempunyai nilai tambah secara berkelanjutan, tentunya kegiatan ini butuh sinergitas dengan SKPA teknis lainnya.

“Semua rangkaian kegiataan ini dilakukan oleh masyarakat, sebagai stimulus pemerintah dalam rangka pemberdayaan dan membuka ke-sempatan bekerja,” pungkas Iskan-dar Syukri.(cekwat)

“Pada tahun 2019 ini Disnakermoduk melakukan pembinaan sekitar 500 pengusaha IKM/UKM

yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Pembinaan yang kami lakukan dalam bentuk

pelatihan peningkatan produktivitas dan bimbingan konsultasi."

Ir. Iskandar Syukri, MM, MT,Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas

Penduduk Aceh

Produktifitas Perusahaan Dapat Memperluas Kesempatan Kerja

MUNGKIN belum ba-nyak orang yang menge-nal sosok pria bernama

Admansyah (55 thn). Tapi, di era 80-an, ia pernah menjadi seorang vokalis terbaik se-Sumatera, saat tampil memukau di ajang Music Rock Exhibition di Gedung Taman Budaya Banda Aceh.

Seiring perjalanan waku, pria kelahiran Lhokseumawe dan besar di Aceh Tamiang ini berhasil ber-transformasi dengan inovasi yang dilakukannya sendiri. Yaitu dengan menciptakan pupuk baru dalam inovasi teknologi Bio Activator.

Produk Bio Activator karya Ad-mansyah ini mampu melepaskan ikatan fosfor dan kalium dalam tanah dari ikatan senyawa logam almunium dan senyawa logam besi, sehingga da-pat mereklamasi tanah rusak di lahan pertanian, kebun,dan tambak.

Kepada Tabangun Aceh, Ad-mansyah menceritakan latar bela-kang hingga dia tertarik melakukan inovasi yang menghasilkan tekno-logi Bio Activator ini. Semuanya berawal dari keprihatinannya ter-hadap kondisi tanah pertanian yang hilang kesuburannya karena peng-gunaan pupuk kimia.

Menurutnya, penggunaan pu-puk kimia pada lahan pertanian rakyat maupun perkebunan in-dustri dalam jangka waktu yang panjang menyebabkan lahan-lahan tersebut menjadi kehilangan kesu-burannya. “Saya bertanya-tanya, mengapa ini bisa terjadi? Sehingga kemudian saya tertarik berinovasi yang menghasilkan teknologi Bio Activator ini,” kata dia.

Admansyah memaparkan, ke-rusakan tanah akibat penggunaan pupuk kimia disebabkan karena ta-

naman pada dasarnya tidak mampu menyerap secara maksimal seluruh unsur dari pupuk kimia tersebut, sehingga meninggalkan residu yang membuat tanah menjadi keras dan keasaman yang tinggi. PH tanah yang masam dapat menyebabkan berbagai organisme penyubur ta-nah menjadi musnah, sehingga ta-nah tidak lagi dapat menyediakan unsur hara secara alamiah.

“Dampak negatif dari penggu-naan pupuk kimia yang terus me-nerus dapat menyebabkan rusaknya kestabilan ekosistem lingkungan dalam tanah,” ujarnya.

Ia menambahkan, mengenai kestabilan ekosistem lingkungan dalam tanah ini telah diatur oleh Sang Maha Pencipta sebagai penye-lamat bumi dari kerusakan mikro-organisme. “Sehingga saya tertarik untuk melakukan praktek lapangan dan pengamatan secara rutin, terin-ci, serta terukur dari tahun 2010 sampai dengan sekarang,” kata dia.

“Dalam proses inovasi ini saya lakukan sendiri tanpa ada keter-libatan pihak lain. Saya lakukan secara swadaya untuk keselamatan ekosistem di lingkungan tanah per-tanian, tanah lahan tambak, dan ta-nah lahan perkebunan yang sudah sangat kritis dan berdampak kepada kesehatan umat manusia yang hi-dup diatas bumi ini, kususnya ma-syarakat tani,” imbuh Admansyah.

Dalam aktivitas pertanian atau perkebunan hampir dapat dipas-tikan tidak terlepas dari kegiatan yang disebut pemupukan. Dampak dari kegiatan pemupukan diharap-kan akan meningkatkan hasil per-tanian atau perkebunan, sehingga nantinya mampu memberikan ha-sil yang optimal dan memberikan

keuntungan secara ekonomis, serta perubahan pada fase vegetatif dan generatif tanaman.

Penggunaan pupuk juga mam-pu mengatasi penyakit tanaman yang disebabkan faktor tanah dan virus, sehingga mampu meningkat-kan proses pembungaan dan pem-buahan tanaman.

“Sekarang saya juga sedang me-ngembangkan pakan ayam/ikan daur ulang dari proses Bio Activator. Selain Untuk saat mencerdaskan petani dan pengusaha perkebunan,” ujarnya.

Admansyah mengatakan, pu-puk ini sudah dipasarkan sampai ke Jambi, Riau, serta Sumut pada tahun 2015. Sementara pada tahun 2016 dirinya fokus di Aceh Tami-ang, Blang Pidie, Aceh Utara, ser-ta Aceh Besar, tepatnya di Kebun Kurma Berbate dengan sistem pola pendampingan Edukasi demplot dahulu per-rante sampai berhasil serta turut melibatkan BPP setem-pat. “Ini sudah kita lakukan untuk segala jenis tanaman,” ujarnya.

Harapan ke depan dengan ha-dirnya Bio Activator ini masyarakat tani khususnya petani Aceh bisa lebih cerdas dan Mandiri serta se-jahtera. “Tanah adalah rumah bagi tanaman. Apabila rumahnya sehat, maka penghuninya juga akan sehat. Jadi jika Tanahnya sehat maka ta-naman akan juga sehat tapi sebalik-nya jika tanahnya kotor dan sakit, maka tanaman juga akan menjadi sakit,” papar Admansyah.

Oleh sebab itu kesehatan tanah harus dikembalikan lagi, kesuburan tanah harus seperti sedia kala, karena kesehatan dan kesuburan tanah men-jadi faktor terpenting dalam budida-ya tanaman untuk mendapatkan ha-sil panen yang maksimal.(Cek Wat)

“Tanah adalah rumah bagi tanaman. Apabila rumahnya sehat, maka

penghuninya juga akan sehat. Jadi jika Tanahnya sehat maka tanaman akan

juga sehat tapi sebaliknya jika tanahnya kotor dan sakit, maka tanaman juga

akan menjadi sakit.”

ADMANSYAH,Pencipta Teknologi Bio Activator

Sang Rocker Bertransformasi ke Bio-Activator

Page 12: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 86 |NOVEMBER 201912 LAPORAN UTAMA

parkan, pengrajin di Ulee Madon ini kebanyakan ibu-ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan-nya tanpa harus meninggalkan pe-kerjaan rumah tangga. Dalam arti, kalau seandainya mereka bekerja di luar, tentu akan membuat pekerja-an rumah tangga akan terbengkalai. “Jadi ini sangat baik bagi ibu-ibu pengrajin,” ujarnya.

Menurut Muzakkar, saat ini beberapa pengrajin dipakai juga oleh instansi lain. “Ibarat ekosis-tem dalam pembinaan, istilahnya dinas yang ‘peutakteh’, kami latih mulai dari embrio hingga pengrajin benar-benar siap dan jadi ahli. se-hingga banyak pengrajin kita dilirik oleh kabupaten lain. Tentu ini akan menambah keilmuan para pengra-jin kita,” kata Muzakkar.

“Sekarang ini sedang marak--maraknya pembinaan IKM dan UMKM, dan kami memberikan peluang kepada pengrajin-pengra-jin kita ini untuk lebih eksis,” im-

Tengah, mereka membawa desain sendiri untuk dijahit oleh pengrajin di Ulee Madon ini,” kata Muzakkar.

Ia menyebutkan, saat ini di Ulee Madon ada sekitar 300-an pengusa-ha pengrajin tas dan kain bermotif Aceh, baik itu usaha dalam skala besar dan maupun kecil. “Sebenar-nya tidak hanya di Ulee Madon tapi sudah menyebar ke empat wilayah. Tapi orang luar mengenalnya han-dicraft Ulee Madon,” ungkap Mu-zakkar.

Menurutnya, rata-rata masya-rakat di Ulee Madon telah men-dapatkan penghasilan dari hasil pekerjaan kerajinan tas dan kain ini. Kerajinan ini juga telah mem-berikan kontribusi bagi pendapatan daerah, walaupun belum terhitung secara angka, tapi ini dapat tercer-min dari stabilitas keamanan di da-erah sudah semakin terjamin. Begi-tu juga masalah penganguran sudah dapat ditekan dengan baik.

Lebih lanjut Muzakkar mema-

ACEH Utara menjadi menjadi salah sentra produksi tas dan kain bermotif Aceh. Produk-

si handycraft dengan berbagai bor-dir motif Aceh sudah dimulai pada tahun 80-an, semasa kepemimpin-an bupati H Tarmizi A Karim. Kala itu, istri Tarmizi A Karim, Inayati Sa’aduddin Djamal yang menjabat ketua TP PKK Aceh Utara, mem-bina dan membantu pengrajin tas dan kain di Aceh Utara, tepatnya di Gampong Ulee Madon.

Kabid UMKM Disperindag Aceh Utara Muzakkar kepada Ta-bangun Aceh di ruang kerjanya, beberapa hari lalu mengatakan, saat ini Aceh Utara telah menjadi sentra pemasok souvenir Aceh. Tas berba-gai model mulai ukuran kecil mau-pun besar serta kain, dipasok ke ka-bupaten-kabupaten lain, termasuk ke Banda Aceh.

“Desain tas bisa saja berbeda--beda tergantung permintaan ma-sing-masing daerah. Seperti Aceh

buhnya.Muzakkar menambahkan, ke

depan selain membina IKM, pem-bina UKM dari dinas juga harus dibina untuk mendapatkan pelatih-an yang berkelanjutan. Ini penting supaya pembina ini mendapatkan hal-hal yang baru yang nantinya akan ditransfer kepada pengrajin.

Terkait pemasaran, Muzakkar mengatakan, saat ini pengrajin kebanyakan memasarkan produk-nya ke toko-toko souvenir tanpa membuat merek. Karena kalau ada merek, toko souvenir tidak mau menampung. Tapi jika barang itu dijual di tempat sendiri, barulah-pengrajin memakai merek.

“Ke depan pemasarannya harus lebih luas, kita bantu pemasaran-nya, dengan harapan pengrajin ini dapat dapat menggunakan merek sendiri. Jadi dinas akan membantu akses pasar, baik online maupun of-fline,” kata Muzakkar.

Para pengrajin itu juga akan

sesering mungkin diikutkan dalam berbagai event pameran. Kalau pun tidak mengikutsertakan pengrajin, minimal produk-produknyanya di-bawa untuk diperkenalkan ke pub-lik, sehingga bisa membuka akses pasar.

“Harapan kita adalah pengrajin ini harus ada penerusnya, regenera-si ke generasi milenial atau generasi kedua. Saat ini pengrajin-pengrajin kita rata-rata sudah berumur 50 ta-hun dan sudah tua. Ini tidak mu-dah memang, karena hambatannya adalah tidak banyak anak muda sekarang yang mau bergelut dalam bidang ini,” ujar Muzakkar.

“Dengan beralihnya keahlian ini ke generasi milenial, kita ha-rapkan generasi ini dapat memper-tahankan motif-motif yang sudah ada dan juga akan lahir desain-desa-in yang baru, tidak hanya terpaku pada Pinto Aceh yang selama ini banyak beredar,” pungkas Muzak-kar.(Putra Suriadi)

“Sekarang ini sedang marak-maraknya pembinaan IKM dan UMKM, dan kami memberikan

peluang kepada pengrajin-pengrajin kita ini untuk lebih eksis.”

Muzakkar,Kabid UMKM Disperindag Aceh Utara

Aceh Utara Sentra Souvenir Tas Motif Aceh

Macam-macam motif tas Aceh. | FOTO: TASACEH.COM

GAMPONG Ulee Madon, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara, adalah salah

satu contoh sukses keberhasilan program pembinaan industri kecil menengah (IKM) di Aceh. Souve-nir khas Aceh produk Ulee Madon telah menyebar ke seluruh dunia, di bawah oleh para wisatawan nasio-nal dan mancanegara yang berkun-jung ke Aceh.

Tim Tabangun Aceh yang ber-kunjung ke Ulee Madon, Oktober 2019, melihat proses regenerasi pengrajin souvenir di gampong ini berjalan baik. Salah satu home in-dustri yang kami kunjungi adalah milik Sanusi yang kini dipimpin oleh anaknya Ari Ariady. Ia adalah generasi milenial penerus usaha Thahira Souvenir.

Usaha handicraft milik Sanusi ini tergolong usaha yang mumpuni.

motif Aceh,” ungkap Ari Ariady.Kebetulan ayah Sanusi (kakek

Ari Ariady) juga penganyam tikar profesional pada masanya. Jadi ba-kat kreatifitas Sanusi muda sudah mengalir dari orang tuanya yang pandai menganyam tikar pandan.

Ari Ariady menceritakan, usaha handicraft mereka mengalami masa kejayaan pada tahun 1994. Saat itu, usaha yang dirintis ayahnya pernah merasakan seperti usaha garmen yang memproduksi dalam kapasitas yang banyak. “Juga pernah mem-buka cabang produksi. Itu terjadi dalam rentang waktu tahun 1992-1996,” kata Ari.

Thahira Souvenir tetap berta-han di tengah semakin tumbuhnya usaha-usaha serupa di Ulee Madon. Kuncinya adalah menjaga kualitas produk, serta menambah varian produksi, mulai dari tas ukuran yang

Ia merupakan perintis pertama kali usaha handicraft di Aceh Utara dan sampai sekarang masih bertahan. Produk Thahira Souvenir ini tetap bisa di tengah semakin tumbuhnya usaha serupa di Ulee Madon ini.

Ari Riadhy penerus usaha ayah-nya mengatakan bahwa usaha ini sudah berjalan semenjak tahun 1988, terinspirasi dari pemberian seminar kit kegiatan saat mengikuti pelatihan di PT. ASEAN. Seminar kit adalah souvenir atau produk yang disatukan, digabungkan da-lam sebuah paket (kit) yang dibe-rikan kepada peserta, sponsor, atau penonton, pada saat acara atau ke-giatan seminar dan lomba dari pa-nitia kegiatan.

“Saat itu seminar kitnya ada-lah tas kecil. Ayah mempelajari isi seminar kit itu, lalu mendapatkan ilham untuk membuat tas dengan

kecil sampai tas yang besar, serta ada kain baju Aceh dan juga bahan baku untuk dijual ke pengrajin lain.

Sanusi juga terbilang orang yang kreatif dan professional dalam menjalankan profesinya. Penga-laman dan ilmu yang diperolehnya dalam berbagai pelatihan yang dii-kuti, disebarkannya kepada orang lain. Di sela-sela kesibukannya se-bagai pengrajin dan penjual, Sanusi juga menjadi instruktur kerajinan tas Aceh. Hal ini membuat Sanusi mendapatkan banyak pengharga-an dari daerah maupun dari pusat, juga dari luar negeri.

Secara kualitas, handicraft bu-atan Thahira Souvenir tergolong sangat baik, jaitannya rapi dan kuat serta bordirannya pun tidak asal--asalan. Jenisnya pun banyak.

Ari menambahkan, saat ini Thahira Souvenir mempekerjakan 30 perajin border yang kesemua-nya adalah ibu-ibu rumah tangga, serta 3 pekerja lelaki yang khusus mengerjakan pembentukan tas. “Ibu-ibu yang mengerjakan bor-diran tidak bekerja langsung di tempat kami, tapi mereka cukup melakukan pekerjaan tersebut di rumah masing-masing. Ini dapat membantu ibu-ibu untuk men-dapatkan penghasilan tanpa me-ninggalkan pekerjaan rumah yang menjadi tanggung jawabnya sehari--hari,” kata Ari.

Setaip harinya, Thahira Souve-nir memproduksi sekitar 50 tas per

hari, tergantung jenisnya. “Kalau lagi dapat orderan banyak, insya-Allah kita sesuaikan pengerjaannya, yaitu mengerjakan tas yang ordera terlebih dahulu, walaupun penger-jaan tas lain kita selip-selipkan. Pelanggan pernah juga mengorder sampai 1500 tas untuk kegiatan se-minar. Alhamdulillah, jadi tergan-tung permintaan lah,” kata dia.

Hasil produksi Thahira Souve-nir saat ini dipasarkan ke penjual souvenir di Lhokseumawe, Bireu-en hingga ke Banda Aceh. Ada juga beberapa masyarakat membeli langsung ke tempat usaha mereka di Ulee Madon.

Ditanya harapannya kepada pemerintah, Ari berharap Pemerin-tah Aceh dapat mengintruksikan bawahannya dan seluruh ASN un-tuk menggunakan produk-produk kerajianan Aceh. Misalnya, seminar kit pada setiap kegiatan seminar dan pelatihan wajib dimasukkan dalam tas produk lokal.

Selain itu, Pemerintah Aceh dan kabupaten/kota hendaknya menerapkan 1 hari kerja dengan berpakaian tradisional Aceh. “De-ngan kebijakan ini Insya Allah pro-duk-produk kerajinan Aceh dapat dilestarikan dan tentunya akan me-ningkatkan pendapatan para peng-rajin Aceh, juga mengurangi peng-angguran yang ada di desa-desa dan tentu akan bermuara kepada kema-juan perekonomian Aceh,” pungkas Ari Ariady.(Putra Suriadi)

“Pemerintah Aceh perlu mengintruksikan bawahannya dan seluruh ASN untuk

menggunakan produk-produk kerajianan Aceh. Misalnya, seminar kit pada setiap kegiatan seminar dan pelatihan wajib dimasukkan

dalam tas produk lokal.”

Ari Ariadhy,Owner Thahira Souvenir Ulee Madon

Thahira, Perintis Kerajinan Khas Aceh di Ulee Madon

Page 13: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 86 |NOVEMBER 2019 13HABA BAPPEDA

KEPALA Bappeda Aceh Ir. Helvizar Ibrahim, M.Si memaparkan data peng-

gunaan dana Otonomi Khusus (Otsus) di Aceh. Data-data ini dipaparkan Helvizar Ibrahim saat menjadi salah satu narasumber pada kegiatan Seminar Nasional yang diadakan oleh Ikatan Kelu-arga Alumni UIN Sunan Kali-jaga (Ikasuka), di Aula Rektorat LT.3 UIN Ar Raniry Banda Aceh, Minggu 13 Oktober 2019. Semi-nar yang mengangkat tema “Afeksi Masyarakat dalam Pembangunan Aceh Pasca-Otsus” ini, dilaksana-kan berbarengan dengan Deklarasi IKASUKA Aceh.

Dalam paparannya Helvizar Ib-rahim menjelaskan secara detil ba-gaimana kronologis Aceh mendapat Dana Otsus, dimana pemerintah mengalokasikan Dana Otsus untuk Aceh untuk jangka waktu 20 ta-hun. Ia memaparkan, Dana Otsus pertama kali dikucurkan pada ta-hun 2008. Besaran Dana Otsus un-tuk tahun pertama sampai kelima belas adalah 2% dari plafon Dana Alokasi Umum (DAU) nasional. Kemudian pada tahun kelima belas hingga kedua puluh adalah 1% dari plafon DAU nasional.

“Dalam Qanun No. 2 Tahun 2008 dana Otsus Aceh diper-untukan untuk membiayai: (i) Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, (ii) Pemberdayaan ekonomi rakyat, (iii) Pengentasan kemiskinan, (iv) Pendanaan pen-didikan, (v) Sosial, dan (vi) Kese-hatan. Serta dialokasikan untuk pelaksanaan Keistimewaan Aceh dan Penguatan Perdamaian,” papar Helvizar Ibrahim.

Dalam perkembangannya, qa-nun yang mengatur penggunaan Dana Otsus sudah beberapa kali mengalami perubahan, karena dira-

itu alternatif kebijakan untuk ke-berlanjutan fiskal dan pembiayaan pembangunan menjelang penu-runan dan berakhirnya Dana Ot-sus Aceh. “Salah satu upaya adalah dalam upaya peningkatan penda-patan yaitu melalui beberapa ke-bijakan antara lain Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) de-ngan melakukan intensifikasi pajak dan restribusi daerah, Optimalisasi ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah) baik dari sisi penerimaan maupun dari sisi pemanfaatan untuk percepatan pengentasan kemiskinan,” ujarnya.

Selanjutnya, mendorong ke-mandirian BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) untuk mandiri, optimalisasi pemanfaatan dana CSR untuk perusahaan yang ber-gerak di bidang sumber daya alam dan sukarela. Kemudian optimali-sasi dan integrasi pendanaan pem-bangunan yang bersumber dari APBN, KPBU, PINA dan sektor swasta, serta pengintegrasian peng-gunaan dana desa untuk mencapai target dan capaian daerah.

Pada sektor investasi juga da-pat dilaksanakan melalui beberapa kebijakan. Antara lain pembangun-an infrastruktur dana otsus untuk konektifitas mendukung kawasan strategis nasional dan kawasan stra-tegis provinsi seperti KEK Arun Lhokseumawe, KIA Ladong, Ka-wasan Strategis Pariwisata Dataran Tinggi Gayo Alas (DTGA), Kawa-san Industri Barsela, Kawasan Stra-tegis Pariwisata Simeulue-Singkil, Kawasan Basajan, Kawasan Peri-kanan Samudera Lampulo, Kawa-san Industri Tatimlaga serta Kawa-san Pariwisata Sabang.

Hal ini untuk memperce-pat operasional kawasan tersebut dan dapat mendongkrak investasi di Aceh, serta berdampak kepa-da pengentasan kemiskinan dan

sa selama ini belum berjalan baik, serta masih banyak kelemahan yang ditemukan dalam realisasinya. Se-mua ini dilakukan agar dampak dari adanya Dana Otsus lebih tepat, jelas, dan relevan dengan maksud dan tujuan penggunaan dana otsus.

Menurutnya, dana Otsus ha-rus digunakan pada kegiatan yang mempunyai daya ungkit, dengan mempertimbangkan aspek keadilan dan pemerataan agar tercapai kese-larasan serta keseimbangan pemba-ngunan daerah lebih tepat sasaran dalam pemanfaatan dana otonomi khusus Aceh. “Dalam perkembang-annya, sejak tahun 2008 sampai sekarang Pemerintah Aceh sudah mendapat Dana Otsus sebanyak Rp 65 triliun yang telah tersebar pada tujuh bidang pembangunan,” ujarnya.

Helvizar Ibrahim merincikan, berdasarkan Capaian Indikator Ekonomi Makro Aceh pada tahun 2018 menunjukkan perkembangan yang positif. Seperti tingkat kemis-kinan yang pada tahun 2018 berha-sil ditekan pada angka 15,68%, di mana pada tahun 2008 mencapai 23,53 %. Pertumbuhan ekonomi juga sudah mencapai 4,61%, ber-banding tahun 2008 yang malah tumbuh ke arah negatif -5,24%.

Penggangguran juga sudah mencapai 6,36%, dimana pada ta-hun 2008 sebesar 9,56%. Pada In-deks Pembangunan Manusia juga mengalami peningkatan yang pada tahun 2018 mencapai 71,19 yang bermakna sudah terklasifikasi ting-gi, di mana pada tahun 2008 pada kisaran 70,76 dan ini hampir sama dengan rata-rata IPM provinsi di Indonesia yang mencapai 71,39.

Terkait dengan akan berku-rang dan berakhirnya dana otus, Helvizar mengatakan, Aceh perlu melakukan upaya soft-landing, ya-

pengangguran. Selain itu juga akan meningkatkan pertumbuhan di Aceh serta dengan mendorong tumbuhnya industri manufaktur untuk meningkatkan produktifi-tas dan nilai tambah, pemberian insentif fasilitas dan kemudahan berusaha di Aceh.

Pada sektor sosial budaya dapat juga ditempuh melalui beberapa kebijakan. Antara lain optimalisa-si Sumber Daya Manusia (SDM) penerima beasiswa (S1, S2, S3) untuk mendukung Sumber Daya Manusia Unggul, optimalisasi BLK untuk melahirkan tenaga kerja mahir & bersertifikat (life skill) dan juga melalui Optimalisasi Sekolah Vokasi Unggul untuk me-lahirkan tenaga kerja terampil dan berdaya saing.

Sehubungan dengan sumber pendapatan, Pemerintah Aceh khu-susnya Bappeda, terus berupaya dalam menjaring pembiayaan dari sumber-sumber lain dalam mem-biayai berbagai pembangunan dae-rah. Karena bila kita sangat domi-nan terhadap dana otsus maka saat dana otsus berakhir maka akan sa-ngat sulit bagi kita dalam membia-yai berbagai pembangunan daerah.

“Pengelolaan dana desa juga sangatlah perlu menjadi perhatian kita karena kita sangat mengharap-kan dengan adanya kucuran dana desa yang sangat melimpah. Khu-susnya untuk Aceh haruslah dapat kita manfaatkan secara maksimal,” ungkap Helvizar Ibrahim.

Dana desa dapat digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah, pembangunan, pem-berdayaan masyarakat dan kema-syarakatan. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta pe-nanggulangan kemiskinan, prioritas penggunaan dana desa diarahkan

untuk pelaksanaan program dan ke-giatan pembangunan desa.

“Desa menjadi sebuah prioritas bagi Pemerintah Aceh untuk diba-ngun. Sehingga dengan berkem-bangnya desa-desa di Aceh akan berdampak kepada majunya suatu daerah. Karena pada prinsipnya bila masalah pembangunan di desa da-pat kita selesaikan secara kompre-hensif maka selesailah segala pem-bangunan di daerah, sehingga pola pembangunan yang berorientasi di pedesaan haruslah dapat menjadi perhatian kita semua,” ujarnya.

Helvizar juga mengatakan, Bap-peda Aceh sangat mengapresiasi keterlibatan pihak kampus dalam menentukan arah pembangunan Aceh ke depan. “Kegiatan ini me-nunjukkan eksistensi kampus khu-susnya mahasiswa sebagai agent of change, di mana mahasiswa ada-lah salah satu harapan Pemerintah Aceh agar ke depannya Aceh bisa berubah ke arah lebih baik,” ujar-nya.

Pemerintah Aceh juga sangat mengharapkan adanya hasil inovasi dan riset dari kampus dapat menja-di solusi tersendiri dalam mengha-dapi berbagai persoalan, khususnya bidang pembangunan manusia. “Karena walau bagaimanapun pe-merintah perlu banyak masukan terutama dari perguruan tinggi un-tuk menjawab berbagai persoalan,” kata Helvizar.

Helvizar menjelaskan Aceh akan mendapatkan kesempatan periode bonus demografi yang me-miliki potensi untuk mengalami peningkatan kesejahteraan secara signifikan. Kesempatan emas dari bonus demografi, menurutnya, dapat dioptimalkan dengan peran serta dari perguruan tinggi untuk dapat berperan penting mewujud-kannya.(Khairul Ridha)

“Kegiatan ini menunjukkan

eksistensi kampus khususnya mahasiswa

sebagai agent of change, di mana

mahasiswa adalah salah satu harapan

Pemerintah Aceh agar ke depannya Aceh

bisa berubah ke arah lebih baik.”

Ir. Helvizar Ibrahim, M.Si,

Kepala Bappeda Aceh

Kepala Bappeda Aceh Paparkan Data Pemanfaatan Dana Otsus

Page 14: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 86 |NOVEMBER 201914

SERBA-SERBI

SEMERBAK aroma terapi tetiba terasa. Wewangian ini bukan dari ruangan terapi spa

sebuah rumah kecantikan, melain-kan dari sebuah bangunan works-hop sederhana di kawasan merduati Banda Aceh. Pemilik workshop ini bernama Farhaniza.

Dia masih sibuk meracik bahan bahan yang akan dijadikan aneka produk kecantikan seperti sabun, body butter, shampoo bahkan hingga lip balm. Kesemuanya pro-duk kecantikan bagi kaum hawa.

Ingin mandiri dan menyalurkan naluri bisnis, itulah yang mendasari Dara membangun Usaha Kecil Me-negah di kediamannya. Ia memilih bisnis perlengkapan kecantikan pe-rempuan karena prospek yang men-janjikan.

“Awalnya ingin berbisnis di bi-dang kuliner juga, tapi setelah meli-hat peluang bisnis kecantikan lebih menjanjikan, maka saya memutus-kan untuk memilih bisnis ini, dan ini juga bagian dari kesukaan saya menggunakan produk-produk her-bal dan alami untuk perawatan ku-lit,” ujar Dara saat ditemui Taban-gun Aceh beberapa hari lalu.

Industri hilir di bidang kecan-tikan dan skin care di Aceh, sebut

Indonesia, dengan prinsip membuat produk yang hanya memakai bahan--bahan alami dan berkontribusi posi-tif terhadap lingkungan.

Bagi Dara, masalah klasik UMKM yang selalu dikeluhkan adalah pemasaran. Untuk itu, dia pun menguatkan pemasaran pro-duknya dengan meraup pasar seba-nyak-banyaknya.

Selain memanfaatkan pasar on-line, Dara juga menguatkan pasar

bagai brand produknya. Kata ini berasal dari bahasa Azerbaijan yang berarti “mentega”. Dara memilih kata itu sebagai penanda awal mula YAGI Natural mengembangkan produk menggunakan lemak coke-lat sebagai bahan utama.

Proses riset produk-produk YAGI Natural dilakukan sejak akhir 2014. Pertama kali dijual secara umum pada awal Januari 2016, ketika ber-gabung dalam Komunitas Organik

Dara, masih sangat jarang, tapi potensinya sangat besar. Oleh ka-renanya, ibu satu anak ini memilih industri kecantikan dan skin care sebagai usahanya.

“Produk yang kami hasilkan ber-bahan dasar lemak cokelat yang ba-han bakunya juga ada di Aceh ada. Meskipun saat ini kami masih meng-ambil bahan baku dari luar Aceh, tapi saya sudah berdiskusi dengan dinas perindag untuk kedepannya menggunakan bahan baku cokelat dari Aceh,” urai Dara.

Tak merasa cukup dengan pengetahuan di bidang kecan-tikan yang dimiliki, perempuan asal Samalanga, Kabupaten Bireuen ini pun melengkapi kepiawaiannya dengan mengambil studi dibidang herbal dan kecantikan pada sekolah Formula Botanica yang berada di Kota Dorchester, Inggris. Saat ini, Dara sudah berada ditahun kedua menjalani kelas jauh.

“Berbisnis di bidang kecantikan dan skin care ini kan memang ha-rus kuat di ilmu pengetahuannya. Makanya saya sengaja mengambil kelas jauh tingkat diploma di kam-pus tersebut untuk menjamin kua-litas produk,” katanya.

Dara memilih kata “YAGi” se-

skin care di luar Aceh. “Konsumen utama kami di Jakarta, Bandung, dan Bali. Karena di sana kan pasar skin care itu luas sekali. Jadi pro-duk-produk kami ini didistribusi ke konsumen di Jakarta, tapi produksi di Aceh. Ini juga bagian dari strate-gi,” katanya.

Menjadi pelaku UKM, kreati-fitas dan inovasi haruslah menjadi hal utama, agar usaha bisa berkem-bang dengan optimal.(Yayan)

“Berbisnis di bidang kecantikan dan skin care ini kan memang harus kuat di ilmu pengetahuannya. Makanya saya sengaja mengambil kelas jauh tingkat diploma di kampus tersebut untuk menjamin kualitas produk.”

Farhaniza (Dara),Owner YAGi Natural

Berawal dari Kebutuhan Pribadi

beberapa hari lalu.Usaha ini dirintis Husyu sejak tahun

2015 lalu. Hobi memasak dan mencoba beragam resep kue serta jiwa wirausaha telah mengantarkan Husyu menjadi salah satu pengusaha perempuan di Kota Ban-da Aceh. Usahanya semakin berkembang setelah mendapatkan pembinaan dari Disnakermobduk Aceh.

Mulai tahun 2017, Mochicha men-jadi salah satu perusahaan yang secara rutin mengikuti kegiatan Binkom yang dilaksanakan oleh Dinas Ketenagakerjaan dan Mobilitas Penduduk Provinsi Aceh. “Binkom ini membuat pekerja saya lebih nyaman dalam bekerja, sehingga mening-katkan penjualan kami,” ujarnya.

“Kami berharap agar kegiatan Bin-kom ini bisa terus lebih baik lagi dan te-rus mengayomi pelaku UMKM di Banda Aceh,” imbuh perempuan alumnus S1

HUSYU Sufriani adalah salah satu contoh perempuan kreatif. Husyu, demikian dia sering di-

sapa, memanfaatkan setiap waktu seng-gangnya untuk berkreasi, menghasilkan sesuatu yang memberikan manfaat bagi dirinya dan orang banyak.

Hasilnya, Husyu yang sehari-hari be-kerja sebagai dokter muda di RSUD Meu-raxa Banda Aceh, sukses mendirikan peru-sahaan pembuat kue yang cukup terkenal di Banda Aceh. Mochicha, begitulah nama perusahaan yang didirikan Husyu, dengan merek produk Kue Mochi.

Perusahaan yang beralamat di Neusu Banda Aceh ini, setiap harinya mempro-duksi 200-300 box kue dengan berbagai varian. “Semua produk kue mochi Moc-hicha di proses dengan sangat higienis untuk memberikan standar mutu terba-ik,” kata Husyu kepada Tabangun Aceh,

Kedokteran ini. Saat ini, Mochicha yang mengusung

semboyan “Murah, Higienis, dan Halal” ini memiliki 10 pekerja, dengan 9 orang di antaranya merupakan perempuan.

Bagi Anda yang ingin menikmati beragam rasa dari Mochicha Kue Mochi Banda Aceh dapat melihat produk-pro-duknya melalui website https://mochic-ha.co.id. Tersedia banyak varian, seperti Mochi Blueberry, Mochi Strawberry, Mochi Keju, Mochi Spesial, Mochi Cok-lat, Mochi Kacang, Mochi Oreo, dan banyak lainnya. Harganya antara Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu per paket.

Apakah Kue Mochi dapat disorder ke luar daerah? “Bisa order melalui WA MOCHICHA: 085370502013 dan akan dikirim melalui JNE maupun pengirim-an bus jika dalam kawasan yang ada bus,” ujar Mbak Husyu.(Cek Wat)

Pengusaha Kue MochiDokter Muda

BINAAN DISNAKERMOBDUK ACEH

Page 15: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 86 |NOVEMBER 2019 15

Gambar mewarnai di atas diperuntukkan bagi siswa-siswi TK/SD/MI. Warnailah, lebih baik menggunakan PASTEL/KRAYON. Gunting (boleh difoto copy) dan kirimkan ke alamat redaksi d/a Bappeda Aceh Jl.Muhammad Daud Beureueh No. 26, Banda Aceh, dengan mengisi identitas diri. Di sudut kiri amplop ditulis “MEWARNAI”. Redaksi menyediakan bingkisan sekolah kepada masing-masing karya terbaik. Hadiah akan dikirim ke alamat sekolah masing-masing.

Nam

a Sis

wa

:

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

Nam

a Sek

olah

:

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

Ala

mat

Sek

olah

:

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

Kela

s

:

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Alamat Rumah : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Sekolah / Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Kelas : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

TTS ini diperuntukkan bagi siswa-siswi SD/MI. Kirimkan jawaban ke alamat redaksi, d/a Bappeda Aceh, Jl.Muhammad Daud Beureueh No. 26, Banda Aceh, dengan menyertai potongan TTS dan menulis identitas diri (Nama, TTL, Alamat Sekolah). Di sudut kiri amplop ditulis TTS Anak. Redaksi menyediakan bingkisan sekolah dan akan dikirim ke alamat sekolah masing-masing.

MENDATAR :1.Jenis burung buas 7.Panggilan kepada orang tua laki-laki 10.Perguruan tinggi 11.Penyakit lupa 13.Misal, jika 15.Seni merangkai bunga ala Jepang 18.Rupiah (singkat) 20.Hewan padang pasir 22.Kabar, obrolan (Bhs. Aceh) 24.Wilayatul Hisbah (singkat) 25.Sumber kehidupan 26.Tempat Pembuangan Akhir (singkat) 27.Olahan tradisional Aceh sebagai bumbu dapur yang terbuat dari asam belimbing 28.Pembungkus barang berbentuk kotak 31.Kata penutup dari suatu perbincangan atau bahasan 35.Berakhirnya sebuah cerita atau bacaan 38.Cendera mata, handicraft 40.Khusus, spesial 42.Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (singkat) 43.Makanan dari pohon rumbia 45.Baterai basah 46.Salah satu huruf hijaiyah 47.Supaya 49.Surat izin dalam berkendara 50.Salah satu jenis minyak atsiri yang telah banyak dihasilkan di Aceh 53.Satuan ukuran berat 54.Penganut suatu agama 55.Jenis kenderaan perang 56.Ibukota Negara Turki 57.Seni mengkerdilkan tumbuhan 58.Minggu (Bhs. Arab) 59.Pekan Kebudayaan Aceh (singkat) 60.Jenis kain baju

MENURUN :1.Menjual barang ke luar negeri 2.Saudara kita yang lebih muda 3.Pakaian wanita 4.Baris baru, paragraf 5.Teman dekat, karib 6.Nasehat 7.Buih 8.Pendidikan Anak Usia Dini (singkat) 9.Salah satu barang souvenir khas Aceh, peci 12.Mengambil ukuran suatu benda 14.Keinginan 16.Merek kenderaan produksi anak Indonesia 17.Salah satu tokoh dalam cerita wayang 19.Salah satu hasil perkebunan 21.Alat pengungkit 23.Bulu di atas mata 24.Wakil Kepala (singkat) 28.Tempat tinggal sementara atau tidak permanen 29.Suara besar seperti harimau, singa, dan sebagainya 30.Pakai (Bhs Inggris) 32.Udang yang dikeringkan 33.Pekerjaan yang dilakukan hanya untuk hiburan 34.Kata milik untuk dia 35.Kereta api (Bhs. Inggris) 36.Harta awal dalam memulai usaha 37.Kasur, matras 39.Serangga pengganggu kita di malam hari 41.Selesai 43.Mandi uap 44.Guru pengajian 47.Barang kuno dan bernilai tinggi 48.Loba, serakah 51.Bermalam di suatu tempat 52.Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (singkat).

Edisi 86

Edisi 86

Jawaban TTS Tabloid Tabangun Aceh Edisi 85 NAMA – NAMA PEMENANG TTS TABLOID TABANGUN ACEH EDISI 851.KEYSA NURCAHYA, SDN PANDA SARI KEC. MANYAK PAYED ACEH TAMIANG – KLS IV 2.NADIA RAISA FEBRIYATI, MIN 27 BIREUEN – Kls V 3.MUZANNI, SDN 5 MUARA SATU JL. LINE PIPA, PADANG SAKTI ,LHOKSEUMAWE – KLS V 4.AZIZUL ULFA, MIN 17 PIDIE JL WAKI IBRAHIM NO .1 KEURAMAT LUAR KE KOTA SIGLI KAB PIDIE – KLS VI/d 5.FAIRUZZIZUAN, MIN 12 BIREUEN PULO KITON – KLS V/2 UNIT LHOK AWE 6.M. ATQA DHIAULHAQ, SD GAROT JL. SOEKARNO HATTA - KLS IV/b 7.FEDYA JELILA, SDN 1 SAMUDERA JL. BLANG ME DESA MANCANG KEC. SAMUDERA ACEH UTARA – KLS IV/A 8.NUR MAGHFIRAH, MIN 17 PIDIE JL. WAKI IBRAHIM NO. 1 KEURAMAT LUAR – KLS VI/c 9.SAIFAN NUR, MIN JAMBO TAPE - KLS IV/a 10.PEBRI NUGRAH HARAHAP, SDN KUTA BATEE TRIENGGADENG PIDIE JAYA – KLS VI/b

MENDATAR: 1.Bumi 3.Paru 5.Sejagat 9.Ompong 11.Ziarah 13.Asa 15Sebelas 18.Bintang 20.Austria 23.Irak 25.Guna 27.Usia 29.Naik 32.Rukun 34.Dahaga 36.Ingkar 38.Senda 39.Ankara 42.Santun 44.Mula 46.Jahe 47.Hansip 49.Mukena 52.Puasa 54.Pasar 55.Kuali 56.Raga 57.Tentu 58.Lidi. MENURUN: 1Bisnis 2.Indonesia 3.Perhatian 4.Undang 5.SGO 6.Juga 7.Gaza 8.TPA 10.Pra 12.RRI 14.Sit 16.Emas 17.Sak 18.Bag 19.Nasi 21.Suhu 22.Ratu 24.Aqsa 26.Uang 27.Ulama 28.Induk 30.Aurat 31.Kapan 32.Rasul 33.Niaga 35.Her 37.KUA 40.Nya 41.Ampas 42.Semua 43.UAN 45.Abu 46.Jas 47.Hair 48.Sapa 50.Kail 51.Arti 52.PRT 53.Aku.

NAMA – NAMA PEMENANG MEWARNAI TABLOID TABANGUN ACEH EDISI 851.HILWA SALSA BILA, MIN 10 PUNGE BLANG CUT – KLS II/b 2.M. ZAHRAN ARIFFA, SDN 1 SAMUDERA JL. BLANG ME DESA MANCANG ACEH UTARA – KLS 1/a 3.ABDUL AZIZ, SD IT INSAN MADANI KUTA BARO MEUKEK ACEH SELATAN–KLS 1 4.NAFIRA, MIN 17 PIDIE JL. WAKI IBRAHIM NO. 1 KRAMAT LUAR – KLS VI/a 5.MAULANA AZRA, MIN 9 ACEH BESAR JL. BAND ACEH MEULABOH – KLS VI 6.HABIBIL AUZAR, SD IT HAFIZUL ILMI BLANG KRUENG ACEH BESAR - KLS 1 7.MIFTA HULJANNAH, MIN 4 PEUREULAK LOKDALAM – KLS V 8.ZAYYANA BALQISA, TK BOH HATE MA JL. LAKSAMANA MALAHAYATI LAMNGA ACEH BESAR – KLS B/2 9.NILNA MISKA USRINA, SDN 68 B.ACEH LAMGUGOP KEC. SYIAH KUALA – KLS V 10.NANCY AIZORA, MIN 17 PIDIE KEC. KOTA SIGLI KAB. PIDIE JL. WAKI IBRAHIM NO 1 KRAMAT LUAR KOTA SIGLI – KLS VI/C

Page 16: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI UMKM

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 86 |NOVEMBER 201916 SPIRIT

BUMI Aceh memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang melimpah. Tanahnya kaya,

subur, luas, namun tidak tergarap secara maksimal untuk kesejahteraan rakyatnya. Pada satu sisi, lahan-lahan nan subur itu banyak yang terbengka-lai, lahan tidur. Pada sisi lain, terdapat

teronggok dan terkesan menjadi penghalang pembangunan. Tak ada upaya untuk memanfaatkannya.

Menyadari adanya anugerah Allah di bumi Tuan Naga ini, sua-tu ketika akademisi dari Politeknik Aceh Selatan (Poltas) meneliti kan-dungan batu-batu gunung itu. Ter-nyata warna dan seratan di dalam-nya menakjubkan; marmer dengan dengan berbagai motif.

Akhirnya pada tahun 2011 akademisi Poltas mendirikan labo-ratorium marmer dan granit untuk mengelola potensi bebatuan di kaki gunung sepanjang Aceh Selatan. Pe-merintah Aceh menyetujui proposal pembangunan laboratorium beserta peralatannya untuk Poltas.

“Sejak tahun 2011 kami men-dirikan laboratorium marmer dan granit di Kampus Politeknik Aceh Selatan. Kampus ini berada di ba-wah Pemkab Aceh Selatan. Semen-tara bantuan untuk pembangunan laboratorium datang dari Pemerin-tah Provinsi melalui APBA,” ujar Nuzuli Fitriadi ST MT, Wakil Direktur I Politeknik Aceh Selat-an kepada Tabangun Aceh, Kamis (17/10/2019), di Tapak Tuan.

beberapa potensi SDA yang selama bertahun-tahun dibiarkan tergeletak, tak termanfaatkan.

Salah satunya adalah potensi batu marmer di Aceh Selatan. Je-jeran batu di pegunungan Aceh Selatan sekian lama tak tergarap. Batu-batu itu dari masa ke masa

LABARORATORIUM mar-mer dan granit di Kampus Politeknisk Aceh Selatan

berfungsi ganda. Pertama, ia adalah sebagai tempat praktik mahasiswa. Kedua, menjadi pundi penambah pendapatan bagi kampus melalui pusat bisnis UPT Marmer.

“Tujuan utama laboratorium ini adalah sebagai tempat prakti-kum mahasiswa. Meski demikian, hasil produksi dari laboratorium ini kami komersialkan. Hasilnya luma-nyan, cukup untuk menutupi bia-ya operasional,” tutur Hardisal ST MKom, Wakil Direktur II Politek-nik Aceh Selatan, kepada Tabangun Aceh, di kampus tersebut.

Hardisal mengajak Tabangun Aceh untuk melihat aneka marmer produksi Politeknik Aceh Selatan.

marmer kita,” katanya.Disebutkan, Masjid Jamik Lueng

Bata juga sudah mengorder marmer untuk dipasang pada pintu gerbang-nya. “Laboratorium Politeknik Aceh

Selain marmer lantai yang berane-ka motif dan warna, juga terdapat meja tamu, kursi, gelas, mangkuk, dan aneka hiasan lain. Indah, berca-haya, dingin, menakjubkan.

“Marmer standar untuk lantai kami hargai Rp 400 ribu per meter. Sementara meja tamu dari bahan marmer bisa mencapai Rp 5 juta, belum termasuk kursi,” ungkap Hardisal.

Ditambahkan, banyak pihak yang sudah memesan dan mema-kai marmer produksi Politeknik Aceh Selatan. “Di antaranya adalah Masjid Agung Kota Tapak Tuan. Seluruh lantai Masjid Agung Tapak Tuan menggunakan marmer dari sini. Selain itu ada juga beberapa rumah orang kaya di Meulaboh dan Aceh Selatan yang memakai

Selatan tetap menjaga kualitas pro-duksi sehingga pelanggan yang sudah mencoba merasa puas. Mahasiswa yang melakukan praktik menjadi le-bih terampil,” pungkas Hardisal.

Untuk pemesanan atau konsul-tasi tentang marmer dan granit asli dari pegunungan Aceh Selatan da-pat menghubungi Afdhal di nomor 081360386871. (hbn)

“Bahan baku marmer di Aceh Selatan sangat banyak, melimpah. Sementara kapasitas produksi di Laboratorium Politeknik sangat ter-batas, hanya mampu memproduksi 9 meter per hari,” ujar Nuzuli di-dampingi Hasbaini, Kabag Humas kampus itu.

Saat Tabangun Aceh masuk ke laoratorium, terlihat Afdhal, kepala laboratorium bersama stafnya se-dang menghaluskan marmer yang merupakan hasil praktik mahasiswa. Di dalam laboratorim itu terlihat beberapa mesin, seperti geraji ber-mata raksasa pembelah batu, gergaji bermata empat pemotong batu, per-alatan pembuat tiang marmer, alat penghalus mamer dan lain-lain.

“Peralatan di laboratorium ini masih terbatas. Kalau ada gergaji yang mampu melakukan produksi massal kami menyambutnya de-ngan senang hati. Meski dalam ke-terbatasan, laboratorium ini tetap aktif setiap hari,” ujar Afdhal sam-bil memperlihatkan peralatan kerja berserta fungsinya.

Nuzuli, Afdhal dan semua aka-demisi Poltas berharap agar pihak--pihak terkait mengunjungi Poltas

untuk melihat potensi marmer dan peluang peningkatan skill maha-siswa serta pengembangan labora-torium kampus setempat. Setelah melihat dari dekat akan dipahami potensi untuk dikembangkan.

“Proposal pengembangan la-boratorim dan untuk peningkat-an produksi sudah kami ajukan ke provinsi pada tahun 2019 ini. Mudah-mudahan segera ditindak-lanjuti. Hasil produksi marmer dan granit di sini dijanjikan akan dijoin dengan KIA Ladong. Kita yang akan suplai marmer ke KIA Ladong,” ujar Nuzuli.

Sementara itu, tokoh masyara-kat Aceh Selatan, Agussalim SAg, menyarankan kepada Pemkab se-tempat untuk menggarap secara optimal potensi marmer sehingga ia menjadi ikon baru Aceh Selatan selain pala dan naga.

“Selain pala dan naga, saya kira Tapak Tuan pantas dijuluki seba-gai Kota Marmer. Alangkah indah andai Pemkab membangun Tugu Marmer di Tapak Tuan untuk membantu kampanye marmer se-tempat,” ujar Agus yang juga peng-awas madrasah. (hbn)

“Bahan baku marmer di Aceh Selatan sangat banyak, melimpah. Sementara

kapasitas produksi di Laboratorium Politeknik sangat terbatas, hanya

mampu memproduksi 9 meter per hari,”

Nuzuli Fitriadi ST, MT,Wadir I Politeknik Aceh Selatan

“Marmer standar untuk lantai kami hargai Rp 400 ribu per meter. Sementara meja tamu dari bahan marmer bisa mencapai Rp 5 juta, belum termasuk kursi,”

Hardisal ST MKom,Wadir II Politeknik Aceh Selatan

“Selain pala dan naga, saya kira Tapak Tuan pantas dijuluki sebagai Kota Marmer. Alangkah indah andai Pemkab membangun Tugu Marmer di Tapak Tuan untuk membantu kampanye marmer setempat,”

Agussalim SAg,Tokoh masyarakat Aceh Selatan

Marmer Tapak Tuan, Memukau!

Tempat Pratik Mahasiswa dan Pusat Bisnis Kampus

Afdhal (dua kiri) menjelaskan proses produksi marmer di Politeknik Aceh Selatan.|FOTO: HASAN BASRI M NUR

Meja marmer.| FOTO: HASAN BASRI M NUR