Upload
fpickassa
View
1.695
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran IPS Menggunakan Metode Puzzle Jigsaw Di Kelas II SDN 8 Gedung Air Bandar Lampung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang
cukup besar. Bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai menyadari pentingnya investasi masa
depan terutama pada bidang pendidikan, tidak hanya terfokus pada pembangunan fisik
semata. Pembenahan di dunia pendidikan mulai dilakukan. Sayangnya, tujuan mulia ini
terbentuk masalah klasik. Yaitu rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Dalam dunia pendidikan, sekolah merupakan lembaga sentral yang berperan dalam
mengembangkan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik sebelum
terjun ke masyarakat. Sebagai pendidik, sudah seharusnya kita turut berperan serta dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidik dapat mengawalinya dari hal yang terkecil,
diantaranya dengan meningkatkan prestasi belajar siswa. Banyak faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal maupun faktor eksternal. Salah
satu faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah lingkungan sekolah.
Faktor lingkungan sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah (Slameto, 2003:64-69).
Metode mengajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
anak. Penggunaan metode mengajar yang menarik dan menyenangkan akan sangat
berpengaruh pada iklim belajar di kelas.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, diperoleh data nilai siswa pada mata
pelajaran IPS semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011 yang disajikan pada tabel berikut
ini :
Tabel 1.1 Rekapitulasi Nilai IPS Semester Ganjil
No. Data kualitatif Jumlah siswa
1. Amat baik (80-100) 3
2. Baik (70-79) 7
3. Cukup baik (60-69) 12
4. Kurang (50-59) 10
5. Sangat kurang (<50) 6
Berdasarkan diagram di atas, terlihat bahwa prestasi belajar IPS yang diperoleh siswa
pada semester ganjil kurang baik hal ini terlihat dari jumlah siswa yang berada di bawah
KKM sebesar 42 %. Apabila bahan pelajaran yang diajarkan 60%-70% nya dapat dikuasai
siswa, maka presentasi keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong baik
(Djamarah dan Zain, 2006:106).
Sejalan dengan pemikiran diatas serta melihat hasil belajar yang belum optimal, maka
diperlukan perubahan dalam proses pembelajaran yang kondusif sehingga pada akhirnya
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Selama ini pelajaran IPS dianggap sangat membosankan karena pembelajaran IPS
hanya mengandalkan komunikasi satu arah. Guru dianggap sebagai satu-satunya sumber
belajar. Metode pembelajaran yang masih bersifat konvensinal, dimana siswa hanya
menyimak penjelasan guru, mencatat dan mengerjakan latihan saja. Belum lagi
penggunaan metode pembelajaran yang monoton dan hanya menekankan pada penghafalan
semata, semakin menambah daftar panjang alasan siswa merasa enggan dalam belajar IPS.
Berangkat dari permasalahan tersebut, penulis berusaha untuk menggunakan metode
baru dalam pembelajaran IPS terutama di kelas II SD. Metode pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan untuk siswa sehingga pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran IPS adalah puzzle
jigsaw. Menurut Adenan (1989:9) dinyatakan bahwa puzzle dan games adalah materi untuk
memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat. Tarigan (1986:234)
menyatakan bahwa pada umumnya para siswa menyukai permainan dan mereka dapat
memahami dan melatih cara penggunaan kata-kata, puzzle , crosswords puzzle , anagram
dan palindron. Sedangkan Jigsaw adalah salah satu metode kooperatif yang lebih
mengetengahkan kerja sama tim dalam memecahkan masalah.
Metode puzzle jigsaw merupakan metode kolaborasi antara permainan puzzle dan
metode pembelajaran kooperatif model jigsaw. Pembelajaran kooperatif merupakan salah
satu pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dan dapat membangun kerjasama antar individu
dalam kelompoknya.
Diharapkan dengan penggunaaan metode ini dapat meningkatkan minat belajar siswa
dalam pembelajaran IPS, sehingga akan berdampak positif pada prestasi belajar siswa.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentisifikasi masalah sebagai berikut :
1. Prestasi belajar IPS masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari tidak tercapainya kriteria
ketuntasan belajar minimum.
2. Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional.
3. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih sangat rendah.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah
penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar siswa terutama pelajaran IPS
menggunakan metode puzzle jigsaw pada siswa kelas II semester genap bulan Januari –
Maret 2011 di SD Negeri 8 Gedung Air Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011. Pada
pokok bahasan kedudukan dan peran setiap anggota keluarga, tugas setiap anggota
keluarga dan kerjasama di lingkungan tetangga.
1.4 Rumusan Masalah
Apakah penerapan metode puzzle jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa pada pelajaran IPS di kelas II SD Negeri 8 Gedung Air.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui rata-rata prestasi belajar IPS siswa yang diajar menggunakan metode
puzzle jigsaw mengalami peningkatan dibandingkan menggunakan metode
konvensional.
2. Untuk mengetahui metode puzzle jigsaw dapat menjadi alternatife dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa terutama pelajaran IPS.
1.6 Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Siswa
Sebagai perangsang minat belajar siswa agar siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa itu sendiri.
b. Guru
Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan kompetensi guru dalam proses
mengajar.
c. SDN 8 Gedung Air
Dengan hasil penelitian ini diharapkan SD Negeri 8 Gedung Air dapat lebih
meningkatkan pembelajaran IPS sehingga prestasi belaja siswa lebih baik dan perlu
dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lain
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar
Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat.
Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita
saksikan. Kita hanya dapat menyaksikan adan ya gejala-gejala perubahan perilaku yang
tampak.
Banyak teori yang membahas tentang terjadinya perubahan tingkah laku diantaranya
aliran behavioristik dan aliran holistik. Menurut aliran behavioristik, belajar pada
hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang yang ditangkap pancaindra
dengan kecenderungan ntuk bertindak atau berhubungan antara stimulus dan respons (S-
R). Tokoh-tokoh aliran ini antaralain Thorndike, Skiner, Pavlop, Hull, dan Guthrie
(Sanjaya 2006:114)
Menurut aliran kognitif, belajar merupakan proses pengembangan insight. Insight
adalah pemahaman terhadap hubungan antarbagian didalam suatu situasi permasalahan.
Teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif holistik diantaranya teori Gestalt,
teori Medan , teori Organismik, teori Humanistik, teori konstruktivistik (Sanjaya
2006:115). Teori medan yang bersumber dari aliran psikologi kognitif atau psikologi
gestalt menjelaskan bahwa keseluruhan lebih memberi makna daripada bagian-bagian
terpisah.
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman
dan latihan. Menurut Hilgard (dalam Sanjaya 2006:113) belajar adalah proses perubahan
melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam
lingkungan alamiah. Sanjaya (2006:112) mengemukakan bahwa belajar adalah proses
mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan
perilaku.
Belajar dalam arti mengubah tingkah laku, akan membawa suatu perubahan pada
individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan
ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga
diri, minat, watak, penyesuaian diri. Menurut Hamalik (2002:57) Pembelajaran adalah
suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material
(buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses
yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa
secara umum pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian
rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik.
2.2 Prestasi Belajar
Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti
keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil
maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993:77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah
usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Prestasi belajar di bidan g pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta
didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang
relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari
pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes
yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi
belajar. Menurut Saifudin Azwar (2005:8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar
bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing
pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk
mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang
telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk
ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan UAN dan ujian-ujian masuk perguruan
tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antaralain:
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor
ini meliputi:
a. Faktor fisiologi (yang bersifat fisik) yang meliputi:
1) Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf
sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya ransangan yang diterima melalui
inderanya lama, sarafnya akan bertambah lemah
2) Karena cacat tubuh
b. Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani) meliputi:
1) Intelegensi
Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda. Seseorang yang
memiliki IQ 110-140 dapat digolongkan cerdas, dan yang memiliki IQ 140
keatas tergolong jenius. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat
menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi. Seseorang yang memiliki IQ
kurang dari 90 tergolong lemah mental, mereka inilah yang banyak mengalami
kesulitan belajar.
2) Bakat
Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap
individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah
mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya
3) Minat
Tidak adan ya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul
kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan
bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhannya, tidak sesuai dengan kecakapan dan
akan menimbulkan problema pada diri anak.
4) Motivasi
Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari
dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya
dalam mencapai tujuan, sehimgga semakin besar motivasinya akan semakin
besar kesuksesan belajarnya.
5) Faktor Kesehatan Mental
Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan
mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik
demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang
sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga,
lingkungan sekitarnya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan
kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi
belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan
tugas rumah (Slameto, 2003:64-69).
Untuk lebih jelasnya faktor-faktor tersebut akan dibahas sebagai berikut:
a) Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam
mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula. Guru perlu mencoba metode-metode mengajar yang
baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum
yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan
siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa.
c) Relasi Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Cara belajar siswa
juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi guru dengan siswa
yang baik, maka siswa akan berusaha mempelajari mata pelajaran yang
diberikannya dengan baik.
d) Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan,
akan diasingkan dari kelompoknya. Akibatnya anak akan menjadi malas untuk
masuk sekolah karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang
menyenangkan dari teman-temannya.
e) Alat Pelajaran
Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan
pelajaran yang diberikan kepada siswa. Tetapi kebanyakan sekolah masih kurang
memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya.
f) Disiplin Sekolah
Kedisiplinan erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga
dalam belajar. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula,
karena dapat memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.
g) Alat Pelajaran
Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan
pelajaran yang diberikan kepada siswa. Tetapi kebanyakan sekolah masih kurang
memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya.
h) Waktu Sekolah
Waktu sekolah dapat terjadi pada pagi hari, siang, sore/malam hari. Tetapi
waktu yang baik untuk sekolah adalah pada pagi hari dimana pikiran masih segar,
jasmani dalam kondisi yang baik sehingga siswa akan mudah berkonsentrasi pada
pelajaran.
i) Standar Pelajaran di Atas Ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi
pelajaran di atas ukuran standar. Padahal guru dalam menuntut penguasaan materi
harus sesuai dengan kemampuan siswa.
j) Keadaan Gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta bervariasi karakteristik mereka
masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam
setiap kelas.
k) Metode Belajar
Siswa perlu belajar teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik,
memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil
belajarnya.
l) Tugas Rumah
Kegiatan anak di rumah bukan hanya untuk belajar, melainkan juga digunakan
untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak
memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah.
2.3 Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS )
Ilmu sosial (Inggris: social science) atau ilmu pengetahuan social (Inggris : social
studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang
berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. IPS tidak memusatkan diri pada
satu topik secara mendalam, melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap
masyarakat.
Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu
pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial.
IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi,
antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan
sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan
hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti:
geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
2.4 Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Dengan berlakunya Undan g-undan g Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional serta peraturan pemerintah sebagai pedoman
pelaksanaannya maka kurikulum Pendidikan Dasar perlu disesuaikan dengan peraturan
perundan g-undan gan tersebut.
Dalam pembelajaran IPS di SD, seorang guru IPS hendaknya menguasai perbedaan
konsep-konsep esensial ilmu sosial dengan ilmu pengetahuan sosial atau studi sosial
sehingga upaya membentuk subjek didik sesuai tujuan pembelajaran IPS dapat tercapai.
Menurut kurikulum Pendidikan Dasar 1994, esensi tujuan pengajaran IPS di SD
adalah pengembangan kemampuan dan sikap rasional yang bermuara pada pembentukan
individu sebagai aktor sosial yang cerdas. Aktor sosial yang cerdas tidak lain dari anggota
masyarakat yang matang secara rasional dan secara emosional atau cerdas secara rasional
dan emosional.
Pelajaran IPS diberikan Di SD dengan tujuan untuk membina anak didik menjadi
warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial
yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara.
2.5 Ragam Metode Pembelajaran
2.5.1 Pengertian Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan
yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut
masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
2.5.2 Macam-Macam Metode Pembelajaran
Selama ini kita cenderung mrnggunakan metode konvensional dalam
menyampaikan materi pelajaran. Metode-metode konvensional yang sering
digunakan antara lain :
a. Metode ceramah
b. Metode pemberian tugas
c. Metode tanya jawab
d. Metode demonstrasi
2.5.3 Pembelajaran kooperatif
Dalam perkembangannya, dunia pendidikan kita terus berbenah diri
mengembangkan metode pembelajaran yang baru, salah satunya adalah metode
pembelajaran kooperatif. Slavin (dalam Solihatin,2008:4) menyatakan bahwa
cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari empat sampai enam orang.
Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kooperatif banyak
dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa
belajar pada dasarnya adalah proses berpikir (Sanjaya, 2006:240).
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kerja siswa dalam
menyelesaikan masalah (tugas yang diberikan oleh guru). Ibrahim (2006 :5)
menyatakan bahwa setiap individu (siswa) bertanggung jawab terhadap
keberhasilan pembelajaran dan mengeliminasi tujuan individu dan tujuan
kompetitif.
2.5.4 Pengertian Metode Puzzle jigsaw
Puzzle jigsaw merupakan metode pembelajaran kolaborasi antara permainan
puzzel dengan metode kooperatif model jigsaw.. Menurut Adenan (1989: 9)
dinyatakan bahwa puzzle dan games adalah materi untuk memotivasi diri secara
nyata dan merupakan daya penarik yang kuat. Puzzle dan games untuk memotivasi
diri karena hal itu menawarkan sebuah tantangan yang dapat secara umum
dilaksanakan dengan berhasil. Sedangkan menurut Hadfield (1990: v), puzzle
adalah pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang sulit untuk dimengerti atau
dijawab.
Tarigan (1986: 234) menyatakan bahwa pada umumnya para siswa
menyukai permaianan dan mereka dapat memahami dan melatih cara penggunaan
kata-kata, puzzle , crosswords puzzle , anagram dan palindron.
Jigsaw adalah salah satu metode kooperatif dalam PAKEM. Pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa
anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian
materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya (Arends, 2001)
Metode puzzle jigsaw ini mengajak siswa untuk menyusun potongan-
potongan gambar dan disesuaikan dengan mal yang telah disediakan sehingga
membentuk sebuah gambar yang benar. Selain menyusun potongan gambar, siswa
juga dituntut untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan kode puzzle yang
telah disusun.
Melalui metode puzzle jigsaw siswa mendapatkan pengalaman secara
langsung, membuktikan konsep secara menyenangkan, menggali kreatifitas, melatih
cara berfikir tingkat tinggi, menguatkan hafalan, belajar bekerja sama dengan teman
dan akhirnya siswa memperoleh kebenaran secara nyata dan ganda.
Dengan metode puzzle jigsaw siswa dituntut berfikir merangkaikan kepingan
gambar dan tulisan sebuah konsep IPS tak beraturan sehingga membentuk konsep
yang saling bertautan.
2.5.5 Peran Metode Puzzle jigsaw Dalam Pembelajaran IPS
Selain untuk mengkonkretkan konsep yang terdapat dalam pembelajaran,
metode puzzle jigsaw diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa dalam
belajar. Dengan kata lain, penggunaan puzzle dalam pembelajaran IPS dapat
memperbesar minat dan perhatian siswa.
Langkah-langkah penerapan metode puzzle jigsaw sebagai berikut :
1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok induk. Setiap anggota kelompok
mendapat kartu warna.
2. ‘Siswa yang mendapat kartu yang berwarna sama bergabung menjadi kelompok
baru yang disebut kelompok ahli.
3. Setiap kelompok ahli mendapat sebuah puzzle dan menyusunnya.
4. Kelompok yang telah berhasil menyusun puzzle , berhak mengambil kartu soal
dan menjawab pertanyaan yang ada pada kartu soal tersebut.
5. Siswa kembali ke kelompok induk dan melaporkan apa yang telah didapat dari
kelompok ahli.
6. Kelompok ahli bertugas menjawab pertanyaan yang dibagikan guru berdasarkan
pengetahuan yang telah didapat dari kelompok ahli.
7. Melaporkan hasil kerja kelompok induk di depan kelas.
8. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Penerapan metode puzzle jigsaw disamping akan memudahkan anak dalam
memahami materi, penggunaan metode ini juga bermanfaat untuk :
a) Mengembangkan kapasitas anak dalam mengamati dan melakukan percobaan
b) Membedakan bagian-bagian dari sebuah benda dan meminta anak-anak untuk
menyatukannya kembali
c) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
d) Mengembangkan koordinasi motorik halus.
Dengan menggunakan metode yang lebih menarik dan menantang, siswa
dapat termotivasi sebagaimana Ivas K. Davles (1991:215) jika seseorang telah
termotivasi maka mereka siap untuk melakukan hal-hal yang diperlukan sesuai
dengan yang dikehendaki.
2.6 Kerangka Pikir Penelitian
Penerapan metode konvensional dalam pembelajaran IPS membuat siswa merasa
bosan dan enggan dalam belajar IPS sehingga hasil belajar IPS cenderung rendah.
Penggunaan metode kooperatif terutama metode puzzle jigsaw dapat menjadi alternatif
dalam meningkatkan pembelajaran IPS di kelas II. Tahap perkembangan anak usia SD
yang masih dalam tahap operasional konkret, menuntut guru untuk aktif dalam
mengkombinasikan media dan metode pembelajaran di kelas.
Menggunakan metode puzzle jigsawPrestasi belajar IPS meningkat
Prestasi belajar IPS rendah
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
2.7 Hipotesis
Jika prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS menggunakan metode puzzle
jigsaw di kelas II SDN 8 Gedung Air, maka prestasi belajar siswa menggunakan metode
puzzle jigsaw akan meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi di SD Negeri 8 Gedung Air
kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung. Alasan menggunakan lokasi
atau tempat ini yaitu dengan pertimbangan bahwa penulis bekerja pada sekolah
tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan
subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan januari sampai bulan
Maret 2011
3.1.3 Subyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II B berjumlah 38 siswa, laki-
laki 17 dan perempuan 21 siswa dengan latar belakang sosial-ekonomi yang
bervariasi. Buku-buku pembelajaran yang dimiliki sendiri masih terbatas.
Kemampuan akademik siswa masih terbatas karena motivasi belajar siswa yang
rendah. Situasi kelas saat pembelajaran masih belum optimal, siswa masih belum
seluruhnya mempunyai keaktifan dalam belajar.
3.2 Persiapan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode pembelajaran puzzle jigsaw dengan
persiapan :
a. Pembuatan lembar instrumen penelitian
b. Mempersiapkan materi pembelajaran untuk tugas observasi dan diskusi.
c. Mempersiapkan model pembelajaran dan media pembelajaran
d. Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar menarik dan mudah dipahami
siswa.
e. Persiapan pre test, post tes dan pembuatan perangkat penilaian.
f. Lembar penilaian proses untuk memantau keaktifan, kemandirian, kompetensi,
kelancaran dan ketepatan.
g. Menyusun angket dan membuat lembar observasi untuk memantau kegiatan proses
pembelajaran dan mengetahui optimalisasi pembelajaran puzzle jigsaw
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang
dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan pada prinsip Kemmis dan
Taggart (1988) yang mencakup kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action),
observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini
berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus.
Penulis merencanakan pembelajaran IPS dengan memilih materi pembelajaran
Dokumen Pribadi dan Keluarga melalui tiga siklus pada semester 2 tahun pelajaran
2010/2011. Karena kelas rendah menggunakan pembelajaran tematik, alokasi waktu yang
digunakan pada siklus pertama terdiri dari 5 x 35 menit dengan lebih menekankan
penggunaan metode puzzle jigsaw pada pelajaran IPS.
Langkah-langkah penerapan metode puzzle jigsaw sebagai berikut:
1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok induk. Setiap anggota kelompok mendapat
kartu warna.
2. Siswa yang mendapat kartu yang berwarna sama bergabung menjadi kelompok baru
yang disebut kelompok ahli.
3. Setiap kelompok ahli mendapat sebuah puzzle dan menyusunnya.
4. Kelompok yang telah berhasil menyusun puzzle , berhak mengambil kartu soal dan
menjawab pertanyaan yang ada pada kartu soal tersebut.
5. Siswa kembali ke kelompok induk dan melaporkan apa yang telah didapat dari
kelompok ahli.
6. Kelompok ahli bertugas menjawab pertanyaan yang dibagikan guru berdasarkan
pengetahuan yang telah didapat dari kelompok ahli.
7. Melaporkan hasil kerja kelompok induk di depan kelas.
8. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulka materi yang telah dipelajari.
9. Selanjutnya guru memberikan tes akhir secara individual. Setelah selesai, guru
menutup pelajaran namun sebelumnya, guru menyampaikan materi yang berikutnya
dan menyampaikan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung pada
pertemuan itu.
Siklus Penelitian
Dalam pelaksanaannya penulis merencanakan menggunakan 3 siklus sebagai dasar
penelitian tindakan kelas. Bagan siklus penelitian dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Gambar 3.1 Bagan Siklus PTK (Kemmis dkk, 1982; Burns, 1999)
SIKLUS ke-1
Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:
1. Menganalisis Silabus/ Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan metode puzzle jigsaw.
3. Merancang metode pembelajaran puzzle jigsaw.
4. Mendiskusikan penerapan metode pembelajaran puzzle jigsaw.
5. Menyiapkan media pembelajaran (puzzle gambar)
6. Menyiapkan instrumen (angket, pedoman observasi, tes akhir).
7. Menyusun kelompok belajar peserta didik.
8. Merencanakan tugas kelompok.
Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:
1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan (RPP)
2. Menerapkan metode pembelajaran puzzle jigsaw.
3. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana.
4. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan.
5. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan
tahap tindakan.
Tahap Mengamati (observation), mencakup:
1. Melakukan diskusi dengan guru pendamping dan kepala sekolah untuk rencana
observasi.
2. Melakukan pengamatan terhadap penerapan metode pembelajaran puzzle jigsaw yang
dilakukan guru kelas II.
3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan metode
pembelajaran puzzle jigsaw.
4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan atau
kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran perbaikan untuk
pembelajaran berikutnya.
Tahap refleksi (Reflection), mencakup:
1. Menganalisis temuan saat melakukan observasi.
2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan metode pembelajaran
puzzle jigsaw dan mempertimbangkan langkah selanjutnya.
3. Melakukan refleksi terhadap penerapan metode pembelajaran puzzle jigsaw.
4. Melakukan refleksi terhadap kreativitas peserta didik dalam pembelajaran IPS.
5. Melakukan refleksi terhadap prestasi belajar peserta didik.
SIKLUS ke-2
Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:
1. Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk
diterapkan pada pembelajaran berikutnya.
2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran.
3. Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus 1.
Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:
1. Melakukan analisis pemecahan masalah.
2. Melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan metode
pembelajaran puzzle jigsaw.
Tahap Mengamati (observation), mencakup:
1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan metode pembelajaran puzzle jigsaw.
2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan metode
pembelajaran puzzle jigsaw.
3. Melakukan diskusi dengan guru membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran
dan memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya
Tahap Refleksi (Reflection), mencakup:
1. Merefleksikan proses pembelajaran puzzle jigsaw.
2. Merefleksikan prestasi belajar peserta didik dengan penerapan metode pembelajaran
puzzle jigsaw.
3. Menganalisis temuan sebagai bahan perbaikan pada siklus berikutnya.
SIKLUS ke-3
Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:
1. Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk
diterapkan pada pembelajaran berikutnya.
2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran.
3. Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus 2.
Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:
1. Melakukan analisis pemecahan masalah.
2. Melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan metode
pembelajaran puzzle jigsaw.
Tahap Mengamati (observation), mencakup:
1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan metode pembelajaran puzzle jigsaw.
2. Mencatat perubahan yang terjadi.
3. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan
memberikan umpan balik.
Tahap Refleksi (Reflection), mencakup:
1. Merefleksikan proses pembelajaran puzzle jigsaw.
2. Merefleksikan prestasi belajar peserta didik dengan penerapan metode pembelajaran
puzzle jigsaw.
3. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.
4. Menyusun rekomendasi.
Dari tahap kegiatan pada siklus 1, 2 dan 3, hasil yang diharapkan adalah agar (1)
peserta didik memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam proses
pembelajaran IPS; (2) guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan metode
pembelajaran puzzle jigsaw pada mata pelajaran IPS, dan (3) terjadi peningkatan prestasi
peserta didik pada mata pelajaran IPS.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data, (Arikunto. S, 1998:125). Metode yang digunakan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah :
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data.
Data tertulis tentang daftar nama siswa, jumlah siswa dan data lain yang akan
digunakan untuk kepentingan penelitian. Metode dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data nama dan jumlah siswa kelas II B SD Negeri 8 Gedung Air.
2. Metode Tes
Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar
siswa setelah penerapan metode kooperatif puzzle jigsaw
3. Metode Observasi
Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengamati
aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode kooperatif
puzzle jigsaw. Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif,
dengan rincian sebagai berikut :
a. Hasil belajar dan tes tertulis (obyektif tes)
Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus dalam kegiatan belajar
mengajar. Dalam penelitian ini ada 3 siklus berarti ada 3 kali tes, yaitu berupa
obyektif tes. Tes ini digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan
siswa terhadap materi yang diajarkan.
b. Kuisioner atau angket
Angket ini digunakan untuk mengungkap tanggapan (respon) siswa terhadap
pelaksanaan pengajaran menggunakan metode kooperatif puzzle jigsaw.
c. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini untuk
mengetahui aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan model
pengajaran menggunakan metode puzzle jigsaw.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan metode analisis
deskriptif kuantitatif, dengan tujuan untuk mengetahui kecenderungan peningkatan prestasi
belajar siswa dari setiap siklus dalam kegiatan belajar mengajar. Data dianalisis dengan
tahapan - tahapan sebagai berikut :
1. Daftar tabel dari jawaban lembar observasi
2. Menentukan skor jawaban
3. Data tentang hasil belajar (kognitif) siswa dihitung dengan menggunakan rumus :
(Slameto, 2001:189)
4. Data ketuntasan belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus deskriptif
presentase sebagai berikut :
(Ali. M, 1984:184)
Keterangan :
% = Presentase
N = Jumlah skor yang diperoleh dari data
N = Jumlah skor maksimal
5. Analisis Lembar observasi untuk mengetahui peningkatan mental activities belajar
siswa. Kemudian dianalisis menggunakan analisis presentase. Untuk analisis
presentase menggunakan rumus sebagai berikut :
(Ali. M, 1987:184)
Keterangan :
P = Persentase pelaksanaan setiap indikator
S = Jumlah skor perolehan untuk setiap indicator
N = Jumlah skor total
6. Analisis ketuntasan tes hasil belajar
Analisis ketuntasan tes hasil belajar siswa bertujuan untuk mengetahui tingkat
ketuntasan belajar siswa yang diperoleh dari tiap siklus.
Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 65% dinyatakan mengalami kesulitan
belajar dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65% dinyatakan
telah tuntas belajar.
Untuk mengukur ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus:
(Agung Purwoko, 2001:103)
Ketuntasan belajar klasikal dinyatakan berhasil jika prosentase siswa yang tuntas
belajar atau siswa yang mendapat nilai ≥ 65 % jumlahnya lebih besar atau sama
dengan 85 % dari jumlah seluruh siswa di dalam kelas.
3.6 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu sekurang - kurangnya 85% dari
keseluruhan siswa memperoleh nilai 65 untuk prestasi belajar kognitif, (Mulyasa,
2004:99).