Menjelajah Cepat Asia Tenggara Dengan Bus

  • Upload
    nerdevi

  • View
    70

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nnnnnn

Citation preview

Menjelajah Cepat Asia Tenggara dengan BusCatatan Editor: Kami meralat bagian perjalanan penulis memasuki Laos dari Thailand. Warga negara Indonesia sekarang bisa memasuki Laos tanpa perlu membuat dan membayar Visa on Arrival di imigrasi. Terima kasih. Mohon maaf atas kesalahan ini.Cerita ini adalah pengalaman backpacking pertama saya ke luar negeri seorang diri. Semua dimulai dengan sebuah perjalanan dengan ojek ke pelabuhan kapal feri internasional di Batam Centre. Setelah melalui imigrasi, saya tumpangi kapal feri yang berangkat tepat pukul 17:45 meninggalkan Pulau Batam menuju Johor Bahru, Malaysia. Tarifnya Rp240.000 dan waktu tempuhnya adalah satu jam 45 menit.Setibanya di pelabuhan feri Stulang Laut di Johor Bahru, Malaysia, saya mencari taksi menuju terminal bus Larkin. Jika Anda menemui calo, hindarilah dan langsung saja ke agen pejualan tiket. Tiket bus ke Kuala Lumpur untuk jam keberangkatan 23.30 seharga RM31 saya beli tanpa pikir panjang. Jadwal ini adalah yang terakhir untuk hari itu. Lebih baik menaiki bus terakhir di malam hari karena perjalanannya cukup singkat, sekitar empat jam. Sampai di Kuala Lumpur saya tidak perlu menunggu terlalu lama untuk pagi menjelang.Jarum jam hampir menunjukkan pukul 12 malam. Bus berangkat meninggalkan terminal bus Larkin. Tepat pukul empat pagi bus tiba di terminal bus Puduraya, Kuala Lumpur. Bus tidak memasuki kawasan terminal. Semua penumpang diturunkan di sisi luar terminal bus Puduraya tepatnya di sekitar perempatan sebuah jalan raya. Di tempat ini banyak juga penumpang lainnya yang sedang duduk menunggu waktu pagi tiba. Tak jauh dari tempat bus berhenti terdapat sebuah rumah makan yang buka 24 jam yang bisa dijadikan alternatif untuk menghilangkan rasa bosan selama menunggu waktu pagi.

Bus dari Kuala Lumpur, Malaysia ke Hat Yai, ThailandKetika hari mulai terang, saya datangi terminal bus Puduraya yang terdapat di seberang jalan untuk membeli tiket tujuan Hat Yai, Thailand. Akhirnya tiket bus tujuan Kuala Lumpur, Malaysia Hat Yai, Thailand saya dapatkan dengan harga RM50. Bus ini akan berangkat pukul sembilan pagi. Jarum jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Saya manfaatkan sisa waktu ini dengan menjelajahi sebagian kecil dari kota Kuala Lumpur dengan berjalan kaki. Tepat pukul sembilan pagi bus berangkat meninggalkan Kuala Lumpur. Pemandangan di kiri dan kanan sepanjang perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Hat Yai, Thailand terlihat monoton karena didominasi oleh deretan pepohonan kelapa sawit.Bus tiba di kantor imigrasi Malaysia di perbatasan. Semua penumpang turun dari bus untuk melakukan prosedur imigrasi. Selesai proses ini semua penumpang masuk kembali ke dalam bus untuk menuju kantor imigrasi Thailand yang waktu tempuhnya sekitar tiga menit. Tak lama kemudian bus tiba di Hat Yai, Thailand sekitar pukul tujuh malam. Tanpa menunggu lama, saya mencari tiket tujuan Phuket. Tiket Hat Yai ke Phuket ini tarifnya 400.Tepat pukul 20.30 bus berangkat meninggalkan Hat Yai menuju Phuket. Kali ini bus terlihat sedikit lusuh. Sekitar pukul empat pagi bus tiba di Terminal Bus Phuket. Suasana di terminal tampak sepi dan hanya ada beberapa penumpang yang sedang duduk menunggu di ruang tunggu. Terminal bus Phuket ini terbuka dan tidak dibatasi oleh tembok, sehingga dapat didatangi siapa saja termasuk penyedia jasa ojek yang akan mencari penumpang. Hari masih tampak gelap. Namun beberapa loket penjualan tiket sudah mulai buka. Saya tak akan lama di sini, karena tujuan berikutnya sudah di depan mata: Bangkok. Setelah terjadi tawar-menawar dengan petugas loket di sini, akhirnya tiket Phuket Bangkok seharga 470 saya dapatkan. Seperti biasa, jadwal terakhir pukul 19.30 malam nanti menjadi pilihan. Hasilnya, saya memiliki waktu seharian untuk berkeliling Phuket.Matahari masih bersembunyi di ufuk timur. Waktu Subuh masih tersisa. Saya mulai bertanya kepada orang-orang di sekitar terminal mengenai keberadaan mesjid terdekat. Sempat ragu tentang adanya mesjid, namun terpatahkan oleh tawaran penyedia jasa ojek yang bersedia mengantarkan ke mesjid terdekat dengan tarif 40. Mesjid yang diberi nama Yameay ini bentuknya cukup besar, bersih, dan nyaman. Saat memasuki mesjid, saya berpapasan dengan seorang pria paruh baya menggunakan sorban putih yang ternyata bisa berbahasa Melayu. Saya menuju pelabuhan Phuket, tempat berlabuhnya kapal wisata, lalu memutuskan membeli paket tur ke teluk Phang Nga. Rata-rata penumpang di kapal ini didominasi oleh turis berambut pirang, hanya beberapa saja yang berwajah Asia. Dari kejauhan tampak beberapa deretan pulau berbentuk bukit besar yang ditutupi oleh tumbuhan hijau. Semakin kapal mendekat semakin jelas terlihat keindahan dan eksotisme Pulau Phi-Phi, salah satu pulau di teluk ini. Subhanallah. Selama lebih kurang 20 menit para penumpang dimanjakan untuk menyaksikan keindahan pulau yang pernah menjadi lokasi syuting film The Beach-nya Leonardo Di Caprio ini.Setelah puas menikmati keindahan Pulau Phi-Phi, melakukan snorkeling dan makan siang, kapal beranjak pulang menuju Phuket. Semua penumpang tampak kelelahan dan memilih beristirahat di kursi masing-masing. Ketika sampai di pelabuhan, satu per satu penumpang turun dari kapal dan menuju bus masing-masing. Saya menaiki bus yang khusus mengantarkan langsung ke terminal bus Phuket bersama beberapa penumpang lainnya.Saatnya tiba untuk menaiki bus yang akan membawa saya ke Bangkok. Perjalanan ini memakan waktu lebih kurang 14 jam. Di akhir perjalanan, sinar matahari mulai benderang. Mentari perlahan beranjak naik. Tampak dari kejauhan gedung-gedung pencakar langit kota Bangkok. Sepintas wujud Bangkok mirip dengan Jakarta.Sekitar pukul delapan pagi bus tiba di Terminal Chatuchak Bangkok. Selama sehari saya menghabiskan waktu di Bangkok untuk berkeliling. Puas menikmati pemandangan kota Bangkok yang tidak jauh berbeda dengan Jakarta ini, saya kembali ke terminal bus untuk menuju kota selanjutnya, yakni Nong Khai, masih di negara yang sama.Bus akan berangkat sekitar pukul 19.30 waktu setempat. Lama perjalanan dari Bangkok menuju Nong Khai adalah sekitar delapan jam.Bus tiba di Nong Khai, Thailand, sekitar pukul empat pagi. Hari masih gelap. Suasana di terminal tampak sepi. Hanya terlihat beberapa penumpang saja yang sedang duduk menunggu di ruang tunggu dan beberapa pekerja sekitar terminal.Nong Khai adalah kota yang terletak di timur laut Thailand, tepat berbatasan dengan Laos. Saya menuju kantor imigrasi Thailand dengan menggunakan tuk-tuk seharga 60. Saya melewati jembatan persahabatan Thailand Laos dengan bus khusus perbatasan bertarif 20. Lama perjalanan melintasi perbatasan hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit. Warga negara Indonesia sekarang bisa memasuki Laos tanpa Visa on Arrival, hanya menunjukkan paspor.

Roti Baguette Khas LaosKota Vientiane sangat berdebu, sehingga kurang nyaman. Karena bertepatan dengan hari Jumat, saya pun menyempatkan diri untuk menunaikan ibadah sholat Jumat di Mesjid Jamia.

Sholat Jumat di Masjid Jamia, Vientiane, LaosSetelah puas menikmati Vientiane, terminal bus lokal saya sambangi untuk mencari tiket tujuan Hanoi, Vietnam. Bus Vientiane, Laos Hanoi, Vietnam dapat merupakan Sleeper Bus yang kursinya berbentuk tempat tidur sehingga posisi kaki hanya bisa lurus ke depan. Sekitar pukul dua dini hari bus tiba di perbatasan Laos Vietnam, tepatnya di kota kecil Nam Phao, Laos. Di perbatasan ini bus berhenti menunggu hingga kantor imigrasi Laos buka di pagi hari. Banyak juga bus lainnya yang berhenti dan menunggu di sini.Ketika hari mulai terang, saya dan beberapa penumpang lainnya turun sebentar membersihkan diri di sebuah toilet umum yang tidak jauh dari tempat pemberhentian bus. Udara sangat dingin. Seluas mata memandang saya hanya melihat perbukitan berkabut. Kantor imigrasi mulai buka dan petugas bus mengurus inspeksi paspor para penumpangnya. Selain warga negara Laos atau Vietnam penumpang diharuskan untuk datang sendiri ke imigrasi.Selesai melakukan inspeksi paspor, semua penumpang kembali masuk ke dalam bus untuk melanjutkan perjalanan menuju imigrasi Vietnam. Jarak dari imigrasi Laos ke imigrasi Vietnam sangat dekat. Tidak sampai lima menit bus sudah sampai di kantor imigrasi Vietnam, tepatnya di kkota Cau Treo. Semua penumpang turun kembali untuk melakukan inspeksi paspor. Suasana di sini tampak berkabut. Jarak pandang hanya sekitar 100 meter. Warga negara Indonesia tidak perlu visa kunjungan ke Vietnam.

Pemeriksaan Sebelum Memasuki Vietnam di Cau TreoPerjalanan dilanjutkan ke Hanoi. Hujan turun tidak begitu deras menemani perjalanan pagi ini. Bus berhenti di tempat peristirahatan untuk makan siang. Semua penumpang diharuskan turun walau tidak ikut makan siang. Hal ini dilakukan oleh petugas bus untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kehilangan barang. Di tempat peristirahatan ini Saya tidak ikut makan karena takut tidak terjamin kehalalannya. Selama perjalanan menuju Hanoi, pemandangan menyuguhkan deretan perbukitan, hutan, sungai, hamparan sawah dan kehidupan warga di sekitar perbatasan Vietnam yang masih banyak menggunakan sepeda sebagai alat transportasi.Sekitar pukul tujuh malam bus tiba di terminal bus Hanoi. Menggunakan taksi, saya menuju Old Quarter untuk mencari penginapan. Penginapan hostel bertarif lima dolar AS per malam saya dapatkan. Tubuh yang lelah membutuhkan istirahat.Hari kedua di Vietnam. Saya mulai bersiap-siap untuk mengunjungi Halong Bay yang merupakan salah satu dari tujuh keajaiban alam di dunia. Tepat pukul delapan pagi seorang pemandu wisata tur ke Halong Bay mendatangi hostel untuk menjemput. Bus yang saya tumpangi berkeliling Old Quarter untuk menjemput turis lainnya.Perjalanan dari Hanoi ke Halong Bay memakan waktu sekitar tiga jam. Setibanya di Halong Bay peserta tur memasuki pelabuhan dan diajak menikmati keindahan lokasi ini dengan kapal wisata yang bercorak tradisional, menyusuri perbukitan karst. Peserta tur puas menikmati Halong Bay yang eksotis dan menyaksikan gua stalaktit dan stalagmit.

Eksotisme Halong BaySetelah kapal merapat di pelabuhan, peserta tur turun dari kapal dan menuju bus untuk selanjutnya diantar ke tujuan masing-masing. Bus berjalan membawa seluruh peserta tur untuk menikmati perjalanan tiga jam menuju Hanoi. Hari ketiga di Hanoi, saya tak memiliki agenda khusus. Pilihan jatuh pada mengelilingi Old Quarter. Tempat-tempat menarik di sekitar wilayah ini adalah Danau Hoan Kiem dan Mesjid Hanoi. Karena kelelahan, saya pulang ke hostel dan tertidur pulas hingga pukul 10 malam.

Pesona Danau Hoan Kiem, Hanoi, VietnamMemasuki hari terakhir di Hanoi. Selasa, 29 November 2011, saya mulai berkemas mempersiapkan barang-barang yang harus dibawa. Tertera di tiket bahwa pesawat yang akan saya naiki akan berangkat pukul 10.45 waktu setempat. Bis dari kota Hanoi ke bandara memakan waktu 45 menit. Perjalanan Hanoi Singapura ini membutuhkan waktu sekitar tiga jam. Sesampainya di Singapura, saya langsung menaiki MRT (Mass Rapid Transit) ke stasiun HarbourFront, lalu menuju pelabuhan feri yang akan membawa saya kembali ke Batam.Tepat pukul 20.00 kapal feri berangkat meninggalkan Singapura. Perjalanan dengan kapal feri ke Batam ini membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Persediaan Rupiah sudah mulai menipis. Saat sudah terasa sangat lelah dan ingin segera sampai di rumah tiba-tiba seorang tukang ojek menawarkan ojeknya sambil berkata, Mau cari penginapan, Mas?geteng Pake Kereta Api Malaysia - Thailand Hey, Journer

Kalau sebelum ini, saya posting soal ngeteng pake kereta api dari Singapura ke Malaysia, sekarang saya akan coba membahas dari Malaysia ke Thailand. Bagi pecinta kereta api, tentu tidak mau melewatkan perjalanan overland lintas negara seperti ini.

Bule-bule kelesotan di lantai stasiun

Nah, sebelum saya memulai, saya sampaikan dulu, saya belum pernah melintasi perbatasan Malaysia - Thailand dengan kereta, namun saya pernah melakukan perjalanan dengan kereta api di Malaysia dan Thailand. Rutenya sebenarnya simple banget dan gampang untuk dijalani. Saya akan mencoba memberikan gambaran mudah, bagaimana menempuh perjalanan kereta api untuk melintasi dua negara ini.Bila ingin memulai perjalanan kereta api kemana pun di Malaysia, paling mudah adalah memulainya dari KL Sentral, hub transportasi darat (kereta api) utama di Kuala Lumpur. Nah, untuk menggapai Thailand, maka pilihan rute kereta api adalah yang ke utara. Ini gambaran rutenya: KL Sentral (Kuala Lumpur) - Butterworth (Penang) - Hatyai (Thailand Selatan) - sisanya tinggal dilanjutkan mau menuju ke Bangkok bisa, Phuket bisa ganti bus, atau yang lainnya. Atau Anda bisa men-skip Butterworth, dan langsung mengambil rute KL Sentral (Kuala Lumpur) - Hatyai (Thailand Selatan) - sisanya kembali silakan tentukan sendiri mau kemana. Berikut jadwal update yang saya ambilkan dari situs andalan saya, www.seat61.com: KL Sentral - Butterworth (Penang) : 08.45-16.15 // 14.56- 21.20 // 23.00 - 06.30 Butterworth - Hatyai (Thailand) : 14.20 - 18.30 KL Sentral - Hatyai (tanpa berhenti di Butterworth) : 21.20 - 10.27 (next day). Hatyai - Bangkok : 18.45 - 10.30 (next day).Tiket untuk kereta api ini: KL Sentral - Butterworth : 17 RM (kelas 3), 34 RM (kelas 2), 67 RM (kelas 1), 43 RM (kelas 2 dengan tempat tidur/sleeper), 85 RM (kelas 1 dengan tempat tidur/sleeper). Tahun 2012, saat saya naik kereta ini, saya tidak mendapatkan gerbong kelas 3. Pilihan paling murah adalah kelas 2. Entah apakah ditiadakan atau ada alasan lain. Atau langsung ambil kereta api KL Sentral - Hatyai dengan 44 RM (kelas 2 duduk) atau 57 RM (kelas 2 sleeper). Untuk tiket Hatyai - Bangkok paling murah 339 Baht atau sekitar Rp 100.000.Keterangan: Bila Anda ingin menikmati George Town (Penang) sejenak, Anda bisa memilih rute pertama KL Sentral - Butterworth, dan pilih yang kereta api overnight berangkat jam 23.00. Sampai di Butterworth masih pagi, lalu menyeberang pakai ferry ke George Town (sekitar 20 menitan). Anda bisa jalan-jalan sampai jam 12.00, kemudian balik ke Stasiun Butterworth untuk melanjutkan perjalanan kereta api yang berangkat jam 14.20. Perjalanan overnight ini cukup mengirit budget menginap. Memang Anda melewatkan pemandangan (sebenarnya biasa aja, seperti biasa pohon kelapa sawit) selama perjalanan Kuala Lumpur _ Butterworth. Tetapi sebagai gantinya, Anda bisa mendapatkan sunrise saat menyeberang dengan ferry ke George Town (baca tulisan bagian jalan-jalan ke Penang).

Suasana ruang tunggu Stasiun Hualamphong, Bangkok

Nah, bagi yang ingin melanjutkan ke Bangkok, tentunya akan sangat melelahkan. Asumsi berangkat dari KL misalnya malam sampai Hatyai saja sudah besok siang. Sorenya lanjut lagi ke Bangkok sampai Bangkok besok siangnya lagi. Dua hari perjalanan !! hahahaha...siap?

Gerbong kereta api kelas 3 (ekonomi) di Thailand.

Pengalaman saya naik kereta api, saya belum pernah naik kelas 3 (yang paling jelek nih) di Malaysia, karena tidak pernah tersedia kursi (tidak jelas apakah ada gerbong kelas 3 atau tidak). Nah, di Malaysia, saya naik kereta api paling jelek kelas 2, dan gerbongnya nyaman, kursinya bagus. Sedangkan di Thailand, saya selalu naik gerbong kelas 3, yaitu pernah dari Chiang Mai - Bangkok (semaleman), dan Bangkok - Surat Thani (berangkat petang sampai Surat Thani pagi) lalu lanjut bus ke Phuket.

Bagaimanakah kondisi gerbong kelas 3 di kereta api Thailand? sama dengan gerbong kereta api ekonomi di Indonesia, karena memang kereta api di Thailand itu produksi Indonesia. Bedanya, gerbong kelas 3 di sini tidak berjubel, tidak berebutan, cenderung longgar. Mungkin karena penduduknya tidak sebanyak di Indonesia. Bedanya lagi, kereta api kelas 3 di Thailand selalu penuh dengan bule dengan backpack segede bagong. Seruu.

Bagaimana cara membeli tiket kereta api? apakah bisa beli tiket di hari yang sama? Baik di Malaysia maupun di Thailand, mudah mendapatkan tiket di hari yang sama (kecuali mungkin pas high season). Kalau waswas takut kehabisan tiket, bisa membeli H-1, dan langsung ke loket-loket di stasiun. Mudah.Solo-Trip to Kuala Lumpur and Penang (Part2) 03 Jul Dari Kuala Lumpur, cerita perjalanan Solo-Trip to Kuala Lumpur and Penang (Part 1) ku berlanjut ke Penang. Berhubung pesawatnya pagi jam 7.15, jadilah aku berangkat subuh-subuh dari apartemen temen. Berhubung masih pagi banget, bus umum dan MRT masih belum jalan, akhirnya aku naik taksi ke KL Sentral. Sampai KL Sentral aku langsung menuju ke pool aerobus rute KL Sentral LCCT. Sampe LCCT sekitar jam 6 dan aku langsung masuk ke ruang tunggu. Untuk sarapan aku beli roti ma minuman di minimarket yang ada di bandara. Terbanglah aku menuju Penang.Penang adalah salah satu negara bagian di Malaysia yang terletak di Barat Laut dari Semenanjung Malaysia. Negara bagian ini terdiri dari 2 bagian, bagian daratan (di Semenanjung Malaysia) yang disebut Seberang Perai dan bagian pulau yang disebut Pulau Pinang dimana ibukotanya George Town berada. Pulau inilah yang menjadi daya tarik wisatawan. Sebagai pulau bekas jajahan Inggris, bangunan-bangunan di pulau ini terutama di kota George Town, sebagian besar merupakan bangunan peninggalan Inggris dan sampai saat ini masih terawat dengan baik. Selain wisata kota dengan peninggalan-peninggalan bangunan bersejarahnya yang sudah menjadi salah satu dari World Herritage Site UNESCO, ada juga wisata pantai yaitu Pantai Batu Ferringhi dan juga yang paling menarik adalah wisata kulinernya.Setelah sekitar 1 jam perjalanan udara dari Kuala Lumpur akhirnya sampai juga di Penang. Bandara di Penang tidak terlalu besar. Waktu itu bandaranya lagi direnovasi dan sepertinya mau diperbesar. Keluar dari pintu kedatangan aku bingung mau cari loket yang jual kartu rapid Penang yang merupakan kartu prabayar untuk naik Bus Rapid Penang, jadi biar bayar-bayarnya simpel dan bus ini yang bakal jadi transportasi utamaku selama di Penang. Udah cari sana-sini dan nanya petugasnya katanya ga ada yang jual di bandara. Padahal pas googling sebelumnya perasaan ada counter-nya di bandara. Ya sudahlah. Naik aja dulu bus menuju George Town. Aku naik Bus # 401E jurusan George Town via Queensbay Mall. Dari itinerary yang udah aku buat, dari bandara aku mau mampir dulu di Queensbay Mall, bukan untuk nge-mall pastinya (masih tutup juga toko-tokonya jam segitu) tapi buat ngeliat Jembatan Pulau Pinang yang menghubungkan Semenanjung Malaysia dengan Pulau Pinang. Aku jalan ke seberang mall, ke pinggir laut buat foto-foto jembatan.

Queensbay Mall

Jembatan Pulau PinangSetelah puas foto-foto aku lanjut menuju Komtar (terminal bus pusat kota George Town) naik Bus # 401E juga dari halte tempat aku turun tadi. Untuk tarif bus ini akan bertambah sesuai jarak. Aku juga ga gitu ngerti sama itung-itungannya. Sewaktu naik (lewat pintu depan) kita sebutin tujuan kita ke mana sama pak supirnya trus nanti dia kasih semacam karcis kecil sesuai dengan jarak dan tarif perjalanan kita. Bayarlah sebesar harga yang tercantum di karcis, karena kalo uang kita lebih beberapa sen, kita ga bakal dikasih uang kembalian. Kalo sekali dua kali sih ga masalah, lah kalo berkali-kali kan lumayan, apalagi buat turis kere sepertiku. Jadi itulah kenapa lebih enak pakai kartu prabayar aja dibanding bayar tunai. Ribet bayar-bayar dan nyiapin duitnya.Sampai Komtar, mulailah aku membuka google map dari BB, ke mana aku musti jalan untuk menuju ke Tune Hotel. Terpaksalah aku booking Tune Hotel karena cari-cari hostel yang punya single room dengan harga yang murah dan dekat dengan pusat kota susah. Sebelum ke hotel, karena masih terlalu dini buat check in, aku mampir dulu ke Chowrasta Market yang nggak jauh di sebelah utara Komtar. Rencananya sih di Pasar Chowrasta mau liat-liat sapa tau ada barang murah yang bisa dibeli buat oleh-oleh seperti magnet kulkas, dll. Tapi pas aku jalan kok nggak nemu. Kebanyakan tokonya jual makanan aja. Atau mungkin aku yang nggak tau dimana tempat yang jual.

Chowrasta Market

Ibu Pejabat Polis Kontinjen Pulau Pinang (kantor Mabes Kepolisian Pulau Pinang) di depan Chowrasta MarketDari Chowrasta Market ke Tune Hotel nggak terlalu jauh tapi lumayan capek juga. Sampai hotel karena masih belum waktunya check-in jadilah aku nitip tas dulu. Berhubung budget hotel jadinya sgala sesuatunya ada charge-nya. Nitip tas aja musti bayar. Ya udahlah daripada capek bawa-bawa tas. Dari hotel aku jalan kaki menuju halte CAT (Central Area Transit) Free Shuttle Bus terdekat yaitu Halte Jalan Kedah yang ada di pinggir Jalan Transfer. Bus ini muterin pusat kota George Town dan free alias gratis jadi kalo mau keliling kota yang murah ya naik bus ini aja. Bus-nya pun AC, bersih dan bagus.

peta rute Penang CAT Bus (sumber: http://www.visitpenang.gov.my/portal3/images/stories/cat%20map.jpg)

Halte CAT Jalan Kedah (Halte No. 11) di tepi Jalan TransferTujuanku adalah Masjid Kapitan Keling dan sekitarnya. Aku naik CAT Bus dari Halte Jalan Kedah (Halte No. 11) ke Halte Kampung Kolam (Halte No. 15). Dari halte ini, jalan sedikit bisa mengunjungi Sri Maha Mariamman Temple dan Masjid Kapitan Keling. Berhubung hari itu pas hari Jumat, jadilah sekalian sholat Jumat di Masjid Kapitan Keling. Tapi berhubung pas sampai sana masih jam 11-an, jadinya aku ke Sri Maha Mariamman Temple dulu trus makan siang di warung makan yang ada di samping kiri masjid. Selesai makan pas jamnya sholat. Selesai sholat Jumat barulah aku foto-foto di depan masjid.

Sri Maha Mariamman Temple

tampak depan Masjid Kapitan Keling dan tempat wudhu yang berbentuk kolamTujuan selanjutnya adalah ke Esplanade dan sekitarnya. Dilihat dari peta sih nggak terlalu jauh kalau jalan kaki jadi ya jalan kaki aja. Perjalanan dari masjid ke City Hall kita bisa liat Goodest of Mercy Temple, foto-foto di depan St. Georges Church, dan bangunan-bangunan bergaya Eropa yang lain.

Goodess of Mercy Temple

St. Georges Church dan gedung Mahkamah Tinggi Pulau PinangDari St. Georges Church jalan dikit ke arah utara udah sampai Padang Esplanade. Esplanade ini semacam alun-alun kota, berwujud lapangan berumput yang cukup luas. Di sebelah barat Esplanade ini ada 2 gedung yang cukup menarik untuk foto-foto yaitu gedung Penang City Hall (Gedung Balai Kota) dan Jabatan Perlesenan (kalau bahasa Indonesia-nya Departemen Lisensi yang entah apa tugasnya). Di sebelah utara Esplanade ada yang namanya Dataran Pidato. Dataran Pidato itu semacam pelataran di tepi utara Esplanade yang biasanya digunakan untuk berpidato di Esplanade. Ada syarat-syarat tertentu kalau mau pidato/orasi di sini yang tertulis dengan jelas di papan petunjuk yang telah dipasang.

City Hall (kiri) dan gedung Pejabat Perlesenan (kanan)

Dataran PidatoDi sebelah timur Esplanade ada Taman Kota Lama dan di sebelah timurnya Taman Kota Lama terdapat Fort Cornwallis (Kota Cornwallis). Kota ini dikelilingi oleh benteng dan bentuknya seperti bintang dengan 4 sudut. Kota ini dibangun pada tahun 1786 oleh Francis Light dan pasukannya dalam rangka untuk mengambil alih Pulau Pinang. Di sinilah mereka mendarat. Francis Light bisa disebut sebagai Bapak Pendiri Pulau Pinang karena dia yang membangun kota pertama kali di pulau ini. Di dalam kota ini ada beberapa bangunan yang masih kokoh berdiri antara lain kapel atau gereja kecil dan gudang bahan peledak atau bubuk senjata api. Anehnya kenapa pintu di kapel kok rendah banget ya? Apakah badan orang-orang saat itu nggak terlalu tinggi atau ada maksud lain? Entahlah. Selain itu ada bangunan lain yang dijadikan tempat untuk display yang menceritakan sejarah Pulau Pinang mulai dari latar belakang Francis Light, Francis Light mendarat di Pulau Pinang dan mulai membangun kota, hingga serangan Jepang pada PD II. Di sudut sebelah barat laut ada juga meriam yang diberi nama Meriam Seri Rambai.

dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah: bagian luar Fort Cornwallis, gerbang masuk Fort Cornwallis, tiket masuk Fort Cornwallis, patung Francis Light, gereja kecil, gudang bahan peledak, Meriam Seri RambaiKeluar dari Fort Cornwallis, tujuanku selanjutnya adalah ke arah halte CAT no. 1Pangkalan Weld (Weld Quay), aku pengen mengunjungi Church Street Pier yang ada tak jauh dari halte tersebut. Dari Fort Cornwallis aku jalan kaki ke Church Street Pier, pertama menyusuri Lebuh Light kemudian ketemu dengan sebuah menara jamyang berada di tengah-tengah persimpanganjalan diujung Lebuh Light. Nama menara ini adalah Queen Victoria Memorial Clocktower, sebuah menara jam setinggi 60 ftyang dibangun untuk memperingati Quuen Victoria Diamond Jubilee dan 60 ft diartikan sebagai 60 tahun masa pemerintahan Ratu Victoria (Ratu Inggris). Dari menara jam aku jalan lurus ke arahJalan Pengkalan Weld kemudian jalan berbelok ke kanan. Dibelokan Jalan Pengkalan Weld itu ada juga bangunan yang menarik yaitu Swettenham Pier, sebuah pelabuhan yang dibangun pada tahun 1903 danhingga sekarang masihdifungsikan sebagai pelabuhan kapal pesiar.Tak jauh dari Swettenham Pier, di sebelah kiri jalan ketemu sama halte Pengkalan Weld. Aku masih jalan lurus lagi untuk sampai ke Church Street Pier. Church Street Pier adalah sebuah pelabuhan yang dibangun padatahun 1897 dan saat ini sudah tidak difungsikan lagi. Bangunannya cukup unik sebagai sebuah pelabuhan.

Queen Victoria Memorial Clocktower

Swettenham Pier dengan latar belakang kapal pesiar yang sedang berlabuh

Church Street Pier(karena akuga dapet foto yg bagus jadi aku ambil dari sini http://www.asiaexplorers.com/malaysia/penang/churchstpier/01.jpg)Dari Church Street Pier, tujuan selanjutnya adalah ke Pinang Peranakan Mansion. Berhubung tanggung kalau mau naik CAT Bus, aku pilih jalan kaki lagi ke Pinang Peranakan Mansion. Bangunan ini ada di Church Street (Lebuh Gereja) jadi dari pier aku jalan lurus aja menjauhi pier. Lumayan juga sih kalau jalan kaki, tapi sekalian bisa liat-liat bangunan-bangunan tua di sepanjang jalan ini. Pinang Peranakan Mansion ada di sebelah kiri jalan setelah melewati 1 perempatan besar. Pinang Peranakan Mansion adalah rumah megah yangdiperbaharui sebagai museum untuk menunjukkan kehadiranpemukiman Cina di Penang pada masa lalu.Rumahmegah ini dulunyaadalah kediamansekaligus kantor Kapten Cina Chung Keng Kwee. Dia adalah penambang timah Hakka pada abad ke-19 dan pemimpinperkumpulan rahasiaHai San. Pinang Peranakan Mansion berisi lebih dari 1.000 koleksi barang antik. Mansion yang dibangun pada tahun 1890-anini unikkarena menggabungkan berbagai arsitektur Cina dan menggabungkan panel ukiran kayu Cina dengan ubin lantai dariInggris dan besi-besi dariSkotlandia. Jika kita masuk ke dalamnya kita tidak boleh mengambil foto sama sekali. Berhubung untuk masuk harus bayar 10 RM dan aku harus menghemat pengeluaran, jadilah aku cuma foto-foto di depannya doang sambil ngintip-ngintip yang bisa diliat dari pintu masuk. Kasian banget ya. Hehehe.

Pinang Peranakan MansionSelesai foto-foto di (depan) Pinang Peranakan Mansion, aku lanjut jalan lagi dan kali ini aku mau naik CAT Bus jadi harus cari halte. Kalau liat dari peta sih halte terdekat itu halte no. 3 Little India, tapi karena pengen liat-liat bangunan-bangunan tua yang lain jadi aku lewat jalan yang lain dan langsung menuju ke halte no. 5 Bank Negara. Dari halte no. 5 aku naik CAT Bus dan turun di halte no. 7 Lebuh Muntri, halte terdekat dengan Cheong Fatt Tze Mansion yang jadi tujuanku selanjutnya. Lumayan juga jalan kaki dari halte ke sana. Eh pas sampai sana, Cheong Fatt Tze Mansion tutup. Mansion ini dibangun pada akhir abad ke-19 oleh Cheong Fatt Tse yang diharapkan cukup untukrumah tinggalkeluarga 9 generasi berikutnya. Tanahnya dipilihberdasarkanhasil pemilihanahli feng shui. Dia memutuskan untuk membangun rumah tradisional Cina meskipun orang-orang peranakan Cina yang lain di sekitartempattersebutsaat itu membangun rumah dengan gaya Anglo-India. Kamar-kamar di mansion ini juga disewakan untuk umum. Untuk keterangan lebih lanjut bisa dilihat di website resminya berikut. Di sebelah kiri Cheong Fatt Tze Mansion ini juga ada sebuah toko coklat namanya The Chocolate Boutique. Aku sih tertarik pengen masuk sebenernya. Tapi lagi-lagi mengingat duit di kantong jadilah aku mengurungkan niat buat masuk. Lain kali kalau kesana lagi, aku harus bisa masuk ke sana. Hehehe.

Cheong Fatt Tze Mansion

The Chocolate Boutique di samping Cheong Fatt Tze MansionBerhubung hari udah sore dan aku juga udah lumayan capek jadi dari Cheong Fatt Tze Mansion aku naik CAT Bus lagi, balik ke halte no. 11 Jalan Kedah dan jalan balik ke hotel. Sampe hotel aku ambil tas di penitipan dan masuk ke kamar. Hufff akhirnya bisa rebahan juga di kasur yang empuk, meskipun pendinginnya cuma pakai kipas angin gede tepat di atas kasur. Sejak sampai di Penang, perutku rasanya udah agak-agak nggak enak dan sekarang mulai agak pusing. Tampaknyaaku diare gara-garaada salah makan pas di KL. Jadi bikin nggak enak aja buat jalan-jalan. Tidur sore dulu lah aku sebelum ntar malem beredar lagi, berharap ntar bangun tidur udah baikan sakitnya.Bangun tidur sekitar jam 7-an sore, mandi, sholat, trus siap-siap jalan lagi meskipun badan masih rada-rada nggak enak. Aku jalan ke seberang hotel dan ke arah Komtar, ada halte bus di situ. Aku naik Bus Rapid Penang no. 101 ke arah Gurney Drive. Tujuanku adalah Gurney Drive Hawker Center sekalian mau cari makan malam. Sebenernya bus ini bisa sampai sana, tapi karena aku pengen jalan kaki menyusuri pantai, jadi aku turun di Jalan Kelawei sebelum sampai Gurney Drive trus jalan kaki menuju ke Jalan Persiaran Gurney dan jalan kaki menyusuri pantai sampai ke Gurney Drive Hawker Center. Lumayan jauh juga ternyata.Gurney Drive Hawker Center adalah semacam area berkumpulnya banyak pedagang kaki lima yang menjual berbagaimakanan khas Penang. Areanya dipisahkan antara makanan yang halal dan non halal. Bagian yang halal ada di paling ujungutara. Malam ini aku pilih makan Rojak Pasembur. Makanan ini berupa goreng-gorengan seperti bakwan udang, tahu goreng, dllyang bisa kita pilih sendiri lalu nanti si penjual yang akan memotong-motong dan akan dikasihpotongan sayuran (kayaknya sih timun) danbumbu semacam bumbu dari gula dan kacang, mirip bumbu rujak di Indonesia. Si bapak-bapak penjualnya atraktif banget pas motong-motong gorengan sama ngasih bumbunya. Pakai nyanyi-nyanyi segala. Sebenernya aku suka banget makanan ini, tapi gara-gara kondisi perut ini jadi bikin aku nggak terlalu bernafsu buat makan. Selesai makan aku balik lagi ke hotel. Untuk ke hotel aku musti ke halte bus, dari Gurney Drive aku nyebrang ke arah utara keJalan Tanjung Tokong di sebelah kanan jalan. Aku naik bus no. 101 lagi dan turun di halte Jalan Kedah di Jalan Transfer dan jalan balik ke hotel. Hari pertama di Penang yang cukup melelahkan. Saatnya istirahat mengumpulkan energi buat besok.

Gurney Drive Hawker Center

Penjual Rojak Pasembur

Rojak PasemburKeesokan harinya aku berangkat dari hotel pagi-pagi. Rencana hari itu aku mau ke Keh Lok Si Temple, Bukit Bendera dan Pantai Batu Ferringhi. Tujuan pertama adalah ke Keh Lok Si Temple dan Bukit Bendera (Penang Hill) yang lokasinya satu arah jika naik Bus RapidPenang. Dari hotel aku jalan kaki ke terminal Komtar dan naik bus no. 204 jurusan Penang Hill. Perjalanan dari Komtar ke Air Hitam (daerah di mana Keh Lok Si Temple dan Penang Hill berada) lumayan jauh. Bus 204 akan melewati Keh Lok Si Temple dulu sebelum sampai ke tujuan akhir Penang Hill, jadi aku turun di Jalan Pasar, Air Hitam dulu, tempat turun bus terdekat dengan jalan menuju Keh Lok Si Temple. Untuk menuju Keh Lok Si Temple, dari Jalan Pasar aku belok ke kiri dikit (menuju Jalan Balik Pulau) kemudiandi sebelah kiri ada semacam gang kecil mirip terowongan menuju ke atas yang kanan kirinya penuh dengan orang jualan. Aku berjalan ke atas menyusuri gang berundak-undak. Selesai menyusuri gang aku ketemu semacam serambi yang isinya juga pertokoan, banyak kios-kios yang menjual souvenir. Setelah itu juga ada kolam yang berisi banyak kura-kura lalu ada taman-taman juga. Sampai serambi terakhir sebelum naik ke atas Pagoda atau Patung besarDewi Kwan Yin (Dewi Kwan Im) terdapat beberapa patung tempat berdoa dan toko souvenir resmi. Untuk naik ke kedua tempat tersebut kita harus bayar. Aku pilih ke salah satu tempat aja yaitu ke Patung Dewi Kwan Yin. Untuk naik ke atas Patung Dewi Kwan Yin kita harus naik inclined lift. Di atas area tempat patung Dewi Kwan Yin berdiri ada taman, patung-patung dari semua shio yang ada dan ada beberapa bangunan. Dari sini kita juga bisa melihat ke bawah, kota Air Hitam yang tepat berada di bawahnya dan George Town yang agak jauh ke arah pantai.

Keh Lok Si Temple

mie goreng & es sari tebu pinggir jalan

jalan naik menuju Penang Hill StationKelar foto-foto aku balik lagi turun. Aku mampir beli tempelan kulkas di pedagang yang ada di pinggiran gang. Pas aku sampai di Jalan Pasar lagi, eh bus 204-nya barusan lewat. Berhubung aku males nungguin lama, jadilah aku jalan kaki ke Penang Hill. Aku buka google map di BB. Di tengah jalan pake acara gerimis yang lumayan deres pula, untung bawa payung. Sampai persimpangan Jalan Air Hitam dan Jalan Bukit Bendera, aku mampir dulu beli makan siang. Ada pedagang kaki lima yang jualan di pojokan jalan. Aku beli mie goreng dan minum sari tebu. Selesai makan aku lanjut lagi jalan kakimenanjak menyusuriJalanBukit Benderake Penang Hill Station. Keringetan dah sampai Penang Hill Station. Aku langsung ngantri beli tiket naik kereta menuju ke atas Bukit Bendera. Harga tiketnya seorang 30 MYR buat turis asing, kalau penduduk Malaysia cuma 8 MYR. Kereta yang dioperasikan saat ini tergolong baru. Kereta sebelumnya lebih klasik bentuknya, sedangkan yang sekarang lebih modern, mirip dengan kereta MRT tapi desainnya dibuat miring jadi pada saat kereta dalam posisi miring, lantai di dalam kereta posisinya datar. Kereta mulai bergerak naik menyusuri jalur rel yang sangat menanjak hingga kemiringan kira-kira 60 derajat. Setelah beberapa lama akhirnya sampai juga di stasiun atas Bukit Bendera. Udaranya lumayan dingin. Dari atas Bukit Bendera kita bisa melihat ke arah kota George Town. Di atas sini ada beberapa bangunan antara lain cafe Sky Terrace, Owl Museum, Masjid Bukit Bendera, Kuil Hindu Murugan danGuard House. Masjid dan Kuil Hindu ini lokasinya bersebelahan. Aku sekalian sholat jama Dzuhur dan Ashar di Masjid Bukit Bendera.

Bukit Bendera (Penang Hill)Selesai keliling dan foto-foto di Bukit Bendera, aku balik turun lagi naik kereta sampai stasiun bawah. Dari stasiun bawah aku naik bus 204 jurusan Bukit Bendera George Town yang memang sudah ngetem di sana karena Bukit Bendera memang terminal terakhirnya. Aku turun di terminal Komtar. Dari terminal komtar aku langsung naik bus 101 ke Pantai Batu Ferringhi. Di tengah perjalanan, setelah kota Tanjung Bungah di sisi kanan kita bisa liat ada Masjid Terapung Tanjung Bungah. Sampai Batu Ferringhi aku turun di depan Pom Bensin Petronas Batu Ferringhi. Dari situ aku nyebrang trus cari jalan masuk ke arah pantai. Aku jalan kaki menyusuri pantai ke arah barat daya karena rencananya aku mau ke Hard Rock Hotel, seperti biasa mau beli kaos Hard Rock Cafe (dibela-belain beli tiap dateng ke suatukota yang ada Hard Rock Cafe-nya meskipun biasanya bayarnya pake kartu kredit, hehehe). Pantai Batu Ferringhi ini panjan, lurus dantergolong bersih dengan pasirnya yang berwarna putih. Di sini juga tersedia berbagai macam olahraga pantai seperti jet ski, parasailing, banana boat,dan lain-lain. Di pinggir pantai juga ada banyak penginapan-penginapan kecil yang langsung menghadap ke pantai. Lumayan jauh juga aku jalan kaki sampai Hard Rock tapi ga terlalu berasa karena di sepanjang pantai aku foto-foto sambil liat pemandangan. Pas banget juga waktu ituudah hampir sunset. Sampai Hard Rock Hotel aku langsung cari tempat rock shop yang jual kaos dan berbagai souvenir Hard Rock. Aku nemuRock Shopdi bagian depan hotel. Tokonya kecil, barang yang dijual pun macamnya nggak banyak. Agak susah juga milih kaos yang pas di hati, meskipun akhirnya dapet juga. Kelar beli kaos, aku foto-foto di depan gitar khas-nya Hard Rock bentar trus jalan nyusuri jalan raya sampai nemu halte bus yang nggak jauh di sebelah kanan hotel. Nah pas jalan itu baru tau kalo ada Rock Shop-nya Hard Rock Cafe di sisi sebelah kanan kompleks hotel dan lebih gede tempatnya. Barangnya juga nampak banyak pilihan. Zzzzzz Udah terlanjur, ya udahlah.Lumayan lama juga aku duduk di halte nungguin bus 101 lewat sampai akhirnya ada juga bus yang nongol. Rencananya aku maumampir di Gurney Drive, cari makan malem sekalian. Sampai Gurney Drive aku nyobain char kway teow yang terkenal di Penang. Char kway tiaw itu kalau di Indonesia mirip kweitauw goreng tapiditambah udang dan sayuran seperti tauge dan daun bawang. Bumbu-bumbunya juga sepertinya agak beda. Bumbu char kway teow lebih complicated saos-saosannya. Malam terakhir di Penang ditutup dengan sepiring char kway teow, segelas teh dan es jeruk.

Char Kway TeowSelesai makan aku naik bus 101 lagi dan seperti sebelumnya aku turun di halte yang ada di Jalan Transfer. Sampai hotel, mandi trus packing karena besok pagi-pagi buta harus berangkat ke bandara, balik lagi ke KL.Besok paginya, aku naik bus 401Elagi dari Komtarke bandara. Akhirnya balik lagi ke KL dan sampe LCCT masih cukup pagi. Pesawatku untuk balik ke Jakarta masih sorenya. Aku harus balik ke apartemen temenku dulu buat ambil barang-barangku yang aku tinggal pas pergi ke Penang. Buat ke kota, aku beli tiket aerobus ke KL Sentral sekalian untuk PP karena lebih murah 2 MYR itungannya kalau PP. Sampe KL Sentral aku mampir makan siang dulu di food court-nya sekalian mau ngabisin duit ringgit. Aku pesen nasi ayam hainan, semacam es campur, sama tea-o-ice. Pas makan aku sambil itung-itung sisa ringgit yang aku punya. Aku harus bisa ke apartemen temenku dan balik lagi ke KL Sentral hanya dengan uang 2.65 MYR (kalau nggak salah ingat). Kalau untuk ke bandara dari KL Sentral sih udah aman karena tadi udah beli tiket aerobus PP pas di LCCT. Waktu aku ke mesin tiket LRT, untuk ke stasiun Masjid Jamek (stasiun terdekat sama apartemen temenku kalo dilihat dari peta) aku butuh duit 1.4 MYR, kalo harus PP berarti butuh 2.8 MYR, nggak akan cukup duitku. Akhirnya aku putar otak, cari alternatif lain yang lebih murah. Aku liat jalur transportasi yang lain selain LRT. Aku liat jalur kereta komuter dan nemu stasiun yang masih bisa terjangkau kalau harus jalan kaki ke apartemen temen (meskipun lebih jauh jalannya dibanding kalau naik LRT dan turun di Masjid Jamek)yaitu stasiun Bank Negara. Aku langsung ke counter tiket Komuter trus nanya dulu ke Mbak penjualnya, kalau ke Bank Negara brapa duit, dia bilang 1 MYR. Mantaplah. Berangkat naik Komuter1 MYR, baliknya naik LRT dari Masjid Jamek 1.4 MYR, total cuma 2.4 MYR dan duitku sisa 25 sen. Hehehe. Sampai apartemen temen, aku langsung beres-beres dan packing. Temenku bilang mau pergi keluar dulu sama temennya (yah karena waktu itulibur hari Minggu dia pasti mau jalan-jalan juga), ya udahlah aku juga malah seneng, bisa tidur dulu sambil nunggu sore. Begitu bangun tidur, ga lama temen datangbawain burger McD.Hehehe. Berhubung akuburu-buru harus berangkat, jadilah aku bilang ke temenku,gimana kalai makanannya aku bawa aja (nggak tau diri, hehehe).Sekitar 3 jam sebelum jam terbang, aku udah berangkat dari apartemen temen, jalan kaki ke stasiun Masjid Jamek, naik LRT ke KL Sentral trus langsung naikaerobus ke bandara. Pas lah aku sampai di bandaranya. And finally, selamat kembali lagi ke tanah air. *langsung males mikirin besok harus mulai kerja lagi*