Upload
vanda-love-djavaneis
View
254
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hjguj
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen karena fungsi ini akan
menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar
dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan, tidak mungkin fungsi
manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan manajerial akan
memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan,
siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntunan proses
pencapaian tujuan secara efesien dan efektif.
Perencanaan manajerial terdiri dari dua bagian utama yaitu perumusan strategi dan
penerapan strategi. Pada bagian perumusan strategi akan ditetapkan tujuan dan kebijaksanaan
umum organisasi. Untuk mengembangkan strategi, manajer harus memiliki keterampilan
manajerial yang bersifat konseptual. Di bagian penerapan strategi akan ditentukan upaya untuk
mencapai tujuan. Pada bagian ini dibutuhkan manajer yang memiliki keterampilan manajerial
yang bersifat teknis. Perumusan strategi biasanya dikerjakan oleh pimpinan puncak suatu
organisasi sedangkan implementasinya dikerjakan sepenuhnya oleh para manajer operasional
dan dikoordinasi oleh manajer menengah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari perencanaan ?
2. Apa visi, misi, filosofi, tujuan sasaran dari perencanaan ?
3. Apa pengertian dari SWOT ?
4. Apa saja macam-macam perencanaan dalam manajemen keperawatan ?
5. Bagaimana langkah-langkah membuat perencanaan ?
6. Bagaimana manajemen by objektif ?
7. Bagaimana perencanaan yang efektif ?
1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, diantaranya :
1. Untuk mengetahui pengertian perencanaan.
2. Untuk mengetahui visi, misi, filosofi, tujuan, dan sasaran.
3. Untuk mengetahui analisa SWOT.
4. Untuk mengetahui macam-macam perencanaan dalam manajemen keperawatan.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah membuat perencanaan.
6. Untuk mengetahui manajemen by objektif.
7. Untuk mengetahui perencanaan yang efektif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perencanaan
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang telah diperhitugkan
secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa depan dan oleh suatu organisasi
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 2007).
Perencanaan menurut (Douglas) yaitu, suatu proses kontinu dari pengkajian, membuat
tujuan dan sasaran, dan mengimplementasikan serta mengevaluasi atau mengontrolnya, yang
adalah subjek untuk mengubah sebaru mungkin fakta yang diketahui. Lalu Douglas
menyatakan bahwa, perencanaan mempunyai tujuan khusus atau tujuan yang mengarahkan
program atau metode sebelumnya untuk mencapai tujuan.
Alexander menyatakan bahwa perencanaan adalah memutuskan seberapa luas akan
dilakukan, bagaimana melakukannya, kapan melakukannya, dan siapa yang melakukannya.
Steiner mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses memulai dengan sasaran-
sasaran, batasan strategi, kebijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai
organisasi untuk menerapkan keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik
terhadap pengenalan siklus perencanaan baru
2.2 Perumusan visi, misi, filosofi dan tujuan sasaran
a. Perumusan visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan dasar untuk membuat suatu
perencanaan sehingga harus disusun secara singkat, jelas, dan mendasar, serta harus ada
batasa waktu pencapaiannya. Visi merupakan pertanyaan yang berisi tentang mengapa
organisasi pelayanan keperawatan dibentuk. Contoh visi ruang perawatan “menjadi ruang
anak yang mampu menyelanggarakan pelayanan keperawatan secara profesional tahun
2015”.
b. Perumusan misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan operasional guna mencapai visi
yang telah ditetapkan. Contoh misi ruang perawatan: memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif.
3
1. Menyediakan perawatan yang efesien dan efektif yang menyumbang kepada
perawatan keseluruhan pasien dan perawatan yang dirancang untuk membantu
pasien mengembalikan dan memelihara tingkat kesehatan maksimum pasien
sekembali kerumahnya dan lingkungannya.
2. Membantu mengembangkan dan mendorong suasana yang mendatangkan balas
kasih pada pasien dan pegawai.
3. Mengajar, mengarahkan dan membantu dalam kegiatan profesional yang
berkaitan dengan keperawatan pasien.
4. Turut serta dan bekerjasama dengan semua anggota tim kesehatan dalam
lembagan kami dan masyarakat kami.
c. Perumusan filosofi
1. Kami percaya setiap pasien dianugrahi tuhan hak hidup dan mati dengan baik dan
sepantasanya.
2. Kami percaya setiap pasien adalah seseorang yang harus dihargai tanpa
memperhatikan kebangsaanya, suku, keyakinan, warna kulit, jenis kelamin, atau
status.
3. Kami percaya perawatan harus bersifat tersendiri bagi masing-masing pasien.
Tujuan tersebut sesuai dengan aktivitas profesional keperawatan yang tergabung
dalam suatu rencana keperawatan itu sendiri, dengan keperawatan khusus dengan
catatan dokumentasi keperawatan.
4. Kami percaya bahwa perawatan merupakan bagian utuh dari perawatan kesehatan
yang direncanakan dan diurus atas kerjasama dengan staf medis, disiplin ilmu lain
yang terkait, pasien dan keluarga pasien.
5. Kami percaya dalam pemanfaatan efektif pegawai profesional dan nonprofesional
bekerjasama sebagai anggota tim kesehatan.
6. Kami percaya dalam pengembangan pendayagunaan pegawai dengan evaluasi
yang terus menerus dan dengan memakai program pendidikan.
Contoh filosofi ruang perawatan : pasien adalah manusia sebagai individu yang
unik bermartabat.
4
d. Tujuan sasaran
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan memberikan arah bagi
organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, bagaimana cara pencapaiannya,
dan bagaimana cara menilainya. Perumusan tujuan dalam organisasi pelayanan
keperawatan hal yang mutlak untuk dilakukan. Untuk merumuskan suatu tujuan
organisasi pelayanan keperawatan yang baik, ada beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan.
2.3 Analisa SWOT
Analisa SWOT adalah bentuk analisa sitausi dan kondisi yang bersifat deskriptif
(memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai faktor masukan
yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus
diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT bahwa analisa SWOT adalah semata-
mata alat analisis yang ditujukkan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau
yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisis “ajaib” yang
mampu memberikan jalan keluar yang “ajaib” bagi masalah yang dihadapi oleh organisasi
layanan keperawatan. Analisis tersebut terbagi atas empat komponen dasar berikut:
1. Strength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari keperawatan atau
program layanan asuhan keperawatan pada saat ini.
2. Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari keperawatan
atau program layanan asuhan keperawatan pada saat ini.
3. Opportunitty (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar keperawatan
dan memberikan peluang berkembang bagi layanan keperawatan dimasa depan.
4. Threat (T) adalah situasi yang merupakan ancaman bagi keperawatan yang datang dari
luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi layanan keperawatan dimasa depan.
Contoh pasangan kekuatan dan kelemahan dalam analisis situasi :
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
S Perawat diruangan saat ini
memiliki jumlah anggota
yang sangat besar.
W Jumlah anggota yang besar
menurunkan tingkat
efektivitas koordinasi dan
5
komunikasi antar anggota.
Contoh pasangan kesempatan dan ancaman dalam analisis situasi :
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
O Tersedianya pendidikan
keperawatan membuat
makin banyak perawat yang
bersekolah hingga
perguruan tinggi.
T Lulusan perawat yang
dihasilkan tidak sesuai
dengan kompetensi yang
diharapkan dari seorang
perawat
Contoh analisis SWOT model kualitatif.
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
S 1. Organisasi memiliki
anggota yang banyak
2. Organisasi memiliki
cadangan dana yang
besar
3. Organisasi memiliki
peraturan yang lengkap
4. Organisasi memiliki
sekretariat yang
representatif
W 1. Budaya
organisasi
adalah budaya
tradisional yang
menghambat
tercapainya
kondisi kerja
yang efisien
2. Keinginan
anggota untuk
belajar dari
kesalahan
sangat rendah.
Selain empat komponen dasar analisis SWOT ini, berkembang pula beberapa
subkomponen hasil proses analisis yang jumlahnya bergantung pada kondisi organisasi.
Sebenarnya masing-masing subkomponen seperti komponen strenght memiliki 12 subkomponen,
komponen weakness memiliki 8 subkomponen dsb. Terdapat 2 model analisis SWOT yang
umum digunakan dalam melakukan analisis situasi antara lain model kuantitatif dan model
kualitatif.
1. Model kuantitatif adalah suatu asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang
berpasangan antara S dan W serta O dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena
6
diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan, selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan
dari setiap kesempatan yang terbuka, selalu ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini
berarti bahwa setiap satu rumusan streght (S), harus selalu memiliki satu pasangan
weakness (W), dan setiap satu rumusan opportunity (O) harus memilki satu pasangan satu
threat (T).
2. Model kualitatif urutan-urutan dalam membuat analisis SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh
dengan urutan-urutan kuantitatif. Perbedaaan besar diantara keduanya adalah pada saat
pembuatan subkomponen dari masing-masing komponen. Apabila model kuantitatif, setiap
subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W dan satu subkomponen O memiliki
pasangan satu subkomponen T. akan tetapi, dalam model kualitatif hal tersebut tidak terjadi.
Selain itu, subkomponen pada masing-masing komponen (S-W-O-T) adalah berdiri bebas dan
tidak memiliki hubungan satu sama lain. Sebagai alat analisis, SWOT berfungsi sebagai
panduan pembuatan peta. Ketika telah berhasil membuat peta langkah tidak boleh berhenti
karena petatidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta dapat menggambarkan banyak
jalan yang dapat ditempuh jika ingin mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan berguna jika
tujuan telah ditetapkan.tujuan dapat ditetapkan dengan memangun visi-misi atau program
dalam layanan dalam keperawatan yang akan dibahas.
Matriks analisis TOWS :
Matriks TOWS Strenghts
Susun daftar kekuatan
Weaknesses
Susun daftar kelemahan
Opportunities
Susun daftar peluang
Strategi SO
Gunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi WO
Tanggulangi kelemahan
dengan memanfaatkan
peluang
Threats
Susun daftar ancaman
Strategi ST
Gunakan kekuatan untuk
menghindari ancaman
Startegi WT
Perkecil kelemahan dan
hindari ancaman
Analisa TOWS
7
Model ini dikembangkan oleh david (1989) yang tidak menggunakan singkatan SWOT
seperti yang lazimnya, namun menggunakan TOWS. David mendahulukan analisa ancaman
dan peluang, untuk kemudian melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan cocok
dengan faktor-faktor eksternal tersebut. Terdapat empat strategi yang tampil dari hasil analisis
TWOS tersebut Strategi SO digunakan untuk menarik keuntungan dari epluang yang tersedia
dalam lingkungan eksternal. Para manajer tidak akan meninggalkan kesempatan untuk
memanfaatkan kekuatannya mengejar peluang yang dimaksud. Strategi WO bertujuan
memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan luar. Sering
dijumpai dilemma bahwa ada peluang terlihat, namun organisasi tidak mampu mengejarnya.
Strategi ST akan digunakan orgsnisasi untuk menghindari, setidaknya memperkecil dampak
ancaman yang datang dari luar. Strategi WT adalah taktik pertahanan yang diarahkan pada
usaha memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Dalam hal ini,
aktivitas organisasi mungkin harus menghentikan sementara dan membubarkannya, lalu
mendirikan organisasi yang baru atau melebur masuk ke organisasi sejenis yang lain,
mengadakan rasional, dan lain-lain.
2.4 Jenis-jenis perencanaan dalam manajemen keperawatan
1. Rencana harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang dibuat
setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat oleh kepala ruang, ketua tim atau
perawat primer,dan perawat pelaksana.
2. Rencana bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan.rencana bulanan ini
harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana bulanan dibuat oleh kepala ruang dan
ketua tim atau perawat primer
3. Rencana tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap setahun sekali. Rencana tahunan
disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahunan sebelumnya. Rencana tahunan dibuat
oelh kepala ruang.
2.5 Langkah-langkah Perencanaan
8
Langkah untuk awal untuk menyusun perencanaan dapat dimulai dengan sebuah
gagasan atau cita-cita yang berfokus pada situasi tertentu. Misalnya, kematian bayi dan ibu di
Indonesia, selama beberapa belas tahun masih tetap lebih tinggi dibandingkan negara tetangga
ASEAN. Perencanaan kesehatan dapat disusun besar atau kecil tergantung besar kecilnya
wilayah dan tanggung jawab organisasi. Misalnya perencanaan untuk menurunkan kematian
bayi secara nasional adalah perencanaan dengan skala besar. Perencanaan dengan sasaran
kelompok yang sama juga dapat dilakukan dalam skala kecil yaitu posyandu di satu desa di
wilayah kerja Puskesmas. Sebagai suatu proses, perencanaan kesehatan mempunyai beberapa
langkah. Ada lima langkah yang perlu dilakukan pada proses penyusunan sebuah
perencanaan.
1. Analisis situasi
Langkah ini bertujuan untuk mencari data atau fakta yang setelah diolah dan dianalisis
akan menjadi informasi yang dibutuhkan untuk penyusunan rencana sebuah program
kesehatan. Jenis informasi yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan adalah :
a) Penyakit dan kejadian sakit (diseases and illnesess) yang berkembang disuatu
wilayah kerja. Untuk puskesmas perlu difokuskan untuk merumuskan masalah
kesehatan yang potensial berkembang di wilayah kerjanya dengan melakukan
analisis data penyakit yang ada di pencatatan program pengobatan.
b) Data kependudukan. Yang termasuk dalam data ini adalah jumlah dan distribusi
penduduk, kelompok, umur, jumlah kelahiran, jumlah kematian, perpindahan
penduduk, keadaan perumahan pendudduk dan lingkungannya, lingkungan sekolah,
tokoh-tokoh formal dan informal, jumlah dan jenis organisasi kemasyarakatan,
keadaan sosial ekonomi masyarakat (jenis pekerjaan), sistem kepercayaan
masyarakat dsb. Termasuk dalam hal ini adalah persepsi masyarakat tentang
penyakit.
c) Jenis dan organisasi pelayanan kesehatan yang tersedia disuatu wilayah. Termasuk
jumlah dan kualifikasi staf yang tersedia yang bisa diajak bekerjasama dalam
pengembangan program kesehatan masyarakat.
d) Keadaan lingkungan dan aspek geografisnya. Data ini erat kaitannya dengan
perkembangan jenis penyakit dan masalah gizi masyarakat.
9
e) Sarana dan sumber daya penunjang lainnya. Analisis kemampuan daya dukung
organisasi khususnya SDM yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan
program kesehatan yang akan direncanakan.
Langkah analisis situasi sebenarnya juga menganalisis semua potensi dan kendala
yang dimiliki dan dihadapi oleh organisasi dalam rangka pengembangan kegiatan
program. Manfaatkan semaksimal mungkin potensi yang ada dan waspadai kendala yang
mungkin akan mengganggu pelaksanaan kegiatan program.
2. Mengidentifikasi masalah dan prioritas
Melalui langkah analisis situasi dihasilkan berbagai jenis data. Data kemudian di
proses dan dianalisis lebih lanjut untuk menjadi informasi yaitu informasi tentang jenis
dan besarnya masalah setelah digunakan pendekatan epidemiologi dan sistem; informasi
tentang pentingnya masalah tersebut dipecahkan dan kegiatan pengembangan program
intervensi yang terkait dengan masalah kesehatan. Jadi informasi sangat dibutuhkan
untuk mengambil keputusan tentang jenis intervensi program yang akan dikembangkan.
Apa kriteria untuk menetapkan prioritas masalah? Semua aktifitas tersebut diatas bagian
dari proses identifikasi masalah, mulai dari langkah awal untuk mengkaji berbagai
masalah kesehatan dan masalah program yang berkembang di jajaran organisasi
pelayanan kesehatan (Puskemas, RS, atau kantor Dinas Kesehatan TK I dan II).
Apa batasan tentang suatu masalah ? masalah adalah kesenjangan yang dapat diamati
antara situasi yang saat ini terjadi dengan situasi yang diinginkan, atau kesenjangan yang
dapat diukur antara hasil yang mampu dicapai dengan tujuan yang ingin dicapai. Masalah
juga dapat dirumuskan dalam bentuk hambatan, dan kendala yang dihadapi oleh program.
Berbagai jenis masalah yang dihadapi perlu dirumuskan dengan jelas dan dikelompokkan
kedalam tiga kategori masalah yaitu masalah tentang penyakit, masalah manajemen
pelayanan kesehatan (masalah program), dan masalah tentang perilaku, sikap dan
pengetahuan masyarakat tentang kegiatan pelayanan kesehatan. Contoh pengelompokkan
ketiga kategori masalah tersebut adalah:
1) Jumlah anak yang menderita diare cukup tinggi,
2) Sebagian sumber air minum penduduk telah terkontaminasi linbah pabrik,
3) Masyarakat membutuhkan penyuluhan kesehatan,
4) Banyak tumpukan sampah disepanjang jalan umum,
10
5) Pemilikan jamban keluarga masih rendah,
6) Kurangnya persediaan oralit di posyandu.
Staf yang mampu melakukan deteksi dini diare sangat terbatas. Dengan
menggunakan model identifikasimasalah tersebut diatas akan sangat membantu para
penanggung jawab (manjer) program kesehatan dilapangan menganalisis suatu
masalah. Yang pertama perlu dibedakan adalah mana masalah program (in-
put,proses,out-put dan efek) mana masalah kesehatan (out-come atau dampak dari
sebuah sistem). Berikut ini diberikan contoh enam langkah untuk mengidentifikasi
masalah.
Enam langkah (pertanyaan) penting untuk identifikasi masalah kesehatan
masyarakat
1) Apa masalah kesehatan yang sedang dihadapi (what kind of health problems)
2) Apa faktor-faktor penyebabnya (why the problem exist)
3) Kapan masalah tersebut timbul (when the problem is happen)
4) Siapa atau kelompok masyarakat yang paling banyak menderita dimana
kejadiannya yang terbenyak ( who is most affected by the problem and where)
5) Apa kemungkinan dampak (akibat) yang muncul apabila masalah kesehatan
tersebut tidak terpecahkan (what kinds of impact will be happen).
6) Apa upaya program untuk mengatasi masalah tersebut (what is the plan of action
should be done)
Setelah masalah kesehatan dipilih prioritasnya, selanjutnya perlu ditetapkan tujuan
program untuk memecahkannya. Kejelasan rumusan tujuan juga juga akan tercermin
dari kejelasan tumusan masalahnya. Dalam situasi nyata, petugas kesehatan akan
menghadapi berbagai macam masalah. Atas dasar itu, mereka tidak mungkin
memecahkan semua masalah yang sedang dihadapi karena terbatasnya sumber daya
(waktu, SDM ,dana, peralatan, teknologi, dsb) yang tersedia. Oleh karena itu semua
permasalahan yang dihadapi perlu dikaji dan dipilih yang terpenting untuk menjadi
prioritas.
Kriteria penetapan prioritas masalah kesehatan
Untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan, ada beberapa pertanyaan yang
dapat diajukan:
11
1) Apakah masalah tersebut menimpa sebagian penduduk?
2) Apakah masalah tersebut potensial sebagai penyebab tingginya kematian bayi?
3) Apakah masalah tersebut mempengaruhi kesehatan dan kematian anak balita ?
4) Apakah masalah tersebut mengganggu kondisi kesehatan dan mengakibatkan
kematian ibu hamil?
5) Apakah masalah kesehatan tersebut bersifat kronis,menimbulkan kecacatan dan
mengganggu produktifitas kerja masyarakat disuatu wilayah?
6) Apakah masalah tersebut menyebabkan masalah kepanikan masyarakat secara
luas?
Untuk menetapkan prioritas suatu masalah kesehatan, para tim perencana
sebaiknya duduk bersama. Anggota tim perencana harus terdiri dari staf yang mengetahui
dengan jelas perekembangan semua masalah tersebut dilapangan dan juga mempunyai
data penunjangnya. Keenam kriteria tersebut diatas kemudian diberikan skor (1-10,
atau1-5). Tinggi-rendahnya skor yang diberikan tergantung tinggi-rendanhya kejadian
tersebut di masayarakat,kemudahan masalah tersebut untuk ditanggulangi. Semakin
tinggi skornya,semakin penting masalah tersebut untuk dipecahkan. Masalah yang
mendapat skor tertinggi dipilih untuk mendapat prioritas utama untuk ditanggulangi.
Untuk dapat memecahkan masalah tersebut, rencana kerja operasional (RKO) terpadu
perlu disusun oleh tim rencana sesuai dengan potensi sumber daya yang ada di wilayah
kerjanya masing-masing dan kebijakan depkes. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan
kriteria kedua untuk menetapan prioritas masalah kesehatan yang akan ditanggulangi.
Kriterianya lebih bersifat fisibilitas (potensi dan kendala) dalam pelaksanaannya
dilapangan dan sesuai tidaknya dengan kebijakan nasional.
1) Apakah daerah itu mudah dicapai ?
2) Bagaimana partisipasi masyarakat setempat?
3) Berapa cakupan kegiatan progam yang telah mampu dicapai selama ini?
4) Apakah masalah kesehatan tersebut adalah salah satu prioritas program kesehatan
yang berskala nasional atau regional?
5) Apakah masalah tersebut dapat dipecahkan dengan menggunakan potensi yang
ada di masyarakat dan yang dapat disediakan oleh organisasi kesehatan setempat
(dana, SDM, teknologi, prasana lain yang diperlukan)?
12
Setiap kriteris tersebut diatas juga perlu diberikan skor 1-5 atau 1-10 jika semakin
mudah (fisibel) masalah tersebut diintervensi, dan semakin relevan dengan kebijakan
nasional, semakin tinggi skornya diberikan pada masalah kesehatan tersebut. Ini berarti
semakin tinggi prioritasnya untuk dipecahkan. Dengan menggunakan kedua kelompok
kriteria tersebut diatas, masalah kesehatan dapat dipilih prioritasnya. Kriteria pertama
menggunakan pendekatan kebutuhan masyarakat (aspek epidemiologis) dan kriteria
kedua menggunakan pendekatan fisibilitas. Untuk kejadian luar biasa, apalagi
menimbulkan kepanikan masyarakat, konsep kriteria pertama yang lebih diutamakan
untuk menetapkan prioritas masalah yang akan diintervensi.
3. Menentukan tujuan program
Setelah prioritasnya masalah kesehatan ditetapkan, manajer program menetapkan
tujuan pemecahannya yang akan dijadikan dasar penyusunan tujuan rencana program.
Sebelum menyusun rencana kerja operasional, ada beberapa peertnyaan yang perlu
dijawab:
1) Berapa besar sumber daya yang dimiliki oleh organisasi (potensi organisasi)?
2) Sejauh mana masalah yang telah diprioritaskan akan dipecahkan (target program)?
3) Kapan target program tersebut akan dicapai?
Merumuskan tujuan program operasional berasarkan jawaban atas ketiga pertanyaan
tersebut akan bermanfaat untuk:
1) Menetapkan langkah-langkah kegiatan program untuk mencapai tujuan tersebut.
2) Memudahkan untuk evaluasi hasil yang dicapai.
Kriteria penentuan sebuah tujuan dapat dilakukan sebagai berikut: tujuan harus
SMART: spesific (mempunyai interpretasinya sama), measurable (dapat diukur
kemajuannya), appropriate (sesuai dengan strategi nasional,tujuan program dan tujuan
insstitusi dsb), realistic (dapat dilaksanakan sesuai dengan fasilitas dan kapasitas
organisasi), time bound (sumber daya dapat dialokasikan dan kegiatan dapat
direncanakan untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan target waktu).
Beberapa kriteria ini juga penting untuk dijadikan pedoman penyusunan sebuah tujuan
program.
1) Tujuan adalah hasil yang diinginkan. Tujuan dipakai untuk mengukur keberhasilan
suatu program atau kegiatan.
13
2) Tujuan harus sesuai dengan masalah,bisa dicapai,bisa diukur,dan dapat diamati
hasilnya.
3) Tujuan penting untuk membuat perencanaan dan mengevaluasi hasilnya.
Target operasional berhubungan dengan waktu dan besarnya hasil dalam
pencapaian tujuan.
Kriteria penyusunan masing-masing tujuan tersebut:
1. Goal (tujuan umum): bersifat jangka panjang, masih umum, abstrak, dan tidak
terpengaruh oleh perubahan situasi. Tujuan ini biasanya dibuat oleh MPR dan
tertuang dalam GBHN sektor kesehatan.
2. Tujuan kebijaksanaan: merupakan bagian dari Goal, sasaran populasinya masih
belum jelas, tujuan ini sudah spesifik oleh karena sudah bersifat sektoral khusus
untuk masyarakat di desa. Tujuan seperti ini tertuang dalam sistem kesehatan
nasional (SKN). Misalnya menurunnya masalah kesehatan dikalangan masyarakat
desa.
3. Tujuan program: target popuasinya sudah lebih jelas, ada identifikasi dampak
khusus yang sudah dapat diukur hasilnya bila tujuan program sudah tercapai.
Misalnya, meningkatnya status gizi masyarakat desa, meningkatnya kesehatan
lingkungan di desa, menurunnya kejadian sakit dan kematian pada kelompok
umur tertentu dsb.
4. Tujuan pelayanan: untuk mencapai tujuan ini sudah lebih jelas spesialisasi jenis
dan tingkat pelayanannnya. Menurunnya kejadian dan kematian akibat diare pada
anak balita di desa sebanyak 35% dalam kurun waktu tiga tahun.
5. Tujuan sumber: disini diperlukan identifikasi masukan spesifik (input atau sumber
daya) untuk mencapai tujuan pelayanan. Meningkatnya cakupan penyediaan air
bersih sampai 10% setiap tahun; meningkatnya perbaikan sistem pembuangan air
li mbah (SPAL) dan penyediaan JAGA (jamban keluarga) sampai 30% dari
seluruh rumah tangga penduduk dalam kurun waktu 3 tahun. Bila tujuan ini
tercapai, diharapkan tujuan program (no 4) akan tercapai.
6. Tujuan implementasi: disini perlu dijelaskan produk spesifik yang ingin dicapai
dan yang dapat diukur hasilnya setelah pelaksanaan program. Misalnya, perlu
ditingkatkan persediaan 500 JAGA,200 SPT,300 SPAL dalam kurun waktu 3
14
tahun. Bila sarana ini tersedia, tujuan penyediaan sumber (no 5) akan tercapai, dan
kegiatan program untuk menurunkan kejadian diare (no 4) akan tercapai.
4. Mengkaji hambatan dan kelemahan program
Langkah keempat dari proses perencanaan adalah mengkaji kembalik hambatan dan
kelemahan program yang sudah pernah dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mencegah
atau mewaspadai terjadinya hambatan serupa seperti yang pernah dialami sebelumnya.
Selain mengkaji hambatan yang pernah dialami, perlu juga dibahas (memprediksi)
kendala dan hambatan yang mungkin akan dihadapi pada saat pelaksanaan program di
lapangan.
1) Hambatan pada sumber daya
Misalnya, staf pelaksanaan motivasi rendah, pengetahuan dan keterampilan
mereka kurang, tingkat partisipasi masyarakat juga rendah. Peralatan belum
tersedia atau harganya cukup mahal. Informasi juga dapat terjadi hambatan
program karena datanya yang tersedia kurang dapat dipercaya, kurang akurat,
pemanfaatan data jarang dilakukan untuk perencanaan kegiatan program sehingga
staf terperangkap pada rutinisme, dan laporannya belum dibuat. Dananya kurang
dan sering dating terlambat serta sering masih dipotong di dinkes tk II. Waktu
yang dimiliki oleh staf tidak cukup untuk menyusun rencana atau untuk
mengadakan supervisi. Semua jenis hambatan ini sebenarnya sudah dapat
dirumuskan pada saat melakukan analisis situasi (system) yang lebih difokuskan
pada sumber daya dan proses (input dan proses).
2) Hambatan yang terjadi pada lingkungan
Misalnya, hambatan georafis (jalan rusak), iklim atau musim yang kurang
munguntungkan, masalah tingkat pendidikan yang rendah, sikap dan budaya
masyarakat yang tidak konduktif (tabu, salah persepsi, mitos, dsb). Semua
kendala dan hambatan yang bersumber pada lingkungan sebaiknya dianalisis
pengaruhnya pada perilaku sehat sakit maasyarakat. Perilaku masyarakat yang
kurang partisipatif merupakan kendala utama pelaksanaan program.
Setelah semua hambatan dianalisi, kemudian dilakukan langkah-langkah sbb:
15
a. Dibuat kajian terhadap daftar hambatan. Hambatan mungkin terjadi pada staf atau
para pelaksana, peralatan, informasi, biaya dan watu, geografis, iklim, dan peran
serta masyarakat.
b. Setelah dibuat daftar hambatan dan kendala program, pilih mana hambatan dan
kendala yang dapat dihilangkan; mana yang dapat dimodifikasi atau dikurangi,
dan mana yang sama sekali tidak dapat dihilangkan.
c. Selanjutnya, sesuaikan tujuan operasional kegiatan program yang telah disusun
pada bagian ke 4 diatas dengan tetap mewaspadai munculnya berbagai hambatan
dan kendala dilapangan. Alternative kegiatan untuk mencapai tujuan program
yang sudah mempertimbangkan hambatan dan kendala di lapangan diharapkan
akan memberikan hasil yang lebih baik (lebih produktif) yaitu lebih efektif,
efisien dan rasional.
5. Menyusun rencana kerja operasional (RKO)
Pada saat memasuki fase ini,tim perencanaan sudah menetapkan tujuan dan target
yang ingin dicapai (lamgkah 1-4). Lagkah dalam proses perencenaan yang terakhir adalah
menetapkan alternative kegiatan dan sumber daya pendukungnya. Langkah ini dilakukan
mendahului proses penyusunan rencana kerja operasional (RKO). Sebuah RKO yang baik
perlu dilengkapi dengan berbagai informasi sbb:
a. Mengapa kegiatan ini penting dilaksanakan ? (why)
Jelaskan latar belakang masalah yang akan dipecahkan atau tujuan yang ingin
dicapai. Latar belakang ini adalah penjelasan terhadap pertanyaan mengapa
kegiatan program ini penting dilaksanakan. Informasi ini sudah didapat sebagian
pada langkah analisis situasi.
b. Apa yang akan dicapai (what)
Tuliskan apa yang ingin dicapai dalam bentuk tujuan operasional program. Di sini
juga perlu dibuat target yang ingin dicapai sehingga kegiatan dapat diukur
keberhasilannya. Misalnya: menurukna kejadian diare sampai 30% dalam kurun
waktu 3 tahun di kalangan masyarakat desa.
c. Bagaimana cara mengerjakannya (how)
Jelaskan langkah-langkah praktis (kegiatan) yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan program. Jelskan juga bagaimana mengatasi hambatan-kendala yang
16
mungkin muncul selama kegiatan berlangsung. Misalnya, meningkatkan
jangkauan pemasangan JAGA sampai 10% setiap tahunnya; meningkatkan peran
serta masyarakat melalui mekanisme perencanaan di LKMD.
d. Siapa yang akan mengerjakan dan siapa sasaran kegiatannya (who)
Staf yang dibutuhkan untuk melaksanakan rencana kegiatan. Jelaskan jumlah dan
jenis kualifikasinya (apa keterampilan) yang perlu dimiliki oleh staf. Jelaskan
bagaimana mereka akan diorganisir, apa uraian tugasnya, siapa sasaran kegiatan
programnya dan berapa jumlah kelompok penduduk yang akan menerima
pelayanan kesehatan untk kurun waktu tertentu (target cakupan). Misalnya,
dibutuhkan 10 kader aktif dan 3 petugas lapangan.
e. Sumber dan pendukung (what support)
Buat daftar jenis dan jumlah peralatan (equipment support) yang diperlukan dan
yang sudah tersedia untuk mendukung pelaksanaan kegiatan. Berapa dana
(financial support, budgeting) yang diperlukan, berapa bedar alokasinya untuk
setiap jenis kegiatan, apakah ada kebutuhan dan tambahan yang tidak diduga?
f. Dimana kegiatan akan dilaksanakan (where)
Di mana kegiatan operasional akan dilaksanakan? Hal ini penting
dipertimbangkan untuk mengetahui kebutuhan alat transportasi dan jenis
komunikasi untuk mendukung pelaksanaan kegiatan.
g. Kapan kegiatan ini akan dikerjakan (when)
Jelaskan fase atau tahapan kegiatan akan dilaksanakan. Kapan mulainya dan
kapan akan berakhir. Untuk kegiatan tahunan, fase kegiatannya dibagi dalam
bulanan. Kegiatan bulanan biasanya fase kegiatannya disusun dalam mingguan
atau harian.
2.6 Manajemen by objektif
Management by objective (MBO) merupakan teknik manajeman yang membantu
memperjelas dan menjabarkan tahapan tujuan organisasi. Lebih lanjut Nanang Fattah
menjelaskan bahwa dengan Management by objective (MBO) dilakukan proses
penentuan tujuan bersama antara atasan dan bawahan. Dari beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa Management by objective (MBO) adalah suatu cara di dalam
17
mencapai sasaran hasil maupun dalam merencanakan program melibatkan semua pihak
(stakeholders) pada lembaga yang bersangkutan
2.7 Perencanaan yang efektif
Manajemen Efektif adalah pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan seperti yang
telah ditetapkan. memberikan definisi sebagai berikut : Efektivitas adalah pemanfaatan
sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya.
Prinsip-prinsip manajemen efektif :
1. Fokus pada pelanggan
2. Perusahaan tergantung pada pelanggannya, maka haruslah mengerti apa keinginan
pelanggan saat itu dan masa yang akan datang. Temu-kenali apa keperluan pelanggan
dan berusahalah untuk memenuhi bahkan melebihi harapan-harapan pelanggan.
Penerapan khusus Prinsip 1 :
a) Teliti pahami kebutuhan dan harapan pelanggan
b) Pastikan bahwa sasaran organisasi sejalan dengan kebutuhan dan harapan
pelanggan
c) Komunikasikan kebutuhan dan harapan pelanggan ke seluruh organisasi
18
d) Ukur kepuasan pelanggan lalu ambil tindakan dari hasil pengukuran
e) Kelola secara sistematis hubungan dengan pelanggan
f) Buatlah keseimbangan pendekatan antara kepuasan pelanggan dan pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya seperti: pemilik modal, karyawan, pemasok,
masyarakat dan pemerintah.
3. Kepemimpinan
Para pimpinan menetapkan atau membangun kesatuan arah dan tujuan organisasi .
Pimpinan harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal yang mendukung,
sehingga SDM nya sepenuhnya berdaya-upaya dalam mencapai tujuan atau sasaran-
sasaran organisasi.
Penerapan khusus Prinsip 2 :
a) Pertimbangkan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan, termasuk
pelanggan.
b) Tetapkan dan jelaskan visi organisasi ke depan agar setiap orang mengerti tujuan .
c) Tentukan sasaran dan target yang menantang dan sosialisasikan
d) Ciptakan dan sokong nilai-nilai kebersamaan, kejujuran dan model tugas yang etis
pada semua level organisasi
e) Lengkapi semua orang dengan sumberdaya yang diperlukan (misalnya : pelatihan
sesuai keperluan bidang tugas), dan beri kebebasan bertindak dengan penuh
tanggungjawab.
f) Beri semangat kebesaran hati dan pengakuan terhadap konstribusi setiap orang
4. Keterlibatan sumber daya manusia
Sumberdaya manusia pada semua level (tingkatan) adalah faktor penting dari
suatu organisasi, dan keterlibatan sepenuhnya dari mereka memungkinkan
kemampuan mereka digunakan untuk keuntungan organisasi.
Penerapan khusus Prinsip 3 :
a) Upayakan setiap orang memahami pentingnya konstribusi dan peran mereka
b) Upayakan setiap orang mengenali batasan kinerja serta lingkup tanggung-jawab
mereka.
c) Upayakan setiap orang mengetahui permasalahan kerja mereka dan termotivasi
untuk menyelesaikannya
19
d) Ajak setiap orang aktif melihat peluang untuk meningkatkan kompetensi,
pengetahuan dan pengalaman mereka
e) Fasilitasi agar setiap orang bebas berbagi pengetahuan atau pengalaman dan
berinovasi
f) Budayakan agar setiap orang secara terbuka mendiskusikan permasalahan
5. Pendekatan proses
Hasil yang diinginkan tercapai dengan lebih efisien bila aktivitas dan sumber-
sumber yang terkait diatur dengan baik sebagai sebuah proses.
Penerapan khusus Prinsip 4 :
a) Secara sistematis menentukan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai
hasil yang diinginkan
b) Menganalisa dan mengukur kapabilitas aktivitas-aktivitas kunci .
c) Mengidentifikasi interface aktivitas-aktivitas kunci di dalam dan di antara fungsi-
fungsi organisasi
d) Upayakan agar proses lebih singkat dan efektif, tidak berbelit-belit
e) Menekankan pada faktor-faktor seperti sumberdaya, metode dan material untuk
memperbaiki aktivitas kunci pada organisasi
f) Hilangkan birokrasi, serta eliminir fungsi-fungsi organisasi yang tugasnya saling
tumpang tindih
g) Mengevaluasi resiko, konsekwensi, dan dampak aktivitas pada pelanggan atau
pemasok ataupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
6. Pendekatan sistem pada manajemen
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan suatu system dari proses-proses
yang saling terkait, untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan yang objektif pada
perusahaan dengan efektif dan efisien.
Penerapan khusus Prinsip 5 :
a) Penyusunan system untuk mencapai sasaran organisasi dengan lebih efektif dan
efisien
b) Memahami keadaan saling ketergantungan diantara proses-proses pada system
c) Pendekatan struktur yang harmonis dan integrasi proses-proses, dengan tugas
yang tidak saling tumpang tindih
20
d) Memberi pemahaman terbaik pada tugas-tugas atau tanggung-jawab yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersama, serta mengurangi hambatan lintas
fungsional
e) Menargetkan dan menentukan bagaimana aktivitas khusus dalam suatu sistem
akan beroperasi
7. Perbaikan yang kontinu
Perbaikan yang berkesinambungan harus menjadi pekerjaan yang permanen dari
organisasi
Penerapan khusus Prinsip 6 :
a) Laksanakan secara konsisten pendekatan organisasi untuk kontinuitas perbaikan
performansi
b) Sediakan dan kirim SDM untuk pelatihan terhadap metode dan alat perbaikan
berkesinambungan
c) Laksanakan perbaikan yang kontinu pada produk, proses dan sasaran system
d) Tetapkan tujuan dan sasaran sebagai pedoman, dan ukur pencapaian untuk
perbaikan yang berkesinambungan
e) Beri penghargaan dan pengakuan terhadap perbaikan
8. Pendekatan factual untuk pengambilan keputusan
Keputusan yang efektif adalah yang berdasarkan analisa data dan informasi
Penerapan khusus Prinsip 7 :
a) Pastikan bahwa data dan informasi cukup akurat dan dapat dipercaya
b) Sediakan data yang dapat diakses oleh yang membutuhkan
c) Analisa data dan informasi dengan menggunakan metode yang validBuat
keputusan dan ambil tindakan berdasarkan analisis factual, seimbang dengan
pengalaman intuisi
9. Hubungan kerjasama yang saling membutuhkan dengan supplier
Perusahaan dan Pemasok nya (Supplier / Vendor) adalah saling membutuhkan.
Mempunyai kerjasama yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan
kedua belah pihak untuk menciptakan nilai keberhasilan.
Penerapan khusus Prinsip 8 :
21
a) Tetapkan hubungan yang seimbang antara keuntungan jangka pendek dengan
mempertimbangkan jangka panjang
b) Sinergikan keahlian dan sumberdaya secara berpasangan dengan pemasok
c) Identifikasi dan pilih pemasok-pemasok kunci
d) Susun pengembangan bersama, untuk fleksibilitas dan kecepatan merespon
perubahan kebutuhan pasar
e) Berikan semangat, dorongan dan penghargaan atas peingkatan dan prestasi
pemasok.
2.8 Karakteristik Perencanaan
Dalam suatu lingkungan perubahan teknologi, perhitungan biaya, dan berbagai aktivitas,
terdapat kebutuhan terhadap administrator perawat kepala dan manajer bawahan untuk
melakukan perencanaan. Ramalan kejadian dan penyusunan suatu sistem dari aktivitas atau
tindakan untuk menyelesaikan tugas untuk keberhasilan. Pengertian perencanaan menurut
Kootz dan Weinrich sebagai “pemilihan tugas dan tujuan serta tindakan kegiatan untuk
mendapatkannya, ini membutuhkan pembuatan keputusan yaitu, pemilihan masa depan dari
dua alternative kegiatan. Dalam perencanaan, manajer perawat akan menghindari
meninggalkan kejadian untuk berubah manajer perawat akan menerapkan proses intelektual
untuk secara sadar menentukan proses tindakan untuk menyelesaikan pekerjaan dari
organisasi keperawatan total. Donovan mengatakan bahwa proses perencanaan harus
dilahirkan dan dianalisa untuk membuat program seluruh pereawatan yang menyeluruh dari
kegiatan yang akan mencapai tujuan.
Rowland mengatakan bahwa perencanaan mulai dengan filosofi tentang keperawatan.
Mereka mengurutkan fase perencanaan ini sebagai menentukan tujuan, mengumpulkan data,
mengembangkan rencana tindakan, menyusun tindakan, dan mengevaluasi.
Perencanaan meliputi pengumpulan, analisa, dan oranisasi dari beberapa macam data
(dari pertanyaan bagaimana) yang akan digunakan untuj menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan dan rencana manajemen yang akan memberikan sumber-sumber dan proses
untuk memenuhi kebutuhan ini. Dengan mengecualikan kenyataan bahwa keperawatan
adalah disiplin praktik klinis yang memberikan pelayanan kemanusiaan, manajer perawat
merencanakan untuk mengarahkan praktisi yang memberikan pelayanan.
22
Beberapa bentuk data yang harus dikumpulkan dan dianalisa untuk perencanaan meliputi :
1. Sensus rata-rata setiap hari.
2. Kapasitas tempat tidur dan persentase pekerjaan.
3. Rata-rata lama dirawat.
4. Jumlah kelahiran.
5. Jumlah operasi.
6. Kecenderungan dalam populasi pasien.
a. Diagnosis
b. Kelompok usia
c. Keparahan penyakit
d. Ketergantungan fisik
7. Kecenderungan dalam teknologi.
a. Prosedur diagnostik
b. Prosedur terapeutik
8. Analisa lingkungan.
a. Dampak kekuatan pada keperawatan dari dalam ketersediaan perawat, masuk-
keluarnya perawat departemen lain.
b. Dampak kekuatan pada keperawatan dari luar pemerintahan, pendidikan, badan-
badan akreditasi, dan lain-lain.
c. Kecenderungan dalam perawatan kesehatan dan dalam keperawatan, termasuk
perubahan dalam karakteristik.
d. Ancaman terhadap profesi keperawatan
e. Kesempatan untuk profesi keperawatan.
2.9 Tujuan Perencanaan
Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan :
1. Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan.
2. Hal tersebut bermakna pada pekerjaan.
3. Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personel dan fasilitas yang
bersedia.
4. Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis.
23
5. Hal tersebut efektif dalam hal biaya.
6. Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga membantu
menurunkan elemen perubahan.
7. Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk perubahan.
8. Hal tersebut diperlukan untuk control efektif.
2.10 Manfaat Sebuah Perencanaan
Perencanaan akan di peroleh keuntungan, sebagai berikut :
1) Perencanaan akan menyebabkan berbagai macam aktivitas organisasi untuk mencapai
tujuan tertentu dan dapat dilakukan secara teratur.
2) Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak
produktif.
3) Perencanaan dapat di pakai untuk mengukur hasil kegiatan yang telah di capai karena
dalam perencanaan ditetapkan berbagai standart.
4) Perencanaan memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya, terutama
untuk fungsi pengawasan.
Sebaliknya, pimpinan dan staf organisasi juga perlu memahami bahwa perencanaan
juga memiliki kelemahan yaitu :
1) Perencanaan mempunyai keterbatasan mengukur informasi dan fakta-fakta di masa
yang akan datang dengan tepat.
2) Perencanaan yang baik memerlukan sejumlah dana.
3) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis bagi pimpinan dan staf karena harus
menunggu dan melihat hasil yang akan dicapai.
4) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif. Gagasan baru untuk mengadakan
perubahan harus ditunda sampai tahap perencanaan berikutnya.
5) Perencanaan juga akan menghambat tindakan baru yang harus diambil oleh staf.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fungsi perencanaan merupakan landasan dari fungsi manajemen secara
keseluruhan. Untik mengetahui apakah perencanaan itu baik atau tidak dapat dijawab
melalui pertanyaan-pertanyaan dasar mengenai perencanaan, yaitu WHAT (apa),
WHY (mengapa), WHERE (dimana), WHEN (kapan), WHO ( siapa), dan HOW
(bagaimana).visi merupakan sesuatu yang didambakan untuk dimiliki di masa depan.
Misi adalah bentuk yang didambakan dimasa depan.
Terdapat lima langkah yang perlu dilakukan pada proses perencanaan, meliputi
menganalisis situasi, mengidentifikasi masalah dan prioritasnya, menentukan tujuan
program, mengkaji hambatan dan kelemahan program, menyusun kerja operasional.
analisa SWOT adalah bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif
(member gambaran) meliputi strength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan
kekuatan. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan.
(opportunity (O), adalah sitausi atau kondisi yang merupakan peluang. Threat (T),
adalah situasi yang merupakan ancaman.
3.2 Saran
Planning atau perencanaan dalam manajemen keperawatan sangat penting dan
wajib di gunakan dalam suatu sistem manajemen keperawatan. Oleh karena itu
planning atau perencanaan lebih di utamakan dalam manajemen keperawatan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Maninjaya, A.A.ode . 1999. manajemen kesehatan, edisi pertama .Jakarta :EGC.
Maninjaya, A.A.ode . 2004. manajemen kesehatan, edisi kedua . Jakarta : EGC.
Asmuji. 2013. MANAJEMEN KEPERAWATAN konsep dan aplikasi .Yogyakarta : Ar-
ruzz media.
Swansbung, Russel c. 2000.pengantar kepemimpinan manajemen keperawatan, Jakarta :
EGC.
Simamora, Roy mond H. 2012. buku ajar manajemen keperawatan, Jakarta : EGC.
Gillies Dee Ann, Rn,: manajemen keperawatan,suatu pendekatan sistem,chicago:sunders
26