Upload
doanthu
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR : KP 138 TAHUN 2018
TENTANG
SERTIFIKASI FASILITAS KEAMANAN PENERBANGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Bab VII butir 7.10,
butir 7.12, dan butir 7.13 Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 80 Tahun 2017 tentang Program Keamanan
Penerbangan Nasional, perlu menetapkan Peraturan
Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Sertifikasi
Fasilitas Keamanan Penerbangan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4956);
2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
3. Peraturan Presiden Nomor 40, Tahun 2015 tentang
Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 33 Tahun
2015 tentang Pengendalian Jalan Masuk (Access Control}
Ke Daerah Keamanan Terbatas Di Bandar Udara (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 288)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor : PM 167 Tahun 2015 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1740);
-2-
5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 189 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1844) sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 117
Tahun 2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 1891);
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 80 Tahun
2017 tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
1237);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
TENTANG SERTIFIKASI FASILITAS KEAMANAN
PENERBANGAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Fasilitas Keamanan Penerbangan adalah peralatan-
peralatan yang digunakan dalam upaya mewujudkan
keamanan penerbangan.
2. Peralatan keamanan penerbangan adalah peralatan yang
digunakan untuk mengenali atau mendeteksi orang,
kendaraan atau barang/bahan yang berpotensi
digunakan untuk melakukan tindakan melawan hukum
dalam penerbangan.
3. Sertifikat Peralatan Keamanan Penerbangan yang
selanjutnya disebut sertifikat peralatan adalah tanda
bukti bahwa peralatan keamanan penerbangan telah
dilakukan pengujian kelaikan dan memenuhi standar
kelaikan peralatan yang berupa sertifikat dan label
peralatan.
-3-
4. Label Sertifikat Peralatan Keamanan Penerbangan yang
selanjutnya disebut Label Peralatan adalah tanda bukti
yang dilekatkan pada peralatan keamanan penerbangan
yang menunjukkan bahwa telah dilakukan pengujian
kelaikan dan memenuhi standar kelaikan peralatan.
5. Pemeriksaan adalah rangkaian kegiatan pemantauan
terhadap keandalan kineija fasilitas keamanan
penerbangan dan unsur pendukungnya. .
6. Pengujian Kelaikan adalah kegiatan mengukur
pemenuhan standar kelaikan peralatan keamanan
penerbangan.
7. Pengujian Operasi adalah kegiatan mengukur
pemenuhan standar teknis operasi peralatan keamanan
penerbangan.
8. Standar Kelaikan Peralatan adalah kriteria penilaian
peralatan yang harus dipenuhi oleh peralatan keamanan
penerbangan untuk memenuhi persyaratan penilaian
lulus uji kelaikan.
9. Standar Teknis Operasi adalah kriteria peralatan utama
yang harus dipenuhi oleh peralatan keamanan
penerbangan untuk dapat dioperasikan
10. Kriteria Penilaian adalah faktor-faktor peralatan dan
pendukungnya yang menjadi dasar penilaian kinerja
peralatan untuk memenuhi Standar Kelaikan Peralatan.
11. Kalibrasi adalah kegiatan pengaturan ulang (re
adjustment) terhadap peralatan keamanan penerbangan
untuk mempertahankan keandalan dan keakuarasian
kineijanya sesuai standar teknis operasi.
12. Personel Fasilitas Keamanan Penerbangan adalah
personel yang mempunyai lisensi dan rating yang diberi
tugas dan tanggung jawab di bidang pemeliharaan
fasilitas keamanan penerbangan.
13. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan
Udara.
14. Direktur adalah Direktur yang membidangi urusan
keamanan penerbangan.
-4-
15. Kepala Kantor adalah Kepala Kantor Otoritas Bandar
Udara.
BAB II
FASILITAS KEAMANAN PENERBANGAN
Pasal 2
Fasilitas keamanan penerbangan mempunyai fungsi sebagai
alat pemeriksaan keamanan, pemantauan keamanan dan
penundaan upaya tindakan melawan hukum.
Pasal 3
Fasilitas keamanan penerbangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 antara lain:
a. pendeteksi bahan peledak;
b. pendeteksi bahan organik dan non-organik;
c. pendeteksi metal dan/atau non-metal;
d. pendeteksi bahan cair;
e. pemantau lalu lintas orang, kargo, pos, kendaraan, dan
pesawat udara di darat;
f. penunda upaya kejahatan dan pembatas daerah
keamanan terbatas;
g. pengendalian jalan masuk; dan
h. komunikasi keamanan penerbangan.
Pasal 4
(1) Peralatan dengan fungsi pendeteksi bahan peledak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a meliputi:
a. pendeteksi bahan peledak {Explosive Trace Detector); dan
b. mesin X-Ray dengan Explosive Detection System/KDS
{Algorithm Based X-Ray)
(2) Peralatan dengan fungsi pendeteksi bahan organik dan non-
organik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b
meliputi:
a. mesin X-Ray konvensional {conventional x-ray machine);
dan
-5-
b. mesin X-Ray dengan Explosive Detection System/KDS
(Algorithm Based X-Ray)
(3) Peralatan dengan fungsi pendeteksi metal dan/atau non
metal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c
meliputi berikut:
a. mesin X-Ray konvensional [conventional x-ray machine);
b. mesin X-Ray dengan Explosive Detection System/EDS
[Algorithm Based X-Ray)
c. mesin pemindai tubuh [Body Scannef);
d. gawang pendeteksi metal [Walk Through Metal Detectoi);
dan
e. pendeteksi metal genggam [Handheld Metal Detectoi).
(4) Peralatan dengan fungsi pendeteksi bahan cair
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d berupa
Pendeteksi Cairan [Liquid Detector),
(5) Peralatan dengan fungsi pemantau lalu lintas orang, kargo
dan pos, kendaraan, dan pesawat udara di darat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e meliputi:
a. sistem kamera pemantau [Closed Circuit Television);
dan
b. kendaraan patroli [Patroll Vehicle).
(6) Peralatan dengan fungsi penunda upaya kejahatan dan
pembatas daerah keamanan terbatas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf f berupa sistem Pendeteksi
Penyusup Perimeter [Perimeter Intruder Detection
System/PIDS).
(7) Peralatan dengan fungsi pengendalian jalan masuk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g berupa
peralatan Sistem Pengendali Jalan Masuk (Access Control
System).
(8) Peralatan dengan fungsi komunikasi keamanan
penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf h berupa Radio Komunikasi Keamanan Penerbangan
[Aviaton Security Radio Communication)
-6-
Pasal 5
(1) Peralatan keamanaan penerbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 yang wajib dilengkapi dengan
Sertifikat Peralatan meliputi:
a. mesin x-ray konvensional {conventional x-ray machine);
b. mesin X-Ray dengan Explosive Detection System/EDS
{Algorithm Based X-Ray]
c. mesin pemindai tubuh {Body Scanner);
d. sistem pendeteksi penjnjisup perimeter {Perimeter
Intruder Detection System/PIDS);
e. gawang pendeteksi metal (Walk Through Metal Detector);
f. pendeteksi bahan peledak {Explosive Trace Detector);
dan
g. sistem kamera pemantau {Closed Circuit Television).
(2) Peralatan keamanan penerbangan sebagaimana dimaksud
ayat (1) dikelompokkan dalam :
a. kelompok A - terdiri dari peralatan :
1) mesin x-ray konvensional {conventional x-ray
machine);
2) mesin X-Ray dengan Explosive Detection
System/EDS {Algorithm Based X-Ray);
3) mesin pemindai tubuh (body scanner);
4) sistem pendeteksi penyusup perimeter {Perimeter
Intruder Detection System/PIDS); dan
5) sistem kamera pemantau {Closed Circuit
Television).
b. kelompok B - terdiri dari peralatan :
1) gawang pendeteksi metal {Walk Through Metal
Detector); dan
2) pendeteksi bahan peledak {Explosive Trace
Detector).
Pasal 6
(1) Penyelenggara fasilitas keamanan penerbangan yang
mengoperasikan peralatan keamanan penerbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 wajib melengkapi
sertifikat peralatannya.
-7-
(2) Penyelenggara Fasilitas Keamanan Penerbangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Badan Usaha Bandar Udara;
b. Unit Penyelenggara Bandar Udara;
c. Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan;
d. Badan Usaha Angkutan Udara;
e. Perusahaan Angkutan Udara Asing;
f. Badan Hukum yang melakukan kegiatan usaha di
Bandar Udara; dan
g. Badan Hukum yang mendapat pendelegasian dalam
melakukan pemeriksaan keamanan penerbangan.
Pasal 7
(1) Sertifikat peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,
diterbitkan oleh Direktur Jenderal.
(2) Sertifikat peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berlaku selama peralatan keamanan penerbangan masih
memenuhi standar operasi.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga)
dilakukan untuk pemeriksaan pemenuhan terhadap
standar teknis operasi peralatan keamanan penerbangan.
(4) Sertifikat peralatan keamanan penerbangan sebagaimana
dimaksud ayat (1) berlaku untuk penyelenggara fasilitas
keamanan penerbangan dimana peralatan keamanan
penerbangan dioperasikan.
BAB III
TATA CARA PROSEDUR PENERBITAN DAN
PEMBARUAN SERTIFIKAT PERALATAN
Bagian Pertama
Penerbitan Sertifikat
Pasal 8
(1) Untuk memperoleh sertifikat peralatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5, Penyelenggara Fasilitas
Keamanan Penerbangan mengajukan surat permohonan
-8-
penerbitan kepada Direktur Jenderal u.p. Direktur dengan
menggunakan surat permohonan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I contoh 1 Peraturan ini.
(2) Permohonan penerbitan sertifikat peralatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh pimpinan
Penyelenggara Fasilitas Keamanan Penerbangan.
(3) Permohonan penerbitan sertifikat peralatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melampirkan data peralatan
keamanan penerbangan dengan menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I contoh 2
Peraturan ini.
Pasal 9
(1) Apabila permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
telah memenuhi persyaratan, Direktur Jenderal
menyampaikan surat pelaksanaan pemeriksaan dan
pengujian kelaikan peralatan kepada pemohon paling
lambat 7 (tujuh) hari keija setelah surat permohonan dan
persyaratan diterima lengkap.
(2) Pemeriksaan dan pengujian kelaikan peralatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan untuk
memenuhi Standar Kelaikan Peralatan dengan kriteria
penilaian peralatan yang meliputi:
a. dokumentasi peralatan;
b. peralatan utama;
c. peralatan pendukung; dan
d. kondisi lingkungan.
(3) Pemeriksaan dan pengujian kelaikan peralatan keamanan
penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh Inspektur Keamanan Penerbangan bidang
Aviation Security dan dicatat dalam kertas kerja,
(4) Hasil pemeriksaan dan pengujian kelaikan peralatan
sebagaimana dimaksud ayat (3) yang dinyatakan memenuhi
persyaratan Standar Kelaikan Peralatan, diterbitkan
Sertifikat Peralatan dan Label Peralatan paling lambat 7
(tujuh) hari kerja.
-9-
(5) Format penilaian pemeriksaan dan pengujian kelaikan
peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan kertas
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih
lanjut dalam Keputusan Direktur Jenderal.
Pasal 10
Persyaratan Standar Kelaikan Peralatan sebagaimana dimaksud
pada pasal 9 ayat (4) harus memenuhi nilai kumulatif > 80
(delapan puluh) dengan ketentuan :
a. penilaian dokumentasi peralatan, dengan bobot nilai
sekurang-kurangnya 1 (satu);
b. penilaian peralatan utama, dengan bobot nilai 77 (tujuh
puluh tujuh);
c. penilaian peralatan pendukung, dengan bobot nilai
sekurang-kurangnya 1 (satu); dan
d. penilaian kondisi lingkungan, dengan bobot nilai sekurang-
kurangnya 1 (satu).
Pasal 11
Penyelenggara Fasilitas Keamanan Penerbangan dapat
mengajukan permohonan sertifikasi ulang terhadap peralatan
keamanan penerbangan yang tidak memenuhi persyaratan
Standar Kelaikan Peralatan kepada Direktur Jenderal u.p.
Direktur setelah dilakukan perbaikan dan/atau kalibrasi
disertai dengan data hasil pemeriksaan dan pengujian internal.
Pasal 12
(1) Peralatan keamanan penerbangan yang sudah mendapat
sertifikat apabila dilakukan pemindahan tempat oleh
Penyelenggara Fasilitas Keamanan Penerbangan, tidak perlu
dilakukan sertifikasi ulang dengan ketentuan :
a. tidak merubah nama penyelenggara fasilitas keamanan
penerbangan; dan
b. harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian operasi.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
tidak berlaku terhadap peralatan keamanan yang sifat
penempatannya tidak permanen (mobile).
-10-
Bagian Kedua
Pembaruan Sertifikat dan Label Peralatan
Pasal 13
(1) Pemegang sertifikat peralatan dapat mengajukan
pembaruan sertifikat peralatan dalam hal:
a. sertifikat peralatan hilang; atau
b. sertifikat peralatan rusak atau tidak dapat terbaca.
(2) Pemegang sertifikat peralatan dapat mengajukan
pembaruan label peralatan dalam hal label peralatan rusak
atau tidak dapat terbaca.
(3) Permohonan pembaruan sertifikat dan/atau label peralatan
diajukan oleh pimpinan Penyelenggara Fasilitas Keamanan
Penerbangan kepada Direktur Jenderal u.p. Direktur
dengan menggunakan surat permohonan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I contoh 1 Peraturan ini
Pasal 14
(1) Setiap permohonan pembaruan Sertifikat Peralatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dilengkapi
dengan persyaratan sebagai berikut:
a. lembar isian data peralatan; dan
b. surat keterangan kehilangan dari pimpinan
penyelenggara fasilitas untuk sertifikat peralatan yang
hilang; atau
0. sertifikat dan/atau label peralatan yang rusak atau
tidak dapat terbaca.
(2) Permohonan pembaruan Sertifikat Peralatan yang telah
dilengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), diterbitkan Sertifikat Peralatan pengganti paling lambat
10 (sepuluh) hari keija sejak permohonan diterima lengkap.
-11-
BAB IV
BENTUK SERTIFIKAT DAN LABEL PERALATAN
Pasal 15
(1) Sertifikat Peralatan berbentuk persegi panjang posisi vertikal
(potrait) berwarna dasar putih, berukuran 21 cm x 15 cm
terdiri halaman depan dan halaman belakang sebagaimana
tercantum pada Lampiran II Peraturan ini.
(2) Bahasa yang digunakan dalam Sertifikat Peralatan adalah
Bahasa Indonesia.
(3) Halaman depan Sertifikat Peralatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), meliputi:
a. bagian atas simetris bertuliskan "Republik Indonesia,
Kementerian Perhubungan, Ditjen Perhubungan
Udara";
b. bagian tengah lambang "Garuda Pancasila";dan
c. bagian bawah bertuliskan "Sertifikat Peralatan
Keamanan Penerbangan" dan dasar hukum dengan
tulisan warna hitam serta barcode.
(4) Halaman belakang memuat:
a. tulisan "Direktorat Jenderal Perhubungan Udara"
b. tulisan "Sertifikat Peralatan Keamanan Penerbangan"
c. nomor sertifikat;
d. Data Peralatan meliputi:
1. nama penyelenggara fasilitas keamanan
penerbangan;
2. nama peralatan;
3. merk peralatan;
4. tipe peralatan;
5. nomor seri peralatan;
6. tahun pembuatan peralatan;
7. tahun instalasi peralatan;
8. pernyataan kelaikan peralatan;
9. tempat dan tanggal diterbitkan; dan
10. pengesahan sertifikat peralatan.
-12-
Pasal 16
(1) Label Peralatan berbentuk persegi panjang dengan posisi
horizontal {landscape) berukuran 7 cmx 15 cm, sebagaimana
tercantum pada Lampiran 111 Peraturan ini.
(2) Bentuk Label Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), meliputi:
a. berlatar belakang putih bertuliskan "Sertifikat
Peralatan Keamanan Penerbangan" (berwarna biru);
b. logo perhubungan; dan
c. bertuliskan:
1. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
2. Direktorat Keamanan Penerbangan;
3. nama penyelenggara fasilitas keamanan
penerbangan;
4. nomor sertifikat peralatan;
5. nomor seri peralatan;
6. tanggal penerbitan;
7. barcode; dan
8. stempel dan tanda tangan Inspektur.
BAB V
KEWAJIBAN PEMEGANG SERTIFIKAT PERALATAN
Pasal 17
Kewajiban pemegang sertifikat peralatan :
a. melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan peralatan
sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku;
b. melaksanakan pemeriksaan dan pengujian operasi
peralatan secara berkala sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku;
c. melaksanakan kalibrasi untuk mempertahankan
keandalan dan keakurasian kineija peralatan;
d. mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan pengujian
operasi, dan hasil kalibrasi peralatan;
e. menunjukan Sertifikat Peralatan pada saat diperlukan; dan
f. menyampaikan laporan peralatan keamanan penerbangan
sesuai ketentuan yang berlaku.
-13-
Pasal 18
(1) Pemegang sertifikat peralatan wajib melakukan pemeriksaan
dan pengujian operasi terhadap peralatan keamanan
penerbangan yang sifat penempatannya permanen {fbcedj
apabila dilakukan :
a. pemindahan tempat;
b. perbaikan karena kerusakan; dan
c. modifikasi sistem.
(2) Hasil pemeriksaan dan pengujian operasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) apabila tidak memenuhi standar
teknis operasi hams dilakukan kalibrasi.
(3) Pemeriksaan dan pengujian operasi, dan kalibrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilakukan oleh
personal fasilitas keamanan penerbangan.
BAB VI
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 19
Pemegang Sertifikat Peralatan yang tidak memenuhi ketentuan
dalam Pasal 17 dan Pasal 18 dikenakan sanksi administratif,
bempa:
a. peringatan;
b. pembekuan sertifikat peralatan;
c. pencabutan sertifikat peralatan; dan/atau
d. denda administratif.
Pasal 20
Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. sanksi peringatan dilakukan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali
bertumt-tumt dengan tenggang waktu masing-masing 14
(empat belas) hari keija;
b. apabila peringatan sebagaimana dimaksud dalam humf a tidak
diindahkan dilanjutkan dengan pembekuan sertifikat peralatan
-14-
untuk jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari keija;
dan
c. apabila selama masa pembekuan sebagaimana dimaksud
dalam huruf b tidak ada upaya perbaikan maka sertifikat
peralatan dicabut.
Pasal 21
(1) Sertifikat Peralatan dibekukan tanpa melalui proses
peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 bilamana
terjadi penurunan kehandalan teknis operasi peralatan yang
dapat membahayakan keamanan penerbangan.
(2) Pembekuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dicabut
apabila peralatan keamanan penerbangan dinyatakan telah
memenuhi standar teknis operasi.
Pasal 22
Peralatan keamanan penerbangan yang sertifikat peralatannya
dibekukan dilarang untuk dioperasikan.
Pasal 23
Sertifikat peralatan dicabut tanpa melalui proses peringatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, dalam hal sertifikat
peralatan diperoleh dengan cara tidak sah.
Pasal 24
Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 23 dapat disertai dengan
pengenaan denda administratif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 25
Penyelenggara Fasilitas Keamanan Penerbangan yang
mengoperasikan peralatan keamanan penerbangan tidak
bersertifikat, dikenakan denda administratif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
-15-
Pasal 26
Penerbitan dan pembaruan sertifikat peralatan dikenakan biaya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Direktur dan Kepala Kantor melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan Peraturan ini.
Pasal 28
Pada saat peraturan ini berlaku, Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor: 260 Tahun 2012 tentang Sertifikasi
Peralatan Keamanan Penerbangan dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 29
Peraturan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 14Mei2018
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
ttd
Dr. Ir. AGUS SANTOSO. M.Sc
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPAl3A=SAfiJAN HUKUM
DIRORat ^^d^raiPER
SARI
bina /a)NIP. T®^)irQ^^3^9503 2 001
Lampiran I Peraturan Dirjen Perhubungan UdaraNomor : KP 138 TAHUN 2018
Tanggal: 14 MEI 2018
CONTOH 1
SURAT PERMOHONAN MEMPEROLEH DAN MEMPERBAHARUlSERTIFIKAT PBRALATAN KEAMANAN PENERBANGAN
Nomor
Klasiiikasi
LampiranPerihal
1 (satu) berkasPermohonan
Penerbitan/PembaharuanSertifikat Peralatan
Keamanan Penerbangan (*
Kepada:
Yth. Direktur Jenderal Perhubungan Udara
u.p. Direktur Keamanan Penerbangan
di
JAKARTA
1. Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Nama PenyelenggaraJabatan
Mengajukan permohonan untuk memperoleh Sertifikat PeralatanKeamanan Penerbangan sebagai berikut:
No, Nama PeralatanPermohonan
Penerbitan Pembaharuan
2. Sebagai kelengkapan permohonan ini, bersama ini disampaikan datadari masing-masing peralatan dimaksud sebagaimana terlampir.
3. Demikian disampaikan dan terima kasih.
Pemohon
Keterangan : (*) Coret yang tidak perlu
CONTOH 2
LAMPIRAN DATA PERALATAN KEAMANAN PENERBANGAN
YANG DIUSULKAN UNTUK MEMPEROLEH SERTIFIKAT PERALATAN
Nama Penyelenggara
Nama Peralatan
Merek Peralatan
Tipe Peralatan
Nomor Seri Peralatan
Tahun Pembuatan Peralatan
Tahun Instalasi Peralatan
Status Kepemilikan Sewa / Memiliki
Keterangan : coret yang tidak perlu
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
ttd
Dr. Ir. AGUS SANTOSO, M.Sc
Salinan sesuai dengan aslinya
lN HUKUM
NIP.
-7<c.
PEk
purnAma sariAH
/a)9503 2 001
Lampiran II Peraturan Diijen Perhubunggin UdaraNomor : KP 138 TAHUN 2018
Tanggal: 14MEI2018
Bentuk Sertifikat (Tampak Dep€in)
SERTIFIKAT PERALATAN KEAMANAN PENERBANGAN
21 em
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DITJEN PERHUBUNGAN UDARA
SERTIFIKAT
PERALATAN KEAMANAN PENERBANGAN
DIKELUARKAN SESUAI UNDANG-UNOANG
NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG
PENERBANGAN
■ARCODB
15 em
Bentuk Sertifikat ( Tampak Belakang )
SERTIFIKAT PERALATAN KEAMANAN PENERBANGAN
21 cm
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
SERTIFIKAT
PERALATAN KEAMANAN PENERBANGAN
Nomor :
Nama PenyeienggaraFasllitas Keamanan Penerbangan :
Nama Peralatan :
Merek Peralatan
Tipe Peralatan :
Nomor Sen Peralatan :
Tahun Pembuatan Peralatan :
Tahun InstalasI Peralatan
Dengan ini diberikan Sertiflkat Peralatan Keamanan Penerbangan tersebut diatassetelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian telah memenuhi persyaratan StandarKeiaikan Peralatan Keamanan Penerbangan.
Diterbitkan dl ;
Tanggal
A,N. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARADIREKTUR KEAMANAN PENERBANGAN
15 cm
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
ttd
Dr. Ir. AGUS SANTOSO, M.Sc
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA.SAGIAN HUKUM
NIP.
eN
-9
D'RfKTOWTJENDERAlSARI
bina a)503 2 001
Lampiran III Peraturan Diijen Perhubungan UdaraNomor : KP 138 TAHUN 2018
Tanggal: 14 MEI 2018
Bentuk Label
PERALATAN KEAMANAN PENERBANGAN
r
AfiBAcn
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
DIREKTORAT KEAMANAN PENERBANGAN• N
Nana Penyeienggara
Fasilitas Keamanan Penerbangan
Nomor Sertifikat Peratatan
Nomor Sen Peralatan
Tanggal Penerbitan
peralataBII
•'A'vEPA i-
r.F-'i
■ \tRBANGH'i
SERTlFiKi
■ - T PERALATA''
'.'•'J KcAWA\,V
• .\bKBANGA\
T..'
^EAV^^
. .H'RI- : K :
- f/RAlAr/.'.
INSPEKTUR
sr.r* I tr l^^l < rc •
A" =>vP1.'..kTA>v H.Ef '
•i NF.R8ANGAN
■•■ .A'. . SERTlFlKAT("'• T PERALATANfl I.vR KEAMANAN
. -NAN PENERBANGAN■ AGAN . SERTIFIKASERTIFIKATPERALATAN
^ • - N KM PcRAlATAN KEAMANAN. A.riMANAN PEKERBAKGAN
■. a! AVANiK PLNFRBANGAN SER'^-IKA''
15 on
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
ttd
Dr. Jr. AGUS SANTOSO, M.Sc
Salinan sesuai dengan aslinya
KEJ5£feA BSQIAN HUKUM
34f?A
SARIAH A
NIP./a)
199503 2 001