13
MENTERIKEUANGAN RE PUBLIK INDONESIA SAUNAN 'f" PERATURAN MENTE R! KEUANGAN REPUBLIK INDONES IA NOMOR 1/PMK. 06/2013 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA AS ET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT Me nimbang Meng in gat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ES A MENTE R! KEUANGAN REPUBLIK INDON ES IA , a. bah wa sesuai kete ntu an Pas al 38 Pera tu ra n Pemerin tah No m o r 6 Tahun 2 006 te ntan g P engelo laa n B arang Milik Negaraj D ae rah sebaga imana te la h di ubah den gan Per a tur an Pe m eri ntah Nomor 38 Ta hun 20 08 , pe netapan ni lai Ba ra ng Milik Ne gara dalam rangka pen yusu nan nera ca pemerin tah pu sat dilakukan den gan b er p edo man pada Sta nd ar Akunt a nsi Pe merintahan; b. bah wa berdasarkan Sta ndar Aku ntan si Pemerin tah an, Aset Tet ap disajikan berd as ar kan bi aya pe rol ehan aset ter se b ut d ikurangi akumulasi penyusuta n; c. bahw a agar penyusutan Barang Mi lik Ne ga ra berupa As et Te tap da pat dil a ks a nakan secara efisie n , e fektif , op timal , d an te rint egr asi, pe rlu ada nya pe ng a tur an se bagai suatu ped om an bagi e ntitas Peme rintah Pu sa t dal am m ela kuk an p en yus ut an te r se but ; d. bah wa be rd asa rk an p er timb an ga n se b aga imana dim ak sud dalam huruf a, huruf b dan hu ruf c, p er lu men eta pkan Pe ra tur an Me nt e ri Ke u a n gan t entang Pen yu sutan B arang Milik Ne gara Be rup a Ase t Tetap Pa da Enti tas Pemerin tah Pu s at ; 1. Un d ang -Und ang Nomor 17 Tah un 2 00 3 ten tang Keu angan Nega ra (Le mb aran Neg ara Re publi k Indone sia Ta hun 2003 Nom or 47, Ta mbah a n Le mb aran Nega ra Re pu blik Ind onesia Nom or 4286) ; 2. 3. Und ang- Undang Nomor 1 Ta hun 2 00 4 ten tang Pe rb e ndahar a an Negara (Le mb ara n Nega ra Repu bli k Indon e sia Tahun 2004 No mor 5, Tam b a h a n Le mb ar an Negara Re publik Indonesia Nomor 4355) ; Per atur an Pemerintah Nom or 6 Ta hun 200 6 ten tang Pengelo laan Barang Milik Negar a jD ae rah (Le mba ran Negara Re publik Indon e sia Ta hun 2 00 6 Nomor 20 , Ta mb ahan Le mb ar an Negara Re publik I ndo ne si a No mor 4 609) seb agai ma na te lah diubah den gan Per atur an Peme r in tah No mo r 38 Tahun 2008 (Lemb a ran Nega ra Re publ ik Indo nesia Ta hun 2008 Nomor 7 8, Tam bahan Le mb ar an Negara Rep ubli k Indon e si a Nom or 4855) ; IW

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAUNANproduk-hukum.kemenag.go.id/downloads/654ee62c1bb207971d4081c345d...menterikeuangan republik indonesia saunan 'f" peraturan menter! keuangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAUNANproduk-hukum.kemenag.go.id/downloads/654ee62c1bb207971d4081c345d...menterikeuangan republik indonesia saunan 'f" peraturan menter! keuangan

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SAUNAN

'f"

PERATURAN MENTE R! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1/PMK. 06/2013

TENTANG

PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA AS ET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT

Menimbang

Men gingat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTER! KE UANGAN REPUBLIK INDONESIA,

a . bah wa sesuai ketentuan Pasa l 38 Pera turan Pemerin tah Nom or 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negaraj Daera h seba ga ima n a tela h diubah d en gan Pera turan Pem erintah Nomor 38 Tahun 2 0 08 , pen eta pa n nilai Ba rang Milik Negara dalam ra n gka p en yusun a n neraca pemerin tah pu sat dilakukan dengan berpedoman p a d a Sta ndar Akunta nsi Pemerinta h a n ;

b. ba h wa berdasarkan Stan d a r Akuntansi Pem er in taha n , Aset Tetap disajika n berda sarka n biaya peroleh a n aset ter sebut dikurangi akumulasi penyusuta n;

c . bahwa agar penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap d a pat dila ksanakan secara efisien , efektif, op timal , d an terintegrasi, perlu a d a nya penga turan seba ga i su a tu pedom an bagi entitas Pem erintah Pusat d a lam m elakuka n penyusutan ter se but;

d . bah wa berda sa rka n pertimba n gan seb agaima n a dima ksud d a la m huruf a, huruf b dan huruf c, perlu meneta pkan Per a tura n Menteri Keu a n gan tentan g Penyusuta n Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pad a En t itas Pemerin tah Pu sat;

1. Undang-Unda n g Nomor 17 Ta h un 2003 tenta n g Keu angan Negara (Lemba ra n Negara Republik Indonesia Ta hun 2003 Nomor 47, Ta mbaha n Lemba ra n Negara Republik Indonesia Nom or 4286) ;

2 .

3.

Unda n g-Undang Nomor 1 Tahun 2 004 tentang Perbendahara an Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5 , Tamba h a n Lembara n Negara Republik Indonesia Nomor 4355) ;

Peratu ran Pemerintah Nomor 6 Ta hun 2006 ten tang Pen gelolaa n Barang Milik Negara jDaera h (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nom or 20, Ta mbahan Lembaran Negar a Republik Indon esia Nomor 4609) s ebagaim a na telah diubah dengan Peratura n Pemer intah Nomor 38 Tahun 2008 (Lemba ran Nega ra Republik Indonesia Ta hun 2008 Nomor 78, Tambah a n Lemba ran Negara Republik Indonesia Nom or 4855) ;

IW

Page 2: MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAUNANproduk-hukum.kemenag.go.id/downloads/654ee62c1bb207971d4081c345d...menterikeuangan republik indonesia saunan 'f" peraturan menter! keuangan

Menetapkan

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 -

4. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Ta hun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165) ;

5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 20 10 tentang Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 142);

6 . Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.06/2007 tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05 /2011;

7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 53/KMK.06/2012 tentang Penerapan Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Pemerintah Pusat;

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu

Pengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BMN, adalah semua barang yang dibeli dan diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

2. Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap, yang selanjutnya disebut Aset Tetap, adalah aset berwujud yang mempunyai Masa Manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

3. Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap, yang selanjutnya disebut Penyusutan Aset Tetap, adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset.

Page 3: MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAUNANproduk-hukum.kemenag.go.id/downloads/654ee62c1bb207971d4081c345d...menterikeuangan republik indonesia saunan 'f" peraturan menter! keuangan

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESI.A, _

- 3 -

4. Mas a Manfaat adalah peri ode suatu A set Tetap yang diharapkan digunakan untuk aktivitas pemerintahan danjatau pelayanan publik atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset untuk aktivitas pemerintahan dan/ atau pelayanan publik.

5. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Milik N egara.

6. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang Milik Negara.

7. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja a tau pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang bera da dalam penguasaannya dengan se baik-baiknya.

8. Laporan Keuangan adalah ben tuk pertanggungjawaban Pemerintah atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan a tas Laporan Keuangan.

9. Laporan Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat LBMN, adalah laporan yang disusun oleh Pengelola Barang yang menyajikan posisi Barang Milik Negara pada awal dan akhir suatu periode serta mutasi Barang Milik Negara yang terjadi selama periode tersebut.

Bagian Kedua

Ruang Lingkup

Pasal 2

(1) Peraturan Menteri ini mengatur Penyusutan Aset Tetap, yang berada dalam penguasaan Pengelola Barang dan Pengguna Barang, termasuk yang sedang d imanfaatkan dalam rangka pengelolaan BMN.

(2) Aset Tetap yang berada dalam penguasaan Pengelola Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Aset Tetap yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi KementerianjLembaga yang diserahkan kepada Pengelola Barang (A set Idle) .

Bagian Ketiga

Tujuan

Pasal3

Penyusutan Aset Tetap dilakukan untuk: a. menyajikan nilai Aset Tetap secara wajar sesuai dengan

manfaat ekonomi aset dalam lapora n keuangan pemerintah pusat;

Page 4: MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAUNANproduk-hukum.kemenag.go.id/downloads/654ee62c1bb207971d4081c345d...menterikeuangan republik indonesia saunan 'f" peraturan menter! keuangan

MENTEAIKEUANGAN • ·-· R_E~UBLIK INDONESIA

- 4 -

b. mengetahui potensi BMN dengan memperkirakan sisa Masa Manfaat suatu BMN yang masih dapat diharapkan dapat diperoleh dalam beberapa tahun ke depan;

c. memberikan bentuk pendekatan yang lebih sistematis dan logis dalam menganggarkan belanja pemeliharaan atau belanja modal untuk mengganti atau menambah Aset Tetap yang sudah dimiliki .

BAB II

OBJEK PENYUSUTAN

Pasal4

(1) Penyusutan dilakukan terhadap Aset Tetap berupa: a. gedung dan bangunan; b . peralatan dan mesin; c. jalan, irigasi, dan jaringan; dan d. Aset Tetap lainnya berupa Aset Tetap renovasi dan alat

musik modern.

(2) Aset Tetap yang direklasifikasikan sebagai Aset Lainnya dalam neraca berupa Aset Kemitraan Dengan Pihak Ketiga dan Aset Idle disusutkan sebagaimana layaknya Aset Tetap.

(3) Penyusutan tidak dilakukan terhadap: a. Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan .dokumen

sumber yang sah dan telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusannya; dan

b. Aset Tetap dalam kondisi rusak berat dan/ a tau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan.

Pasal 5

Aset Tetap Renovasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d merupakan renovasi atas Aset Tetap bukan milik suatu satuan kerja atau satuan kerja pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan kapitalisasi Aset Tetap.

Pasal6

(1) Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasark an dokumen sumber yang sah dan telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a: a . direklasifikasi ke dalam Daftar Barang Hilang; b. tidak dicantumkan dalam Laporan Barang Kuasa

Pengguna, Laporan Barang Pengguna, LBMN, dan Neraca; dan

c. diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Barang dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Page 5: MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAUNANproduk-hukum.kemenag.go.id/downloads/654ee62c1bb207971d4081c345d...menterikeuangan republik indonesia saunan 'f" peraturan menter! keuangan

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 5 -

(2) Dalam hal keputusan penghapusa n mengenai Aset Tetap yang hilang telah diterbitkan oleh Pengguna Barang, maka aset tersebut dihapus dari Daftar Barang Hilang.

Pasal 7

Aset Tetap dalam kondisi rusak berat dan/ atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dihapuskan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf b:

a. direklasifikasi ke dalam Daftar Barang Rusak Berat;

b . tidak dicantumkan dalam Laporan Barang Kuasa Pengguna, Laporan Barang Pengguna, LBMN, d a n Neraca; dan

c. diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Barang dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Pasal 8

( 1) Dalam hal Aset Tetap yang dinyatakan h ilang dan se belumnya telah diusulkan penghapusannya kepada Pengelola Barang di kemudian hari ditemukan, maka terhadap Aset Tetap tersebut: a. direklasifikasikan dari Daftar Barang Hilang ke akun

Aset Tetap; dan b. disusutkan sebagaimana layaknya Aset Tetap.

(2) Terhadap Aset Tetap sebagaimana d imaksud pada ayat (1):

a. dalam hal memiliki bukti kepemilikan, maka atas Aset Tetap tersebut perlu dilakuka n penilaian setelah Aset Tetap bersangkutan ditemukan kembali;

b. dalam hal tidak memiliki bukti kepemilikan, maka nilai akumulasi penyusutan atas Aset Tetap tersebut disajikan sebesar nilai akumulasi penyusutan saat sebelum dilakukan reklasifikasi ke Daftar Barang Hilang dan akumulasi penyusutan selama periode d imana Aset Tetap bersangkutan dicatat pada Daftar Barang Hilang.

BABIII

NILAI YANG DAPAT DISUSUTKAN

Pasal9

(1) Nilai yang dapat disusutkan pertama kali merupakan nilai buku per 31 Desember 2012 untuk Aset Tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2012 .

(2) Nilai buku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan nilai yang tercatat dalam pembukuan.

(3) Untuk Aset Tetap yang diperoleh setelah 31 Desember 2012 , nilai yang dapat disusutkan merupakan nilai perolehan.

Page 6: MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAUNANproduk-hukum.kemenag.go.id/downloads/654ee62c1bb207971d4081c345d...menterikeuangan republik indonesia saunan 'f" peraturan menter! keuangan

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 6 -

(4) Dalam hal nilai perolehan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak diketahui, digunakan nilai wajar yang merupakan nilai estimasi.

Pasal 10

(1) Dalam hal terjadi perubahan nilai Aset Tetap sebagai akibat penambahan atau pengurangan kualitas dan/ atau nilai Aset Tetap, maka penambahan atau pengurangan tersebut diperhitungkan dalam nilai yang dapat disusutkan.

(2) Penambahan atau pengurangan kualitas dan/ atau nilai Aset Tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penambahan dan pengurangan yang memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan.

Pasal 11

(1) Dalam hal terjadi perubahan nilai Aset Tetap sebagai akibat koreksi nilai A set Tetap yang dise babkan oleh kesalahan dalam pencantuman nilai yang diketahui di kemudian hari, maka dilakukan penyesuaian terhadap Penyusutan Aset Tetap tersebut.

(2) Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penyesuaian atas: a. nilai yang dapat disusutkan; dan b . nilai akumulasi penyusutan.

Pasal 12

(1) Penentuan nilai yang dapat disusutkan dilakukan untuk setiap unit Aset Tetap tanpa ada nilai residu.

(2) Nilai residu sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) merupakan nilai buku suatu Aset Tetap pada akhir Masa Manfaat.

(3) Nilai yang dapat disusutkan didasarkan pada nilai buku semesteran dan tahunan, kecuali untuk penyusutan pertama kali, didasarkan pada nilai buku akhir tahun pembukuan sebelum diberlakukannya penyusutan.

BABIV

MASA MANFAAT

Pasal 13

(1) Penentuan Masa Manfaat Aset Tetap dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor prakiraan: a. daya pakai; dan b. tingkat keausan fisik dan/ atau keusangan,

dari Aset Tetap yang bersangkutan.

Page 7: MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAUNANproduk-hukum.kemenag.go.id/downloads/654ee62c1bb207971d4081c345d...menterikeuangan republik indonesia saunan 'f" peraturan menter! keuangan

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 7 ~_

(2) Penetapan Masa Manfaat Aset Tetap pada awal penerapan penyusutan dilakukan sekurang-kurangnya u ntuk setiap kelompok Aset Tetap, sesuai dengan peraturan perundang­undangan yang mengatur mengenai kodefikasi BMN.

(3) Masa Manfaat Aset Tetap tidak dapat dilakukan perubahan.

(4) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), perubahan Masa Ma nfaat Aset Tetap dapat dilakukan dalam hal :

a. terjadi perubahan karakteristik fisik/ penggunaan Aset Tetap;

b . terjadi perbaikan Aset Tetap yang menambah Masa Manfaat atau kapasitas manfaat ; atau

c. terdapat kekeliruan dalam penetapan Ma sa Manfaat Aset Tetap yang baru diketahui di kemudian hari.

Pasal14

(1) Masa Manfaat Aset Tetap ditentuka n untuk setiap unit Aset Tetap se bagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 1).

(2) Penentuan Masa Manfaat Aset Teta p sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dilakukan dengan berpedoman pada Masa Manfaat Aset Tetap yang disajikan dalam Tabel Masa Manfaat Aset Tetap yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Kekayaan Negara atas nama Menteri Keuangan .

Pasal15

(1) Perbaikan terhadap Aset Tetap yang mena m bah Masa Manfaat atau kapasitas manfaat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (4) huruf b mengubah Masa Manfaat Aset Tetap yang bersangkutan.

(2) Perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) m eliputi: a. renovast; b. restorasi; atau c. overhaul.

(3) Renovasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan kegiatan penambahan, perbaikan, dan/ atau penggantian bagian Aset Tetap dengan maksud meningkatkan Masa Manfaat, kualitas dan/ atau kapasitas.

(4) Restorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan kegiatan perbaikan Aset Tetap yang rusak dengan tetap mempertahankan arsitekturnya.

(5) Overhaul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan kegiatan penambaha n, perbaikan, dan/ atau penggantian bagian peralatan mesin dengan maksud meningkatkan Mas a Manfaat, kualitas dan fa tau kapasita~ 'iff

Page 8: MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAUNANproduk-hukum.kemenag.go.id/downloads/654ee62c1bb207971d4081c345d...menterikeuangan republik indonesia saunan 'f" peraturan menter! keuangan

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 8 -

(6) Perubahan Masa Manfaat Aset Tetap akibat adanya perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan berpedoman pada Masa Manfaat Aset Tetap Akibat Perbaikan yang disajikan dalam Tabel Masa Manfaat Aset Tetap Akibat Perbaikan, yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Kekayaan Negara atas nama Menteri Keuangan.

Pasal 16

(1) Masa Manfaat Aset Tetap dapat diusulkan untuk diubah oleh Pengguna Barang dengan mempertimbangkan kesesuaian sisa Masa Manfaat Aset Tetap dengan kondisi Aset Tetap.

(2) Usulan perubahan dalam rangka kesesuaian sisa Masa Manfaat Aset Tetap dengan kondisi Aset Tetap sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dilakukan dalam hal terjadi sebab-sebab yang secara normal dapat diperkirakan menjadi penyebab sisa Masa Manfaat Aset Tetap t idak sesuai dengan kondisi A set Tetap.

(3) Perubahan Masa Manfaat Aset Tetap di tetapkan oleh Direktur Jenderal Kekayaan Negara atas nama Menteri Keuangan , setelah terlebih dahulu berkoordinasi dengan instansi terkait .

Pasal 17

Tabel Masa Manfaat Aset Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) dan Pasal 15 ayat (6) ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Peraturan Menteri ini d iundangkan.

BABV

METODE PENYUSUTAN

Pasal 18

( 1) Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan m enggunakan metode garis lurus.

(2) Metode garis lurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap semester selama Masa Manfaat.

(3) Perhitungan metode garis lurus sebagaimana dima ksud pada ayat ( 1) dilakukan dengan menggunakan formula sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB VI

PENGHITUNGAN DAN PENCATATAN

Pasal 19

( 1) Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset dilakukan pada tingkat Kuasa Pengguna Barang.

Tetap

Page 9: MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAUNANproduk-hukum.kemenag.go.id/downloads/654ee62c1bb207971d4081c345d...menterikeuangan republik indonesia saunan 'f" peraturan menter! keuangan

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 9 -

(2) Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan oleh unit pembantu penatausahaan, da lam hal dibentuk unit pembantu penatausahaan di lingkungan Kuasa Pengguna Barang.

(3) Hasil penghitungan dan pencata ta n Penyusutan Aset Tetap yang dilakukan oleh unit pembantu penatausahaan sebagaimana dimaksud pada aya t (2) dihimpun oleh Kuasa Pengguna Barang.

(4) Hasil penghitungan dan pencatata n Penyusutan Aset Tetap yang dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dan hasil penghimpunan yang dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang se bagaimana dimaksud pada ayat (3) dihimpun oleh Pengguna Barang.

Pasal 20

(1) Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan untuk setiap Aset Tetap .

(2) Dikecualikan dari ketentuan seba gaimana dima ksud pada ayat ( 1), penghitungan dan pencatatan Aset Tetap diperlakukan sebagai 1 (satu) unit Aset Tetap sepanjang aset tersebut hanya dapat dipergunaka n bersa maan den gan Aset Tetap lain.

(3) Penghitungan dan pencatatan terhadap Aset Tetap yang sebelumnya diperlakukan sebaga i satu unit Aset Tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam hal akan dicatat secara sendiri-sendiri, nilai buku beserta akumulasi penyusutannya dialokasikan secara proporsional berdasarkan nilai masing-masing Aset Tetap, untuk d ijadikan nilai yang dapat disusutkan selama sisa Masa Manfaat.

Pasal 21

( 1) Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan adanya nilai residu sebagaimana dimaksu d dalam Pasal 12 ayat (1) .

(2) Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan dala m satuan mata uang Rupia h dengan pembulatan hingga satuan Rupiah terkecil.

(3) Penghitungan Penyusutan Aset Tetap dilakukan sejak diperolehnya Aset Tetap sampai dengan berakh irnya Masa Manfaat Aset Tetap.

(4) Pencatatan Penyusutan Aset Tetap dalam Neraca d ilakukan sejak diperolehnya Aset Tetap sa mpai dengan Aset Tetap tersebut dihapuskan.

Page 10: MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAUNANproduk-hukum.kemenag.go.id/downloads/654ee62c1bb207971d4081c345d...menterikeuangan republik indonesia saunan 'f" peraturan menter! keuangan

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- - - - --- 10 -

BAB VII

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Pasal22

(1) Penyusutan Aset Tetap setiap semester disajikan sebagai akumulasi penyusutan di Neraca periode berjalan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual.

(2) Penyusutan Aset Tetap diakumulasikan setiap semester.

(3) Akumulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disajikan dalam akun Akumulasi Penyusutan.

(4) Akumulasi Penyusutan sebagaimana d imaksud pada ayat (3) merupakan pengurang pas Aset Tetap dan pengurang nilai pas Diinvestasikan Dalam Aset Tetap di Neraca.

Pasal23

Informasi mengenai Penyusutan Aset Tetap diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Barang dan Catatan atas Laporan Keuangan yang sekurang-kurangnya memuat:

a. nilai penyusutan;

b . metode penyusutan yang digunakan;

c. Masa Manfaat atau tarif penyusuta n yang digunakan; dan

d . nilai tercatat bruto dan akumula si penyusutan pada awal dan akhir periode.

Pasal 24

(1) Aset Tetap yang seluruh nilainya telah disusutkan dan secara teknis masih dapat dimanfaatkan tetap disajikan di neraca dengan menunjukkan nilai perolehan dan akumulasi penyusutannya.

(2) Aset Tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam kelompok Aset Tetap dan d iungkapkan dalam Catatan atas Laporan Barang dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Pasal25

(1) Tata cara penyaJian, penghitungan dan pengungkapan Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan berpedoman pada Modul Penyusutan Aset Tetap.

(2) Modul Penyusutan Aset Tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal Kekayaan Negara atas nama Menteri Keuangan.

Page 11: MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAUNANproduk-hukum.kemenag.go.id/downloads/654ee62c1bb207971d4081c345d...menterikeuangan republik indonesia saunan 'f" peraturan menter! keuangan

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ---- ------ - li -

BAB VIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 26

(1) Aset Tetap yang seluruh nilainya telah disusutkan tidak serta merta dilakukan penghapusan.

(2) Penghapusan terhadap Aset Tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengikuti ketentua n peraturan perundang­undangan di bidang pengelolaan BMN.

Pasal 27

Penyusutan Aset Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 t idak berpengaruh pada nilai underlying asset Surat Berharga Syariah Negara.

BABIX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 28

Pada saat Peraturan Menteri ini diberlakukan:

a. Aset Tetap yang diperoleh sebelum diberlakukannya Penyusutan Aset Tetap, dikenaka n koreksi Penyusutan Aset Tetap;

b. Koreksi Penyusutan Aset Tetap sebagaimana dimaksud pada huruf a: 1. diperhitungkan sebagai penambah nilai akun Akumulasi

Penyusutan dan pengurang nilai ekuitas pada neraca; 2. diperhitungkan sebagai transaksi koreksi pada periode

diberlakukannya penyusutan; 3 . dikecualikan untuk Aset Teta p yang sudah dihapuskan

pada akhir semester sebelum diberlakukannya Penyusutan Aset Tetap.

BABX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal29

Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini dilaksanakan mulai Tahun Anggaran 2013.

Pasal 30

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Page 12: MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAUNANproduk-hukum.kemenag.go.id/downloads/654ee62c1bb207971d4081c345d...menterikeuangan republik indonesia saunan 'f" peraturan menter! keuangan

MENTERII<EUANGAN AEPUBUI< INDONESIA

- 12 -

Agar setiap orang mengetah uinya, memerin tahkan pengu ndangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita N egara Repu blik Indonesia.

Diundangkan di Jakarta pada tanggal2 Januari 2013

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 2 Januari 2013 MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D.W. MARTOWARDOJO

MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 4

Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALAB UM

Page 13: MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAUNANproduk-hukum.kemenag.go.id/downloads/654ee62c1bb207971d4081c345d...menterikeuangan republik indonesia saunan 'f" peraturan menter! keuangan

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAMP IRAN PERATURAN MENTEID KEUANGAN NOMOR l/PMK.06/201 3 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT

FORMULA PENGHITUNGAN PENYUSUTAN BMN:

Formula Metode Garis Lurus

Nilai yang dapat disusutkan

Penyusutan per periode = Masa manfaat

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D.W. MARTOWARDOJO