Menunggu-Karim

  • Upload
    kahar

  • View
    139

  • Download
    27

Embed Size (px)

Citation preview

logo slogan * * * * * * * * * * Menunggu Karim Politik - 2010-10-17 1255 Kata *Oleh : Qahar Muzakkar* 58 Hits GERBANG KONTRIBUTOR PROGRAM TRAINING PROFIL STAFF SIARAN PERS ARSIP KONTAK KAMI

MALAM, 31 Mei 2010. Musanna Tiro mengambil telepon seluler di sakunya. Ia berada di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA), Banda Aceh, dan menghubungi seseorang yang berada di Amerika Serikat. Tak berapa lama panggilannya dijawab. Ia kemudian berbicara pada orang di seberang sana bahwa Teungku Fauzi Zainal Abidin ingin berbicara dengannya. Telepon seluler pun beralih tangan. "Saya harap kamu pulang ke Aceh,/" /ujar Fauzi kepada orang yang ditelepon, dalam bahasa Inggris. Maklum saja, lawan bicara Fauzi tak paham bahasa Indonesia, apalagi bahasa Aceh. "Untuk menengok ayahmu, karena dia dalam keadaan sangat kritis," lanjut Fauzi, masih dalam bahasa Inggris. Ia tengah berbicara dengan Karim Michael Tiro, putra tunggal Hasan Tiro, pemimpin tertinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Saat itu kondisi Tiro yang dirawat di RSUZA makin memburuk. Keluarga besar dan para petinggi GAM silih berganti menjenguknya. Di luar kamar pasien pun orang-orang ramai menunggu. Jurnalis lokal dan nasional datang meliput. "Dalam budaya Aceh, anak yang tidak datang melihat ayahnya menjelang saat-saat terakhir dianggap anak yang tidak berbakti," kata Fauzi pada Karim. Ia dan Karim belum pernah bertemu langsung. Pembicaraan telepon ini pun merupakan komunikasi mereka yang pertama. Tapi Karim mengenal Fauzi melalui potret di rumahnya dan dari cerita sang ayah, Musanna dan Zahidi. Dua nama terakhir tadi adalah kerabat Tiro yang menetap di Amerika Serikat. Karim menyatakan bersedia datang ke Aceh, tapi ia akan mendiskusikan hal itu dengan ibunya lebih dulu. Pernikahan Tiro dengan seorang perempuan keturunan Yahudi, Dora, berlangsung pada 1964. Karim lahir lima tahun kemudian dan menggenapi kebahagiaan pasangan ini. Para musuh Tiro sering mempermasalahkan soal istri Yahudi Tiro ini, yang kelak mereka kaitkan dengan mempertanyakan keislaman Tiro. Mereka lupa bahwa Islam tidak pernah melarang pernikahan umatnya dengan bangsa Yahudi.

Fauzi masih ingat benar ketika Mustafa Daud pulang ke Aceh dari Amerika Serikat dan mengabarkan pernikahan Tiro. Mustafa tak lain dari anak Teungku Daud Beureueh, salah satu tokoh Darul Islam di Aceh. Ia juga membawa beberapa lembar foto Hasan Tiro bersama Dora, yang juga sempat dilihat Fauzi. Dua hari kemudian Karim menelepon Fauzi dan menyatakan ia tak bisa datang ke Aceh. Ia harus menjaga ibunya yang juga sudah tua. Fauzi yang kini berusia 61 tahun adalah sepupu Karim. Ia putra Zainal Abidin, abang kandung Tiro. "Ya, begitulah, dia (Karim) tidak pulang. Sehari setelah pembicaraan itu, Hasan Tiro meninggal," kisah Fauzi. Sebelum kembali ke Aceh pada 2008, Fauzi hampir 18 tahun menetap di Malaysia. Ia pernah mengajar di beberapa universitas swasta di Perlis, Kelantan, Kuala Lumpur dan Thailand Selatan. Sejak Januari lalu, ia menjabat Kepala Biro Humas dan Hubungan Luar Universitas Muhammadiyah, Banda Aceh. PADA 2000, Tiro sempat datang ke Amerika Serikat. Di sebuah tempat tak jauh dari Gedung Putih di Washington, ia mengadakan pertemuan dengan sejumlah orang Aceh. Mereka membicarakan beberapa hal. "Waktu itu Wali juga bilang bahwa beliau baru saja pulang dari tempat cucunya," kata Radhi Dharmansyah, salah seorang yang saat itu bertemu dengan Tiro. Radhi sekarang menetap di Banda Aceh. Wali sebutan penghormatan untuk Tiro. Saat itu, kata Radhi, dengan mimik wajah yang ceria, Tiro memperlihatkan foto dirinya bersama seorang bocah yang tak lain adalah Alexander, anak Karim. Tak lama setelah pertemuan itu, Tiro pun kembali ke Swedia. "Karim sering bertemu dengan Wali. Ada banyak foto-foto Karim dengan Wali yang saya lihat. Ada foto sebelum Karim menikah, saat itu dia datang ke Swedia, sekitar tahun 1995. Kemudian setelah Alexander lahir. Saya pernah lihat foto Wali bersama Alexander," kisah Musanna pada saya. "Pada tahun 2009, Karim juga pergi ke Swedia menjenguk ayahnya. Waktu di Aceh, Wali juga sering berkomunikasi dengan Karim," lanjut Musanna. "Sehari sebelum berangkat, Wali berbicara dengan Karim melalui telepon," kata Muzakir Hamid, ajudan Tiro, di satu kesempatan. Karim memang begitu istimewa bagi Tiro. Kepada siapa saja, setiap kali membicarakan putra semata wayangnya itu, ia selalu menyampaikan dengan raut wajah senang. Selama berpuluh tahun berada di pengasingannya di Norsborg, Swedia, Tiro menyimpan dengan rapi sejumlah kenangan dari putra kesayangannya itu. Salah satunya, sepucuk surat yang ditulis Karim puluhan tahun lalu. "Dear Papa....," kata itu mengawali tulisan tangan yang telah dibingkai rapi dan diletakkan tak jauh dari pintu masuk

kediamannya. Dalam bukunya yang ia tulis pada 1981, /The //Price// of Freedom: the Unfinished Diary/, Tiro juga menulis tentang Karim. Salah satu kisahnya adalah ketika Karim berhasil menggagalkan aksi pencurian. Suatu ketika, saat Karim masih kecil, ia diajak ayahnya berbelanja di sebuah toko permen. Karim lalu memergoki sekelompok anak yang hendak mencuri permen. Seketika saja, Karim meniup peluit yang ada di tangannya. Suasana gaduh membuat para pencuri permen lari kalang-kabut. Saat ini Karim bekerja sebagai pengajar di Xavier University, sebuah universitas Katolik milik Ordo Jesuit di Ohio. Pada situs resmi Universitas tersebut tercantum bahwa Dr. Karim M Tiro pertama kali bergabung di Xavier University pada 1999. Ia sejarawan khusus tentang Amerika Utara. Ia juga sedang menulis buku tentang suku Indian Oneida. Selama penulisan buku ini, ia menjadi semacam konsultan untuk hak tanah mereka yang telah dijadikan kawasan Taman Nasional oleh pemerintah. Tidak hanya menulis, ia pun tengah membuat sebuah film dokumenter tentang bangsa asli Amerika. Tampaknya Karim mewarisi sikap ayahnya. Bila Tiro memperjuangkan nasib bangsa Aceh agar memperoleh hak atas kekayaan alam mereka dan kedaulatan lewat diplomasi dan perjuangan bersenjata, maka Karim membantu suku Indian untuk memperjuangkan hak tanah mereka melalui konsultasi dan tulisan atau film. Menurut Musanna, saat ini Karim sudah menikah dan memiliki dua orang anak, Alexander dan Fatimah. "Alexander sekitar 11 tahun, dan Fatimah sekitar 6 tahun," kata Musanna. Ia memastikan itu, karena pada 21 Agustus 2009 lalu, sepulang menjenguk ibunya Karim bertandang langsung ke rumah Musanna di Hurrisburg, New York. Ia datang seorang diri. "Fatimah itu saya yang memberi nama. Saya beri nama Fatimah, kebetulan kami keluarga Tiro, banyak yang bernama Fatimah. Ibu Wali juga Fatimah," lanjut Musanna. Namun, Musanna enggan berkomentar tentang istri Karim yang mengajar mata kuliah kebudayaan India itu. Ia bahkan tidak tahu namanya. Bersama keluarga yang ada di Amerika, kunjungan Karim saat itu digunakan Musanna untuk melepas rindu. Maklum saja, meski telah melakukan kontak melalui telepon dan email sejak 2005 lalu, baru pada 2009 sanak famili itu bertatap muka. Tempat tinggal mereka berjauhan. Musanna di New York, sedang Karim di Cincinnati, negara Bagian Ohio yang berjarak 636,8 mil dari New York, atau 11,5 jam perjalanan darat. Musanna lalu memperlihatkan foto dirinya bersama Karim yang disimpan di telepon selulernyanya. Karim mengenakan kaos hitam dipadu celana jins biru pudar. Wajahnya tersenyum. Kulitnya tidak seputih orang kulit putih umumnya. Ia bahkan lebih pendek ketimbang Musanna. "Anda lihat kan, Karim memang mirip ayahnya," kata Musanna. "Yang paling banyak dibicarakan adalah masalah keluarga. Karena

waktu itu adalah reuni keluarga, jadi tidak ada adab jika membicarakan masalah lain," kata Musanna, lagi. KAMIS, 3 Juni 2010, pukul 12.02. Tiro wafat di RUZA Banda Aceh. Musanna lalu buru-buru mengabarkan berita duka tersebut kepada Karim. "Kami mencoba melakukan yang terbaik, tapi Tuhan menentukan lain," ujar Musanna di telepon. "Are you sure?" tanya Karim di seberang sana. Ia kemudian bertanya sekali lagi seakan tidak percaya. Musanna menegaskan bahwa jenazah Tiro ada di belakangnya. Karim terpukul. Katanya pada Musanna, ia bahkan tidak tahu harus berkata apa. "Dari suaranya dia memang terdengar sangat sedih," kisah Musanna, mengenang perbincangan dengan Karim kala itu. Karim adalah orang yang pertama diberitahu Musanna tentang wafatnya Tiro. Karim juga tak hadir di pemakaman ayahnya. Menurut Fauzi, keluarga besar Tiro ingin Karim berkunjung ke Aceh sekalipun Tiro tak ada lagi. "Namun yang pokok itu bukan pada keluarga, tapi pada Karim. Yang pasti, /reusam/ (adat) hidup di sana (Amerika) berbeda dengan di sini (Aceh)," kata Musanna.*** *) Qahar Muzakkar adalah kontributor Aceh Feature di Aceh. * *Share To:* Bookmark to: Digg Bookmark to: Twitter Bookmark to: Facebook Bookmark to: Del.icio.us Bookmark to: Reddit Bookmark to: StumbleUpon Bookmark to: Google Bookmark to: Technorati Bookmark to: Mixx Bookmark to: Ma.Gnolia Bookmark to: Myspace Bookmark to: Newsvine */FEATURE LAINNYA/* >> * *+ Perempuan Pemimpin di Aceh* : Ani Yunus, Gender - 2010-10-17 * *+ Media dan Teror* : Linda Christanty dan Samiaji Bintang, Media - 2010-10-17 * *+ Syariat Islam versi Kak Fah* : Ani Yunus, Hukum - 2010-10-06

* *+ Perpecahan dalam Persatuan* : Linda Christanty, Politik 2010-10-06 * *+ Singkil, Wilayah Tiga Iman* : Ulfa Khairina, Sosial 2010-09-30 * *+ Saat Melewati Pos* : Jufrizal, Hak Asasi Manusia - 2010-09-30 * *+ Bila Damai Datang Lagi* : Ulfa Khairina, Ekonomi - 2010-09-30 * *+ Menanam untuk Laut* : Linda Christanty dan Khiththati, Lingkungan - 2010-09-03 * *+ Menjaga Damai, Membuka Kebenaran* : Feri Kusuma, Hak Asasi Manusia - 2010-08-31 * *+ Dua Hari Sebelum Merdeka* : Ulfa Khairina, Politik - 2010-08-31 KATEGORI FEATURE * * * * * * * * * * * * * * * * * Agama Anak Bahasa Budaya Ekonomi Film Fotojurnalistik Gaya Hidup Gender Hak Asasi Manusia Hukum Ideologi Jurnalisme Kesehatan LGBT Lingkungan Media

* Militer * Musik * Obituari * Opini * Pendidikan * Politik * Resensi Buku * Sastra * Sejarah * Sosial * Sosok Feature Service Online Pertama Buku Dari Jawa Menuju Aceh DATABASE NASKAH * Aceh Feature * Aceh Feature English * Election Watch * Feature Luar Aceh HallMark aceh feature Peutroek Nyang Keubit, Ta Jaga Damee Menyampaikan Kebenaran, Menjaga Perdamaian Gerbang Kontributor Program Profil Staff Siaran Pers Arsip Kontak Kami Partner Digital Newsletter RSS Feed Sitemap Privacy and Terms *Aceh Feature Service* Jalan Mujur No 98.A Lamlagang Banda Aceh, 23239 Indonesia Telepon : +62 651746 9941 Fax : +62 65140625

*Kontak Kami* * Aceh Feature Service, All Rights Reserved* The Material of this Site may not be reproduced, distributed, transmitted, or otherwise except with the prior written permission of AcehFeature.org