15
MK. PADNAS (KEWASPADAAN NASIONAL) MENURUNNYA RASA NASIONALISME DAPAT MEYEBABKAN JARINGAN TERORIS BERGERAK LELUASA Oleh : Edy Santosa, Biro Telematika, Lemhannas RI 1. Latar Belakang Wawasan kebangsaan Indonesia merupakan proses yang berlangsung lama dan disadari, jadi bukan kebetulan di kalangan penduduk yang mempunyai latar belakang agama, kebudayaan, bahasa, etnis (suku dan ras) yang sangat majemuk. Mereka menyadari bahwa kehadiran mereka di nusantara mempunyai makna yang mengkondisikan respon mereka untuk bersatu dan membangun diri sebagai satu bangsa. Wawasan kebangsaan Indonesia, mengandung makna pemilikan prinsip mendasar di dalam kehidupan berbangsa Indonesia, yaitu meyakini diri terikat sebagai satu bangsa (Bachtiar, 1987: 'nasion' yang kemudian berkembang menjadi paham nasionalisme). Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia 1 . Banyak ahli berpendapat antara wawasan kebangsaan dan nasionalisme dalam beberapa konteks merupakan suatu pengertian yang sama. Wawasan kebangsaan atau nasionalisme adalah ideologi yang memandang seluruh rakyat yang menginginkan membangun masa depannya secara bersama 1 http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme 0

MENURUNNYA RASA NASIONALISME DAPAT MEYEBABKAN JARINGAN TERORIS BERGERAK LELUASA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PENTINGNYA MENINGKATKAN KEWASPADAAN NASIONAL

Citation preview

Page 1: MENURUNNYA RASA NASIONALISME DAPAT MEYEBABKAN JARINGAN TERORIS BERGERAK LELUASA

MK. PADNAS (KEWASPADAAN NASIONAL)

MENURUNNYA RASA NASIONALISME

DAPAT MEYEBABKAN JARINGAN TERORIS BERGERAK LELUASAOleh : Edy Santosa, Biro Telematika, Lemhannas RI

1. Latar Belakang

Wawasan kebangsaan Indonesia merupakan proses yang berlangsung

lama dan disadari, jadi bukan kebetulan di kalangan penduduk yang

mempunyai latar belakang agama, kebudayaan, bahasa, etnis (suku dan ras)

yang sangat majemuk. Mereka menyadari bahwa kehadiran mereka di

nusantara mempunyai makna yang mengkondisikan respon mereka untuk

bersatu dan membangun diri sebagai satu bangsa. Wawasan kebangsaan

Indonesia, mengandung makna pemilikan prinsip mendasar di dalam

kehidupan berbangsa Indonesia, yaitu meyakini diri terikat sebagai satu

bangsa (Bachtiar, 1987: 'nasion' yang kemudian berkembang menjadi paham

nasionalisme). Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan

mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation")

dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok

manusia1.

Banyak ahli berpendapat antara wawasan kebangsaan dan

nasionalisme dalam beberapa konteks merupakan suatu pengertian yang

sama. Wawasan kebangsaan atau nasionalisme adalah ideologi yang

memandang seluruh rakyat yang menginginkan membangun masa depannya

secara bersama sebagai suatu nation atau bangsa. lr Soekarno, umpamanya,

sebagai tokoh pergerakan nasional Indonesia amat gemar mengutip

penjelasan Ernest Renan dan Otto Bauer. Ernest Renan menerangkan bahwa

yang dikatakan nation adalah mereka yang mempunyai hasrat kuat untuk

hidup bersama. Karena, bangsa ialah jiwa atau sesuatu asas kerohanian dari

suatu jumlah masyarakat.

Adapun hal yang menjadi penekanan Renan adalah asumsi, hidup

sebagai suatu bangsa yang dilandasi oleh suatu plebisit atau keputusan rakyat

dan keputusan tersebut didasari oleh adanya keinginan dari segenap 1 http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme

0

Page 2: MENURUNNYA RASA NASIONALISME DAPAT MEYEBABKAN JARINGAN TERORIS BERGERAK LELUASA

komponennya untuk menyonsong masa depan yang lebih cerah dan

bergairah. Keinginan itu akhirnya menjadi satu-satunya kriterium atau tanda

pengenal dan pegangan yang sah dan harus selalu diperhatikan dalam suatu

kehidupan berbangsa.

Namun demikian, banyak kalangan mulai mempersoalkan mengapa

sekarang ini paham kelompok atau golongan, sikap individualistik dan

wawasan sempit lainnya semakin mengkristal dalam kehidupan masyarakat

bangsa?. Kemudian, apa hubungannya dengan ruang gerak jaringan teroris?.

Dalam pembahasan berikut Penulis mencoba untuk menguraikannya.

2. Pembahasan

Banyak kalangan yang melihat perkembangan politik, sosial, ekonomi

dan budaya di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Bahkan, kekuatiran

itu menjadi semakin nyata ketika menjelajah pada apa yang dialami oleh

setiap warganegara, yakni memudarnya rasa nasionalisme. Apa yang lebih

menyedihkan lagi adalah bilamana bangsa Indonesia kehilangan wawasan

tentang makna hakekat bangsa dan kebangsaan yang akan mendorong

terjadinya dis-orientasi dan perpecahan. Di samping itu, timbul pertanyaan

mengapa akhir-akhir ini nasionalisme menjadi banyak dipersoalkan. Apabila

kita coba mendalaminya, menangkap berbagai ungkapan masyarakat,

terutama dari kalangan cendekiawan dan pemuka masyarakat, memang

mungkin ada hal yang menjadi keprihatinan.

Menurut Oto Hadi 2, beberapa hal yang menjadi keprihatinan kita

bersama diantaranya : Pertama, ada kesan seakan-akan semangat dan rasa

kebangsaan telah menjadi dangkal atau tererosi terutama di kalangan

generasi muda–seringkali disebut bahwa sifat materialistik mengubah

idealisme yang merupakan jiwa kebangsaan. Kedua, ada kekhawatiran

ancaman disintegrasi kebangsaan, dengan melihat gejala yang terjadi di

berbagai negara, terutama yang amat mencekam adalah perpecahan di

Yugoslavia, di bekas Uni Soviet, dan juga di negara-negara lainnya seperti di

Afrika, dimana paham kebangsaan merosot menjadi paham kesukuan atau

2 Otho H. Hadi, MA adalah Staf Direktorat Politik, Komunikasi, dan Informasi Bappenas., dalam ‘Nation and Character Building Melalui Pemahaman Wawasan Kebangsaan’ dari hasil diskusi reguler Direktorat Politik, Komunikasi, dan Informasi Bappenas.

1

Page 3: MENURUNNYA RASA NASIONALISME DAPAT MEYEBABKAN JARINGAN TERORIS BERGERAK LELUASA

keagamaan. Ketiga, ada keprihatinan tentang adanya upaya untuk melarutkan

pandangan hidup bangsa ke dalam pola pikir yang asing untuk bangsa

Indonesia.

Sejalan dengan apa yang dituliskan Oto Hadi, keprihatinan tersebut

terbukti dengan realitas kehidupan akhir-akhir ini. Pertama, semangat

kebangsaan telah menjadi dangkal atau tererosi tidak saja di kalangan

generasi muda, namun sudah merebak hampir pada semua kalangan

termasuk kalangan elit politik. Kedua, kekhawatiran terjadinya ancaman

disintegrasi kebangsaan, sebagai contoh dapat dilihat pada kasus Papua yang

sampai saat ini masih terdapat kelompok sparatisme (OPM) yang ingin

memisahkan diri dari NKRI. Ketiga, keprihatinan tentang adanya upaya untuk

melarutkan pandangan hidup bangsa ke dalam pola pikir yang asing untuk

bangsa Indonesia, ini dapat dilihat dari kuatnya penetrasi asing pada berbagai

aspek kehidupan bangsa Indonesia sebagai dampak pesatnya perkembangan

globalisasi.

Salah satu contoh kasus yang masih hangat dalam benak masyarakat

Indonesia terhadap indikasi menurunnya nasionalisme adalah peristiwa

tentang kurangnya penghargaan terhadap simbol kenegaraan yang terjadi

pada sidang paripurna DPR RI, 14 Agustus 2009. Pada peristiwa tersebut lagu

kebangsaan Indonesia Raya alpa untuk dinyanyikan, padahal forum tersebut

merupakan forum terhormat yang dihadiri oleh para tokoh dan pemimpin

nasional (Presiden, Wapres, anggota DPR dan tamu undangan dari negara

sahabat).

Penghargaan terhadap simbol kenegaraan telah diatur dengan

landasan hukum yang pasti yaitu UU No.24 Tahun 2009 tentang Bendera,

Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan, dengan kejadian

tersebut, UU yang dihasilkan oleh anggota Dewan yang terhormat yang belum

genap berusia 40 hari (sejak 9 Juli 2009) sudah dilupakan / dikhianati oleh

para pembuat UU itu sendiri, sungguh ini merupakan keprihatinan bagi seluruh

bangsa Indonesia. Dalam UU No.24 / 2009 (Pasal 59 ayat 1 huruf d).

disebutkan bahwa Lagu Kebangsaan wajib diperdengarkan dan/atau

dinyanyikan: dalam acara pembukaan sidang paripurna Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

2

Page 4: MENURUNNYA RASA NASIONALISME DAPAT MEYEBABKAN JARINGAN TERORIS BERGERAK LELUASA

Rakyat Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah. Atas kejadian tersebut tak

urung sempat mengundang komentar dari berbagai pihak. Wakil Presiden

Jusuf Kalla menyebutkan insiden itu sebagai kealpaan yang luar biasa.

Wapres menambahkan,peristiwa itu mestinya tidak terjadi kalau di antara

protokol dan Ketua DPR saling mengingatkan.

Dengan kejadian ini, walaupun sifatnya kasuistik, namun sudah dapat

menjadi indikasi bahwa nasionalisme anggota dewan yang notabene sebagai

elit politik, orang berpendidikan, warga negara terpandang, saat ini sudah

sangat memprihatinkan, lalu bagaimana nasionalisme masyarakat umum

lainnya ?.

Kasus lain yang dapat dijadikan sebagai indikator menurunnya

wawasan kebangsaan masyarakat Indonesia, sehingga menyebabkan

jaringan terorisme dapat bergerak leluasa, akan diuraikan sebagai berikut :

Pengertian Terorisme. Menurut Pasal 1 ayat (6) Perpu No.1/2002 Jo. Undang Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Indonesia, mendefinisikan Tindak pidana terorisme adalah “Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun”.

Menurut Konvensi PBB tahun 1939, terorisme adalah segala bentuk tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk teror terhadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat luas.

Menurut kamus Webster’s New School and Office Dictionary, “terrorism is the use of violence, intimidation, etc to gain to end; especially a system of government ruling by teror, pelakunya disebut terrorist. Selanjutnya sebagai kata kerja terrorize is to fill with dread or terror; terrify ; to intimidate or coerce by terror or by threats of terror”.

RAND Corporation, sebuah lembaga penelitian dan pengembangan swasta terkemuka di AS, melalui sejumlah penelitian dan pengkajian menyimpulkan bahwa setiap tindakan kaum teroris adalah tindakan kriminal.

3

Page 5: MENURUNNYA RASA NASIONALISME DAPAT MEYEBABKAN JARINGAN TERORIS BERGERAK LELUASA

Perkembangan jaringan terorisme di Indonesia secara persis belum

dapat diketahui dengan pasti. Namun, ada yang berkeyakinan, peledakan bom

Malam Natal 24 Desember 2000 merupakan indikasi awal kerja jaringan

terorisme. Keyakinan tentang kehadiran jaringan terorisme internasional di

Indonesia, semakin nyata setelah tragedi bom Bali 12 Oktober 2002.

Sebelum aksi-aksi fenomenal terorisme yang terjadi di berbagai

belahan dunia, berbagai pergolakan atau pemberontakan telah terjadi di

negara Republik Indonesia, pemberontakan yang terjadi pada umumnya

karena ketidakpuasan pada pemerintah pusat. Ada kesenjangan antara pusat

dan daerah yang cukup mencolok. Sebagai contoh pemberontakan PRRI

(Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) dan Permesta (Perjuangan

Rakyat Semesta) misalnya, semula, gerakan itu tidak tampak berniat ingin

menghancurkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tetapi, pemberontakan itu akhirnya dikenal sebagai "gerakan anti-Jawa",

karena kesenjangan pembangunan antara Pulau Jawa dan luar Jawa

dianggap semakin besar. Sejak kemerdekaan diproklamasikan tahun 1945,

beberapa gerakan atau pemberontakan untuk memisahkan diri dari negara

kesatuan, terjadi di berbagai daerah, mulai dari Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi, sampai Indonesia Bagian Timur.

Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) sebuah negara yang

didirikan dengan maksud untuk memisahkan diri dari NKRI, berhasil

digagalkan secara tuntas pada bulan November 1950, sementara para

pemimpin RMS mengasingkan diri ke Belanda. Pada 1951 sekitar 4.000 orang

Maluku Selatan, tentara KNIL beserta keluarganya (jumlah keseluruhannya

sekitar 12.500 orang), melarikan diri ke Belanda, yang saat itu diyakini hanya

untuk sementara saja.

Pada saat kerusuhan Ambon yang terjadi antara 1999-2004, RMS

kembali mencoba memakai kesempatan untuk menggalang dukungan dengan

upaya-upaya provokasi, dan bertindak dengan mengatasnamakan rakyat

Maluku. Beberapa aktivis RMS telah ditangkap dan diadili atas tuduhan

kegiatan-kegiatan teror yang dilakukan dalam masa itu, walaupun sampai

4

Page 6: MENURUNNYA RASA NASIONALISME DAPAT MEYEBABKAN JARINGAN TERORIS BERGERAK LELUASA

sekarang tidak ada penjelasan resmi mengenai sebab dan aktor dibalik

kerusuhan Ambon, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Perkembangan Terorisme di Dunia. Dari catatan sejarah dapat

diketahui bahwa tindakan terorisme sebagai senjata bagi kelompok yang

lemah atau tertekan terhadap yang kuat seperti dilakukan oleh kelompok :

”IRA di Irlandia, Red Army di Jepang, Palestina di daerah pendudukan Israel,

gerilyawan NPA di Philipina, Harakat AI Anshar dikenal juga sebagai Harakat

AI Mujahidin di Pakistan, Gerilyawan laskar Jhangvi di Kasmir, Jamaat Ulema-i

Islami dan Sepha-i Sahaba di Pakistan, Macan Tamil di Srilanka, Aum

Shinrikyo di Jepang”. Namun yang paling terkenal karena mempunyai jaringan

luas secara global dan mempunyai akses ke berbagai kelompok teroris atau

kelompok radikal militan dan dengan dukungan dana yang besar adalah

organisasi AI-Qaeda pimpinan Osama bin Laden. Organisasi ini mempunyai

infrastruktur operasional (operational infrastructure) dan infrastruktur

pendukung (support infrastructure ). Sejak serangan teroris terhadap WTC dan

Pentagon pada tanggal 11 September 2001 dan serangan teror Bom Bali pada

tanggal 12 Oktober 2002 organisasi teroris AI-Qaeda dan kelompok-kelompok

teroris yang terkait dengan AI-Qaeda (termasuk) Al-Jamaah Islamiah di Asia

Tenggara telah dijadikan prioritas dan target utama dalam perang melawan

terorisme. PBB telah mengeluarkan resolusi Majelis Umum PBB

No.A/Res/56/1 tanggal 12 September 2001 mengenai serangan teroris

terhadap WTC dan Pentagon dan resolusi Dewan Keamanan PBB No.1438

tanggal 14 Oktober 2002 tentang peristiwa peledakan bom di Bali.

Jaringan Terorisme yang berkembang di Indonesia, dengan berbagai

aksi terornya telah menghebohkan dunia, seperti peristiwa Bom Bali tahun

2002 dan 2005 serta serangkain peristiwa pemboman pada berbagai wilayah

di tanah air (terakhir aksi bom bunuh diri 17 Juli 2009, di Hotel JW. Marriot dan

Rizt Carlton, Jakarta). Dampak yang ditimbulkan dari aksi-aksi terorisme

sangat merusak mental, semangat dan daya juang masyarakat dan dalam

skala yang lebih luas serta jangka panjang dapat melumpuhkan kehidupan

masyarakat. Melihat dampak yang ditimbulkan dari aksi-aksi teror yang

5

Page 7: MENURUNNYA RASA NASIONALISME DAPAT MEYEBABKAN JARINGAN TERORIS BERGERAK LELUASA

selama ini dilakukan oleh kelompok teroris, sungguh sangat memilukan.

Orang-orang tidak berdosa telah menjadi korban kebiadabpan para teroris.

Atas peristiwa terakhir tersebut, mantan Ketua Umum PP

Muhammadiyah Syafii Maarif menyatakan bahwa, nasionalisme bangsa

Indonesia saat ini tidak hanya meluntur, tetapi juga semakin tidak jelas.

Pemerintah punya andil besar terhadap melunturnya nasionalisme. Karena

sejak Indonesia merdeka, pemerintah sering tidak mengacu ke Pancasila dan

UUD 1945. Lunturnya nasionalisme itu, semakin lengkap dengan

ketidaktertarikan media televisi di Indonesia, untuk menonjolkan sisi budi

pekerti dan pendidikan. Konten media televisi saat ini, lebih terpaku pada

hiburan. “Isinya dangkal, tidak mendalam untuk nasionalisme bangsa di masa

depan,”. Akibat rendahnya atau tidak jelasnya rasa nasionalisme tersebut,

teroris punya kesempatan besar untuk bertindak radikal di Republik Indonesia.

Sementara itu, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah, Komaruddin Hidayat, mengingatkan bahwa jati diri dan

kebudayaan bangsa Indonesia harus tertanam sejak dini. Kesejarahan dan

pemahaman tentang kebudayaan itu, menjadi pembuka menuju pembangunan

nasionalisme dalam sanubari tiap anak bangsa. Sayangnya, pendidikan yang

ada saat ini sangat sedikit memberikan pemahaman dan apresiasi pada

kebudayaan dan jati diri bangsa. Akibatnya semangat nasionalisme-

patriotisme di kalangan remaja, mahasiswa, dan sarjananya juga rendah. Hal

itulah, menurut Komaruddin, yang membuat doktrin ekstrem yang

bertentangan dengan jati diri bangsa gampang masuk. Tidak ada tameng yang

melindungi jati diri, sikap cinta terhadap bangsa mudah retak dan ditinggalkan.

Tidak bisa dipungkiri, sikap ekstrem dipengaruhi gagalnya mewujudkan

kondisi bangsa yang adil, makmur, dan sejahtera.

Keterkaitan antara menurunnya rasa nasionalisme dengan “leluasa”nya

ruang gerak jaringan teroris, Penulis berpendapat bahwa :

a. Menurunnya rasa nasionalisme terjadi akibat keyakinan diri yang

terikat sebagai suatu bangsa tererosi dan meluntur.

6

Page 8: MENURUNNYA RASA NASIONALISME DAPAT MEYEBABKAN JARINGAN TERORIS BERGERAK LELUASA

b. Terlepas dari kasus di gedung DPR, secara umum kondisi

masyarakat yang terbebani dengan himpitan berbagai persoalan untuk

memenuhi kebutuhan pokok yang semakin sulit, muncul pemahaman

bahwa urusan keamanan bukan urusan mereka, tetapi merupakan

urusan pemerintah semata. Dengan kondisi ini masyarakat menjadi

tidak/kurang peduli terhadap kondisi keamanan lingkungannya.

c. Ketidakpedulian masyarakat terhadap keamanan dan

lingkungannya menyebabkan kelompok teroris dengan leluasa dapat

membaurkan diri pada lingkungan kehidupan masyarakat untuk

aktivitasnya.

Dengan demikian terbukti bahwa menurunnya rasa nasionalisme dapat

menyebabkan ruang gerak jaringan terorisme leluasa.

3. Penutup

a. Kesimpulan

1) Dari sejak awal republik ini diproklamasikan, para

founding fathers menyadari betul kebhinekaan bangsa

Indonesia. Kemajemukan bangsa ini pulalah yang mendorong

golongan Islam pada saat perumusan dasar negara, rela

melepaskan rumusan Piagam Djakarta dan menukarnya dengan

formula Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan

UUD 1945. Ilustrasi ini menggambarkan sikap toleran para

pendiri negara terhadap perbedaan-perbedaan, dan sekaligus

mengedepankan betapa commited-nya para pendiri negara

terhadap nasionalisme.

2) Meskipun tidak ada konspirasi internasional yang jelas

antar kelompok terorisme, namun kecenderungan yang ada

menunjukkan indikasi adanya peningkatan kerjasama antara

kelompok teroris didunia. Jaringan atau kerjasama meliputi

bantuan dalam hal sumberdaya, tenaga ahli, tempat

perlindungan bahkan partisipasi dalam operasi bersama.

7

Page 9: MENURUNNYA RASA NASIONALISME DAPAT MEYEBABKAN JARINGAN TERORIS BERGERAK LELUASA

b. Saran

a. Untuk meningkatkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia,

dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan wawasan

kebangsaan sejak usia dini hingga perguruan tinggi, yang

dikemas sesuai dengan tingkat pendidikan.

b. Untuk memberantas jaringan terorisme, perlu adanya

koordinasi terpadu antara pihak Kepolisian dengan pihak TNI.

Hal ini perlu diawali dengan political will dari masing-masing

pucuk pimpinan Polri dan TNI.

c. Melakukan deregulasi terhadap peraturan perundang-

undangan yang tidak kondusif.

8

Page 10: MENURUNNYA RASA NASIONALISME DAPAT MEYEBABKAN JARINGAN TERORIS BERGERAK LELUASA

DAFTAR BACAAN

Alex Dinuth. 1997. Kewaspadaan Nasional dan Bahaya Laten Komunis.

Jakarta : Internusa.

Ermaya Suradinata dan Alex Dinuth. 2001. Geopolitik dan Konsepsi

Ketahanan Nasional. Jakarta : PT. PCY.

Indonesia Corruption Watch. 2002. Utang yang Memiskinkan. Jakarta : ICW.

Konferensi “Counter Terorism” Maret 2006 Tokyo, Jepang.

Llyod Pettiford & David Harding. 2003. Terrorism, The New World War

Arcturus Publishing Ltd, Leicester.

Marsma TNI (Purn) H.a. Gani Yusuf, SIP. 2005. Wawasan Nusantara dan

Ketahanan Nasional Dalam Paradigma Nasional. Jakarta : Lemhannas

RI.

Mayjen TNI (Purn) Budisantoso, S. SE. 2004. Naskah Pelengkap Ketahanan

Nasional Indonesia. Jakarta : Lemhannas RI.

Nasir Abas. 2005 Membongkar Jamaah Islamiyah, Jakarta : Grafindo

Khazanah Ilmu.

Pokja PAdnas. 2004. Kewaspadaan Nasional di Era Reformasi. Jakarta :

Lemhannas RI.

Susilo Bambang Yudhoyono. 2004. Menuju Negara Kebangsaan Modern.

Jakarta : Brighten Press.

Wimar Witoelar. 2005 Menghayati terorisme dalam perspektif baru Jakarta :

Perspektif Online 10 November 2005.

9