25
Menurut Hasibuan (2010), diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah. Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atu menyusun berbagai alternative pemecahan atas suatu masalah (Hasibuan, 1985). C.Jenis-JenisDiskusi Jenis-jenis diskusi menurut Hasibuan (2010) yaitu : 1) Wholegroup Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang. 2) Buzz gruop

Menurut Hasibuan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Menurut Hasibuan

Menurut Hasibuan (2010), diskusi adalah suatu proses penglihatan dua

atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka

mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar

informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.

Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi

kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan

perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atu

menyusun berbagai alternative pemecahan atas suatu masalah (Hasibuan, 1985).

C.Jenis-JenisDiskusi

Jenis-jenis diskusi menurut Hasibuan (2010) yaitu :

1) Wholegroup

Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal

apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang.

2) Buzz gruop

Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil,

terdiri atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan

bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau di

akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran,

memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan

persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran,

membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing.

Dengan demikian masing-masing individu dapat saling memperbaiki

Page 2: Menurut Hasibuan

pengertian, persepsi, informasi, interpretasi sehingga dapat dihindarkan

kekeliruan-kekeliruan.

3) Panel

Suatu kelompok kecil, biasanya3-6 orang, mendiskusikan satu

subjek tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipimpin oleh

seorang moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadapan dengan audience,

dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di televisi). Pada suatu

panel yang murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi.

4) Sundicate group

Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok klecil

terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas

tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas; ia

menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok

(syndicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru

menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi lain.

Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi, dan

menyusun laporan yang berupa kesimpulan sindikat. Tiap laporan dibawa ke

siding pleno untuk didiskusikan lebih lanjut.

5) Brain Storming group

Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap

anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan

ialah agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain,

Page 3: Menurut Hasibuan

menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide

yang ditemukannya yang dianggap benar.

6) Simposium

Beberapa orang membahas tentang berbnagai aspek dari suatu

subjek tertentu, dan membacakan di muka peserta symposium secara singkat

(5-20 menit). Kemudian diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para

penyanggah, dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya

dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.

7) Informal debate

Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan

mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan

peraturan perdebatan normal. Bahan yang cocok untuk diperdebatkan ialah

yang bersifat problematic, bukan yang bersifat aktual.

8) Colloquium

Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab

pertanyaan dari audience. Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa atau

mahasiswa menginterviu manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan

lain atau tambahan dari siswa atau mahasiswa lain. Hasil belajar yang

diharapkan ialah para siswa atau mahasiswa akan memperoleh pengetahuan

dari tangan pertama.

9) Fish Bowl

Page 4: Menurut Hasibuan

Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan

suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur

merupakan setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap

peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi,

seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkuk (fish bowl).

Sedang kelompok diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin

menyumbangkan pikiran dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua

diskusi mempersilakan berbicara, ia dapat langsung berbicara, dan

meninggalkan kursi setelah selesai berbicara.

D. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Diskusi

Langkah-langkah yang harus dipahami dan dijadikan pedoman menuntun

diskusi ada dua pendapat yaitu :

1. Menurut Team Didaktik Metodik (1989):

a) Apakah masalah atau perihal yang dihadapi?

b) Soal-soal penting manakah terdapat dalam masalah itu?

c) Kemungkinan-kemingkinan jawaban yang bagaimanakah dapat dirumuskan

oleh kelompok diskusi terhadap suatu masalah?

d) Hal apakah dan yang manakah telah diterima oleh suara terbanyak sebagai

persetujuan?

e) Tindakan apakah yang sudah direncanakan?

f) Siapakah yang melaksanakannnya?

2. Menurut Hasibuan (1985) dan Sastrawijaya (1988):

Page 5: Menurut Hasibuan

a) Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan

pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok

masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan

siswa. Yang penting, judul atau masalah yang akan didiskusikan harus

dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa.

b) Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi,

memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk,

ruangan, sarana, sebagainya. Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan

siswa yang :

1) Lebih memahami masalah yang akan didiskusikan

2) "Berwibawa" dan disenangi oleh teman-temannya

3) Lancar berbicara

4) Dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis

Tugas pimpinan diskusi antara lain :

a) Pengatur dan pengarah diskusi

b) Pengatur "lalu lintas" pembicaraan

c) Penengah dan penyimpul berbagai pendapat

c) Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru

berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain ( kalau ada lebih

dari satu kelompok), menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan

bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif, dan agar diskusi

lancar. Setiap anggota hendaknya tahu persis yang akan didiskusikan dan

bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas,

Page 6: Menurut Hasibuan

setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak biocara yang sama

d) Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut

ditanggapi oleh semua siswa, terurama dari kelompok lain. Guru memberi

ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.

e) Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan

hasil diskusi dari setiap kelompok.

E. Kegunaan Metode Diskusi

Menurut Hasibuan (1985), diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok dan

diperlukan apabila kita (guru) hendak :

1) Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa

2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya

3) Mendapatkan balikan dari siswa, apakah tujuan telah tercapai

4) Membantu siswa belajar berpikir kritis

5) Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri

maupun teman-temannya (orang lain)

6) Membantu siswa memyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah

yang "dilihat", baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah

7) Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut

F. Keuntungan Dan Kelebihan Metode Diskusi

Menurut Team Didaktik Metodik (1989), mengajar dengan mempergunakan

metode diskusi berarti :

i. Mempertinggi partisipasi siswa secara secara individual.

Page 7: Menurut Hasibuan

ii. Mempertinggi partisipasi kelas sebagai keseluruhan.

Menurut Staton (1978), kelebihan metode diskusi dari metode-metode lainnya

ialah, bahwa diskusi ini memberikan dorongan kepada setiap anggota

kelompok untuk berbuat secara konstruktiv, berpikir kreatif terhadap suatu

subyek, dan menyumbangkan pengalaman dan keahliannya yang berguna itu

untuk kepentingan bersama-sama.

Menurut Team Didaktik Metodik (1989), kelemahan dari metode diskusi :

1) Sulit bagi guru untuk meramlakan arah penyelesaian diskusi.

2) Sulit bagi siswa untuk mengatur secara berpikir ilmiah

1. Metode Diskusi ( Discussion method )

Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode

mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah

(problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok

(group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation ).

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :

1. Mendorong siswa berpikir kritis.

2. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas

3. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan

masalah bersama.

4. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk

memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :

1. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai

Page 8: Menurut Hasibuan

jalan

2. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling

mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh

keputusan yang lebih baik.

3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain

sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.

(Syaiful Bahri Djamarah, 2000) 

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut : 

a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.

b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.

c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri

Djamarah,2000)

Page 9: Menurut Hasibuan

2.1. Kedudukan IPS di SD

2.1.1. Pengertian Ilmu Sosial 

Sesuai dengan sebutannya sebagai ilmu, ilmu soial itu tekannanya kepada

keilmuan yang berkenaan denagn kehidupan masyarakt atau kehidupan

sosial. Oleh karena itu Ilmu sosial ini secara khusus di pelajari dan

dikembankan ditingkat pendidikan tinggi. 

Berkenaan denagn ilmu Sosial ini, Norma Mackenzie (1975)

mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang

berkenaan denagn manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata

lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajarai manusia sebagai

anggota masyarakat. Aspek – aspek kehidupan manusia sebagia anggota

masyarakat antara lain meliputi : 

- aspek antar hubungan manusia dalam kelompok

- aspek kejiwaan 

- aspek kebutuhan materi

- aspek norma, peraturan dan hokum 

- aspek pemerintahan dan kenegaraan 

- aspek kebudayaan 

- aspek kesejahteraan

- aspek komunikasi

- aspek kebijaksanaan dan kesejahteraan sosial 

- aspek hubungan manusia dengan alam lingkungan 

Page 10: Menurut Hasibuan

- aspek pengelolaan, pengurusan, pengaturan dan lain – lain 

- aspek pendidikan

- dan aspek – aspek yang lainnya. 

2.1.2. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

IPS seperti halnya IPA, Matematika, Bahasa Indonesia merupakan bidang

studi. Dengan demikian IPS sebagai bidang studi memiliki garapan yang

dipelajari cukup luas. Bidang garapannya itu melputi gejala – gejala dan

masalah kehidupan manusia di masyarakat. 

IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek

kehidupan atau satu perpaduan. 

Sifat IPS sama dengan studi sosial yang praktis, interdisipliner dan

diajarkan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. IPS yang

diajarkan pada pendidikan dasar dan menengah, menjadi dasar pengantar

bagi mempelajari IPS / Studi Sosial ataupun ilmu Sosial di Perguruan

Tinggi. Bahkan dalam kerangka kerjanya dapat saling melengkapi. Hasil

penelaahan IPS dapat dimanfaatkan oleh ilmu sosial, dan sebaliknya hasil

kajian ilmu sosial, dapat dimanfaatkan oleh IPS.

Dengan demikian antara ilmu sosial, studi sosial dan ilmu pengetahuan

sosial ternyata terdapat kaitan satu sama lainnya, sehingga terdapat

persamaan dan perbedaan.

Keterikatan Materi IPS dengan materi Pelajaran lainnya.

2.2. Peran IPS di SD

Page 11: Menurut Hasibuan

Pemberian materi di SD diberikan oleh guru berdasarkan kurikulum

pendidikan. Kurikulum pendidikan IPS di SD di Indonesia sudah terjadi

beberapa perubahan, dinataranya kurikulum IPS SD tahun 1964, 1968,

1975, 1984, 1986, 1994, 2004, 2007.

Dari tiap-tipa perubahan itu mengalami peningkatan bagaimana seorang

guru menyampaikan kepada anak didiknya di SD. Contohnya, materi

kurikulum IPS 1994 di tata secra lebih terpadu dan lebih sederhana dari

pada materi kurikulum IPS 1986 dan kurikulum IPS 1975 yang masih

tampak berdiri sendiri. Pada kurikulum IPS 1994 guru dituntut untuk bisa

mengembangkan materi-materi yang akan disampaikan, sedangkan pada

kurikulum sebelumnya seorang lebih mengacu pada metri-materi yang ada

pada buku.

Ruang lungkup pengetahuan sosial meliputi:

1. Sistem sosial dan budaya

2. Manusia, tempat, dan lingkungan

3. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

4. Waktu, keterlanjutan, dan perubahan 

5. Sistem berbangsa dan bernegara. 

Standar kompetensi mata pelajaran pengetahuan sosial SD dan MI adalah

kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah melalui proses

pembelajaran pengetahuan sosial, antar lain :

1. Kemapuan memahami identitas diri dan keluraga dalam rangka

berinteraksi di lingkungan rumah.

Page 12: Menurut Hasibuan

2. Kemampuan dalam menerapkan hak dan kewajiban, sikap saling

menghormati dan hidup hemat dalam keluraga serta memelihara

lingkungan.

3. kemampuan memahami kronologis peristiwa penting dalm keluraga,

kedudukan dalam keluraga serta hak dan kewajiban dalam lingkungan

masyarakat.

4. Kemapuan memahami keragaman suku bangsa dan budaya,

perkembangan teknologi, persebarab SDA,sosila,dan aktivitasnya dalam

jula beli, menghargai peninggalan di lingkungan setempat dan sikap

kepahlawanan dan patroitisme, serta hak dan kewajiban warga negara.

5. Kemapuan memahami keragaman kemampuan alam sosial, budaya,

dan kegiatan ekonomi di Indonesia serta memahami, menghargai, dan

melestarikan sejarah perjalanan bangsa Indonesia .

6. Kemampuan memahami peran masyarakat, sebagai potensi bangsa

dalam mempertahankan kemerdekaan, kegitan ekonomi negara Indonesia

dan negara tetangga, kenampakkan alam dunia, dan kedudukan

masyarakat sebagi potensi bangsa dalam melaksanakan hak azasi

manusia dan nilai-nilai pancasila.

Dalam pelaksanaannya kurikulum 2004 ini terdapat sejumlah rambu-

rambu yang harus diperhatikan yaitu: (1) Dokumen standar kompetensi

mata pelajaran Pengetahuan Sosial merupakan salah satu pedoman bagi

pengembangan kurikulum di daerah untuk menyusun silabus. (2)

Pengorganisasian materi menggunakan pendekatan kemasyarakatan yang

Page 13: Menurut Hasibuan

meluas (expanding community approach) yakni dimulai dari hal-hal yang

terdekat dengan siswa (keluraga) ke hal-hal yang lebih jauh (global).(3)

Pembelajaran dalam mata pelajaran Pengetahuna Sosila menggunakan

pendekatan terpadu (integrated aspproach) dan pendekatan belajar

kontekstual untuk mengembangkan dan menngkatkan kecerdasan, sikap,

serta keterampilan sosia;. Pendekata tersebut diwujudkan anmtara lain

melalui penggunaan metode inkuiri, eksploratif, dan pemecahan masalah.

Metode –metode pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan secara

bervariasi di dalam atau di luar kelas dengan memperhatikan ketersediaan

sumber-sumber belajar.(4) Dalam Pembelajaran Pengetahuan sosial perlu

diikuti dengan paraktik belajar pengetahuan Sosila. Praktek belajar ini

merupakan suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk memabnatu

siswa agar memahami fakta, peristiwa, konsep dan generalisasi melalui

paraktik belajar secara empirik, yang disebut paraktik kesadaran

lingkungan.(5) Dalam pembelajaran Pengetahuan Sosila dapat

menggunakan berbagai media yang mempunyai potensial untuk

menambah wawasa dalam konteks belajar serta meningkatkan hasila

belajar. Slide, film, radio, televisi, dan komputer yang dilengakapi dengan

CD-Room dan hubungan internet dapat dimanpaatkan untuk mengakses

berbagai iNformasi tentang isu lokal, nasional dan global.(6) Penilaian

berbasis kelas dala mata pelajaran pengetahuan sosial diarahkan untuk

mengukur pencapain indicator hasil belajar. Selainpenilain tertulis (pencil

and paper test) dapat juga menggunakan model penilaian berdasarkan

perbuatan (performance based assesment), penugasan (project), produk

Page 14: Menurut Hasibuan

(priduct) atau (portofolio).(7) alokasi waktu tiap hasil belajar dapat

diorganisasikan guru sesuia dengan alokasi yang diperlukan.(8) Urutan

indikator dalam kurikulum 2004 dapat disesuiakan dengan kebutuhan.

Demikian uraian IPS di sekolah Dasar, dalam kurun waktu 10 tahun

terakhir dan telah melaksanakan dua macam kurikulum SD yakni

kurikulum 1994 dan 2004.

Berdasarkan masukan dari lapangan pelaksanaan, kurikulum 2004 ynag

dikenal Kurikulum Berbasis kompetensi (KBK), belum sepenuhnya

diterapkan di semua kelas, kelas II da VI masih menggunakan kurikulum

1994.

Menurut Informasi dari beberapa guru SD yang telah melaksanakan KBK,

masih dirasakan adanya berbagai kendala seperti terbatasnya buku

sumber; pendekatan pembelajaran yang masih menggunakan cara

konvesional dengan metode yang monoton, sehinnga siswa sulit dibawa

untuk ber-inkuiri, ber-disdcoveri dan ber-eksplorasi dalam proses

pembelajaran. Namun dengan tekad dan semangat yang kuat dari guru

sebagai ujung tombak pembelajaran, dalam kurun waktu relatif singkat

akan adapat menerapkan pelaksanaan KBK ini sesuai rambu-rambu yang

telah dikemukakan di atas.

Page 15: Menurut Hasibuan

Kedudukan Pendidikan IPS di Indonesia Saat IniIPS merupakan mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang

didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tatanegara dan sejarah (kurikulum, 1994) yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalm kehidupan sehari – hari, tetapi kenyataan dilapangan berbeda dengan yang diharapkan, IPS dalam kehidupan, baik kalangan siswa maupun orang tua dianggap sesuatu yang tidak membanggakan, contoh lain : IPS hanya sebagai hapalan belaka sehingga bosan, tidak dapat menggunakan alat –alat kongkrit (fasif), tidak menjamin, sehingga yang amsuk IPS dianggap orang – orang yang gagal, padahal tidak demikina eksistensi IPS dalam membentuk kepribadian dan mengasah kecerdsan siswa.

Seorang guru SD yang kreatif dapat dilihat pada saat mengajar pelajaran IPS.Tidak selamanya materi IPS dapat diceritakan dan dihafalkan, melainkan harus menggunakan nalar dan intelegensi yang tinggi seperti belajar tentang geologi, geomorfologi, kosmografi.Tanpa berfikir yang rasional dan nalar yang tinggi sangat sulit mengerti tentang bahan kajian tersebut.Tidak hanya pelajaran eksak yang menjadi tolak ukur kecerdasan siswa pelajaran IPS pun dapat dijadikan tolak ukur, karena siswa yang cerdaslah yang dapat menelaah, menganalisa, dan mengambil suatu kesimpulan terhadap suatu peristiwa sosial yang terjadi di masyarakat.

Memandang perlunya pendidikan IPS bagi setiap warga negara Apresiasi terhadap social studies (pendidikan IPS) terus bertambah dari berbagai negara, terutama di Amerika, Inggris, dan berbagai negara di Eropa, dan baru berkembang ke berbagai negara di Australia dan Asia termasuk Indonesia.

Page 16: Menurut Hasibuan

Prof. Dr. Said Hamid Hasan, M.A., guru besar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) UPI Bandung, mensinyalir + 60% guru PIPS di Indonesia tidak berlatar belakang pendidikan IPS. Sinyalemen ini dikemukakannya pada saat Seminar Nasional dan Musyawaroh Daerah I Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia (HISPISI) Jawa Barat, di Bandung (31 Oktober 2002). 

Atas dasar ini, tidaklah berlebihan kiranya apabila dalam kenyataan hidup di masyarakat, mata pelajaran IPS dalam pandangan orang tua siswa menempati kedudukan "kelas dua" dibandingkan dengan posisi IPA, demikian penegasan Prof. Dr. Nursid Sumaatmadja, dalam momentum seminar yang sama.

Sementara itu, pakar PIPS lainnya (seperti Prof. Nu`man Somantri, M.Sc.Ed, Prof. Dr. Azis Wahab, M.A., dan Prof. Dr. Suwarma Al Muchtar, S.H. M.Pd.) mengungkapkan, bahwa proses pembelajaran IPS di tingkat persekolahan mengandung beberapa kelemahan seperti:  

1.      Kurang memperhatikan perubahan-perubahan dalam tujuan, fungsi , dan peran PIPS di sekolah Tujuan pembelajaran kurang jelas dan tidak tegas (not purposeful). 

2.      Posisi, peran, dan hubungan fungsional dengan bidang studi lainnya terabaikan Informasi faktual lebih bertumpu pada buku paket yang out of date dan kurang mendayagunakan sumbr-sumber lainnya.

3.      Lemahnya transfer informasi konsep ilmu-ilmu sosial Out put PIPS tidak memberi tambahan daya dan tidak pula mengandung kekuatan (not empowering and not powerful). 

4.      Guru tidak dapat meyakinkan siswa untuk belajar PIPS lebih bergairan dan bersungguh-sungguh Siswa tidak dibelajarkan untuk membangun konseptualisasi yang mandiri. 

5.      Guru lebih mendominasi siswa (teacher centered) Kadar pembelajaran yang rendah, kebutuhan belajar siswa tidak terlayani. 

6.      Belum membiasakan pengalaman nilai-nilai kehidupan demokrasi sosial kemasyarakatan dengan melibatkan siswa dan seluruh komunitas sekolah dalam berbagai aktivitas kelas dan sekolah Dalam pertemuan kelas tidak menggagendakan setting lokal, nasional, dan global, khususnya berkaitan dengan struktur sistem sosial dan perilaku kemasyarakatan.

PIPS yang diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia pada prinsipnya identik dengan studi sosial (social studies) yang diajarkan di sekolah-sekolah di luar negeri, terutama di Amerika Serikat, tetapi isinya (content) disesuaikan dengan kondisi Indonesia (Sanusi, 1998; Somantri, 2001). Berkenaan dengan PIPS yang diajarkan di level pendidikan dasar, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994) menerangkan bahwa PIPS adalah mata pelajaran yang

Page 17: Menurut Hasibuan

mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian pokok geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah.

Perbedaan antara ilmu-ilmu sosial dan PIPS, menurut Frasser and West (1993), terletak pada "systematically structured bodies of scholarly content and psychologically structures selection of instructional content". 

Kedudukan konsep ilmu, teknologi dan kemasyarakatan semakin penting dalam era masyarakat modern yang banyak menimbulkan masalah-masalah kompleks. Kenyataan ini akan semakin dirasakan apabila dalam penjelasanya memberi informasi lebih jauh bahwa pemecahan masalah-masalah tersebut menghendaki adanya kedudukan dari berbagai disiplin ilmu.

IPS sebagai mata pelajaran di lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis. Hal ini terbukti dengan banyak ide atau pemikiran dari para ahli seperti Robert E. Yager yang memasukkan ilmu, teknologi dan masyarakat (ITM) baik sebagai bidang penerapan dan hubungan, kreativitas dan sikap, maupun konsep dan proses.

Remy (1990) mengemukakan konsep ITM memberikan konstribusi secara langsung terhadap misi pokok IPS, khususnya dalam mempersiapkan warga negara yang:

1.      Memahami ilmu pengetahuan di masyarakat.2.      Pengambilan keputusan warga negara.3.      Membuat hubungan antar pengetahuan.4.      Mengingatkan generasi pada sejarah bangsa-bangsa beradab.

Melalui suatu studi "Project Synthesis", Noris Harms mengembangkan tujuan IPS untuk pendidikan sebagai berikut:

1.      IPS untuk memenuhi kebutuhan pribadi individu.2.      IPS untuk memecahkan persoalan-persoalan kemasyarakatan masa kini.3.      IPS Untuk membantu dalam memilih karir.4.      IPS untuk mempersiapkan studi lanjutan.

http://long-visit.blogspot.com/2012/07/perkembangan-pendidikan-

ilmu.html