5
Menyikapi Sampah Seiring bertambahnya jumlah penduduk maka bertambah pula kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan yang secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan jumlah sampah. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang tepat agar sampah tersebut tidak menimbulkan masalah baik bagi manusia maupun lingkungan. Menurut Reksosoebroto (1985) dalam Efrianof (2001) pengelolaan sampah sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan sehat, dengan demikian sampah harus dikelola dengan sebaik-baiknya sedemikian rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya. Techobanoglous (1977) dalam Maulana (1998) mengatakan pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat. Menurut Cunningham (2004) tahap pengelolaan sampah modern terdiri dari 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebelum akhirnya dimusnahkan atau dihancurkan. Kenyataan yang ada saat ini, sampah menjadi sulit dikelola oleh karena berbagai hal :

Menyikapi Sampah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lingkungan

Citation preview

Page 1: Menyikapi Sampah

Menyikapi Sampah

Seiring bertambahnya jumlah penduduk maka bertambah pula kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan yang secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan jumlah sampah. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang tepat agar sampah tersebut tidak menimbulkan masalah baik bagi manusia maupun lingkungan.

Menurut Reksosoebroto (1985) dalam Efrianof (2001) pengelolaan sampah sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan sehat, dengan demikian sampah harus dikelola dengan sebaik-baiknya sedemikian rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya.

Techobanoglous (1977) dalam Maulana (1998) mengatakan pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat. Menurut Cunningham (2004) tahap pengelolaan sampah modern terdiri dari 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebelum akhirnya dimusnahkan atau dihancurkan.

Kenyataan yang ada saat ini, sampah menjadi sulit dikelola oleh karena berbagai hal :

1. Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami masalah persampahan

2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan

3. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di segala bidang termasuk bidang persampahan

4. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan pencemaran air, udara dan tanah, sehingga juga memperbanyak populasi vector pembawa penyakit seperti lalat dan tikus

5. Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan kembali barang bekas juga ketidakmampuan masyarakat dalam memelihara barangnya sehingga cepat rusak, Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya, sehingga cepat menjadi sampah

6. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat Tembuangan Akhir (TPA) sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan tanah

7. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai sebagai tempat pembuangan sampah

Page 2: Menyikapi Sampah

8. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan9. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang

semakin panas.10. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya

dan memelihara kebersihan11. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan

sampah dikelola oleh pemerintah12. Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat sekarang kurang memperhatikan faktor

non teknis dan non teknis seperti partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.

Sampah adalah sebuah masalah besar. Kita selalu merasa tidak memiliki masalah dengan sampah setelah membayar iuran sampah, telah membuang sampah pada tempatnya, tong sampah di depan rumah kita kosong, seakan-akan kewajiban kita telah tuntas, lalu menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya pada Pemerintah.Bagi yang memiliki rumah dekat dengan TPS atau Tempat Pembuangan Sementara akan merasakan sampah adalah sebuah masalah, terutama ketika sampah sedang dibongkar atau telat diangkut. Bau tak sedap, asap hasil pembakaran sampah, lalat yang berterbangan, menjadi bagian dari keseharian. Misalnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang di Bekasi dan Leuwigajah di Kota Bandung yang mengalami longsor. Permasalahan sampah menumpuk dimana-mana berawal di TPS dan sekitarnya, hingga berlanjut ke tepian jalan dan banyak permasalahan lainnya.Kejadian tersebut menyebabkan Indonesia menjadi berita internasional, karena sangat jarang bencana akibat sampah, ditambah lagi memakan korban jiwa.

A. Kondisi sampah di Jakarta Volume sampah di DKI Jakarta sebesar 25.650 meter kubik per hari Komposisi sampah warga DKI Jakarta paling banyak adalah sampah Organik, yaitu

sebesar 65%-70% dari total sampah Sumber timbulan sampah berasal dari sektor Rumah Tangga, yaitu sebesar 58%, lalu

sektor komersil yaitu 15%.Banyak cara yang kadang dianggap orang menyelamatkan lingkungan dari timbulan sampah yang besar, seperti Membakar dianggap dapat memusnahkan. Padahal gas buangan dari pembakaran

sampah seperti dioksin dapat menyebabkan kanker Menggunakan incinerator. Munculnya gas berbahaya apabila suhu di incenerator

yang <800oC dan juga karakteristik sampah di Indonesia yang tidak sesuai Dan lainnya

B. Langkah bijak menyelesaikan sampah adalah Zero WasteSetelah berhasil mengelola dan memanfaatkan 70% sampah di rumah, selanjutnya adalah mengurangi 30% sampah yang tersisa melalui usaha ‘Zero Waste’ atau nol sampah. Untuk menuju kondisi Zero Waste, pada dasarnya kita menerapkan prinsip Reduce, Reuse, Recycle (3R). Jika kita masih menghasilkan sampah yang akan dibuang ke TPA, berarti kita belum berhasil menerapkan Zero Waste dengan benar.

Page 3: Menyikapi Sampah

ReduceUpaya pertama menuju dunia tanpa sampah adalah mengurangi sampah yang “akan” kita hasilkan. Sebagai konsumen, perlu untuk mulai mencegah (atau menimalisasi) keberadaan sampah yang akan diakibatkan dari hasil belanja. Ketika akan membeli sesuatu sudah dipikirkan, “apakah nantinya barang yang akan kita beli akan menghasilkan sampah?”.

ReuseUpaya prioritas berikutnya adalah bahan/barang yang sudah kita miliki jangan cepat-cepat dijadikan sampah. Cobalah gunakan ulang berbagai macam barang atau kemasan selama mungkin

RecycleMerupakan upaya untuk mendaur ulang sampah menjadi barang yang lebih bernilai misalnya botol plastik menjadi pot bunga, kertas koran menjadi kertas daur ulang dan lainnya.

Kita dapat menanggulanginya dengan menggunakan prinsip reuse. Namun, prinsip reuse ini tidak dapat terlepas dari prinsip yang lainnya karena kadang saling berhubungan.

Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur-ulang sampah), sedangkan 4-R ditambah replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan  replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengurangi biaya pengelolaan sampah.

Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai. Hal ini dapat memeperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu:

1. Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya.2. Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang.3. Gunakan baterai yang dapat diisi kembali.4. Kembangkan manfaat lain dari sampah.5. Gunakan alat kantor yang dapat digunakan berulang-ulang.6. Gunakan peralatan penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.7. Gunakan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan untuk produk lain, seperti

pakan ternak.8. Berikan insentif bagi konsumen yang membawa wadah sendiri, atau wadah belanjaan

yang diproduksi oleh swalayan yang bersangkutan sebagai bukti pelanggan setia.9. Sediakan perlengkapan untuk pengisian kembali produk umum isi ulang.10. Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang11. Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)

Page 4: Menyikapi Sampah

12. Kurangi penggunaan bahan sekali pakai13. Plastik kresek digunakan untuk tempat sampah14. Kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga atau tempat sampah15. Gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan macam-macam kerajinan16. Bekas kemasan plastik tebal isi ulang digunakan sebagai tas17. Styrofoam digunakan untuk alas pot atau lem18. Potongan kain/baju bekas untuk lap, keset, dan lain-lain19. Majalah atau buku untuk perpustakaan20. Kertas koran digunakan untuk pembungkus