Author
vubao
View
232
Download
4
Embed Size (px)
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
ii Kajian Migrasi Internasional Indonesia
KAJIAN MIGRASI INTERNASIONAL Hasil Sensus Penduduk 2010 dan Survei Penduduk Antar Sensus
2015
ISBN : 978-602-438-242-1 No. Publikasi : 04140.1804 Katalog BPS : 2102040 Ukuran Buku : ISO B5 (17,6 cm x 25 cm) Jumlah Halaman : xii + 122 halaman Naskah : Subdirektorat Statistik Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja
Penanggung Jawab Umum : Nurma Midayanti Penanggung Jawab Teknis : Edi Setiawan Editor : M. Nashrul Wajdi Ika Luswara Penulis Naskah : Hamim Tsalis Soblia Rini Savitridina Yudi Fathul amin Novi Rosiana Pengolah Data : Hamim Tsalis Soblia Rini Savitridina
Gambar Kulit : Subdirektorat Statistik Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Dicetak oleh : Badan Pusat Statistik Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya.
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia iii
KATA PENGANTAR
Data migrasi internasional saat ini sangat dibutuhkan oleh
suatu negara terutama negara dengan besaran dan rate migrasi yang
relatif tinggi. Untuk kasus Indonesia, migasi internasional erat
kaitannya dengan pekerja migran atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
yang bekerja di luar negeri. Oleh karena itu, penting untuk
mengetahui stok pekerja migran keluar internasional dan memetakan
arus mereka ke luar negeri. Selain itu, selisih antara migrasi masuk dan
keluar (migrasi netto) diperlukan dalam memproyeksikan jumlah
penduduk suatu negara.
Hingga tahun 2010, penyusunan proyeksi penduduk
Indonesia menggunakan asumsi bahwa arus migrasi internasional
netto di Indonesia adalah nol (migrasi masuk ke Indonesia dan keluar
dari Indonesia sama besar). Akan tetapi, mengingat semakin tingginya
konektivitas antarnegara yang berdampak pada semakin mobile-nya
penduduk suatu negara, BPS merasa perlu membuat kajian migrasi
internasional dengan tujuan sebagai masukan terkait dengan
perbaikan asumsi dalam penyusunan proyeksi penduduk.
Kajian Migrasi Internasional Hasil Sensus Penduduk 2010 dan
Survei Penduduk Antar Sensus 2015 dibuat dengan tujuan
memberikan gambaran terkait statistik migrasi internasional dari
sumber data terkini, yaitu Sensus Penduduk 2010 (SP2010) dan Survei
Penduduk Antar Sensus 2015 (SUPAS2015). Beberapa pokok bahasan
dalam kajian ini mencakup: kesesuaian kuesioner dalam menangkap
kejadian migrasi internasional; besaran, dan rate migrasi
internasional; termasuk kesesuaian data hasil SP2010 dan SUPAS
2015 dengan data sekunder dari Kementerian/Lembaga lain.
Referensi utama yang digunakan dalam melakukan kajian ini
adalah panduan pengukuran migrasi international yang diterbitkan
oleh Department of Economic and Social Affairs United Nations (UN-
ECOSOC, 2017)., meskipun pada saat dilaksanakannya SUPAS 2015
rancangan panduan ini belum tersedia. Kajian juga diperkaya dengan
melakukan perbandingan praktik negara lain dalam menjaring migrasi
internasional yang diperoleh melalui sensus/survei. Terkait dengan
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
iv Kajian Migrasi Internasional Indonesia
statistik yang dihasilkan, dilakukan juga perbandingan data migrasi
yang dihasilkan dari sensus/survei dengan data yang tercatat dari
Kementerian/Lembaga lain.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan kajian ini disampaikan terima kasih.
Jakarta, November 2018 Kepala Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia
Dr. Suhariyanto
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................ v DAFTAR TABEL ......................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................... 1 1.2 Tujuan ........................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................ 5 2.1 Definisi Migrasi Internasional ..................... 5 2.2 Definisi Operasional ................................... 7 2.3 Teori Pendukung ........................................ 10
BAB III METODOLOGI ........................................................ 14 3.1 Sumber Data .............................................. 14 3.2 Kodifikasi Negara ....................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................... 16 4.1 Sensus Penduduk 2010 ............................... 16
4.1.1 Migrasi Masuk Internasional .......... 16 4.1.2 Permasalahan Kodifikasi pada
SP2010 .......................................... 19 4.2 Survei Penduduk Antar Sensus 2015 ........... 28
4.2.1 Migrasi Masuk ............................... 28 4.2.2 Persebaran Migrasi Masuk ke
Indonesia....................................... 31 4.2.3 Migrasi Keluar Internasional
selama 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Mei 2015 ....................... 36
4.3 Perbandingan dengan Data Sekunder ........ 56 4.4 Migrasi Kembali Internasional
(International Returned Migration) .............. 60
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
vi Kajian Migrasi Internasional Indonesia
Halaman
4.5 Keterbandingan Data Migrasi Hasil SP2010 dengan SUPAS 2015 ................................... 66
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ..................... 68 REFERENSI ................................................................................ 72 LAMPIRAN ................................................................................. 75
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Migran masuk internasional seumur hidup menurut kewarganegaraan tahun 2010 ................ 17
Tabel 2 Migran masuk internasional risen menurut kewarganegaraan tahun 2010 ............................... 18
Tabel 3 Nama dan kode negara berdasarkan ISO .............. 19 Tabel 4 Nama dan kode negara pada SP2010 .................... 21 Tabel 5 Migran masuk risen internasional menurut tempat
tinggal 5 tahun yang lalu tahun 2010 ..................... 22 Tabel 6 Nama negara dan perbaikan kode negara pada
SUPAS 2015 .......................................................... 25 Tabel 7 Nama negara dan kode telepon ............................ 26 Tabel 8 Migran masuk internasional seumur hidup
menurut kewarganegaraan tahun 2015 ................. 28 Tabel 9 Migran masuk internasional risen mernurut
kewarganegaraan tahun 2015 ............................... 28 Tabel 10 Migran masuk internasional total menurut
kewarganegaraan tahun 2015 ............................... 29 Tabel 11 Penduduk menurut provinsi, status migrasi
seumur hidup, dan tempat lahir, tahun 2015 ......... 32 Tabel 12 Penduduk berumur 5 tahun ke atas menurut
provinsi, status migrasi risen, dan tempat tinggal lima tahun yang lalu, tahun 2015 ........................... 33
Tabel 13 Jumlah migran dan nonmigran total menurut provinsi, status migran, dan tempat tinggal terakhir, tahun 2015 .............................................. 35
Tabel 14 Jumlah penduduk 5 tahun ke atas yang berangkat dan tinggal di luar negeri sejak 1 Januari 2010 s.d pencacahan (mantan ART) menurut tahun berangkat ............................................................. 46
Tabel 15 Jumlah penduduk 5 tahun ke atas yang berangkat dan tinggal di luar negeri sejak 1 Januari 2010 s.d pencacahan (mantan ART) menurut alasan pindah ke negara tujuan ................................................... 47
Tabel 16 Jumlah penduduk 5 tahun ke atas yang berangkat dan tinggal di luar negeri sejak 1 Januari 2010 s.d pencacahan (mantan ART) menurut kegiatan utama ................................................................... 47
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
viii Kajian Migrasi Internasional Indonesia
Tabel 17 Jumlah penduduk 5 tahun ke atas yang berangkat dan tinggal di luar negeri sejak 1 Januari 2010 s.d pencacahan (mantan ART) menurut negara tujuan
48
Tabel 18 Jumlah penduduk Indonesia yang berangkat dan tinggal di luar negeri sejak 1 Januari 2010 s.d pencacahan (mantan ART) menurut kelompok umur dan jenis kelamin ........................................ 50
Tabel 19 Migrasi masuk total internasional (tahun 2010-2015) menurut kelompok umur dan jenis kelamin 51
Tabel 20 Migran keluar, masuk, dan net migrasi internasional per tahun menurut kelompok umur dan jenis kelamin .................................................. 52
Tabel 21 Net migrasi internasional dan jumlah penduduk per kelompok umur dan jenis kelamin .................. 53
Tabel 22 ASNMR internasional menurut kelompok umur dan jenis kelamin .................................................. 54
Tabel 23 Net migrasi Indonesia menurut periode tahun...... 54 Tabel 24 WNI di Luar Negeri menurut negara tahun 2015 ... 57 Tabel 25 Jumlah TKI yang ditempatkan menurut negara
dan tahun ............................................................. 59 Tabel 26 Jumlah WNA menurut jenis izin tinggal dan tahun 59 Tabel 27 Jumlah penduduk 5 tahun ke atas yang pernah
tinggal di luar negeri sejak 1 Januari 2010 s.d pencacahan (ART) menurut tahun berangkat ....... 62
Tabel 28 Jumlah penduduk 5 tahun ke atas yang pernah tinggal di luar negeri sejak 1 Januari 2010 s.d pencacahan menurut kewarganegaraan ............... 62
Tabel 29 Migran kembali internasional umur 5 tahun ke atas menurut negara yang ditinggali ........................... 63
Tabel 30 Migran kembali internasional umur 5 tahun ke atas menurut tahun kembali ke Indonesia ................... 64
Tabel 31 Jumlah kejadian migrasi menurut jenis migrasi hasil SP2010 dan SUPAS 2015 .............................. 66
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Tabel L.1 Penduduk Menurut Provinsi, Status Migrasi Seumur Hidup, dan Tempat Lahir, Tahun 2010.. 75
Tabel L.2 Migran Seumur Hidup Menurut Provinsi, Tempat Lahir, dan Kewarganegaraan, Tahun 2010 ......... 76
Tabel L.3 Arus Migrasi Internasional Seumur Hidup, Tahun 2010.... ........................................................ 77
Tabel L.4 Migran Seumur Hidup yang Lahir di Luar Negeri Menurut Kelompok Umur, Negara, dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 ......................................... 80
Tabel L.5 Migran Seumur Hidup Berumur 5 Tahun ke Atas yang Lahir di Luar Negeri menurut Kelompok Umur, Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 .......................... 83
Tabel L.6 Migran Seumur Hidup Berumur 10 Tahun Ke Atas yang Lahir di Luar Negeri Menurut Kelompok Umur, Lapangan Pekerjaan Utama, dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 .......................... 84
Tabel L.7 Migran Seumur Hidup Berumur 10 Tahun Ke Atas yang Lahir di Luar Negeri Menurut Kelompok Umur, Status Pekerjaan Utama, dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 ................................ 87
Tabel L.8 Penduduk Berumur 5 Tahun Ke Atas Menurut Provinsi, Status Migrasi Risen, dan Tempat Tinggal Lima Tahun yang Lalu, Tahun 2010 ....... 88
Tabel L.9 Migran Risen Menurut Provinsi, Tempat Tinggal Lima Tahun yang Lalu, dan Kewarganegaraan, Tahun 2010 ........................................................ 89
Tabel L.10 Arus Migrasi Internasional Risen, Tahun 2010 .... 90 Tabel L.11 Migran Risen yang Lima Tahun Lalu Berada di
Luar Negeri Menurut Kelompok Umur, Negara Tempat Tinggal Lima Tahun yang Lalu, dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 ......................................... 93
Tabel L.12 Migran Risen yang Lima Tahun Lalu Berada di Luar Negeri Menurut Kelompok Umur, Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 ................................
96
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
x Kajian Migrasi Internasional Indonesia
Tabel L.13 Migran Risen Berumur 10 Tahun ke Atas yang Lima Tahun Lalu di Luar Negeri Menurut Kelompok Umur, Lapangan Pekerjaan Utama, dan Jenis Kelamin, Tahun 2010........ .................
97 Tabel L.14 Migran Risen Berumur 10 Tahun Ke Atas yang
Lima Tahun Lalu Berada di Luar Negeri Menurut Kelompok Umur, Status dalam Pekerjaan Utama, dan Jenis Kelamin, Tahun 2010.............
100 Tabel L.15 Penduduk Menurut Provinsi, Status Migrasi
Seumur Hidup, dan Tempat Lahir, Tahun 2015 . 101 Tabel L.16 Migran Seumur Hidup Menurut Provinsi, Tempat
Lahir, dan Kewarganegaraan, Tahun 2015 ........ 102 Tabel L.17 Migran Seumur Hidup Berumur 5 Tahun Ke Atas
yang Lahir di Luar Negeri Menurut Kelompok Umur, Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, dan Jenis Kelamin, Tahun 2015 ......................... 103
Tabel L.18 Migran Seumur Hidup Berumur 10 Tahun Ke Atas yang Lahir di Luar Negeri Menurut Kelompok Umur, Lapangan Pekerjaan Utama, dan Jenis Kelamin, Tahun 2015 ......................... 104
Tabel L.19 Migran Seumur Hidup yang Lahir di Luar Negeri Menurut Kelompok Umur, Status Pekerjaan Utama, dan Jenis Kelamin, Tahun 2015 ............. 105
Tabel L.20 Penduduk Berumur 5 Tahun Ke Atas Menurut Provinsi, Status Migrasi Risen, dan Tempat Tinggal Lima Tahun yang Lalu, Tahun 2015 ...... 106
Tabel L.21 Migran Risen Menurut Provinsi, Tempat Tinggal Lima Tahun yang Lalu, dan Kewarganegaraan, Tahun 2015 ....................................................... 107
Tabel L.22 Migran Risen yang Lima Tahun Lalu Berada di Luar Negeri Menurut Kelompok Umur, Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan, dan Jenis Kelamin, Tahun 2015 ................................
108 Tabel L.23 Migran Risen yang Lima Tahun Lalu di Luar
Negeri Menurut Kelompok Umur, Lapangan Pekerjaan Utama, dan Jenis Kelamin, Tahun 2015 .................................................................. 109
Tabel L.24 Migran Risen Berumur 10 Tahun Ke Atas yang Lima Tahun Lalu Berada di Luar Negeri Menurut Kelompok Umur, Status Pekerjaan Utama, dan Jenis Kelamin, Tahun 2015 ................................
110
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia xi
Tabel L.25 Jumlah Migran dan Nonmigran Total Menurut Provinsi, Status Migran, dan Tempat Tinggal Terakhir, Tahun 2015 ......................................... 111
Tabel L.26 Migran Total Menurut Provinsi, Tempat Tinggal Terakhir, dan Kewarganegaraan Tahun 2015 ..... 112
Tabel L.27 Migran Total yang Tempat Tinggal Terakhir di Luar Negeri Menurut Kelompok Umur, Pendidikan Tertinggi, dan Jenis Kelamin, Tahun 2015.......... ........................................................ 113
Tabel L.28 Migran Total yang Tempat Tinggal Terakhir di Luar Negeri Menurut Kelompok Umur, Lapangan Pekerjaan Utama, dan Jenis Kelamin, Tahun 2015 ........................................................ 114
Tabel L.29 Migran Total yang Tempat Tinggal Terakhir di Luar Negeri Menurut Kelompok Umur, Status dalam Pekerjaan Utama, dan Jenis Kelamin, Tahun 2015 ........................................................ 115
Tabel L.30 Jumlah Penduduk Indonesia Berumur 5 Tahun ke Atas yang Pindah ke Luar Negeri Menurut Tahun Berangkat dan Status ........................................ 116
Tabel L.31 Jumlah Penduduk Indonesia Berumur 5 Tahun ke Atas yang Pindah ke Luar Negeri Menurut Negara Tujuan dan Status ................................. 116
Tabel L.32 Jumlah Penduduk Indonesia Berumur 5 Tahun ke Atas yang Pernah Tinggal di Luar Negeri (Returned Migrant) Menurut Kegiatan Utama.. .
117 Tabel L.33 Jumlah Penduduk Indonesia Berumur 5 Tahun ke
Atas yang Sekarang Tinggal di Luar Negeri Menurut Kegiatan Utama ..................................
117 Tabel L.34 Jumlah Penduduk Indonesia yang Pindah ke
Luar Negeri Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ......................................................
118 Tabel L.35 Migran Masuk Total Internasional (Tahun 2010 -
2015) Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin... ....................................................... 118
Tabel L.36 Migran Keluar, Masuk, dan Net Migrasi Internasional per Tahun Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin .................................... 119
Tabel L.37 Net Migrasi Internasional dan Jumlah Penduduk per Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ............. 119
Tabel L.38 ASNMR Internasional Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin .............................................. 120
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
xii Kajian Migrasi Internasional Indonesia
Tabel L.39 Migran Risen yang Tempat Tinggal Lima Tahun Lalu di Luar Negeri Menurut Provinsi dan Tahun 121
Tabel L.40 Migran Seumur Hidup yang Lahir di Luar Negeri menurut Provinsi dan Tahun ............................. 122
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara umum, studi empiris tentang migrasi internasional
jumlahnya sangat terbatas (Massey et.al, 1998). Banyak studi
mengenai tema ini dibahas untuk kasus Eropa, terutama migrasi di
Eropa Barat. Namun, hal ini kontras jika dibandingkan dengan jumlah
studi migrasi di Asia, terutama Asia Tenggara dan Pasifik. Battistella
(2003), menyatakan studi tentang migrasi di kawasan Asia Tenggara
dan Asia Timur memiliki tipologi yang kompleks. Kompleksitas yang
dimaksud adalah fluktuasi politik dan krisis ekonomi yang membuat
pola migrasi di dua kawasan ini berbeda dengan hasil studi yang ada
selama ini.
Menurut Massey et.al (1993), terdapat beberapa aspek
fundamental yang dianggap sebagai kekurangan dari banyak
penelitian migrasi internasional, antara lain, perbedaan struktur sosial,
perekonomian dan geografi dari setiap belahan dunia. Lebih lanjut
Massey (1994, 1998) menekanakan bahwa sebelum melakukan
penelitian tentang migrasi internasional, ketersediaan data migrasi
internasional yang cukup langka di banyak negara, terutama negara
berkembang, menjadi satu hal yang sangat penting untuk
diidentifikasi. Pencatatan yang kurang sistematis menyebabkan
banyaknya observasi yang tidak berhasil dilacak. Hal ini menyulitkan
penelitian migrasi internasional terhadap beberapa wilayah yang
seharusnya berpotensi untuk diteliti. Sebagian besar negara Asia
Tenggara dan Asia Tengah belum melakukan pencatatan dengan baik.
Dalam survei atau sensus yang dilakukan oleh BPS,
keterangan migrasi tidak diperoleh dari pertanyaan yang bersifat
langsung apakah seseorang pernah berpindah tempat. Keterangan
tersebut diperoleh dengan melihat perbedaan atau perubahan tempat
tinggalnya. Ketika penduduk pernah berbeda tempat tinggal pada
periode waktu tertentu dianggap telah bermigrasi dengan tetap
memperhatikan konsep penduduk yang berlaku.
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
2 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
Dibandingkan dengan pengumpulan data kelahiran dan
kematian, terdapat beberapa kendala dalam pengumpulan data
migrasi migrasi internasional. Pertama, daya ingat responden. Ada
kecenderungan responden lupa mengingat kejadian perpindahan
yang sudah berlangsung lama apalagi jika orang tersebut sering kali
melakukan perpindahan tempat tinggal. Hasil Pilot Survei Migrasi
2014 menunjukkan bahwa semakin rendah wilayah administratif
semakin besar persentase penduduk yang tidak ingat nama wilayah
tersebut. Kelemahan berikutnya adalah masalah kesalahan konsep
definisi tempat lahir. Definisi tempat lahir yang dipakai dalam
sensus/survei di Indonesia adalah wilayah geografis tempat tinggal ibu
kandung pada saat melahirkan responden bukan wilayah geografis
dimana kelahiran terjadi1. Kesalahan informasi yang diberikan oleh
anggota rumah tangga lain bukan responden yang bersangkutan juga
banyak terjadi. Dalam kasus migrasi internasional terdapat kesalahan
dalam menerapkan konsep penduduk, yaitu batasan waktu biasa
tinggal/menetap, bukan batasan tinggal yang sifatnya sementara
(temporary travel).
Untuk kasus Indonesia, data migrasi internasional yang
bersumber dari survei/sensus berbasis rumah tangga hanya dapat
diperoleh dari sensus penduduk dan SUPAS. Itu pun terbatas pada
jumlah migran yang masuk ke Indonesia. Tidak ada informasi
mengenai berapa banyak orang yang pindah keluar dari Indonesia.
Padahal, selisih migrasi masuk dan keluar Indonesia, angkanya juga digunakan untuk kepentingan penghitungan proyeksi penduduk.
Akibatnya, selama ini diasumsikan bahwa jumlah orang yang masuk
dan keluar Indonesia hampir sama. Dengan kata lain, migrasi
internasional dianggap tidak signifikan mempengaruhi dinamika
penduduk Indonesia. Indonesia diasumsikan sebagai negara tertutup
(closed country). Faktanya, Indonesia merupakan salah satu negara
pengirim migran keluar internasional terbesar terutama pekerja
migran (Tenaga Kerja Indonesia /TKI). Karena ketersediaan data dari
1 Mengikuti rekomendasi UN: For persons born in the country (the native-born population), the concept of place of birth usually refers to the geographical unit where the mother of the individual resided at the time of the persons birth. Indonesia mengadopsi konsep ini, meskipun beberapa negara menggunakan unit wilayah geografis dimana kelahiran benar-benar terjadi.
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 3
sumber sekunder kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan
informasi terkait pembangunan statistik migrasi internasional, maka
BPS menginisiasi pembangunan statistik migrasi internasional dengan
pendekatan survei berbasis rumah tangga, salah satunya melalui
Survei Penduduk Antar Sensus tahun 2015 (SUPAS2015).
Untuk pertama kalinya, SUPAS 2015 menghimpun informasi
mengenai migrasi internasional secara lengkap. Selain migrasi masuk
ke Indonesia, ada pertanyaan yang bisa menggali informasi terkait
migrasi keluar dari Indonesia. Dari SUPAS 2015 bisa diestimasi jumlah
orang yang keluar dan masuk Indonesia selama periode waktu yang
ditentukan. Data migran internasional masuk dan keluar yang
diperoleh juga bisa dipilah menurut umur dan jenis kelamin yang
memang dibutuhkan untuk input asumsi migrasi internasional ke
depan untuk keperluan penghitungan proyeksi penduduk.
Kajian ini merupakan salah satu bentuk pemanfaatan data
SUPAS2015, khususnya terkait dengan penyediaan statistik migrasi
internasional. Cakupan kajian yang dilakukan meliputi migrasi
internasional masuk dan migrasi internasional keluar. Sebagai kajian
yang pertama kali dilakukan, hasil kajian ini diharapkan dapat dipakai
untuk memperbaiki bagian-bagian yang terlewat, terutama pada
kuesioner SUPAS2015, mengingat penyusunan kuesioner SUPAS2015
dilakukan sebelum terbitnya panduan UN terbaru mengenai migrasi
internasional. Perbaikan pada input, khususnya kuesioner, diharapkan
akan menghasilkan output atau data yang lebih baik. Kajian dilakukan
dengan menggunakan dua sumber data terbaru yang mencakup
migrasi internasional, yakni Sensus Penduduk 2010 (SP2010) dan
Survei Penduduk Antar Sensus 2015 (SUPAS 2015).
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah :
1. Melihat besaran, tingkat, pola dan arus migrasi masuk
Internasional seumur hidup dan risen data SP2010;
2. Mengulas permasalahan kodifikasi negara di SP2010 dan
perbaikannya di SUPAS 2015;
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
4 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
3. Melihat besaran, tingkat, pola dan arus migrasi masuk
Internasional seumur hidup, risen dan total data SUPAS 2015;
4. Mengkaji pertanyaan migrasi keluar internasional di SUPAS
2015;
5. Melihat besaran, tingkat, pola dan arus migrasi internasional
keluar Indonesia data SUPAS 2015;
6. Menghitung net migrasi internasional hasil SUPAS 2015 untuk
keperluan proyeksi penduduk;
7. Membandingkan migrasi internasional hasil SUPAS 2015
dengan beberapa data sekunder yang ada;
8. Mengkaji pertanyaan migrasi kembali, menghitung besaran,
tingkat dan arus migrasi kembali;
9. Melihat keterbandingan data migrasi hasil SP2010 dan SUPAS
2015.
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Migrasi Internasional
Penjabaran definisi migrasi internasional mengundang
beberapa perdebatan. Sesuai dengan pendapat Massey (1993), yang
menyatakan bahwa perbedaan data maupun karakteristik suatu
wilayah akan membuat definisi dari migran dan aspek-aspek penarik
maupun pendorong dari migrasi berbeda pula. Menurut pendapat
Massey (1993), karakteristik fundamental dari migrasi adalah
perpindahan seseorang dari satu lokasi ke lokasi lain. Sedangkan dari
definisi yang diberikan oleh UNDP (United Nations Development
Programme, HDI Report 2009) migrasi internasional adalah proses
perpindahan manusia melewati batas negara dalam kurun waktu lebih
dari satu tahun. UN (1998) mendefinisikan seseorang dimasukkan
sebagai migran internasional apabila merubah negara tempat biasa
tinggal. Biasa disini diukur dari lamanya menetap yaitu minimal 12
bulan (setahun). Konsep minimal 12 bulan juga konsisten dengan
konsep yang dipakai dalam System of National Accounts (European
Commission, International Monetary Fund, Organisation for
Economic Co-operation and Development, United Nations and World
Bank, 2009), Balance of Payment Framework (IMF, 2009), dan di
International Recommendations for Tourism Statistics (United Nations
and World Tourism Organization, 2010). Batasan minimal 12 bulan
juga mengidentifikasi migran tersebut sebagai long term migrant,
mereka inilah yang danggap sebagai migran internasional.
Sementara, ada juga istilah short term migrant yang merujuk pada
orang-orang yang pindah ke negara lain untuk periode waktu minimal
3 bulan sampai kurang dari setahun yang mana ini untuk
mengakomodasi meningkatnya pergerakan perpindahan orang-orang
untuk periode yang pendek kurang dari 12 bulan. Tidak termasuk disini
bepergian ke luar negeri bersifat sementara untuk tujuan rekreasi,
liburan, mengunjungi teman atau kerabat, bisnis, tindakan berobat
atau perjalanan ibadah keagamaan yang tidak merubah negara
tempat biasa tinggal.
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
6 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
Perbedaan dalam konteks dan definisi migrasi menjadi
problem tersendiri untuk banyak penelitian di migrasi internasional
(Massey et-al, 1994). Periode tinggal, batasan wilayah negara
didefinisikan berbeda oleh beberapa peneliti. Lucas (1997),
menyatakan bahwa orang yang melakukan migrasi internasional bisa
disebut sebagai migran ketika sudah melewati batas negara dari
negara asal. Namun, menurut Jennissen, faktor waktu juga harus
diperhitungkan. Bukan sekedar melewati batasan negara bisa disebut
migran.
Perbedaan pendapat ini disebabkan oleh beberapa
permasalahan dalam pendefinisan data migrasi internasional
(Massey,1993,1994). Secara ringkas definisi migrasi internasional
paling mudah dibedakan berdasarkan faktor spasial maupun waktu.
Aspek spasial
Menurut Kupiszewski dan Kupiszewska (1999), migrasi
didefinisikan dari data negara penerima migran saja. Ketika migran
memasuki batas wilayah suatu negara, dan tercatat sebagai migran di
negara tujuan, maka orang tersebut sudah diklasifikasikan sebagai
migran internasional. Akan tetapi, dalam HDI Report 2010 (UNDP,
2010) dan UN (2017), aspek temporal tidak masuk hitungan dalam
migrasi, sehingga tidak semua yang melintasi batas negara adalah
migran. Contohnya adalah perjalanan yang dicakup oleh statistik
pariwisata seperti rekreasi, liburan, mengunjungai teman atau kerabat
atau perjalanan ibadah keagamaan yang melintasi negara lain. Karena
itu, aspek spasial saja tidak dapat dipergunakan sebagai satu-satunya
faktor dalam pendefiniasn migran.
Aspek durasi waktu
Terdapat perbedaan waktu agar seseorang dianggap sebagai
migran. Beberapa peneliti, termasuk Massey (1994) berpendapat
seseorang dianggap benar-benar migran bila mereka bergerak bukan
hanya dalam faktor spasial, akan tetapi dalam kurun waktu yang
cukup lama (lifetime migration). Sementara itu, migrasi dalam arti
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 7
yang lebih luas adalah perubahan tempat tinggal secara permanen
(Weeks, 2004 cf Jennissen, 2004) atau semi-permanen (Lee, 1966 c.f
Jennissen, 2004). Dilanjutkan oleh Wajdi (2010) mengenai aspek
longitudinal migrasi, terdapat dua tipe migran, yaitu migran yang
bersifat temporer dan migran yang bersifat permanen.
Aspek waktu yang direkomendasikan UN minimal satu tahun ternyata
beragam untuk setiap negara, meskipun sebagian besar negara di
dunia mengadopsi apa yang direkomendasikan. Di Singapura batasan
waktu menetap penduduk adalah minimal 12 bulan atau setahun atau
belum setahun tetapi akan menetap selama setahun atau lebih. Di
Myanmar syarat menjadi penduduk di suatu wilayah/negara adalah
tinggal dan menetap selama 6 bulan atau lebih. Dalam kajian ini, aspek
waktu yang digunakan adalah konsep penduduk BPS yang
mengadopsi batasan enam bulan. Seseorang dikatakan biasa tinggal
di negara lain apabila sudah menetap di negara tersebut 6 bulan atau
lebih lamanya atau jika kurang dari 6 bulan tapi sudah berniat menetap
di sana. Sehingga, seseorang dianggap sebagai migran internasional
adalah mereka yang telah tinggal di negara tujuan selama 6 bulan atau
lebih atau kurang dari enam bulan tetapi berniat menetap di negara
tujuan.
2.2 Definisi Operasional
Dengan memperhitungkan kedua aspek dalam pendefiniasn
migrasi (aspek spasial dan aspek waktu), untuk menangkap kejadian
migrasi internasional masuk dalam sensus maupun survei yang
dilakukan BPS, minimal ada 3 pertanyaan utama yang biasanya
ditanyakan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah: tempat lahir,
tempat tinggal 5 tahun yang lalu dan tempat tinggal terakhir sebelum
tinggal di tempat tinggal sekarang.
Tempat lahir sebagai pendekatan mendapatkan migrasi
seumur hidup, tempat tinggal 5 tahun yang lalu untuk pendekatan
penghitungan migrasi risen dan tempat tinggal terakhir sebelum
tempat tinggal sekarang sebagai pendekatan penghitungan migrasi
total. Adapun jenis pertanyaan lainnya terkait migrasi adalah
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
8 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
pertanyaan yang sifatnya tambahan untuk memperkaya analisis
migrasi itu sendiri. Menurut UN (2015) paling tidak ada lima
pertanyaan yang sebaiknya dicakup dalam migrasi:
a. Tempat biasanya tinggal
b. Tempat lahir
c. Lamanya tinggal
d. Tempat tinggal sebelumnya dan
e. Tempat tinggal pada saat tertentu di masa lalu
Berikut adalah contoh pertanyaan migrasi masuk yang
diterapkan dalam Sensus Penduduk 2010:
Pada SUPAS 2015, untuk menangkap kejadian migrasi
internasional keluar, digunakan 2 pendekatan pertanyaan yaitu
pertanyaan terkait dengan ART saat pencacahan dan pertanyaan yang
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 9
terkait dengan mantan ART. Pertanyaan ART merupakan semua
kejadian migrasi internasional ke luar yang pernah/sudah terjadi,
dimana pelaku migrasi sudah berada di Indonesia lagi. Sementara itu,
pertanyaan untuk mantan ART digunakan untuk menangkap kejadian
migrasi ke luar yang sedang terjadi dan pelakunya belum kembali ke
Indonesia dan masih menetap di luar negeri. Kejadian migrasi
internasional keluar dari ART memberikan informasi banyaknya
penduduk yang pernah tinggal di luar negeri, sedangkan mantan ART
memberikan informasi banyaknya penduduk yang sekarang tinggal
dan menetap di luar negeri. Kejadian migrasi yang ditanyakan adalah
semua keberangkatan sejak 1 Januari 2010 sampai saat pencacahan.
Pertanyaan dalam kuesioner untuk mantan ART seperti di
bawah ini :
Pertanyaan dalam kuesioner untuk ART seperti di bawah ini :
Pertanyaan tersebut dirancang untuk pertama kalinya digunakan
dalam SUPAS 2015. Saat perancangan kuesioner SUPAS2015,
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
10 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
panduan UN yang digunakan sebagai referensi utama dalam kajian ini
belum ada, sehingga belum bisa dijadikan referensi terkait
pengumpulan informasi migrasi internasional ke luar negeri.
2.3 Teori pendukung
Bicara mengenai migrasi, tidak bisa lepas dari hukum migrasi
yang ditemukan akhir abad 20, oleh Ravenstein (1885). Teori ini
berlaku untuk migrasi internasional maupun migrasi internal. Hukum
Ravenstein (Chotib, 2010 c.f Ravenstein 1985, 1915) tentang migrasi
internasional meliputi:
a. Migrasi dan jarak
Tingkat migrasi antara dua titik akan berhubungan terbalik
dengan jarak di antara kedua titik tersebut. Migran yang
melakukan perjalanan jarak jauh cenderung menuju pusat-
pusat industri.
b. Migrasi bertahap
Penduduk daerah perdesaan yang langsung berbatasan
dengan kota yang bertumbuh cenderung untuk cepat
melakukan migrasi. Turunnya jumlah penduduk di perdesaan
sebagai akibat migrasi itu akan digantikan oleh migran dari
daerah-daeah yang jauh terpencil. Hal ini akan terus
berlangsung sampai daya tarik salah satu kota yang tumbuh
cepat itu tahap demi tahap terasa pengaruhnya di pelosok-
pelosok yang terpencil. Setiap arus migrasi utama
menimbulkan arus balik sebagai penggantinya. Meskipun
migrasi desa-kota mendominasi arus migrasi, namun selalu
ada arus balik pada arah yang berlawanan sehingga migrasi
bersih dari titik i ke j selalu lebih kecil daripada migrasi kotor
antara kedua titik tersebut. Sama halnya dengan konteks
negara, pada jangka panjang -- salah satunya penelitian Salt
(1992) -- dinyatakan setiap migrasi internasional yang
melintasi batas negara cenderung menimbulkan arus balik
migrasi dari daerah lain sebagai konsekuensinya.
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 11
c. Teknologi, komunikasi dan migrasi
Arus migrasi memiliki kecenderungan meningkat sepanjang
waktu akibat peningkatan sarana perhubungan, dan akibat
perkembangan industri dan perdagangan.
d. Motif ekonomi merupakan dorongan utama setiap manusia
untuk memperbaiki kehidupan.
Determinan ini cenderung lebih dominan daripada faktor lain
dalam keputusan bermigrasi.
Salah satu teori yang menjelaskan mengenai penyebab
migrasi adalah teori neoklasik. Berdasarkan teori tersebut, perbedaan
jumlah upah antara dua wilayah merupakan alasan utama terjadinya
migrasi tenaga kerja (Lewis, 1982). Adanya perbedaan besar upah/gaji
dikarenakan adanya perbedaan secara geografis dalam jumlah suplai
tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja. Beberapa faktor lain juga
berperan penting dalam hal ini, seperti produktivitas tenaga kerja,
atau jabatan dalam asosiasi buruh/tenaga kerja. Terdapat negara yang
kekurangan jumlah tenaga kerja (baik ahli maupun yang kurang ahli)
relatif terhadap jumlah kapital cenderung memiliki tingkat upah yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara/wilayah yang memiliki
formasi tenaga kerja dalam jumlah besar relatif terhadap kapital, yang
cenderung memiliki tingkat upah lebih rendah secara umum
(Jennissen, 2004 c.f Massey et-al, 1993). Dengan adanya perbedaan
tingkat upah di kedua negara maka arus tenaga kerja cenderung
bergerak dari daerah (negara) yang memiliki tingkat upah lebih rendah
menuju negara dengan tingkat upah yang lebih tinggi (Jennissen,
2003, 2004 c.f Borjas, 1989; Massey et-al, 1993).
Teori lainnya adalah teori dual-labor market yang
menyatakan bahwa migrasi internasional disebabkan karena kuatnya
faktor penarik (pull factors) dari negara - negara maju tujuan para
migran melakukan emigrasi. Berdasarkan teori ini, segmen-segmen
dalam pasar tenaga kerja dapat dibedakan sebagai sektor/segmen
primer ataupun sekunder secara alamiah. Segmen primer
digambarkan oleh besarnya formasi kapital (modal) jika dibandingkan
dengan tenaga kerja (capital intensive), serta besarnya dominasi
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
12 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
tenaga kerja ahli (terdidik). Sektor sekunder merupakan sektor
dengan ciri labor intensive (intensif tenaga kerja dibandingkan modal
secara relatif dalam formasi produksi) dan didominasi secara kuat oleh
para tenaga kerja kurang ahli (unskilled labor). Teori dualisme pasar
tenaga kerja mengasumsikan bahwa migrasi tenaga kerja
internasional terpaku pada besarnya permintaan tenaga kerja dari
sektor intensif tenaga kerja (sekunder) yang terdapat pada masyrakat
industri modern (negara penerima migran) (Jennissen, 2004 c.f Piore,
1979; Massey et-al, 1993).
Piore (1979) memaparkan tiga kemungkinan tertinggi untuk
menjelaskan adanya permintaan tenaga kerja asing di negara industri
modern, yaitu: kekurangan jumlah tenaga kerja secara umum,
kebutuhan untuk mengisi hierarki paling bawah pekerjaan (unskilled
labor), dan kekurangan tenaga kerja pada sektor/segmen sekunder
pada suatu negara. Kekurangan/kelangkaan tenaga kerja secara
umum mengakibatkan adanya vakum dalam posisi pekerjaan paling
bawah dalam hierarki/strata sosial tenaga kerja. Berikutnya yaitu
kebutuhan akan unskilled labor yang menjadikan negara industri
modern menerima migran dari negara lain. Akan tetapi, ada
permasalahan sebagai akibat dari kebutuhan unskilled labor ini yaitu
permasalahan motivasi yang dikemukakan oleh Massey et-al (1993)
dimana tidak semua orang mau bekerja pada posisi tersebut
disebabkan adanya pandangan yang mengasosiasikan unskilled labor
dengan strata sosial yang rendah dan adanya kesulitan untuk
menaikkan status jika menerima pekerjaan di hierarki tersebut.
Migrasi internasional pada akhirnya menjadi solusi untuk memenuhi
kekurangan tenaga kerja pada sektor sekunder (Massey et.al, 1993).
Lebih jauh lagi dalam teori dualisme tenaga kerja, migrasi
internasional cenderung mengubah kebiasaan menabung maupun
konsumsi dari negara penerima, yang menurut para developmentalist
akan berujung pada pembangunan ekonomi dan pertumbuhan
ekonomi.
Kedua teori sebelumnya masih terpaku pada invididu,
sedangkan Bloom dan Stark (1985) berpendapat bahwa keputusan
untuk bermigrasi sebagai tenaga kerja tidak bisa dijelaskan hanya
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 13
dengan keputusan individu. Kita harus memperhitungkan semakin
luasnya entitas sosial. Pen dekatan yang dilakukan oleh Bloom dan
Stark (1985) disebut sebagai teori ekonomi baru tenaga kerja (the
new economic theory of labor migration). Salah satu entitas sosial
yang mereka maksud adalah rumah tangga. Rumah tangga cenderung
untuk menghindari resiko ketika berkaitan dengan pendapatan total
rumah tangga. Menurut Stark (1985), salah satu kemungkinan untuk
mengurangi resiko tersebut adalah dengan tambahan pendapatan
dari remitansi anggota keluarga yang bermigrasi keluar negeri.
Anggota keluarga yang bermigrasi keluar negeri akan mengirimkan
remitansi kepada anggota keluarga yang berada di negara asal,
dengan usaha keras di negeri tetangga. Berdasarkan teori ekonomi
baru atas migrasi tenaga kerja, remitansi tersebut memiliki dua
konsekuensi sebagai dampak; bisa dalam bentuk positif
(pembangunan) terhadap perekonomian negara (berkembang) yang
mengirimkan tenaga kerjanya keluar negeri ataupun sisi negatifnya
adalah produktivitas dalam negeri berkurang sebagai akibat
berkurangnya jumlah tenaga kerja aktif di dalam negeri (Taylor, 1999
c.f Jennissen, 2004). Sebagai simpulan, teori ekonomi baru masih
belum bisa mendeteksi apakah migrasi internasional di satu wilayah
bisa memberikan dampak positif/pembangunan pada negara
penerima, atau justru memberikan efek yang sebaliknya (inversi)
terhadap negara pengirim migran.
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
14 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
BAB III
METODOLOGI
3.1 Sumber Data
Sumber data kajian ini berasal dari hasil Sensus Penduduk
2010 dan hasil SUPAS 2015. Data hasil SP2010 dimanfaatkan untuk
menghitung statistik terkait dengan migrasi masuk, sedangkan data
hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2015 dipergunakan untuk
menghasilkan statistik terkait dengan migrasi masuk, keluar dan
migrasi kembali.
Sensus penduduk dilaksanakan setiap 10 tahun sekali, SUPAS
juga dilaksanakan 10 tahun sekali dan dilaksanakan di antara
pelaksanaan dua sensus penduduk. Data hasil sensus penduduk dapat
disajikan sampai wilayah administrasi terkecil. Akan tetapi, karena
data migrasi adalah data yang bersifat rare cases (kejadian yang
jarang), maka sebaiknya data migrasi disajikan hanya sampai wilayah
administrasi kabupaten/kota. Data migrasi hasil SUPAS 2015
meskipun sampelnya kecil juga dapat disajikan sampai level
kabupaten/kota.
Khusus untuk migrasi internasional hasil-hasil angka migrasi
tentunya harus dikaji terlebih dahulu sebelum didiseminasikan untuk
kepentingan publik. Sebagai pelengkap kajian, data sekunder yang
berasal dari beberapa instansi (seperti Kementerian Luar Negeri,
Ditjen Imigrasi-Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Kemenkumham), Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), dan Kementerian
Ketenagakerjaan RI), baik untuk pendekatan migran masuk dan keluar
juga disajikan. Data dari kementerian atau lembaga lain adalah data
yang sifatnya tahunan. Sehingga untuk membandingkan antara data
primer dari sensus/survei dengan data sekunder disajikan dalam angka
rata-rata per tahun dengan tahun rujukan yang sama.
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 15
3.2 Kodifikasi Negara
Untuk keperluan topik migrasi yang ditanyakan dalam
kuesioner, pengkodean untuk semua wilayah administrasi maupun
negara harus dibuat. Hal ini untuk mengetahui arus migrasi internal
maupun internasional, arus migrasi masuk dari wilayah/negara mana
migran masuk berasal dan arus migrasi keluar ke wilayah/negara mana
saja migran keluar. Hal ini juga untuk mempermudah dalam proses
pengolahan datanya.
Dalam kegiatan sensus penduduk maupun survei
kependudukan, pengkodean pada umumnya merupakan tugas dari
editor/pengawas/koordinator tim/supervisor. Sementara, pengisian
jawaban responden kedalam kuesioner dituliskan oleh pencacah/
pewawancara/enumerator.
Pengkodean terkit migrasi dibuat untuk negara-negara
tertentu dan kawasan (beberapa negara yang berdekatan digabung
dan dibuat menjadi 1 kode kawasan). Nama negara disusun secara
alpabetik menurut kawasan. (Lihat lampiran pengkodean asli SP2010
dan pemutakhiran pengkodan pada SUPAS 2015).
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
16 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sensus Penduduk 2010
4.1.1 Migrasi Masuk Internasional
Migrasi masuk internasional dari sensus/survei adalah
untuk melihat stok dari imigran yang berupa:
a. Stok dari penduduk yang lahir di luar negeri
b. Stok dari warga negara asing
c. Stok dari migran kembali
d. Stok dari generasi kedua migran
Pada stok dari generasi kedua migran tidak dapat
dilakukan karena tidak ada pertanyaan langsung yang
mengacu pada negara tempat lahir ayah dan ibu kandung
responden yang merupakan migran.
Adapun tabulasi yang direkomendasikan UN (2017) dalam menjaring migrasi masuk internasional dan stok imigran adalah:
a. Penduduk yang lahir di luar negeri menurut negara
lahir, umur dan jenis kelamin
b. Penduduk yang lahir di luar negeri menurut tahun
atau periode kedatangan, negara tempat lahir, umur
dan jenis kelamin
c. Penduduk menurut negara tempat lahir,
kewarganegaraan, umur dan jenis kelamin
d. Penduduk 15 tahun ke atas yang lahir di luar negeri
yang bekerja menurut tahun atau periode
kedatangan, jenis pekerjaan, umur dan jenis kelamin
Dari keempat tabel yang direkomendasikan tidak
semua dapat dipenuhi karena kasus yang tidak besar serta
pertanyaan yang tidak dicakup dalam sensus seperti tahun
kedatangan dan jenis pekerjaan. Hal inilah yang
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 17
menyebabkan hanya tersedianya tabel-tabel yang sudah
diringkas saja serta tabel terkait stok migran.
Dari data SP2010 hanya dapat dihitung indikator
migrasi masuk internasionalnya saja. Ada dua jenis migrasi
masuk internasional yang dihasilkan yaitu migrasi masuk
internasional seumur hidup dan migrasi masuk internasional
risen. asi masuk ke Indonesia, cara paling mudah
mengukurnya adalah dengan menggunakan matriks arus
migrasi yaitu dengan mengamati perbedaan dua tempat
tinggal, tempat tinggal sekarang dengan tempat lahir atau
tempat tinggal sekarang dengan tempat tinggal lima tahun
yang lalu. Didalam melihat karakteristik migran masuk
memang tidak diharuskan membedakan menurut
kewarganegaraannya. Namun, bila hal tersebut dibedakan
menurut jenis migrasinya, maka komposisi kewarganegaraan
mungkin perlu dilihat. Angka migrasi masuk internasional
Indonesia memang sangat kecil hanya sebesar kurang dari 0,1
persen.
Dari Tabel 1, stok migran masuk seumur hidup
internasional adalah sebesar 239.482 orang. Stok migran
yang berkewarganegaraan asing sebesar 48.583 orang.
Sementara, stok dari migran kembali tidak tersedia dari
SP2010.
WNI WNA Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Absolut 186.359 48.583 239.482 237.641.326
Persentase 77,82 20,29 0,10 100,00
Catatan : Ada 4540 migran seumur hidup yang tidak ditanyakan
kewarganegaraannya
Tabel 1.
Jumlah
Migran masuk internasional seumur hidup menurut kewarganegaraan tahun
2010
Status kewarganegaraanPenduduk 0+
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
18 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
Pada Tabel 2, stok migran masuk risen internasional
adalah sebesar 160.641 orang. Sebesar 16.380 diantaranya
berkewarganegaraan asing. Persentase migrasi internasional
masuk seumur hidup hanya 0,1 persen atau dengan rate
sebesar 1 migran per 1.000 penduduk, sementara persentase
migrasi masuk internasional risen sebesaar 0,07 persen atau
dengan rate sebesar 0,7 migran per 1.000 penduduk. Dilihat
dari komposisi kewarganegaraannya, maka kewarga-
negaraan asing proporsinya lebih besar pada status migran
seumur hidup dibanding migran risen. Diduga pada migran
risen internasional, proporsi Warga Negara Indoneisa lebih
didominasi oleh para migran Indonesia yang bekerja di Luar
Negeri. Komposisi WNA pada jenis migrasi seumur hidup
lebih dari dua kali lipat daripada jenis migrasi risennya.
Berdasarkan karakteristik umurnya, migran risen
internasional yang masuk Indonesia merupakan usia kerja
yaitu mayoritas berumur 20 sampai 49 tahun sementara
komposisi migran internasinal seumur hidup didominasi oleh
mereka yang berusia lebih muda, usia 5 sampai 24 tahun.
Namun, untuk melihat perbedaan arus migrasi masuk
internasional dari kedua jenis migrasi ini kurang bisa
menjelaskan karena adanya penggabungan beberapa negara
menjadi kawasan. Ulasan yang lebih lengkap akan dilakukan
dengan menggunakan data SUPAS 2015.
WNI WNA Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Absolut 144.261 16.380 160.641 214.962.624
Persentase 89,80 10,20 0,07 100,00
Tabel 2.
Migran masuk internasional risen menurut kewarganegaraan tahun 2010
JumlahStatus kewarganegaraan
Penduduk 5+
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 19
4.1.2 Permasalahan Kodifikasi pada SP2010
Pembentukan kode negara untuk keperluan migrasi
internasional senantiasa berubah dari waktu kewaktu, baik
pada Sensus Penduduk 2000, Sensus Penduduk 2010 dan
SUPAS 2015. Sebenarnya untuk keperluan pengkodean
migrasi terdapat sistem pengkodean yang direkomendasikan
oleh PBB. PBB merekomendasikan untuk menggunakan
sistem kode angka yang disajikan dalam Standard Country or
Area Codes for Statistical Use. Penggunaan kode standar
untuk klasifikasi penduduk yang lahir di luar negeri menurut
negara tempat lahir akan meningkatkan kegunaan data
tersebut, Daftar negara terdiri dari nama-nama negara yang
disusun berdasarkan abjad. Terdiri dari 3 digit angka
digunakan untuk keperluan pengolahan statistik oleh
Statistics Divisions of the United Nations Secretariat yang
sudah ditentukan oleh International Organization for
Standarization (ISO). Sebagai contoh nama dan kode negara
menurut UN (2006) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.
Nama dan kode negara berdasarkan ISO
Nama Negara Kode Negara
(1) (2)
Afganistan 004
Bahrain 048
Bangladesh 050
Belgia 056
Denmark 208
Ethiopia 231
Indonesia 360
Kambodia 116
Kanada 124
Jepang 392
Samoa 882
Singapura 702
Amerika Serikat 840
Zimbabwe 716
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
20 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
Namun bila ditelusuri menurut perjalanan dari sensus
penduduk ke sensus penduduk berikutnya, Badan Pusat
Statistik belum mengikuti rekomendasi tersebut.
Pembentukan kode negara pada SP2010 dilakukan oleh
Subdit Pengembangan Standardisasi dan Klasifikasi Statistik
dan pada saat itu tidak mengikuti rekomendasi UN.
Menurut rekomendasi United Nation for Statistical
Development (UNSD), kode negara harus dibuat rinci untuk
mengidentifikasi seluruh negara/wilayah. Lebih lanjut UNSD
merekomendasikan agar pengelompokan negara hanya
dibuat saat pengolahan data, jadi tidak dikelompokkan dari
awal dengan kode yang sama. Nama negara harus dicatat
menurut batas terkini. Selain itu perlu kehati-hatian dalam
melakukan analisis terkair dengan kategori jawaban tidak
tahu yang terlalu besar, misalnya tidak tahu negara tempat
lahirnya.
Tabel 4 di bawah ini adalah kode negara yang
diterapkan pada SP2010 dimana dalam perjalanannya
ternyata masih ditemukan banyak kekurangan. Kode dibuat
untuk negara-negara tertentu dan kawasan (beberapa negara
yang berdekatan digabung dan dibuat menjadi 1 kode
kawasan). Pengkodean negara untuk pelaksanaan SP 2010
dibangun oleh Subdit Pengembangan Standardisasi dan
Klasifikasi Statistik. Nama negara disusun berdasarkan abjad
menurut kawasan.
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 21
Tabel 4.
Nama dan kode negara pada SP2010
Kawasan Negara Kode
(1) (2) (3)
Brunei Darussallam
Filipina
Kamboja
Laos
Malaysia
Myanmar
Singapura
Thailand
Timor Leste
Vietnam
China 0200 1
India / Pakistan / Bangladesh 0300 5
Jepang 0400 2
Korea Selatan 0500 6
Arab Saudi
Bahrain
Iran
Irak
Israel
Kuwait
Lebanon
Oman
Palestina
Qatar
Suriah
Uni Emirat Arab
Yaman
Yordania
Karibia 1100 6
Amerika Tengah 1200 3
Amerika Selatan 1300 0
Amerika Utara 1400 4
Afrika Timur 1500 1
Afrika Utara 1700 2
Afrika Tengah 1600 5
Afrika Selatan 1800 6
Afrika Barat 1900 3
Uni Eropa 2100 1
0100 4
Timur Tengah 0600 3
ASEAN tanpa
Indonesia
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
22 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
Kode kawasan di atas mengandung beberapa
kekurangan jika digunakan untuk keperluan analisis migrasi.
Sebagai contoh, negara-negara di ASEAN (tanpa Indonesia)
tidak diberi kode untuk masing-masing negara tetapi hanya
diberi satu kode yaitu Kawasan ASEAN tanpa Indonesia
dengan kode 0100 4. Hal ini mengakibatkan tidak
teridentifikasinya besaran arus migrasi masuk dari negara
tertentu, misalnya dari Malaysia, Singapura, atau Brunei
Darussalam, padahal negara-negara ini merupakan negara
tujuan dari Tenaga Kerja Indonesia. Demikian juga dengan
negara Arab Saudi, Uni Emirat Arab serta Qatar yang juga
merupakan negara-negara di Timur Tengah yang menjadi
tujuan utama TKI . Negara-negara tersbut diberi kode yang
sama sebagai Timur Tengah dengan kode 0600 3.
Kode negara/kawasan menggunakan 5 digit yang
merupakan 4 digit pertama adalah kode untuk negara/
kawasan, sedangkan digit ke 5 adalah merupakan kode cek
digit. Kode cek digit adalah hasil hitungan dengan rumus
tertentu, sehingga kode-kode suatu wilayah terjaga
kombinasinya untuk mengurangi kemungkinan salah tulis.
Kode cek digit ini harus ikut dicantumkan dalam isian
Tempat tinggal 5 tahun yang lalu Jumlah Persentase
(1) (2) (3)
ASEAN tanpa Indonesia 96.174 59,87
Timur Tengah 26.952 16,78
China, Jepang, dan Korea Selatan 12.334 7,68
Australia 2.443 1,52
Amerika Serikat 3.064 1,91
Eropa 5.459 3,4
Lainnya 14.215 8,84
Total 160.641 100,00
Tabel 5.
Migran masuk risen internasional menurut tempat tinggal 5 tahun yang lalu tahun
2010
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 23
kuesioner. Dengan cek digit bisa diketahui bila ada kesalahan
kode saat validasi, akan cepat dikenali dan segera dibetulkan.
Dari kode yang tersedia tersebut, dalam
kenyataannya mengandung beberapa kelemahan:
a. Kode negara lahir, tempat tinggal 5 tahun yang lalu untuk
migran tidak unik karena tercampur dengan kode
kawasan, sehingga negaranya tidak diketahui.
b. Kode kawasan SP2010: dua digit didepannya tidak unik
karena tercampur dengan kode provinsi misalnya 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, dan 21 ini adalah kode provinsi
di Sumatera. Sebagai contoh: dari hasil exercise tabulasi
arus migrasi masuk risen internasional diketahui misalnya
di provinsi Aceh (kode 11) ada sebanyak 169 orang yang 5
tahun yang lalu tinggal di kawasan Karibia (kode 1100 6).
Padahal Karibia bukan merupakan tujuan pekerja migran
kita. Berikutnya, di Provinsi Sumatera Utara (kode 12) ada
sebanyak 445 orang yang 5 tahun yang lalu tinggal di
kawasan Amerika Tengah (kode 1200 3). Demikian juga di
Provinsi Jambi (kode 15) ada 269 orang yang 5 tahun yang
lalu tinggal di kawasan Afrika Timur (kode 1500 1) dan di
provinsi Sumatera Selatan (kode 16) terdapat 1.224 orang
yang 5 tahun yang lalu tinggal di kawasan Afrika Tengah
(kode 1600 5). Dari tabulasi terlihat adanya kesalahan
yang sistematis tercampurnya kode kawasan dengan
kode provinsi di Indonesia. Bahwasanya orang-orang ini
bukanlah migran masuk internasional, karena sebenarnya
mereka tidak pernah tinggal di luar negeri.
c. Negara-negara yang favorit tujuan migran atau TKI harus
diberi koding tersendiri, tidak digabung dengan koding
kawasan.
Seiring berjalannya waktu dan adanya kebutuhan
untuk memetakan atau melihat arus pekerja migran di
kalangan negara ASEAN, maka negara-negara di ASEAN harus diberikan kode tersendiri agar lebih mudah melakukan
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
24 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
pemetaan arus migrasi, terutama terkait dengan kebutuhan
pemetaan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). MEA adalah
komitmen dari negara-negara ASEAN dalam menyepakati
suatu sistem perdagangan bebas di ASEAN termasuk salah
satunya adalah persaingan dari pekerja-pekerja lain
utamanya pekerja dengan keahlian khusus di Asia Tenggara.
Oleh karena itu, negara-negara di Asia Tenggara harus
diberikan kode negara tersendiri.
Menyikapi hal tersebut, Subdit Mobilitas Penduduk
dan Tenaga Kerja melakukan perbaikan kode untuk negara.
Perbaikan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Kode negara diubah tidak 5 digit tapi 4 digit, dan dua digit
pertama kode negara dipakai kode 40 agar unik. Kode 40
ini belum terpakai oleh kode di provinsi lain.
b. Negara tujuan migran yang tidak favorit tetap digabung
menjadi kode kawasan.
c. Negara tujuan utama migran diberi kode tersendiri
(seperti: Singapura, Malaysia, Saudi Arabia, dsb.)
d. Khusus negara-negara ASEAN diberi kode tersendiri
untuk pemetaan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN).
Perbaikan kode negara ini mulai diterapkan dalam
Susenas Maret 2015 dan SUPAS 2015.Penyusunan negara
dalam buku kode dilakukan secara alfabet agar memudahkan
editor mencari kodenya.
Berikut adalah contoh perbaikan kode yang
dilakukan:
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 25
Penyusunan negara dalam buku kode dilakukan
secara alfabet agar memudahkan editor mencari kodenya.
Ada juga yang mengusulkan memakai kode negara
berdasarkan kode telepon internasional untuk masing-
masing negara. Di dalam daftar country codes tersebut
memang disusun alfabet sekitar 240 negara, namun kode
Tabel 6.
Nama negara dan perbaikan kode negara pada SUPAS 2015
Kawasan Negara Kode SP2010 Kode Perbaikan
(1) (2) (3) (4)
Brunei Darussallam 4007
Filipina 4008
Kamboja 4009
Laos 4010
Malaysia 4011
Myanmar 4012
Singapura 4013
Thailand 4014
Timor Leste 4015
Vietnam 4016
China 0200 1 4001
India / Pakistan / Bangladesh 0300 5 4003 / 4027 / 4027
Jepang 0400 2 4004
Korea Selatan 0500 6 4005
Arab Saudi 4017
Bahrain 4018
Iran 4026
Irak 4026
Israel 4026
Kuwait 4019
Lebanon 4026
Oman 4020
Palestina 4026
Qatar 4021
Suriah 4022
Uni Emirat Arab 4023
Yaman 4024
Yordania 4025
0600 3
ASEAN tanpa
Indonesia 0100 4
Timur
Tengah
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
26 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
yang disusun mempunyai jumlah digit yang berbeda-beda,
ada yang 1 digit, 2 digit, 3 digit, 4 digit, bahkan ada dua negara
yang berbeda namun mempunyai kode yang sama, dengan
alasan yang sukar dijelaskan. Sebagai contoh:
Melihat jumlah digit yang berbeda-beda untuk kode negara,
mungkin akan menyulitkan didalam rancangan kuesioner dan
pengisian kode oleh petugas, karena selama ini koding jumlah
digitnya adalah seragam. Dari UN sendiri tidak ada keharusan
untuk menggunakan kode telepon internasional tersebut.
Dalam praktiknya, kode telepon internasional untuk migrasi
kelihatannya sulit diterapkan untuk keperluan survei atau
sensus mendatang. Ada baiknya, Subdit Pengembangan
Standarisasi dan Klasifikasi Statistik sebagai subdit yang
bertanggung jawab pada penyusunan kode yang
terstandarisasi agar dapat mempertimbangkan hal ini.
Satu masukan lagi terkait kode negara adalah dalam
merancang kuesioner juga diharapkan memudahkan petugas
Tabel 7.
Nama negara dan kode telepon
Negara Kode
(1) (2)
Afghanistan 93
Algeria 213
American Samoa 1-684
Argentina 54
Australia 61
Austria 43
Bahamas 1-242
Bulgaria 359
Kanada 1
Indonesia 62
Filipina 63
Qatar 974
Russia 7
Amerika Serikat 1
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 27
untuk memahami maksud pengisian dan memudahkan editor
untuk menuliskan kode. Dalam pengisian kode negara yang
lama ada perintah (di buku pedoman untuk Editor baik dalam
SP2010 dan SUPAS 2015), bila seseorang dilahirkan atau
bertempat tinggal sebelumnya atau bertempat tinggal 5
tahun yang lalu di luar negeri, tuliskan kode negara tersebut 2
digit pada baris provinsi/negara dan 2 digit pada baris
kabupaten/ kota (kode negara ada 4 digit). Perintah ini dapat
membingungkan editor, sehingga disarankan untuk merubah
instruksi dan pengisian kotak jawaban yang terpisah untuk
negara, sebagai berikut:
Kuesioner SUPAS 2015 (contoh untuk tempat lahir):
Saran perbaikannya adalah sebagai berikut:
Dimanakah tempat lahir (NAMA)?
Tempat lahir adalah tempat tinggal ibu responden pada saat melahirkan responden.
Jika lahir di Indonesia tuliskan nama provinsi dan kabupaten/kota, jika lahir di negara lain tuliskan nama negara saja.
Batas wilayah administrasi yang digunakan adalah batas wilayah administrasi yang terbaru.
Kode diisi oleh KORTIM.
Lahir di Indonesia Kode Provinsi: ................................... Kab/Kota: ................................... Lahir di Luar Negeri Negara: .................................
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
28 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
4.2 SURVEI PENDUDUK ANTAR SENSUS 2015
4.2.1 Migrasi Masuk
Dari data SUPAS 2015 akan diulas hasil penghitungan
migrasi internasional baik yang masuk, keluar maupun net
migrasi internasional. Selain melihat stok imigran, migrasi
masuk di sini akan dilihat dalam 3 jenis migrasi yang dihasilkan
dari SUPAS 2015 yang umumnya digunakan oleh BPS, yaitu
migrasi seumur hidup, migrasi risen, dan migrasi total. Seperti
dijelaskan di awal, untuk setiap jenis migrasi kita cukup
mengamati perbedaan dua tempat tinggal.
WNI WNA Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Absolut 165.078 15.477 180.555 255.182.144
Persentase 91,43 8,57 0,07 100,00
Tabel 8.
Migran masuk internasional seumur hidup menurut kewarganegaraan tahun
2015
JumlahStatus kewarganegaraan
Penduduk 0+
WNI WNA Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Absolut 345.230 7.990 353.220 232.403.133
Persentase 97,74 2,26 0,15 100,00
Tabel 9.
Migran masuk internasional risen menurut kewarganegaraan tahun 2015
JumlahStatus kewarganegaraan
Penduduk 5+
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 29
Dari Tabel 8, stok migran masuk internasional adalah
sebesar 180.555 orang. Stok migran yang berkewarga-
negaraan asing sebesar 15.477 orang. Sementara, stok dari
migran kembali akan dibahas pada bagian tersendiri.
Sebagian tabel-tabel migrasi yang direkomendasikan UN dari
data SUPAS 2015 dapat dilihat pada Tabel Lampiran. Tabel
yang tidak dapat dipenuhi tidak disajikan, namun ada tabel-
tabel tambahan yang disajikan pada Lampiran.
Ada perbedaan pola migrasi data SUPAS 2015
dibandingkan data SP2010 yaitu migrasi internasional masuk
risen yang jauh lebih besar dari migrasi internasional masuk
seumur hidup dimana secara absolut nilainya dua kali lipatnya
(353.220 berbanding 180.555 orang). Persentase migran
masuk seumur hidup internasional sebesar 0,07 persen atau
rate migrasi 0,7 migran per 1.000 penduduk, sementara
persentase migran masuk internasional risen sebesar 0,15
persen atau rate migrasi 1,5 migran per 1.000 penduduk. Ini
menandakan bahwa mobilitas permanen antar negara akhir-
akhir ini menjadi lebih tinggi. Besaran dan rate migrasi total
adalah paling tinggi daripada kedua jenis migrasi seumur
hidup dan risen. Hal ini dapat dimengerti karena migran
seumur hidup akan tercatat juga sebagai bagian dari migran
total. Ada sebanyak 1 juta orang lebih migran masuk total
internasional (0,4 persen atau 4 migran per 1.000 penduduk).
WNI WNA Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Absolut 997.131 14.058 1.011.189 255.182.144
Persentase 98,61 1,39 0,4 100,00
Tabel 10.
Migran masuk internasional total menurut kewarganegaraan tahun 2015
JumlahStatus kewarganegaraan
Penduduk 0+
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
30 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
Namun bila dilihat dari komposisi kewarga-
negaraannya pola antara WNI dengan WNA serupa dengan
kondisi SP2010, yaitu kewarganegaraan asing proporsinya
lebih besar pada status migran seumur hidup dibanding
migran risen. Penjelasannya adalah sama yaitu pada migran
risen maupun total internasional, proporsi Warga Negara
Indoneisa lebih didominasi oleh para migran Indonesia yang
bekerja di Luar Negeri. Komposisi WNA pada jenis migrasi
seumur hidup hampir empat kali lipat daripada jenis migrasi
risennya bahkan 6 kali lipat dari migrasi total. Berdasarkan
karakteristik umurnya, migran risen maupun total
internasional yang masuk Indonesia merupakan usia kerja
yaitu mayoritas berumur 20 sampai 49 tahun (Lampiran 22
dan 27) sementara komposisi migran internasional seumur
hidup didominasi oleh mereka yang berusia lebih muda
(Lampiran 17). Lebih dari 90 persen migran masuk risen
maupun total internasional berpendidikan SMA ke bawah
(Lampiran 22 dan 27).
Jika dilihat perbedaan arus migrasi masuk
internasional dari ketiga jenis migrasi ini, maka arus migrasi
masuk risen dan total berasal dari negara-negara yang
menjadi tujuan Tenaga Kerja Indonesia seperti Malaysia, Arab
Saudi, Taiwan, Hongkong, Singapura, Brunai Darussalam,
dan Emirat Arab. Sementara, untuk jenis migrasi masuk
internasional seumur hidup selain dari Malaysia (40,30
persen), Timor Leste (37,40 persen), Arab Saudi (4,68 persen)
ada juga yang berasal dari Australia, Amerika Serikat, Jepang,
Filipina dan negara-negara lainnya. Khusus migran
internasional asal Timor Leste kemungkinan adalah mereka
warga Timor Timur dulunya yang memilih pindah dan tinggal
di wilayah NKRI saat referendum kemerdekaan Timor Leste.
Pengaruh referendum ini juga terlihat pada besarnya migran
total masuk internasional dimana migran asal Timor Leste ini
cukup besar (8,42 persen). Untuk lebih jelasnya kita lihat
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 31
persebaran migrasi masuk ke Indonesia yang dijelaskan pada
uraian selanjutnya.
4.2.2 Persebaran Migrasi Masuk ke Indonesia
Tidak seperti status migran risen dan migran total
dimana Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah
migran terbanyak, pada kasus migran seumur hidup, Tabel 11
menunjukkan bahwa Provinsi NTT menjadi provinsi dengan
jumlah migran terbanyak se-Indonesia, yaitu lebih dari 70.000
penduduknya lahir di luar negeri. Dari seluruh penduduk
Indonesia yang lahir di luar negeri, 40 persen diantaranya
tinggal di Provinsi NTT. Persentase tersebut bisa dikatakan
sangat besar dalam menyumbang angka migran seumur
hidup masuk ke Indonesia. Apakah fenomena tersebut
disebabkan oleh kejadian referendum kemerdekaan yang
diadakan di Timor Leste pada 30 Agustus 1999 yang
menyebabkan lepasnya Timor Leste dari Indonesia? Hal
tesebut kemungkinan adalah penyebabnya sehingga banyak
dari penduduk Provinsi NTT yang sebelumnya warga Timor
Timur dan memilih untuk tetap tinggal di wilayah NKRI. Untuk
mengetahui 180.555 migran seumur hidup internasional, kita
perlu mengetahui asal negara dari para migran tersebut.
Sementara rate migran masuk internasional seumur hidup
adalah (180.555/255.182.144) * 1000 = 0,708. Bisa dikatakan
rate migrasi internasional masuk adalah 0,71 migran per 1000
penduduk atau 71 migran per 100.000 penduduk.
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
32 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
Indonesia Luar Negeri Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 208.818 997 209.815 4.783.570 4.993.385
Sumatera Utara 516.447 3.396 519.843 13.403.419 13.923.262
Sumatera Barat 356.123 2.000 358.123 4.832.454 5.190.577
Riau 1.880.203 876 1.881.079 4.449.862 6.330.941
Jambi 710.250 178 710.428 2.686.736 3.397.164
Sumatera Selatan 965.465 595 966.060 7.076.982 8.043.042
Bengkulu 337.003 38 337.041 1.535.095 1.872.136
Lampung 1.361.580 807 1.362.387 6.747.214 8.109.601
Kepulauan Bangka Belitung 192.552 177 192.729 1.177.602 1.370.331
Kepulauan Riau 878.773 2.262 881.035 1.087.278 1.968.313
DKI Jakarta 3.636.249 11.079 3.647.328 6.506.806 10.154.134
Jawa Barat 4.953.641 7.900 4.961.541 41.706.673 46.668.214
Jawa Tengah 1.010.837 4.778 1.015.615 32.737.408 33.753.023
DI Yogyakarta 567.031 4.917 571.948 3.103.820 3.675.768
Jawa Timur 913.816 10.336 924.152 37.903.909 38.828.061
Banten 2.489.103 2.486 2.491.589 9.442.784 11.934.373
Bali 424.441 4.070 428.511 3.720.077 4.148.588
Nusa Tenggara Barat 117.347 4.481 121.828 4.708.290 4.830.118
Nusa Tenggara Timur 104.294 72.314 176.608 4.936.152 5.112.760
Kalimantan Barat 291.637 2.355 293.992 4.489.217 4.783.209
Kalimantan Tengah 526.792 681 527.473 1.962.705 2.490.178
Kalimantan Selatan 507.816 2.151 509.967 3.474.348 3.984.315
Kalimantan Timur 1.117.125 2.892 1.120.017 2.302.659 3.422.676
Kalimantan Utara 181.445 7.951 189.396 450.243 639.639
Sulawesi Utara 187.799 337 188.136 2.221.785 2.409.921
Sulawesi Tengah 464.029 1.585 465.614 2.407.243 2.872.857
Sulawesi Selatan 326.861 19.307 346.168 8.166.440 8.512.608
Sulawesi Tenggara 439.385 4.217 443.602 2.051.646 2.495.248
Gorontalo 64.365 83 64.448 1.067.222 1.131.670
Sulawesi Barat 172.293 2.990 175.283 1.104.711 1.279.994
Maluku 133.907 593 134.500 1.549.356 1.683.856
Maluku Utara 106.776 144 106.920 1.053.355 1.160.275
Papua Barat 271.930 221 272.151 596.668 868.819
Papua 490.295 1.361 491.656 2.651.432 3.143.088
Total 26.906.428 180.555 27.086.983 228.095.161 255.182.144
Provinsi
Tabel 11.
Penduduk menurut provinsi, status migrasi seumur hidup, dan tempat lahir, tahun 2015
Migran
TotalNonmigranTempat Lahir
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 33
Migrasi Masuk Risen
Berdasarkan Tabel 12, jumlah migran risen masuk ke
Indonesia tercatat sebanyak 353.220 jiwa. Jumlah ini hampir
dua kali lipat jumlah migran seumur hidup. Migran terbesar
terdapat di Jatim, NTB, Jabar, Jateng, Sulsel dan NTT.
Siapakah mereka? Bisa jadi mereka adalah expatriat yang
Indonesia Luar Negeri Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 35.984 4.632 40.616 4.431.028 4.471.644
Sumatera Utara 134.319 8.455 142.774 12.344.545 12.487.319
Sumatera Barat 134.511 4.315 138.826 4.526.115 4.664.941
Riau 214.159 1.191 215.350 5.446.307 5.661.657
Jambi 63.940 3.634 67.574 3.013.234 3.080.808
Sumatera Selatan 75.054 706 75.760 7.216.478 7.292.238
Bengkulu 37.888 686 38.574 1.661.604 1.700.178
Lampung 76.895 4.305 81.200 7.276.386 7.357.586
Kepulauan Bangka Belitung 32.326 91 32.417 1.209.582 1.241.999
Kepulauan Riau 186.898 2.600 189.498 1.562.456 1.751.954
DKI Jakarta 491.265 7.836 499.101 8.758.590 9.257.691
Jawa Barat 696.575 54.424 750.999 41.871.760 42.622.759
Jawa Tengah 472.472 45.631 518.103 30.504.082 31.022.185
DI Yogyakarta 202.517 5.740 208.257 3.207.342 3.415.599
Jawa Timur 237.089 78.454 315.543 35.658.333 35.973.876
Banten 318.904 5.568 324.472 10.467.134 10.791.606
Bali 135.901 3.948 139.849 3.672.317 3.812.166
Nusa Tenggara Barat 42.533 62.937 105.470 4.215.516 4.320.986
Nusa Tenggara Timur 52.167 13.956 66.123 4.471.434 4.537.557
Kalimantan Barat 30.006 7.353 37.359 4.281.762 4.319.121
Kalimantan Tengah 78.156 240 78.396 2.176.769 2.255.165
Kalimantan Selatan 84.399 2.222 86.621 3.507.516 3.594.137
Kalimantan Timur 118.513 1.492 120.005 2.997.523 3.117.528
Kalimantan Utara 31.617 3.074 34.691 537.195 571.886
Sulawesi Utara 33.180 379 33.559 2.175.821 2.209.380
Sulawesi Tengah 60.817 2.045 62.862 2.539.628 2.602.490
Sulawesi Selatan 118.139 18.291 136.430 7.596.764 7.733.194
Sulawesi Tenggara 54.099 3.424 57.523 2.159.609 2.217.132
Gorontalo 14.922 112 15.034 1.010.278 1.025.312
Sulawesi Barat 29.662 4.279 33.941 1.109.239 1.143.180
Maluku 24.810 507 25.317 1.479.577 1.504.894
Maluku Utara 20.138 35 20.173 1.011.396 1.031.569
Papua Barat 59.551 226 59.777 711.072 770.849
Papua 60.771 432 61.203 2.781.344 2.842.547
Total 4.460.177 353.220 4.813.397 227.589.736 232.403.133
Provinsi
Tabel 12.
Penduduk berumur 5 tahun ke atas menurut provinsi, status migrasi risen, dan tempat tinggal lima tahun yang
lalu, tahun 2015
Migran
Tempat Tinggal Lima Tahun yang Lalu Nonmigran Total
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
34 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
masuk ke Indonesia atau para TKI yang telah kembali ke
Indonesia. Untuk memastikan hal tersebut kita pisahkan
migran menurut kewarganegaraannya. Bila kita telusuri para
migran adalah TKI yang lima tahun yang lalu bekerja di luar
negeri dan pada saat pencacahan sudah kembali ke Indonesia.
Dengan jumlah migran 353.220 jiwa, maka angka migrasi
internasional masuk risen adalah sebesar
(353.220/232.403.133) * 1000 = 1,5 orang per 1.000 penduduk
atau 15 orang per 10.000 penduduk.
Tabel 13 menunjukkan bahwa lebih dari satu juta jiwa
penduduk Indonesia pernah merasakan tinggal di luar negeri.
Sejalan dengan migran risen, Provinsi Jawa Timur menjadi
lokasi dengan jumlah migran total tertinggi yaitu hampir
200.000 jiwa. Selanjutnya, diikuti oleh Provinsi NTB, Jawa
Tengah, Jawa Barat, dan NTT. Provinsi-provinsi tersebut
memang menjadi provinsi pengirim migran keluar negeri
(TKI) terbesar di Indonesia. Arus migrasi masuk dari luar
negeri juga ditampilkan pada tabel berikut. Arus ini juga akan
dilihat keterbandingannya dengan arus masuk berdasarkan
migrasi masuk internasional seumur hidup maupun risen,
apakah ada perbedaan atau tidak. Dari data yang dihasilkan,
maka ada 1.011.189 migran yang tempat tinggal terakhirnya
di luar negeri, sehingga menghasilkan angka migrasi
internasional masuk sebesar (1.011.189/255.182.144) * 1000
penduduk = 4 migran per 1000 penduduk.
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 35
Migrasi Masuk Total
Indonesia Luar Negeri Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 223.244 11.732 234.976 4.758.409 4.993.385
Sumatera Utara 633.896 16.535 650.431 13.272.831 13.923.262
Sumatera Barat 575.243 13.284 588.527 4.602.050 5.190.577
Riau 1.750.009 4.580 1.754.589 4.576.352 6.330.941
Jambi 684.297 8.579 692.876 2.704.288 3.397.164
Sumatera Selatan 970.777 3.516 974.293 7.068.749 8.043.042
Bengkulu 342.243 1.890 344.133 1.528.003 1.872.136
Lampung 1.255.688 10.358 1.266.046 6.843.555 8.109.601
Kepulauan Bangka Belitung 193.087 399 193.486 1.176.845 1.370.331
Kepulauan Riau 864.249 9.338 873.587 1.094.726 1.968.313
DKI Jakarta 3.444.039 24.699 3.468.738 6.685.396 10.154.134
Jawa Barat 4.972.105 128.159 5.100.264 41.567.950 46.668.214
Jawa Tengah 2.008.239 132.579 2.140.818 31.612.205 33.753.023
DI Yogyakarta 675.178 19.661 694.839 2.980.929 3.675.768
Jawa Timur 1.161.604 199.288 1.360.892 37.467.169 38.828.061
Banten 2.401.804 11.679 2.413.483 9.520.890 11.934.373
Bali 429.176 10.959 440.135 3.708.453 4.148.588
Nusa Tenggara Barat 172.029 139.138 311.167 4.518.951 4.830.118
Nusa Tenggara Timur 175.085 113.377 288.462 4.824.298 5.112.760
Kalimantan Barat 284.936 21.173 306.109 4.477.100 4.783.209
Kalimantan Tengah 519.222 679 519.901 1.970.277 2.490.178
Kalimantan Selatan 503.975 7.540 511.515 3.472.800 3.984.315
Kalimantan Timur 1.049.305 6.068 1.055.373 2.367.303 3.422.676
Kalimantan Utara 165.553 21.695 187.248 452.391 639.639
Sulawesi Utara 203.947 1.645 205.592 2.204.329 2.409.921
Sulawesi Tengah 469.291 5.198 474.489 2.398.368 2.872.857
Sulawesi Selatan 432.694 61.533 494.227 8.018.381 8.512.608
Sulawesi Tenggara 457.195 10.915 468.110 2.027.138 2.495.248
Gorontalo 72.514 387 72.901 1.058.769 1.131.670
Sulawesi Barat 186.398 10.821 197.219 1.082.775 1.279.994
Maluku 146.288 1.320 147.608 1.536.248 1.683.856
Maluku Utara 120.620 143 120.763 1.039.512 1.160.275
Papua Barat 264.665 279 264.944 603.875 868.819
Papua 465.368 2.043 467.411 2.675.677 3.143.088
Total 28.273.963 1.011.189 29.285.152 225.896.992 255.182.144
Tabel 13.
Jumlah migran dan nonmigran total menurut provinsi, status migran, dan tempat tinggal terakhir, tahun 2015
ProvinsiMigran
Nonmigran TotalTempat Tinggal Terakhir
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
36 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
4.2.3 Migrasi Keluar Internasional selama 1 Januari 2010
sampai dengan 31 Mei 2015
Latar Belakang Memasukkan Pertanyaan Migrasi Keluar
Internasional di SUPAS 2015
a. Belum adanya data tentang migrasi keluar dari
sensus/survei. Migrasi internasional yang senantiasa
dicakup dalam sensus penduduk atau survei
kependudukan adalah migrasi masuk internasional,
dimana menjaring besarnya imigran yang masuk
Indonesia. Data imigran yang didapat juga dapat
disediakan secara rinci menurut umur dan jenis kelamin.
Pada awalnya belum ada referensi yang dapat dipakai
menjadi acuan bagaimana cara menangkap migran
keluar internasional atau emigran. Seiring berjalannya
waktu, maka pihak UN juga akhirnya memberikan
tuntunan pertanyaan apa yang dapat dipakai untuk
menjaring emigran melalui sensus penduduk dimana
panduan ini juga akhirnya banyak dipakai oleh negara-
negara lain untuk mengaplikasikannya. Meskipun ada
kelemahan dalam mengumpulkan data emigran melalui
sensus penduduk, namun cara ini tetap dipakai oleh
negara-negara yang data emigrannya masih belum
banyak tersedia. Salah satunya adalah Indonesia yang
juga berupaya menangkap besarnya emigran mulai
SUPAS 2015.
b. Minimnya data migran keluar internasional yang detail
menurut jenis kelamin dan kelompok umur. Data emigran
yang didapat melalui sensus penduduk atau survei
kependudukan dapat disajikan secara rinci. Dalam
pertanyaannya memasukkan juga karakteristik dari
emigran diantaranya umur dan jenis kelamin.
Karakteristik lain yang ditanyakan adalah pendidikan dan
status pekerjaannya.
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 37
c. Adanya tuntutan data mengenai besarnya angka net
migrasi internasional untuk proyeksi penduduk
Indonesia. Karena dalam migrasi internasional kita sudah
mendapatkan data migran masuk internasional dan
migran keluar internasional, maka hal ini memungkinkan
dilakukan penghitungan angka net migran internasional.
Salah satu kepentingannya adalah sebagai input migrasi
internasional untuk keperluan penyusunan proyeksi
penduduk Indonesia.
d. Sebagai pembanding data migrasi keluar internasional
dari K/L lain. Dari data sekunder K/L lain kita
mendapatkan jumlah migran masuk dan keluar
Indonesia, namun keterbandingannya dengan hasil
Sensus Penduduk/Survei kita belum ada, sehingga perlu
tersedia sebagai pembandingnya.
Evaluasi terhadap Pertanyaan Migrasi Keluar
Internasional
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, SUPAS 2015
menangkap kejadian migrasi internasional keluar melalui 2
pendekatan pertanyaan yaitu untuk mantan ART dan ART.
Kejadian migrasi internasional keluar dari mantan ART
memberikan informasi banyaknya penduduk yang sekarang
tinggal dan menetap di luar negeri sedangkan pertanyaan
kepada ART memberikan informasi banyaknya penduduk
yang pernah tinggal di luar negeri. Pada saat penyusunan
pertanyaan migrasi internasional keluar ini belum ada
referensi atau panduan yang jelas dan pasti bagaimana
menangkap migran keluar internasional.
Bagaimana dengan negara lain? Apakah negara lain
pernah melakukan hal serupa? Ternyata di negara Singapura,
informasi mengenai migrasi ke luar negeri pernah dicakup
dalam sensus penduduk Singapura tahun 2010. Pertanyaan
ditujukan hanya untuk mantan anggota rumah tangga yang
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
38 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
saat pendataan sedang bekerja/sekolah di luar negeri,
termasuk yang tidak bekerja/sekolah, tetapi sedang menetap
atau akan menetap paling tidak setahun di luar negeri.
Di negara Myanmar, melalui Labour Force, Child
Labour And School To Work Transition Survey 2015, dihimpun
informasi tentang migrasi internasional keluar.
Pertanyaannya sebagai berikut :
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
Kajian Migrasi Internasional Indonesia 39
Selain Singapura dan Myanmar, Kamboja juga
memuat pertanyaan terkait dengan migrasi internasional
keluar dalam Sensus Penduduk Kamboja tahun 2008.
Pertanyaan tersebut dimuat dalam bagian 1.3 pada kolom (7)
dan (8).
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan terkait migrasi
internasional yang terdapat di tiga negara di atas, kita dapat
melihat bahwa ada perbedaan yang sangat mendasar.
Perbedaan tersebut adalah pendekatan yang dilakukan untuk
menangkap kejadian migrasi keluar internasional. Ketiga
negara tersebut hanya menanyakan kejadian migrasi untuk
seseorang yang absen/tidak berada di tempat pada saat
pencacahan dilakukan atau dalam bahasa SUPAS 2015
dikenal dengan sebutan mantan ART. Sementara itu, pada
SUPAS 2015, pertanyaan tidak hanya ditujukan untuk mantan
ART saja, tetapi juga untuk seseorang yang sudah kembali
dari luar negeri atau ART. Perbedaan tersebut tentunya
menjadi pertanyaan kita bersama, pendekatan yang mana
yang terbaik untuk melihat fenomena kejadian migrasi keluar
internasional. Pada SUPAS 2015, pendekatan pertanyaan
untuk ART tetap dimasukkan ke dalam kuesioner karena
keinginan untuk mendapatkan/memotret seluruh kejadian
migrasi keluar internasional, yaitu baik mereka yang berada di
luar negeri maupun mereka yang pernah berada di luar negeri.
http
s://w
ww.b
ps.g
o.id
40 Kajian Migrasi Internasional Indonesia
Karena negara lain hanya menangkap anggota
rumah tangga yang absen saat sensus atau survei, sementara
anggota rumah tangga yang pernah tinggal di luar negeri dan
saat pencacahan sudah kembali ke negara asal tidak
ditangkap sebagai migran keluar internasional. Hal ini bisa
jadi benar, karena anggota rumah tangga yang sudah kembali
lebih ditangkap s