Upload
nuralifbahmid
View
257
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
TOLSIKOLOGI VETERINER
Merkuri (Hg), Toksikologi Lingkungan
OLEH :
NUR ALIF BAHMID
O11111266
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Alla SWT. Karena
dengan izin dan ridho-Nya, makalah ini dapat penyusun rampungkan. Sholawat
dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
yang telah membawa kedamaian dan rahmat bagi semesta alam.
Makalah Merkuri (Hg), Toksikologi Lingkungan ini disusun untuk
memenuhi tugas mandiri dari mata Kuliah Toksikologi Veteriner. Dan
terimakasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami berharap makalah ini sedikit banyaknya memberikan manfaat
khususnya bagi penyusun sendiri umumnya bagi semuanya. Akhirnya kepada
Allah jua kami memohon ampun, kalau sampai terjadi kesalahan dan kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Besar harapan kami atas masukan guna
perbaikan isi materi dari makalah ini. Semoga apa yang kami susun bermanfaat.
Aamiin ya Robal’alamin.
Makassar, Mei 2014
Peny
usun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Merkuri (Hg)...................................................................................................3
B. Cara Merkuri Mencemari Lingkungan............................................................4
C. Cara Merkuri Masuk ke Dalam Tubuh Manusia.............................................6
D. Cara Mendeteksi Merkuri................................................................................11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengaruh bahan-
bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup dan cara kerja racun.
Sehingga terjadi respon-respon antara unsur-unsur tersebut dengan sistem
biologi yang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem biologi tersebut.
Salah satunya adalah unsur logam berat, yang merupakan unsur yang
mempunyai densitas lebih dari 5 gr/cm3. Diantara semua unsur logam berat,
Hg atau merkuri memiliki densitas sekitar 13,55. Merkuri atau Hg merupakan
logam berat yang sangat beracun diantara semua logam bert lainnya. Yang
kemudian diikuti oleh logam berat lain yaitu Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn.
Bahan Berbahaya dan Beracun atau B3 merupakan setiap bahan yang
karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. B# dapat berupa
bahan biologis atau zat kimia. Zat kimia B3 dapat berupa senyawa logam
(anorganik) atau senyawa organik. Disini merkuri merupakan B3 logam.
Merkuri dapat berasal dari alam, industri, maupun dari transportasi. Secara
alami merkuri dapat berasal dari gas gunung berapi dan penguapan dari air
laut. Sedangkan industri yang menghasilkan limbah merkuri antara lain
industri pengecoran logam dan semua industri yang menggunakan merkuri
sebagai bahan baku maupun bahan penolong. Macam-macam industrinya
antara lain, industri klor alkali, peralatan listrik, cat, termometer, tensimeter,
industri pertanian dan pabrik detonator. Selain itu, sumber pencemaran
merkuri juga dapat berasal dari tempat praktek dokter gigi yang menggunakan
amalgam sebagai bahan penambal gigi. Hasil pembakaran bahan bakar fosil
juga merupakan sumber merkuri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa merkuri (Hg) itu?
2. Bagaimana merkuri (Hg) dapat mencemari lingkungan?
3. Bagaimana merkuri (Hg) dapat masuk ke dalam tubuh manusia?
4. Bagaimana cara mendeteksi merkuri (Hg) tersebut?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dan hal-hal tentang merkuri (Hg)
2. Mengetahui cara merkuri (Hg) dapat mencemari lingkungan
3. Mengetahui cara merkuri (Hg) masuk ke dalam tubuh
4. Mengetahui cara mendeteksi merkuri (Hg)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Merkuri (Hg)
Merkuri (Hg) adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di
alam dan tersebar dalam batu – batuan, biji tambang, tanah, air dan udara
sebagai senyawa anorganik dan organik. Secara alami merkuri dapat berasal
dari gas gunung berapi dan penguapan dari air laut.
Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA= 80) serta
memiliki massa molekul relatif (MR= 200,59). Bentuk fisik dan kimianya
sangat menguntungkan karena merupakan satu-satunya logam yang berbentuk
cair dalam suhu kamar (25oC), titik bekunya paling rendah (-39oC),
mempunyai kecenderungan untuk menguap lebih besar, mudah tercampur
dengan logam-logam lainnya dan menghasilkan logam campuran
(Amalgam/Alloi), juga dapat mengalirkan arus listrik sebagai konduktor baik
tegangan arus listrik tinggi maupun tegangan arus listrik rendah.
Merkuri merupakan logam berat urutan pertama dalam sifat racunnya.
Metil merkuri merupakan bentuk dari merkuri yang penting yang bermanfaat
bagi manusia. Industri yang berperan dalam pencemaran merkuri ke
lingkungan adalah pabrik tinta, kertas, kimia, kosmetik, farmasi dan tekstil.
Merkuri memiliki efek toksisitas pada susunan saraf pusat dan ginjal.
Merkuri (Hg) atau air raksa sering diasosiasikan sebagai polutan bagi
lingkungan. Setiap tahun berton-ton merkuri dilepaskan ke atmosfir karena
pemakaiannya yang luas baik di industri, pertanian, kedokteran gigi, rumah
sakit, laboratorium penelitan. Kontributor yang signifikan adalah pembakaran
batu-bara pada pembangkit listrik yang juga menghasilkan polutan merkuri.
Sifat yang dimiliki oleh logam mercuri antara lain :
- Berujud cair
- Merupakan logam yang paling mudah menguap dibanding logam lain
- Logam yang paling baik untuk mengantar daya listrik
- Dapat melarutkan bermacam-macam logam kecuali besi,nikel dan
kadmium,kobalt,platinum
- Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua mahluk hidup baik
dalam bentuk tunggal (logam) maupun senyawanya
Berbagai jenis senyawa merkuri.(Sumber : National Institute of Minamata Disease, NIMD - Jepang)
B. Cara Merkuri Mencemari Lingkungan
Diketahui hasil dari epidemiologi bahwa keracunan metil dan etil merkuri
sebagian besar dikarenakan oleh konsumsi ikan yang diperoleh dari daerah
tercemar atau makanan yang berbahan baku tumbuhan tang disemprot dengan
pestisida jenis fungisida alkil merkuri. Pada tahun 1953-1965 di teluk
Minamata, Kyushu, Jepang dilaporkan adanya keracunan merkuri sehingga
menyebabkan beberapa malformasi pada janin yang dikandung. Pada tahun
1959 ditemukan bahwa penyebab keracunan tersebut adalah berasal dari
limbah Chisso Corporation yang mengandung metil merkuri yang dibuang ke
perairan. Kemudian pada tahun 1967 terjadi pencemaran merkuri di sungai
Agano, Nigata. Di Irak pun terjadi keracunan alkil merkuri akibat
mengkonsumsi gandum yang disemprot dengan alkil merkuri sehingga
menyebabkan 500 orang meninggal dunia dan 6000 orang memerlukan
perawatan di rumah sakit. Penelitian Eto (1999), telah menyimpulkan bahwa
efek keracunan merkuri tergantung dari kepekaan individu dan faktor genetik.
Individu yang peka tehadap merkuri antara lain adalah janin, bayi, anak-anak
dan orang tua.
Merkuri atau Hg dapat berasal dari alam, industri, maupun hasil
pembakaran dari transportasi. Di alam merkuri dapat ditemukan pada gas
gunung berapi dan penguapan dari air laut. Macam-macam industrinya antara
lain, industri klor alkali, peralatan listrik, cat, industri pengecoran logam,
termometer, tensimeter, industri pertanian, pabrik detonator dan semua indutri
yang menggunakan merkuri sebagai bahan baku utama atau bahan penolong.
Selain itu, sumber pencemaran merkuri juga dapat berasal dari tempat praktek
dokter gigi yang menggunakan amalgam sebagai bahan penambal gigi. Hasil
pembakaran bahan bakar fosil juga merupakan sumber merkuri.
Mekanisme kerja suatu bahan kimia terhadap suatu organ sasaran pada
umumnya melewati suatu rantai reaksi yang dapat dibedakan menjadi 3 fase
utama, yaitu fase eksposisi, fase toksokinetik dan fase toksodinamik. Fase
eksposisi adalah ketersediaan biologis suatu polutan di lingkungan dan hal ini
erat kaitannya dengan perubahan sifat-sifat fisikomikianya. Selama fase
eksposisi, zat beracun dapat diubah melalui berbagai reaksi kimia atau fisika
menjadi senyawa yang lebih toksik atau lebih kurang toksik. Jalur
intoksikasinya lewat oral, saluran pernafasan dan kulit. Polutan pada fase
eksposisi di lingkungan industri memiliki sifat fisik berupa padatan, larutan
dan gas. Paparan di industri terbanyak melalui inhalasi, karena bahan kimia
pencemar berada di udara ambien sebagai airbone toxicant, yaitu gas, uap,
debu, fume, kabut dan asap. Fase toksokinetik merupakan fase dimana
sebagian dari jumlah zat yang diabsorbsi mencapai organ target suatu zat
toksik di dalam tubuh organisme. Prosesnya dibedakan dengan menjadi,
absorbsi dan distribusi (invasi), biotransformasi, akumulasi dan ekskresi. Fase
toksodinamik merupakan suatu fase dari hasil interaksi dari sejumlah proses
yang sangat rumit dan kompleks.
Sudah ada sejak orang mengenal ikan dan memakannya (ikan, udang,
tiram) yang sudah tercemar dgn merkuri.
- Merkuri bersifat racun bagi tubuh bila berlangsung lama dan dapat
bersifat akumulasi.
- Contoh, Kasus penyakit Minamata dijepang disebabkan oleh keracunan
senyawa merkuri ini dimulai dari pembuangan metil merkuri yang
mencemari air laut dan termakan oleh ikan dan biota laut lainnya. Akibat
sering menyantap ikan sehingga terjadi akumulasi logam dan
menyebabkan terjadinya keracunan
- Wanita hamil yang terpapar dapat memberikan kerusakan otak bayi dan
melahirkan bayi cacat bawaan
- Pengaruh utama yg ditimbulkan oleh merkuri ad / menghalangi kerja
enzim dan merusak kerja dinding sel
- Chemical pneumonia ad keracunan akut karena terjadi melalui inhalasi
uap merkuri dan menyebabkan iritasi paru dan edema paru
- Bersifat menahun, terjadi gangguan pada sistem syaraf dgn segala
kelainannya dan kerusakan ginjal bila dlm harga air seni melebihi 50mg/1
- Kadar Maksimum konsentrasi yang diijinkan
- Harga merkuri yang diperkenankan dalam darah sebaiknya tidak melebihi
3,0 μg/100cc atau air seni dgn harga 50 μg / 1
- Pekerja yang terpapar merkuri sebaiknya diadakan pemeriksaan sebelum
kerja (pre employment medical examination)
- Sebaiknya karyawan yang sudah mengalami gangguan kulit, peradangan
pada mulut, saraf (tremor) a / kelainan ginjal sebaiknya perlu dilakukan
pengawasan
C. Cara Merkuri Masuk ke Dalam Tubuh Manusia
Bentuk racun dari merkuri yang masuk pada tubuh manusia adalah metil
merkuri (CH 3 Hg + dan CH 3 -Hg-CH 3 ) dan garam organik, mercuric khlor
(HgCl 2 ). Metil merkuri dapat dibentuk oleh bakteri pada sedimen dan air
yang bersifat asam. Elemen merkuri memiliki waktu tinggal yang relatif
pendek pada tubuh manusia tetapi senyawa metil merkuri terakumulasi di
dalam tubuh 10 kali lebih lama. Metil merkuri terakumulasi pada rantai
makanan, misal merkuri bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan
mengkonsumsi ikan yang hidup di perairan yang telah tercemar merkuri.
Merkuri juga dapat dilepaskan ke atmosfer melalui berbagai kegiatan manusia,
terutama dari pembakaran sampah rumah tangga, limbah industri, dan
pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara. Asap yang mengandung
merkuri dapat ditransportasikan melalui udara dan mengendap di daratan
maupun air. Asap merkuri dapat dihisap melalui pernapasan.
Merkuri yang masuk lewat kulit, biasanya merkuri yang terkandung dalam
kosmetik yang dipakai. Merkuri yang masuk melalui kulit, setelah diabsorbsi
di jaringan akan teroksidasi menjadi merkuri divalent (Hg 2 + ) yang dibantu
oleh enzim katalase. Pemakaian kosmetik yang mengandung merkuri dapat
mengakibatkan:
1. Memperlambat pertumbuhan janin
2. Keguguran dan mandul
3. Flek hitam pada kulit akan memucat, seakan pudar dan bila pemakaian
dihentikan, flek tersebut akan timbul kembali dan akan semakin bertambah
parah
4. Memberikan efek rebound atau respon berlawanan saat pemakaian
kosmetik tersebut dihentikan
5. Untuk wajah yang awalnya bersih, lama kelamaan akan timbul flek yang
sangat parah
6. Dapat menyebabkan kanker kulit
Merkuri yang masuk melalui pernapasan akan diabsorbsi melalui sel darah
merah, kemudian ditransformasikan menjadi merkuri divalent yang sebagian
akan menuju otak dan kemudian diakumulasikan di dalam jaringan. Senyawa
phenyl mercury (C6H5Hg+ dan C6H5-Hg-C6H5) bersifat racun moderat
dengan waktu tinggal yang pendek pada tubuh tetapi senyawa ini dapat
berubah bentuk menjadi merkuri organik dengan cepat pada lingkungan. Metil
merkuri 50 kali bersifat racun daripada merkuri organik. Dalam Peraturan
Menteri Kesehatan, kadar maksimum merkuri di dalam aor adalah 0,001 mg/l.
Toksikokinetik merkuri
1. Absorbsi
Dari beberapa data pada manusia maupun hewan menunjukan bahwa
metilmerkuri segera diserap melalui saluran cerna. Aberg et. al. (1969)
melaporkan bahwa dosis tunggal metilmerkuri nitrat pada manusia 95%
dapat diserap. Absorbsi yang efiesien dari metilmerkuri ini juga ditunjukan
dari penelitian lain yang menggunakan sukarelawan manusia yang
menerima dosis oral metilmerkuri terikat protein. Sampai 80% uap
senyawa metilmerkuri seperti uap metilmerkuri klorida dapat diserap
melalui pernafasan. Penyerapan metilmerkuri dapat juga melalui kulit
namun data kuantitatifnya tidak tersedia.
Garam merkuri klorida absorbsinya buruk pada saluran cerna, efek
serius dari merkuri klorida adalah gastroenteritis. Logam merkuri bila
tertelan tidak diserap oleh saluran cerna, namun uapnya lebih berbahaya
karena menyebabkan kerusakan paru-paru dan otak.
2. Distribusi
Dari segi toksisitas, konsentrasi dalam darah merupakan indikator
yang sesuai dari dosis yang diserap dan jumlah yang ada secara sistemik.
Metilmerkuri terikat pada hemoglobin, dan daya ikatnya yang tinggi pada
hemoglobin janin berakibat pada tingginya kadar merkuri pada darah uri
dibandingkan dengan darah ibunya. Dari analisis, konsentrasi total merkuri
termasuk bentuk merkuri anorganik, merkuri pada darah tali uri hampir
seluruhnya dalam bentuk termetilasi yang mudah masuk ke plasenta
Metilmerkuri sangat mudah melintas batas sawar darah-otak maupun
plasenta. Hal ini lebih disebabkan oleh sifat lifopilisitas yang tinggi dari
metilmerkuri.
Metilmerkuri sendiri mudah berdifusi melalui membran sel tanpa
perlu sistem transport tertentu. Kerena reaktifitasnya yang tinggi terhadap
gugus sulfhidril yang terdapat pada berbagai protein, maka jumlah
metilmerkuri bebas dalam cairan biologis menjadi sangat kecil. Suatu
transpor aktif pada sawar darah otak diperkirakan membawa metilmerkuri
masuk ke dalam otak. Dalam darah, logam yang sangat neurotoksik ini
terikat secara eksklusif pada protein dan sulfhidril berbobot molekul
rendah seperti sistein. Kompleks MeHg-sistein yang terbentuk beraksi
sebagai analog asam amino, mempunyai struktur mirip metionin, sehingga
dapat diangkut oleh pembawa Sistem-L untuk asam amino bebas untuk
melintas melalui sawar darah otak.
Asam amino yang penting pada rambut adalah sistein. Metilmerkuri
yang bereaksi dan terikat dengan gugus sulfhidril pada sistein kemudian
terserap dalam rambut, ketika pembentukan rambut pada folikel. Tetapi,
membutuhkan waktu paling tidak sebulan untuk dapat terdeteksi dalam
sampel potongan rambut pada pengguntingan mendekati kulit kepala.
Tergantung dari panjang rambut pada sampel, konsentrasi merkuri dapat
merefleksikan pemaparan merkuri dimasa lalu. Namun, karena waktu
paruh merkuri dalam tubuh kira-kira 1,5 – 2 bulan, sampel rambut dekat
kulit kepala merefleksikan pemaparan merkuri yang baru terjadi yang juga
terkait pada konsentrasi dalam darah pada saat ini.
Kadar merkuri dalam darah dan rambut merupakan biomarker
pencemaran merkuri. Hubungan kedua biomarker tersebut sangat
individual pada setiap orang maupun kelompok umur. Menurut US EPA
(2001), dalam kondisi tetap terpapar oleh merkuri, kadar dalam rambut
(mg/g) rata-rata 250 kali kadar dalam darah (mg/mL).
3. Metabolisme
Metilmerkuri dapat dimetabolisme menjadi merkuri anorganik oleh
hati dan ginjal. Metilmerkuri dimetabolisme sebagai bentuk Hg++.
Metilmerkuri yang ada dalam saluran cerna akan dikonversi menjadi
merkuri anorganik oleh flora usus.
4. Ekskresi
Metilmerkuri dikeluarkan dari tubuh terutama melalui tinja sebagai
merkuri anorganik. Proses ini sebagai hasil dari ekskresi empedu dari
senyawa dan konversi menjadi bentuk anorganik oleh flora usus.
Kebanyakan metilmerkuri yang diekskresi empedu diserap kembali
melalui sirkulasi enterohepatik dalam bentuk organiknya.
Kurang dari 1% metilmerkuri dapat dikeluarkan dari tubuh setiap
harinya, hal ini karena waktu paruh biologisnya yang kira-kira 70 hari.
Metilmerkuri juga dikeluarkan melalui ASI dengan kadar kira-kira 5%
dari kadar dalam darah. Pengeluaran merkuri anorganik melalui ekshalasi,
ludah, dan keringat yang berasal dari metabolisme merkuri organik.
Target Organ
Metil merkuri menyerang susunan saraf pusat dengan target organ utama
adalah otak. Data yang ada menunjukkan bahwa otak janin yang sedang
berkembang mempunyai sensitivitas yang lebih tinggi dibanding orang
dewasa. Perbedaan seks sering ditemui pada studi toksisitas pada tikus dan
mencit. Akumulasi merkuri pada ginjal hewan betina secara statistik lebih
tinggi dari jantan. Konsentrasi yang tinggi pada betina diduga karena
tingginya kadar metalothionein pada ginjal betina.
Gambar 2 mengilustrasikan adanya daerah lesi di beberapa zona pada
system saraf yang menunjukkan gejala dari penyakit Minamata. Lesi pada
cerebellum (1) berakibat pada hilang keseimbangan (ataxia) dan gangguan
bicara (dysarthria). Gangguan penglihatan terjadi pada penyempitan bidang
padang, kesulitan penglihatan pada daerah tepi akibat dari kerusakan di
daearah occipital lobe (2). Gangguan sensasi atau stereo anesthesia terjadi
karena kerusakan pada postcentral gyrus (3). Kelemahan otot, kram atau
gangguan pergerakan merupakan tanda dari kerusakan pada precentral gyrus
(4). Kesulitan pendengaran disebabkan adanya gangguan pada daerah
temporal transverse gyrus (5). Keluhan pada kesulitan dan gangguan indera
perasa baik rasa nyeri, sentuhan ataupun suhu akibat adanya gangguan pada
saraf sensorik (6).
Cedera pada sistem saraf akibat metilmerkuri. Daerah terjadinya perubahan patologis akibat
metilmerkuri ditandai dengan warna merah yang ditunjukkan dengan keterangan pada gejala dan
tanda pada penyakit Minamata.
(Sumber : National Institute of Minamata Disease, NIMD – Jepang)
D. Cara Mendeteksi Merkuri
Berdasarkan hasil penelitian dari Diner dan Brenner (1998) serta
Frackelton dan Christensen (1998) bahwa diagnosa klinis dari keracunan
merkuri tidaklah mudah dan sering disalah artikan dengan diagnosa kelainan
psikiatrik dan autisme. Sulitnya diagnosa merkuri karena panjangnya periode
laten dari mulai terpapar sampai timbulnya gejala dan tidak jelasnya bentuk
gejala yang timbul, yang hampir serupa dengan kelainan psikiatrik. Untuk
memudahkan diagnosa klinis dari keracunan merkuri, maka Vroom dan Greer
(1972) memebuat kriteria sebagai berikut:
1. Observasi kemunduran fungsi, yang berupa: kerusakan motorik,
abnormalitas sensorik, keminduran psikologi dan perilaku, kemunduran
nerologik dan kognitif, kelainan bicara, pendengaran, kemunduran
penglihatan, kelainan kulit serta gangguan reflek.
2. Waktu tampilan oleh merkuri bersifat akut atau kronis.
Gejala yang disebabkan oleh merkuri yaitu gangguan psikologis berupa
rasa cemas dan kadang timbul sifat agresif. Keracunan merkuri sering disebut
dengan mercurialism yang banyak ditemukan pada negara maju. Deteksi
merkuri dapat melalui urine, darah, kuku dan rambut. Kadar merkuri di udara
daerah yang tidak tercemar sekitar 20-50 ng/m3. Jika kadar merkuri di udara
sebesar 50 ng/m3, maka dalam waktu 3 hari banyaknya paru-paru menghisap
merkuri sebesar 1 μg/hari. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh merkuri
tergantung banyaknya merkuri yang masuk ke dalam tubuh, dengan gejala
yang paling ringan berupa parastesia yaitu hilangnya rasa pada anggota gerak
dan sekitar mulut serta dapat pula terjadi pengurangan penglihatan dan
pendengaran sampai gejala yang paling berat berupa ataxia, dysarthria bahkan
kematian. Paparan merkuri pada janin akan tampak setelah bayi lahir yang
dapat berupa cerebraly palsy maupun retardasi mental. Hal ini dapat terjadi
karena jika ibu hamil mengkonsumsi daging binatang yang diberi pakan padi-
padian yang disemprot fungisida mengandung metil merkuri atau yang
tercemar merkuri melalui perairan dan lain-lain. Pada pemeriksaan
laboratorium terlihat adanya denaturasi protein enzim yang tidak aktif dan
kerusakan membran sel pada kasus keracunan merkuri.
Metil merkuri merupakan racun yang mampu mengganggu susunan saraf
pusat maupun saraf perifer. Keracunan merkuri dapat pula berpengaruh
terhadap fungsi ginja yaitu mengakibatkan proteinuria. Selain memiliki efek
pada susuna saraf, merkuri juga dapat menyebabkan kelainan kejiwaan
berupa insomnia, nervus, pusing, mudah lupa, tremor dan depresi. Pada
dasarnya besar resiko akibat terpapar merkuri tergantung dari sumber merkuri
di lingkungan, tingkat paparan, teknik pengambilan sampel, analisis sampel
dan hubungan dosis dengan respon.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Merkuri merupakan salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam
dan tersebar dalam batu – batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai
senyawa anorganik dan organik, serta logam berat urutan pertama dalam sifat
racunnya.
2. Mekanisme merkuri mencemari lingkungan dengan 3 fase, yaitu fase
eksposisi, fase toksokinetik dan fase toksodinamik. Merkuri dapat mencemari
lingkungan dengan adanya limbah dari industri yang mengandung merkuri
dan dibuang ke lingkungan sekitar. Sumber merkuri dapat berasal dari alam,
industri maupun dari hasil pembakaran bahan bakar fosil.
3. Merkuri dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara melalui kulit, setelah
diabsorbsi di jaringan akan teroksidasi menjadi merkuri divalent (Hg2+) yang
dibantu oleh enzim katalase. Metil merkuri terakumulasi pada bahan makanan
yang dikonsumsi, misal ikan. Merkuri juga dapat dilepaskan ke atmosfer
melalui berbagai kegiatan manusia terutama proses pembakaran, bahan bakar
fosil, maupun dari fenomena alam yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui
inhalasi.
4. Cara mendeteksi merkuri dengan kriteria yang dibuat Vroom dan Greer (1972)
untuk memudahkan diagnosa klinis dari keracunan merkuri:
a. Observasi kemunduran fungsi, yang berupa: kerusakan motorik,
abnormalitas sensorik, keminduran psikologi dan perilaku, kemunduran
nerologik dan kognitif, kelainan bicara, pendengaran, kemunduran
penglihatan, kelainan kulit serta gangguan reflek.
b. Waktu tampilan oleh merkuri bersifat akut atau kronis.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Zul. 2006. Merkuri: Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi
Kesehatan Manusia dan Lingkungan. USU Repository.
Darmoni. 2009. Farmasi Forensik dan Toksikologi. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Darmono, 2008. Lingkungan hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam, Universitas Indonesia , UI-Press, Jakarta.
Hamdani, S. Toksisitas Merkuri. http://catatankimia.com/catatan/toksisitas-
merkuri.html
Soemirat, Juli, dkk. 2007. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sudarmaji, J.Mukono, dan Corie I.P. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan
Dampaknya terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2 (2): 129 -
142
Toksikologi Industri. 2011. Apa Penyebab Keracunan Mercury.
http://www.ilmukesker.com/apa-penyebab-keracunan-mercury-34.html
Toksikologi Industri. 2011. Logam Berat: Air Raksa (Mercury).
http://www.ilmukesker.com/logam-beratair-raksa-mercury-29.html
Yanuar, Arry. 2008. Toksisitas di sekitar kita.
http://staff.blog.ui.ac.id/arry.yanuar/files/2008/03/mercuri.pdf