20
23 BAB IV PETROLOGI BATUAN METAMORF 4.1 Pengamatan Lapangan Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Karangsambung dan Banjarnegara (lihat bab 1). Kawasan Karangsambung meliputi sungai Mondo, Lokidang, Goa, Pucangan, Brengkok, Muncar dan Loning (gambar 4.1 – gambar 4.5). Sementara penelitian di Banjarnegara tepatnya di hulu aliran sungai Mondo, Loning dan Lok Ulo, sekitar desa Kaliaji dan kecamatan Pucungkerep (gambar 4.6). Dari hasil pengamatan lapangan yang dilakukan oleh Permana, dkk (2005 & 2006) didapatkan bahwa: 1. Batuan metamorf umumnya tertanam dalam batulempung bersisik, filit ataupun batusabak, berupa bongkahan-bongkahan yang berasal dari sungai Muncar, kali Pucang dan kali Goa. Sepanjang kali Loning (gambar 4.1) tersingkap batuan sekis mika. Sekis mika terdiri dari sekis mika dan sekis mika klorit garnet disertai struktur pelipatan mikro. Di muara kali Loning banyak ditemukan bongkah-bongkah sekis mika, sekis mika garnet dan garnet genes, genes granit berbutir kasar. Ke arah barat, di kali Brengkok tersingkap sekis mika garnet. Di Kali muncar (gambar 4.2), terdapat bongkah-bongkah batuan metamorf derajat tinggi seperti eklogit, sekisbiru, amfibolit dan sekis hijau, kemudian peridotit, batugamping, rijang dan basal. Bongkah atau blok batuan umumnya tertanam dalam batuan lempung. Pengamatan di kali Pucang (gambar 4.3) tersingkap batuan serpentinit yang diperkirakan secara tektonik menumpang di atas batuan ampibolit berbutir kasar. Batuan di kali Pucang didominasi oleh batulempung bersisik dimana didalamnya tertanam bongkah amfibolit, basal dan rijang. Di sepanjang kali Goa tersingkap batuan filit, batusabak dan lempung bersisik yang didalamnya tertanam blok-blok sekisbiru, amfibolit, garnet sekis mika atau granulit. Batuan disusun oleh mineral kasar dari garnet atau amfibol maupun mika. Lintasan pengamatan geologi di kali Lokidang (gambar 4.4) didominasi batuan basal, diabas, dan gabro. Pengamatan di kali Mondo (gambar 4.5) dijumpai blok-blok peridotit, gabro, basal dan konglomerat tertanam dalam matrik batulempung. Di sungai utama, tersingkap batuan gabro tergerus kuat atau berupa keratan-keratan batuan gabro dalam matrik serpentinit. Basal atau metabasal (amfibolit) dijumpai dalam keratan gabro dan bongkah sekis mika. Petrologi

Metamorf Karangsambung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisis batuan metamorf daerah Karangsambung

Citation preview

Page 1: Metamorf Karangsambung

23

BAB IV

PETROLOGI BATUAN METAMORF

4.1 Pengamatan Lapangan

Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Karangsambung dan Banjarnegara (lihat bab 1).

Kawasan Karangsambung meliputi sungai Mondo, Lokidang, Goa, Pucangan, Brengkok,

Muncar dan Loning (gambar 4.1 – gambar 4.5). Sementara penelitian di Banjarnegara

tepatnya di hulu aliran sungai Mondo, Loning dan Lok Ulo, sekitar desa Kaliaji dan

kecamatan Pucungkerep (gambar 4.6).

Dari hasil pengamatan lapangan yang dilakukan oleh Permana, dkk (2005 & 2006)

didapatkan bahwa:

1. Batuan metamorf umumnya tertanam dalam batulempung bersisik, filit ataupun

batusabak, berupa bongkahan-bongkahan yang berasal dari sungai Muncar, kali

Pucang dan kali Goa. Sepanjang kali Loning (gambar 4.1) tersingkap batuan sekis

mika. Sekis mika terdiri dari sekis mika dan sekis mika klorit garnet disertai struktur

pelipatan mikro. Di muara kali Loning banyak ditemukan bongkah-bongkah sekis

mika, sekis mika garnet dan garnet genes, genes granit berbutir kasar. Ke arah barat,

di kali Brengkok tersingkap sekis mika garnet. Di Kali muncar (gambar 4.2), terdapat

bongkah-bongkah batuan metamorf derajat tinggi seperti eklogit, sekisbiru, amfibolit

dan sekis hijau, kemudian peridotit, batugamping, rijang dan basal. Bongkah atau

blok batuan umumnya tertanam dalam batuan lempung. Pengamatan di kali Pucang

(gambar 4.3) tersingkap batuan serpentinit yang diperkirakan secara tektonik

menumpang di atas batuan ampibolit berbutir kasar. Batuan di kali Pucang

didominasi oleh batulempung bersisik dimana didalamnya tertanam bongkah

amfibolit, basal dan rijang. Di sepanjang kali Goa tersingkap batuan filit, batusabak

dan lempung bersisik yang didalamnya tertanam blok-blok sekisbiru, amfibolit,

garnet sekis mika atau granulit. Batuan disusun oleh mineral kasar dari garnet atau

amfibol maupun mika. Lintasan pengamatan geologi di kali Lokidang (gambar 4.4)

didominasi batuan basal, diabas, dan gabro. Pengamatan di kali Mondo (gambar 4.5)

dijumpai blok-blok peridotit, gabro, basal dan konglomerat tertanam dalam matrik

batulempung. Di sungai utama, tersingkap batuan gabro tergerus kuat atau berupa

keratan-keratan batuan gabro dalam matrik serpentinit. Basal atau metabasal

(amfibolit) dijumpai dalam keratan gabro dan bongkah sekis mika.

Petrologi

Page 2: Metamorf Karangsambung

Petrologi

24

2. Banjarnegara, di sungai Mondo dijumpai sekis hijau. Di sungai Bermali,

tersingkap batuan sekis mika dan filit termilonitkan. Ke arah selatan dari sungai

Loning terdapat bongkah kuarsit atau sekis klorit dan tersingkap blok-blok filit.

Di Kaliaji disusun oleh batuan sekis mika dan filit. Di Sungai Sapi, Lebak Menak

dimana dijumpai singkapan sekis dan filit, bongkah amfibolit. Memasuki Desa

Lamuk terdapat singkapan diorit (lapuk). Selain itu, Di Desa Lamuk (gambar

4.6). dijumpai pula bongkah-bongkah diorit, sekis mika andesit sepanjang aliran

sungai disekitar batuan tersebut. Sepanjang jalan dari Lamuk menuju Kaligua

didominasi singkapan volkanik berupa breksi volkanik. Di desa Kaligua

tersingkap batuan diorit membentuk perbukitan. Ke arah selatan, di desa Jetis,

batuan sekis mika tersingkap di sungai yang mengalir dari perbukitan yang

menerus ke selatan. Singkapan in situ berupa sekis mika, blok amfibolit yang

terkungkung sekis mika dan bongkah peridotit atau lempung terbungkus sekis

mika dan amfibolit. Ke arah desa Beran, kembali dijumpai singkapan diorit yang

diperkirakan sebagai intrusi. Di kali Lok Ulo hulu, di selatan desa Ngasinan,

dijumpai berbagai macam bongkah batuan antara lain sekis mika, granit, andesit,

amfibolit. Bongkah granit bervariasi dari granit, granit berfoliasi, granit biotit,

granit terdeformasi. Bongkah lainnya yaitu sekis mika. Lebih ke arah hulu

sungai, di selatan desa Seran dijumpai bongkah basal porfir, sekis mika, genes,

granit, amfibolit dan sekis mika. Ke arah hulu sungai, di selatan desa Seran

dijumpai sekis mika, genes, amfibolit, dan sekis mika. Ke arah timur dari

Ngasinan, pada anak sungai yang bermuara ke sungai Lok Ulo hulu tersingkap

batuan sekis mika garnet dan bongkah eklogit atau sekis biru. Ke arah utara desa

Seran, di desa Jabon di jumpai singkapan sekis dan filit dimana didalamnya

dijumpai blok atau bongkah-bongkah eklogit, granulit atau sekis biru.

Page 3: Metamorf Karangsambung

25

Gambar 4.1 Lokasi pengamatan di sungai Brengkok –

Loning, Karangsambung – Kebumen, Jawa Tengah

(Permana, dkk; 2005).

Petrologi

Page 4: Metamorf Karangsambung

26

Gambar 4.2 Lokasi pengamatan di Kali

Muncar, Karangsambung –

Kebumen, Jawa Tengah (Permana,

dkk; 2005).

Petrologi

Page 5: Metamorf Karangsambung

27

Gambar 4.3 Lokasi pengamatan di Kali Goa –

Pucangan, Karangsambung –

Kebumen, Jawa Tengah (Permana,

dkk; 2005).

Petrologi

Page 6: Metamorf Karangsambung

28

Gambar 4.4 Lokasi pengamatan di sungai

Lokidang, Karangsambung –

Kebumen, Jawa Tengah (Permana,

dkk; 2005).

Petrologi

Page 7: Metamorf Karangsambung

29

Gambar 4.5 lokasi pengamatan di sungai

Mondo, Karangsambung –

Kebumen, Jawa Tengah (Permana,

dkk; 2005).

Petrologi

Page 8: Metamorf Karangsambung

Petrologi

30

Gambar 4.6 Lokasi pengamatan daerah Pucungkerep, sebelah tenggara kota Banjarnegara (Permana, dkk; 2006).

LamukLMK-01

LMK-08

LMK-07

LMK-06A-G

LMK-03

LMK-09

LMK-06P-Y

JabonKaligua

Beran

Kaligintung

Ngasinan

Kali Lok Ulo hulu

Jetis

Seran

LMK-10

Pucungkerep

diorit

diorit

Sekis mika, filitSekis biru, amfibolit

LMK-04

Sekis mikaBlok amfibolit

20o

25o

LMK-05diorit

Sekis mika, garnet

55o

LamukLMK-01

LMK-08

LMK-07

LMK-06A-G

LMK-03

LMK-09

LMK-06P-Y

JabonKaligua

Beran

Kaligintung

Ngasinan

Kali Lok Ulo hulu

Jetis

Seran

LMK-10

Pucungkerep

diorit

diorit

Sekis mika, filitSekis biru, amfibolit

LMK-04

Sekis mikaBlok amfibolit

20o20o

25o25o

LMK-05diorit

Sekis mika, garnet

55o55o

0 5 10 Km

Page 9: Metamorf Karangsambung

31

4.2 Petrografi

Analisis petrografi berguna untuk mengetahui tekstur, struktur dan susunan mineralogi

sehingga dapat ditentukan jenis batuannya berdasarkan klasifikasi yang telah dipilih.

Hasil analisis ini kemudian ditafsirkan paragenesa dan pembentukan mineral pada conto

batuan yang dianalisis. Selain itu juga, data yang diperoleh dari petrografi ini selanjutnya

membantu dalam analisis kimia mineral.

Berdasarkan hasil petrologi dari conto batuan kawasan Karangsambung dan

Banjarnegara, batuan metamorf di daerah penelitian terdiri dari batuan metamorf granulit,

genes, sekis glaukofan, amfibolit, amfibolit epidot, sekis klorit epidot, sekis muskovit dan

filit.

4.2.1 Granulit

Granulit terdapat di lokasi sungai Goa (Goa 05). Batuan ini memperlihatkan tekstur

granoblastik dengan struktur non foliasi. Granulit disusun oleh plagioklas (45%), kuarsa

(30%) dan garnet (20%). Plagioklas berbutir kasar (< 1,5 mm), berbentuk prismatik,

anhedral, retak-retak, memperlihatkan kembar karlsbad, pemadaman bergelombang.

Kuarsa berbutir sedang – kasar (< 1 mm), anhedral, pemadaman bergelombang, sebagian

hadir sebagai mineral sekunder. Garnet berbutir kasar sampai berukuran 2 mm,

kecoklatan, anhedral, bersifat isotrop (foto 4.2.1). Pada bagian tengah tubuh garnet diisi

oleh epidot dan kalsit. Mineral lain yang hadir adalah muskovit (< 5%). Mineral ini

berbentuk pipih, belahan satu arah. Mineral tambahannya yaitu mineral opak yang

keterdapatannya < 1% (lampiran 1).

4.2.2 Genes

Batuan genes tersebar di lokasi KSO3O3, KSO3O5, KSO3O14 dan KSO3O15. Genes

memperlihatkan tekstur granoblastik dengan struktur foliasi tidak menerus (gneisik)

(lampiran 1). Genes didominasi oleh mineral plagioklas (25%), k – felspar (35%) dan

kuarsa (15%). Plagioklas berbutir sedang sampai kasar (< 1,5 mm), berbentuk prismatik,

subhedral – anhedral, memperlihatkan kembar albit, sebagian kecil memperlihatkan

kembar karlsbad, pemadaman bergelombang. Sebagian kecil plagioklas terubah menjadi

klorit dan kalsit (KSO3O3). K – felspar berjenis mikroklin, berbutir sedang (< 1 mm),

berbentuk prismatik, subhedral – anhedral, memperlihatkan pemadaman bergelombang.

Kuarsa berbutir sedang – halus (< 0,5 mm), anhedral, pemadaman bergelombang,

Petrologi

Page 10: Metamorf Karangsambung

32

sebagian hadir sebagai mineral sekunder, menginklusi plagioklas dan muskovit. Mineral

lainnya yang hadir adalah garnet (< 10%), muskovit (< 10%) dan biotit (< 5%). Garnet

berbutir halus (KSO3O5, KSO3O15) sampai kasar (KSO3O14) (< 2 mm), anhedral,

bersifat isotrop. Pada bagian tengah tubuh garnet diisi epidot dan muskovit. Muskovit

berbentuk pipih, berbutir sedang – halus (< 0,3 mm), belahan satu arah, mengikuti arah

foliasi (KSO3O14), sebagian merupakan hasil rekristalisasi dari biotit (KSO3O14),

pemadaman bergelombang, mengalami pembengkokan (KSO3O5). Biotit berbentuk

prismatik, berbutir sedang – halus (< 0,3 mm), kecoklatan, pleokroisme coklat tua,

belahan satu arah, memperlihatkan pemadaman bergelombang, sebagian terekristalisasi

menjadi muskovit (KSO3O14).

4.2.3 Sekis Glaukofan

Batuan ini terdapat di lokasi Kali Muncar, Goa, Lokidang dan Lamuk. Sekis glaukofan

dijumpai berupa bongkah yang dilingkupi oleh batuan batusabak – filit. Sekis glaukofan

memperlihatkan tekstur porfiroblastik (Goa 08, LMK 9B1, LMK 9B2, LMK 9D, dan

LMK 9E) dan sebagian memperlihatkan tekstur nematoblastik (LKD 13, Goa 13, dan

Goa 16). Sebagian batuan ini memperlihatkan struktur foliasi yang baik (LMK 9D, LKD

13, dan Goa 16) dan beberapa menunjukkan foliasi tidak berkembang dengan baik (Goa

08, LMK 9B1, LMK 9B2, dan LMK 9E) (foto 4.2.2).

Hasil pengamatan petrografi menunjukkan bahwa sekis glaukofan tersusun oleh mineral

glaukofan (25%), garnet (15%), plagioklas (10%), klinopiroksen (5%), dan hornblende

(5%). Glaukofan berbentuk tabular, sebagian beragregat, berbutir halus – sedang (sampai

0,3 mm), kebiruan, pleokroisme biru, pemadaman bergelombang, sebagian besar

merupakan hasil rekristalisasi dari klinopiroksen (LMK 9B1, LMK 9B2, LMK 9D, LMK

9E, dan Goa 08) dan sebagian bagian tepi glaukofan terekristalisasi menjadi klorit (LMK

9D, LMK 9B2, LMK 9B1, LMK 9E). Garnet berbutir kasar (< 3 mm), hadir sebagai

porfiroblast, berbentuk anhedral, bagian retakan diisi oleh klorit, bersifat isotrop. Pada

bagian tengah garnet diisi glaukofan, kalsit, epidot, plagioklas dan mineral ini mengalami

rekristalisasi pada bagian tepinya menjadi klorit. Plagioklas berbutir sedang – halus (< 0,2

mm), anhedral, retak – retak, memperlihatkan kembar karlsbad, pemadaman

bergelombang, sebagian besar terubah menjadi epidot (LMK 9E, LMK 9B1, LMK 9B2,

dan LMK 9D). Klinopiroksen berbutir sedang – halus, berbentuk prismatik dan sebagian

kecil beragregat, memperlihatkan pemadaman bergelombang. Klinopiroksen mengalami

Petrologi

Page 11: Metamorf Karangsambung

33

rekristalisasi menjadi glaukofan (LMK 9D & LMK 9E) dan tremolit. Hornblende (5%)

berwarna kehijauan (Goa 08) sebagian berwarna kecoklatan (Goa 13), berbentuk

prismatik, subhedral – anhedral, berbutir sedang – halus (< 0,4 mm), belahan dua arah,

pemadaman bergelombang, sebagian kecil terekristalisasi menjadi aktinolit. Mineral

sekunder yang hadir adalah epidot (10%), tremolit (< 5%), klorit (10%), kuarsa 5%

dengan mineral tambahan adalah mineral opak < 5% (lampiran 1). Epidot kehijauan,

berbentuk granular dan tabular, berbutir sedang – halus (< 0,2 mm), pemadaman

bergelombang. Tremolit beragregat (Goa 16, LKD 13, Goa 13), pemadaman

bergelombang, hasil rekristalisasi dari klinopiroksen. Klorit berwarna hijau, berserabut,

rekristalisasi dari hornblende, glaukofan dan garnet (LKD 13), pemadaman bergelombang

(lampiran 1).

4.2.4 Amfibolit

Batuan amfibolit hadir sebagai bongkah – bongkah dan tersebar di lokasi Pucangan, Kali

Muncar dan Lamuk (foto 4.2.3). Batuan ini memperlihatkan tekstur nematoblastik (PCN

02, PCN 03, PCN 05, PCN 06, PCN 14B, PCN 21 dan PCN 22) dan sebagian bertekstur

porfiroblastik (PCN 09, LKD 10, dan LKD 11). Amfibolit memperlihatkan struktur

foliasi berkembang baik (schistose). Namun pada beberapa sayatan tidak memperlihatkan

foliasi yang baik (LKD 10 dan LKD 11). Batuan amfibolit berwarna hijau dengan

pleokroisme kuat (hijau tua), didominasi oleh mineral hornblende (65%) dan plagioklas

(15%). Hornblende berbentuk prismatik panjang, subhedral – anhedral, berbutir sedang

sampai kasar (0,6 – 1,1 mm), terpatahkan dan terkekarkan (PCN 09), belahan dua arah,

menunjukkan pemadaman bergelombang, sebagian kecil terekristalisasi menjadi aktinolit.

Plagioklas berbentuk prismatik, subhedral - anhedral, berbutir sedang (< 0,7 mm),

memperlihatkan kembar albit dan karlsbad, pemadaman bergelombang, mengalami

pembengkokan (PCN 09), sebagian terubah menjadi klorit (PCN 22), dan

memperlihatkan pensejajaran dengan amfibol (PCN 06 dan PCN 09). Mineral lainnya

yang hadir adalah garnet ( 5%) (PCN 05, PCN 06, PCN 09, PCN 14B, PCN 21 dan PCN

22) dan kuarsa (5%). Garnet berbentuk anhedral, berbutir halus – kasar (< 1,5 mm),

bersifat isotrop. Pada bagian tengah tubuh garnet diisi oleh epidot, plagioklas, kuarsa dan

kalsit serta pada bagian tepi dan bagian retakan diisi oleh klorit (PCN 22). Kuarsa

berbentuk anhedral, berbutir halus sampai sedang (< 0,2 mm), memperlihatkan struktur

mosaik (LKD 10, PCN 02), mengikuti arah foliasi (PCN 02), sebagian memperlihatkan

pemadaman bergelombang, sebagian hadir sebagai mineral sekunder. Mineral sekunder

Petrologi

Page 12: Metamorf Karangsambung

34

yang hadir adalah epidot, klorit, aktinolit, kalsit dan kuarsa (< 10%). Epidot berbentuk

granular, sebagian memperlihatkan struktur columnar (PCN 05), berbutir halus – sedang

(< 0,2 mm), sebagian menggantikan plagioklas (PCN 05, LKD 11), pemadaman

bergelombang. Aktinolit beragregat, kehijauan, pleokorisme hijau, memperlihatkan

struktur krenulasi (LKD 10), rekristalisasi dari amfibol (hornblende), pemadaman

bergelombang. Klorit berwana hijau, berserabut, ubahan dari plagioklas dan

menggantikan bagian tepi garnet (PCN 05, LKD 11, PCN 22), pemadaman

bergelombang. Kalsit berbutir halus, ubahan dari plagioklas (PCN 09, PCN 14B). Mineral

tambahan adalah mineral opak yang keterdapatannya 1%. (lampiran 1).

Pada pengamatan lapangan di lokasi Lamuk (Permana, dkk, 2006) memperlihatkan

bahwa amfibolit terbungkus oleh sekis mika (LMK 4C). Batuan amfibolit yang

dibungkus oleh sekis mika ditandai oleh awal pertumbuhannya bertekstur granular yang

disusun atas mineral hornblende, plagioklas dan garnet kemudian melimpah mineral

klorit, epidot, karbonat dan kuarsa sekunder menggantikan plagioklas dan amfibol dan

mineral muskovit.

4.2.5 Amfibolit Epidot

Batuan ini tersebar di lokasi sungai lokidang, Goa dan Pucangan (foto 4.2.4 dan foto

4.2.5). Batuan amfibolit epidot memperlihatkan tekstur porfiroblastik dengan struktur

foliasi tidak berkembang dengan baik. Amfibolit epidot tersusun oleh mineral amfibol (<

5%), plagioklas (5%), aktinolit (30%) dan epidot (15%). Amfibol kehijauan, pleokroisme

hijau, berbentuk anhedral, rekristalisasi amfibol, pemadaman bergelombang. Aktinolit

beragregat, kehijauan, pleokroisme hijau, pemadaman bergelombang. Plagioklas

berbentuk anhedral, berbutir sedang (< 0,2 mm), sebagian besar telah terubah menjadi

serisit (5%) dan klorit (10%) (Goa 10), memperlihatkan pemadaman bergelombang.

Epidot berbentuk tabular dan granular, berbutir halus sampai sedang, pemadaman

bergelombang. Mineral lainnya yang hadir adalah garnet (10%), kuarsa (<5%). Garnet

(Goa 10 dan PCN 23) hadir sebagai porfiroblast berbentuk subhedral – euhedral, berbutir

sedang – kasar (< 2,8 mm). Pada bagian tengah tubuh garnet diisi kalsit, epidot dan

kuarsa (Goa 10), sementara bagian tepi terubah menjadi klorit (PCN 23, Goa 10). Mineral

sekunder yang hadir adalah serisit (Goa 10), klorit, dan turmalin (10%). Turmalin (LKD

11B) berbentuk anhedral, berwarna hijau dengan pleokroisme kuat (hijau – coklat),

berbutir kasar (< 2,2 mm), pada bagian tepi digantikan oleh klorit, pemadaman paralel,

Petrologi

Page 13: Metamorf Karangsambung

35

dan pada bagian tengah terdapat epidot, kuarsa. Mineral tambahan yang hadir yaitu sfen

dan mineral opak < 5% (lampiran 1).

4.2.6 Sekis Klorit Epidot

Batuan sekis klorit epidot tersebar di lokasi Goa, dan Kali Muncar (lampiran 1). Batuan

ini bertekstur porfiroblastik dengan struktur terorientasi (Goa 07). Hadir sebagai mineral

primernya adalah plagioklas (15%) dan kuarsa (5%). Plagioklas hadir sebagai

porfiroblast, berbutir kasar (< 1, 6 mm), terkekarkan, memperlihatkan kembar albit,

pemadaman bergelombang, dan sebagian besar terubah menjadi klorit, serisit, epidot dan

kalsit. Kuarsa berbentuk anhedral, berbutir halus, memperlihatkan pemadaman

bergelombang. Mineral sekunder yang hadir adalah serisit (30%), klorit (20%), kalsit

(20%) dan (epidot 5%) dengan mineral tambahan adalah mineral opak < 5%.

4.2.7 Sekis Muskovit - Filit

Sekis muskovit tersebar di lokasi Mondo, lokidang, Brengkok, Goa, KSO3O4, Loning,

Kali Bermali, Kali Sapi, Kaliaji dan Lamuk (lampiran 1), sementara filit dijumpai di Kali

Goa. Sekis mika tersebar di lokasi Loning (MLON 04) dan Lamuk (LMK 6Q).

Filit tersusun atas mineral halus klorit, lempung dan kuarsa tanpa memperlihatkan

perkembangan bidang foliasi. Sekis mika bertekstur lepidoblastik (MLON 04) dan

porfiroblastik (LMK 6Q) dengan struktur foliasi berkembang baik. Batuan ini terdiri dari

biotit (20%), muskovit (25%), plagioklas (10%), k – felspar (5%) kuarsa (25%) dan

garnet (5%) dengan mineral sekunder epidot (5%) dan klorit (5%). Biotit berbentuk

prismatik, berbutir sedang – halus, kecoklatan dengan pleokroisme coklat, sebagian

mengalami rekristalisasi menjadi muskovit dan klorit, pemadaman bergelombang.

Muskovit berbentuk pipih, memperlihatkan pensejajaran dengan kuarsa, pemadaman

bergelombang, sebagian hasil rekristalisasi dari biotit. Plagioklas berbentuk subhedral -

anhedral, berbutir sedang – halus (< 0,3 mm), memperlihatkan kembar albit, pemadaman

bergelombang, sebagian terubah menjadi epidot. K – felspar berbentuk prismatik,

subhedral – anhedral, berbutir sedang (< 0,5 mm), pemadaman bergelombang. Garnet

berbentuk anhderal, kecoklatan, berbutir halus, bersifat isotrof. Klorit berwarna

kehijauan, berserabut, hasil rekristalisasi dari biotit.

Sekis muskovit bertekstur lepidoblastik (LMK 4A, LMK 4J, Goa 09, LDK 06B, LDK

13A), porfiroblastik (GoaDEOT, LMK 4F, LMK 10A1, LMK 10A2, Goa 15, Go 20 dan

Petrologi

Page 14: Metamorf Karangsambung

36

KSO3O4). Batuan ini umumnya memperlihatkan struktur foliasi yang baik, kecuali LMK

6Q memperlihatkan struktur foliasi yang tidak menerus. Sekis muskovit disusun oleh

mineral muskovit (35%), plagioklas (20%) dan kuarsa (20%). Muskovit berbentuk tabular

hingga pipih sebagian berserabut (LKD 13A), euhedral – anhedral, berbutir halus sampai

sedang (< 0,3 mm), belahan satu arah, pemadaman bergelombang, memperlihatkan

krenulasi dan terlipatkan (Goa 09, LDK 13A). Plagioklas berbentuk prismatik, subhedral

– anhedral, berbutir halus sampai kasar (< 1,3 mm), memperlihatkan kembar karlsbad dan

albit karlsbad, sebagian terubah menjadi kalsit dan klorit (Goa 20, KSO3O4), pemadaman

bergelombang, sebagian terubah menjadi serisit, klorit dan kalsit (LMK 10A1),

memperlihatkan struktur boudin (KSO3O4, LMK 10A2). Kuarsa berbentuk anhedral,

sebagian berbentuk mosaik (Goa 09), berbutir halus sampai sedang, memperlihatkan

pensejajaran dengan mineral muskovit (Goa 09, LMK 4J, LMK 4A, LKD 06B),

pemadaman bergelombang. Pada beberapa sayatan sekis muskovit mengandung garnet

(LKD 13A, LMK 4A, LMK 4F, LMK 10A2, LMK 4J, Goa 15, Goa 20, GoaDEOT dan

KSO3O4). Garnet hadir sebagai porfiroblast (Goa DEOT, Goa 15), berbutir halus sampai

kasar (< 5,5 mm) (KSO3O4), subhedral – anhedral, bersifat isotrop. Pada bagian

tengahnya diisi oleh kalsit, epidot dan kuarsa (GoaDEOT, Goa 20, Goa 15, dan LDK

13A). Mineral lainnya yang hadir adalah biotit. Biotit berwarna coklat, berbentuk

prismatik, subhedral – anhedral, pleokroisme kuat, pemadaman bergelombang. Mineral

sekunder adalah klorit, kalsit, serisit, dan epidot serta mineral tambahannya adalah sfen

dan mineral opak (< 10%) (foto 4.2.5).

Berdasarkan hasil pengamatan petrografi maka diambil kesimpulan bahwa :

1. Batuan metamorf daerah penelitian terdiri dari kelompok batuan metamorf derajat

rendah (low grade) seperti filit, sekis muskovit, sekis klorit epidot; batuan metamorf

derajat menengah (medium grade) diwakili oleh amfibolit dan amfibolit epidot);

batuan metamorf derajat tinggi (high grade) yaitu sekis glaukofan, genes dan

granulit.

2. Batuan metamorf derajat rendah diwakili oleh sekis muskovit. Pada tingkat tinggi

(high grade) yaitu pada conto batuan LMK 10A1, LMK 10A2, LMK 4F, LMK 4J,

LMK 4A, KSO3O4, ditandai dengan hadirnya garnet selain asosiasi mineral

muskovit, plagioklas dan kuarsa. Namun, sebagian besar sekis muskovit telah

mengalami retrograde metamorphism, yaitu ditandai dengan bagian tepi garnet

digantikan oleh klorit, biotit terekristalisasi menjadi muskovit dan klorit serta

Petrologi

Page 15: Metamorf Karangsambung

37

hadirnya plagioklas berjenis albit. Batuan lainnya yang mengalami proses retrograde

adalah sekis glaukofan, yaitu dicirikan oleh adanya transformasi klinopiroksen

menjadi glaukofan dan tremolit, glaukofan menjadi klorit dan bagian tepi garnet

digantikan oleh klorit. Batuan amfibolit mengalami retrograde ditandai dengan

hornblende terekristalisasi menjadi aktinolit, plagioklas menjadi epidot dan klorit.

A B Qtz

grt

Plg

Plg Qtz

grt Ms Ms

0,25 mm 0,25 mm

Foto 4.2.1 Batuan granulit di lokasi Goa 05. Batuan ini bertekstur granoblastik dengan struktur

non foliasi. Komposisi mineralnya adalah mineral plagioklas, kuarsa, muskovit dan garnet (A

parallel nicol; B cross nicol. Qtz; kuarsa, plg; plagioklas, grt; garnet, Ms; muskovit).

Petrologi

Page 16: Metamorf Karangsambung

38

A B

C D

gln

gln ep

ep

Qtz Qtz

Plg Plg

gln gln

ep ep

Qtz Qtz

Foto 4.2.2 Batuan sekis glaukofan di lokasi Goa 16 (A; parallel nicol dan B; cross nicol) dan

Lamuk (LMK 9B1; C pada posisi parallel nicol dan D pada posisi cross nicol). Batuan ini

memperlihatkan tekstur nematoblastik dengan struktur foliasi berkembang dengan baik.

Komposisi mineralnya adalah glaukofan (gln), plagioklas (plg), epidot (ep), dan kuarsa (qtz).

Foto 4.2.3 Batuan amfibolit di lokasi Pucangan (A; PCN 03 dan B ; PCN 22). Batuan ini

bertekstur nematoblast (PCN 03 dan PCN 22). Gambar A memperlihatkan struktur foliasi yang

baik sementara gambar B menunjukkan foliasi tidak berkembang baik. Batuan ini tersusun atas

A B

hbl

hbl hbl

Qtz hbl

Qtz

grt

Plg act

0,5 mm

0,5 mm

0,5 mm 0,5 mm

0,5 mm 0,5 mm

Petrologi

Page 17: Metamorf Karangsambung

39

mineral hornblende (hbl), plagioklas (plg), kuarsa (qtz), dan mengandung garnet (grt) dengan

mineral sekunder yaitu aktinolit (act).

Foto 4.2.4 Batuan amfibolit epidot di lokasi Pucangan (PCN 23). Batuan ini bertekstur

porfiroblastik dengan struktur foliasi tidak berkembang dengan baik (A; posisi parallel nicol, B ;

cross nicol). Batuan ini tersusun atas mineral aktinolit (act), plagioklas (plg), kuarsa (qtz), epidot

(ep) dan mengandung garnet (grt).

Foto 4.2.5 Batuan amfibolit epidot di lokasi lokidang (LKD 11B). Batuan ini bertekstur

porfiroblastik dengan struktur foliasi tidak berkembang dengan baik (A; posisi parallel nicol, B ;

cross nicol). Batuan ini tersusun atas mineral hornblende (hbl), epidot (ep), klorit (chl) dan

mengandung turmalin (trm).

A B

act

grt

ep

act

grt

ep

0,25 mm 0,25 mm

Chl Chl

ep hbl ep hbl

Trm Trm 0,25 mm 0,25 mm

B A

Petrologi

Page 18: Metamorf Karangsambung

40

A B

Foto 4.2.6 Batuan sekis muskovit di lokasi Goa (A; Goa 09), KSO3O4 (B), dan Lamuk (C; LMK

6W dan D ; LMK 4A). Batuan ini memperlihatkan struktur foliasi berkembang dengan baik dan

krenulasi (A). Komposisi mineralnya terdiri dari plagioklas (plg), muskovit (Ms) dengan mineral

sekunder kuarsa (Qtz) dan pada beberapa sayatan hadir biotit (bio) dan garnet (grt) dengan mineral

aksesorisnya adalah kuarsa (Qtz), sfen (Spn) dan mineral opak.

4.3. Kimia Mineral

4.3.1 Sekis Muskovit

Analisis microprobe pada sekis muskovit diwakili oleh conto batuan dari KSO3O7,

KLON 2, KLON 6 dan Brengkok. Batuan ini sebagian besar tersusun atas mineral

plagioklas, muskovit, kuarsa, garnet dan klorit. Berikut ini analisis lebih detailnya.

4.3.1.1 Plagioklas

Plagioklas pada sekis muskovit garnet berjenis albit (An2 – An11) dengan komposisi kaya

akan Na dibandingkan dengan Ca nya dan oligoklas (An13 – An18) dengan komposisi Ca

C D

Ms

Ms

Bio

Qtz

Qtz

Qtz

Plg

Plg

Spn

Ms

0,5 mm

0,5 mm

0,5 mm

0,5 mm

Petrologi

Page 19: Metamorf Karangsambung

41

meningkat selain Na nya yaitu 0,13 – 0,20 atom persatuan formula (gambar 4.7a dan

4.7b).

4.3.1.2 Mika

Mika yang hadir pada sekis muskovit garnet adalah jenis muskovit. Berdasarkan hasil

microprobe pada muskovit menunjukkan komposisi SiO2 46% – 49%, Al2O3 28% – 32

%, dan K2O 9% - 10,9%. Grafik K – Na dan Mg – Fe memperlihatkan kaya akan K, Mg

dan Fe sementara Na nya rendah (< 0,2 atom persatuan formula) (gambar 4.8).

4.3.1.3 Klorit

Klorit pada sekis muskovit garnet menunjukkan komposisi SiO2 25% – 32%, Al2O3 16%

- 22%, FeO 21% - 30% dan MgO 10% - 18%. Klorit kaya akan Mg dan Fe2+ berdasarkan

hasil analisis kimia. Rasio Mg/Fe2+ pada KSO3O7, KLON 02 lebih besar dari 1. Namun

pada lokasi Brengkok dan KSO3O7 menunjukkan rasio Mg/Fe2+ < 1. Menurut Deer, dkk

(1992) adanya peningkatan Fe pada sampel Brengkok dan KSO3O7 menunjukkan

terurainya klorit ke temperatur yang lebih rendah. Rasio Mg/Fe2+ > 1 pada klorit

selanjutnya dapat digunakan sebagai penentuan geotermometer batuan sekis mika

(Deer,dkk., 1992).

4.3.1.4 Garnet

Komposisi kimia garnet pada sekis muskovit garnet, yaitu; SiO2 36% - 38%, Al2O3 20% –

21%, MgO 1,2% - 4%, dan FeO 24% - 35%. Setelah dikalkulasi ulang berdasarkan

formula 8 kation dan 12 oksigen, garnet berjenis almandin spesartin. almandin spesartin

memperlihatkan kaya akan Fe dan Mg dengan komposisi Almspr64Gr29Py6Mg1 –

Almspr83Gr3Py14Mg15 (gambar 4.9).

Berdasarkan hasil analisis kimia mineral, sekis muskovit terdiri dari albit dan muskovit

(KSO3O7, KLON 2, Brengkok) dengan mineral sekunder klorit, epidot dan kalsit dengan

mineral tambahannya adalah rutil dan sfen. Pada tingkat yang tinggi (high grade) hadir

mineral garnet almandin spesartin. Namun dengan hadirnya klorit (menggantikan bagian

Petrologi

Page 20: Metamorf Karangsambung

42

tepi garnet) mengindikasikan bahwa sekis muskovit telah mengalami retrograde

metamorphism. Hal ini didukung dari hasil analisis kimia pada klorit (KSO3O7), yaitu

pengkayaan Fe dibandingkan dengan Mg. Menurut Deer, dkk., (1992), peningkatan Fe

menunjukkan terurainya klorit ke temperatur yang lebih rendah. Data lainnya yang

menunjukkan adanya proses retrograde adalah transformasi biotit menjadi muskovit dan

klorit.

4.3.2 Sekis Glaukofan

Analisis microprobe pada batuan ini diwakili oleh conto batuan di lokasi Kali Muncar,

yaitu KM 01, KM 08, KM 10, KM 11, KM 12, KM 16, KM 17 dan KM 18. Komposisi

mineralnya tersusun atas piroksen, amfibol, plagioklas, garnet, muskovit, kuarsa, turmalin

dan sfen.

4.3.2.1 Plagioklas

Gambar 4.10 memperlihatkan bahwa plagioklas berjenis albit dengan komposisi anortit

yang sangat rendah (An2 – An3). Selain itu, hasil analisis kimia plagioklas menunjukkan

Na dibandingkan dengan Ca nya, yaitu 1 – 1,039 atom persatuan formula.

4.3.2.2 Piroksen

Berdasarkan hasil microprobe, piroksen pada sekis glaukofan menunjukkan komposisi

sebagai berikut; SiO2 54,4% - 55,8%; Al2O3 4,97% - 9,5%; MgO 6,1%- 8,3%; FeO

8,31% - 10,79% dan Na2O 5,78% - 8,7%. Setelah dikalkulasi ulang berdasarkan formula

4 kation dan 6 atom oksigen jenis piroksennya adalah salit, ferrosalit, augit, ferroaugit,

Mg-pigeonit dan pigeonit (gambar 4.11a dan 4.11b).

4.3.2.3 Amfibol

Komposisi kimia amfibol pada sekis glaukofan yaitu: SiO2 45,06% - 57,55%, Al2O3

8,47% - 13,10%, MgO 10,43% - 12,36%, FeO 12,02% - 14,31%. Berdasarkan klasifikasi

Leake, dkk (1997) menunjukkan jenis amfibol bervariasi mulai dari glaukofan, crossite,

Mg kataporit, kataporit, Mg-hornblende, tremolit, aktinolit, dan baroisit (gambar 4.12).

Petrologi