METANOIA PROFESIONALISME GURU PEMBELAJAR …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/dikmen_3/Dr.Zulrahmat,M... · pembinaan dan pengembangan profesi guru secara berkelanjutan sebagai

Embed Size (px)

Citation preview

  • METANOIA PROFESIONALISME GURU PEMBELAJAR

    Oleh:

    Zulrahmat

    A. PENGANTAR

    Pemerintah menempatkan pembangunan pendidikan sebagai

    program yang sangat strategis dalam pembangunan Nasional. Hal ini

    tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan

    bahwa pemerintah dalam menyelenggarakan satu sistem pendidikan

    nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan

    Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan

    kehidupan bangsa. Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin

    pemerataan kesempatan pendidikan serta peningkatan mutu, relevansi,

    dan efisiensi manajemen pendidikan dalam rangka menghadapi tantangan

    perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

    Sebagai salah satu unsur penting dari pembangunan pendidikan,

    peran guru sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

    Peran itu semakin kuat dengan pencanangan guru sebagai profesi oleh

    Presiden Republik Indonesia pada tanggal 4 Desember 2004.

    Selanjutnya UndangUndang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

    tentang guru dan dosen secara eksplisit mengamanatkan adanya

    pembinaan dan pengembangan profesi guru secara berkelanjutan sebagai

    aktualisasi dari sebuah profesi pendidik. Pengembangan keprofesian

    berkelanjutan dilaksanakan bagi semua guru, baik yang sudah

    bersertifikat maupun belum bersertifikat. Sasarannya antara lain adalah

    meningkatnya kompetensi guru dan tenaga kependidikan dan pada akhir

    diharapkan akan berdampak pada kualitas pembelajaran di kelas dan

    adanya peningkatan hasil belajar siswa.

  • B. PERMASALAHAN

    Tujuan ideal yang telah diprogramkan oleh pemerintah saat ini

    sudah terlaksana meskipun belum sepenuhnya sempurna, diantaranya

    adalah program pembinaan dan pengembangan profesionalisme guru

    melalui pendidikan dan pelatihan singkat maupun berkesinambungan

    (Continuous Professional Development) dan dalam penyelenggaraannya

    diberdayakan unsur-unsur lain seperti; Kelompok Kerja (KKG);

    Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP); Kelompok Kerja Kepala

    Sekolah (KKKS); Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS); Lembaga

    Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP); dan Perguruan Tinggi (LPTK).

    Selain itu Uji Kompetensi Guru (UKG) yang telah dilaksanakan

    juga bertujuan untuk pemetaan kompetensi dan untuk mengetahui materi

    pelatihan yang akan diberikan kepada guru guna meningkatkan

    kemampuan mengajar. Meskipun pada kenyataannya UKG belum dapat

    menggambarkan kompetensi guru secara utuh, karena yang diujikan

    hanya kompetensi paedagogik dan profesional, dan hasilnyapun belum

    dimanfaatkan.

    Tulisan ini ditujukan untuk memberikan sumbangan pemikiran

    dalam pengembangan pendidikan kita, khususnya yang berkaitan dengan

    pengembangan profesionalisme guru. Pertanyaan yang penting untuk

    dijawab diantaranya adalah; (1) Bagaimana peran guru dan kualitas

    pembelajaran?; (2) Apa urgensi pengembangan profesionalisme guru?;

    dan (3) Bagaimana model pengembangan profesionalisme Individual

    guru?.

    C. PEMBAHASAN DAN SOLUSI

    1. Peran Guru dan Kualitas Pembelajaran

    Guru adalah komponen yang menentukan dalam menerapkan

    strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan

    idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa

    diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran

  • akan tergantung pada kemampuan guru dalam menggunakan metode,

    teknik, dan taktik pembelajaran. Setiap guru memiliki pengalaman,

    pengetahuan, kemampuan, gaya, dan pandangan yang berbeda

    dalam mengajar. Guru yang menganggap mengajar hanya sebatas

    menyampaikan materi pelajaran akan berbeda dengan guru yang

    menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian bantuan

    kepada siswa.

    Guru dalam proses pembelajaran memegang peran yang

    sangat penting. Guru tidak hanya berperan sebagai model atau

    teladan bagi siswa yang diajarnya, namun juga sebagai pembimbing,

    pengayom, dan pengajar. Secanggih apapun perkembangan

    perangkat teknologi dalam mendukung pembelajaran tak mungkin

    dapat menggantikan peran guru, sebab siswa adalah organisme yang

    sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang

    dewasa.

    Penelitian yang dilakukan oleh Timperley et al. (2007)

    menyimpulkan bahwa peningkatan kualitas guru akan berdampak

    terhadap praktek mengajar. Menurut mereka guru harus seorang

    profesional yang dapat mengatur diri sendiri, mampu membangun

    pengalaman belajar mereka sendiri dan mampu bekerja efektif bagi

    keberhasilan siswa mereka.

    Sementara itu Tilaar (2015) mengemukakan bahwa pada abad

    21 guru harus seorang yang memiliki kemampuan profesional,

    seorang yang profesional pada suatu masyarakat yang moderen tidak

    cukup dilahirkan secara alamiah, tetapi perlu mendapatkan pendidikan

    formal. Sorang guru profesional harus memiliki sifat jujur, bekerja

    keras, disiplin, memiliki sikap sosial yang tinggi, inovatif-kreatif, dan

    demokratis. Guru profesional juga harus menguasai ilmu pengetahuan

    baik pengetahuan umum yang diperlukan untuk menghadapi dunia

    yang juga semakin terbuka sebagai akibat dari perkembangan ilmu

  • pengetahuan dan teknologi, maupun ilmu pengetahuan yang secara

    khusus wajib dikuasai oleh seorang guru, yaitu ilmu pedagogik.

    Efektivitas dan Intensionalitas Guru

    Cruickshank dan Haefele (2001) mengemukakan bahwa guru

    yang baik adalah guru yang ideal, analitis, perhatian, kompeten, ahli,

    reflektif, memuaskan, memiliki responsifitas, dan dihormati. Stronge

    (2007) mengemukakan bahwa guru efektif meliputi karakteristik dari

    guru sebagai individu, bagaimana Ia melakukan perencanaan,

    mengajar, mengelola kelas, dan memonitor kemajuan siswanya.

    Kedua pendapat di atas menegaskan bahwa guru efektif adalah

    guru memandang pembelajaran yang dilakukannya ideal dan

    memuaskan karena dilakukan dengan perencanaan dan pengelolaan

    serta perhatian yang tinggi.

    Selain efektifitas mengajar yang perlu diperhatikan seorang

    guru, ada konsep lain yang tidak kalah penting yakni Intensionalitas

    guru dalam melakukan proses pembelajaran. Artinya bahwa efektifitas

    seorang guru bisa tergambar ketika melakukan proses pembelajaran.

    Epstein (2007) mengemukakan bahwa guru yang intensional adalah

    guru yang terus menerus memikirkan hasil terbaik bagi siswa mereka

    dan bagaimana keputusan yang mereka ambil dapat mengantar siswa

    menuju hasil yang terbaik. Sementara itu, Slavin (2011)

    mengemukakan bahwa guru yang intensional adalah guru yang

    memperhatikan kebutuhan siswa, mereka berharap dan belajar untuk

    menguasai strategi yang dapat mendorong siswa mereka berhasil.

    Lebih jauh dijelaskan bahwa guru yang intensional selalu memikirkan

    kualitas pengajaran mereka dengan mempertimbangkan banyak

    komponen pembelajaran lainnya.

    Hal ini berarti bahwa seorang guru harus memiliki pemahaman

    bahwa terjadinya kondisi pembelajaran yang maksimal tidak terjadi

    secara kebetulan, tetapi peristiwa belajar harus dilakukan dengan

  • perencanaan yang matang sehingga pemerolehan pengetahuan pada

    siswa juga tidak terjadis ecara kebetulan.

    Metanoia Profesionalisme Guru

    Metanoia berarti perubahan pola pikir atau konsep berpikir yang

    diperbaharui. Metanoia adalah transformasi yang radikal dari seluruh

    proses mental seseorang yang menghasilkan arah pemikiran baru

    tentang siapa dirinya dan bagaimana cara melihat diri sendiri.

    Metanoia secara harfiah berarti "lompatan pikiran" atau

    melampaui pikiran. Metanoia adalah sebuah kekuatan pembaharuan

    pola pikir yang membawa perubahan total dalam perspektif

    kehidupan, perubahan dalam tujuan hidup dan perubahan dalam

    kehidupan itu sendiri.

    Melalui Metanoia Profesionalisme, seorang guru diharapkan

    menyediakan sebuah kotak baru dalam alam pikirannya untuk

    menuju kearah perubahan yang mendasar tentang bagaimana melihat

    pembelajaran yang dilakukannya.

    Paradigma baru pembelajaran menuntut guru tidak hanya

    berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya,

    memahami keempat kompetensi yang diwajibkan kepadanya secara

    tekstual dan mengimplementasikannya ke dalam kegiatan

    pembelajaran sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi juga harus

    bisa menjadi pengelola pembelajaran.

    Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran

    sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Untuk itulah

    guru harus belajar secara terus-menerus untuk meningkatkan

    kemampuannya.

    2. Urgensi pengembangan profesionalisme guru

    Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1994), profesional

    berkaitan dengan mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan

    ciri suatu profesi atau orang yang professional, sedangkan menurut

  • Chambridge Dictionary kata profesional bersangkutan dengan profesi,

    memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.

    (http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/professional,). Dengan

    demikian profesionalisme guru berarti kemampuan atau kompetensi

    seorang guru untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik

    dan benar dengan komitmen yang kuat.

    Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

    pada pasal 1 menjelaskan bahwa profesional adalah pekerjaan atau

    kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber

    penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau

    kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta

    memerlukan pendidikan profesi.

    Di Indonesia dewasa ini, pengembangan perofesional sangat

    jarang dilakukan dan tidak merangkul guru secara keseluruhan,

    peningkatan pemahaman pedagogis yang dangkal, tidak memiliki

    relevansi dengan kurikulum dan pembelajaran, dilakukan secara

    parsial, dan tidak terakumulatif. Untuk itu perlu konsep yang lebih

    menyentuh untuk mengarahkan guru pada model peningkatan

    keprofesian berkelanjutan yang lebih baik.

    Yoon et al. (http://ies.ed.gov/ncee/edlabs) mengemukakan bahwa

    pengembangan profesional bagi guru adalah mekanisme kunci untuk

    meningkatkan pembelajaran dan prestasi siswa. Lebih jauh dijelaskan

    bahwa meskipun pengembangan profesional yang dilakukan

    dipercaya memiliki kualitas yang sangat baik, namun masih memiliki

    kekurangan dan perlu perbaikan, diantaranya adalah: (1) koherensi

    kurikulum; (2) minimnya pemahaman pembelajaran aktif; (3)

    ketersediaan waktu; dan (4) tingkat partisipasi kolektif guru.

    Menurut Chambridge International Examination (2015)

    pengembangan profesionalisme guru paling tidak memiliki dua

    manfaat: (1) melalui peningkatan profesionalisme guru yang efektif

    dapat meningkatkan pengetahuan guru yang bersangkutan, yang

  • pada gilirannya meningkatkan pembelajaran; (2) meningkatan

    partisipasi: Menurut Survey Teaching And Learning International

    Survey (2008), Guru yang menggunakan praktek pengajaran yang

    beragam dan berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran, menerima

    lebih banyak umpan balik dan penilaian yang positif dalam

    pembelajaran mereka. Kedua pendapat di atas mengindikasikan

    bahwa meskipun penyelenggaraan pengembangan profesi yang

    dilakukan terhadap guru telah maksimal, namun masih perlu terus

    ditingkatkan.

    Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan, dan Kementerian Agama perlu memikirkan pentingnya

    pengembangan profesi bagi guru. Menurut penulis pengembangan

    profesi bagi guru harusnya fokus pada: (1) peningkatan pemahaman

    konsep pedagogis; (2) peningkatan pengetahuan dan keterampilan

    guru dalam perencanaan, desain, dan implementasi pengajaran; (3)

    peningkatan pemahaman variasi strategi pembelajaran; (4)

    peningkatkan kemampuan prestasi belajar siswa.

    3. Model Pengembangan Profesionalisme Individual

    Menurut Swenen et al. (2009) mengajar adalah profesi yang

    sangat kompleks. Menjadi seorang guru adalah proses

    transformasional dan oleh karena itu yang terpenting adalah

    bagaimana mengembangkan motivasi, identitas pribadi, dan

    profesionalisme individual dari guru yang bersangkutan. Itu semua

    hanya dapat diperoleh dan diperkaya dengan berkomitmen menjadi

    bagian terpenting dari sebuah manajemen sekolah secara

    keseluruhan.

    Berkaitan dengan peningkatan motivasi individual dalam

    membangun komitmen sebagai guru profesional, penulis akan

    kemukakan beberapa pemikiran dalam membangun komitmen pribadi

  • sebagai seorang guru, yang penulis sebut sebagai Model

    Pengembangan Profesional Individual.

    Peran guru dalam mengelola pembelajaran begitu sentral,

    tugas-tugas yang meliputi, melakukan analisis kebutuhan,

    mengidentifikasi karakteristik peserta didik, merencanakan strategi

    instruksional, pemilihan konten yang sesuai, mengidentifikasi media

    yang tepat, mengajarkan, dan mengevaluasi peserta didik, oleh

    karena itu kata perubahan belum cukup untuk menuju kearah yang

    lebih baik. Guru harus melakukan lompatan revolusioner dengan

    menempatkan sebuah kotak baru dalam alam pikirannya kearah

    perubahan yang mendasar. Langkah langkah pengembangan

    individual yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

    Gambar 1. Model Pengembangan Profesional Individual

    Pemahaman Pedagogis

    Seorang guru harus memiliki pemahaman konsep pedagosi.

    Dengan pemahaman pedagogis guru akan mampu memahami kondisi

    internal dan eksternal pembelajaran yang akan dilakukannya,

    tujuannya adalah agar guru dapat menyediakan layanan yang paling

    dibutuhkan oleh siswanya.

  • Desainer Pembelajaran

    Jika guru telah memiliki pemahaman pedagogis yang baik, hal

    ini akan mendorong guru menciptakan desain pembelajaran yang

    tepat, mengembangkan metode dan strategi pembelajaran yang

    sesuai dengan karakteristik peserta didik dan tujuan pembelajaran

    yang akan dicapai.

    Guru Pembelajar

    Tugas Guru bukan semata-mata menjadi pengajar tetapi juga

    sebagai pendidik. Sebagai pendidik guru harus memiliki berbagai

    kemampuan professional, harus mampu menyajikan proses

    pembelajaran yang menarik, memberi motivasi, dan menginspirasi,

    oleh karena itu pengetahuan dan pengalaman guru harus senantiasa

    diperbaharui dengan berbagai masukan positif yang didapat dari

    berbagai sumber belajar.

    Refleksi dan Revisi

    Setelah semua kewajiban dan tanggung jawab dalam

    melaksanakan tugas profesinya, seorang guru selanjutnya diharapkan

    menuju ke proses pengenalan akan diri sendiri melalui refleksi dan

    revisi. Proses pengenalan diri melalui refleksi dan revisi akan

    membentuk guru menyadari apakah tanggungjawab keprofesiannya

    telah benar-benar dilaksanakan dengan baik atau hanya setengah-

    setengah. Dibutuhkan keberanian dan kejujuran dalam proses

    pengenalan diri melalui refleksi dan revisi, sebab jika tidak ada

    keberanian dan kejujuran, maka refleksi dan revisi yang sebenarnya

    akan sia-sia, yang ada hanyalah rasa egositas pada diri sendiri, dan

    ini berarti tidak ada kesadaran akan tanggungjawab sebagai seorang

    yang professional. Tujuan dari refleksi dan revisi adalah

    teridentifikasinya beberapa kekurangan untuk dilakukan perbaikan

    seperlunya.

  • D. KESIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan kajian yang telah dikemukakan di atas, disimpukan

    sebagai berikut:

    a. Peran guru dalam proses pembelajaran bukan hanya sebagai

    model dan teladan bagi siswa, namun juga mendidik, mengajar,

    membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

    siswanya. Secanggih apapun perkembangan perangkat teknologi

    tak mungkin dapat menggantikan peran guru dalam pembelajaran.

    b. Pengembangan profesionalisme guru di Indonesia jarang

    dilakukan, belum mampu merangkul guru secara keseluruhan,

    pemahaman pedagogis yang dangkal, dan dilakukan secara

    parsial. Untuk itu perlu kebijakan yang lebih kuat untuk

    mengarahkan guru arah pengembangan profesi yang lebih baik.

    c. Dibutuhkan komitmen pribadi sebagai guru untuk melakukan

    reformasi dengan melakukan peningkatan profesionalisme

    individual dengan cara: (1) meningkatkan pemahaman pedagogis;

    (2) mengembangkan desain pembelajarannya sendiri sesuai

    dengan karakteristik siswa dan materi pembelajarannya; (3)

    menyadari bahwa belajar terus-menerus adalah cara mengatasi

    kelemahan; dan (4) senantiasa mengntospeksi diri sendiri dengan

    melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukannya.

    Saran dari penulis sebagai bahan masukan bagi sesama guru

    maupun pengambil kebijakan kita sebagai berikut:

    a. Dibutuhkan transformasi individual dari guru dalam melihat

    profesinya sebagai guru. Melalui konsep metanoia

    profesionalisme, guru diharapkan mampu membuat lompatan

    baru dengan menyediakan kotak baru menuju kearah perubahan

    yang mendasar bagaimana melihat pembelajaran dan

    mengarahkan pembelajaran ke arah yang lebih baik.

  • b. Pengembangan profesionalisme guru harusnya fokus pada: (1)

    peningkatan pemahaman ilmu pedagogis; (2) peningkatan

    pengetahuan dan keterampilan guru dalam perencanaan, desain,

    implementasi dan evaluasi pengajaran; dan (3) peningkatan

    pemahaman variasi strategi pembelajaran.

    c. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru, maka kata

    kuncinya adalah peningkatan kualitas pembelajaran guru dengan

    kebijakan pengembangan profesionalisme berkelanjutan.

    E. DAFTAR PUSTAKA

    Chambridge International Examinations, Professional Development, www.cie.org.uk/events, diakses, 4 November 2016.

    Chambridge Dictionary, http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/professional, diakses, 4 November 2016.

    Cruickshank, D. R., & Haefele, D., Good teachers, plural. Educational Leadership 58 no8 F, 2001. http://www83.homepage.villanova.edu/richard.jacobs/EDU%208869/Cruickshank-Hafele.pdf. diakses 3 November 2016.

    Epstein, Ann S., The Intentional Teacher: Choosing the Best Strategies for Young Childrens Learning, Washington: NAYC, 2007.

    OECD, Creating Effective Teaching and Learning Environments: Firs Result Form TALIS, 2009, http://www.oecd.org/edu/school/43023606.pdf, diakses, 12 November 2016.

    Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka: Jakarta, 2008.

    Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1.

    Slavin, Robert E., Educational Psychology: Theory and Practice, 9th edition, New Jersey: Pearson Education Inc., 2009.

    Stronge, James H., Qualities of effective teachers 2nd editions, Association for Supervision and Curriculum Development, Alexandria, Virginia USA, 2007.

    Swennen, Anja, Klink, Marcel van der, Becoming a Teacher Educator: Theory and Practice for Teacher Educators, Amsterdam: Springer, 2009.

    http://www.cie.org.uk/eventshttp://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/professionalhttp://www83.homepage.villanova.edu/richard.jacobs/EDU%208869/Cruickshank-Hafele.pdfhttp://www83.homepage.villanova.edu/richard.jacobs/EDU%208869/Cruickshank-Hafele.pdf

  • Tilaar, H. A. R., Pedagogik Teoritis untuk Indonesia, Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2015.

    Timperley, Helen, Wilson, Aaron, Barrar, Heather, Fung, Irene, Teacher Professional Learning and Development Best Evidence Synthesis Iteration [BES], 2007, www.minedu.govt.nz. Diakses 3 November 2016.

    Yoon, KS., Duncan T, Lee, SWY., Scarloss B., Shapley, KL.. Reviewing the evidence on how teacher professional development af fec ts student achievement, National Center for Education Evaluation and Regional Assistance, (2007). http://ies.ed.gov/ncee/edlabs. Diakses 12, November 2016.

    http://www.minedu.govt.nz/http://ies.ed.gov/ncee/edlabs

  • Artikel simposium paling baru..pdfpernyataan kesalian naskah_zulrahmat.pdf