52
METODE EKSPLORASI Metoda dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu : I. Metoda langsung, terdiri dari : A. Metoda langsung di permukaan B. Metoda langsung di bawah permukaan II. Metoda tidak langsung, terdiri dari : A. Metoda tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain mengenai bed rock, soil, air, vegetasi dan stream deposit. B. Metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara yaitu cara magnetik (sudah jarang digunakan), gravitasi (sudah jarang digunakan), cara seismik yang terdiri dari cara reflaksi dan refleksi, cara listrik (resistifity), dua cara yang terakhir yaitu cara radiokatif yang masih jarang digunakan, hal ini disebabkan karena cara ini relatif lebih mahal dan lebih rumit dari cara-cara sebelumnya. I. Metoda Langsung Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan dapat dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi permukaan/bawah permukaan, terhadap endapan yang dicari, serta dapat dilakukan

METODE EKSPLORASI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: METODE EKSPLORASI

METODE EKSPLORASI

Metoda dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu :

I. Metoda langsung, terdiri dari :

A. Metoda langsung di permukaan

B. Metoda langsung di bawah permukaan

II. Metoda tidak langsung, terdiri dari :

A. Metoda tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain mengenai

bed rock, soil, air, vegetasi dan stream deposit.

B. Metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara yaitu

cara magnetik (sudah jarang digunakan), gravitasi (sudah jarang digunakan),

cara seismik yang terdiri dari cara reflaksi dan refleksi, cara listrik

(resistifity), dua cara yang terakhir yaitu cara radiokatif yang masih jarang

digunakan, hal ini disebabkan karena cara ini relatif lebih mahal dan lebih

rumit dari cara-cara sebelumnya.

I. Metoda Langsung

Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan

dapat dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi

permukaan/bawah permukaan, terhadap endapan yang dicari, serta dapat

dilakukan deskripsi megaskopis/mikroskopis, pengukuran, dan sampling

terhadap objek yang dianalisis. Begitu juga dengan interpretasi yang dilakukan,

dapat berhubungan langsung dengan fakta-fakta dari hasil pengamatan

lapangan. Metode eksplorasi langsung ini dapat dilakukan pada sepanjang

kegiatan eksplorasi (tahap awal sampai dengan detail).

Beberapa metode yang akan dipelajari sehubungan dengan Metode

Eksplorasi Langsung ini adalah :

A. Pemetaan Geologi

B. Tracing Float, Paritan, dan Sumur uji

C. Sampling

D. Pemboran Eksplorasi

Page 2: METODE EKSPLORASI

A. Pemetaan Geologi

Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-

informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan

berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai

penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi

gejala-gejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola

penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain pemetaan informasi geologi,

pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda mineralisasi yang

berupa alterasi mineral.

Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung

pada informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta.

Skala peta tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang

diperoleh yang diperoleh. Tingkat ketelitian peta geologi ini juga

dipengaruhi oleh tahapan eksplorasi yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi

awal, skala peta 1 : 25.000 mungkin sudah cukup memadai, namun pada

tahap prospeksi sampai dengan penemuan, skala peta geologi sebaiknya 1 :

10.000 sampai dengan 1 : 2.500.

Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi

singkapan) dapat dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas geologi,

serta penentuan posisi melalui orientasi lapangan atau dengan cara tali-

kompas.

Namun dalam tahapan eksplorasi lanjut sampai dengan detail,

pengamatan singkapan dapat diperluas dengan menggunakan metode-

metode lain seperti uji sumur, uji parit, maupun bor tangan atau auger,

sedangkan penentuan posisi dilakukan dengan menggunakan alat ukur

permukaan seperti pemetaan dengan plane table atau dengan teodolit

1. Penyelidikan singkapan (out crop)

Informasi-informasi geologi permukaan tersebut pada umumnya

diperoleh melalui pengamatan (deskripsi) singkapan-singkapan batuan.

Singkapan dapat didefinisikan sebagai bagian dari tubuh

Page 3: METODE EKSPLORASI

batuan/urat/badan bijih yang tersingkap (muncul) di permukaan akibat

adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya.

Singkapan segar umumnya dijumpai pada :

a. Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah

sungai terjadi pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang

menutupi tubuh batuan tertransportasi yang menyebabkan tubuh

batuan nampak sebagai singkapan segar

b. Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara

alami yang umumnya disebabkan oleh pengaruh gaya yang berasal

dari dalam bumi yang disebut gaya endogen misalnya adanya letusan

gunung berapi yang memuntahkan material ke permukaan bumi dan

dapat juga dilihat dari adanya gempa bumi akibat adanya gesekan

antara kerak bumi yang dapat mengakibatkan terjadinya patahan atau

timbulnya singkapan ke permukaan bumi yang dapat dijadikan

petunjuk letak tubuh batuan.

Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu

singkapan antara lain :

a. Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang

tersingkap.

b. Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau

major) yang ada.

c. Pemberian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis,

sifat-sifat fisik, tekstur, mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris,

fragmen-fragmen, serta dimensi endapa

2. Traverse (Lintasan)

Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan

lintasan-lintasan pengamatan yang dapat mencakup seluruh daerah

pemetaan. Perencanaan lintasan tersebut sebaiknya dilakukan setelah

gambaran umum seperti kondisi geologi regional dan geomorfologi

Page 4: METODE EKSPLORASI

daerah diketahui, agar lintasan yang direncanakan tersebut efektif dan

representatif.

Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran

sungai atau jalur-jalur kikisan yang memotong arah umum perlapisan,

dengan tujuan dapat memperoleh variasi litologi (batuan). Kadang-

kadang juga diperlukan lintasan-lintasan yang searah dengan jurus umum

perlapisan dengan tujuan dapat mengetahui kemenerusan lapisan. Secara

umum lintasan (traverse) pemetaan ada 2 , yaitu lintasan terbuka dan

lintasan tertutup. Lintasan terbuka mempunyai titik awal dan titik akhir

yang tidak sama, sedangkan lintasan tertutup bersifat loop (titik awal dan

titik akhir sama).

Namun yang perlu diperhatikan, informasi-informasi yang

diperoleh dari lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan sebagai

dasar dalam melakukan korelasi batas satuan-satuan litologi.

Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan

kompas dan pengukuran penampang stratigrafi. Lintasan kompas

(measured section atau tali kompas) dilakukan dengan tujuan membuat

penampang (topografi dan litologi) di sepanjang lintasan. Sedangkan

pengukuran penampang stratigrafi dilakukan untuk mengetahui

ketebalan, struktur perlapisan, variasi satuan litologi, atau mineralisasi

dengan detail. Umumnya pengukuran penampang stratigrafi dilakukan

pada salah satu lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuat

informasi litologi keseluruhan wilayah

3. Interpretasi dan informasi data

Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari

kegiatan pemetaan geologi/alterasi antara lain :

a. Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara).

b. Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau

batubara.

c. Penyebaran dan pola alterasi yang ada.

Page 5: METODE EKSPLORASI

d. Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi

atau formasi).

e. Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.

f. Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi

geoteknik dan hidrologi.

g. Bangunan-bangunan, dll.

Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah

dasar geologi perlu diperhatikan, antara lain :

a. Efek fisiografis ; berhubungan dengan topografi dan morfologi.

b. Zona-zona mineralogis ; berhubungan dengan batas zona

endapan/bijih, zona pelapukan, dan zona (penyebaran) alterasi.

c. Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan,

zona-zona intrusi, dan proses sedimentasi.

d. Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan,

lipatan, zona kekar, kelurusan-kelurusan, dll.

Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat

memberikan manfaat antara lain :

a. Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui

(diperkirakan).

b. Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.

c. Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan)

dapat dihindarkan (efisiensi).

d. Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui

dengan pasti

B. Tracing Float dan Tracing dengan panin (Paritan, dan Sumur Uji)

1. Tracing Float (penjejakan)

Float adalah fragmen-fragmen atau potongan-potongan biji

yang berasal dari penghancuran singkapan yang umumnya

disebabkan oleh erosi, kemudian tertransportasi yang biasanya

dilakukan oleh air, dan dalam melakukan tracing kita harus berjalan

Page 6: METODE EKSPLORASI

berlawanan arah dengan arah aliran sungai sampai float dari bijih

yang kita cari tidak ditemukan lagi, kemudian kita mulai melakukan

pengecekan pada daerah antara float yang terakhir dengan float yang

sebelumnya dengan cara membuat parit yang arahnya tegak lurus

dengan arah aliran sungai, tetapi jika pada pembuatan parit ini dirasa

kurang dapat memberikan data yang diinginkan maka kita dapat

membuat sumur uji sepanjang parit untuk mendata tubuh batuan

yang terletak jauh dibawah over burden.

2. ` Tracing dengan Panning (mendulang)

Caranya sama seperti tracing float, tetapi bedanya terdapat

pada ukuran butiran mineral yang dicara biasanya cara ini digunakan

untuk mencari jejak mineral yang ukurannya halus dan memiliki

masa jenis yang relatif besar. Persamaan dari cara tracing yaitu pada

kegiatan lanjutan yaitu trencing atau test pitting.

Cara-cara tracing, baik tracing float maupun tracing dengan

panning akan dilanjutkan dengan cara trenching atau test pitting.

a. Trenching (pembuatan parit)

Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa

dilakukan pada overburden yang tipis, karena pada pembuatan

parit kedalaman yang efektif dan ekonomis yang dapat dibuat

hanya sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan parit

dinilai tidak efektif dan ekonomis. Pembuatan parit ini dilakukan

dengan arah tegak lurus ore body dan jika pembuatan parit ini

dilakukan di tepi sungai maka pembuatan parit harus tegak lurus

dengan arah arus sungai. Paritan dibangun dengan tujuan untuk

mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan perlapisan,

struktur tanah dan lain-lain.

Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara

dalam observasi singkapan atau dalam pencarian sumber (badan)

bijih/endapan.

Page 7: METODE EKSPLORASI

1) Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan

dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak

lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis).

Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan,

kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan

(ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.

2) Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji

dibuat berupa series dengan arah paritan relatif tegak lurus

terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih

tersebut dapat diketahui. Informasi yang dapat diperoleh antara

lain ; adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif

(umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi

sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut

diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat

diketahui.

b. Test Pitting (pembuatan sumur uji)

Jika dengan trenching tidak dapat memberikan data yang

akurat maka sebaiknya dilakukan test pitting untuk

menyelidiki tubuh batuan yang letaknya relatif dalam. Kita

harus ingat bahwa pada test pitting kita harus memilih daerah

yang terbebas dari bongkahan-bongkahan maka hal ini akan

menyulitkan kita pada waktu pembuatan sumur uji dan juga

daerah yang hendak kita buat sumur uji harus bebas dari air,

karena dengan adanya air dapat menyulitkan kita pada waktu

melakukan penyelidikan struktur batuan yang terdapat pada

sumur uji yang kita buat. Pada pembuatan sumur uji ini kita

juga harus mempertimbangkan faktor keamanan, kita harus

dapat membuat sumur dengan penyangga sesedikit mungkin

tetapi tidak mudah runtuh. Hal ini juga akan mempengaruhi

kenyamanan pada waktu melakukan penelitian. Kedalaman

Page 8: METODE EKSPLORASI

sumur uji yang kita buat bisa mencapai kedalaman sampai 30

meter.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari penggalian sumur

adalah gejala longsoran, keluarnya gas beracun, bahaya akan

banjir dan lain-lain.

Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-

endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan-

endapan berlapis.

1) Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan

untuk mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah

kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan

lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal,

serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling. Biasanya

sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus

keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara

dan mineralisasi berupa urat (vein).

2) Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan

(lateritik atau residual), pembuatan sumur uji ditujukan

untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah,

zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing

zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada

deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk

endapan.

C. Sampling

1. Konsep sampling

Sampel (conto) merupakan satu bagian yang representatif atau

satu bagian dari keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai

karakteristik untuk tujuan inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti

kualitas, dan merupakan sebagian dari populasi stastistik dimana sifat-

sifatnya telah dipelajari untuk mendapatkan informasi keseluruhan.

Page 9: METODE EKSPLORASI

Secara spesifik, conto dapat dikatakan sebagai sekumpulan

material yang dapat mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih

(endapan) dalam arti kualitatif dan kuantitatif dengan pemerian

(deskripsi) termasuk lokasi dan komposisi dari batuan, formasi, atau

badan bijih (endapan) tersebut. Proses pengambilan conto tersebut

disebut sampling.

Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan)

maupun tahapan pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun

eksploitasi).

a. Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih

(mineable thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona

mineralisasi saja, tetapi juga pada zona-zona low grade maupun

material barren, dengan tujuan untuk mendapatkan batas yang jelas

antara masing-masing zona tersebut.

b. Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona

endapan, tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan

tujuan memperoleh informasi lain yang berhubungan dengan

kestabilan lereng dan pemilihan metode penambangan.

c. Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan

dengan tujuan kontrol kadar (quality control) dan monitoring front

kerja (kadar pada front kerja yang aktif, kadar pada bench open pit,

atau kadar pada umpan material).

Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan

diambil tergantung pada beberapa faktor, antara lain :

a. Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.

b. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi

c. Lokasi pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi, atau

barren)

d. Kedalaman pengambilan conto, yang berhubungan dengan letak

dan kondisi batuan induk.

e. Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.

Page 10: METODE EKSPLORASI

Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam sampling,

antara lain:

a. Salting, yaitu peningkatan kadar pada conto yang diambil sebagai

akibat masuknya material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto.

b. Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke

dalam conto.

c. Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam

penentuan posisi (lokasi) sampling karena tidak memperhatikan

kondisi geologi.

d. Kesalahan dalam analisis kimia, akibat conto yang diambil kurang

representatif.

Secara umum, dalam pemilihan metode sampling perlu

diperhatikan karakteristik endapan yang akan diambil contonya.

Bentuk keterdapatan dan morfologi endapan akan berpengaruh pada

tipe dan kuantitas sampling. Aspek karakteristik endapan untuk tujuan

sampling ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pada endapan berbentuk urat

1) Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan

urat.

2) Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar sehingga

diperlukan sample dengan volume yang besar agar representatif.

3) Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit (jika

dibandingkan dengan bukaan stope) sehingga rentan dengan

dilution.

4) Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan

zona geser (regangan), sehingga pada kondisi ini

memungkinkan terjadinya efek dilution pada batuan samping,

sehingga batuan samping perlu dilakukan sampling.

5) Perbedaan assay (kadar) antara urat dan batuan samping pada

umumny tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan

samping, impregnasi pada batuan samping, serta pola urat yang

Page 11: METODE EKSPLORASI

menjari (bercabang), sehingga dalam sampling perlu dicari dan

ditentukan batas vein yang jelas.

6) Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai

rentang yang terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat

erratic (acak/tidak beraturan) dan sulit diprediksi, sehingga

diperlukan sampling dengan interval yang rapat.

7) Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle, sehingga

cukup sulit untuk mencegah terjadinya bias akibat variabel

kuantitas per unit panjang sulit dikontrol.

8) Sampling lanjutan kadang-kadang terbatas terhadap jarak

(interval), karena pada umumnya harus dilanjutkan melalui

pemboran inti.

b. Pada endapan stratiform

Endapan stratiform disini termasuk endapan-endapan logam

dasar yang terendapkan selaras/sejajar dengan bidang perlapisan

satuan litologi (litofasies), dimana mineral bijih secara lateral

dikontrol oleh bidang perlapisan atau bentuk-bentuk sedimen yang

lain (sedimentary hosted). Karakteristik umum tipe endapan ini

yang berhubungan dengan metode sampling antara lain :

1) Mempuyai ketebalan yang cukup besar.

2) Mempunyai penyebaran lateral yang cukup luas.

3) Kadang-kadang diganggu oleh struktur geologi atau tektonik

yang kuat, sehingga dapat menimbulkan masalah dalam

sampling.

4) Arah kecenderungan kadar relatif seragam dan dapat diprediksi,

namun kadang-kadang dapat terganggu oleh adanya

remobilisasi, metamorfisme, atau berbentuk urat.

5) Perubahan-perubahan gradual atau sistematis dalam kadar harus

diikuti oleh perubahan dalam interval sampling.

Page 12: METODE EKSPLORASI

6) Dalam beberapa kondisi mungkin terdapat mineralisasi yang

berbutir halus dan kemudian berpengaruh pada besar volume

material yang dilakukan sampling.

7) Pada tipe hosted by meta-sediment, perlu diperhatikan variabel

ukuran conto akibat perubahan ukuran, kekerasan batuan, atau

nugget effect.

8) Setempat dapat terjadi perubahan kadar yang moderat dan dapat

menyebabkan kesalahan pada sampling yang signifikan.

9) Cut off kadar dapat gradasional (tidak konstan).

c. Pada endapan sedimen

Pada tipe endapan ini, termasuk endapan batubara,

ironstones, potash, gipsum, dan garam, yang mempunyai

karakteristik :

1) Mempuyai kontak yang jelas dengan batuan samping.

2) Mempunyai fluktuasi perubahan indikator kualitas yang bersifat

gradual.

3) Sampling sering dikontrol oleh keberadaan sisipan atau parting

dalam batubara, sehingga interval sampling lebih bersifat ply

per ply.

4) Perubahan (variasi) ketebalan lapisan yang cenderung gradual,

sehingga anomali-anomali yang ditemukan dapat diprediksi

lebih awal (washout, sesar, perlipatan, dll.), sehingga pola dan

kerapatan sampling disesuaikan dengan variasi yang ada.

5) Rekomendasi pola sampling (strategi sampling) adalah dengan

interval teratur secara vertikal, bed by bed (atau ply by ply), atau

jika relatif homogen dapat dilakukan secara komposit.

d. Pada endapan porfiri

Karakteristik umum dari tipe endapan ini yang perlu

diperhatikan adalah :

Page 13: METODE EKSPLORASI

1) Mempuyai dimensi yang besar, sehingga sampling lebih

diprioritaskan dengan pemboran inti (diamond atau percussion).

2) Umumnya berbentuk non-tabular, umumnya mempunyai kadar

yang rendah dan bersifat erratic, sehingga kadang-kadang

dibutuhkan conto dalam jumlah (volume) yang besar, sehingga

kadang-kadang dilakukan sampling melalui winze percobaan,

adit eksplorasi, dan paritan.

3) Zona-zona mineralisasi mempunyai pola dan variabilitas yang

beragam, seperti tipe disseminated, stockwork, vein, atau fissure,

sehingga perlu mendapat perhatian khusus dalam pemilihan

metode sampling.

4) Keberadaan zona-zona pelindian atau oksidasi, zona pengkayaan

supergen, dan zona hipogen, juga perlu mendapat perhatian

khusus.

5) Mineralisasi dengan kadar hipogen yang relatif tinggi sering

terkonsentrasi sepanjang sistem kekar sehingga penentuan

orientasi sampling dan pemboran perlu diperhatikan dengan

seksama

6) Zonasi-zonasi internal (alterasi batuan samping) harus selalu

diperhatikan dan direkam sepanjang proses sampling

7) Variasi dari kerapatan pola kekar akan mempengaruhi kekuatan

batuan, sehingga interval (kerapatan) sampling akan sangat

membantu dalam informasi fragmentasi batuan nantinya.

2. Grab sampling

Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik

sampling dengan cara mengambil bagian (fragmen) yang berukuran

besar dari suatu material (baik di alam maupun dari suatu tumpukan)

yang mengandung mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang

khusus). Tingkat ketelitian sampling pada metode ini relatif

mempunyai bias yang cukup besar

Page 14: METODE EKSPLORASI

Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab

sampling ini antara lain :

a. Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan

gambaran umum kadar.

b. Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada

transportasi material, dengan tujuan pengecekan kualitas.

c. Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja

untuk memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan,

dll.

3. Bulk Sampling

Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling

dengan cara mengambil material dalam jumlah (volume) yang besar,

dan umum dilakukan pada semua fase kegiatan (eksplorasi sampai

dengan pengolahan). Pada fase sebelum operasi penambangan, bulk

sampling ini dilakukan untuk mengetahui kadar pada suatu blok atau

bidang kerja. Metode bulk sampling ini juga umum dilakukan untuk

uji metalurgi dengan tujuan mengetahui recovery (perolehan) suatu

proses pengolahan. Sedangkan pada kegiatan eksplorasi, salah satu

penerapan metode bulk sampling ini adalah dalam pengambilan

conto dengan sumur uji (lihat Gambar 6.5).

4. Chip sampling

Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode

sampling dengan cara mengumpulkan pecahan batuan (rock chip)

yang dipecahkan melalui suatu jalur (dengan lebar ± 15 cm) yang

memotong zona mineralisasi dengan menggunakan palu atau pahat.

Jalur sampling tersebut biasanya bidang horizontal dan pecahan-

pecahan batuan tersebut dikumpulkan dalam suatu kantong conto.

Kadang-kadang pengambilan ukuran conto yang seragam (baik

ukuran butir, jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama pada

Page 15: METODE EKSPLORASI

urat-urat yang keras dan brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat

menimbulkan kesalahan seperti oversampling (salting) jika ukuran

fragmen dengan kadar tinggi relatif lebih banyak daripada fragmen

yang low grade.

5. Channel sampling

Channel sampling adalah suatu metode pengambilan conto

dengan membuat alur (channel) sepanjang permukaan yang

memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi). Alur tersebut dibuat

secara teratur dan seragam (lebar 3-10 cm, kedalaman 3-5 cm) secara

horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan lapisan.

Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam

mengumpulkan fragmen-fragmen batuan dalam satu conto atau

melakukan pengelompokan conto (sub-channel) yang tergantung

pada tipe (pola) mineralisasi, antara lain :

a. Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam,

yang diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar.

Contohnya pada pembuatan channel dalam sumur uji pada

endapan laterit atau residual

b. Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang

diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona mineralisasi.

c. Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel

dalam satu analisis kadar atau dibuat komposit.

d. Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel

sampling per tebal seam (lapisan) atau ply per ply (jika terdapat

sisipan pengotor).

6. Preparasi conto

conto diperoleh, kemudian dibawa ke laboratorium untuk

dilakukan assay (analisis kadar). Karena yang dianalisis tersebut

hanya sebagian kecil dari conto, maka diperlukan preparasi conto,

Page 16: METODE EKSPLORASI

agar bagian conto yang dianalisis masih representatif terhadap

kondisi yang sebenarnya. Namun secara umum, ukuran conto dapat

berpengaruh terhadap hasil analisis, sehingga biasanya analisis

dilakukan sedikitnya pada dua laboratorium yang berbeda, dan

sebagian conto lagi disimpan sebagai dokumentasi.

Pengurangan conto (reduksi sampel) sebaiknya dilakukan

setelah pengurangan ukuran partikel, atau dengan kata lain proses

pembagian (split) conto dilakukan pada fraksi ukuran yang telah

seragam

D. Pemboran

Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah

menentukan kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan

pemboran sangat penting jika kegiatan yang dilakukan adalah

menentukan zona mineralisasi dari permukaan. Kegiatan ini dilakukan

untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan sebaik

mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah

dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah

permukaan secara menyeluruh.

Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal yang perlu

diperhatikan dan direncanakan dengan baik adalah :

1. kondisi geologi dan topografi

2. tipe pemboran yang akan digunakan,

3. spasi pemboran,

4. waktu pemboran, dan

5. pelaksana (kontraktor) pemboran.

Selain itu aspek logistik juga harus dipikirkan dengan cermat, antara lain:

1. juru bor

2. peralatan dan onderdil yang dibutuhkan

3. alat transportasi

4. konstruksi peralatan pemboran, dll

Page 17: METODE EKSPLORASI

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat pemboran :

1. tujuan (open hole – coring)

2. topografi dan geografi (keadaan medan, sumber air)

3. litologi dan struktur geologi (kedalaman pemboran, pemilihan mata

bor)

4. biaya dan waktu yang tersedia

5. peralatan dan keterampilan.

Hasil yang diharapkan dari pemboran eksplorasi, antara lain :

1. identifikasi struktur geologi

2. sifat fisik batuan samping dan badan bijih

3. mineralogi batuan samping dan badan bijih

4. geometri endapan

5. sampling, dll.

Umumnya mekanisme pemboran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu

rotary drilling, percussive drilling, dan rotary-percussive drilling. Pada

mekanisme rotary drilling terdapat tiga macam penggerak atau pemutar

stang bor yaitu spindle, rotary table, dan top drive. Mesin penggerak

yang digunakan dapat bekerja secara mekanik (dengan bahan bakar)

maupun elektrik. Mata bor yang sering digunakan umumnya berupa

tricone bit untuk pemboran open hole (non coring) ataupun diamond bit

untuk pemboran inti (coring)

Fluida bor yang sering digunakan dalam suatu operasi pemboran

dapat berupa udara, air, lumpur atau campuran air dan lumpur. Fluida bor

pada umumnya berfungsi untuk : (a) pendingin mata bor, (b) pelumas, (c)

mengangkat sludge ke atas, (d) melindungi dinding lubang bor dari

runtuhan.

1. Perencanaan dan pola pemboran

Metode pemboran yang digunakan bergantung kepada asumsi

letak dan ketebalan target yang akan dibor berdasarkan pada

informasi/data permukaan yang diperoleh. Dengan melakukan

Page 18: METODE EKSPLORASI

pemboran, maka dapat dievaluasi kembali konsep dan prediksi

geologi (interpretasi) yang telah ada sebelumnya.

Pembuatan lubang bor secara vertikal digunakan untuk kondisi

dimana zona mineralisasi diperkirakan pada kedalaman yang dangkal

atau pada endapan disseminated. Namun demikian kondisi lubang bor

yang cenderung miring atau curam biasanya digunakan untuk target

endapan yang mempunyai kemiringan yang besar, dengan tujuan agar

dapat menembus zona mineralisasi pada sudut 900 (relatif tegak lurus).

Selain itu dari pemboran juga diharapkan dapat diketahui batas-batas

zona pelapukan, zona oksidasi, atau zona bijih (batuan dasar).

a. Pola pemboran

Pemboran dilakukan untuk dapat menentukan batas (outline)

dari beberapa endapan dan juga kemenerusan dari endapan tersebut

yang berfungsi untuk perhitungan cadangan. Metode pemboran

yang akan digunakan bergantung kepada akses permukaan. Pada

daerah yang tidak mengalami kendala akses pola pemboran yang

digunakan adalah persegi panjang dengan bentuk teratur. Lubang

bor pertama digunakan untuk proyeksi dip dari anomali bawah

permukaan atau interpretasi pusat anomali geofisika (atau anomali

geokimia) di bawah permukaan.

Program berikutnya direncanakan setelah melihat hasil dari

sejumlah lubang bor pada daerah target. Spasi lubang bor

didasarkan pada antisipasi ukuran target, atau pengalaman

sebelumnya terhadap endapan yang sejenis dan dari sejumlah

kegiatan pemboran di lokasi tersebut. Lokasi pemboran dan

orientasi titik bor selanjutnya didasarkan pada sukses pemboran

pada lubang pertama. Jika pemboran pada lubang pertama tidak

memberikan keyakinan geologi yang pasti maka daerah target lain

harus dicoba.

Suatu endapan paling tidak sudah didefinisikan arah

kemenerusan dan zona mineralisasinya. Spasi antar lubang bor

Page 19: METODE EKSPLORASI

bergantung pada tipe mineralisasi dan kemenerusannya. Contoh

kasus seperti endapan urat, lubang bor pertama digunakan untuk

mengidentifikasikan struktur, dan tidak banyak digunakan untuk

penentuan kadar karena hal tersebut biasanya ditaksir secara akurat

dengan sampel bawah permukaan. Tipe spasi untuk endapan urat

adalah 25–50 m sedangkan untuk endapan stratiform spasinya

antara 100 m sampai beberapa ratus meter.

Pola pemboran dalam kegiatan eksplorasi bergantung dari

data yang diperoleh. Pada tahap pengenalan dimana seorang

geologist belum mengetahui secara jelas lokasi tsb maka lubang

bor pertama dapat digunakan untuk orientasi. Untuk eksplorasi

endapan uranium, batubara dan borat lubang pengamatan dapat

dibuat pada jarak 10 km dari formasi sedimen yang diamati.

Lubang berikutnya terletak beberapa km dari target dengan spasi

100–200 m. Namun demikian spasi pemboran dapat juga

ditentukan dari peta geologi, geokimia, geofisika dan hasil

geostatistik.

Penentuan pola pemboran secara normal dilakukan dengan

grid yang teratur pada suatu zona mineralisasi. Hal ini akan

memberikan data statistik yang baik dan penampang geologi

dengan proyeksi minimum. Pagaran sangat baik dibuat pada jarak

200–400 m dengan interval lubang antara 100–200 m sehingga

memberikan ruang untuk pengisian kembali. Letak lubang khusus

sangat penting dan biasanya dibor dengan sudut siku-siku terhadap

arah kemiringan rata-rata.

b. Monitoring kegiatan pemboran

Monitoring geologi dan mineralisasi yang dipotong selama

pemboran sangat penting dalam rangka pengontrolan harga/biaya.

Pada tahap awal dari pemboran dibutuhkan seorang engineer

Page 20: METODE EKSPLORASI

disamping alat bor sehingga kegiatan pemboran dapat berjalan

dengan cepat.

Contoh :

1) Jika menggunakan percussive drilling maka ahli geologi

bertugas untuk melakukan observasi atau pengamatan material

yang keluar dari lubang bor.

2) Pada pemboran dengan diamond drilling maka pengamatan

dilakukan dua kali sehari untuk menganalisis inti bor, membuat

log awal, dan memutuskan lokasi lubang bor berikutnya.

Data mineralisasi, litologi, dan struktur dapat direkam dan

diplot pada grafik log sesegera mungkin setelah data diperoleh.

Data ini umumnya diperoleh dari kepingan material yang dibor

yang biasanya menyatu dengan permukaan alat bor. Informasi

mengenai assay dapat diperoleh beberapa hari kemudian tetapi

lokasi dan kedudukan mineralisasi harus segera diplot pada log

litologi.

Dengan pemboran dapat diketahui kontrol struktur dan

stratigrafi dari suatu zona mineralisasi. Adanya pengambilan

asumsi pada saat interpretasi pemboran sering tidak dapat

dilokalisasi sampai adanya data yang valid tentang kondisi bawah

permukaan.

Beberapa metode yang digunakan untuk memplot atau

mengekspresikan data lubang bor, antara lain :

1) Kontur struktur.

2) Peta isopach.

3) Kontur kadar.

4) Peta ketebalan.

5) Peta kombinasi antara kadar dan ketebalan.

Peta-peta tersebut biasanya digunakan untuk memperkirakan

letak bijih dan juga membantu dalam pemboran lanjut. Salah satu

kunci dalam kegiatan pemboran adalah kemenerusan zona

Page 21: METODE EKSPLORASI

mineralisasi, hal ini menentukan spasi lubang bor serta ketelitian

dalam perhitungan cadangan. Dalam beberapa kegiatan eksplorasi

kemenerusan ini dapat dilihat dengan membandingkan endapan

tersebut dengan endapan yang sejenis, uji kemenerusan ini

dilakukan dengan jalan menguji titik-titik terdekat atau pengujian

terhadap suatu lokasi kecil dengan spasi rapat.

c. Keputusan pemboran diakhiri

Salah satu keputusan yang paling sulit dalam kegiatan

pemboran adalah memutuskan kapan pemboran tersebut diakhiri.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan

adalah :

1) Tidak adanya mineralisasi yang dijumpai.

2) Mineralisasinya dapat dilokalisasi tetapi tidak ekonomis atau

terlalu dalam.

3) Pemboran yang dilakukan menghasilkan beberapa zona

mineralisasi yang ekonomis tetapi penyebaran kadarnya terbatas

atau perhitungan cadangan menunjukkan bahwa endapan

tersebut terlalu kecil dibanding yang diinginkan.

4) Tubuh kadar yang ekonomis sudah diketahui pasti.

5) Biaya pemboran sudah habis.

Keputusan pada langkah pertama relatif lebih mudah, namun

demikian penyebab anomali permukaan atau bawah permukaan

yang menentukan letak lubang bor tidak dapat dihindari. Langkah

kedua lebih sulit dan dalam hal ini kemungkinan mineralisasi kadar

tinggi harus dapat dieliminasi. Adanya beberapa perpotongan pada

saat prospeksi memberikan gambaran bahwa proses penentuan

kadar yang ekonomis berlaku tetapi tidak pada skala yang

memungkinkan dalam suatu endapan yang besar. Adanya kadar

mineralisasi yang tinggi sering menghasilkan beberapa tahap

pemboran untuk menguji semua hipotesis dan lokasi di sekitarnya.

Page 22: METODE EKSPLORASI

d. Kontrak pemboran

Pemboran dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan

sendiri atau dengan mengontrak perusahaan/konsultan pemboran.

Permasalahan menyangkut kondisi pemboran, jumlah lubang yang

diminta, dan harga akan dijelaskan dalam surat kontrak.

Tujuan pemboran adalah untuk memperoleh data yang

representatif dari target yang ada dengan biaya yang tersedia.

Konsekuensinya pemilihan alat bor sangat penting dan bergantung

kepada pemimpin proyek. Disamping kondisi pemboran yang

harus diperhatikan kita juga harus dapat membandingkan beberapa

metode pemboran yang berbeda sebelum kegiatan lain dilakukan.

Beberapa hal penting dari kontrak pemboran adalah :

1) Mobilisasi dan transportasi peralatan ke lokasi bor.

2) Tatanan lokasi dan pergerakan antar tiap lubang bor.

3) Harga satuan tiap meter lubang yang akan dibor.

4) Perolehan inti bor (%) jika digunakan pemboran inti.

5) Biaya konstruksi lubang (penyemenan, casing dan survei).

6) Pengangkutan dan mobilisasi kembali peralatan bor.

Setiap hal tersebut harus dapat dideskripsikan secara detail

didalam kontrak. Dalam hal pembayaran tenaga kerja juru bor

biasanya dibayar per shift dan sesuai dengan kedalaman lubang

yang dibor, sedangkan wellsite geologist dibayar sesuai dengan

perjanjian mulai dari kegiatan eksplorasi sampai target tercapai.

2. Beberapa jenis metode pemboran

Beranekaragam metode pemboran memiliki tujuan tertentu

dalam eksplorasi, jika kondisi dimana dana tidak mencukupi maka

kita dapat menggunakan metode pemboran yang agak murah seperti

auger, rotary atau percussive drilling, namun kekurangannya adalah

kualitas samplingnya kurang baik dengan kemungkinan terjadinya

Page 23: METODE EKSPLORASI

percampuran material pada level yang berbeda dapat terjadi. Untuk

pemboran yang lebih mahal biasanya menggunakan metode sirkulasi

balik atau dengan diamond drilling.

Pada prinsipnya pemboran adalah suatu kegiatan pembuatan

lubang berdiameter kecil pada suatu target eksplorasi dengan

kedalaman mencakup ratusan meter untuk memperoleh data yang

representatif.

a. Pemboran auger

Auger adalah bor tangan dengan tangkai yang dilengkapi

spiral untuk membawa material halus ke permukaan, biasanya

digunakan untuk endapan plaser. Kelebihan alat bor ini adalah

dapat digunakan untuk sampling dalam jika sumuran uji tidak

praktis. Dengan auger kita dapat mencapai kedalaman 60 m tapi

biasanya cukup sampai 30 m. Pada tanah yang halus pemboran

dengan auger biasanya cepat sehingga conto yang keluar harus

dapat diorganisasikan dengan baik. Auger adalah bor ringan dan

tidak cocok digunakan untuk tanah atau material yang keras dan

berbongkah.

b. Rotary drilling

Rotary drilling adalah metode pemboran non-coring dan

tidak sebanding jika pemboran dilakukan pada batuan dengan

kekerasan halus-sedang seperti batugamping atau batulumpur. Tipe

mata bor (bit) pada jenis pemboran ini menggunakan tricone atau

roller rock bit yang ditutupi oleh tungsten karbida. Potongan atau

kepingan batuan akan ditekan keluar oleh fluida bor yang rata-rata

kecepatannya 100 m/jam. Tipe alat bor ini biasanya digunakan oleh

industri minyak dengan diameter lubang besar (>20 cm) dan

kedalaman ratusan sampai ribuan meter dengan fluida bor berupa

lumpur.

Page 24: METODE EKSPLORASI

c. Percussive drilling

Pada dasarnya alat ini menggunakan kompresor udara dan

ukurannya bervariasi dari kecil (bor tangan) sampai alat bor besar

dengan rata-rata kedalaman pemboran ratusan meter.

Secara umum alat ini dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu :

1) Down-the-hole hammer drills

Alat bor jenis ini biasanya diletakkan lebih rendah dari

lubang sampai batas akhir dari stang bor dan digunakan untuk

pemboran non-coring. Lubang dengan diameter sampai 20 cm

dan tekanan kedalaman sampai 200 m masih mungkin, tetapi

biasanya kedalaman yang efisien antara 100–150 m. Cutting

bor ditekan keluar oleh kompresor udara. Pada tanah yang

basah daya angkat yang dihasilkan oleh kompresor dapat

menjadi tidak teratur.

2) Top hammer drills

Sesuai dengan namanya jenis bor ini memiliki alat tumbuk

yang diletakkan di bagian atas dari stang bor. Energi untuk

pemboran non-coring ini dialirkan lewat stang bor, alat ini

lebih baik dari Down-the-hole hammer drills dan biasanya

digunakan untuk lubang dengan diameter 10 cm dan

kedalaman lebih dari 100 m, tapi biasanya 20 m. Percussive

drilling adalah metode yang paling cepat dan murah namun

sering terjadi data tidak lengkap dibanding dengan diamond

drilling.

d. Reverse circulation

Reverse circulation (RC) drilling mulai digunakan pada

pertengahan tahun 70-an dan biasanya digunakan untuk material

sedimen yang tidak terkonsolidasi seperti pada endapan aluvial. Air

atau udara dapat digunakan sebagai fluida bor dan inti bor atau

sludge dapat diperoleh semua. Media fluida dialirkan ke sludge

Page 25: METODE EKSPLORASI

lewat dua dinding pada stang bor dan kembali ke permukaan lewat

pusat stang bor. Pada percussive drilling kepingan batuan juga

tertransport ke permukaan lewat tengah stang bor kemudian

menuju ke cyclon dimana disana ditampung conto bor.Kegunaan

alat bor ini adalah untuk mengumpulkan kepingan batuan lebih dari

auger, rotary atau percussive drilling. Conto dapat dikumpulkan

dengan cepat dan kadar kontaminasinya sedikit.

3 Pemboran inti

Pada pemboran dengan metode ini sampel diambil dari target

dengan diamond bit atau impregnated bit. Hal ini mengakibatkan

conto yang diperoleh pada tabung dalam (inner tube) dari core barrel

berbentuk silinder. Mata bor dan core barrel dihubungkan ke

permukaan dengan tali baja yang juga digunakan untuk menurunkan

mata bor dan core barrel ke dalam lubang.

a. Drill bit

Bentuk mata bor ini terdiri dari butiran sintetik halus dengan

kadar intan tanpa semen metalik yang memiliki karatan tertentu.

Pada umumnya keseluruhan mata bor ini digunakan untuk batuan

yang sangat keras seperti rijang, sedangkan mata bor intan tunggal

digunakan untuk batuan yang lebih halus seperti batugamping.

Diamond bit dapat digunakan untuk batuan tertentu tetapi karena

harganya yang sangat mahal maka perlu pengalaman dan pemilihan

lokasi yang tepat dalam penggunaannya.

b. Core barrel

Inti bor diperoleh dari perputaran mata bor dan kemudian

didorong ke core barrel oleh perputaran tabung. Core barrel dapat

diklasifikasikan sesuai panjang inti bor yang ditampung biasanya

1,5–3 m namun dapat pula mencapai 6 m. Umumnya terdapat dua

tabung dimana tabung luar untuk menangkap inti bor dan tabung

Page 26: METODE EKSPLORASI

dalam dalam posisi tidak berputar. Triple-tube dapat digunakan

untuk tanah yang kurang baik selanjutnya inti bor dapat diangkat

dengan menggunakan tali pada stang bor ke permukaan.

c. Sirkulasi

Air disirkulasikan pada bagian dalam dari stang bor dengan

tujuan untuk mencuci sludge, permukaan mata bor dan kemudian

dikeluarkan lewat celah antara antara dinding lubang bor dan stang

bor. Tujuan sirkulasi ini juga untuk memberi pelumasan pada mata

bor, mendinginkannya dan melepaskan hancuran batuan yang

menempel pada permukaan mata bor. Air dapat dikombinasikan

dengan lempung atau bahan aditif lainnya untuk memberikan daya

angkat bagi material yang dibor.

d. Casing

Casing digunakan untuk menutupi atau menguatkan

permukaan lubang bor. Casing dilengkapi dengan tabung baja

sehingga tali baja dapat dioperasikan dengan aman. Casing dan

mata bor telah seukuran sehingga ukuran yang lebih kecil dari itu

(diameter kecil) akan melewati ukuran besar pada lubang yang

akan dibor.

e. Kecepatan dan biaya pemboran

Mesin bor yang digunakan dalam eksplorasi mineral biasanya

memiliki kapasitas sampai 2000 m dan dapat diletakan horisontal

atau vertikal. Rata-rata penggunaannya bergantung kepada tipe alat

bor, mata bor, diameter lubang, tipe batuan, kedalaman dan

keahlian juru bor. Seorang juru bor harus mempertimbangkan

berapa besar volume fluida yang akan digunakan, besar tekanan

yang akan dipakai, besarnya perubahan putaran dan pemilihan mata

bor yang benar. Sampai sekarang belum ada kondisi baku untuk

Page 27: METODE EKSPLORASI

menentukan faktor kritis penggunaan mata bor jika kita

menginginkan optimasi pemboran yang efisien. Pemboran sampai

kedalaman 10 m/jam mungkin saja terjadi bergantung kepada

kemampuan juru bor yang menanganinya dan juga kondisi batuan

yang dibor.

4. Sampling dan informasi dari pemboran

Informasi dari lubang bor dapat diperoleh dari beberapa sumber

batuan, inti bor atau sludge, geofisika bawah permukaan; dan

informasi dari hasil pemboran. Pada bagian ini akan lebih ditekankan

pada pengamatan geologi.

a. Pemboran inti (coring)

Core recovery (CR) atau perolehan inti sangat penting,

biasanya dinyatakan dalam persen volume. Jika CR kurang dari

85–90% maka inti bor tersebut masih diragukan nilainya, hal ini

berarti terjadi loss selama pemboran dan inti bor tersebut tidak

menunjukkan conto yang sebenarnya.

Logging (pengamatan) inti bor biasanya dilakukan di

samping lokasi bor untuk menentukan apakah pemboran

dilanjutkan atau dihentikan. Beberapa organisasi memiliki prosedur

standar dalam logging inti bor dan terminologi standar untuk

mendeskripsikan sifat geologi. Logging awal pada lokasi bor

biasanya dilengkapi dengan hasil analisis inti bor. Dari logging

awal ini biasanya diperoleh data tentang gambaran umum struktur

(rekahan dan orientasi) juga litologi (warna, tekstur, mineralogi,

alterasi dan nama batuan) serta core recovery. Deskripsi harus

dilakukan secara sistematis menyangkut kualitas dan kuantitasnya.

Inti bor biasanya disimpan dalam boks kayu, plastik atau

logam yang dapat memudahkan orang memindahkannya. Inti bor

dikumpulkan untuk berbagai tujuan, bukan untuk sekedar deskripsi

geologi saja biasanya digunakan juga untuk analisis metalurgi dan

Page 28: METODE EKSPLORASI

assay. Untuk kedua tujuan tersebut inti bor biasanya dibagi dalam

dua bagian dengan gergaji intan, setengah untuk assay dan

investigasi lain, setengahnya lagi disimpan dalam core box untuk

tujuan lain.

Potongan batuan dari sludge dapat dikumpulkan selama

pemboran; keduanya menggambarkan batuan yang dipotong oleh

mata bor intan. Pemboran dengan menggunakan sirkulasi udara

pada lubang dangkal biasanya menghasilkan cutting atau sludge

yang sangat cepat ke permukaan. Namun demikian dengan

pemboran inti sirkulasi air untuk lubang yang dalam sering terjadi

cutting lambat naik ke permukaan, hal ini dapat dilihat bahwa

untuk kedalaman 1000 m cutting dapat diambil dalam waktu 20–30

menit ke permukaan sehingga biasanya sludge yang dianalisis

dahulu selama pemboran.

b. Pemboran non-corring

Dalam pemboran non-coring kepingan (chips) batuan dapat

diperoleh pada selang 1–2 m dalam keadaan kering dan

dikumpulkan pada sisi lokasi bor, setelah dicuci conto tersebut

lebih mudah untuk dianalisis secara mikroskopi. Conto tersebut

dapat juga didulang untuk memperoleh mineral berat dan

kemudian diberi perekat dan disusun sesuai interval untuk

memberikan gambaran lubang bor tersebut.

c. Kombinasi core dan sludge

Core adalah inti bor yang ditampung dalam core barrel

dimana ukuran inti sangat tergantung dengan ukuran mata bor.

Sedangkan sludge adalah hancuran batuan yang diangkat (terbawa)

oleh fluida bor, dan biasanya sludge ditampung dalam sludge tank.

II. Metoda Tidak Langsung

Page 29: METODE EKSPLORASI

Metode eksplorasi tak langsung ialah suatu metode eksplorasi yang tidak

berhubungan langsung dengan kondisi permukaan atau bawah permukaan,

terhadap endapan yang dicari. Namun melalui anomaly-anomali yang

diperoleh dari hasil pengamatan/pengukuran dengan memanfaatkan sifat-sifat

fisik atau kimia dari endapan. Beberapa metode eksplorasi tak langsung adalah:

A. Metoda tidak langsung cara geofisika

Geofisika merupakan disiplin ilmu atau metoda untuk memperkirakan

lokasi akumulasi bahan/tambang dengan cara pengukuran besaran-besaran

fisik batuan bawah permukaan bumi. Metoda yang dapat dilakukan

eksplorasi geofisika diantaranya :

1. Metoda Gravitasi

Metoda ini berdasarkan hukum gaya tarik antara dua benda di

alam. Bumi sebagai salah satu benda di alam juga menarik benda-benda

lain di sekitarnya. Kalau sebuah bandul digantung dengan sebuah pegas,

maka pegas tersebut akan merengganng akibat bandulnya mengalami

gravitasi, di tempat yang gravitasinya rendah maka regangan tadi kecil

dan di tempat yang gravitasinya besar maka regangan tadi juga lebih

besar. Dengan demikian dapat diperkirakan bentuk struktur bawah tanah

dari melihat besarnya nilai gravitasi dari bermacam-macam lokasi dari

suatu daerah penyelidikan.

Di lapangan besarnya gravitasi ini diukur dengan alat yang disebut

gravimeter, yaitu suatu alat yang sangat sensitif dan presisi. Gravimeter

bekerja atas dasar “torsion balance”, maupun bantuk atau pendulum, dan

dapat mengukur perbedaan yang kecil dalam gravitasi bumi di berbagai

lokasi pada suatu daerah penyelidikan. Gaya gravitasi bumi dipengaruhi

oleh besarnya ukuran batuan, distribusi atau penyebaran batuan, dan

kerapatan (density) dari batuan. Jadi kalau ada anomali gravitasi pada

suatu tempat, mungkin di situ terdapat struktur tertentu, seperti lipatan,

tubuh intrusi dangkal, dan sebagainya. Juga jalur suatu patahan besar,

meskipun tertutup oleh endapan aluvial, sering dapat diketahui karena

adanya anomali gravitasi.

Page 30: METODE EKSPLORASI

2. Metoda Magnetik

Bumi adalah suatu planet yang bersifat magnetik, dimana seolah-

olah ada suatu barang magnet raksasa yang membujur sejajar dengan

poros bumi. Teori modern saat ini mengatakan bahwa medan magnet tadi

disebabkan oleh arus listrik yang mengalir pada inti bumi. Setiap batang

magnet yang digantung secara bebas di muka bumi. Di setiap titik

permukaan bumi medan magnet ini memiliki dua sifat utama yang

penting di dalam eksplorasi, yaitu arah dan intensitas.

Arah dari medan magnet dinyatakan dalam cara-cara yang sudah

lazim, sedang intensitas dinyatakan dalam apa yang disebut gamma.

Medan magnet bumi secara normal memiliki intensitas 35.000 sampai

70.000 gamma jika diukur pada permukaan bumi. Bijih yang mengandung

mineral magnetik akan menimbulkan efek langsung pada peralatan,

sehingga dengan segera dapat diketahui.

Metoda eksplorasi dengan magneti sangat berguna dalam pencarian

sasaran eksplorasi sebagai berikut :

a. Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai

b. Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan

c. Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit

sebagai mineral ikutan

d. Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung

magnetit dalam jumlah cukup

e. Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan

beku yang mengandung mineral magnetik.

3. Metoda Seismik

Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan

bijih tetapi banyak dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi.

Suatu gempa atau getaran buatan dibuat dengan cara meledakan dinamit

pada kedalaman sekitar 3 meter dari permukaan bumi dan kecepatan

merambatnya getaran yang terjadi diukur. Untuk mengetahui kecepatan

Page 31: METODE EKSPLORASI

rambatan getaran tersebut pada perlapisan-perlapisan batuan, disekitar

titik ledakan dipasang alat penerima getaran yang disebut geofon

(seismometer). Geofon-geofon yang dipasang secara teratur di sekitar

lobang ledakan tadi akan terbias atau refraksi. Dengan mengetahui waktu

ledakan dan waktu kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat

diketahui kecepatan rambatan waktu getaran melalui perlapisan-

perlapisan batuan. Dengan demikian konfigurasi struktur bahwa

permukaan dapat diketahui. Gelombang akan merambat dengan

kecepatan yang berbeda pada batuan yang berbeda-beda. Geophone

merupakan alat penerima gelombang yang dipantulkan kepermukaan,

hidrophone untuk gelombang di dasar laut.

Cepat rambat gelombang seismik pada batuan tergantung pada :

a. Jenis batuan

b. Derajat pelapukan

c. Derajat pergerakan

d. Tekanan

e. Porositas (kadar air)

f. Umur (diagenesa, konsolidasi, dll)

H. Mooney (1977) mengatakan bahwa harga cepat rambat

gelombang akan lebih besar (dibandingkan) :

a. Batuan beku basa : batuan beku asam

b. Batuan beku : batuan sedimen

c. Sedimen terkonsolidasi : sedimen un-konsolidasi

d. Sedimen unkonsolidasi : sedimen un-konsolidasi

e. Soil basah : soil kering

f. Batuan sedimen karbonat : batupasir

g. Batuan utuh : batuan terkekarkan

h. Batuan segar : batuan lapuk

i. Batuan berat : batuan ringan

j. Batuan berumur tua : batuan berumur muda

Page 32: METODE EKSPLORASI

4. Metoda Geolistrik

Dalam metoda ini yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity)

dari batuan. Yang dimaksud dengan tahanan jenis batuan adalah tahanan

yang diberikan oleh masa batuan sepanjang satu meter dengan luas

penampang satu meter persegi kalau dialiri listrik dari ujung ke ujung,

satuannya adalah Ohm-m2/m atau disingkat Ohm-meter.

Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi

biasanya dipakai sistem empat elektrode yang dikontakan dengan baik

pada bumi. dua elektrode dipakai untuk memasukan arus listrik ke dalam

bumi, disebut elektrode arus (current electrode) disingkat C, dan dua

elektrode lainnya dipakai untuk mengukur voltage yang timbul karena

arus tadi, elektrode ini disebut elektrode potensial atau “potential

electode” disingkat P. ada beberapa cara dalam penyusun ke empat

elektode tersebut, dua diantaranya banyak yang dipakai adalah cara

Wenner dan cara Shlumberger.

B. Metoda tidak langsung cara geokimia

Pengukuran sistimatika terhadap satu atau lebih unsur jejak (trace

elements) pada batuan, tanah, stream, air atau gas. Tujuannya untuk mencari

anomali geokimia berupa konsentrasi unsur-unsur yang kontras terhadap

lingkungannya atau background geokimia.

Anomali dihasilkan dari mobilitas dan dispresi unsur-unsur yang

terkonsentrasi pada zona mineralisasi. Anomali merupakan perbedaan-

perbedaan yang mencolok antara satu titik atau batuan dengan titik lainnya.

Pada dasarnya eksplorasi jenis ini lebih cenderung untuk menentukan

perbedaan mendasar (anomali) unsur-unsur yang terdapat pada tanah atau

sampel yang kita cari. Proses untuk membedakan unsur ini dilakukan

dengan beberapa reaksi kimia.