Upload
vikri-helmi-lubis
View
11
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tambang
Citation preview
Vikri_helmi (17671/2010)
TUGAS
EKSPLORASI BATUBARA
Metode Eksplorasi Batubara
VIKRI HELMI
17671/2010
Dosen Pembimbing: Heri Prabowo, ST., MT
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
Vikri_helmi (17671/2010)
Eksplorasi adalah penyelidikan geologi yang dilakukan untuk mengidentifikasi,
`menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas, dan kualitas suatu endapan
bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis/kajian kemungkinan dilakukannya
penambangan. Secara umum kegiatan eksplorasi dibedakan menjadi dua, yaitu eksplorasi
tak langsung dan eksplorasi langsung.
A. Eksplorasi tak Langsung
Metode eksplorasi tak langsung ialah suatu metode eksplorasi yang tidak
berhubungan langsung dengan kondisi permukaan atau bawah permukaan, terhadap
endapan yang dicari. Namun melalui anomaly-anomali yang diperoleh dari hasil
pengamatan/pengukuran dengan memanfaatkan sifat-sifat fisik atau kimia dari endapan.
Beberapa metode eksplorasi tak langsung adalah :
Penginderaan jarak jauh
Metode eksplorasi geokimia
Metode eksplorasi geofisika
1. Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh dapat dilakukan melalui foto udara, guna mendeteksi
daerah-daerah mineralisasi atau yang kemungkinan terdapat endapan bahan galian.
Jadi melalui foto udara inilah dilakukan analisa mendalam.
2. Metoda Eksplorasi Geokimia
Eksplorasi geokimia adalah pengukuran secara sistematis satu atau lebih unsur
jejak dalam batuan, tanah, sedimen sungai aktif, vegetasi, air, atau gas, untuk
mendapatkan anomali geokimia, yaitu konsentrasi abnormal dari unsur tertentu yang
kontras terhadap lingkungannya. eksplorasi geokimia pada dasarnya terdiri dari dua
metode:
Metode yang menggunakan pola dispersi mekanis diterapkan pada mineral yang
relatif stabil pada kondisi permukaan bumi (seperti: emas, platina, kasiterit, kromit,
mineral tanah jarang). Cocok digunakan di daerah yang kondisi iklimnya
membatasi pelapukan kimiawi.
Metode yang didasarkan pada pengenalan pola dispersi kimiawi. Pola ini dapat
diperoleh baik pada endapan bijih yang tererosi ataupun yang tidak tererosi, baik
Vikri_helmi (17671/2010)
yang lapuk ataupun yang tidak lapuk. Pola ini kurang terlihat seperti pada pola
dispersi mekanis, karena unsur-unsurnya yang membentuk pola dispersi bisa:
o memiliki mineralogi yang berbeda pada endapan bijihnya (contohnya: serussit
dan anglesit terbentuk akibat pelapukan endapan galena)
o dapat terdispersi dalam larutan (ion Cu2+
dalam airtanah berasal dari endapan
kalkopirit)
o bisa tersembunyi dalam mineral lain (contohnya Ni dalam serpentin dan
empung yang berdekatan dengan sutu endapan pentlandit)
o bisa teradsorbsi (contohnya Cu teradsosbsi pada lempung atau material
organik pada aliran sungai bisa dipasok oleh airtanah yang melewati endapan
kalkopirit)
o bisa bergabung dengan material organik (contohnya Cu dalam umbuhan atau
khewan)
3. Metoda Eksplorasi Geofisika
Penerapan metoda geofisika secara terintegrasi untuk beberapa tipe mineralisasi
yang berbeda telah menunjukan hasil-hasil yang baik dan sangat membantu para akhli
eksplorasi dalam melokalisir daerah prospek mineralisasi.
Dalam eksplorasi endapan batubara, metoda geofisika sangat membantu
terutama dalam eksplorasi yang bersifat regional sampai semi regional dalam
menentukan batas-batas suatu cekungan sedimentasi yang berkaitan dengan
pengendapan batubara, struktur geologi yang mempengaruhi terhadap kontinuitas
penyebaran batubara dan intrusi batuan yang mempengaruhi terhadap kualitas
batubara. Geolistrik adalah suatu metoda eksplorasi geofisika untuk menyelidiki
keadaan bawah permukaan dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Sifat-
sifat kelistrikan tersebut adalah, antara lain. tahanan jenis (specific resistivity,
conductivity, dielectrical constant, kemampuan menimbulkan self potential dan
medan induksi serta sifat menyimpan potensial dan lain-lain. Jadi dengan alat-alat
geofisika ini, batuan yang ada di bawah permukaan bumi ini dapat tergambarkan
secara jelas. Dan untuk membuktikannya dilakukan eksplorasi langsung dengan
pemboran.
Vikri_helmi (17671/2010)
B. Eksplorasi Langsung
Metode eksplorasi langsung ialah suatu metode eksplorasi yang berhubungan
langsung dengan kondisi permukaan atau bawah permukaan, terhadap endapan yang
dicari. Beberapa metode eksplorasi langsung adalah :
Pemetaan Geologi (alterasi)
Tracing Float, Paritan, dan Sumur uji
Sampling
Pemboran Eksplorasi
1. Pemetaan Geologi (alterasi)
Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi
geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang
dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan
batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin
mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain pemetaan
informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda
mineralisasi yang berupa alterasi mineral.
Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada
informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta. Skala peta
tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang diperoleh yang
diperoleh. Tingkat ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan eksplorasi
yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi awal, skala peta 1 : 25.000 mungkin sudah
cukup memadai, namun pada tahap prospeksi s/d penemuan, skala peta geologi
sebaiknya 1 : 10.000 s/d 1 : 2.500.
Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi singkapan) dapat
dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas geologi, serta penentuan posisi
melalui orientasi lapangan atau dengan cara tali-kompas. Namun dalam tahapan
eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan singkapan dapat diperluas dengan
menggunakan metode-metode lain seperti uji sumur, uji parit, maupun bor tangan atau
auger, sedangkan penentuan posisi dilakukan dengan menggunakan alat ukur
permukaan seperti pemetaan dengan plane table atau dengan teodolit.
Vikri_helmi (17671/2010)
a. Singkapan
Informasi-informasi geologi permukaan tersebut pada umumnya diperoleh
melalui pengamatan (deskripsi) singkapan-singkapan batuan. Singkapan dapat
didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang tersingkap
(muncul) di permukaan akibat adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya.
Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada bagian-bagian
permukaan yang diperkirakan mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang tinggi,
seperti :
Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif.
Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah penutup.
Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.
Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur
penduduk, atau pada parit-parit jalan, tambang yang sudah ada.
Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan antara lain :
Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang tersingkap.
Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major)
yang ada.
Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis, sifat-
sifat fisik, tekstur, mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris, fragmen-
fragmen, serta dimensi endapan.
b. Lintasan (traverse)
Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan
lintasan-lintasan pengamatan yang dapat mencakup seluruh daerah pemetaan.
Perencanaan lintasan tersebut sebaiknya dilakukan setelah gambaran umum
seperti kondisi geologi regional dan geomorfologi daerah diketahui, agar
lintasan yang direncanakan tersebut efektif dan representatif.
Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai
atau jalur-jalur kikisan yang memotong arah umum perlapisan, dengan tujuan
dapat memperoleh variasi litologi (batuan). Kadang-kadang juga diperlukan
lintasan-lintasan yang searah dengan jurus umum perlapisan dengan tujuan
dapat mengetahui kemenerusan lapisan. Secara umum lintasan (traverse)
pemetaan ada 2 (dua), yaitu lintasan terbuka dan lintasan tertutup. Lintasan
Vikri_helmi (17671/2010)
terbuka mempunyai titik awal dan titik akhir yang tidak sama, sedangkan
lintasan tertutup bersifat loop (titik awal dan titik akhir sama).
Namun yang perlu (penting) diperhatikan, informasi-informasi yang
diperoleh dari lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan sebagai dasar
dalam melakukan korelasi (interpretasi) batas satuan-satuan litologi.
Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan
kompas dan pengukuran penampang stratigrafi. Lintasan kompas (measured
section atau tali kompas) dilakukan dengan tujuan membuat penampang
(topografi dan litologi) di sepanjang lintasan. Sedangkan pengukuran
penampang stratigrafi dilakukan untuk mengetahui ketebalan, struktur
perlapisan, variasi satuan litologi, atau mineralisasi dengan detail (rinci).
Umumnya pengukuran penampang stratigrafi dilakukan pada salah satu
lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuat informasi litologi
keseluruhan wilayah.
c. Interpretasi dan informasi data
Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan
pemetaan geologi/alterasi antara lain :
Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara).
Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau batubara.
Penyebaran dan pola alterasi yang ada.
Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau
formasi).
Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.
Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi
geoteknik dan hidrologi.
Bangunan-bangunan, dll.
Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah dasar
geologi perlu diperhatikan, antara lain :
Efek fisiografis ; berhubungan dengan topografi dan morfologi.
Zona-zona mineralogis ; berhubungan dengan batas zona endapan/bijih,
zona pelapukan, dan zona (penyebaran) alterasi.
Vikri_helmi (17671/2010)
Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan,
zona-zona intrusi, dan proses sedimentasi.
Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan,
zona kekar, kelurusan-kelurusan, dll.
Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat
memberikan manfaat antara lain :
Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui
(diperkirakan).
Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.
Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) dapat
dihindarkan (efisiensi).
Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui dengan
pasti.
Tracing Float, Paritan, dan Sumur uji
2. Tracing Float, Paritan, dan Sumur uji
a. Tracing Float
Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan)
dari badan bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran
air, maka float ini ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir).
Pada umumnya, float ini banyak terdapat pada aliran sungai-sungai.
Tracing (penjejakan perunutan) float ini pada dasarnya merupakan kegiatan
pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran kerakal
s/d boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat
pecahan-pecahan yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada
suatu tempat di bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu,
maka diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut.
Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang mengandung mineralisasi
(termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator untuk menduga jarak float
terhadap sumbernya. Selain itu sifat dan karakteristik sungai seperti kuat arus,
banjir, atau limpasan juga dapat menjadi faktor pendukung.
Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan
(tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan
Vikri_helmi (17671/2010)
berukuran kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk
material-material yang berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara konseptual
tracing dengan pendulangan ini mirip dengan tracing float.
Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah :
Peta jaringan sungai.
Titik-titik (lokasi) pengambilan float.
Titik-titik informasi dimana float termineralisasi/tidak termineralisasi.
Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float.
Lokasi dimana float mulai hilang.
Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona
sumber float telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat
dilakukan pada daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada
daerah dimana float tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan
menggunakan uji paritan (trenching) dan uji sumuran (test pitting).
b. Paritan (Trenching)
Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi
singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan.
Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara
menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan
(terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus
bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik
perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.
Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series
dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih,
sehingga batas zona bijih tersebut dapat diketahui (lihat Gambar 6.4).
Informasi yang dapat diperoleh antara lain ; adanya zona alterasi, zona
mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai
lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut
diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.
Vikri_helmi (17671/2010)
Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai
berikut :
Terbatas pada overburden yang tipis,
Kedalaman penggalian umumnya 22,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau
dengan menggunakan eksavator/back hoe),
Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah,
sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).
c. Sumur Uji (Test Pit)
Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau
pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini
dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu
deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat
dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal.
Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang
berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.
Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan
kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai,
ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat
digunakan sebagai lokasi sampling (lihat Gambar 6.5). Biasanya sumur uji
dibuat dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan
yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein).
Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual),
pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan
(zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona,
variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat
dilakukan pemodelan bentuk endapan.
Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 35 m dengan
kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan
lateritik atau residual, kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m atau sampai
menembus batuan dasar.
Vikri_helmi (17671/2010)
Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
ketebalan horizon B (zona laterit/residual),
ketinggian muka airtanah,
kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S),
kekuatan dinding lubang, dan
kekerasan batuan dasar
3. Sampling
Secara spesifik, conto dapat dikatakan sebagai sekumpulan material yang
dapat mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) dalam arti kualitatif
dan kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk lokasi dan komposisi dari
batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses pengambilan conto
tersebut disebut sampling (pemercontoan).
Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun tahapan
pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi).
Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable
thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga
pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan untuk
mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut.
Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan, tapi
juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan memperoleh
informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan lereng dan pemilihan
metode penambangan.
Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan tujuan
kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada front
kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan material).
Secara umum, dalam pemilihan metode sampling perlu diperhatikan karakteristik
endapan yang akan diambil contonya. Bentuk keterdapatan dan morfologi endapan
akan berpengaruh pada tipe dan kuantitas sampling.
4. Pemboran Eksplorasi
Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan
kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat penting
jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari permukaan.
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan
sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah
dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan
secara menyeluruh.
Vikri_helmi (17671/2010)
Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal yang perlu diperhatikan dan
direncanakan dengan baik adalah :
kondisi geologi dan topografi,
tipe pemboran yang akan digunakan,
spasi pemboran,
waktu pemboran, dan
pelaksana (kontraktor) pemboran.
Selain itu aspek logistik juga harus dipikirkan dengan cermat, antara lain :
juru bor, peralatan dan onderdil yang dibutuhkan, alat transportasi, konstruksi peralatan pemboran, dll.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat pemboran :
tujuan (open hole coring), topografi dan geografi (keadaan medan, sumber air), litologi dan struktur geologi (kedalaman pemboran, pemilihan mata bor), biaya dan waktu yang tersedia, serta peralatan dan keterampilan.
Hasil yang diharapkan dari pemboran eksplorasi, antara lain :
identifikasi struktur geologi, sifat fisik batuan samping dan badan bijih, mineralogi batuan samping dan badan bijih, geometri endapan, sampling, dll.
C. Perbedaan Eksplorasi Tak Langsung dengan Langsung