59
METODE ISTINBATH HUKUM (Studi Analisis Tafsir Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an karya Muh}ammad ‘Ali> Ash-Sha>bu>ni) Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Magister Agama (M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Oleh: BUDI SETIAWAN NIM: 216410652 PROGRAM STUDI ILMU Al-QUR’AN DAN TAFSIR PASCASARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU AL-QURAN (IIQ) JAKARTA 2019 M/1440 H

METODE ISTINBATH HUKUMrepository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/198/3/216410652...METODE ISTINBATH HUKUM (Studi Analisis Tafsir Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

  • METODE ISTINBATH HUKUM

    (Studi Analisis Tafsir Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min

    Al-Qur’an karya Muh}ammad ‘Ali> Ash-Sha>bu>ni)

    Tesis

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Magister Agama

    (M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

    Oleh:

    BUDI SETIAWAN

    NIM: 216410652

    PROGRAM STUDI ILMU Al-QUR’AN DAN TAFSIR

    PASCASARJANA MAGISTER (S2)

    INSTITUT ILMU AL-QURAN (IIQ) JAKARTA

    2019 M/1440 H

  • METODE ISTINBATH HUKUM

    (Studi Analisis Tafsir Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min

    Al-Qur’an karya Muh}ammad ‘Ali> Ash-Sha>bu>ni)

    Tesis

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Magister Agama

    (M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

    Oleh:

    BUDI SETIAWAN

    NIM: 216410652

    Pembimbing:

    Prof. Dr. Khuzaimah Tahido Yanggo, MA

    Edward Moufur, Ph.D.,MA

    PROGRAM STUDI ILMU Al-QUR’AN DAN TAFSIR

    PASCASARJANA MAGISTER (S2)

    INSTITUT ILMU AL-QURAN (IIQ) JAKARTA

    2019 M/1440 H

  • ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Tesis dengan judul METODE ISTINBATH HUKUM (Studi Analisis Tafsir

    Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an karya Muh}ammad

    ‘Ali> Ash-Sha>bu>ni), yang disusun oleh Budi Setiawan dengan Nomor

    Induk Mahasiswa 216410652 telah melalui proses bimbingan dengan baik

    dan dinilai oleh pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah untuk diajukan di

    sidang munaqasyah.

  • iii

  • iv

    PERNYATAAN PENULIS

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Budi Setiawan

    NIM : 216410652

    Tempat/Tanggal Lahir : Kota Dalam, 25 Juni 1990

    Menyatakan bahwa Tesis dengan judul METODE ISTINBATH HUKUM

    (Studi Analisis Tafsir Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min

    Al-Qur’an karya Muh}ammad ‘Ali>ash-Sha>bu>ni adalah benar – benar

    hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan, kesalahan dan

    kekurangan didalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

    Jakarta, 10 Januari 2019 M

    3 Jumadil ‘Ula 1440 H

    Penulis

  • v

    Motto

    بَِل اْليَتِْيُم يَتِْيُم اْلِعْلِم َوْاألََدبِ :لَْيَس اْليَتِْيُم اْلِذى قَْد ماََت َوالُِدهُ

    “ Bukanlah Yatim itu yang telah meninggal orang tuanya, akan tetapi yang

    yatim sesungguhnya adalah yatim ilmu dan yatim budi pekerti (Adab).”

    إِنَّ اْلَجَماَل َجَماُل اْلِعْلِم َواألَدبِ :اْلَجَماُل بِأَْثَواٍب تَُزيِّنُناَ لَْيَس

    “ Bukanlah keindahan itu dengan pakaian yang menghiasi kita, tapi

    keindahan itu adalah dengan ilmu dan adab.”

  • vi

    بسم هللا الرحمن الرحيم

    KATA PENGANTAR

    Bersyukur kepada Alloh dengan ucapan Alhamdulillahi robbil ‘alamin,

    bersholawat teriring salam kepada Rosul dengan mengucapkan

    Allohumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad wa’ala alihi washohbihi wa

    sallam. Dari hati yang paling dalam penulis menyadari sepenuhnya bahwa

    tesis ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa pertolongan dan kuasa Alloh

    sehingga penulis mampu berfikir, menuangkan ide-idenya dalam masa

    penyusunan tesis ini. dan juga adanya dukungan, bantuan, dan bimbingan dari

    berbagai pihak kepada penulis baik dari segi materil, moril maupun doa. untuk

    itu dengan segala hormat penulis sampaikan rasa terimakasih yang tak

    terhingga kepada yang terhormat:

    1. Ibu Prof. Dr. Hj. Khuzaimah Tahido Yanggo, MA selaku rektor Institut

    Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta sekaligus dosen pembimbing pertama yang

    telah membimbing dan mengarahkan penulis.

    2. Bapak Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA selaku Direktur

    Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

    3. Bapak Dr. H.Ahmad Syukron, MA selaku Kaprodi Ilmu Al-Qur’an dan

    Tafsir Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

    4. Bapak H. Edward Maofur, Ph.D.,MA selaku dosen pembimbing kedua,

    terimaksih telah sabar memberikan masukan dan arahannya.

    5. Bapak Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA selaku dosen penguji

    sidang proposal tesis sekaligus yang memberikan ide dan usulan untuk

    meneliti metode istinbath ahkam karya muhammad ali ash-shobuni.

    6. Semua dosen dan staf akademik yang terlibat dalam pengajaran atau

    administrasi, terimakasih atas ilmu yang telah di berikan.

  • vii

    7. Keluarga tercinta bapak Lusianto, ibu umiyati, bapak kabul subarkah, ibu

    siti Rodiah sebagai orangtua penulis kemudian sartika nur urrofi,

    Muhammad tsabit, bilal Abdul wahid sebagai anak dan istri yang tidak

    henti-hentinya memberikan semangat, doa, dan dukungan kepada penulis

    agar bisa segera selesai pendidikan pascasarjananya dan menjadi muslim

    yang bermanfaat bagi sesama.

    8. Bapak aday kodarudin, Ustad fachmi Ramadhan,S.Ag, ustad Abdul latief

    seluruh musyrif dan musyrifah, muhafidz dan muhafidzoh juga para santri

    dan santriwati PPTQ AL-MAA BOGOR yang telah memberikan Motivasi,

    semangat, doa dan kemudahan dalam segala urusan.

    9. seluruh muhsinin dan muhsinat para donatur Bapak Aday Kodarudin, Ust

    Yudha Setiawan, Bapak Gunanto DKM Ash-Shoff Bintaro, Ust Takdir

    Imanto DKM HAAM Sentul City, Dll yang tidak bisa disebut namanya satu

    persatu yang telah membantu dalam pembiayaan selama studi.

    10. Seluruh teman- teman sekelas dan seangkatan di pascasarjana (S2) prodi

    ilmu al-Qur’an dan tafsir Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta tahun 2016,

    terimakasih telah memberikan semangat dan doanya.

    Jakarta, 10 Januari 2019 M

    3 Jumadil ‘Ula 1440 H

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    Cover ....................................................................................................... i

    Persetujuan Pembimbing ........................................................................ ii

    Lembar Pengesahan ................................................................................ iii

    Pernyataan Penulis .................................................................................. iv

    Motto ....................................................................................................... v

    Kata Pengantar ........................................................................................ vi

    Daftar Isi ................................................................................................. viii

    Pedoman Transliterasi ............................................................................. xi

    Abstrak .................................................................................................... xv

    BAB I: PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Permasalahan .............................................. 1

    B. Permasalahan ....................................................................... 12

    1. Identifikasi ....................................................................... 12

    2. Pembatasan ...................................................................... 13

    3. Rumusan .......................................................................... 14

    C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ........................ 15

    D. Kajian Pustaka...................................................................... 15

    E. Metodologi Penelitian .......................................................... 25

    1. Jenis Penelitian ................................................................... 25

    2. Sumber Data ....................................................................... 26

    3. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 26

    F. Sistematika Penulisan .......................................................... 27

  • ix

    BAB II: KONSTRUKSI UMUM TAFSIR AHKAM DAN METODE

    ISTINBATH HUKUM

    A. Wawasan Umum Tafsir Ahkam

    1. Definisi Tafsir ahkam ................................................. 29

    2. Sejarah perkembangan Tafsir Ahkam ........................ 35

    3. Macam – Macam Karya Tafsir Ahkam ...................... 41

    B. Kontruksi Metode Istinbath Ahkam .................................. 45

    1. Defini Metode Istinbath Ahkam ................................. 45

    2. Macam – Macam Metode Istinbath Ahkam ............... 50

    BAB III: BIOGRAFI MUH}AMMAD ‘ALI> ASH-SHA>BU>NI>>

    DAN TAFSIR RAWĀI AL-BAYĀN FĪ TAFSĪR ĀYAT

    AL-AHKĀM MIN AL-QUR’AN

    A. Biografi Muh}Ammad ‘Ali> Ash-Sha>Bu>Ni>> ............ 92

    1. Riwayat Hidup Muh}Ammad ‘Ali> Ash-Sha>Bu>Ni>>

    ....................................................................................... 92

    2. Sejarah Intelektual Muhammad ‘Ali ash-Sha>bu>ni ... 93

    3. Karir Muhammad Ali al-Shobuni ................................. 94

    4. Karya-karya Muhammad Ali al-Shobuni...................... 97

    5. Penilaian Ulama tentang Muh}ammad ‘Ali ash-

    Sha>bu>ni>>

    dan Karyanya ................................................................ 105

  • x

    B. Wawasan Tafsir Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām

    Min Al-Qur’an .................................................................. 110

    1. Pengenalan Tafsir Rawa’iul Al-Bayan Fie Tafsir Ayat Al-

    Ahkam Min Al-Qur’an ...................................................... 111

    2. Latar Belakang Penulisan .............................................. 115

    3. Sistematika Penulisan Tafsir ......................................... 117

    4. Bentuk, Metode dan Corak Penafsiran .......................... 119

    BAB IV: METODE ISTINBAT HUKUM ALI ASH-SHOBUNI DALAM

    TAFSIR TAFSIR RAWĀI AL-BAYĀN FĪ TAFSĪR ĀYAT AL-

    AHKĀM MIN AL-QUR’ĀN

    A. Analisis Metode istinbat hukum Ali ash-Shobuni dalam

    Tafsir Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām

    Min Al-Qur’ān ................................................................... 136

    1. Penggunaan Jilbab ........................................................ 137

    2. Menikahi Perempuan Musyrik ...................................... 142

    3. Kewajiban Haji ............................................................. 150

    4. Qisas .............................................................................. 155

    B. Kelebihan dan kekurangan Metode Istinbath Ahkam

    Muhammad Ali Ash-Shobuni dalam Tafsir Rawa’iul

    Bayan fie Tafsir Ayat Al-Ahkam Min Al-Qur’an ............... 166

    BAB V: PENUTUP

    A. Kesimpulan .......................................................................... 172

    B. Saran .................................................................................... 173

  • xi

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 174

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................. 184

  • x

    PEDOMAN TRANSLITERASI

    Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad

    yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan tesis dan disertasi di Program

    Pascasarjana IIQ, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:

    1. Konsonan

    th : ط a : أ

    zh : ظ b : ب

    ‘ : ع t : ت

    gh : غ ts : ث

    f : ف j : ج

    q : ق h : ح

    k : ك kh : خ

    l : ل d : د

    m : م dz : ذ

    n : ن r : ر

    w : و z : ز

    h : ه s : س

    ` : ء sy : ش

    y : ي sh : ص

  • xi

    dh : ض

    2. Vokal

    Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

    Fathah : a َ أ : â َي ...: ai

    Kasrah : i ي : î َ au :.. و

    Dhammah : u ََََو :û

    3. Kata sandang

    a. Kata sandang yang diikuti alif lam (أل ) qamariyah. Kata sandang yang

    diikuti oleh alif lam (أل) qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya.

    Contoh: البقرة: al-Baqarah المدينة: al-Madînah.

    b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (أل) syamsiah. Kata sandang

    yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsyiah ditransliterasikan sesuai dengan

    aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

    as-Syayyidah :السيدة ar-rajul : الرجل

    ad-Dârimî :الدارمي asy-syams : الشمس

    c. Syaddah (Tasydîd)

    Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab diguanakan lambang ( -َ ّ )

    sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

    cara mengadakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku secara

  • xii

    umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang

    terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsyiyah.

    Contoh:

    نَّاَبِاَللَِ * Âmannâ billâhi: أ م

    ف ها ءَ * َالسُّ ن Âmana as-Sufahâ’u : أ م

    َالَِّذي نَ * Inna al-ladzîna : إِنَّ

    كَّعَِ * َالرُّ wa ar-rukka’I : و

    d. Ta Marbûthah (ة)

    Ta Marbuthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat

    (na’at) maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”. Contoh:

    ة َ al-Af’idah :ََََََََََََََ ا ْل ف ئِد

    ِميَّة َ َل س ِ ا ْل ةَ اِمع al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah : ا ل ج

    Sedangkan ta’ marbuthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-washal)

    dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi huruf “t”. Contoh:

    نَّاِصب ة َ اِمل ةَ Âmilatun Nâshibah‘ : ع

    ي ب ر ال ك al-Âyat al-Kubrâ : اْل يِةَ

    e. Huruf Kapital Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf

    Kapital, apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang

    disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti awal penulisan kalimat,

    huruf awal, nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Ketentuan

    yang berlaku pada EYD berlaku pada alih aksara ini, seperti cetak miring

    (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri

  • xiii

    yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah

    awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: ‘Alî Hasan al-’Âridh,

    al-’Asqâllani, al-Farmawî dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata

    Alqur’an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh:

    Al-Qur’an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.

  • xv

    Abstrak

    Semakin berkembang suatu peradaban, semakin berkembang pula

    masalah yang dimunculkan. Hal demikian memicu adanya hukum yang

    harus diperbarui melalui istinbath hukum demi penyelesaian masalah. Salah

    satu jalan yang diambil adalah dengan berijtihad dan berinteraksi langsung

    pada Al-Qur’an, sebab terdapat ayat Al-Qur’an yang menunjukan hukum

    secara tidak tegas sehingga dapat difahami dengan berbagai penafsiran. Hal

    ini sebagaimana yang dilakukan oleh seorang mufassir. Mereka membuat

    suatu hukum melalui penafsiran tanpa menjelaskan metode istinbath yang

    mereka gunakan. Guna mengetahui kredibilitas suatu hukum, maka perlu

    kiranya mengetahui metode istinbath hukum yang digunakan.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode istinbath hukum yang

    digunakan oleh Ali> Ash-Sha>bu>ni adalah metode kebahasaan (thariqah al-

    lughawiyyah) meliputi fi’il amr shighat khabariyah,‘amm, mafhum

    muwafaqah, mafhum mukhalafah, nahy shighat la nahiyah, nash, dan zhahir.

    Selain itu, ash-Shobuni juga menggunakan metode maknawi (thariqah al-

    maknawiyyah) meliputi qiyas, ijma’, al-maṣlahah al-mursalah dan sadd adz-dzari’ah. Adapun kelebihan metode istinbat hukum yang digunakan oleh Ali

    ash-Shobuni adalah tidak fanatik terhadap satu madzhab, memberikan

    wawasan yang luas, bersikap toleran, menolak sikap yang memusuhi

    menampilkan fiqih dengan wujud yang adaptable dengan perkembangan

    zaman, Sedangkan kekurangannya adalah istinbath hukum yang dilakukan

    oleh ash-Shobuni belum ada perubahan mendasar dan representatif dari

    pendapat ulama sebelumnya.

    Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis meneliti metode

    istinbath hukum ‘Ali ash-Shobuni dalam Tafsir Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr

    Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’ān. Penelitian ini merupakan studi kualitatif

    dengan menggunakan metode analisis data dan dokumen, dengan data primer

    tafsir Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’ān. Dengan

    menganalisa isi dari tema-tema tertentu, penelitian ini menggunakan teori

    metode istinbath hukum untuk melihat metode istinbath hukum yang

    digunakan oleh Ali> Ash-Sha>bu>ni dalam tafsirnya.

    Kata kunci: Metode istinbath hukum, Ali> Ash-Sha>bu>ni, Tafsir Rawāi Al-

    Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’ān.

  • xvi

    ة َُخالَصََ

    َرِت ْالَحَضاَرةُ اْزَداَدْت المَشاِكُل. َوقَْد أَدَّى إِلَى إِْطََلِق قَانُْوِن يَِجُب تَْجِدْيَدهُ ِمْن ِخَلَ ِل ُكلََّما تَطَوَّ

    ْالقُْرآِن ْالَكِرْيِم ، ِِلَنَّ اْستِْنبَاِط ااُلَْحَكاِم لَِحلِّ ْالمْشِكلَِة. َواِحَدةٌ ِمْنهَا تَتَِّخُذ ِمَن ْااِلْجتِهَاِد َوتَتَفَاَعُل ُمبَاَشَرةً َمعَ

    ْيِريَِّة. َوقَْد تَمَّ هُنَاَك آيَاٌت ِمَن ْالقُْرآِن الًتِي تَبَيََّن أَنَّ ْالقَانُْوَن لَْيَس َصِرْيًحا بَِحْيُث يُْمِكُن فَْهُمهُ ِمْن ِخَلَِل تَ ِِ ْف

    ُر ْالقُْرآ ِِّ ِر ْالقُْرآِن. يَقُْوُم ُمفَ ِِّ ْيِر ُدْوَن َشْرِح طَِرْيقَِة ْاإِلْستِْنبَاِط َذلَِك ِمْن قَْبِل ُمفَ ِِ ِن بِقَانُْوٍن ِمْن ِخَلَِل التَّْف

    ُرْوِريِّ َمْعِرفَةُ الطَِّرْيقَةِ تَْخِدُمْونَهَا. ِمْن أَْجِل َمْعِرفَِة ِمْصَداقِيَِّة ْالقَانُْوِن ، ِمَن الضَّ ِْ اْلقَانُْونِيَِّة الَّتِي يَ

    تَْخِدَمِة. اْنطََلَقً ِْ ابُونِي ْالم ا ِمْن هَِذِه ْالَخْلفِيَِّة ، يَْبَحُث ْالُمَؤلُِّف ِمْنهََج ْااِلْستِْنبَاِط ْالقَانُْونِي ِمْن قَْبِل َعلِي الصَّ

    ْيِر آيَاِت ْاِلَْحَكاِم ِمَن ْالقُْرآِن. ِِ فِي ِكتَابِِه: َرَوائُِع ْالبَيَاِن فِي التَّْف

    ابُْونِي َكانَِت الطَِّرْيقَةُ اللَُّغِويَّةُ أَْوَضَحِت النَّتَائُِج أَنَّ الطَِّرْيقَ ةَ ْالقَانُْونِيَّةَ الَّتِي اْستَْخَدَمهَا َعلِي الصَّ

    َغةُ ْالَخبَِريَّةُ َوَعّم َوَمْفهُْوٌم ُمَوافَقَةٌ َوَمْفهُْوٌم ُمَخالَفَةٌ َوالنَّْهُي َوال نَّصُّ َوالظَّاِهُر َواَْيًضاِمْنهَا فِْعُل ْاالَْمِر َوالصِّ

    ابُْونِي الطَِّرْيقَةُ ْالمْعنَِويَّةُ ِمْنهَا ْالقِيَاُس َوْاإِلْجَماُع َوْالمْصلََحةُ اْلمْرَسلَةُ َوَسدُّ ا ِرْيَعةُ َو ِمْن اْحتََمَل الصَّ لذَّ

    بَةٌ حَ ْت ُمتََعصِّ َِ ابُْونِي لَْي ْوَل َمْدَرَسٍة فِْكِريٍَّة َواِحَدٍة ، َمَزايَا الطَِّرْيقَةُ ْالقَانُْونِيَّةُ الَّتِي اْستَْخَدَمهَا َعلِي الصَّ

    اِمٌح، تَْرفُُض ْالمَواقِِف ْالَمَعاِديَِّة لِعرِض ااِْلْجتِهَاَداِت ْالقََضائِيَِّة َمعَ َِ َشْكٍل قَابٍِل تَْوفِْيُر ُرْؤيَةً أَْوَسَع، ُمتَ

    َمِن، َو ِمَن ْالُعيُْوِب ِهَي اْستَدانَةٌ قَانُْونِ ابُْونِي لَْم يَُكْن هُنَاَك تَْغيِْيٌر َجْوهَِري لِلتَِّكْيِف َمَع الزَّ يَّةٌ تَقُْوُم بِهَا الصَّ

    .َوتَْمثِْيلِي ِمْن آَراِء ُعلََماِء َسابِقِْينَ

    َراَسةُ ِمْن ِخَلَِل ِدَراَسِة نَْوِعيَِّة َوبِاْستِْخَداِم طَِرْيقَِة تَْحلِْيِل ْالبَيَانَاِت َوْالَوثَا َمَع ئِِق ،أجريْت هَِذِه الدِّ

    ْيِر آيَاِت ْاِلَْحَكاِم ِمَن ْالقُْرآِن. ِمْن ِخَلَِل تَْحلِْيِل ِِ محتويِاٍت َمَواِضْيٍع بَيَانَاٍت أَْولِيٍَّة ِمْن َرَوائِِع ْالبَيَاِن فِي تَْف

    َراَسةُ نَظَِريَّةُ طَِرْيقَِة ْااِلْستِْبيَاِن ْالقَانُْونِي لِ تَْخِدُم هَِذِه الدِّ ِْ َمْعِرفَِة طَِرْيقَِة ْااِلْستِْنبَاِط ْالقَانُْونِي الَّتِي ُمَعيَّنٍَة ، تَ

    ْيِرهِ ِِ ابُْونَي فَي تَْف .اْستَْخَدَمهَا َعلَي الصَّ

    الَّةُ ابُْونِي ,َمْنهَُج ْااِلْستِْنبَاطِ :ْالَكلَِماُت الدَّ ْيِر آيَاِت ْاالَْحَكاِم ,َعلِي الصَّ ِِ ْالقُْرآِن.َرَوائُِع ْالبَيَاِن فِي تَْف

  • xvii

    Abstract

    The more a civilization develops, the more problems arise. This has

    triggered a law that must be renewed through legal istinbath to solve the

    problem. One of which is taken by ijtihad and directly interacts with the

    Qur'an, because there are verses of the Qur'an which show that the law is not

    explicit so that it can be understood by various interpretations. This has been

    done by Quran interpreter. The Quran interpreter makes a law through

    interpretation without explaining the istinbath method they use. In order to

    know the credibility of a law, it is necessary to know the legal istinbath

    method used. Departing from this background, the author examines the

    istinbath method of legal by Ali al-Shabuni in his book: Rawāi Al-Bayān Fī

    Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’ān.

    The results showed that the legal istinbath method used by Ali al-

    Shabuni was linguistic method (tariqah al-lughawiyyah) which included fi'il

    amr shighat khabariyah, ‘amm, mafhum muwafaqah, mafhum mukhalafah,

    nahy shighat la nahiyah, nash, and zhahir. Beside, al-Shabuni also uses the

    meaning method (tariqah al-maknawiyyah) which includes qiyas, ijma', al-

    maṣlahahal-mursalah and sadd al-dzari'ah. The advantages of the legal

    method used by Ali al-Shabuni are not fanatical about one school of thought,

    providing broader insight, being tolerant, rejecting hostile attitudes to

    displaying jurisprudence with an adaptable form to the times, while the

    disadvantages are legal istinbath done by al-Shabuni there has not been a

    fundamental and representative change from the opinions of previous

    scholars.

    This study conducted through qualitative study and using a method of

    analyzing data and documents, with primary data from Rawāi Al-Bayān Fī

    Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’ān. By analyzing the contents of certain

    themes, this study uses the theory of the legal istinbath method to see the

    legal istinbath method used by Ali al-Shabuni in his interpretation.

    Keywords: istinbath method, ‘Ali ash-Shobuni, Tafsir Rawāi Al-Bayān Fī

    Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’ān.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan kepada Nabi

    Muhammad sebagai Khatam al-Anbiya’ (penutup para Nabi), sehingga

    tidak akan turun lagi kitab samawi setelah Al-Qur’an.1 Al-Qur`an turun

    mengenalkan diri sebagai petunjuk bagi manusia dalam menempuh

    kehidupan demi kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Oleh karenanya, Al-

    Qur’an selalu dijadikan sebagai pedoman dalam setiap aspek kehidupan dan

    Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang selalu relevan sepanjang

    masa. Relevansi kitab suci ini terlihat pada petunjuk-petunjuk yang

    diberikannya kepada umat manusia dalam aspek kehidupan. Agar fungsi Al-

    Qur’an tersebut dapat terwujud, maka memahami kandungan Al-Qur`an

    merupakan kewajiban sekaligus kebutuhan, sebab hanya dengan pemahaman,

    Al-Qur`an dapat diimplementasikan. Dalam konteks inilah, kehadiran sebuah

    tafsir terasa sangat diperlukan, apalagi Al-Qur`an sarat dengan prinsip-

    prinsip pokok yang belum terjabar, aturan-aturan yang masih bersifat umum

    dan sebagainya.2

    M. Quraish Shihab mengutip Muhammad Arkon, seorang pemikir

    Aljazair kontemporer menyatakan bahwa Al-Qur’an memberikan

    kemungkinan-kemungkinan arti yang tak terbatas. Kesan yang diberikan oleh

    ayat-ayatnya mengenai pemikiran dan penjelasan pada tingkat wujud adalah

    1 Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsir Al-Qur‟an di Indonesia, (Solo: Tiga

    Serangkai, 2003), h. 1. 2 Hujair A. H. Sanaky, “Metode Tafsir: Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti

    Warna atau Corak Mufassirin”, dalam Jurnal Al-Mawarid Edisi XVIII Tahun 2008, h. 263-

    264.

  • 2

    mutlak. Dengan demikian ayat selalu terbuka (untuk diinterpretasi) baru,

    relatif dan tertutup dalam interpretasi tunggal.3

    Di samping itu, sebagaimana diketahui bahwa di dalam Al-Qur’an

    terdapat banyak hal-hal yang samar dan global. Sehingga fungsi ideal Al-

    Qur’an dalam operasional dan realitasnya tidak bisa diterapkan begitu saja,

    akan tetapi masih membutuhkan pemikiran yang mendalam dan analisis

    untuknya. Sehingga keberadaan penafsiran Al-Qur’an adalah mutlak

    diperlukan untuk mempermudah dalam memahami isi kandungan Al-Qur’an

    tersebut. Tafsir-tafsir Al-Qur’an telah ditulis kalangan ulama, baik yang

    terdahulu (salaf) maupun yang kemudian (khalaf).4

    Dalam sejarah dunia Islam, upaya penafsiran sebenarnya telah

    dimulai sejak masa Nabi Muhammad . Nabi bertindak sebagai penafsir

    pertama dan utama karena tafsir diberikan langsung oleh beliau berdasarkan

    wahyu atau ilham dari Allah , baik langsung dari-Nya maupun melalui

    Malaikat Jibril.5 Apabila para sahabat mendapatkan suatu kesulitan di dalam

    memahami Al-Qur’an, maka mereka dapat secara langsung menanyakannya

    kepada Nabi . Setelah Nabi Muhammad wafat, penafsiran dilanjutkan

    oleh para sahabat, tabi’in dan para ulama yang datang sesudah mereka.

    Usia penafsiran Al-Qur’an juga sama dengan usia Al-Qur’an itu

    sendiri. Berjuta-juta karya tafsir Al-Qur’an telah dihasilkan oleh para

    ulama’.6 Seiring berjalannya waktu, tafsir telah mengalami perkembangan

    yang cukup bervariasi dalam usaha untuk memahami dan menerangkan

    maksud dan kandungan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Sebagai konsekuensi,

    3 M. Quraish Shihab. Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 72.

    4 Said Agil Husain Munawar dalam kata pengantar buku Ali al-Aridl, Sejarah dan

    Metodologi Tafsir, terj. Ahmad Akrom, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), h. v. 5 Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsir Al-Qur‟an di Indonesia, (Solo: Tiga

    Serangkai, 2003), h. 7. 6 Ahmad Atabik, “Perkembangan Tafsir Modern di Indonesia”, dalam Jurnal

    Hermeunetik, Vol. 8, No. 2, Desember 2014, h. 307.

  • 3

    terjadinya keanekaragaman dalam corak penafsiran adalah hal yang tak

    terhindarkan. Di antara faktor yang dapat menimbulkan keragaman corak

    penafsiran Al-Qur’an adalah perbedaan kecenderungan, inters, motivasi

    mufassir, perbedaan misi yang diemban, perbedaan kedalaman [capacity] dan

    ragam ilmu yang dikuasai, perbedaan masa, lingkungan serta perbedaan

    situasi dan kondisi, dan sebagainya. Kesemuanya menimbulkan berbagai

    corak penafsiran yang berkembang menjadi aliran yang bermacam-macam

    dengan metode-metode yang berbeda-beda.7 Salah satu corak penafsiran

    yang ditimbulkan adalah corak tafsir fiqhy atau yang bisa disebut dengan

    corak hukum, yakni penafsiran yang pembahasannya lebih berorientasi

    kepada hukum. Bahkan ada yang membatasi pembatasan kitab tafsirnya

    khusus kepada ayat-ayat hukum.

    Dalam sejarahnya, corak penafsiran fikih sudah ada sejak Nabi ,

    yakni ketika Nabi mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman dan memberinya

    otoritas untuk memahami Al-Qur’an dengan ijtihadnya sendiri karena jarak

    yang kurang memungkinkan untuk bertanya langsung kepada Nabi .

    Proses dialektis sahabat tentang hukum Islam saat itu berakhir pasca

    wafatnya Nabi, akan tetapi penjelasan-penjelasan Nabi dijadikan sumber

    kedua setelah Al-Qur’an itu sendiri. Wilayah umat islam yang semakin luas,

    bersamaan pula persoalan-persoalan baru banyak bermunculan terutama yang

    berkaitan dengan hukum. Sehingga hal ini menjadi sangat komplek dan

    memerlukan usaha yang lebih keras untuk mencari penjelasan hukum, pada

    7 Hujair A. H. Sanaky, “Metode Tafsir: Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti

    Warna atau Corak Mufassirin”, dalam Jurnal Al-Mawarid Edisi XVIII Tahun 2008, h. 263-

    264; lihat juga Rachmat Syafe.i, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h.

    253.

  • 4

    saat itu ijtihad menjadi epistemologi alternatif untuk memahami dan mencari

    kejelasan hukum dalam Al-Qur’an.8

    Pada masa Al-Khulafa al-Rasyidin sejak tahun 11 Hijriyah sampai

    dengan 40 Hijriyah. Pada periode ini para sahabat mulai mengembangkan

    ijtihad dalam istinbath hukum. Mereka melakukan ijtihad jika tidak dijumpai

    nash dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Cara yang mereka tempuh adalah

    dengan jalan musyawarah (ijma’) atau dengan menggunakan penalaran ‘illat

    hukum (qiyas). Misalnya tentang penetapan hukum had bagi peminum

    khamr. Dalam hal ini sahabat Umar bin Khattab mengundang para sahabat

    untuk bermusyawarah mengenai masalah tersebut. Ketika itu Ali bin Abi

    Thalib mengemukakan pendapatnya bahwa had peminum khamr adalah 80

    kali pukul. Dia mengqiyaskan hal itu dengan had penuduh zina. Menurutnya,

    orang yang mabuk akan berkata tanpa kontrol yang akhirnya berkata dusta.

    Jadi peminum khamr akhirnya berdusta sama dengan penuduh zina. Pendapat

    Ali bin Abi Thalib itu disepakati oleh para sahabat (ijma’ sahabat).9

    Adapun perbedaan pemahaman sahabat terhadap ayat-ayat hukum

    dalam Al-Qur’an adalah buah dari hasil ijtihad. Seperti perbedaan

    pemahaman sahabat Umar dan Ali tentang masalah masa iddah bagi

    perempuan hamil yang ditinggal mati suaminya, Umar berpendapat bahwa

    masa iddahnya hanya sampai melahirkan sedangkan menurut Ali selain

    melahirkan juga menunggu hingga empat bulan sepuluh hari.10

    Perbedaan

    pemahaman sahabat tentunya berdasarkan pada dalil-dalil nash Al-Qur’an

    8 Fathurrahman Azhari, “Metode Istinbath Hukum Ibn Rusyd Dalam KitabBidayah

    al-Mujtahid”, dalam Jurnal Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015, h. 352. 9 Fathurrahman Azhari, “Metode Istinbath Hukum Ibn Rusyd Dalam KitabBidayah

    al-Mujtahid”, dalam Jurnal Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015, h. 352. 10

    Muhammad Husein Adz-Dzahaby, at-Tafsir wa al-Mufassirun, (Beirut: Dar Fikr

    1998), h. 319.

  • 5

    dan hadits hanya saja ruang ijtihad sahabat diperlukan kala menemukan

    persoalan yang tidak menemukan penjelasan dalam nash.11

    Model ijtihad yang dilakukan oleh para sahabat ini semakin

    berkembang pada periode selanjutnya, yaitu seiring dengan semakin luasnya

    daerah kekuasaan Islam. Pada masa pembukuan fikih yang berlangsung sejak

    awal abad kedua sampai pertengahan abad keempat Hijriah, merupakan

    puncak kejayaan umat islam yang ditandai dengan kemajuan berbagai bidang

    ilmu termasuk hukum Islam. Ijtihad para ulama pada periode ini sampai pada

    puncaknya. Pada bidang fikih muncullah imam-imam mazhab antara lain;

    Imam Hanafi (w. 150 H), Imam Malik (w. 179 H), Imam Syafi’i (w. 204 H),

    dan Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H). Setelah masa tersebut di atas,

    karena istinbath hukum hasil dari ijtihad sudah dianggap lengkap mencakup

    semua aspek kehidupan, bahkan sampai kepada masalah-masalah yang belum

    terjadi pun telah ditetapkan hukumnya.12

    Dalam perkembangan selanjutnya, khususnya dalam zaman modern,

    ulama fiqhi mempunyai kecenderungan kuat untuk melihat berbagai pendapat

    dari berbagai mazhab fiqhi sebagai satu kesatuan yang tidak dipisahkan.

    Dengan demikian, ketegangan antara pengikut mazhab mulai mereda,

    khususnya setelah Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim al-Jauziah

    mencanangkan bahwa pintu ijtihad tidak pernah tertutup, kemudian

    dilanjutkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1115 H/1703 M-1201

    H/1787 M). Sejak saat itu, kajian fiqhi tidak lagi terikat pada salah satu

    mazhab, tetapi mengambil bentuk kajian komparatif dari berbagai mazhab,

    yang dikenal dengan fiqhi muqaran. Tradisi penulisan kitab atau buku tidak

    hanya merambah dari cara tradisional tetapi melibatkan pula model-model

    11

    Fathurrahman Azhari, “Metode Istinbath Hukum Ibn Rusyd Dalam KitabBidayah

    al-Mujtahid”, dalam Jurnal Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015, h. 352. 12

    Fathurrahman Azhari, “Metode Istinbath Hukum Ibn Rusyd Dalam KitabBidayah

    al-Mujtahid”, dalam Jurnal Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015, h. 352.

  • 6

    modern. Berbagai pembaharu pasca Muhammad Abduh, Rasyid Ridha,

    Jamaluddin al-Afgani terus bermunculan dengan tema pembaharuan.13

    Namun demikian, tata cara dalam mengambil sebuah ijtihad ataupun

    fatwa beragam metode dan konsep. Pengistinbatan hukum yang dilakukan

    pun semakin berkembang. Ini dikarenakan persoalan yang terus muncul dan

    berkembang dan perlu segera diselesaikan. Terbentuknya kaidah-kaidah

    Fiqhiyyah adalah satu jalan dalam mengambil sebuah keputusan hukum dari

    persoalan yang terjadi. Dan ini tugas para mujtahid untuk membahas,

    menelusuri dan mengambil kesimpulan akhir dalam menjawab persoalan-

    persoalan tersebut. Namun untuk menjadi seorang mujtahid bukanlah sesuatu

    yang mudah apalagi dalam konteks sekarang ini.14

    Misalnya Mahmud Syaltut sebagai salah seorang pembaharu,

    berusaha memberantas kekakuan dan kebekuan dalam berfikir dan fanatisme

    mazhab yang menjadi perpecahan umat Islam. Dengan membuka kembali

    pintu ijtihad, Hasbi menganjurkan para ulama untuk berijtihad dan

    berinteraksi langsung pada Al-Qur’an, karenanya menurutnya terdapat ayat

    Al-Qur’an yang menunjukan hukum secara tidak tegas sehingga dapat

    difahami dengan berbagai penafsiran. Beliau memiliki metode sendiri ketika

    mengkaji permasalahan kontemporer terkait dengan hukum Islam.

    Menurutnya sumber hukum Islam adalah Al-Qur’an, Sunnah dan ra’yu.

    Pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Sunnah dimaksudkan sebagai

    pendekatan langsung terhadap teks kedua sumber tersebut, sedangkan ra’yu

    merupakan ijtihad terhadap berbagai persoalan yang tidak dijumpai dalam

    13

    Rahmawati, “Metode Istinbath Hukum (Telaah Pemikiran Teungku Muhammad

    Hasbi ash-Shiddieqy)”, disertasi pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar tahun

    2014, h. 8-9. 14

    Syamsul Bahri, “Penerapan Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Istinbath

    Hukum (Analisis Kajian Dewan Hisbah/Persis)”, dalam Jurnal Kanun Jurnal Ilmu Hukum

    No. 55, Th. XIII (Desember, 2011), h. 61.

  • 7

    nash yang dipraktekan melalui metode ijma’, qiyas. dan maslahah

    mursalah.15

    Sementara itu, Fazlurrahman dengan alur pemikirannya tentang

    double movement (gerakan ganda). Hubungan yang dialektis antara unsur

    yang terdapat dalam Al-Qur’an yaitu wahyu Tuhan yang suci dan sejarah

    kemanusiaan. Gerak pertama pada teori Fazlurrahman menghendaki

    pemahaman terhadap makna Al-Qur’an dalam konteks kesejarahannya baik

    secara spesifik dimana kejadian itu berlangsung (mikro) maupun secara

    global bagaimana kondisi sekitar kejadian itu pada umumnya (makro).16

    Selain itu, Muhammad Syahrur menawarkan suatu metode dalam

    penggalian hukum sangat berbeda dengan ulama terdahulu. Bahkan dalam

    menyelesaikan dan menganalisis suatu permasalahan yang muncul Syahrur

    mencoba melakukan pemograman ulang secara mendasar terhadap istilah-

    istilah dalam Islam yang selama ini menjadi istilah umum dikalangan umat

    Islam. Pembaruan yang dilakukan oleh Muhammad Syahrur adalah dengan

    melakukan pembacaan Al-Qur’an dengan menggunakan metode linguistik

    historis ilmiah (al-manhaj al-lughawī al-tārikhī al-‘ilmī) dengan

    menggunakan linguistika modern dengan tetap bersandar pada syair-syair

    jahiliyyah. Dengan metode linguistik historis ilmiahnya tersebut, Syahrur

    melakukan beberapa langkah yang berakhir dengan dekonstruksi hukum

    Islam.17

    15

    Rahmawati, “Metode Istinbath Hukum (Telaah Pemikiran Teungku Muhammad

    Hasbi ash-Shiddieqy)”, disertasi pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar tahun

    2014, h. 9. 16

    Rahmawati, “Metode Istinbath Hukum (Telaah Pemikiran Teungku Muhammad

    Hasbi ash-Shiddieqy)”, disertasi pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar tahun

    2014, h. 9. 17

    Rahmawati, “Metode Istinbath Hukum (Telaah Pemikiran Teungku Muhammad

    Hasbi ash-Shiddieqy)”, disertasi pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar tahun

    2014, h. 9.

  • 8

    Dari beberapa contoh mufassir di atas, dapat diketahui bahwa setiap

    mufassir mempunyai metode istinbath tersendiri dalam merumuskan hasil

    ijtihadnya. Begitu juga Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> dalam tafsirnya

    Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an. Berkaitan dengan

    hal tersebut, penulis mencoba untuk mengkaji metode istinbath hukum yang

    digagas oleh Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> dalam karyanya tafsirnya.

    Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi penulis dalam mengkaji

    metode istinbath hukum kitab tafsir tersebut. Di antaranya, nama besar

    Syeikh Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> begitu mendunia. Sosok

    Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> (lahir1347 H/1928 M) merupakan

    seorang ulama dan ahli tafsir yang terkenal dengan keluasan dan kedalaman

    ilmunya serta sifat wara-nya. Nama lengkap beliau adalah Muhammad Ali

    Ibn Ali Ibn Jamil ash-Sha>bu>ni>. Lahir di kota Aleppo, Suriah (dulunya

    Syam). Syekh as-Shābūni dibesarkan di tengah-tengah keluarga terpelajar.

    Ayahnya, Syekh Jamil, merupakan salah seorang ulama senior di Aleppo

    (Satu provinsi di Syiria). Ia memperoleh pendidikan dasar dan formal

    mengenai bahasa Arab, ilmu waris, dan ilmu-ilmu agama di bawah

    bimbingan langsung sang ayah.18

    Sejak usia kanak-kanak, ia sudah memperlihatkan bakat dan

    kecerdasan dalam menyerap berbagai ilmu agama. Di usianya yang masih

    belia, ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> sudah hafal Al-Qur’an. Tak heran bila

    kemampuannya ini membuat banyak ulama di tempatnya belajar sangat

    menyukai kepribadian ‘Ali> ash-Sha>bu>ni. Syeikh Muhammad ‘Ali> ash-

    Sha>bu>ni menulis beberapa buku mengenai kajian tafsīr dan ulumul qur’an.

    Diantara buku tersebut adalah Mukhtasar Tafsīr Ibni Katsir, Rawai’ al-Bayān

    fi Tafsīr aȳat al-Ahkām, al-Tibyān fī Ulūmul Al-Qur’̄an dan Shafwah at-

    18

    Muhammad Ali ash-Sha>bu>ni, Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an, (Damaskus: Maktabah al-Ghazali, 1980), h. 11.

  • 9

    Tafāsīr. Beliau menulis tafsīr Shafwah at-Tafāsīr setelah menulis ketiga buku

    di atas. Beliau juga merupakan seorang dosen di Fakultas Syari’ah dan

    Dirasah Islamiyah di Universitas Ummu al-Qura, Mekah, bersama Syekh

    Yusuf al-Qardawi, Syekh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni ditetapkan sebagai

    Tokoh Muslim Dunia 2007 oleh Dubai International Qur’an Award

    (DIQA).19

    Menurut penilaian Syekh ‘Abdullah Khayyat, Khatib Masjid al-

    Haram dan Penasehat Kementerian Pengajaran Arab Saudi, ‘Ali> ash-

    Sha>bu>ni adalah seorang ulama yang memiliki banyak pengetahuan, salah

    satu cirinya adalah aktivitasnya yang mencolok dalam bidang ilmu dan

    pengetahuan, dia banyak menggunakan kesempatan berlomba dengan waktu

    untuk menelurkan karya ilmiahnya yang bermanfaat dengan memberikan

    pencerahan, yang merupakan buah penelaahan, pembahasan, dan penelitian

    yang relatif lama.20

    Selain itu, kitab tafsir ini berorientasi pada hukum, hal ini dapat

    tergambar dari judul kitab ini, yaitu Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām

    Min Al-Qur’an. Tafsir Ayat al-Hukum atau lebih dikenal dengan istilah tafsir

    hukum. Tafsir hukum adalah tafsir Al-Qur’an yang penulisannya lebih

    berorientasi atau bahkan mengkhususkan pembahasan kepada ayat-ayat

    hukum, dalam istilah teknis sehari-hari, hukum Islam sering diidentikkan

    dengan fikih. Hukum Islam biasa diistilahkan sebagai al-hukmu al-syar’i,

    merupakan kumpulan penjabaran syariat yang berkaitan erat dengan akidah,

    ibadah, akhlak, muamalah dan hal-hal yang berkaitan dengan hukum. Oleh

    para fuqaha (ulama fiqih), seluruh rangkaian aturan-aturan tersebut

    dikodifikasikan sedemikian rupa, kemudian dikenal dengan istilah fikih.

    19

    Muhammad Ali ash-Sha>bu>ni, Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an, (Damaskus: Maktabah al-Ghazali, 1980), h. 11.

    20 Muhammad Ali ash-Sha>bu>ni, Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām

    Min Al-Qur’an, (Damaskus: Maktabah al-Ghazali, 1980), h. 4.

  • 10

    Definisi fikih yang umum digunakan adalah ilmu tentang hukum-hukum

    syar’iyyah yang sifatnya amaliah bersumber dari dalil-dalil terperinci. Dapat

    dipahami bahwa istilah tafsir hukum juga umum dikenal dengan tafsir al-fiqh

    dan fiqh al-kitab.

    Banyak kitab tafsir yang berorientasi hukum, namun bedanya al-

    Sabuni menulis tafsir disamping orientasinya hukum juga penafsirannya

    tematis. Hal ini karena dia memilih beberapa ayat hukum lalu membahasnya

    dalam satu tema pokok, kemudian dia memadukan penafsiran atau pendapat

    tentang ayat-ayat hukum dari kalangan mutaqaddimin dan muta’akhkhirin.

    Hal ini sebagaimana penjelasannya dalam mukaddimah kitabnya

    mengatakan, “keberadaan pendapat dan ijtihad ulama terdahulu mengenai

    penafsiran ayat-ayat hukum layak untuk disyukuri dan dihargai”. ‘Ali> ash-

    Sha>bu>ni dalam tafsir ayat al-hukumnya berusaha menampilkan susunan

    yang sistematis dan analisis yang mendalam, yang tentunya memiliki tujuan

    memberikan kemudahan dan kejelasan kepada umat dalam memahami

    ajaran-ajaran Al-Qur’an pada aspek hukum atau syari’ah.

    Di samping itu, dari aspek metodologis, model analisis ayat hukum

    al-Shabuniy berbeda dengan tafsir klasik kebanyakan. Dalam tafsir klasik

    kebanyakan mengacu kepada teori interpretasi ‘Ulum Al-Qur’an, seperti

    tafsir ayat Al-Qur’an secara umum, hanya sedikit yang menggunakan teori

    interpretasi Ushul al-Fiqh, sementara tafsir karya ‘Ali> ash-Sha>bu>ni,

    kedua teori interpretasi model ‘Ulum Al-Qur’an dan Ushul al-Fiqh

    dipadukan secara sinergis dan sistematis dengan memberikan porsi yang

    sama ketika menganalisis ayat-ayat hukum. Model analisis tafsir hukum

    karya ‘Ali> ash-Sha>bu>ni mencerminkan suatu formula baru yang menjadi

    identitas dan jati diri dari tafsir hukum.

  • 11

    Di antara keistimewaan lainnya dari kitab ini adalah dalam

    menafsirkan ayat-ayat hukum, ‘Ali> ash-Sha>bu>ni memiliki metode atau

    tahapan tersendiri dalam memberikan penjelasan dan kemudahan dalam

    memahami ajaran-ajaran Al-Qur’an, khususnya terhadap ayat-ayat yang

    berkaitan dengan hukum atau ayat al-hukum. Tahapan itulah yang akan

    peneliti jelaskan dalam menentukan metodologi yang digunakannya.

    Selain itu, dalam menyajikan istinbath ayat hukum ‘Ali> ash-

    Sha>bu>ni mengkhususkan pembahasannya pada tema al-Hukum al-

    Syar’iyyah. Di bawah tema ini kemudian ‘Ali> ash-Sha>bu>ni

    mendiskusikan kandungan hukum ayat dengan merujuk kepada pandangan

    Fuqaha’, khususnya dilingkungan mazhab yang empat, yakni Hanafiyyah,

    Malikiyah, Syafi’iyyah dan HaNabilah. Dibandingkan dengan tafsir hukum

    sebelumnya, apa yang disajikan oleh ‘Ali> ash-Sha>bu>ni merupakan suatu

    formula baru yang belum pernah dilakukan dalam kary-karya tafsir hukum

    terdahulu. Penyajian istinbath hukum dalam suatu tema khusus, diterapkan

    oleh mufasir kontemporer dari Syiria, Wahbah al-Zuhaili dengan karyanya,

    Tafsir al-Munir. Namun, dari segi waktu, karya al-Zuhaili muncul

    belakangan setelah tafsir Rawai’u al-Bayan. Dalam penilaian Syafruddin, apa

    yang disajikan oleh al-Zuhaili, yang diistilahkannya dengan fiqh al-hayat wa

    al-hukum kemungkinan besar terinspirasi dari pola penyajian ‘Ali> ash-

    Sha>bu>ni> dalam karyanya, Rawai’u al-Bayan ini.21

    Di sisi lain, ketika mengulas kandungan hukum ayat, ‘Ali> ash-

    Sha>bu>ni> menerapkan metode muqaranah atau perbandingan antar

    mazhab fikih dengan disertai argumentasi masing-masing. Pendekatan seperti

    ini disebut sebagai taqarrub baina al-madzahib, yakni suatu upaya untuk

    mendekatkan antar mazhab yang ada dan tidak bersikap diskriminatif atau

    21

    Syafril dan Fiddian Khairudin, “Paradigma Tafsir Ahkam Kontemporer: Studi

    Kitab Rawai’u al-Bayan”, dalam Jurnal Syahadah, Vol. V, No. 1, April 2017, h. 123-124.

  • 12

    mendukung mazhab tertentu. Berbeda, misalnya dengan tafsir hukum

    terdahulu– seperti Hukum Al-Qur’an karya al-Jassas – yang berorientasi

    kepada pembelaan mazhab tertentu, sehingga yang muncul dari tafsir hukum

    adalah corak fiqh al-madhzabi, atau mengulas makna ayat berdasarkan

    mazhab tertentu.22

    Setelah menjelaskan pandangan fuqaha’ yang dikutipnya, ‘Ali> ash-

    Sha>bu>ni> kemudian melakukan “tarjih”, yakni “suatu upaya untuk

    mencari argumentasi yang kuat di antara argumentasi” yang dikemukakan

    oleh fuqaha’. Persoalan ini dapat dilihat ketika ia menafsirkan surat al-

    Fatihah, di bawah tema al-hukum asy-syar’iyyah, ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>

    kemudian menjelaskan hukum yang terkandung dalam surat al-Fatihah

    dengan merujuk pada pandangan empat mazhab fikih dan menjelaskan mana

    pandangan yang paling rajih di antara pendapat tersebut.23

    Demikian ini

    beberapa langkah ringkas dalam pengambilan istinbath hukum yang

    dilakukan oleh ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>. Maka dalam penelitian kali ini,

    penulis mencoba untuk mengkaji lagi lebih dalam.

    B. Permasalahan

    1. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang permasalahan demikian, dapat diketahui

    bahwa pembahasan tentang kajian tafsir hukum, spesifiknya metodologi

    istinbath hukum karya Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> dalam Rawāi Al-

    Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an. Sehingga dari latar belakang

    yang telah penulis paparkan, maka penelitian ini memberikan identifikasi

    dengan berbagai permasalahan, di antaranya:

    22

    Syafril dan Fiddian Khairudin, “Paradigma Tafsir Ahkam Kontemporer: Studi

    Kitab Rawai’u al-Bayan”, dalam Jurnal Syahadah, Vol. V, No. 1, April 2017, h. 124. 23

    Syafril dan Fiddian Khairudin, “Paradigma Tafsir Ahkam Kontemporer: Studi

    Kitab Rawai’u al-Bayan”, dalam Jurnal Syahadah, Vol. V, No. 1, April 2017, h. 124.

  • 13

    a. Metode istinbath hukum dalam tafsir Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat

    Al-Ahkām Min Al-Qur’an karya ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>

    b. Kritik terhadap metode istinbath hukum

    c. Urgensi kajian metode istinbath hukum

    d. Macam-macam metode istinbath hukum

    e. Metodologi tafsir Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-

    Qur’an karya ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>

    f. Corak penafsiran Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-

    Qur’an karya ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>

    g. Pengaruh mazhab terhadap tafsir Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-

    Ahkām Min Al-Qur’an karya ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>

    h. Epistemologi Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-

    Qur’an karya ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>

    i. Kritik terhadap Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-

    Qur’an karya ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>

    j. Kelebihan dan kekurangan metode istinbath hukum dalam Rawāi Al-

    Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an karya Ali ash-

    Shabuni

    Dari beberapa identifikasi permasalahan yang telah dipaparkan, dalam

    penelitian ini penulis mengambil judul, “Metode Istinbath Hukum ( Studi

    Analisis Tafsir Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an

    karya ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>)”.

    2. Pembatasan Masalah

    Terdapat banyak masalah yang dapat diteliti dari tema ini, namun

    dalam karya ini, penulis hanya membatasi pada dua poin permasalahan, yaitu

    analisis metode istinbath hukum Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> dalam

    Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an. Dalam

  • 14

    menganalisis metode istinbath hukum ash-Sha>bu>ni>, penulis membatasi

    pada empat tema sebagai contoh kasus. Adapun tema yang penulis angkat

    adalah tema tentang jilbab, kewajibab haji, menikahi perempuan musyrik dan

    qisas. Kemudian bagaimana kelebihan dan kekurangan metode istinbath

    hukum Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> dalam penafsirannya, yakni

    Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an.

    3. Perumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Bagaimana metode istinbath hukum yang digagas oleh Muh}ammad

    ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> dalam Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-

    Ahkām Min Al-Qur’an?

    b. Apa kelebihan dan kekurangan metode istinbath hukum yang digagas

    oleh Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> dalam Rawāi Al-Bayān Fī

    Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an?

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui metode istinbath hukum yang digagas oleh

    Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> dalam Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr

    Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an

    2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode istinbath hukum

    yang digagas oleh Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> dalam Rawāi Al-

    Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an

    D. Kegunaan Penelitian

  • 15

    Sedangkan manfaat dari penelitian ini dapat dipetakan menjadi dua

    kategori, yaitu kategori teoretis dan kategori praktis. Dalam kategori teoretis,

    temuan penelitian ini bisa mengklarifikasi dan menguji relevansi teori yang

    sudah ada. Sedangkan dalam kategori praktis, penelitian ini diharapkan bisa

    memberikan kontribusi intelektual dan diharapkan mampu membuka

    kesadaran akan adanya perbedaan metode pengambilan istinbath hukum yang

    pada akhirnya berimplikasi terhadap hukum yang dihasilkan. Manfaat

    lainnya adalah menumbuhkan kecintaan pada ilmu pengetahuan, khususnya

    ilmu tafsir dan hadis.

    E. Kajian Pustaka

    Sebagaimana diketahui bahwasannya telah banyak literatur-literatur

    yang berhubungan dengan tema ini, maka dalam rangka membatasi pada

    variabel inti, penulis akan membaginya dalam tiga kategori, yaitu literatur

    yang berkaitan dengan kajian tafsir hukum, metode istinbath hukum, dan

    literatur yang mengkaji atau berkaitan dengan Muh}ammad ‘Ali> ash-

    Sha>bu>ni> dan Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an.

    Untuk literatur kategori pertama ditemukan beberapa karya yang

    paling mutakhir di antaranya: Pertama, sebuah penelitian yang dilakukan

    oleh Muhammad Yusry Affandy bin Isa yang berjudul Metodologi

    Pentafsiran Aliran Fiqh: Kajian terhadap Ayat-Ayat Hukum Ibadat dalam

    Tafsir al-Azhar pada tahun 2017. Kajian kualitatif ini mengkaji metodologi

    penafsiran Hamka terhadap ayat-ayat hukum ibadat yang terkandung dalam

    Tafsir al-Azhar. Sebagai kesimpulan, ditemukan hasil bahwa terdapat lima

    belas metodologi pentafsiran Hamka terhadap pentafsiran ayat-ayat hukum

    ibadat yang terkandung di dalam Tafsir al-Azhar. Metodologi tersebut ialah

    menggunakan dalil al-Quran, menggunakan dalil al-Sunnah, menggunakan

  • 16

    Asbab al-Nuzul, mengemukakan pendapat ulama, mengemukakan pendapat

    Sarjana Barat, menerapkan ilmu Sirah, menerapkan ilmu-ilmu Fiqh,

    menerapkan Qawa‘id Fiqhiyyah, menggunakan Bahasa Arab, menggunakan

    Bahasa Inggris, menggunakan bahasa tempatan, mengemukakan ijtihad

    peribadi, mengemukakan ilmu akademik, mengemukakan pengalaman

    peribadi dan mengemukakan kisah masyarakat dan kisah tauladan. Selain itu,

    metodologi Hamka sejalan dengan kaidah pentafsiran aliran fikih meskipun

    terdapat beberapa aspek kekurangan. Meskipun demikian, metodologi

    pentafsiran Hamka boleh disimpulkan sebagai metodologi yang

    mengutamakan prinsip penafsiran yang berasaskan ilmu Islam dan bersifat

    akademis dan pengalaman peribadi meskipun penafsiran terakait dengan

    hukum ibadat.24

    Terlihat bahwa objek kajian dalam penelitian ini berbeda

    dengan yang peneliti kaji. Dalam penelitian Muhammad Yusry Affandy bin

    Md Isa objek yang dikaji adalah Tafsir al-Azhar, sedangkan objek kajian

    penulis adalah Tafsir Rawa’i al-Bayan.

    Kedua, sebuah penelitian yang berujudul Tafsir Ayat Ahkâm Gender:

    Kajian tentang Bagian Hak Waris dan Kepemimpinan Perempuan karya

    Neni Nuraeni pada tahun 2014. Tulisan ini mencoba untuk membahas hal

    yang berkaitan dengan waris dan kepemimpinan dari perspektif ayat-ayat

    hukum. Sebagai kesimpulan, didapati hasil bahwa Islam menetapkan bahwa

    perempuan dan laki-laki sama-sama berhak mewarisi harta peninggalan

    kedua orang tua dan karib kerabat mereka masing-masing. Jika laki-laki

    memperoleh dua kali lipat bagian perempuan, hendaknya difahami bahwa

    laki-laki memiliki tanggung jawab memberi mas kawin dan nafkah,

    sementara perempuan tidak. Sedangkan mengenai kepemimpinan perempuan

    24

    Muhammad Yusry Affandy bin Md Isa yang, “Metodologi Pentafsiran Aliran

    Fiqh: Kajian terhadap Ayat-Ayat Hukum Ibadat dalam Tafsir al-Azhar”, dalam Tesis yang

    diserahkan untuk memenuhi keperluan bagi Ijazah Doktor Falsafah di Universiti Sains

    Malaysia tahun 2017.

  • 17

    dalam politik, khususnya sebagai kepala Negara, terdapat dua pendapat. Ada

    ulama yang melarang secara tegas dengan mencantumkan laki-laki sebagai

    salah satu syaratnya. Tapi, ada pula ulama yang membolehkannya. Pendapat

    yang melarang melandasi pandangannya di antaranya dengan menggunakan

    qiyas aulawy bahwa jika dalam urusan rumah tangga saja laki-laki yang

    harus memimpin, apalagi dalam urusan yang lebih besar seperti Negara.

    Sementara pendapat yang membolehkan mendasari pandangannya dengan

    membedakan antara pemimpin Negara atau presiden dengan khalifah.

    Presiden hanyalah pemimpin pemerintahan dan bukan pemimpin spiritual.

    Selain itu, presiden hanyalah pemegang kekuasaan eksekutif dalam system

    trias politika. Ini menunjukkan presiden bukanlah wilayah kepemimpinan

    umum (al-wi-lâyah al-‘ammah).25

    Penelitian ini membahas tentang tafsir

    hukum, namun objek kajiannya bukanlah Tafsir Rawa’i al-Bayan

    sebagaimana penulis kaji. Otomatis penelitian ini berbeda dengan penelitian

    yang penulis lakukan.

    Sedangkan untuk literatur kedua relatif banyak, di antaranya:

    Pertama, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati pada tahun 2014

    yang berjudul Metode Istinbath Hukum (Telaah Pemikiran Teungku

    Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy). Dalam penelitiannya Rahmawati mencoba

    menelaah bagaimana kondisi sosial budaya dan kehidupan keagamaan yang

    melatarbelakangi pemikiran hukum TM. Hasbi Ash-Siddieqy dan metode

    pemikiran hukum atau metode istinbât hukum Islam yang digagas oleh

    TM.Hasbi Ash-Siddieqy. Sebagai kesimpulan, ditemukan hasil bahwa

    metode istinbat hukum yang digunakan TM. Hasbi Ash Shiddieqy dalam

    menetapkan hukum adalah metode bayani, komparasi dan bi al-ra’yi. Hal ini

    diketahui ketika mengkaji pemikiran hukumnya terhadap beberapa hal,

    25

    Neni Nuraeni, ”Tafsir Ayat Ahkâm Gender: Kajian tentang Bagian Hak Waris

    dan Kepemimpinan Perempuan”, dalam Jurnal Asy-Syari‘ah Vol. 16 No. 1, April 2014.

  • 18

    diantaranya pernikahan beda agama, shalat Jum’at dan Bank Air Susu Ibu

    (ASI). Metode istinbat yang dilakukan Hasbi pada dasarnya merupakan

    modifikasi dari metode-metode istinbat yang pernah ada dengan memberikan

    tekanan pada hal-hal tertentu meskipun dalam mejawab permasalahan hukum

    tetap tidak meninggalkan pendapat-pendapat ulama terdahulu. TM. Hasbi

    Ash Shiddieqy dalam menentukan hukum terhadap suatu peristiwa yang

    muncul di masyarakat berpijak pada sumber hukum (dalil aqli dan naqli)

    yang sekaligus dijadikan sebagai metode dalam mengistinbatkan hukum

    Islam. Jika Al-Qur’an tidak menunjukkan aspek hukumnya secara tegas,

    maka Hasbi menggunakan Hadits sebagai sumber hukum yang kedua.

    Demikian pula manakala Al-Qur’an dan Hadits tidak memberi petunjuk

    secara qat’i, maka Hasbi menggunakan ijma’, qiyas, maslahah mursalah dan

    urf.26

    Karya ini yang penulis pakai untuk menemukan data terkait metode

    istinbath hukum sekaligus sebagai pembanding terkait metode istinbat hukum

    dengan karya yang lain. Dan akan menjadi bahan pertimbangan pada tesis

    ini.

    Kedua, sebuah penelitian yang berjudul Metode Istinbath Hukum

    Muhammad ibn Ismail ash-Shan’ani dalam Kitab Subul as-Salam karya

    Nurliana tahun 2006. Dalam kajiannya, mencoba mengkaji metode istinbath

    hukum yang digunakan oleh Muhammad ibn Ismail ash-Shan’ani dalam kitab

    Subul as-Salam. Sebagai kesimpulan, ditemukan hasil bahwa Al-Shan’ani

    melakukan istinbath dalam kitab Subul as-Salam ini dengan menggunakan

    Al-Quran, hadis, ijma dan qiyas. Dalam hal ini istinbath yang dilakukannya

    berdasarkan matan hadis yang ada dalam kitab Bulugh al-Maram, as-

    Shan’ani beristinbath tanpa dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan

    26

    Rahmawati, “Metode Istinbath Hukum (Telaah Pemikiran Teungku Muhammad

    Hasbi ash-Shiddieqy)”, disertasi pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar tahun

    2014.

  • 19

    kondisi masyarakat pada saat itu.27

    Penelitian ini mempunyai pisau analisa

    yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, yakni terkait

    dengan metode istinbath hukum. Namun objek yang dikaji berbeda dengan

    penulis. Objek kajian dalam penelitian ini adalah Kitab Subul as-Salam karya

    Muhammad ibn Ismail ash-Shan’ani, sedangkan objek kajian penulis adalah

    Tafsir Rawa’i al-Bayan.

    Ketiga, sebuah jurnal yang berjudul Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab

    dalam Bidang Hukum Islam (Studi terhadap Metode Istinbath Hukum dalam

    Bukunya “M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Macam Soal Keislaman yang

    Patut Ketahui) karya Mursalim dan Abu Bakar Madani pada tahun 2013.

    Penelitian ini analisis fatwa-fatwa M. Quraish Shihab dalam bukunya “M.

    Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui”

    dari aspek pendekatan metode istinbat hukum Islam. Dari hasil penelitiannya,

    ditemukan beberapa kesimpulan bahwa metode-metode istinbat hukum M.

    Quraish Shihab dalam jawaban-jawaban yang diuraikan terhadap pertanyaan-

    pertanyaan yang diajukan kepadanya tidak secara eksplisit dinyatakan di

    dalam bukunya, bahkan buku-buku karya lainnya. Hal ini, dikarenakan

    bahwa beliau dari segi spesialisasi kelimuan bukan dari spesialisasi dalam

    bidang hukum tetapi beliau adalah seorang ahli tafsir. Kemudian salah satu

    ciri khas yang ada pada pandangan-pandangan M. Quraish Shihab yaitu

    ketika memberikan argument-argumen hukum hampir tidak pernah

    menyatakan bahwa ‘menurut pendapat saya’ tetapi selalu memaparkan

    pandangan-pandangan para ulama sebelumnya, bahkan mengemukakan

    perbedaan pandangan-pandangan ulama, baik ulama yang membolehkan

    maupun ulama yang tidak membolehkan (setuju atau tidak setuju). Misalnya

    pemahaman hadis tentang pelarangan memakai emas dan sutra bagi laki-laki

    27

    Nurliana, “Metode Istinbath Hukum Muhammad ibn Ismail al-Shan’ani dalam

    Kitab Subul al-Salam”, dalam Jurnal Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 5, No. 2, Juli-

    Desember 2006.

  • 20

    meskipun di dalam hadis tersebut jelas lafaznya tentang pelarangan tersebut.

    Tetapi beliau mengemukakan perbedaan ulama dalam makna larangan hadis

    tersebut, yaitu pertama pelarangan secara mutlak (hukum) yang kedua

    pelarangan bermakna moral. Maka dari sini juga Nampak bahwa Quraish

    Shihab belum independen dalam menentukan suatu persoalan hukum.28

    Sebagaimana penelitian sebelumnya, penelitian ini mempunyai pisau analisa

    yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, yakni terkait

    dengan metode istinbath hukum. Namun objek yang dikaji berbeda dengan

    penulis. Objek kajian dalam penelitian ini adalah buku M. Quraish Shihab

    yang berjudul M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang

    Patut Anda Ketahui, sedangkan objek kajian penulis adalah Tafsir Rawa’i al-

    Bayan.

    Adapun untuk literatur ketiga terdapat beberapa kajian, di antaranya:

    Pertama, sebuah penelitian yang berjudul Rawa’ al-Bayan Tafsir Ayat al-

    Hukum min Al-Qur’an Karya Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> (Suatu

    Kajian Metodologi) karya Muhammad Patri Arifin pada tahun 2014. Dalam

    penelitiannya Muhammad Patri Arifin mencoba meneliti metodologi yang

    digunakan Muhammad ‘Ali al-Sabuni dalam penyusunan tafsirnya. Tujuan

    dalam penelitiannya adalah untuk mengetahui pendekatan, metode serta

    corak, sehingga ia layak dibaca oleh semua kalangan baik masyarakat awam

    maupun pada tingkat akademik. Sebagai kesimpulan, ditemukan sebuah hasil

    bahwa sumber yang digunakan al-Sabuni dalam menafsirkan tafsirnya yaitu

    perpaduan antara bi al-ma’sur dan bi al-ra’yi, akan tetapi model bi al-ma’sur

    merupakan sumber yang paling dominan. Sedangkan metode yang paling

    dominan digunakan al-Sabuni dalam menafsirkan tafsirnya yaitu metode

    28

    Mursalim dan Abu Bakar Madani, “Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab dalam

    Bidang Hukum Islam (Studi terhadap Metode Istinbath Hukum dalam Bukunya “M. Quraish

    Shihab Menjawab 1001 Macam Soal Keislaman yang Patut Ketahui)”, dalam Jurnal

    FENOMENA, Volume V, No. 2, 2013.

  • 21

    analitis atau metode tahlili, hal ini karena sepuluh sistematika yang

    digunakan al-Sabuni dalam menganalisa ayat-ayat yang ditafsirkan. Dan

    dilihat dari coraknya, maka kitab tafsir ayat al-hukum al-Sabuni dapat

    ditemukan penggunaan dua corak, yaitu corak fikih atau hukum dan corak

    al-Hidai atau corak tafsir yang menekankan petunjuk (hidayah) Al-Qur’an

    sebagai tujuan puncaknya.29

    Tesis Patri Arifin ini mengkaji tentang Kitab

    Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an, sekilas sama

    dengan objek yang peneliti kaji, namun fokusnya berbeda. Tesis Patri Arifin

    fokus terhadap metodologi yang digunakan oleh Ash-Shobuni dalam

    tafsirnya, sedangkan penulis sendiri fokus terhadap instinbath hukum yang

    digunakan oleh Ash-Shobuni.

    Kedua, sebuah jurnal karya Andy Haryono yang berjudul Analisis

    Metode Tafsir Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> dalam Kitab Rawāi Al-

    Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an pada tahun 2017. Penelitian

    ini mencoba untuk mengungkapkan metode Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat

    Al-Ahkām Min Al-Qur’an, dan memaparkan temuan dan sumbangan

    pemikiran Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> yang menjadi salah satu

    rujukan dalam ilmu tafsir. Sebagai kesimpulan, ditemukan hasil bahwa Ash-

    Shabuni dalam karyanya Rawāi’ul Bayān dapat dimasukkan dalam katagori

    Mujtahid Tarjih, yakni ulama yang mampu menguatakan (mentarjih) salah

    satu pendapat dari satu imam mazhab dari pendapat-pendapat mazhab imam

    lain. Hal itu lantaran ia dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan

    hukum selalu menyebutkan beberbagai pendapat yang berbeda disertai

    dengan dalil-dalil dan alasannya. Lalu kemudian, ia mengakhiri

    pembahasannya dengan tarjih (penguantan pendapat) antara yang lebih sahih

    ketimbang yang sahih, atau antara yang sahih dan tidak sahih. Di saat yang

    29

    Muhammad Patri Arifin, “Rawa’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min Al-Qur’an

    Karya Muhammad Ali ash-Shobuni (Suatu Kajian Metodologi) karya Muhammad Patri

    Arifin”, tesis Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar tahun 2014.

  • 22

    sama, karya Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> ini, juga tidak terikat pada

    salah satu mazhab tetentu. Misalnya pembahasan mengenai sihir,

    menurutnya, pendapat jumhur ulama lebih kuat ketimbang pendapat

    Mu’tazilah. Dalam hal wajib tidaknya qadha puasa sunah yang rusak, ia lebih

    memilih pendapat Hanafiyah ketimbang Syafi’iyah, sementara mengenai

    “Kesucian debu” ia menguatkan pendapat Syafi’iyah ketimbang Hanafiyah.

    Tafsir Ash-Shabuni ini dapat dikatagorikan sebagai tafsir muqarin atau tafsir

    perbandingan, karena di dalam tafsirnya ia mengungkapkan pendapat dari

    para mufasir sebagai sumber perbandingan, kemudian ia menguatkan

    pendapat yang paling sahih di antara pendapat-pendapat yang telah ia

    bandingkan, selanjutnya mengambil kesimpulan (istinbath) hukum.30

    Penelitian ini penulis gunakan untuk mengantarkan pada metode dan

    pemikiran ash-Shobuni dalam tafsirnya Rawai’u al-Bayan.

    Ketiga, sebuah penelitian yang berjudul Paradigma Tafsir Hukum

    Kontemporer: Studi Kitab Rawai’u al-Bayan Karya ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>

    karya Syafril dan Fiddian Khairudin pada tahun 2017. Tulisan ini mengkaji

    pemikiran seorang mufasir kontemporer, yakni Muh}ammad ‘Ali> ash-

    Sha>bu>ni> dalam kitab tafsirnya yang berjudul Rawai’u al-Bayan. Secara

    lebih spesifik, tulisan ini menelisik karakteristik dan paradigma tafsir hukum

    karya al-Shabuni dan perbedaannya dengan tafsir-tafsir hukum yang muncul

    pada periode sebelumnya. Sebagai sebuah kesimpulan, ditemukan hasil

    bahwa secara teologis, produk-produk tafsir hukum yang muncul pada

    periode klasik berorientasi kepada pembelaan atas aliran fikih tertentu,

    sementara tafsir Rawai’u al-Bayan lebih mengakomodir pelbagai pandangan

    yang ada dengan tidak memihak apa lagi membela mazhab tertentu; secara

    teknis, penyajian tafsir hukum klasik bersifat konvensional, yaitu memenggal

    30

    Andy Haryono, “Analisis Metode Tafsir Muhammad Ash-Shabuni dalam Kitab

    Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an”, dalam Jurnal Wardah, Vol.18,

    No.1, 2017.

  • 23

    ayat satu persatu kemudian menguraikan kandungan ayat tersebut seperti

    penyajian tafsir pada umumnya. Sedangkan tafsir ash-Sha>bu>ni>

    penyajiannya lebih sistematis dan tematis; dari aspek metodologis, model

    analisis ayat hukum dalam tafsir klasik kebanyakan mengacu kepada teori

    interpretasi ‘Ulum Al-Qur’an, seperti tafsir ayat Al-Qur’an secara umum,

    hanya sedikit yang menggunakan teori interpretasi Ushu al-Fiqh, sementara

    tafsir karya al-Shabuni, kedua teori interpretasi model ‘Ulumu Al-Qur’an dan

    Ushu al-Fiqh dipadukan secara sinergis dan sistematis dengan memberikan

    porsi yang sama ketika menganalisis ayat-ayat hukum; dari aspek aksiologis,

    karya tafsir hukum klasik tidak menyinggung hikmah at-tasyri’ yang menjadi

    filosofi dan rahasia dibalik penetapan suatu hukum, sebaliknya dalam karya

    Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>, hikmah at-tasyri’ mendapat perhatian

    serius dan dijadikan sebagai penutup dalam setiap pembahasannya. Dengan

    demikian, al-Shabuni telah membangun suatu paradigma baru dalam tafsir

    hukum kontemporer untuk merespons dan memecahkan prolematika sosial

    yang dihadapi umat Islam dewasa ini, khususnya dalam masalah hukum.31

    Dalam mengkaji tafsir Rawa’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Hukum min Al-Qur’an

    Karya Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>, penelitian yang dilakukan oleh

    Syafril dan Fiddian Khairudin lebih fokus pada paradigma yang digunakan

    ash-Shobuni dalam tafsirnya. Tentu kajian tersebut berbeda dengan kajian

    yang dilakukan oleh penulis yang fokus terhadap metode istinbat hukum ash-

    Shobuni.

    Dari uraian tinjauan kepustakaan yang sudah penulis jelaskan, kiranya

    menjadi tampak posisi kajian penulis di antara kajian lain yang sudah pernah

    dilakukan. Untuk literatur kategori pertama misalnya, kedua penelitian, yakni

    penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yusry Affandy bin Md Isa

    31

    Syafril dan Fiddian Khairudin, “Paradigma Tafsir Ahkam Kontemporer: Studi

    Kitab Rawai’u al-Bayan”, dalam Jurnal Syahadah, Vol. V, No. 1, April 2017.

  • 24

    dengan judul Metodologi Pentafsiran Aliran Fiqh: Kajian terhadap Ayat-

    Ayat Hukum Ibadat dalam Tafsir al-Azhar dan penelitian Neni Nuraeni

    dengan judul Tafsir Ayat Ahkâm Gender: Kajian tentang Bagian Hak Waris

    dan Kepemimpinan Perempuan memang membahas tentang tafsir hukum,

    namun obyek yang dikaji berbeda dengan objek yang sedang peneliti kaji

    saat ini, begitu pula untuk literatur kedua, penelitian yang dilakukan oleh

    Rahmawati dengan judul Metode Istinbath Hukum (Telaah Pemikiran

    Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy), Nurliana dengan judul Metode

    Istinbath Hukum Muhammad ibn Ismail al-Shan’ani dalam Kitab Subul al-

    Salam karya Nurliana, dan penelitian Mursalim dan Abu Bakar Madani

    dengan judul Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab dalam Bidang Hukum Islam

    (Studi terhadap Metode Istinbath Hukum dalam Bukunya “M. Quraish

    Shihab Menjawab 1001 Macam Soal Keislaman yang Patut Ketahui)

    ketiganya membahas tentang metode istinbath hukum, namun objek yang

    dikaji berbeda dengan obyek yang sedang penulis kaji saat ini.

    Adapun untuk literatur kedua, penelitian Muhammad Patri Arifin

    yang berjudul Rawa’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Hukum min Al-Qur’an Karya

    Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> (Suatu Kajian Metodologi) karya

    Muhammad Patri Arifin, Andy Haryono dengan judul Analisis Metode Tafsir

    Muh}ammad ash-Sha>bu>ni> dalam Kitab Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat

    Al-Ahkām Min Al-Qur’an, Syafril dan Fiddian Khairudin dengan judul

    Paradigma Tafsir Hukum Kontemporer: Studi Kitab Rawai’u al-Bayan

    Karya ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> mempunyai obyek kajian yang sama dengan

    penulis, yaitu tafsir Rawa’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Hukum min Al-Qur’an

    Karya Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>. Namun, pisau analisa yang

    dipakai oleh penulis berbeda dengan pisau analisa yang dipakai oleh

    Muhammad Patri Arifin, Andy Haryono dan Syafril serta Fiddian Khairudin.

    Muhammad Patri Arifin meneliti dari segi metodologi, Andy Haryono

  • 25

    menganalisa metode dan Syafril dan Fiddian Khairudin mengkaji dari segi

    paradigma. Sedangkan penulis mengkaji tafsir tersebut dari segi metode

    istinbath hukum. Maka jelas bahwa pembahasan dan hasil penelitian nantinya

    pun berbeda.

    F. Metodologi Penelitian

    Pada dasarnya penelitian ini menggunakan metode analisis diskriptif.

    Yaitu dengan menjelaskan metode istinbath hukum yang digunakan oleh

    Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> dalam karyanya Rawāi Al-Bayān Fī

    Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an, kemudian menjelaskan kelebihan dan

    kekurangan metode istinbath hukum yang digunakan oleh Muh}ammad ‘Ali>

    ash-Sha>bu>ni> dalam karyanya tersebut. Secara rinci sebagaimana berikut:

    1. Jenis Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah disebutkan, penelitian ini

    menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan dengan cara melihat

    obyek pengkajian sebagai suatu sistem. Dengan kata lain, obyek kajian

    dilihat sebagai satuan yang terdiri dari unsur yang saling terkait. Penelitian

    kualitatif lebih mengutamanakan kualitas data, oleh karena itu teknik

    pengumpulan datanya banyak menggunakan dokumentasi. Penelitian ini

    bersifat kualitatif, artinya penelitian yang menghasilkan data deskriptif

    analisis yang berupa kata-kata tertulis terhadap apa yang diteliti, atau dengan

    kata lain, data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskriptif.

    Keseluruhan data dan bahan yang digunakan merupakan data atau bahan

    pustaka yang terdiri dari buku-buku, majalah, jurnal, artikel atau tulisan-

  • 26

    tulisan lain yang berhubungan atau membahas tafsir hukum, metode istinbath

    hukum dan Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> beserta tafsirnya.32

    2. Sumber Data

    Terdapat dua sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian

    ini, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Untuk sumber data

    primer, penulis menggunakan Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min

    Al-Qur’an karya Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni>. Sedangkan sumber

    data sekundernya adalah semua buku, kitab, majalah, jurnal atau artikel dan

    sebagainya yang berkaitan dengan objek penelitian.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

    dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

    data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

    mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.33

    Sebagaimana dijelaskan pada poin jenis penelitian yang menyatakan bahwa

    jenis penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, maka dalam teknik

    pengumpulan data penulis menggunakan teknik pengumpulan data jenis

    dokumentasi. Lebih jelasnya, penulis akan menelusuri metode istinbath

    hukum yang digunakan oleh Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> dalam

    Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’an, kemudian

    menelusuri kelebihan dan kekurangan metode istinbath hukum yang

    digunakan oleh Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> dalam karyanya

    tersebut.

    4. Analisis Data

    32

    Sumardi S, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 6. 33

    Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

    R&D, cet. ke-23, (Bandung: Alfabeta, 2016), 308.

  • 27

    Data-data yang diperoleh dari pembahasan ini adalah data yang masih

    baku. Oleh karena itu, perlu diadakan analisa lebih mendalam terhadap data-

    data tersebut. Secara operasional, dalam penelitian ini digunakan metode

    pendekatan kualitatif, maksudnya pendekatan yang dapat menarik

    kesimpulan dari data-data yang diperoleh.34

    G. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dalam tesis ini berpedoman pada Buku

    Pedoman Penulisan Tesis, Disertasi Pascasarjana IIQ tahun 2017. Adapun

    sistematika dalam pembahasan tesis ini, untuk menghasilkan pembahasan

    yang akurat, peneliti menggunakan pokok-pokok pembahasan yang saling

    berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, pembahasan akan

    dibagi dalam lima bab, kemudian bab-bab tersebut dibagi menjadi beberapa

    sub bab, dengan perincian sebagai berikut:

    Bab pertama, berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

    masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

    dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian, dan

    sistematika penulisan.

    Bab Kedua, berisi tentang landasan teori yang mendeskripsikan

    terlebih dahulu tentang tafsir hukum yang meliputi: definisi tafsir hukum,

    sejarah tafsir hukum, macam-macam tafsir hukum; dan metode istinbath

    hukum yang meliputi definisi dan macam-macam metode istinbath hukum.

    34

    Arif Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai

    Tokoh, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 64.

  • 28

    Bab Ketiga, penulis akan fokus menjelaskan tentang biografi

    Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> yang mencakup riwayat hidup, sejarah

    intelektual, karir, dan karya; serta wawasan Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat

    Al-Ahkām Min Al-Qur’an yang mencakup latar belakang penulisan,

    sistematika penulisan, bentuk, metode dan corak penafsiran.

    Bab Keempat penulis fokus pada analisa metode istinbath hukum

    Muh}ammad ‘Ali> ash-Sha>bu>ni> dalam Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat

    Al-Ahkām Min Al-Qur’an, kelebihan dan kekurangan metode istinbath

    hukum Ali al-Shobuni dalam Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min

    Al-Qur’an.

    Bab kelima berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan hasil

    penelitian, dan saran-saran.

  • 172

    BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat

    diambil kesimpulan sebagai berikut:

    1. Metode istinbat hukum yang digunakan oleh Ali ash-Shobuni dalam Tafsir

    Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’ān dalam tema

    jilbab adalah metode kebahasaan yang terdiri dari Fi’il amr shighat

    khabariyah,‘amm, mafhum muwafaqah, mafhum mukhalafah, nahy

    shighat la nahiyah, dan metode maknawi yang terdiri dari Qiyas; dalam

    tema menikahi perempuan musyrik, metode kebahasaan yang digunakan

    meliputi nash dan nahy shighat la nahiyah, dan metode maknawi meliputi

    ijma’, al-maṣlahahal-mursalah dan sadd adz-dzari’ah; dalam tema

    kewajiban haji, metode kebahasaan yang digunakan meliputi zhahir dan

    amr, dan metode maknawi meliputi ijma’, dan sadd adz-dzari’ah, dan

    dalam tema qisas, ash-Shobuni hanya menggunakan satu metode, yakni

    metode kebahasaan (dalalah‘amm).

    2. Kelebihan metode istinbath hukum yang digunakan oleh Ali ash-Shobuni

    dalam Tafsir Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’ān

    adalah tidak fanatik terhadap satu madzhab, memberikan wawasan yang

    luas dengan adanya penjelasan tentang pendapat para madzhab dan para

    mufassir, membuka diri untuk selalu bersikap toleran, menolak sikap yang

    memusuhi atau mengkafirkan orang yang tidak sealiran, menampilkan

    fiqih dengan wujud yang adaptable dengan perkembangan zaman,

    mengetahui pendapat-pendapat yang disepakati dan diperselisihkan dan

    mengetahui latar belakang perbedaan dan memantapkan pendapat yang

    diambil (diunggulkan). Sedangkan kekurangannya adalah istinbath hukum

  • 173

    yang dilakukan oleh ash-Shobuni belum ada perubahan mendasar dan

    representatif dari pendapat ulama sebelumnya.

    B. Saran

    Tesis berusaha untuk menemukana metode istinbath yang digunakan

    oleh Muhammad Ali ash-Shobuni dalam tafsir Rawāi Al-Bayān Fī Tafsīr

    Āyat Al-Ahkām Min Al-Qur’ān. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa

    metode istinbat yang digunakan oleh ash-Shobuni adalah metode komparasi

    terhadap pendapat beberapa madzhab. Metode ini memberikan peluang untuk

    fanatik terhadap salah satu madzhab, bahkan sampai menyalahkan madzhab

    yang berbeda dengan yang dianutnya. Dan kelebihan ash-Shobuni adalah

    tidak memihak pada salah satu madzhab, tetapi memilih mana yang lebih

    dekat dengan kebenaran. Maka penulis berharap pilihan ash-Shobuni tersebut

    diikuti oleh masyarakat sekarang sehingga kerukunan tetap tercipta dalam

    bingkai perbedaan.

    Penulis menyadari bahwa penelitian yang telah penulis lakukan

    belum lah sempurna, maka penulis berharap agar penelitian ini tidak berhenti

    sampai di sini. Semoga ada peneliti-peneliti lain yang dapat memainkan

    peran yang lebih besar. Amin.

  • 174

    DAFTAR PUSTAKA

    Affandy, Muhammad Yusry bin Md Isa Yang, “Metodologi Pentafsiran

    Aliran Fiqh: Kajian terhadap Ayat-Ayat Hukum Ibadat dalam Tafsir al-

    Azhar”, dalam Tesis yang diserahkan untuk memenuhi keperluan bagi

    Ijazah Doktor Falsafah di Universiti Sains Malaysia tahun 2017.

    Ahmad, Abu Abdurrahman bin Syuaib al-Nasa’i, Sunan al-Nasai al-Shughra,

    juz 15, Aplikasi Gawami’ al-Kalim, Beirut: t.p., 1991.

    Ahmad, Abu Abdurrahman bin Syuaib al-Nasa’i, Sunan al-Nasai al-Shughra,

    juz 14, Aplikasi Maktabah Syamilah, Beirut: t.p., 1991.

    Ali, Atabik dan A. Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia,

    Yogyakarta: Multi Karya Grafika, tt.

    Ali, Mohammad Daud, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata

    Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.

    Aljufri, Ali, “Metode Tafsir al-Wadhi al-Muyasssar Karya M. Ali al-

    Shabuni”, dalam Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 12 No.1Juni 2016.

    Amri, Arie Machlina, “Metode Penafsiran Al-Qur’an”, Jurnal Insyirah:

    Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam, Vol. 2, No.1, Juni 2014.

    Arifin, Muhammad Patri, “Rawa’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-

    Qur’an Karya Muhammad Ali ash-Shobuni (Suatu Kajian Metodologi)

    karya Muhammad Patri Arifin”, tesis Program Pascasarjana UIN

    Alauddin Makassar tahun 2014.

    Atabik, Ahmad,“Perkembangan Tafsir Modern di Indonesia”, dalam Jurnal

    Hermeunetik, Vol. 8, No. 2, Desember 2014.

    Azhari, Fathurrahman, “Metode Istinbath Hukum Ibn Rusyd Dalam Kitab

    Bidayah al-Mujtahid”, dalam Jurnal Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober –

    Desember 2015.

  • 175

    Aziz, Muhammad dan Sholikah, “Metode Istinbat Hukum Zakat Profesi

    Perspektif Yusuf al-Qardawi dan Implikasinya terhadap Pengembangan

    Objek Zakat di Indonesia”, dalam Jurnal Ulul Albab Volume 16, No.1

    Tahun 2015.

    Al-Baghdadi Al-Khatib dan Ahmad bin ali bin Tsabit, Juz 1, Al-Faqih Wa Al-

    Mutafaqqih, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1400 H.

    Bagir, Haidar dan Syafiq Basri, Ijtihad Dalam Sorotan, Bandung : Mizan

    Anggota IKAPI, 1996.

    Bahar, Ziauddin, “S}afwah Al-Tafa

  • 176

    al-Bukhari, Muhammad Ismail, Shahih al-Bukhari, juz 11, Aplikasi

    Maktabah Syamilah, Kairo: al-Mathba’ah al-Amirah, 1286 H.

    Beyk, Muhammad Khudhari, Al-tarikh al-tasyrik al-Islami, Kairo: Dar Ihya

    Al-Kutub, 1930.

    Chudlori, M. Syakur, “Tafsir Ahkam dan Kontekstualisasi Hukum Islam”,

    dalam Jurnal al-Mashlahah: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam.

    Dahlan, Abd. Rahman, Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah, 2011.

    Dawud, Abu, Sunan Abu Dawud, Juz 12, Aplikasi Maktabah Syamilah,

    Hindi: al-Mathba’ al-Muhammadi, 1346.

    Adz-Dzahaby, Muhammad Husein, at-Tafsir wa al-Mufassirun, Beirut: Dar

    Fikr 1998.

    Effendi,