Metode Pelaksanaan Pekerjaan Survey Potensi PLTMH.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 3. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan yang diusulkan Konsultan berdasarkan kerangka acuan pekerjaan yang telah diterima akan dilaksanakan sebagaimana bagam alir pelaksanaan pekerjaan berikut :

Gambar 1. Bagan Alir Pelaksanaan PekerjaanPEKERJAAN PENDAHULUAN

Pada tahap pendahuluan tentunya konsultan perlu melakukan segala persiapan dari sisi administrasi, pengumpulan dan inventarisasi segala bentuk data penunjang, mempersiapkan (koordinasi) tenaga ahli serta peralatan survey lapangan.

Tinjauan data-data sekunder maupun informasi yang ada baik dari pengguna jasa, pemerintah daerah, pemuka adat maupun warga masyarakat sangat menunjang keberhasilan konsultan dalam mempersempit wilayah potensi pengembangan yang selanjutnya dilakukan pendalaman melalui survey lapangan.

Desk study dilakukan diatas peta dengan skala 1 : 50.000, untuk menentukan titik potensi PLTMH di wilayah studi, catchment area yang luas, dan pencapaian yang paling mudah dijangkau.

Tujuan tahap pekerjaan Pendahuluan ini adalah untuk memastikan bahwa titik-titik potensi PLTMH yang diinginkan benar-benar prospektif dan secara ekonomis layak dan dapat dikembangkan. Pengumpulan data sekunder serta Site Reconnaissance dilakukan untuk mengetahui gambaran/informasi awal mengenai situasi titik potensial, yakni : 1). Apakah titik potensi berada di lokasi hutan lindung, taman nasional, atau dekat dengan permukiman penduduk, 2). Apakah titik potensi berada pada jalur gempa, atau dilewati oleh sesar, 3). Apakah kondisi ekosistem catchment area terpelihara dengan baik, atau sudah rusak.

Analisa Hidrologi Regional dilakukan untuk menentukan debit andalan, yang dilakukan melalui perhitungan debit sungai andalan, debit rata-rata, analisa data time series curah hujan, serta fluktuasi debit saat musim kemarau terkering dan musim hujan terbasah.

Setelah hal tersebut diatas dilakukan, disusun rencana penyelidikan lapangan serta alternative tapak PLTMH.

PEKERJAAN SURVEY DAN PENYELIDIKAN LAPANGAN Survey TopografiPekerjaan survey topografi dalm pekerjaan Studi Kelayakan dan Preliminary Desain Pembangkit Listrik Tenaha Mini Hidro (PLTMH) di Kabupaten Memberamo Tengah di sungai Broges, kabupaten Tolikara di sungai Kamda, Kabupaten Yahukimo di sungai Bomteh dan Kabupaten Jayawijaya di sungai Ibele, Propinsi Papua ini adalah untuk memetakan kondisi rupa bumi di wilayah studi yang diperkirakan berpotensi dan layak untuk dibangun PLTMH.3.2.1.1 Tujuan SurveiDalam kegiatan survei topografi mempunyai tujuan untuk mendapatkan data dan gambaran bentuk permukaan tanah rencana Masterplan drainase yang berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang ada.3.2.1.2 Ruang Lingkup SurveiKegiatan yang dilaksanakan dalam survei topografi mempunyai ruang lingkup sebagai berikut:1. Pekerjaan pengukuran2. Orientasi medan3. Pemasangan Bech Mark (BM) dan patok pengukuran4. Pengukuran poligon (kerangka dasar horizontal)5. Pengukuran sipat datar (kerangka dasar vertikal)6. Pengukuran penampang saluran7. Perhitungan hasil pengukuran

Survai topografi meliputi kegiatan : 1. Pemetaan wilayah, yang dipetakan dalam survey topografi ini meliputi wilayah dataran dan perairan (sungai) 2. Pemetaan situasi untuk layout PLTMH rencana skala 1:1000 sepanjang 1.5 kilometer sungai dengan lebar 300 meter per bantaran sungai.3. Pengukuran cross section sungai pada lokasi calon PLTM terpilih, di lokasi bendung (masing-masing 5 cross section) dan tailrace (masing-masing 5 cross section). Diperkirakan akan terdapat 30 cross section dengan kerapatan disesuaikan kebutuhan.4. Pemetaan detil bangunan skala 1:200 pada lokasi PLTM terpilih (bendung, intake, kolam pengendap pasir, saluran hantar, bak penenang, pelimpas, jalur pipa pesat, gedung sentral, switchgear, rumah operator, pos jaga). 5. Pengikatan ke titik referensi yang terdekat. 6. Pemasangan 8 titik benchmark pada lokasi PLTM.7. Penentuan kerangka horizontal dan vertikal.

3.2.1.3 Metodologi SurveiMetodologi pengukuran yang akan dilaksanakan terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut :1. Pekerjaan PengukuranPengukuran ini maksudkan untuk menetapkan posisi dari titik awal proyek terhadap koordinat maupun elevasi triangulasi, agar pada saat pengukuran untuk pelaksanaan (stake out) mudah dilakukan. Data koordinat dan ketinggian titik triangulasi diperoleh dari Jawatan Topografi Angkatan Darat atau dari BAKOSURTANAL. Referensi ketinggian titik triangulasi adalah permukaan laut rata-rata, sedangkan data koordinat triangulasi berupa koordinat geografis lintang dan bujur dalam sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) yang kemudian ditransformasi ke dalam sistem Koordinat Cartesian (x, y). Pengukuran pengikatan dilakukan dari titik triangulasi terhadap salah satu titik pada kerangka dasar horizontal/vertikal utama, agar seluruh daerah pemetaan berada dalam satu sistem referensi yang sama. Apabila titik triangulasi tidak ada/berada jauh sekali dari lokasi proyek, maka dapat digunakan titik referensi lokal. Setelah dilakukan pengukuran pengikatan untuk menentukan titik awal proyek, selanjutnya dilakukan pengukuran titik-titik kontrol, baik titik kontrol horizontal maupun vertikal. Pengukuran titik-titik kontrol (control survey) adalah pekerjaan pengukuran untuk pemasangan patok-patok yang kelak akan digunakan sebagai titik-titik dasar dalam berbagai macam pekerjaan pengukuran. Pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh hubungan posisi diantara titik-titik dasar disebut pengukuran titik-titik kontrol dan hasilnya akan dipergunakan untuk pengukuran detail.

2. Orientasi MedanSebagai langkah awal setelah tim tiba di Base Camp lapangan adalah melakukan orientasi medan yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:a. Melacak letak dan kondisi existing BM (BM yang telah terpasang sebelumnya) dan pilar beton lainnya yang akan dimanfaatkan sebagai titik-titik kontrol pengukuran.b. Meninjau dan mengamati kondisi sungai beserta keadaan daerah sekitarnya.c. Melacak serta mengamati keadaan di dalam lokasi.d. Penghimpunan Tenaga Lokal (TL) yang diambil dari penduduk sekitar lokasi.e. Melakukan konsolidasi internal terhadap kesiapan personil, peralatan, perlengkapan, material, serta logistik.f. Melakukan konsultasi teknis serta meninjau lokasi secara bersama-sama dengan Pengawas Lapangan.3. Pemasangan BM (Bench Mark) dan Patok KayuBM dipasang ditempat yang stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari. Setiap BM akan difoto, dibuat deskripsinya, diberi nomor dan kode. Penentuan koordinat (x, y, z) BM dilakukan dengan menggunakan pengukuran GPS, poligon dan sipat datar. Pada setiap pemasangan BM akan dipasang CP pendamping untuk memudahkan pemeriksaan. Tata cara pengukuran, peralatan dan ketelitian pengukuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Titik ikat yang dipakai adalah BM lama yang terdekat. Bentuk, ukuran dan konstruksi Bench Mark besar berukuran (20x20x75)cm dengan jumlah BM sebanyak 2 buah. Bench Mark besar dipasang seperti berikut :a. BM harus dipasang pada jarak tertentu sepanjang jalur poligon utama atau cabang. Patok beton tersebut harus ditanam ke dalam tanah sepanjang kurang lebih 50cm (yang kelihatan di atas tanah kurang lebih 25cm) ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah dicari. Pembuatan tulangan dan cetakan BM dilakukan di Base Camp. Pengecoran BM dilakukan dilokasi pemasangan. Pembuatan skets lokasi BM untuk deskripsi. Pemotretan BM dalam posisi "Close Up", untuk lembar deskripsi BM.b. Baik patok beton maupun patok-patok poligon diberi tanda Bench Mark (BM) dan nomor urut, ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah pencariannya.c. Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pada pohon-pohon disekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.d. Untuk patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran (3x5x50)cm3 ditanam sedalam 30cm, dicat merah dan dipasang paku diatasnya serta diberi kode dan nomor yang teratur.

Gambar 2. Contoh Konstruksi BM4. Pengukuran Kerangka Dasar HorizontalPada dasarnya ada beberapa macam cara untuk melakukan pengukuran titik kerangka dasar horizontal, diantaranya yaitu dengan melakukan pengukuran dengan menggunakan satelit GPS (Global Positioning System) dan dengan pengukuran poligon. Keuntungan menggunakan metoda GPS untuk penentuan titik kerangka dasar horizontal yaitu:a. Waktu pelaksanaan lebih cepat.b. Tidak perlu adanya keterlihatan antar titik yang akan diukur.c. Dapat dilakukan setiap saat (real time), baik siang maupun malam.d. Memberikan posisi tiga dimensi yang umumnya bereferensi ke satu datum global yaitu World Geodetic System 1984 yang menggunakan ellipsoid referensi Geodetic Reference System 1980.e. Proses pengamatan relatif tidak tergantung pada kondisi terrain dan cuaca.f. Ketelitian posisi yang diberikan relatif tinggi.

Sedangkan kerugiannya antara lain:a. Datum untuk penentuan posisi ditentukan oleh pemilik dan pengelola satelit. Pemakai harus menggunakan datum tersebut, atau kalau tidak, ia harus mentransformasikannya ke datum yang digunakannya (transformasi datum).b. Pemakai tidak mempunyai kontrol dan wewenang dalam pengoperasian sistem. Pemakai hanya mengamati satelit sebagaimana adanya beserta segala konsekuensinya.c. Pemrosesan data satelit untuk mendapatkan hasil yang teliti, relatif tidak mudah. Banyak faktor yang harus diperhitungkan dengan baik dan hati-hati.

Spesifikasi pengamatan GPS untuk memperoleh titik kerangka utama ini adalah:a. Pengamatan dilakukan secara double difference dengan metode static atau rapid static.b. Lama pengamatan 30-45 menit setiap sesi pengamatan.c. Panjang tiap baseline maksimal 2,5km.d. Masking angle adalah sebesar 15 derajat.e. GPS receiver yang digunakan adalah GPS single frekuensi baik L1 atau L2.f. RMS error dari setiap koordinat hasil perhitungan maksimum adalah 1mm.

Pengukuran titik kontrol horizontal yang dilakukan dalam bentuk poligon, harus terikat pada ujung-ujungnya. Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan. Pengukuran titik kontrol horizontal (titik poligon) dilaksanakan dengan cara mengukur jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran poligon ini, titik akhir pengukuran berada pada titik awal pengukuran. Pengukuran sudut dilakukan dengan pembacaan double seri, dimana besar sudut yang akan dipakai adalah harga rata-rata dari pembacaan tersebut. Azimut awal akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan dikoreksikan terhadap azimut magnetis.5. Pengukuran JarakPengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100m. Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah. Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara seperti gmbar di bawah ini.Jarak AB = d1 + d2 + d3

Gambar 3. Pengukuran Jarak Pada Permukaan MiringUntuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.

6. Pengukuran Sudut JurusanSudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon. Penjelasan pengukuran sudut jurusan sebagai berikut lihat gambar di bawah ini.

Gambar 4. Pengukuran Sudut Antara Dua Titik7. Pengamatan Azimuth AstronomisPengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth awal yaitu: 1. Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon.1. Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik kontrol/poligon yang tidak terlihat satu dengan yang lainnya.1. Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran yang bersifat lokal/koordinat lokal.1. Pengamatan azimuth astronomis dilakukan dengan:Alat ukur yang digunakan Theodolite T2Jumlah seri pengamatan 4 seri (pagi hari)Tempat pengamatan, titik awal (BM.1)Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis pada gambar di bawah ini, Azimuth Target (T) adalah:

Gambar 5. Pengamatan Azimuth Astronomis

T = M + atau T = M + ( T - M )Dimana:T=azimuth ke targetM =azimuth pusat matahari(T)=bacaan jurusan mendatar ke target(M)=bacaan jurusan mendatar ke matahari =sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target8. Pengukuran Kerangka Dasar VertikalKerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM. Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM) seperti digambarkan pada Gambar di bawah ini.

Gambar 6. Pengukuran Waterpass

Pengukuran waterpass mengikuti ketentuan sebagai berikut:1. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.1. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.1. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu muka.1. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap.1. Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sampai longgar. Sambungan rambu ukur harus betul. Rambu harus menggunakan nivo.1. Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.1. Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan di atas alas besi.1. Bidikan rambu harus diantara interval 0,5m dan 2,75m.1. Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan benang tengah, benang atas dan benang bawah.1. Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah (BB), yaitu: 2 BT = BA + BB.Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2mm.Jarak rambu ke alat maksimum 50m.Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.Toleransi salah penutup beda tinggi (T).T =10 D mm dimana:D =Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satu km.9. Personil SurveiPersonil yang melaksanakan kegiatan ini adalah geodetic engineer, chief surveyor, surveyor topografi, dan tenaga lokal. Dalam pekerjaan ini jika mengalami kesulitan maka tenaga ahli yang berkaitan dengan pekerjaan ini yaitu ahli geodesi akan turun tangan.

Pekerjaan Investigasi Geologi / Geoteknik

Penyelidikan geologi dlaksanakan untuk mendapatkan gambaran kondisi geologi/geoteknik yang lebih akurat pada lokasi PLTMH. Diutamakan dalam pekerjaan ini penelitian yang berkaitan dengan pekerjaan sipil seperti tingkat kekerasan batuan, kondisi lapangan tanah/batuan, daya dukung lapisan tanah, kemudahaan dalam penggalian serta kondisi stabilitas disekitar lokasi yang akan digunakan untuk pembangunan PLTMH.Pekerjaan ini mencakup : Pemetaan Geologi. Pembuatan peta yang dapat memberikan informasi kondisi geologi untuk keperluan perencanaan pekerjaan sipil. Sumur uji (Test pit). Dibuat pada lokasi tertentu dengan ukuran 1,0 m x 1,0 m, dengan kedalaman maksimum 3 m. Puritan uji (Trench). Dibuat pada lokasi tertentu dengan ukuran penampang tegak 1,0 m x 1,0 m dan panjang maksimum 5 m Pengambilan contoh tanah. Contoh tanah tak terganggu (undisturbed samples) diambil untuk keperluan pemeriksaan di laboratorium. Pengambilan contoh tanah denga menggunakan hand boring

Penyelidikan geologi meliputi kegiatan : 1. Standard Penetration Test (ASTM D-1586) pada 2 lokasi PLTM terpilih, masing-masing sebanyak 75 test. 2. Uji permeabilitas lapangan pada lokasi PLTM, sebanyak 5 buah. 3. Sumur Uji (test pit) pada lokasi PLTM sebanyak 10 titik. 4. Pengambilan contoh tanah tak terganggu (UDS) pada lokasi PLTM sebanyak 4 buah tiap titik bor. 5. Uji laboratorium terhadap contoh tanah tak terganggu, pada lokasi PLTM, meliputi index properties (unit weight, specific gravity, angka pori, kadar air, gradasi butir, batas Atterberg); engineering properties (Triaxial UU untuk mendapatkan c dan consolidation test), masing-masing lokasi sebanyak 2 buah. 6. Uji laboratorium terhadap contoh tanah terganggu, pada lokasi PLTM meliputi index properties, CBR laboratorium, standar proctor masing-masing sebanyak 2 buah untuk tiap lokasi. 7. Pemetaan geologi pada tapak proyek untuk lokasi PLTM

Secara lebih mendetail diuraikan sebagai berikut :1. SondirTest ini biasanya dipakai untuk bangunan yang tidak terlalu besar dan dimaksudkan untuk mengetahui daya dukung tanah pondasi. Pada test ini akan diperoleh informasi daya dukung tanah pada setiap lapisan dan hambatan lekatnya. 2. Pemboran Tanah Dilakukan untuk pengambilan sampel tanah tidak terganggu pada setiap lapisan tanah. Selain itu dicatat deskripsi/tekstur lapisan tanah berdasarkan pengamatan Visual. Pemboran dilakukan dengan menggunakan mata bor iwan biasa (Iwan Auger) dengan diameter 10 cm dan diputar dengan tangan sampai mencapai kedalaman 8,00 meter atau sampai kedalaman lapisan keras dimana pemboran tidak dapat diperdalam lagi. Dari pemboran ini diambil contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) yang selanjutnya akan dianalisa di laboratorium mekanika tanah.3. Penetration TestPengamatan dilakukan pada semua titik pengeboran tanah, ditambah dengan daerah daerah lain yang pada waktu survey secara visual membutuhkan pengamatan tambahan. Alat yang digunakan dalam penetration test ini adalah alat penetrometer type sedang (Hand Penetrometer) yang berkapasitas sampai batas maksimum tekanan ujung P = 100 kg/cm2 atau sampai mencapai kedalaman minimum 8 10 m. Pembacaan tekanan ujung tanah dilakukan pada setiap kedalaman 20 cm.4. Test PitPosisi titik-titik pengamatan disebar menurut perkiraan pada daerah borrow pit atau rencana pembuatan saluran atau tanggul keliling. Ukuran lubang uji (test pit) adalah 1.25 m x 1.25 m dengan kedalaman penggalian tanah maksimum 5.00 m. Pada keadaan muka air tanah dangkal, lubang uji diganti dengan percobaan pemboran dengan menggunakan bor tangan sampai kedalaman 5.00 m. Pada setiap lobang uji diambil contoh tanah terganggu (disturbed sample) pada perubahan lapisan seberat 20 kg untuk diuji sifat-sifat pemadatannya (compaction test) di laboratorium untuk mengetahui karakteristik tanah yang akan digunakan sebagai bahan timbunan. Dilakukan pengambilan contoh tanah test permeabilitas dan pencatatan diskripsi visual tanah.5. Pencarian lokasi bahan bangunanPencarian lokasi bahan bangunan ini hanya bersifat peninjauan lapangan dan kualitas bahan bangunan hanya bersifat visual tanpa adanya penelitian. Jenis bahan bangunan yang akan ditinjau adalah batu belah, koral, pasir, batu muka. Bahan bangunan untuk tanah timbunan tanggul akan digunakan sedapat mungkin bahan setempat (sistim cut and fill) yang digali dan ditimbunkan untuk tanggul, kalau hal ini tidak mungkin baru akan dicarikan tempat lainnya yang terdekat dengan lokasi timbunan tanggul.

Pekerjaan Pengukuran Hidrometri

Pekerjaan pengukuran hidrometri pada dasarnya melakukan pengukuran besarnya debit aliran sungai sesaat selama selang waktu tertentu untuk mendapatkan nilai kalibrasi terhadap nilai perhitungan debit yang dilakukan dalam analisa hidrologi sebelum atau sesudah dilakukan pengukuran lapangan.

Selain itu dalam survey hidrometri ini surveyor harus mengumpulkan data sebanyak-banyaknya baik dari kondisi sungai di lapangan maupun informasi dari warga di sekitarnya mengenai perkiraan tinggi dan besarnya debit banjir maupun aliran di saat kemarau (aliran kering).

Pekerjaan ini menjadi sangat penting untuk meyakinkan debit andalan yang akan digunakan oleh pembangkit selanjutnya. Untuk maksud tersebut dalam survey ini juga harus dikumpulkan semua data hidrometeorologi yang ada untuk daerah lokasi proyek seperti data curah hujan, data iklim, penguapan, data debit sungai dan sebagainya.

Pekerjaan ini akan mencakup : Pengukuran debit sesaat dengan peralatan current meter untuk mendapatkan rating curve pada lokasi rencana bendung dan gedung sentral Pengukuran sedimentasi air sungai (pengambilan contoh air dilapangan dan pengukuran kandungan sedimenlayang dan sedimen dasar sungai di laboratorium)

PEKERJAAN STUDI KELAYAKAN

3.3.1 Analisa Hidrologi, Hidro energi dan Hidrolika (Strukur Bangunan Air)Dalam rangka untuk mendapatkan parameter-paremeter desain, dalam hal ini yang ada kaitannya dengan hidrologi maka perlu dilakukan analisa hidrologi. Adapun dalam kegiatan analisa hidrologi ini mengikuti bagan alir, seperti yang ada pada gambar di bawah ini.

Gambar 7. Bagan Alir Analisa Hidrologi

Curah Hujan Regional1) Pengisian Data KosongData yang diperoleh dari stasiun curah hujan tidak semua tercatat atau dengan kata lain ada data yang kosong. Dalam perhitungan intensitas curah hujan dari masing-masing stasiun harus lengkap, oleh karena itu untuk melengkapi data curah hujan yang kosong ini dilakukan perhitungan sebagai berikut:a. Rata-rata AritmatikJika ada suatu stasiun hujan terdapat data curah hujan yang hilang dan bila perbedaan antara hujan tahunan normal pada stasiun yang hilang datanya tersebut < 10%, maka perkiraan data curah hujan yang hilang tersebut dicari dengan mengambil harga rata-rata aritmatik dari stasiun-stasiun yang mengelilinginya.

Dimana:RX = Curah hujan yang hilangR1, R2, ......Rn =curah hujan pada stasiun 1, 2,.......,n (datanya lengkap)n = jumlah stasiun yang datanya lengkap untuk tahun yang sama

b. Normal Ratio MethodBila perbedaan antara hujan tahunan normal pada stasiun yang hilang datanya tersebut > 10%, maka perkiraan data curah hujan yang hilang tersebut dihitung dengan metoda perbandingan normal :

Dimana:RX = curah hujan yang hilangR1, R2, .Rn =curah hujan pada stasiun 1, 2,...,n untuk tahun yang sama (datanya lengkap)NX = curah hujan tahunan rata-rata pada stasiun yang hilang datanya.N1, N2, ......Nn = curah hujan rata-rata pada stasiun 1, 2,.......,n (datanya lengkap)n = jumlah stasiun yang datanya lengkap untuk tahun yang sama

c. Reciprocal MethodCara perhitungan yang dianggap lebih baik, adalah cara reciprocal method, yang memanfaatkan jarak antar stasiun sebagai faktor koreksi. Hal ini dapat dimengerti karena korelasi antara dua stasiun hujan menjadi makin kecil dengan besarnya jarak antar stasiun tersebut. Metode ini dapat digunakan jika dalam DPS terdapat lebih dari dua stasiun pencatat hujan. Umumnya, dianjurkan untuk menggunakan paling tidak tiga stasiun acuan.

Dimana:RX= curah hujan yang hilangR1, R2, .Rn= curah hujan pada stasiun 1, 2,...,n untuk tahun yang sama (datanya lengkap)n= jumlah stasiun yang datanya lengkap untuk tahun yang sama.dX1, dX2, ..., dXn= jarak stasiun dengan stasiun yang datanya tidak ada.

2) Analisa Curah Hujan WilayahAnalisa curah hujan wilayah adalah untuk menentukan curah hujan harian maksimum rata-rata suatu daerah dari beberapa stasiun pengamat curah hujan yang ada di daerah bersangkutan. Ada tiga macam cara yang berbeda dalam menentukan tinggi curah hujan rata-rata pada areal tertentu dari angka-angka curah hujan dibeberapa titik pos penakar atau pencatat curah hujan.a. Cara Tinggi Rata-rataTinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil nilai rata-rata hitung (arithmetic mean) pengukuran hujan di pos penakar hujan di dalam areal tersebut:

Dimana:R= tinggi curah hujan rata-rata.R1, R2, R3 ...Rm= tinggi curah hujan pada pos penakar. N= jumlah pos penakar hujan.Cara ini akan memberikan hasil yang dapat dipercaya jika pos-pos penakarnya ditempatkan secara merata di area tersebut, dan hasil penakaran masing-masing pos penakar tidak menyimpang jauh dari nilai rata-rata seluruh pos di seluruh areal.

b. Cara poligon thiessenCara ini berdasarkan rata-rata timbang (weighted average). Masing-masing penakar mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung diantara dua pos penakar yang berdekatan.

Gambar 8. Poligon Thiesen

Dimana:R= tinggi curah hujan rata-rata.R1, R2,........R7= tinggi curah hujan pada pos penakar. A1= luas daerah pengaruh pos penakar 1.A2= luas daerah pengaruh pos penakar 2.A7= luas daerah pengaruh pos penakar 7.

c. Cara isohyetDengan cara ini, kita harus menggambarkan dulu kontur tinggi hujan yang sama (isohyet), seperti gambar di bawah:

Gambar 9. Penggambaran Isohyet

Kemudian luas bagian diantara isoyet-isohyet yang berdekatan diukur, dan nilai rata-ratanya dihitung sebagai nilai rata-rata timbang nilai kontur, sebagai berikut:

Dimana:R= tinggi curah hujan rata-rata.R1, R2,........R7= tinggi curah hujan pada isohyet. A1, A2, ........, A6= luas daerah yang dibatasi oleh isohyet-isohyet berdekatan.

3) Analisa Curah Hujan RencanaBesaran yang digunakan sebagai beban rencana adalah hujan harian maksimum tahunan, yaitu curah hujan terbesar dalam setahun yang turun dalam kurun waktu 24 jam. Dalam ilmu probabilitas diperkenalkan konsep probabilitas terlampaui yaitu probabilitas kejadian sama atau melampaui suatu nilai yang ditetapkan serta analisis return period.

Probabilitas TerlampauiTool pertama yang diperkenalkan disini adalah Formulasi Weibull untuk probabilitas terlampaui yang dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:p = probabilitas terlampaui.m = posisi dalam rangking yang dibuat dari besar ke kecil.N = jumlah titik data.Penggunaan Formulasi Weibull terbatas pada interval data yang diketahui, sedangkan hujan merupakan kejadian acak yang mungkin sekali terjadi diluar interval yang diketahui tersebut. Untuk itu, dalam hal ini diperkenalkan konsep periode ulang yaitu jangka waktu hipotetik dimana secara statistik berdasarkan data dimasa lalu, suatu besaran angka tertentu akan disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tersebut.Secara impiris hubungan probabilitas terlampaui dan periode ulang dapat dinyatakan sebagai berikut:

Dimana:P= probabilitas terlampaui.X = besaran yang ditinjau.XT= harga X dengan periode ulang Tr.

Pr(X XT) = probabilitas harga XT dilampaui.Tr= periode ulang.Dalam bentuk lain dinyatakan seperti dibawah ini:

Jika

Maka Dimana: F(XT) = probabilitas kumulatif4) Analisis Harga Ekstrim dengan Periode UlangBerikut ini akan diuraikan metoda analisa harga ekstrim dengan menggunakan fungsi distribusi, antara lain:Distribusi NormalDistribusi GumbelPearson Log Pearson type IIIDistribusi Log Normal

a. Distribusi NormalFungsi distribusi komulatif (CDF) dari distribusi normal dirumuskan:

Dimana:

Dalam distribusi ini harus mengubah parameter = 0 dan = 1b. Distribusi GumbelFungsi distribusi komulatif (CDF) dari ditribusi Gumbel dirumuskan:

Dimana:

Untuk x = xT maka

Menurut Gumbel persamaan peramalan dinyatakan sebagai berikut:

Dimana:yN = reduced meanSN = reduced standar deviasic. Pearson Type IIIParameter yang ada dalam perhitungan stastitik Pearson:1) nilai rata-rata (mean)2) Standar deviasi3) koefisienGaris besar dalam menghitungnya: X1, X2, X3,.......Xn

Hitung nilai mean: Hitung standar deviasi: S =

Hitung koefisien kemencengan:

Hitung curah hujan:

d. Distribusi Log Pearson type IIIFungsi distribusi kumulatif (CDF) dari distribusi Log Pearson dirumuskan:

Dimana: 2 adalah varian dan (x) adalah fungsi gammaParameter-parameter statistik yang diperlukan oleh distribusi log Pearson Tipe III adalah:d. Nilai rata-rata (mean)e. Standar deviasif. KoefisienGaris besar dalam menghitungnya:Ubah data hujan X1, X2, X3,.......Xn menjadi LogX1, LogX2, LogX3,.......LogXn.

Hitung nilai mean:

Hitung standar deviasi: Slog =

Hitung koefisien kemencengan:

Hitung logaritma hujan: e. Log NormalFungsi distribusi komulatif (CDF) dari distribusi Log Normal dirumuskan:

Dimana:

Dalam perhitungannya sama sedangan distribusi Log Pearson Type III, tetapi dengan mengambil harga koefisien asimetri Cs = 0.5) Uji KecocokanDalam menghitung curah hujan maksimum digunakan beberapa distribusi, dari beberapa distribusi ini hanya satu yang akan dipakai. Untuk menentukan distribusi mana yang akan dipakai dilakukan uji kecocokan dengan maksud untuk memberikan informasi apakah suatu distribusi data sama atau mendekati dengan hasil pengamatan dan kelayakan suatu fungsi distribusi. Ada empat metoda yang digunakan untuk pengujian tersebut: Rata-rata prosentase error, digunakan untuk menguji fungsi kerapatan probabilitas dan fungsi kerapatan kumulatif. Deviasi, digunakan untuk menguji fungsi kerapatan probabilitas dan fungsi kerapatan komulatif. Chi-Kuadrat, digunakan untuk menguji fungsi kerapatan probabilitas. Kolmogorof-Smirnov, digunakan untuk menguji fungsi kerapatan kumulatif.

g. Rata-rata Prosentase ErrorPengujian dengan rata-rata prosenase error digunakan untuk menentukan nilai prosentase kesalahan antara nilai analitis dengan data lapangan, dinyatakan dalam:

Rata-rata error =Dimana:

= nilai analitisXi = nilai aktuali = nomor urut data (1,2,3, ......N)N = jumlah data Jika nilai rata-rata prosentase error mendekati 100% atau lebih, maka suatu fungsi distribusi memiliki nilai kepercayaan error besar, dengan kata lain fungsi distribusi tidak cocok dengan data lapangan, dan sebaliknya.h. DeviasiNilai deviasi sebanding dengan nilai simpangan data analisa terhadap data lapangan. Semakin kecil nilai deviasi maka sebaran nilai fungsi akan mendekati, dengan data pengamatan dan sebaliknya jika nilai deviasi besar maka sebaran fungsi tersebut akan menjahui data. Nilai deviasi dinyatakan dengan:

Fungsi distribusi dikatakan cocok dengan data lapangan jika memiliki nilai deviasi kecil jika dibandingkan terhadap fungsi yang lain maka yang dipilih adalah yang tekecil.i. Chi-KuadratPengujian Chi-kuadrat yaitu dengan membandingkan frekuensi-frekuensi pengamatan n1, n2, n3, .....nk sejumlah nilai-nilai variat (atau dalam k selang) terhadap frekuensi-frekuensi pengamatan e1, e2, e3, .....ek yang bersangkutan dari suatu fungsi distribusi. Dasar untuk memeriksa kebenaran perbandingan ini digunakan distribusi dari besaran:

Dimana C1-f adalah nilai distribusi komulatif (1- ) dari Xf2 distribusi teoritis yang diasumsikan merupakan model yang dapat diterima pada taraf nyata . Biasanya nilai yang digunakan adalah 5%. Jumlah drajat kebebasan untuk fungsi distribusi dengan jumlah c buah parameter dilakukan dengan (k c - 1) drajat kebebasan. Untuk memberikan hasil yang memuaskan digunakan k5 dan ei5.j. Kolmogorof-SmirnovPrinsip dari metoda ini yaitu membandingkan probabilitas kumulatif lapangan dengan distribusi komulatif fungsi yang ditinjau. Data yang ditinjau berukuran N, diatur dengan urutan semakin meningkat. Dari data yang diatur ini akan membentuk suatu fungsi frekuensi kumulatif tangga sebagai berikut:

Dimana:xi = nilai data ke ik = nomor urut data (1,2,3,4,.......,N)

= CDF data aktualG(x) = CDF data teoritis

Selisih maksimum antara dan G(x) untuk seluruh rentang x merupakan ukuran penyimpangan dari model teoritis terhadap data aktual. Selisih maksimum dinyatakan dalam:

Secara teoritis, DN merupakan suatu variabel acak yang ditribusinya tergantung pada N. Untuk taraf nyata yang tertentu, pengujian K-S membandingkan selisih maksimum pengamatan dengan nilai kritis , yang didefinisikan dengan:

Jika DN yang diamati kurang dari nilai kritis , maka distribusi dapat diterima pada taraf yang ditentukan, jika tidak maka distribusi akan ditolak.

6) Intensitas Curah Hujan RencanaLengkung Intensitas Hujan (IDC = Intensity Duration Curve)Intensitas curah hujan rencana merupakan besarnya curah hujan yang terjadi pada kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Lengkung intensitas curah hujan adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara lamanya pengaliran dan intensitas curah hujan. Dalam membuat IDC memperlukan data lengkap dari stasiun pengamat. Apabila data tidak lengkap atau tidak ada maka dapat digunakan data pembanding suatu daerah dengan anggapan sifat dan ciri curah hujan di daerah tersebut kurang lebih sama dengan daerah yang ditinjau untuk kasus yang dihadapi.Intensitas hujan di Indonesia, dapat mengacu pada pola grafik IDC dari:a. V. BreenYang dapat didekati dengan persamaan:

Dimana:IT= intensitas hujan pada PUH T dan pada waktu konsentrasi tc (mm/jam)RT= tinggi hujan pada PUH T (mm/hari)

b. DR. Mononobe (Jepang)

Dimana: IT= intensitas hujan (mm/jam)RT= hujan harian dengan PUH (tahun ) dalam (mm)T= waktu tempuh aliran disaluran dalam (jam)V= kecepatan aliran H= beda tingi hulu-hilir (km)

c. Formula TalbotFormula Talbot dirumuskan sebagai berikut :

Dimana:I= intensitas hujan (mm/jam)T= waktu konsentrasia, b= konstanta

N= jumlah data.

d. Formula ShermanFormula sherman adalah:

Dimana:I= intensitas hujan (mm/jam)T= waktu konsentrasia,n= konstanta

N= banyaknya data

e. Formula IshiguroFormula Ishiguro dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana:I= intensitas hujan (mm/jam)t= waktu konsentrasia, b= konstanta

N= jumlah data.

7) Waktu Konsentrasi (tc)Waktu konsentrasi merupakan waktu yang diperlukan untuk air hujan dari daerah terjauh dalam cathment area untuk mengalir menuju suatu titik atau profil melintang saluran yang ditinjau. Dalam drainase, pada umumnya waktu konsentrasi (tc) terdiri dari penjumlahan dua komponen, yaitu: Waktu yang diperlukan untuk titik air yang terjauh dalam cathment area mengalir pada per mukaan tanah ke alur saluran permulaan yang terdekat (tof). Waktu yang dibutuhkan untuk air mengalir dari alur saluran permulaan menuju ke suatu profil melintang saluran tertentu yang ditinjau (tdf).

Dimana:Ld= panjang saluran dari awal sampai akhir titik yang ditinjau (m)Vd= kecepatan rerata sepanjang saluran yang ditinjau.Untuk menghitung tof (overland flow time) dapat dilakukan beberapa pendekatan empiris, antara lain:a. Jepang

Dimana:Lo= panjang pengaliran (m)n.d= koefisien hambat.Beton (aspal) : n.d = 0,013Rerumputan : n.d = 0,200So= kemiringan permukaan (%)b. Kerby

Rumus ini berlaku untuk L < 4 kmr = koefisien permukaan r = 0,02 (permukaan halus)r = (0,3-0,4) untuk rerumputanL = Panjang permukaan (km)H = beda tinggi permukaan (m)

c. Izzard

Berlaku untuk:i.L 3,8i = intensitas hujan (mm/jam)k = koefisien permukaan terdiri dariK = 0,07 (aspal halus)K = 0,012 (beton)L = panjang permukaan (km)C = koefisien limpasanH = beda tinggi permukaan (m)

d. Brasby-William

Dimana:L = panjang permukaanH = beda tinggi permukaan (m)A = luas daerah tadah (km2)

e. Aviation agency

Dimana:C = koefisien limpasanL = panjang permukaan (km)H = beda tinggi permukaan (km)

Rumus lain Dimana :C = koefisien limpasanL = panjang permukaan (km)S = kemiringan lahan (%)

Atau Dimana:C = koefisien limpasanL = panjang permukaan (km)S = kemiringan lahan (m/m)

8. Debit PerencanaanDalam kegiatan desain bangunan air perlu dilakukan terlebih dahulu perhitungan berbagi debit desain dengan kriteria-kriteria desain. Untuk menentukan debit desain tersebut perlu dihitung atau diketahui debit saluran di tempat lokasi studi dengan berbagai frekuensi kejadiannya. Debit desain yang diambil ini harus ada kaitannya dengan keamanan dan resiko terhadap masalah/hambatan/dampak yang akan timbul. Debit desain ini diantaranya meliputi:1. Debit desain kriteria bahaya/resiko pelimpahan dan tekanan aliran harus diambil debit besar.2. Debit desain kriteria bahaya/resiko penggerusan setempat.3. Debit desain kriteria bahaya/resiko agradasi, degradasi.4. Debit desain kriteria bahaya/resiko muatan sedimen.5. Debit desain kriteria bahaya/resiko daerah genangan berhubungan dengan pembebasan tanah, dan sebagainya.

Dalam penentuan debit dengan menggunakan data hujan dapat dilakukan dengan menggunakan metoda rasional dan hidrograf.a. Metode RasionalDengan meggunakan metoda rasional, debit sungai dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:Q = debit Cp = koefisien pengaliran run off RT = curah hujan dengan periode ulang tertentu A = luas daerah tangkapan hujanb. Metode HidrografPenentuan debit banjir rencana dengan Metode Unit Hidrograf (Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu), dipergunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

Dimana :Qp= debit puncak banjir (m3 / detik)Ro= hujan satuan (mm)Tp= tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)T0,3= waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai menjadi 30 % dari debit puncak (jam)

Bagian lengkung naik (rising limb) hidrograf satuan mempunyai persamaan :

Dimana:Qa = limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/detik)t= Waktu (jam)Bagian lengkung turun (decreasing limb)

Qd > 0,3 Qp :

0,3 Qp > Qd >0,32 Qp:

0,32 Qp > Qd :

Sedangkan waktu sampai ke puncak banjir, Tp = tg + 0,8 tr, dengan parameter untukL < 15 kmtg = 0,21 L0,7L > 15 kmtg = 0,4 + 0,058 LDimana:L= panjang alur sungai (km)tg= waktu konsentrasi (jam)tr= 0,5 tg sampai tg (jam)Dengan besarnya : daerah pengaliran biasa = 2 bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat = 15 bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat = 3

Asumsi yang dipergunakan dalam perhitungan ini adalah :1) Panjang sungai 2) Luas catchment area3) Koefisien pengaliran

3.3.2 Analisa TopografiAnalisa topografi pada dasarnya merupakan kegiatan olah data hasil dari pengukuran lapangan. Pada dasarnya telah diuraikan pada sub bab survey topografi. Hasil dari kegiatan (survey dan pengolahan data) topografi adalah peta dasar, peta situasi termasuk potongan memanjang, potongan melintang baik daerah dataran maupun peraian. Peta dasar dan detail ini seluruhnya menjadi dasar dalam penentuan desain awal maupun penentuan kelayakan pembangunan selanjutnya.Kegiatan ini harus dilakukan oleh geodetic engineer (Ahli Geodesi) untuk memastikan akurasi pengukuran dan pengolahan data. Sebagaimana diketahui dalam perencanaan dan pembangunan PLTMH elevasi merupakan parameter yang sangat penting, oleh karena itu ketepatan pengukuran dan pengolahan data juga menjadi signifikan.3.3.3 Analisa Geologi (Geo teknik)Terdapat dua hal penting dalam kegiatan analisa geologi teknik, yaitu :1. Pemeriksanaan hasil sampel tanah di laboratorium2. Perhitungan daya dukung tanah di lokasi rencana seluruh tapak PLTMH termasuk antisipasi kemungkinan terjadinya settlement akibat konsolidasi dan atau dari kondisi geologis di lapangan yang memungkinkan terjadinya kegagalan struktur seperti kemungkinan land slide atau retakan dan lain-lain.Contoh-contoh tanah yang diambil dari lapangan dibawa ke laboratorium untuk diuji guna mendapatkan besaran-besaran sifat karakteristik fisik dan mekanika tanah. Test laboratorium yang dilakukan antara lain :Penyelidikan sifat fisik tanah :Berat jenis (ASTM D.3456)Berat Volume (ASTM D.854)Ruang pori total (ASTM D.2216)Atterberg Limit (ASTM D.4318)Gradasi butiran (ASTM D.42)Permeabilitas (Constant head test/Falling head test)

Penyelidikan sifat mekanika tanah :a. Konsolidasi (ASTM D.2435)b. Triaxial test (ASTM D.565)

Pengujian contoh tanah terganggu:a. Penyelidikan sifat fisik tanahb. Berat jenisc. Atterberg limitd. Gradasi butirane. Penyelidikan sifat Mekanisf. Percobaan pemadatan (compaction test modified ASSHO)

Sedangkan untuk pengujian contoh tanah tak terganggu adalah meliputi:a. Penyelidikan sifat fisik tanahb. Berat jenisc. Atterberg limitd. Gradasi butirane. UnconfinedCompression Testf. Triaxial Testg. Consolidation Test

3.4 DESAIN AWALDesain awal (preliminary design) ini terbatas pada konsep awal perencanaan teknis menindaklanjuti hasil kelayakan yang dilakukan pada tahap sebelumnya, meliputi garis besar rencana bangunan sipil yang terdiri dari bendung dan bangunan pelengkap, bangunan penyadap, saluran penghantar, bak penenang, pipa pesat, pintu air dan saringan, gedung sentral, saluran pembuang, rumah operator, jalan masuk, pagar lokasi, dan water resistance dan garis besar rencana peralatan elektro mekanik yang terdiri dari turbin, governor, valve, generator, trafo, panel-panel, overhead crane, battery, instalasi tenaga dan penerangan.

Beberapa hal yang dapat dituangkan dalam desain awal antara lain : Rancang dasar adalah rancangan yang memuat tata letak (lay out) dari bangunan sipil utama dan penyusunan spesifikasi bagi peralatan elektromagnetik. Bangunan sipil meliputi bangunan utama termasuk pintu air dan katup-katup yang diperlukan, rumah operator, kantor, jalan masuk dan sebagainya. Rancang dasar peralatan Elektro Mekanik lebih diarahkan kepada penentuan jenis turbin, kapasitas pembangkit dan jumlah unit yang disesuaikan dengan pola operasi PLTMH apakah islated atau terinterkoneksi dengan jaringan yang sudah ada, kondisi beban dan segi ekonomisnya. Rancang dasar Peralatan Elektro Mekanik bersifat pembuatan kriteria untuk menyusun spesifikasi teknik yang diarahkan kepada standarisasi.

Bangunan Sipil, terdiri dari : Bendung Pengalih (weir) beserta bangunan pelengkap Bangunan penyadap di sungai (river intake) Saluran penghantar, termasuk bangunan penangkap pasir dan pelimpas-pelimpasnya. Bak Penenang (Head Tank) dan Pengambilan Pipa Pesat (Penstock Intake) lengkap dengan saluran penguras dan bangunan pelimpasnya. Kolam reservoir harian (daily reservoir pond) apabila diperlukan Pipa pesat, pintu air dan saringan Gedung sentral Saluran pembuang (Tail Race) Rumah operator dan Kantor Jalan Masuk Pagar lokasi Instalasi Air BersihPeralatan Elektro Mekanik, yang terdiri dari : Turbin Governor Valve Generator Transformer Panel-panel Overhead Crane Battery Serandang Hubung (Switch Yard) Instalasi tenaga dan penerangan Peralatan komunikasi Tools dan suku cadang (spare parts) Membuat disain awal jaringan distribusi20 KV atau feeder dari gedung sentral PLTMH ke jaringan 20 KV terdekat ke Gardu induk 150 KV serta rencana up grade jaringan 20 KV.

Beberapa hasil yang diperoleh dari studi kelayakan dan desain awal pada pekerjaan ini adalah diantaranya sebagai berikut :1. Wilayah Administratif Kecamatan Kabupaten Provinsi Koordinat2. Hidrologi Sungai Luas Daerah Tangkapan Air Hujan Tahunan rata-rata Debit aliran rata-rata3. Topografi Lembar Peta Elevasi tapak proyek4. Akses ke Lokasi Jalan masuk panjang5. Bendung (Intake/Weir) Tipe Elevasi Mercu Bendung Pintu Pengambilan (Intake)6. Saluran Penghantar (Waterway) Tipe Jumlah Panjang7. Pipa Pesat (Penstock) Tipe Jumlah Panjang8. Gedung Sentral (Powerhouse) Tipe Elevasi Tail Water Level (TWL)9. Daya dan Tenaga (energi) Debit Andalan Tinggi Jatuh Kotor Kapasitas Terpasang Total Energi per tahun10. Turbin Tipe Jumlah Unit Kapasitas 11. Generator Tipe Jumlah Unit Kapasitas Frekuensi Power Factor12. Transformator Tipe Kapasitas13. Jaringan

III-1

III-2