43
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “ Model Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Langsung “ , yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Penulis sadar bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan baik itu dari segi isi maupun penyusunannya. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan tugas ini untuk menambah pengetahuan penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkannya. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih atas perhatiaannya. Medan, Oktober 2012 Penulis 1

Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas kuliah

Citation preview

Page 1: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

KATA  PENGANTAR

           Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menolong

hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Makalah ini disusun agar pembaca

dapat memperluas ilmu tentang “ Model Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Langsung “ ,

yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Penulis sadar bahwa makalah ini

masih memiliki kekurangan baik itu dari segi isi maupun penyusunannya.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan

tugas ini untuk menambah pengetahuan penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun

yang membutuhkannya. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih atas perhatiaannya.

Medan, Oktober 2012

Penulis

1

Page 2: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang

melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan

adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan

ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan

berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam

bentuk kurikulum.

Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu

pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum

dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia

pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan riil

di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas

siswa, terutama dalam pembelajaran ekonomi. Masih banyak tenaga pendidik yang

menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas,

sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung

pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep

bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang

selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan

metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang

disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana

pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran

menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan

dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa

dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya

dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal melalui model pembelajaran kooperatif.

2

Page 3: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

1.2 Batasan Masalah

Pengertian,jenis,langkah penerapan didalam kelas serta kelebihan dan

kekurangan dari jenis-jenis model pembelajaran kooperatif.

Pengertian pembelajaran langsung, kelebihan dan kekurangan pembelajaran

lansung dan langkah penerapan di dalam kelas.

1.3 Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif, kelebihan dan

kekurangan dari jenis-jenis model pembelajaran kooperaktif dan bagaimana

langkah penerapannya di dalam kelas ?

Apa yang dimaksud dengan pembelajaran langsung, kelebihan dan

kekurangan pembelajaran langsung dan bagaimana langkah penerapannya di

dalam kelas ?

1.4 Tujuan Penulisan Karya Ilmiah

1.4.1 Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas kelompok membuat makalah yang berjudul model pembelajaran

kooperatif dan model pembelajaran langsung.

1.4.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui

model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung.

3

Page 4: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Model Pembelajaran Kooperatif

2.1.1 Pengertian model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memaham imateri pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran

2.1.2 Pengertian model pembelajaran menurut beberapa para ahli

Menurut Kauchak dan Eggen (1993), belajar kooperatif merupakan suatu kumpulan

strategi mengajar yang digunakan untuk membantu siswa satu dengan siswa yang lain dalam

mempelajari sesuatu. Slavin (2000) dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerjasama dalam

kelompok kecil, mereka saling membantu untuk mempelajari suatu materi. Hal yang serupa

diungkapkan oleh Thompson dan Smith (Ratumanan, 2000), yaitu dalam pembelajaran

kooperatif, siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari materi

akademik dan keterampilan antar pribadi. Anggota-anggota kelompok bertanggung jawab

atas ketuntasan tugas-tugas kelompok dan untuk mempelajari materi itu sendiri.

Dalam pembelajaran kooperatif kelas disusun atas kelompok-kelompok kecil. Setiap

kelompok biasanya terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan berbeda-beda, yaitu tinggi,

sedang, dan rendah. Jika kondisi memungkinkan , dalam pembentukan kelompok hendaknya

diperhatikan juga perbedaan suku, budaya, dan jenis kelamin. Siswa tetap berada dalam

kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Aktivitas siswa antara lain mengikuti

penjelasan guru secara aktif, bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok,

memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong kelompok untuk

berpartisipasi secara aktif, berdiskusi, dan sebagainya. Agar pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang

direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah

mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman sekelompoknya

4

Page 5: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

untuk mencapai ketuntasan belajar. Dalam pembelajaran kooperatif penghargaan diberikan

kepada kelompok.

Pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan siswa untuk berinteraksi.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam setting kelas, siswa lebih banyak belajar dari

satu teman ke teman yang lain diantara sesama siswa daripada belajar dari guru. Penelitian

juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang sangat positif

terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. Manfaat pembelajaran kooperatif untuk siswa

dengan hasil belajar rendah menurut Lundgren (1994) antara lain: (a) dapat meningkatkan

motivasi, (b) meningkatkan hasil belajar, (c) meningkatan retensi atau penyimpanan materi

pelajaran yang lebih lama.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model belajar

berkelompok dan bekerjasama dimana guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil

dengan tingkat kemampuan dan latar belakang yang berbeda untuk mencapai ketuntasan

materi.

2.1.3 Jenis Pembelajaran Kooperatif Dan Penerapannya Di dalam Kelas

Dalam pembelajaran kooperatif dikenal adanya beberapa tipe antara lain:

a. Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,

sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru mulai menggunakan pendekatan

pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2000), dalam STAD siswa ditempatkan dalam

kelompok belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat

kinerja, jenis kelamin, dan suku.

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Fase-1

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (atau indikator hasil belajar), guru

memotivasi siswa, guru mengkaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu

Fase-2

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat

bacaan.

5

Page 6: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

Fase-3

Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar, guru

mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok–kelompok belajar (setiap kelompok

beranggotakan 4-5 orang dan harus heterogen terutama jenis kelamin dan kemampuan

siswa).

Fase-4

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas

Fase-5

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta

siswa mempresentasikan hasil kerjanya, kemudian dilanjutkan dengan diskusi

Fase-6

Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi untuk menghargai

upaya dan hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok.

Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja di dalam kelompok mereka

untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran

tersebut. Akhirnya kepada seluruh siswa diberikan tes tentang materi itu. Pada waktu tes ini

mereka tidak dapat saling membantu. Poin setiap anggota tim ini selanjutnya dijumlahkan

untuk mendapat skor kelompok. Tim yang mencapai kriteria tertentu diberikan sertifikat atau

ganjaran lain.

b. Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu pembelajaran dimana setelah

kehadiran guru, siswa pindah kekelompoknya masing-masing untuk saling membantu

menjawab pertanyaan-pertanyaan dari materi yang diberikan. Sebagai ganti dari tes tertulis,

setiap siswa akan bertemu seminggu sekali pada meja turnamen dengan dua rekan dari

kelompok lain. Tiga siswa dalam setiap turnamen akan saling bersaing. Mereka menjawab

satu pertanyaan yang sama, yang telah dibahas bersama-sama dalam kelompoknya. Dengan

cara ini setiap siswa berkesempatan menyumbangkan skor sebanyak-banyaknya untuk

kelompoknya.

6

Page 7: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

Tahap-tahap (skenario) yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif

tipe TGT adalah sebagai berikut :

I. Pembentukan kelompok.

Kelas dibagi atas kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4-5 siswa. Perlu diperhatikan

bahwa setiap kelompok mempunyai sifat heterogen dalam hal jenis kelamin dan

kemamppuan akdemik. Masing-masing kelompok diberi kode, misalnya I, II, III, IV, dan

seterusnya. Sebelum materi pelajaran diberikan kepada siswa dijelaskan bahwa mereka akan

bekerjasama dalam kelompok selama beberapa minggu dan memainkan permainan akademik

untuk menambah poin bagi nilai kelompok mereka, dan bahwa kelompok yang nilainya

tinggi akan mendapat penghargaan.

II. Pemberian materi.

Materi pelajaran mula-mula diberikan melalui presentasi kelas, berupa pengajaran

langsung atau diskusi bahan pelajaran yang dilakukan guru, menggunakan audiovisual.

Materi pengajaran dalam TGT dirancang khusus untuk menunjang pelaksanaan turnamen.

Materi ini dapat dibuat sendiri dengan jalan mempersiapkan lembaran kerja siswa.

III. Belajar kelompok

Kepada masing-masing kelompok diberikan untuk mengerjakan LKS yang telah

disediakan. Fungsi utama kelompok ini adalah memastikan semua anggota kelompok belajar,

dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan anggotanya agar dapat mengerjakan soal-soal latihan

yang akan dievaluasi melalui turnamen. Setelah guru memberikan materi I, kelompok

bertemu untuk mempelajari lembar kerja dan materi lainnya. Dalam belajar kelompok, siswa

diminta mendiskusikan masalah secara bersama-sama, membandingkan jawabannya, dan

mengoreksi miskonsepsi jika teman satu kelompok membuat kesalahan.

IV. Turnamen.

Turnamen dapat dilaksanakan tiap bulan atau tiap akhir pokok bahasan. Untuk

melaksanakan turnamen, langkahnya adalah sebagai berikut: (1) membentuk meja turnamen,

disesuaikan dengan banyaknya siswa pada setiap kelompok, (2) menentukan rangking

(berdasarkan kemampuan) setiap siswa pada masing-masing kelompok, (3) menempatkan

siswa dengan rangking yang sama pada meja yang sama. (4) masing-masing siswa pada meja

turnamen bertanding untuk mendapatkan skor sebanyak-banyaknya. (5) skor siswa daari

maasing-masing kelompok dikumpulkan, dan ditentukan kelompok yang mempunyai jumlah

kumulatif tertinggi sebagai pemenang pertandingan.

7

Page 8: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

V. Skor individu.

Skor individu adalah skor yang diperoleh masing-masing anggota dalam tes akhir.

VI. Skor kelompok

Skor kelompok diperoleh dari rata-rata nilai perkembangan anggota kelompok. Nilai

perkembangan adalah nilai yang diperoleh oleh masing-masing siswa dengan

membandingkan skor pada tes awal dengan skor pada tes akhir. Perhitungan nilai

perkembangan sama dengan pada tipe STAD.

VII. Penghargaan

Segera setelah turnamen, hitunglah nilai kelompok dan siapkan sertifikat kelompok

untuk menghargai kelompok bernilai tinggi. Keberhasilan nilai kelompok dibagi dalam 3

tingkat penghaargaan, sama seperti pada tipe STAD.

c. Jigsaw

Kooperatif tipe Jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Kooperatif tipe

jigsaw ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari

materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi

tersebut pada anggota kelompoknya. Dengan demikian siswa saling tergantung satu dengan

yang lain dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang

ditugaskan. Dalam penggunaan kooperatif tipe Jigsaw ini, dibentuk kelompok-kelompok

heterogen beranggotakan 4 sampai 6 siswa. Materi pelajaran disajikan kepada siswa dalam

bentuk tes dan setiap siswa bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan

mampu mengajarkan bagian materi tersebut kepada anggota kelompok lainnya (Arends,

2001). Anggota pada kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi

(antar ahli), saling membantu satu dengan lainnya untuk mempelajari topik yang diberikan

(ditugaskan) kepada mereka. Kemudiaan siswa tersebut kembali kepada kelompok masing-

masing (kelompok asal) untuk menjelaskan kepada teman-teman satu kelompok tentang apa

yang telah dipelajarinya. Dengan demikian penggunaan tipe Jigsaw terdapat dua jenis

kelompok, yakni kelompok asal dan kelompok ahli.

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

- Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (disebut dengan kelompok asal, setiap

kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang heterogen). Setiap anggota

8

Page 9: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

kelompok nantinya diberi tugas untuk memilih dan mempelajari materi yang telah

disiapkan oleh guru (misal ada 5 materi/topik).

- Di kelompok asal, setelah masing-masing siswa menentukan pilihannya , mereka langsung

membentuk kelompok ahli berdasarkan materi yang dipilih. Ilustrasinya adalah sebagai

berikut:

- Setelah setiap kelompok ahli mempelajari (berdiskusi) tentang materinya masing-masing, setiap anggota dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan/menularkan apa-apa yang telah mereka pelajari/diskusikan di kelompok ahli. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:

9

- Misal 1 kelas: 40 anak

- Ada 5 topik yang akan dipelajari

- Kelompok asal ( 40:5 = 8 kel.)

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Materi A Materi B Materi C Materi D Materi E

KELOMPOK ASAL

Page 10: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

- Dalam tipe ini peran guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi agar

pelaksanaan kegiatan diskusi dalam kelompok ahli maupun penularan dalam kelompok

asal berjalan secara efektif dan optimal.

- Setelah masing-masing anggota dalam kelompok asal selesai menyampaikan apa yang

dipelajari sewaktu dalam kelompok ahli, guru memberikan soal/kuis pada seluruh siswa.

Soal harus dikerjakan secara individual.

- Nilai dari pengerjaan kuis individual digunakan sebagai dasar pemberian nilai

penghargaan untuk masing-masing kelompok.

Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri

juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling membantu) terhadap teman

sekelompoknya. Pada akhir pembelajaran diberikan tes kepada siswa secara individual.

Materi yang diteskan meliputi materi yang telah dibahas. Kunci pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota kelompok yang memberikan

informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tes dengan baik.

d. Inside-Outside-Circle

Pembelajaran kooperatif menurut Roger dan David (dalam Lie, 2000:31-34)

menerapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong. Kelima unsur tersebut adalah

saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar

anggota, dan evaluasi proses kelompok. IOC adalah model pembelajaran dengan sistim

lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi

informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda  dengan sesingkat dan

teratur.

10

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Materi A

Materi B

Materi C

Materi D

Materi E

Page 11: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

Sintaks pembelajaran ini adalah:

1. Separuh dari sejumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar,

2. separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam,

3. siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan,

4. siswa yang berada di lingkran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman

(baru) di depannya, dan seterusnya.

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :

1.Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.

2.Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-4 orang.

3.Tiap-tiap kelompok  mendapat tugas mencari informasi berdasarkan pembagian tugas dari

guru.

4.Setiap kelompok belajar mandiri, mencari informasi berdasarkan tugas yang diberikan.

5.Setelah selesai, maka seluruh siswa berkumpul saling membaur (tidak berdasarkan

kelompok).

6.Separuh kelas lalu berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.

7.Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke

dalam.

8.Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran

informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan

9.Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di

lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.

10.Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian

seterusnya, sampai seluruh siswa selesai berbagi informasi.

Kelebihan :

Siswa mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.

Tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan untuk strategi, sehingga dapat dengan

mudah dimasukkan kedalam pelajaran.

11

Page 12: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

Kelemahan :

Membutuhkan ruang kelas yang besar

Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau.

e. Two Stay Two Stray

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray  (TS-TS) dikembangkan oleh

Spencer Kagan. Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua

tingkatan usia peserta didik. Metode pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling

bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling

mendorong untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan

baik.

Lie (dalam Yusritawati, 2009:14) menyatakan, “Struktur Two Stay Two Stray yaitu

memberi kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain”.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay

Two Stray seperti yang diungkapkan, antara lain:

1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari

empat siswa.Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen seperti pada

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuan untuk memberikan

kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan (Peer Tutoring) dan saling

mendukung.

2. Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-

sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.

3. Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang.Hal ini bertujuan untuk

memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses

berpikir.

4. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya

untuk bertamu ke kelompok lain.

Struktur Two Stay Two Stray yang dimaksud tampak seperti pada gambar berikut ini

12

Page 13: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

5. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi

mereka ke tamu mereka.

6. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan

mereka dari kelompok lain.

7. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

8. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

Terdapat beberapa kendala yang biasanya selalu muncul dalam penerapan metode

pembelajaran TS-TS ini berdasarkan pengalaman saya di lapangan, adalah sebagai berikut:

1. Alokasi waktu.

Penerapan metode TS-TS membutuhkan banyak waktu dalam pelaksanaannya

dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional. Dimulai dari persiapan

pembagian kelompok, diskusi dan presentasi siswa. Guru harus benar-benar bisa

mengelola alokasi waktu pembelajaran dengan baik sehingga, pembelajaran tidak sia-

sia dan materi ajar tersampaikan.

Solusi: Bila tidak memungkinkan semua kelompok untuk mempresentasikan hasil

kerja mereka di depan kelas, cukup beberapa kelompok (2-3 kelompok) saja yang

mempresentasikannya, atau tergantung sisa waktu yang tersedia. Hasil kerja sisa

kelompok yang lain bisa dikumpulkan sebagai tugas dan mendapat giliran tampil di

pertemuan selanjutnya.

2. Pelaksanaan pada saat bertamu.

Guru harus benar-benar menerangkan kepada siswa mengenai maksud dan tujuan dari

bertamu. Siswa terkadang masih kebingungan untuk saling bertukar informasi dengan

kelompok lain. Karena tujuan dari berbagi informasi disini bukan untuk mencontek

hasil jawaban dari kelompok lain.

Solusi: Setiap kelompok sebaiknya diberi materi yang berbeda. Sehingga benar-benar

terjadi pertukaran informasi yang bukan sekedar mencontek jawaban dalam kegiatan

diskusi. Hal ini juga berguna untuk mengatasi masalah alokasi waktu tadi, agar tujuan

pembelajaran cepat tercapai oelh siswa.

3. Pembagian kelompok.  

Pembagian kelompok sangat berpengaruh dalam suatu diskusi agar tidak tumpang

tindih antara siswa kelompok tinggi dan siswa kelompok rendah. Kelompok siswa

sebaiknya dibentuk secara heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 siswa

13

Page 14: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan

rendah).

f. Snowball Throwing

Pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing merupakan pembelajaran yang dapat

digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat

digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi

tersebut. Pada model pembelajaran Snowball Throwing siswa dibentuk menjadi beberapa

kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-

masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu

dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang

diperoleh .

Model Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima

pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu

kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran

Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah

bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu

membuka dan menjawab pertanyaannya.

Adapun Langkah-langkah  model pembelajaran Snowball Throwing adalah

sebagi berikut :

1.Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

2.Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok

untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3.Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian

menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

4.Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu

pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5.Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang

lain selama + 15 menit.

6.Setelah siswa dapat satu bola diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab

pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7. Evaluasi.

8.Penutup.

14

Page 15: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

Adapun kelebihan  model pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagai berikut :

1.Melatih kesiapan siswa.

2.Saling memberikan pengetahuan.

Kekurangan model kooperatif tipe SnowballThrowing yaitu:

1.Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.

2.Tidak efektif.

g. CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)

Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara

koperatif –kelompok. Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-

CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus

Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok

pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.

Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini

dapat dikategorikan pembelajaran terpadu. Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat

keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi:

1. model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan

model nested (terangkai).

2. model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared

(perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model

integreted (terpadu).

3. model dalam lintas siswa.

Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung

jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk

memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman

yang dan pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami

perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses

pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan lingkungan.

Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan

UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui

(learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri

(learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together),

(Depdiknas, 2002). 15

Page 16: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

Langkah - Langkah Pembelajaran CIRC :

1.Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.

2.Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.

3.Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi

tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.

4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.

5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.

6. Penutup.

Dari setiap fase tersebut di atas dapat diperhatikan dengan jelas sebagai berikut:

a. Fase Pertama

Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau

istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa

didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.

b. Fase Kedua

Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap

pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan

fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan

terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan

berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk

membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa

terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama

proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi

dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif

untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.

c. Fase Ketiga,

Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan,

membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat

bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya..

Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk

diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau

sebaliknya saling memperkuat argumen.

Kelebihan Model Pembelajaran CIRC antara lain:

16

Page 17: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat

perkembangan anak;

2. kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan

anak;

3. seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak

didik akan dapat bertahan lebih lama

4. pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;

5. pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat)

sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;

6. pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar

yang dinamis, optimal dan tepat guna;menumbuhkembangkan interaksi sosial anak

seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain;

7. membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam

mengajar (Saifulloh, 2003).

Kekurangan Model Pembelajaran CIRC, antara lain:

Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang

menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti:

matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.

h. NHT (Model Number Head Together)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif

yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini

dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam

menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka

terhadap isi pelajaran tersebut.

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran

kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-

tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya

yang mempunyai berbagai latar belakang.

17

Page 18: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

3. Pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial

siswa.

Langkah-langkah NTH :

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai

pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan

sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam

Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :

a. Pembentukan kelompok

b. Diskusi masalah

c. Tukar jawaban antar kelompok

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi

enam langkah sebagai berikut :

1. Persiapan .

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario

Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam

kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan

percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan

kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes

awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku

panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang

diberikan oleh guru.

4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan

yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk

menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari

18

Page 19: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.

Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok

dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa

di kelas.

6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang

berhubungan dengan materi yang disajikan.

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa

yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara

lain adalah :

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5. Konflik antara pribadi berkurang

6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

8. Hasil belajar lebih tinggi

Kelebihan NTH :

1. Setiap siswa menjadi siap semua.

2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

3.Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Kelemahan NTH :

1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

2.2 Model Pembelajaran Langsung

19

Page 20: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung atau direct instruction, juga dikenal dengan istilah

strategi belajar ekspositori dan whole class teaching. Model pembelajaran langsung

ini merupakan bentuk dari pendekatan yang berorientasi kepada guru (teacher

centered appproch). Model pembelajaran langsung ini sangat ditentukan oleh

pendidik, artinya pendidik berperan penting dan dominan dalam proses pembelajaran.

Penyebutan ini mengacu pada gaya mengajar di mana pendidik terlibat aktif dalam

mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya kepada seluruh

peserta didik dalam kelas.

Model pembelajaran langsung lebih menekankan kepada proses penyampaian

materi secara verbal dari seorang pendidik kepada peserta didik, agar peserta didik

dapat menguasai materi secara optimal. Dalam strategi pembelajaran ini peserta didik

tidak dituntut untuk menemukan materi karena materi pelajaran seakan-akan sudah

jadi. Pendidik secara langsung menyampaikan objek materi, sedangkan peserta didik

dianggap hanya datang menerima materi secara langsung dari pendidik.

Teori pendukung model pembelajaran langsung adalah teori behaviorisme dan

teori belajar sosial. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak

sebagai hasil belajar. Teori Behavioristik dengan model hubungan stimulus-

responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau

perilaku tertentu menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.

Fungsi pendidik dalam kaitannya dengan teori pembelajaran langsung adalah

menyajikan stimulus tertentu yang dapat membangkitkan respon peserta didik berupa

hasil belajar yang diingingkan. Untuk mengatur proses stimulus-respon secara

sitematis, bahan pelajaran harus dipilah-pilah menjadi butir-butir informasi lalu diurut

secara tepat, dimulai dari yang sederhana sampai kepada yang paling kompleks.

Berdasarkan kedua teori tersebut, model pembelajaran langsung menekankan belajar

sebagai perubahan perilaku. Jika behaviorisme menekankan belajar sebagai proses

stimulus respons bersifat mekanis, maka teori belajar sosial beraksentuasi pada

perubahan prilaku bersifat organis melalui peniruan.

2.2.2 Pengertian Model Pembelajaran Langsung Menurut Beberapa Para Ahli

20

Page 21: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

Model direct instruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat

membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi

yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering

disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur, 2000). Arends (2001) juga

mengatakan hal yang sama, yaitu “A teaching model that is aimed at helping students

learn basic skills and knowlegde that can be taught in a step-by-step fashion. For our

purposes here, the model is labeled the direct instruction model.” Sedangkan Kardi

(2001) mendefinisikan “Model Pembelajaran Langsung (MPL) adalah suatu strategi

pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan konsep dan keterampilan.” Apabila

guru menggunakan model pembelajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung

jawab untuk mengidentifikasikan tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar

terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskannya kepada siswa,

pemodelan/ mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang

telah dipelajari serta memberikan umpan balik.

Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses

belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan

deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan

yang bertahap, selangkah demi selangkah. Hal ini sesuai dengan pendapat Arends

(2001), yang menyatakan bahwa “The direct instruction model was specifically

designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative

knowledge that is well structured and can be taught in a stepby- step fashion.”

Sedangkan Carin (1993) berpendapat bahwa direct instruction secara sistematis

menuntun dan membantu siswa untuk melihat hasil belajar dari masing-masing tahap

demi tahap.

Maka dapat di simpulkan pengertian model pembelajaran langsung adalah model

pengajaran yang berpusat pada guru dan memiliki sintaks yang terdiri dari lima fase,

yaitu: mempersiapkan siswa, menjelaskan dan/atau mendemonstrasikan, menuntun

berlatih, memberikan umpan balik dan memperluas latihan.

2.2.3 Penerapan pembelajaran langsung

Orientasi. 21

Page 22: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika

guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan

disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk

mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa;

(2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan

penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan

materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama

pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.

Presentasi.

Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep

maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam

langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;

(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan

cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4)

menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.

Latihan terstruktur.

Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang

penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan

memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa

yang salah.

Latihan terbimbing.

Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau

keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk

mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran

guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.

Latihan mandiri.

Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui

siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan

latihan.

Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran

langsung, yaitu sebagai berikut.

Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa.

22

Page 23: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa

yang diharapkan.

Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat.

Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan

keterampilan yang telah dikuasai siswa.

Menyampaikan materi pelajaran.

Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-

contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya.

Melaksanakan bimbingan.

Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat

pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih.

Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih

keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.

Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik.

Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan

umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika

diperlukan.

Memberikan latihan mandiri.

Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk

meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.

Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk

diterapkan dalam pembelajaran:

Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan

garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan

keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.

Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki

struktur yang jelas dan pasti.

Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan

dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya

penyelesaian masalah (problem solving).

23

Page 24: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya

menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu

penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis)

Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan

pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.

Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.

Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa

melakukan suatu kegiatan praktik.

Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa

dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.

Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan

yang sangat terstruktur.

Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau

ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada

siswa.

2.2.4 Kelebihan  dan Kelemahan Model Pembelajaran Langsung

Kelebihan model pembelajaran langsung:

Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan

informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa

yang harus dicapai oleh siswa.

Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.

Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang

mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.

Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual

yang sangat terstruktur.

Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-

keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.

24

Page 25: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang

relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.

Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran

(melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan

antusiasme siswa.

Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa

yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan

menafsirkan informasi.

Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan

lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu,

tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan

berpartisipasi dan dipermalukan.

Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran

dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan

dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan

dihasilkan.

Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam

memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif” yang

menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-

hari.

Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya

ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok

belajar dengan cara-cara ini.

Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara

langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian

terkini.

Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan

untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya

terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).

25

Page 26: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas

dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa

tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.

Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model

pembelajaran langsung digunakan secara efektif.

Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru

dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.

Kelemahan Model Pembelajaran Langsung:

Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk

mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat.

Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih

harus mengajarkannya kepada siswa.

Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal

kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau

ketertarikan siswa.

Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi

siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.

Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran

ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya

diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan

pembelajaran mereka akan terhambat.

Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi

dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung,

dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan

keingintahuan siswa.

Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru.

Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan

model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak

perilaku komunikasi positif.

26

Page 27: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran

langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses

dan memahami informasi yang disampaikan.

Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana

materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa.

Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini.

Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan

kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi

yang disampaikan.

Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa

percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal

ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.

Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru

sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat

membuat siswa tidak paham atau salah paham.

Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya,

banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang

dimaksudkan oleh guru.

27

Page 28: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan

pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang

efektif. Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam

memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya dalam

kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa

dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok dan model ini

memiliki delapan jenis yaitu :(1)jigsaw,(2)snowball throwing, (3)Number Head Together,

(4)cooperative integrated reading and composition(5),student team achipment division,

(6)team games tournament, (7)inside outside circle, (8)two stay two stray dan . Sedangkan,

Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada

penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif,

dengan ciri-ciri sebagai berikut: transformasi dan ketrampilan secara langsung; pembelajaran

berorientasi pada tujuan tertentu; materi pembelajaran yang telah terstuktur; lingkungan

belajar yang telah terstruktur; dan distruktur oleh guru.

Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru sebaiknya

menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder,  gambar,  peragaan,

dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu

pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu

pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik

28

Page 29: Metode Pembelajaran Kooperatif Dan Metode Pembelajaran Langsung

terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap

waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan.

Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapakan saran-saran dan masukan dari dosen

pembimbing dan juga para pembaca agar penulis dapat membuat makalah yang lebih baik

lagi dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Lie, Anita. 2000. Cooperativ Learning: Mempraktikkan Cooperativ Learning di Ruang-

Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik: Konsep, Landasan Teoritis

Praktis dan Implementasinya (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007)

Isjoni, Cooperatif Learning, Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok (Cet.1 Bandung:

Alfabeta 1997).

Muslim Ibrahim dkk., Pembelajaran Kooperatif (Surabaya: Unversity Pers, 2000)

29