76
LAPORAN PRAKTEK SISTEM GANDA METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT Oleh PUJI NUR PARIDI WAHIDURRAHMAN M. HAMDANI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Penilaian Pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1

METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

  • Upload
    farid

  • View
    2.014

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LAPORAN PRAKTEK SISTEM GANDAMETODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARATOlehPUJI NUR PARIDIWAHIDURRAHMANM. HAMDANI

Citation preview

Page 1: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

LAPORAN PRAKTEK SISTEM GANDA

METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI

BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

Oleh

PUJI NUR PARIDI

WAHIDURRAHMAN

M. HAMDANI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Penilaian Pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELAUTAN DAN PERIKANANLEMBAR – LOMBOK BARAT

2007

1

Page 2: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

LEMBAR PENGESAHANLAPORAN PRAKTEK SISTEM GANDA ( P S G )

Judul Metode Penanganan Udang, Rumput Laut, Induk Abalone, Dan

Pembenihan Abalone Di Balai Budidaya Laut Lombok

Stasiun Gerupuk, Nusa Tenggara Barat.

Nama 1. PUJI NUR PARIDI

2. WAHIDURRAHMAN

3. M. HAMDANI

Jurusan Budidaya Perikanan Laut ( B P L )

Telah disetujui oleh :

Menyetujui,Guru Pembimbing

( Kusuma Wardana, S.Pi )

Mengetahui,Ketua Jurusan

( Kurniawati, S.Pi )

Mengetahui,Kepala Sekolah

(Ir. L. Syaiful Bakhry )Pembina (IV/a)

NIP. 132 055 958

Tanggal pengesahan :……………….

2

Page 3: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada allah SWT, karena berkat rahmat dan

karunia - Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek System Ganda

( LPSG ) ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

LPSG ini berjudul “: Metode Penanganan Udang, Rumput Laut, Induk

Abalone, Dan Pembenihan Abalone Di Balai Budidaya Laut Lombok Stasiun

Gerupuk, Nusa Tenggara Barat”. Tujuan peraktek sitem ganda ini adalah agar

dapat mengetahui metode pemeliharaan udang, rumput laut, induk abalone, dan

pembenihan abalone sesuai perosedur.

LPSG ini terdiri dari 5 bab, yaitu : Pendahuluan, Tinjauan Pustaka,

Metode Praktek, Hasil Praktek, serta Kesimpulan dan Saran. Pada bab Hasil

Praktek kami menguraikan tentang : Metode Penanganan Udang, Rumput Laut,

Induk Abalone, Dan Pembenihan Abalone Di Balai Budidaya Laut Lombok

Stasiun Gerupuk, Nusa Tenggara Barat.

Saran serta keritik yang membamgun dari para pembaca sangat kami

harapkan untuk menyempurnakan penulisan kedepannya.

Lembar, Maret 2007

Penulis

3

Page 4: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………..

DAFTAR ISI …………………………………………………….

DAFTAR TABEL………………………………………………..

I. PENDAHULUAN……………………………………………..

1.1 Latar Belakang……………………………………………..

1.2 Tujuan ……………………………………………………..

II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………

2.1 Udang Windu………………………………………………

2.1.1 Taksonomi Dan Morfologi Udang Windu……………..

2.1.2 Penyebaran Udang Windu……………………………..

2.1.3 Tingkah Laku (behavior) Udang Windu……………….

2.2 Rumput Laut………………………………………………..

2.2.1 Taksonomi Dan Morfologi Rumput Laut………………

2.2.2 Penyebaran Rumput Laut……………………………....

2.2.3 Persiapan Lokasi Budidaya Rumput Laut……………...

2.2.4 Metode Budidaya Rumpkut Laut………………………

2.2.5 Persiapan Bibit Rumput Laut…………………………..

2.2.6 Penanganan Bibit Rumput Laut…………………….…

2.2.7 Perawatan Rumput Laut………………………………..

2.2.8 Panen Dan Penanganan Hasil Panen…………………...

2.3 Abalone……………………………………………………..

2.3.1 Taksonomi Dam Morfologi Abalone…………………..

2.3.2 Penyebaran Abalone……………………………………

2.3.3 Pengumpulan Induk Abalone Di Alam………………..

2.3.4 Penanganan Induk Abalone Di Hatchery……………..

2.3.5 Pengelolaan Pakan Induk Abalone………………….…

2.3.6 Teknik Pemijahan Abalone…………………….……...

I

II

V

1

1

2

3

3

3

4

5

7

7

8

8

9

10

11

11

12

14

14

15

15

16

18

19

4

Page 5: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

2.3.7 Teknik Pemeliharaan Larva Abalone………………….

III. METODE PRAKTEK………………………………………..

3.1 Waktu Dan Tempat ………………………………………

3.2 Alat Dan Bahan…………………………………………..

3.2.1 Alat…………………………………………………....

3.2.2 Bahan …………………………………………………

IV. HASIL PRAKTEK………………………………………….. 4.1

Penanganan Udang………………………………………..

4.1.1 Persiapan Bak Pemeliharaan Udang………………….

4.1.2 Penebaran Benur……………………………………..

4.1.3 Perawatan Benur………………………………………

4.2 Penanganan Rumput Laut ………………………………..

4.2.1 Pengikatan Bibit Dan Pananaman Rumput Laut……..

4.2.2 Perawatan Rumput Laut………………………………

4.2.3 Panen Dan Penanganan Hasil Panen………………….

4.2.4 Metode Budidaya Rumput Laut………………………

4.3 Penanganan Induk Dan Pembenihan Abalone……………

4.3.1 Pengumpulan Induk Alam…………………………….

4.3.2 Penanganan Induk Di Hatchery………………………

4.3.3 Pengelolaan Pakan Induk……………………………..

4.3.4 Teknik Pemijahan……………………………………..

4.3.5 Teknik Pemeliharaan Larva…………………………..

4.3.6 Panen Benih…………………………………………...

V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….

5.1Kesimpulan…………………………………………………

5.2Saran……………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

20

23

23

23

23

25

26

26

26

26

27

28

28

29

30

30

34

34

35

37

37

39

41

42

42

43

5

Page 6: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan

praktek……………………………………………….

Tabel 2. Bahan – bahan yang di gunakan………………….…..

23

25

6

Page 7: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perairan laut di Indonesia mencapai 8,36 juta ha yang secara

individu dapat di manfaatkan untuk pembangunan kawasan budidaya

laut. Dari luas tersebut untuk budidaya ikan bersirip (finfish) 20%,

kekerangan 10%, rumput laut 60%, dan lainnya 10%. Tingkat

pemanfaatan sebagian provinsi baru mencapai kurang dari 1%, namun

sebagian telah mencapai di atas 1%-25% yaitu DKI Jakarta sekitar

24%, Bali 8%, Sulawesi Tenggara sekitar 6%, dan NTT sekitar 2%

(Ditjenkanbud, 2004 dalam htt://www.Abalone.net/guide)

Indonesia memiliki wilayah perairan budidaya sangat luas

untuk di kembangkan, di mana sekitar 24,5 juta ha dapat di

manfaatkan untuk budidaya laut dan sekitar 913.000 ha untuk

pengembangan budidaya air payau. Dari luasan tersebut yang di

tujukan bagi pengembangan budidaya air laut seluas 62.040 ha telah

dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya moluska termasuk di

dalamnya kerang mutiara dan Abalone (Sukadi, 2001 dalam Setyono,

2004a).

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki perairan

pantai yang cocok untuk pertumbuhan rumput laut, udang, dan

Abalone. Salah satunya adalah perairan pantai di Lombok yang sangat

produktif dengan rumput laut dan jenis ikan yang melimpah. Terutama

rumput laut jenis Gracillaria sp, yang di budidayakan untuk konsumsi

dan rumput laut jenis Hypnea sp., Ulva sp., Kappaphycus sp. untuk

pakan alami Abalone.

7

Page 8: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

Berbagai metode budidaya dapat di terapkan di Perairan

Lombok, mulai dari budidaya di darat (pembenihan), pembesaran di

perairan pantai maupun di perairan dalam (Setyono, 2005a).

I.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan Peraktek Sistem Ganda ( P S G ) ini

antara lain :

1. Untuk mengetahui teknik pemeliharaan induk dan benih

abalone.

2. Untuk mengetahui tekhnik penanganan benih udang.

3. Untuk mengetahui tekhnik penanganan rumput laut.

8

Page 9: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Udang Windu

2.1.1 Taksonomi Dan Morfologi Udang Windu

A. Taksonomi

Udang windu adalah jenis hewan karnivora yang hidup di air

dan menurut Longmuir (1983) dalam Anonimus (2000)

diklasifikasikan sebagai berikut:

Filum : Arthropoda

Sub Filum : Mandibulata

Kelas : Crustaceae

Devisi : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Sub Ordo : Natanita

Famili : Panacidae

Genus : Penaeus

Spesies : Panaeus monodon

B. Morpologi

Dilihat dari luar, tubuh udang terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian

depan dan bagian belakang. Bagian belakang disebut bagian kepala,

yang sebenarnya terdiri dari bagian kepala dan dada yang menyatu.

Oleh karena itu dinamakan kepala – dada (cephalothorax ). Bagian

perut (abdomen) terdapat ekor dibagian belakangnya (Primavera, 1987

dalam Anonimus, 2000).

9

Page 10: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

Semua badan beserta anggota – anggotanya terdiri dari ruas –

ruas (segmen). Kepala – dada terdiri dari 13 ruas, yaitu kepalanya

sendiri 5 ruas dan dadanya 8 ruas. Sedangkan bagian perut terdiri dari

6 ruas. Tiap ruas badan mempunyai sepasang anggota yang beruas –

ruas pula (Primavera, 1987 dalam Anonimus, 2000).

Seluruh tubuh tertutup oleh kerangka luar yang disebut

eksoskeleton, yang terbuat dari bahan chitin. Kerangka tersebut

mengeras, kecuali pada sambungan – sambungan antara dua ruas

tubuh yang berdekatan. Hal ini memudahkan mereka untuk bergerak.

Bagaian kepala – dada tertutup oleh kelopak yang kita namakan

kelopak kepala atau cangkang kepala (carapace ). Dibagian depan,

kelopak kepala memanjang dan meruncing, yang pinggirnya bergigi –

gigi. Bagian ini kita namakan cucuk kepala (rostrum) (Primavera,

1987 dalam Anonimus, 2000).

2.1.2 Penyebaran Udang Windu

Menurut Longmuir (1983) dalam Anonimus (2000), udang

adalah jenis hewan air yang suka bermigrasi. Migrasi udang terjadi

setelah dewasa biasanya bergantung pada kondisi tempat mereka

hidup, misalnya temperatur air pada musim dingian. Migrasi di

indonesia dilaporkan oleh Unaar dan Naamin (1984) berdasarkan

penangkapan nelaya pengankap udang di Cilacap. Larva dan Post

Larva bergerak menuju pantai dan muara sungai, dan udang muda

mulai memasuki selat Segara Anak terbawa oleh arus laut dan

kemudian tumbuh menjadi dewasa. Penelitian migrasi ini sangat

penting dalam perkembangan budidaya udang, karena bila kita

10

Page 11: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

mengetahui musim apa udang bertelur atau bermigrasi ke tempat lain,

kita akan dengan mudah menangkapnya untuk pembenihan ataupun

untuk di jual.

2.1.3 Tingkah Laku (Behaviour) Udang Windu

Menurut Longmuir (1983) dalam Anonimus (2000), tingkah

laku (Behaviour) Udang Windu dan kebiasaan – kebiasaannya adalah

sebagai berikut :

1.Mengubur Diri.

Kebiasaan ini paling sering dilakakan oleh udang sejak masih

muda sampai dewasa. Mereka biasanya mengubur diri di dasar pasir

atau lumpur di dasar air. Kebiasaan ini rupa – rupanya dilakukan

untuk menghindari musuh-musuhnya. Dalamnya mengubur dirinya

bervariasi tergantung pada besar kecilnya udang. Biasanya bagian

punggungnya berjarak tiga cm dari pernukaan pasir. Dalam kedaan ini

udang biasanya bernafas melalui tabung respirasi, terdiri dari antena

kedua, insang dan ruangan mandibula pada celah insang. Penguburan

diri sangat dipengaruhi oleh cahaya, biasanya udang keluar dari

mengubur diri setelah matahari terbenam dan kemudian mengubur diri

lagi waktu matahari terbit. Udang besar bereaksi lebih cepat dari pada

udang kecil.

2.Ganti Kulit (Moulting)

Moulting adalah suatu proses pergantian kulit, pada peristiwa

moulting ini, proses bio kimi juga terjadi, yaitu pengeluaran dan

penyerapan kalsium dari tubuh hewan. Diduga penyebab moulting

11

Page 12: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

adalah perubahan kualitas air ataupun karena makanan serta proses

pengeluaran zat – zat tertentu dari tubuh udang.

3. Migrasi

Migrasi adalah perpindahan udang dari satu tempat ke tempat

yang lainnya dan biasanya dipicu oleh persediaan makanan yang

menipis. Migrasi juga terjadi bila udang betina akan mulai bertelur,

sedangkan udang muda bermigrasi dari daerah muara sungai dan

menuju ke laut lepas untuk menjadi dewasa.

Migrasi yang terjadi setelah dewasa biasanya bergantung pada

kondisi tempat mereka hidup, misalnya temperatur air pada musim

dingin. Migrasi di Indonesia dilaporkan oleh Unaar dan Naamin

(1984) berdasarkan penangkapan nelayan penangkap udang di

Cilacap. Larva dan Post Larva bergerak menuju pantai dan muara

sungai, dan udang muda mulai memasuki selat Segara Anak terbawa

oleh arus laut dan kemudian tumbuh menjadi dewasa.

4. Sifat Nokturnal

Sifat Nokturnal adalah sifat ikan yang aktif mencari makanan

pada waktu malam. Pada waktu siang mereka lebih suka beristirahat,

baik membenamkan diri maupun menempel pada sesuatu benda yang

terbenam dalam air. Apabila keadaan lingkunngan cukup baik, udang

jarang sekali manampakkan diri pada waktu siang. Apabila dalam

suatu tambak udang nampak aktif bergerak pada waktu siang, ini

menunjukkan suatu tanda bahwa ada suatu yang tidak beres. Mungkin

karena makanan kurang, kadar garam meningkat, suhu naik, oksegen

12

Page 13: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

kurang ataupun karena timbul senyawa – senyawa beracun seperti

asam sulfida (H2S), zat asam arang (CO2), amoniak (N2H3). Dan

lain - lain.

5. Sifat Kanibalisme

Sifat Kanibalisme adalah sifat suka memangsa jenisnya sendiri.

Sifat ini suka muncul pada udang yang sehat, yang tidak sedang ganti

kulit. Dalam keadaan kekurangan makanan sifat kanibalisme akan

tampak nyata. Sifat demikian ini sudah mulai tampak pada waktu

udang masih berruaya, yaitu mulai tingkatan mysis. Untuk

menghindari kanibalisme, udang - udang yang sedang ganti kulit

biasanya mencari tempat untuk bersembunyi.

2.2 Rumput Laut

2.2.1 Taksonomi Dan Morfologi Rumput Laut

A. Taksonomi

Devisi : Thallophyta

Kelas : Rhodophyceae

Ordo : Gigartinales

Famili : Gracillariaceae

Genus : Gracillaria

Spesies : Gracillaria sp. (Anonimus, 2006)

B. Morfologi

Di dalam Anonimus (2006), dikatakan bahwa Rumput Laut

merupakan makro alga yang hidup dengan daun sejati dan pada

13

Page 14: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

umumnya hidup di dasar perairan dan menempel pada substrat (benda

lain).

Fungsi dari akar, batang, dan daun yang tidak dimiliki oleh

rumput laut digantikan oleh thallus. Karena tidak memiliki akar,

batang, dan daun pada umumnya tanaman, maka rumput laut di

golongkan pada kelompok tumbuhan tingkat rendah (thallophyta)

(Anonimus, 2006).

Bagian rumput laut secara umum terdiri dari hold fast yaitu

bagian dasar dari rumput laut yang berfungsi untuk menempel pada

substrat dan selain hold fast yaitu thallus, yaitu bentuk pertumbuhan

rumput laut yang mempunyai percabangan. Tidak semua rumput laut

bisa diketahui memiliki hold fast atau tidak (Anonimus, 2006).

2.2.2 Penyebaran Rumput Laut

Rumput laut banyak terdapat di perairan pantai terbuka, pada

kedalaman 5 m kita sudah dapat menemukan rumput laut. Hampir

seluruh perairan pantai di Indonesia ditumbuhi rumput laut dari

berbagai jenis (Anonimus, 2006).

2.2.3 Persiapan Lokasi Budidaya Rumput Laut

Satu hal penting yang mutlak harus di perhatikan dalam

budidaya rumput laut adalah pemilihan lokasi budidaya. Lahan

budidaya rumput laut memiliki beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi dan sangat mempengaruhi pertumbuhan rumput laut.

Syarat – syarat tersebut adalah :

14

Page 15: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

1. Kualitas air yaitu suhu 25 – 30 derajat celsius, salinitas lebih

dari 18 ppt, PH 7- 9, kejernihan kurang lebih 5 – 7 m.

2. Area budidaya harus jauh dari muara sungai dan sumber air

tawar.

3. Substrat dasar terdiri dari pasir, pasir lumpur, lumpur, maupun

perairan berkarang.

4. Terlindung dari ombak dan arus yang besar.

5. Memiliki pergerakan air yang tinggi.

6. Keadaan air pada saat surut terrendam minimal 30 – 60 cm.

7. Lokasi budidaya harus jauh dari lalulintas kapal atau tidak

berada pada jalur pelayaran.

8. Bebas dari pencemaran industri.

9. Bebas dari kemungkinan adanya hewan herbivora.

10.Lokasi budidaya dapat dijangkau dengan sarana transportasi

darat maupun laut (Anonimus, 2006).

2.2.4 Metode Budidaya Rumput Laut

Di dalam Anonimus (2006) dikatakan bahwa selain lokasi

budidaya juga perlu di pertimbangkan metode budidaya yang akan di

gunakan. Metode budidayan rumput laut perlu disesuaikan dengan

kondisi lahan budidaya.

Berikut ini adalah beberapa metode budidayan rumput laut, antara

lain :

1. Metode Dasar (bottom methol)

a. Metode Sebar (broad cast methol)

15

Page 16: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

Metode ini biasanya digunakan pada perairan yang

sebagian besar dasarnya terdiri dari batu karang.

b. Metode Budidaya Dasar Laut (bottom farm methol)

Metode ini cocok untuk perairan yang berarus tidak

terlalu kencang dan substratnya berupa bebatuan atau karang.

2. Metode Lepas Dasar (off bottom methol)

a. Meode Tunggal Lepas Dasar (off bottom monoline)

Metode ini sesuai dengan perairan berpasir,lumpur pasir,

atau berlumpur.

b. Metode Jaring Lepas Dasar (off bottom net)

Metode ini biasanya digunakan pada perairan yang

berpasir dan benih yang ditanam lebih banyak.

c. Metode Jaring Lepas Dasar Bentuk Tabung (off bottom tabular

net)

Metode ini sesuai untuk perairan yang berarus kencang

dan bamyak predator.dapat pula digunakan pada perairan yang

bersubstrat pasir, lumpur, atau lumpur pasir.

3. Metode Apung (floating methol)

a. Metode Tali Tunggal Apung (floating monoline)

Metode ini merupakan perkembangan dari tali tunggal

lepas dasar (off bottom monoline).

b. Metode Jaring Apung (floating net)

Hampir sama dengan tali tunggal apung (floating

monoline).

16

Page 17: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

2.2.5 Persiapan Bibit Rumput Laut

Salah satu faktor penentu keberhasilan usaha budidaya rumput

laut adalah bibit yang digunakan. Oleh sebab itu bibit yang digunakan

sebaiknya bibit yang baik sehingga akan menghasilkan panen yang

baik pula. Bibit yang digunakan adalah tanaman muda hasil budidaya

dengan kriteria sebagai berikut :

a. Muda.

b. Segar.

c. Lendir masih banyak.

d. Bercabang banyak dan rimbun.

e. Tidak terdapat bercak dan tidak terkelupas.

f. Warna spesifik ( cerah ).

g. Umur 25 – 35 hari.

h. Berat bibit 50 – 100 gr per rumpun (Anonimus, 2006)

2.2.6 Penanganan Bibit Rumput Laut

Pada saat pengangkutan diupayakan agar bibit tetap terendam di

dalam air laut. Apabila pengangkutan dilakukan melalui udara atau

darat, bibit sebaiknya dimasukan ke dalam kotak karton yang berlapis

plastik. Kemudian bibit disusun secara berlapis dan berselang - seling

yang dibatasi dengan lapisan kapas atau kain yang dibasahi air laut.

Bibit dijaga agar terhindar dari minyak, kehujanan, maupun terkena

cahaya matahari secara langsung (Anonimus, 2006).

Dalam menjaga kualitas produksi rumput laut dilakukan

penggantian bibit yang layu dan kurus dengan bibit yang baru, untuk

17

Page 18: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

mendapatkan bibit yang berkualitas baik. Sebaiknya bibit berasal dari

bibit khusus yang tersedia dilokasi budidaya (Anonimus, 2006).

2.2.7 Perawatan Rumput Laut

Di dalam Anonimus (2006) dikatakan, adapun kegiatan –

kegiatan yang dilakukan dalam perawatan rumput laut adalah sebagai

berikkut :

a. Perawatan yang dilakukan setiap hari untuk membersihkan

rumput laut dari tanaman pengganggu dan menyisip atau

menyulam tanaman yang mati dan terlepas yang dilakukan pada

minggu pertama setelah rumput laut di tanam.

b. Mengganti tali yang sudah lapuk atau rusak atau menguatkan

jangkar yang goyah.

c. Menguatkan tali ikatan tanaman agar tidak terlepas dan saling

terkait satu dengan yang lainnya yang dapat menyebabkan

tanaman patah.

d. Membersihkan lumpur yang melekat pada tanaman dan tali

karena dapat memperlambat pertumbuhan.

e. Mengganti rumput laut yang rusak atau mati dengan yang baru.

f. Monitoring pertumbuhan rumput laut di lakukan beberapa kali

dengan cara sampling setiap dua minggu yang di lakukan secara

acak.

2.2.8 Panen Dan Penanganan Hasil Panen

Beberapa hal penting saat penanaman rumput laut adalah umur

dan cuaca. Umur berkaitan erat dengan kualitas rumput laut, jika di

18

Page 19: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

gunakan untuk bibit maka baru panen setelah berumur 25 – 35 hari.

Agar kandungan keragenan tersedia lebih banyak maka panen di

lakukan saat berumur 45 hari (Anonimus, 2006).

A. Cara Panen

Panen dilakukan dengan mengangkat tanaman sekaligus.

Pelepasan tanaman dari tali ris dilakukan di darat dengan membuka

ikatan tali rafia pada tanaman atau memotong tanaman. Keuntungan

pemanenan dengan cara ini adalah pemanenan dapat dilakukan dalam

waktu singkat dan dapat melakukan pananaman atau pengikatan

kembali bibit – bibit rumput laut dengan memilih bagian – bagian dari

tanaman yang muda dengan laju pertumbuhan yang tinggi, sehingga

kandungan keragenan yang dihasilkan akan relatif lebih tinggi

(Anonimus, 2006).

B. Penanganan Hasil Panen

Di dalam Anonimus (2006) dikatakan, jika panen dilakukan

pada cuaca yang cerah maka kualitas rumput laut akan terjamin,

sebaliknya jika panen dilakukan pada saat mendung akan

mengakibatkan permentasi sehingga mutunya menurun. Oleh karena

itu mutu rumput laut kering sangat di tentukan dari cara penanganan

pasca panen. Perlakuan sebelum penjemuran selalu mengikuti

permintaan pasar, yaitu dengan cara :

1. Langsung di jemur setelah panen.

Setelah panen rumput laut langsung di jemur di atas para – para

atau di alasi agar tidak bercampur dengan pasir, tanah ataupun

19

Page 20: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

benda – benda asing lainnya. Kalau cuaca baik biasanya

pengeringan berlangsung 2 – 3 hari dengan kekeringan 30 – 35

%.

2. Dicuci terlebih dahulu dengan air tawar.

Pengeringan dilakukan dengan cara mencuci rumput laut

dengan air tawar kemudian dijemur 1 – 2 hari, selanjutnya dicuci

kembali dengan air tawar untuk melarutkan kadar garam,

kemudian dijemur kembali 1 – 2 hari sampai berwarna putih. Jika

belum putih dilakukan pencucian ulang dan dijemur kembali 1 –

2 hari sehingga berwarna putih kekuningan dengan kadar air 15 –

20 %.

3. Dilakukan permentasi terlebih dahulu.

Pengeringan dilakukan dengan cara membersihkan rumput laut

terlebih dahulu kemudian di bungkus dengan plastik yang

kemudian direndam atau dijemur 2 – 3 hari, sehingga menjadi

putih transparan. Selanjutanya dijemur diatas para – para selama

3 - 4 hari sampai berwarna putih krem dilapisi kristal garam

dengan kadar air 20 – 25 %. Hasil ini disebut kering putih dan

disimpan dalam gudang yang tidak lembab.

20

Page 21: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

2.3 Abalone

2.3.1 Taksonomi Dan Morfologi Abalone

A. Taksonomi

Abalone merupakan hewan air pemakan tumbuhan (herbivora) dan

menurut Vaught (1989) dalam Septyan (2006) diklasifikasikan

sebagai berikut :

Filum : Moluska

Kelas : Gastropoda

Sub Kelas : Prosobranchia

Ordo : Archaegastropoda

Famili : Pleurotomarioidea

Sub Famili : Haliotidae

Genus : Haliotis

Sepesies : Haliotis asinina

B. Morfologi

Menurut Bilowo (1973), Abalone memiliki canagkang yang

pipih dan lonjong. Pada cangkangnya terlihat sederetan lubang –

lubang kecil sebanyak tujuh buah. Lapisan dalam cangkangnya

berwarna putih mengkilat, sedangkan otot kakinya sangat tebal.

Ukuran tubuh relatif lebih besar dibandingkan cangkangnya sehingga

cangkang tersebut hanya menutupi sebagaian kecil organ tubuh.

2.3.2 Penyebaran Abalone

Setiawati et all. (1995) menyatakan bahwa Abalone terdapat

diperairan pantai berkarang di laut terbuka mulai dari tepi perairan

21

Page 22: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

pantai yang dangkal sampai kedalaman 2 m. Abalone biasanya dapat

di temukan pada balik karang atau bebatuan yang permukaannya kasar

serta gelap. Induk akan lebih mudah di tangkap dalam keadaan

istirahat, dimana nelayan akan melepas dan mengangkat dengan

menggunakan alat tangkap berupa besi yang ujungnya dibuat pipih.

2.3.3 Pengumpulan Induk Abalone Di Alam

Pengumpulan induk alam dilakuakan dengan membeli dari para

pengepul serta nelayan di sekitar perairan Pantai Kuta dan Pantai

Seger. Pengumpulan induk dilakukan saat terjadi bulan purnama dan

bulan gelap, karena pada saat itu terjadi surut terendah sehingga

memudahkan nelayan untuk menangkap induk (Septyan, 2006)

Penangkapan di lakukan dengan meletakkan besi pengait pada

bagian posterior yaitu diantara cangkang dan kepala, hal ini

dimaksudkan untuk mencegah terlukanya Abalone dan nelyan dapat

lebih mudah menangkap ketika Abalone bergerak (Stickney, 2000).

Menurut Septyan (2006), peroses seleksi induk dilakukan

setelah induk yang ditangkap nelayan terkumpul dan dimasukkan

dalam wadah ember bervolume 15 liter. Induk yang di seleksi adalah

induk yang memiliki cangkang untuh dan tidak retak, tidak ada bekas

luka pada tubuhnya, gerakan lincah serta memiliki panjang tubuh 3,5

– 6 cm dan telah matang gonat.

2.3.4 Penanganan Induk Abalone di Hatchery

Induk alam yang baru datang di aklimatisasi selama kurang

lebih 30 menit dan bila kondisi induk yang berada di dalam toples

22

Page 23: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

bergerak lincah dan menggeliatkan tubuhnya maka proses

aklimatisasi berhasil (Setiawati et all, 1995).

Abalone dimasukkan dalam keranjang pemeliharaan induk

dengan jumlah 30 – 35 ekor pada tiap keranjangnya. Hal ini

dimaksudkan agar populasi Abalone dalam keranjang tidak terlalu

padat yang akan berpengaruh terhadap persaingan makanan,

persaingan oksigen dan juga parsaingan substrat penempelan

(Setyono, 2003).

Induk jantan ditempatkan dalam keranjang berwarna merah

sebanyak enam keranjang, sedangkan induk betina ditempatkan dalam

keranjang berwarna hijau atau biru sebanyak delapan keranjang. Hal

ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam penyeleksian induk –

induk matang gonat pada waktu pemijahan (Septyan, 2006).

Induk membutuhkan substrat menempel selama masa

pemeliharaan. Substrat yang digunakan sebagai tempat menempel

adalah genting ukuran 30 x 22 cm dan potongan pipa 8 inci dengan

panjang 20 – 30 cm berwarna hitam (Septyan, 2006).

Bak yang digunakan untuk pemeliharaan induk adalah bak

beton berukuran 5 x 1 x 1 m. Jumlah bak pemeliharaan induk yang

tersedia ada enam bak, namun yang diisi untuk pemeliharaan induk

ada dua bak. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam

pembersihan bak, dimana bak–bak kosong dijadikan bak cadangan

bila bak pemeliharaan induk yang terisi telah kotor (Septyan, 2006).

Bak pemeliharaan induk di lengkapi dengan delapan titik aerasi

yang terletak di tengah – tengah bak, dan jarak antara titik aerasi

adalah 20 cm dan batu aerasi diletakan tepat diantara keranjang hal ini

23

Page 24: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

disesuaiakan dengan posisi keranjang pemeliharaan induk di dalam

bak yang berjejer dengan jarak antar kerajang 10 – 15 cm. Hal ini

dimaksudkan agar kotoran yang dihasilkan tidak menumpuk karena

ruang yang terbatas antar keranjang, selaian itu agar suplai oksigen

dapat merata karena ada ruang untuk meletakan aerasi (Septyan,

2006).

Pada dasar bak dibuat konstruksi pipa 0,5 inci berbentuk segi

empat atau kotak memanjang dan digunakan sebagai alas keranjang

induk. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembersihan kotoran,

dimana kotoran yang jatuh kedasar bak tidak akan tertumpuk pada

dasar keranjang. Hal ini karena ada ruang kosong dibawah keranjang

dan kotoran akan terbawa aliran air menuju saluran outlet. Ketinggian

air pada bak pemeliharaah induk berkisar antara 40 – 50 cm (Septyan,

2006).

Pembersihan bak dilakukan setiap hari atau minimal dua hari

sekali dengan menguras total air dalam bak, menyikat bak serta

membersihkan kotoran serta sisa pakan. Hal ini dilakukan karena

jumlah kotoran serta sisa pakan yang di hasilkan dan tidak terdorong

menuju saluran outlet makin banyak tiap harinya. Begitu juga dengan

pembersihan keranjang induk yang dilakukan dua minggu sekali

dimana keranjang lama yang telah kotor dan banyak di tumbuhi teritip

dibersihkan dan diganti dengan keranjang baru (Stickney, 2000)

2.3.5 Pengelolaan Pakan Induk Abalone

Menurut Septyan (2006), pakan Abalone berupa rumput laut

dari jenis Gracillria sp. frekuensi pemberian pakan induk yaitu setiap

24

Page 25: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

hari dengan dosis pakan yang diberikan berkisar 12 – 15 % dari total

berat induk per keranjang.

Pakan di tampung dalam bak berukuran 2 x 2 x 1,5 m yang

terbuat dari beton yang dialiri air sampi ketinggian 0,5 m. Rumput laut

dalam bak penampungan pakan harus ditebar merata dan tidak

bertumpuk karena akan mempercepat peroses pembusukan (Septyan,

2006).

Sebelum pemberian pakan, pakan rumput laut dari jenis

Gracillaria sp. di bersihkan dari kotoran serta binatang – binatang

yang menempel. Hal ini bertujuan untuk membersihkan pakan dari

kotoran – kotoran yang menempel seperti lumpur serta binatang-

binatang laut (teritip, kepiting atau binatang laut) yang merupakan

kompetitor serta peredator bagi Abalone (Septyan, 2006).

2.3.6 Teknik Pemijhan Abalone

A. Persiapan Bak Pemijahan

Menurut Septyan (2006), pemijahan dilakukan dalam bak

fiberglass ukuran 1,5 x 0,5 x 0,5 m persiapan pemijahan dilakukan

dua hari sebelum pemijahan, meliputi pembersihan bak induk, mengisi

bak dengan air laut hingga ketinggian air 75 % dari tinggi bak,

memasang aerasi, dan mengalirkan air sehingga pergantian air

mencapai 100%. Sebagai tempat penempelan induk maka di dalam

bak pemijahan diletakkan shelter berupa potongan pipa 8 inci

sebanyak satu buah.

25

Page 26: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

B. Seleksi Induk

Seleksi induk matang gonad di lakukan 1-2 hari sebelum

pemijahan untuk menghindari terjadinya pemijahan lebih awal.

Seleksi induk menggunakan sepatula untuk melihat tingkat

kematangan gonad. Gonad induk jantan berwarna merah muda atau

orange kekuningan, sedangkan induk betina berwarna hijau muda

(Capinpin, 1998 dalam Setyono, 2005a).

Perbandingan induk jantan dan betina untuk pemijahan adalah

1:2 atau 1:3. Induk yang diseleksi adalah yang telah matang gonad

penuh (fully ripe) dengan cirri-ciri gonad mengembung terisi penuh

telur dan presentase penutupan gonad terhadap kelenjar pencernaan

pada induk yang matang gonad (fully ripe) adalah lebih dari 50%

(Setiawati et all, 2005)

C. Pemijahan

Pemijahan Ablone berlangsung pada pukul 23.00 sampai

dengan 05.00. Suasana ruang pemijahan harus tenang dan gelap yang

di dasarkan pada pola tingkah laku pemijahan induk di alam bebas

dimana induk akan mencari celah karang serta bebatuan yang

berwarna gelap unuk mengeluarkan telurnya (Septyan, 2006)

D. Pemanenan Telur

Menurut Septyan (2006), pemanenan telur dilakukan pada

pukul 06.00 sampai dengan 07.00. Alat yang digunakan untuk

pemanenan telur adalah saringan telur dengan ukuran mata jaring 80

dan 200 mikron. Sistem penyaringan telur adalah dengan system

26

Page 27: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

bertingkat dimana saringan telur dengan ukuran mata jaring 200

mikron untuk menyaring kotoran sedangkan saringan 80 mikron untuk

menyaring telur. Telur yang disipon adalah telur yang melayang-

layang dalam badan air, sedangkan telur yang mengendap disipon

namun ditampung dalam toples yang berbeda.

2.3.7 Teknik Pemeliharaan Larva Abalone

A. Persiapan Pakan Awal Larva

Menurut Setyono (2005b), memberikan pakan untuk larva

berupa benthic diatom dari jenis Nitzschia sp. dan mengkulturnya

dalam bak fiberglass berukuran 3 x 1 x 0,6 m. Septyan (2006)

mengatakan bahwa langkah - langkah yang harus dilakukan dalam

persiapan pakan awal larva antara laian :

a. Mencuci bak persiapan pakan manggunakan kaporit dengan

dosis 0.5 mg/l dengan cara melarutkannya terlebih dahulu

kedalam air laut kemudian menyiramkan pada seluruh

permukaan bak. Setelah 30 menit bak kemudian dibilas dengan

air laut.

b. Membuat substrat penempelan atau Rearing Plate (RP) dengan

menyusun lembaran atau plate yang terbuat dari bahan

polyvinyl sebanyak 5 lembar. Sedangkan jarak antara plate

adalah 3 – 5 cm yang disusun dengan pipa paralon (3/4 inci).

c. Menyusun Rearing Plate sebanyak 20 – 25 set di dalam bak dan

meletakkannya dalam posisi tegak.

27

Page 28: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

d. Memasang penyaring air atau filter bag ukuran mata jaraing 10

mikron pada saluran pamasukan air, kemudian mengisi air

dalam bak persiapan pakan hingga volume 1,8 m kubik.

e. Memasang aerasi di dalam bak persiapan pakan awal sebanyak

lima titik aerasi dan ditempatkan di tengah bak. Sedangkan

jarak antara titik aerasi adalah 50 cm.

f. Mengaklimatisasi inokulan Nitzschia sp. yang dikultur di

laboratorium pakan alami selama 30 – 60 menit. Setelah proses

aklimatisasi, selanjutnya menebar inokulan sebanya 40 – 50

liter untuk setiap bak volume 1.8 m kubik.

g. Memupuk bak persiapan pakan awal larva dengan campuran

pupuk cair dan silikat dengan dosis 15 dan 10 mg / l.

B. Pemeliharaan Larva

Menurut Septyan (2006), pemeliharaan larva dimulai sejak

menebar telur pada bak pemeliharaan dan sebelumnya melakukan

proses aklimatisasi 15 – 30 menit. Pergantian air tidak dilakukan

selama sepuluh hari masa pemeliharaan sejak penebaran telur.

Penyiponan bak dilakukan setelah umur pemeliharaan dua bulan

menggunakan selang sipon 0,2 inci dan tahapan yang dilakukan

selama pemeliharaan larva antara lain :

a. Menebar larva ke dalam bak setelah proses aklimatisasi selesai

dengan menuangkan secara berlahan.

b. Memberi aersi pada bak sebanyak lima titik dan membuat aerasi

dengan kekuatan sedang.

28

Page 29: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

c. Memberi pakan Gracillaria sp. kepada benih setelah berumur

pemeliharaan 2 – 2,5 bulan. Sedangkan frekuansi pemberian

pakan sekali sehari dengan cara meletakkan pakan diatas

Rearing Plate.

d. Membersihkan bak dengan cara menyiphon bak pemeliharaan

benih dengan menggunakan selang sipon 0,5 inci.

e. Mengecek kesehatan benih dengan memisahkan atau

membuang benih yang mati di dalam bak pemeliharaan.

C. Panen Benih

Benih yang siap dipanen adalah benih dengan umur

pemeliharaan 8 – 9 bulan. Proses pemanenan di lakukan dengan

menggunakan spatula untuk melepaskan Abalone dari substratnya.

Proses ini harus dilakuakna dengan hati – hati agar benih yang akan di

kirim tidak mengalami stres ataupun terluka anggota tubuhnya

(Septyan, 2006).

29

Page 30: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

III. METODE PRAKTEK

3.1 Waktu Dan Tempat

Kegiatan Praktek Sistem Ganda ( P S G ) ini dilakukan dari

tanggal 24 Januari sampai dengan tanggal 24 Februari 2007, dengan

lokasi praktek di Balai Budidaya Laut Lombok (BBL-L), Stasiun

Gerupuk, Nusa Tenggara Barat.

3.2 Alat Dan Bahan

Dalam pelaksanaan Praktek Sistem Ganda ( P S G ) alat dan

bahan yang digunakan sebagai berikut :

3.2.1 Alat

Peralatan yang di gunakan dalam kegiatan peraktek dapat di

lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan

praktek.

No. Alat Jumlah Fungsi

1

2

3

4

Batu aerasi dan

pemberat aerasi

Selang aerasi

Keranjang pelastik

Waring

102

102

17

17

Salah satu elemen dalam

pensuplaian oksigen.

Salah satu elemen dalam

pensuplaian oksigen.

Wadah pemeliharaan induk

abalone.

Penutup wadah.

Media perlindungan dan

30

Page 31: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

Shelter pipa

Genting

Timbangan pakan

Filter bag

Spatula

Toples

Becker glass

Piring

Hand counter

Selang siphon

Bak induk

Bak pemijahan

Bak pengumpul telur

Perahu sampan

Tali jangkar PE

berdiameter 10 mm

Tali rentang PE

berdiameter 4 mm

Jangkar

Peralatan budidaya

(keranjang, pisau,

gergaji, dan parang)

Tali jangkar sudut PE

berdiameter 6 mm.

Pelampung

Pelampung botol aqua

Timbangan gantung.

17

17

2

8

8

5

2

1

1

3

6

2

1

2

secukupnya

secukupnya

4

secukupnya

secukupnya

secukupnya

secukupnya

1

penempelan induk abalone.

Media perlindungan dan

penempelan induk abalone.

Untuk mangukur pakan.

Menyaring air laut.

Melepaskan abalone.

Wadah penampungan telur.

Wadah untuk sampling.

Media penghitungan telur.

Alat menghitung telur dan benih.

Membersihkan kotoran dalam bak.

Wadah pemeliharaan induk.

Wadah pemijahan induk.

Wadah penampung telur.

Media pengontrol rumput laut.

Tali utama pada metode Long Line

Tali pengikat jangkar

Pemberat pada Long Line dan

rakit apung

Alat pembuat rakit

Tali pengikat jangkar

Salah satu media dalam metode

long line.

Salah satu media dalam metode

long line.

Alat penimbang bibit rumput laut

Alat penjemur rumput laut

31

Page 32: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

27

28

29

Para – para.

Pisau kerja.

Karung plastik.

secukupnya

6

secukupnya

Pemotong rumput laut

Alat pengepak rumput laut

3.2.2. Bahan

Bahan – bahan yang di gunakan untuk mendukung kegiatan

peraktek ini dapat di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan – bahan yang digunakan.

No. Bahan Fungsi

1

2

3

4

Abalone

Rumput laut

Udang

Kaporit

Biota yang dipelihara.

Biota yang dipelihara dan pakan abalone.

Biota yang dipelihara.

Pensteril bak.

32

Page 33: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

IV. HASIL PRAKTEK

4.1 Penanganan Udang

4.1.1 Persiapan Bak Pemeliharaan Udang

Bak yang di gunakan untuk pemeliharaan udang adalah bak

beton (ukuran 7 x 5 x 2 m) atau volume 70 m kubik. Jumlah bak

pemeliharaan yang tersedia adalah 6 bak. Bak pemeliharaan udang di

lengkapi 9 titik aerasi.

Sebelum bak di gunakan untuk pemeliharaan bak di sikat

sampai bersih, bila perlu bagian dalam bak di cat dengan warna biru

muda yang bertujuan untuk menyamai warna lingkungan hidup udang,

setelah itu bak di sterilkan menggunakan larutan kaporit dengan dosis

10 ppm dan dibiarkan selama 6 jam, kemudian dibilas dengan air asin

sampai aroma kaporit hilang.

Sebelum bak diisi dengan air, pipa saluran pembuangan

dibungkus terlebih dahulu dengan jaring yang bermata jaring 0,5 mm,

yang bertujuan untuk menghindari benur keluar dari bak. Pada

saluaran pemasukan air ditutup dengan water bag agar air yang masuk

kedalam bak steril. Bak diisi air asin 75% dari volume bak dengan

keadaan air mengalir dan aerasi tetap terbuka.

4.1.2 Penebaran Benur

Benur yang baru datang dikeluarkan dari Sterofom dan kertas

plastik pembungkus benur dimasukan kedalam bak yang sudah

33

Page 34: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

disiapkan untuk peroses aklimatisasi lebih kurang 30 menit,

selanjutnya ikatan pembungkus plastik dibuka dan biarkan air di

dalam bak masuk kedalam pembungkus bercampur dengan air di

dalam plastik, biarkan benur udang keluar dengan sendirinya ke dalam

bak, setelah semua benur keluar, kantong plastik pembungkus benur

dipindahkan. Di dalam bak yang berukuran 7 x 5 x 2 m sebaiknya

ditebar 75 – 100 benur agar pertumbuhan benur maksimal.

4.1.3 Perawatan Benur

Benur biasanya sudah dapat diberi pakan pelet yang sudah

dihaluskan dengan dosis 10 – 20 % dari berat udang seluruhnya dalam

bak. Pakan diberikan 6 kali dalam 24 jam, tiap pemberian pakan

berselang 4 jam. Pemberian pakan sebaiknya tidak berlebihan agar

pakan tidak menumpuk didasar bak karena dapat menyebabkan

perairan di dalam bak keruh dan berbau.

Pada hari ke dua setelah penebaran benur, bak disipon untuk

menghindari pengendapan pakan didasar bak dan kekeruhan perairan

dalam bak, dan penyiponan sebaiknya dilakukan 1 kali sehari

setelahnya.

Setelah benur berukuran 4 cm atau lebih, benur sebaiknya

diberikan pakan ikan rucah yang sudah dipotong kecil – kecil karena

ikan rucah memiliki kandungan protein yang tinggi dan dapat

merangsang pertumbuhan udang. Pemberian pakan pun dikurangi

sampai 2 kali sehari dengan dosis pemberian pakan 10 – 20 % dari

berat udang seluruhnya di dalam bak.

34

Page 35: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

4.2 Penanganan Rumput Laut

4.2.1 Pengikatan Bibit Dan Penanaman Rumput Laut

Pengikatan bibit rumput laut di Balai Budidaya Laut

Lombok Setasiun Gerupuk ialah dengan cara membuka

pelintiran tali nilon dan memasukkan tali rafia dengan jarak 25 – 30

cm yang dilipat dan kemudian ujung tali rafia dimasukkan ke dalam

lipatan dan ditarik kencang. Bibit rumput laut diikat kan dengan cara

menempatkan bibit diantara lipatan dan mengikatnya dengan simpul

hidup.

A. Pengangkutan Bibit

Pada saat pengangkutan diupayakan agar bibit tetap terendam di

dalam air laut. Apabila pengangkutan dilakukan melalui udara atau

darat, bibit sebaiknya dimasukan ke dalam kotak karton yang berlapis

plastik. Kemudian bibit disusun secara berlapis dan berselang - seling

yang dibatasi dengan lapisan kapas atau kain yang dibasahi air laut.

Bibit dijaga agar terhindar dari minyak, kehujanan, maupun terkena

cahaya matahari secara langsung.

Dalam menjaga kualitas produksi rumput laut dilakukan

penggantian bibit yang layu dan kurus dengan bibit yang baru, untuk

mendapatkan bibit yang berkualitas baik. Sebaiknya bibit berasal dari

bibit khusus yang tersedia dilokasi budidaya.

B. Penanaman

35

Page 36: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

Sebelum penanaman, rumput laut dikumpulkan dahulu pada

tempat tertentu misalnya keranjang atau bak. Pada saat penyimpanan

bibit diusahakan terhindar dari minyak, kehujanan, maupun

kekeringan. Setelah bibit tersedia maka dilanjutkan dengan kegiatan

penanaman. Untuk metode Rakit Apung dan Long Line, kegiatan

penanaman rumput laut dilakukan didarat pada tempat sejuk sehingga

tidak terkena cahaya matahari secara langsung.

Pada saat pengikatan bibit harus terus dalam keadaan basah,

agar mendapat keseragaman pertumbuhan bibit sebaiknya ditimbang

atau dikira – kira dengan berat 50 – 100 gr baru kemudian dipotong

dan diikatkan pada tali PE 0,2 mm atau tali rafia ( tali pengikat bibit )

dan seterusnya diikatkan pada kerangka rakit ataupun tali ris ( pada

metode Long Line ).

4.2.2 Perawatan Rumput Laut

Adapun kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam perawatan

rumput laut adalah sebagai berikkut :

a. Perawatan yang dilakukan setiap hari untuk membersihkan

rumput laut dari tanaman pengganggu dan menyisip atau

menyulam tanaman yang mati dan terlepas yang dilakukan pada

minggu pertama setelah rumput laut di tanam.

b. Mengganti tali yang sudah lapuk atau rusak atau menguatkan

jangkar yang goyah.

c. Menguatkan tali ikatan tanaman agar tidak terlepas dan saling

terkait satu dengan yang lainnya yang dapat menyebabkan

tanaman patah.

36

Page 37: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

d. Membersihkan lumpur yang melekat pada tanaman dan tali

karena dapat memperlambat pertumbuhan.

e. Mengganti rumput laut yang rusak atau mati dengan yang baru.

Monitoring pertumbuhan rumput laut di lakukan beberapa kali

dengan cara sampling setiap dua minggu yang di lakukan secara acak.

4.2.3 Panen Dan Penanganan Hasil Panen

A. Cara Panen

Panen dilakukan dengan mengangkat tanaman sekaligus.

Pelepasan tanaman dari tali ris dilakukan di darat dengan membuka

ikatan tali rafia pada tanaman atau memotong tanaman. Keuntungan

pemanenan dengan cara ini adalah pemanenan dapat dilakukan dalam

waktu singkat dan dapat melakukan pananaman atau pengikatan

kembali bibit – bibit rumput laut dengan memilih bagian – bagian dari

tanaman yang muda dengan laju pertumbuhan yang tinggi, sehingga

kandungan keragenan yang dihasilkan akan relatif lebih tinggi.

B.Penanganan Hasil

Metode penanganan hasil yang di terapkan di balai Budidaya

Laut Lombok Stasiun Gerupuk ialah dengan cara langsung di jemur

setelah panen. Setelah panen rumput laut langsung di jemur di atas

para – para atau di alasi agar tidak bercampur dengan pasir, tanah

ataupun benda – benda asing lainnya. Kalau cuaca baik biasanya

pengeringan berlangsung 2 – 3 hari dengan kekeringan 30 – 35 % dan

di simpan di dalam gudang yang tidak lembab.

37

Page 38: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

4.2.4 Metode Budidaya Rumput Laut

Metode budidaya rumput laut yang digunakan di Balai

Budidaya Laut Lombok ( BBL-L ) yang berlokasi di Dusun Gerupuk

Desa Sengkol Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah adalah

menggunakan metode Long Line sedangkan masyarakat disekitar

Balai Budidaya menggunakan metode rakit apung.

A. Metode Long Line

Metode Long Line adalah metode budidaya dengan

menggunakan tali panjang yang dibentangkan. Metode budidaya ini

banyak diminati karena alat dan bahan yang digunakan tahan lama dan

mudah untuk didapatkan. Tekhnik budidaya rumput laut dengan

metode ini adalah menggunakan tali sepanjang 10 – 100 m yang pada

ke dua ujungnya diberi pelampung utama yang terbuat dari drum

plastik atau styrofoam. Pada setiap jarak 5 m diberi pelampung berupa

potongan styrofoam atau botol aqua bekas.

Pada pemasangan tali utama harus diperhatikan arah arus pada

posisi sejajar atau sedikit menyudut untuk menghindari terjadinya

belitan tali satu dengan yang lainnya. Bibit rumput laut sebanyak 50 –

100 gr diikatkan pada sepanjang tali dengan jarak antara titik lebih

kurang 25 cm. Jarak antara tali satu dalam satu blok adalah stengah

meter dan jarak antara blok satu meter dengan mempertimbangkan

kondisi arus dan gelombang setempat. Dalam satu blok terdapat 4 tali

yang berfungsi untuk jalur sampan pengontrolan.

Spesifikasi alat :

1. Bahan dan alat utama

38

Page 39: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

a. Tali titik ukuran Poli Etilen (PE) berdiameter 4 mm.

b. Tali jangkar ukuran Poli Etilen PE berdiameter 10 mm.

c. Tali jangkar sudut Poli Etilen PE berdiameter 6 mm.

d. Pelampung 6 buah.

e. Pelampung botol aqua secukupnya.

2. Sarana Penunjang

a. Perahu sampan 1 buah.

b. Timbangan gantung.

c. Waring 50 x 50 m.

d. Para – para.

e. Pisau kerja.

f. Karung plastik.

B. Metode Rakit Apung

Metode Rakit Apung adalah cara pembudidayaan rumput laut

dengan menggunakan rakit yang terbuat dari bambu atau kayu.

Metode ini cocok di terapkan pada perairan berkarang dimana

pergerakan air didominasi oleh ombak. Penanaman dilakukan dengan

menggunakan rakit atau kayu. Ukuran setiap rakit sangat berpariasi

tergantung pada kesediaan material. Ukuran rakit dapat diseseuaikan

dengan kondisi perairan tetapi pada perinsipnya ukuran rakit dibuat

tidak terlalu besar untuk mempermudah perawatan rumput laut yang

ditanam.

Untuk menahan agar rakit tidak hanyut terbawa arus, digunakan

jangkar atau patok dengan tali Poli Etilen (PE) berukuran 10 mm

sebagai penahannya. Untuk menghemat areal dan memudahkan

39

Page 40: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

pemeliharaan beberapa rakit dapat digabungkan menjadi satu dan

setiap rakit di beri jarak 1 m, bibit 50 – 100 gr diikatkan pada tali rafia

berjarak 20 – 25 cm pada setiap titiknya.

Pertumbuhan tanaman yang menggunakan metode apung ini

umumnya lebih baik dari pada metode Lepas Dasar, karena

pergerakan air dan intensitas cahaya cukup memadai bagi

pertumbuhan rumput laut. Metode apung memiliki keuntungan lain

yaitu pemeiharaannya mudah dilakukan, terbatasnya tanaman dari

gangguan bulu babi dan binatang laut lainnya, kurangnya tanaman

yang hilang karena lepasnya cabang – cabang, serta pengendapan pada

tanaman lebih sedikit.

Kerugian dari metode ini adalah biaya lebih mahal dan waktu

yang di butuhkan untuk pembutan sarana budidaya yang relatif lebih

lama. Sedangkan bagi tanaman itu sendiri adalah tanaman terlalu

dekat dengan permukaan air, sehingga tanaman sering muncul ke

permukaan air terutama pada saat laut kurang berombak. Munculnya

tanaman ke permukaan air dalam waktu lama dapat menyebabkan

cabang – cabang tanaman menjadi pucat karena kekurangan pigmen

dan akhirnya akan mati.

Sarana dan peralatan yang di butuhkan dalam satu unit rakit :

a. Tali jangkar Poli Etilen (PE) berdiameter 10 mm.

b. Tali rentang Poli Etilen (PE) berdiameter 4 mm.

c. Jangkar 4 buah.

d. Tali D15.

e. Tempat penjemuran.

f. Peralatan budidaya (keranjang, pisau, gergaji, dan parang).

40

Page 41: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

g. Perahu jukung 1 unit.

h. Bibit rumput laut.

4.3 Penanganan Induk Dan Pembenihan Abalone

4.3.1 Pengumpulan Induk Alam

Induk abalone yang dipijahkan didapat dengan cara membeli

induk dari nelayan atau pengepul. Pengepul manangkap induk

disekitar perairan Pantai Kuta yang banyak ditumbuhi rumput laut

jenis Gracillaria sp., Hipnea sp., Ulva sp., dan Eucheuma sp.

sedangkan langkah – langkah yang dilakukan dalam pengumpulan

induk alam adalah sebagai berikut :

a. Mempersiapkan media transportasi induk berupa wadah plastik

(toples) dengan volume 15 liter. Sedangkan alat yang digunakan

untuk menyeleksi induk yaitu spatula serta plastik packing

ukuran 30 x 3 x 0,5 cm.

b. Nelayan menangkap induk dengan menggunakan alat tangkap

berupa besi pengait yang ujungnya dibengkokkan. Proses

panangkapkan dengan menyelam pada kedalaman 2 m di

perairan Pantai Kuta dan dilengkapi dengan kaca mata selam

(snorkle) dan jaring kantung untuk menampung abalone yang

tertangkap.

c. Membawa induk ke darat kemudian menimbangnya. Setelah

ditimbang, kemudian pengepul memasukkan induk kedalam

ember hitam bervolume 15 liter.

41

Page 42: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

d. Melakukan penyeleksian dengan mengecek kondisi tubuh serta

kematangan gonad induk. Seleksi diawali dengan mengecek ada

tidaknya luka pada anggota tubuh serta cangkang. Setelah itu

membuka bagian tubuh sebelah kanan yaitu dibawah cangkang

sehingga akan terlihat gonad dan memilih induk – induk yang

telah matang gonad penuh.

e. Memasukkan induk yang telah diseleksi kedalam toples

kemudian mengisi toples dengan air laut secukupnya.

f. Menimbang bobot tubuh induk kemudian memasukkannya

kembali ke dalam toples yang berisi air laut.

g. Membawa induk yang telah diseleksi menuju hatchery dengan

menggunakan wadah toples.

4.3.2 Penanganan Induk Di Hatchery

Induk yang di tangkap di Pantai Kuta merupakan abalone dari

jenis Haliotis asinina dimana jenis ini yang mendominasi di perairan

tersebut. Sesampainya di hetchery, tahapan – tahapan yang di lakukan

terhadap induk antara lain :

a. Malakuka proses aklimatisasi pada induk sampai di hatchery

dengan cara meletakkan toples di bawah kran air laut.

Kemudian mengalirkan air laut ke dalam toples secara perlahan

– lahan selama lebih kurang 30 menit.

b. Mempersiapkan keranjang pemeliharaan induk. Membersihkan

dan menjemur keranjang di bawah sinar matahari sebelumnya.

c. Maletakkan shelter ke dalam keranjang pemeliharaan induk

sebanyak satu pasang. Shelter yang digunakan berupa genting

42

Page 43: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

berukuran 30 x 22 cm serta potongan pipa 8 inci berwarna

hitam dengan panjang 30 – 40 cm.

d. Memasukkan induk sebanyak 30 – 35 ekor pada setiap

keranjang pemeliharaan.

e. Memasukkan keranjang – keranjang ke dalam bak pemeliharaan

induk.

f. Meletakkan 5 – 6 buah keranjang dalam setiap bak

pemeliharaan induk.

g. Mangalirkan air dalam bak pemeliharaan sampai ketinggian

lebih kurang 50 cm.

h. Melakukan pergantian air dalam bak pemeliharaan setiap hari

selama masa pemeliharaan.

i. Memasang aerasi dalam bak pemeliharaan induk sebanyak

delapan titik aerasi dan jarak antar titik 50 cm.

j. Memberi pakan induk baru dengan Gracillaria sp. yang masih

segar dengan dosis 12 - 15 % dari berat total induk dalam bak.

k. Membersihkan bak pemeliharaan induk setiap satu atau dua hari

sekali dengan cara menguras seluruh air dalam bak, kemudian

memindahkan keranjang – keranjang pemeliharaan induk

menuju bak pemeliharaan lainnya yang sudah dibersihkan

sebelumnya.

l. Menyikat seluruh permukaan bak pemeliharaan sehingga

kotoran yang menempel bersih, kemudian mengeringkan bak

pemeliharaan satu sampai dua hari.

43

Page 44: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

m. Setiap hari selalu melakukan pengecekan kesehatan induk pada

setiap keranjang pemijahan. Kemudian memindahkan induk

yang telah mati dari keranjang.

4.3.3 Pengelolaan Pakan Induk

a. Menampung pakan Gracillaria sp. dalam bak penampungan

berukuran 2 x 2 x 1.5 m dan mengalirkan air sehingga terjadi

pergantian air.

b. Mencuci dan membilas pakan dari kotoran serta hewan air

dengan menggunakan air laut yang di alirkan melalui kran.

c. Memberi pakan induk dengan dosis 12 – 15 %, dengan

frekuensi pemberian pakan satu atau dua kali sehari.

d. Memberi pakan dengan menyebarnya secara merat di dalam

keranjang induk.

4.3.4 Teknik Pemijahan

Tahapan – tahapan yang dilakukan dalam pemijahan induk

adalah sebagai berikut :

A. Persiapan Bak Pemijahan

Bak pemijahan yang digunakan adalah bak fiberglass yang

berukuran 1,5 x 0.5 x 0.5 m persiapan bak pemijahan meliputi :

a. Membersihka bak pemijahan tiga hari sebelum pemijahan

dengan cara menyikat seluruh permukaan bak, kemudian

membilas dan mengeringkannya selama dua hari.

b. Meletakkan shelter berupa potongan pipa 8 inci sebanyak satu

buah.

44

Page 45: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

c. Memberikan aerasi pada bak dengan kekuatan sedang dan

meletakkannya di tengah bak kemudian mengisi air dalam bak

pemijahan hingga ketinggian 30 cm.

d. Memasang saringan pengumpul telur atau planktonnet ukuran

mata jaring 80 mikron pada wadah penampungan telur

berukuran 50 x 20 x 20 cm.

B. Seleksi Induk

Melakukan seleksi induk 1 – 2 hari sebelum tanggal pemijahan

yaitu pada bulan purnama dan bulan gelap. Hal – hal yang dilakukan

dalam penyeleksian induk meliputi :

a. Menyeleksi induk yang dipelihara dalam bak pemeliharaan

dengan menggunakan spatula yaitu dengan membuka cangkang

dan melihat tingkat kematangan gonadnya.

b. Memasukkan induk yang telah diseleksi ke dalam wadah plastik

berupa toples bervolume 15 liter dan memberi aerasi dengan

kekuatan sedang.

c. Memisahkan induk jantan dan betina dalam wadah atau toples

yang berbeda dan mengisi air ke dalam wadah sebanyak 2 – 3

liter. Membawa induk – induk yang telah di seleksi menuju

ruang pemijahan yang terletak bersebelahan dengan bak

pemeliharaan induk.

45

Page 46: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

C. Pemijahan

a. Memasukkan induk yang telah diseleksi ke dalam bak

pemijahan satu – persatu dengan perbandingan jantan dan

betina adalah 1 : 2 atau 1 : 3.

b. Menutup bak pemijahan dengan menggunakan waring ukuran

mata jaring 5 mm.

c. Membuat suasana ruang pemijahan gelap dan setenang

mungkin dengan menutup jendela serta pintu kemudian

mematikan lampu penerang pada ruang pemijahan.

D. Pemanenan Telur

a. Mempersiapkan wadah dan alat pemanenan telur berupa

saringan telur ukuran mata jaring 80 dan 200 mikron.

b. Melepaskan planktonnet dan memindahkan telur yang

terkumpul di dalamnya ke dalam toples yang telah diisi air laut.

c. Memanen telur yang masih tertinggal di dalam bak pemijahan

dengan menggunakan selang sipon 0,5 inci dan menampung

telur di dalam toples.

4.3.5 Teknik Pemeliharaan Larva

A. Persiapan Pakan Awal Larva

Memberikan pakan untuk larva berupa benthic diatom dari jenis

Nitzschia sp. dan mengkulturnya dalam bak fiberglass berukuran 3 x 1

x 0,6 m. langkah - langkah yang harus dilakukan dalam persiapan

pakan awal larva antara laian :

46

Page 47: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

a. Mencuci bak persiapan pakan manggunakan kaporit dosis

0.5 mg/l dengan cara melarutkannya terlebih dahulu kedalam

air laut kemudian menyiramkan pada seluruh permukaan bak.

Setelah 30 menit bak kemudian dibilas dengan air laut.

b. Membuat substrat penempelan atau Rearing Plate (RP)

dengan menyusun lembaran atau plate yang terbuat dari bahan

polyvinyl sebanyak 5 lembar. Sedangkan jarak antara plate

adalah 3 – 5 cm yang disusun dengan pipa paralon (3/4 inci).

c. Menyusun Rearing Plate sebanyak 20 – 25 set di dalam bak

dan meletakkannya dalam posisi tegak.

d. Memasang penyaring air atau filter bag ukuran mata jaraing

10 mikron pada saluran pamasukan air, kemudian mengisi air

dalam bak persiapan pakan hingga volume 1,8 m kubik.

e. Memasang aerasi di dalam bak persiapan pakan awal

sebanyak lima titik aerasi dan ditempatkan di tengah bak.

Sedangkan jarak antara titik aerasi adalah 50 cm.

f. Mengaklimatisasi inokulan Nitzschia sp. yang dikultur di

laboratorium pakan alami selama 30 – 60 menit. Setelah proses

aklimatisasi, selanjutnya menebar inokulan sebanya 40 – 50

liter untuk setiap bak volume 1.8 m kubik.

g. Memupuk bak persiapan pakan awal larva dengan campuran

pupuk cair dan Silikat dengan dosis 15 dan 10 mg / l.

B. Pemeliharaan Larva

Pemeliharaan larva dimulai sejak menebar telur pada bak

pemeliharaan dan sebelumnya melakukan proses aklimatisaai 15 – 30

47

Page 48: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

menit. Pergantian air tidak dilakukan selama sepuluh hari masa

pemeliharaan sejak penebaran telur. Penyiponan bak dilakukan setelah

umur pemeliharaan dua bulan menggunakan selang sipon 0,2 inci.

Tahapan yang dilakukan selama pemeliharaan larva antara lain :

a. Menebar larva ke dalam bak setelah proses aklimatisasi selesai

dengan menuangkan secara berlahan.

b. Memberi aersi pada bak sebanyak lima titik dan membuat

aerasi dengan kekuatan sedang.

c. Memberi pakan Gracillaria sp. kepada benih setelah berumur

pemeliharaan 2 – 2,5 bulan. Sedangkan frekuansi pemberian

pakan sekali sehari dengan cara meletakkan pakan diatas

Rearing Plate.

d. Membersihkan bak dengan cara menyiphon bak pemeliharaan

benih dengan menggunakan selang sipon 0,5 inci.

e. Mengecek kesehatan benih dengan memisahkan atau

membuang benih yang mati di dalam bak pemeliharaan.

4.3.6 Panen Benih

Langkah – langkah yang di lakukan dalam peroses pemanenan

adalah sebagai berikut :

a. Mempersiapkan wadah atau media facking serta substrat

penempelan benih selama transportasi yaitu berupa Gracillaria

sp. (10 gr).

b. Menyeleksi benih yang di kirim dengan spatula kemudian

memasukkan ke dalam plastk packing (volume 20 liter).

48

Page 49: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

c. Melakukan peroses pengepakan benih yang dipanen dan akan

di transportasikan menuju lokasi tujuan.

d. Membersihkan serta mengeringkan bak pemeliharaan benih

setelah pemanenan selesai di lakukan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari Praktek Sistem Ganda ( P S G ) yang dilakukan di Balai

Budidaya Laut Lombok ( B B L – L ) Stasiun Gerupuk Nusa Tenggara

Barat dapat disimpulkan :

1. Pananganan Udang Windu meliputi persiapan bak, penebaran

benur, dan perawatan benur.

2. Ukuran benur yang ditebar adalah D1.

3. Pakan yang diberikan pada benur berupa pelet dalam bentuk

tepung.

4. Penanganan Rumput Laut meliputi pengikatan bibit,

penanaman, perawatan, panen dan penanganan hasil panen.

5. Umur bibit rumput laut yang ditanam adalah 25 - 35 hari.

6. Metode yang digunakan adalah metode Long Line dan metode

Rakit Apung.

7. Penanganan induk dan benih abalone meliputi pengumpulan

induk, penanganan induk, pengelolaan pakan, teknik pemijahan,

teknik pemeliharaan larva dan panen benih.

49

Page 50: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

8. Pakan abalone berupa Gracillaria sp. dan pakan larva berupa

benthic diatom dari jenis Nitzchia sp. yang dikultur dalam bak

fiberglass.

5.2 Saran

A. Saran untuk Balai Budidaya Laut Lombok ( B B L – L )

Stasiun Gerupuk adalah agar :

1. Membuat penampungan air tawar yang lebih besar.

2. Tidak mengandalkan air tawar dari aliran PAM saja.

3. Mengadakan penjagaan di balai budidaya agar tidak terjadi

kehilanagan.

B. Saran untuk pegawai lapangan di Balai Budidaya Laut

Lombok (BBL-L) Stasiun Gerupuk adalah agar :

1. Areal penanaman rumput laut diperluas untuk

mendapatkan hasil yang lebih banyak.

2. Pengontrolan dilakukan lebih sering bila keadaan cuaca

buruk.

3. Membuta hatchery penanganan dan pemijahan induk

udang agar tidak perlu membeli benur.

4. Menambah rasio perbandingan induk abalone untuk

meningkatkan peroduksi telur sehingga suplai benih atau

induk tidak selalu mengandalkan dari alam.

C. Saran untuk pembaca bila akan melaksanakan P S G agar :

50

Page 51: METODE PENANGANAN UDANG, RUMPUT LAUT, INDUK ABALONE, DAN PEMBENIHAN ABALONE DI BALAI BUDIDAYA LAUT LOMBOK STASIUN GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

1. Tidak merusak pasilitas yang ada di tempat P S G.

2. Melaksanakan P S G sesuai dengan pengarahan yang

diberikan oleh guru pembimbing.

3. Menjaga nama baik sekolah dan korps.

51