131
i METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari’ah Oleh : SITI MUSLIFAH NIM : 0 7 2 1 1 1 0 7 8 KONSENTRASI ILMU FALAK JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG AT TAQWA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · i METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    METODE PENENTUAN ARAH KIBLATMASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO

    JAWA TIMUR

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi SyaratGuna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)

    Dalam Ilmu Syari’ah

    Oleh :SITI MUSLIFAH

    NIM : 0 7 2 1 1 1 0 7 8

    KONSENTRASI ILMU FALAKJURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYAH

    FAKULTAS SYARI'AHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG2010

  • ii

    H. Ahmad Izzuddin, M.Ag.

    Bukit Beringin Lestari Blok C No. 131

    Ngaliyan Semarang

    Anthin Latifah, M.Ag.

    Banjarsari Rt. 001 Rw. 007

    Beringin Ngaliyan Semarang

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Lamp. : 4 (empat) eks.

    Hal : Naskah Skripsi

    An. Sdr. Siti Muslifah

    Assalamu alaikum Wr. Wb.

    Setelah saya mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya,

    bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara :

    Nama : Siti Muslifah

    N I M : 072111078

    Judul : Metode Penentuan Arah Kiblat Masjid Agung At Taqwa

    Bondowoso Jawa Timur

    Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera

    dimunaqasyahkan.

    Demikian harap menjadi maklum.

    Wassalamu alaikum Wr. Wb.

    Semarang, 13 Desember 2010

    Pembimbing I

    H. Ahmad Izzuddin, M.Ag

    NIP : 19720512 199903 1003

    Pembimbing II

    Anthin Latifah, M.Ag

    NIP. 19751107 200112 2 002

  • iii

    KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

    FAKULTAS SYARI’AHAlamat : Jalan Prof. Dr. Hamka KM. 3 Semarang 50159 telp. (024) 7601297

    PENGESAHAN

    Nama : Siti Muslifah

    N I M : 072111078

    Fakultas / Jurusan : Syari’ah / Al Ahwal Asy Syakhsiyah / Konsentrasi Ilmu

    Falak

    Judul : Metode Penentuan Arah Kiblat Masjid Agung At Taqwa

    Bondowoso Jawa Timur

    Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut Agama

    Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal :

    30 Desember 2010

    dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan

    studi Program Sarjana Strata 1 (S.1) tahun akademik 2010/ 2011 guna

    memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Syari’ah.

    Semarang, 30 Desember 2011

    Dewan Penguji,

    Ketua Sidang

    Drs. H. Abdul Ghafur, M.AgNIP. 19670117 199703 1 001

    Sekretaris Sidang

    Anthin Latifah, M.AgNIP. 19751107 200112 2 002

    Penguji I

    Drs. Agus Nurhadi, MANIP. 19660407 199103 1 004 .

    Penguji II

    Ahmad Syifaul Anam, SHI, MHNIP. 19800120 200312 1 001

    Pembimbing I

    H. Ahmad Izzuddin, M.AgNIP : 19720512 199903 1003

    Pembimbing II

    Anthin Latifah, M.AgNIP. 19751107 200112 2 002

  • iv

    M O T T O

    Artinya: Dan dari mana saja kamu ke luar, maka palingkanlahwajahmu ke arah Masjidil Haram; sesungguhnya ketentuan itubenar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-

    kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.(QS. Al Baqarah: 149)

  • v

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini kepersembahkan untuk:

    Bapak ibuku tercinta (Musawir & Rahmani), yang rela

    berkorban membanting tulang tanpa kenal lelah dan

    letih, dengan bersimbah peluh dan air mata selalu

    membimbing dan menasihati,, yang selalu mendoakan

    dengan keikhlasan hatinya,, kasih sayang yang tak

    pernah kering selalu tercurah padaku

    doa dan ridhamu selalu kuharapkan

    Mbahku (siti Aisyah),

    Mbakku (Nurul Jannah), kakakku (Yasin Drajat

    Supriyadi),

    adik-adikku (Zulfa Majidah dan Kafina Husnul Khotimah),

    serta keponakan kecilku (Muhammad Royyan)

    yang selalu membantu, mendukung, dan menghiburku,

    Guru-guruku semua,, atas segala ilmu yang diajarkan,,,

    budi baikmu takkan pernah terlupakan,,

    White lily-ku,, yang selalu kuat berjuang

    di tempat dingin sekalipun,,, pengorbanan yang tak

    kenal lelah membuatku mengerti akan kehidupan,,,

    Kotaku tercinta Bondowoso,, teruslah berbenah dan

    hadapi tantangan zaman dengan kekuatan yang

    tersimpan,,,

    sejarah tak slalu berulang,,,

    Sahabat-sahabatku semua,,,,,

  • vi

    DEKLARASI

    Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

    bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain

    atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun

    pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam

    referensi yang dijadikan bahan rujukan.

    Semarang, 13 Desember 2010

    Deklarator

    Siti Muslifah NIM. 072111078

  • vii

    ABSTRAKMasjid Agung At Taqwa Bondowoso yang merupakan masjid kebanggaan

    bagi masyarakat Bondowoso adalah masjid yang tergolong sangat tua dan kuno.Dibangun sekitar tahun 1809 oleh pembabat wilayah Bondowoso pertama yaituRaden Bagus Assra. Seiring berjalannya waktu, masjid ini mengalami beberapakali renovasi dengan beberapa pengukuran arah kiblatnya. Dari data yangdiperoleh diketahui bahwa telah dilakukan renovasi sebanyak empat kali dengantiga kali pengukuran kiblat. Dengan adanya beberapa kali renovasi danpengukuran kiblat dengan metode yang berbeda merupakan hal yangmelatarbelakangi penulis untuk mengetahui metode penentuan arah kiblat disanasehingga diketahui seberapa besar keakurasian dalam tiap pengukurannya.

    Penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian yang bersifatlapangan (field reseach). Sedangkan data primer yang digunakan adalah hasilpengukuran yang telah dilakukan sebelumnya, hasil wawancara dengan takmirmasjid, juga serta orang-orang yang mengetahui sejarah mengenai beberapapenentuan arah kiblat Masjid Agung At Taqwa Bondowoso. Data-data tersebutkemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif dankomparatif, yakni mengkomparasikan beberapa metode penentuan arah kiblatMasjid Agung At Taqwa Bondowoso dengan metode penentuan arah kiblatkontemporer dalam hal keakurasiannya.

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa metodepenentuan arah kiblat Masjid Agung At Taqwa Bondowoso yang pertama denganmenggunakan bincret, kemudian dilakukan pengukuran lagi pada renovasiselanjutnya yaitu dengan menggunakan rubu’ mujayyab. Departemen Agamamelalui seksi Urais-nya juga melakukan pengukuran pada tahun 1998 denganmenggunakan kompas. Penulis juga melakukan pengukuran pengukuran padatanggal 27 Juli 2010 dengan menggunakan theodolite, GPS, dan waterpass denganhasil pengukuran 293o 55’ 49.51” dan arah kiblat yang ada saat ini bergeser ataukurang sebesar 2o 37’ 10.38” ke arah utara.

    Akurasi metode penentuan arah kiblat Masjid Agung At TaqwaBondowoso dalam setiap pengukuran berbeda. Penentuan arah kiblat denganmenggunakan theodolite, GPS, dan waterpass lebih akurat daripada metodelainnya. Penggunaan alat-alat tersebut lebih diutamakan karena memiliki tingkatkeakuratan yang sangat tinggi juga didukung oleh data-data yang dapatdipertanggungjawabkan. Adapun metode dan alat yang digunakan dari renovasike renovasi dalam kurun waktu yang cukup lama memiliki tingkat keakuratanyang tinggi ‘pada zamannya . Maka apabila seseorang dapat menghadap kiblatdengan tepat menggunakan teknologi yang memiliki keakuratan tinggi, haltersebut yang wajib dipilih untuk meningkatkan keyakinan bahwa telahmenghadap kiblat dengan tepat. Penulis berpendapat bahwa sudah seharusnyahasil pengkuran dan perhitungan tersebut dapat digunakan untuk “meluruskankembali” arah kiblat Masjid Agung At Taqwa Bondowoso sebagai upaya untukmemantapkan keyakinan orang yang hendak melaksanakan ibadah di MasjidAgung tersebut.

    Kata kunci : arah kiblat, akurasi, Masjid Agung At Taqwa Bondowoso

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.

    Robbal ’Alamin atas segala limpahan rahmat, hidayah dan inayahnya. Sehingga

    penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Metode Penentuan Arah

    Kiblat Masjid Agung At Taqwa Bondowoso Jawa Timur dengan baik tanpa

    banyak kendala yang berarti. Shalawat dan salam senantiasa penulis haturkan

    kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para

    pengikutnya yang telah membawa Islam dan mengembangkannya hingga

    sekarang ini.

    Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih

    payah penulis secara pribadi. Tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari

    usaha dan bantuan, pertolongan serta do’a dari berbagai pihak yang telah

    membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi tersebut. Oleh karena itu, penulis

    sampaikan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang dan Pembantu-pembantu

    Dekan, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menulis skripsi

    tersebut dan memberikan fasilitas belajar hingga kini.

    2. Kementerian Agama Republik Indonesia khususnya Pedepontren yang telah

    mengalirkan dana demi kelancaran studi penulis sampai tahap akhir sehingga

    dapat terlewati tanpa hambatan yang berarti,

    3. Program Studi Konsentrasi Ilmu Falak khususnya Bapak Drs. H. Eman

    Sulaeman, MH, Bapak Maksun, M.Ag, Bapak H. Ahmad Izzuddin, M.Ag,

    serta Bapak Ahmad Syifaul Anam, SHI. MH, yang selalu membimbing,

    mengarahkan, dan memperhatikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    studi lebih cepat.

    4. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag, selaku pembimbing I, atas inspirasi, arahan,

    bimbingan dan atas pinjaman buku-buku falak yang penulis butuhkan.

    5. Anthin Latifah, M.Ag selaku pembimbing II, atas bimbingan dan pengarahan

    yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas

  • ix

    6. Bapak kajur, sekjur, dosen-dosen dan karyawan Fakultas Syari’ah IAIN

    Walisongo Semarang, atas segala didikan, bantuan dan kerjasamanya.

    7. Bapak dan Ibuku tercinta beserta segenap cinta kasihnya yang selalu

    mendoakan, memberikan perhatian, serta dukungan dengan penuh kelembutan

    dan kasih sayang, yang tidak dapat penulis ungkapkan dalam untaian kata-

    kata.

    8. Mbah, mbak, kakak, mase, adik-adikku, dan keponakanku dengan support dan

    semangatnya yang selalu dicurahkan padaku hingga terselesaikannya skripsi

    ini. Juga atas kesediaannya mengantarkanku kemanapun untuk mencari data.

    9. Seluruh keluarga dan handai taulan di Bondowoso dan Jember, dengan

    nasihat-nasihat dan support-nya sehingga penulis menjadi lebih bersemangat

    dalam menyelesaikan skripsi ini.

    10. Keluarga Besar Pengurus Masjid Agung At Taqwa Bondowoso, khususnya

    kepada Bapak Hodari HS, H. Ahmad Shodiq, Bapak Imam Barmawi Burhan,

    Ustadz Ahmad Taufik, dan Firman Arif Wicaksono, yang telah memberikan

    izin kepada penulis untuk melakukan penelitian serta atas bantuan dan

    kerjasamanya.

    11. Keluarga Besar ‘Ki Ronggo Bondowoso’, khususnya kepada Bapak E.M.

    Guntur, SR, dan Bapak H. Hasyim bin Mukhtar yang telah rela meluangkan

    waktunya untuk menceritakan perihal sejarah yang berkaitan dengan Masjid

    Agung At Taqwa Bondowoso.

    12. Segenap jajaran pejabat pemerintahan Kabupaten Bondowoso, Kementerian

    Agama Bondowoso, Tim Hisab Rukyat Bondowoso, serta organisasi-

    organisasi masyarakat, khususnya kepada Bapak Drs. H. Moh. Arab

    Sudarman, M.Hi, Bapak Abdul Ghafur, Bapak Suharyono, KH. Muiz

    Turmudzi, KH. Ali Salam, Basuki Rochani, BA, H. M. Noer Fauzan, S.Ag,

    M.Pdi dan Bapak Lili dalam pemberian data-data yang penulis butuhkan juga

    atas bantuannya dan kerjasamanya.

    13. Keluarga Besar Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang,

    khususnya kepada KH. Sirojd Chudlori dan Ahmad Izzuddin, M.Ag, selaku

    pengasuh yang juga menjadi motivator dan inspirator penulis dan yang telah

  • x

    memberikan ilmu-ilmunya dan juga telah meminjamkan semua buku-buku

    falak yang penulis butuhkan serta atas bimbingan dan arahannya.

    14. Keluarga Besar Pondok Pesantren Darus Sholah, Jember, khususnya pengasuh

    dan dewan asatidz, atas segala bantuan doa dan dorongan semangatnya,

    15. Teman-temanku konsentrasi Ilmu Falak 2007 (Ibor, Saropah, Usro’, Cepot,

    Entong, Mahyo, Jadul, Anip, Bunda, Yuyun, Tante, Ayuk, Ipeh, Bekong,

    Mbah Uti, Teh Anis, Je, Oki, Ari, Hasan, Rahman, Oji’, mbah Ansor, Encep,

    Faqih, Riva, Samsul, Mannan, dan Maryani), kalianlah inspirasiku untuk slalu

    semangat belajar dan berkarya, terus berjuang kawan, ini baru permulaan,

    dunia baru sejengkal kita lewati!

    16. Penghuni kamar As Syamsiyah (Najib, Iun, Olis, Inay, Endang, Ibor, Faroh),

    bertahanlah dengan panasnya kamar, itulah takdir, nama sesuai dengan

    keadaannya.

    17. D’ Najira, yang slalu mendukung dan memberikan supportnya, teruslah

    berkarya menciptakan kreatifitas yang tak terduga dan mencengangkan,

    kompak selalu!

    18. Adik angkatan 2008, 2009, dan 2010, terus semangat dalam belajar dan

    berjuang, jadilah apa yang kalian inginkan namun tetap dalam rel-rel kebaikan

    dan kebenaran.

    Atas semua kebaikannya, penulis hanya mampu berdo’a semoga Allah

    menerima amal kebaikan dan membalasnya dengan balasan yang lebih baik.

    Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

    Semua itu karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis

    mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi sempurnanya skripsi ini.

    Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

    khususnya dan para pembaca umumnya. Amin.

    Semarang, 13 Desember 2010

    Penulis,

    Siti MuslifahNIM. 072111078

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL SKRIPSI .................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

    HALAMAN MOTTO .................................................................................. iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

    HALAMAN DEKLARASI .......................................................................... vi

    HALAMAN ABSTRAK .............................................................................. vii

    HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................. viii

    HALAMAN DAFTAR ISI .......................................................................... xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .............................................................. 1

    B. Pokok Permasalahan ..................................................... 12

    C. Tujuan Penelitian ........................................................... 12

    D. Telaah Pustaka .............................................................. 12

    E. Metode Penelitian ......................................................... 17

    F. Sistematika Penulisan ................................................... 21

    BAB II FIQH MENGHADAP KIBLAT

    A. Pengertian Kiblat .......................................................... 23

    B. Dasar Hukum Menghadap Kiblat ................................... 24

    C. Pemikiran Ulama tentang Menghadap Kiblat .................. 27

    D. Historisitas Kiblat .......................................................... 31

    1. Ka’bah sebagai Kiblat Umat Muslimin....................... 31

    2. Sejarah Perpindahan Kiblat ....................................... 32

    E. Teori Penentuan Arah Kiblat .......................................... 33

    F. Metode Penentuan Arah Kiblat ....................................... 36

    1. Azimuth Kiblat ........................................................ 36

    2. Rashdul Kiblat ......................................................... 38

    G. Aplikasi Metode Penentuan Arah Kiblat ........................ 41

  • xii

    BAB III METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID

    AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO

    A. Sejarah Masjid Agung At Taqwa Bondowoso ................ 57

    1. Raden Bagus Assra Sebagai Pendiri Bondowoso ....... 57

    2. Sejarah Pembangunan Masjid Agung At Taqwa

    Bondowoso ............................................................... 63

    3. Lokasi dan Arsitektur Masjid Agung At Taqwa

    Bondowoso Jawa Timur ............................................ 66

    4. Signifikansi Masjid bagi Masyarakat Sekitar ............. 70

    B. Metode Penentuan Arah Kiblat Masjid Agung At

    Taqwa Bondowoso ...................................................... 75

    1. Pengukuran pada Renovasi Masjid yang

    Pertama: Menggunakan Bincret atau Bencet ............ 77

    2. Pengukuran pada Renovasi Masjid yang Kedua

    dan Ketiga : Menggunakan Rubu’ Mujayyab ........... 79

    3. Pengukuran pada Renovasi Masjid yang

    Keempat: Menggunakan Kompas ............................ 81

    BAB IV AKURASI METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT

    MASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO

    A. Pengukuran pada Renovasi Masjid yang Pertama :

    Arah Kiblat Sudah Tepat ............................................... ` 86

    B. Pengukuran pada Renovasi Masjid yang Kedua dan

    Ketiga : Mihrab Tidak Diubah ....................................... 89

    C. Pengukuran pada Renovasi Masjid yang Keempat :

    Sudah Benar pada Azimuth Ka’bah ............................... 91

  • xiii

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................... 102

    B. Saran-Saran .................................................................. 104

    C. Penutup ......................................................................... 106

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................................

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP .....................................................................

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Problematika umat mengenai kiblat1 masih mengakar di masyarakat. Hal

    ini terbukti dengan banyak ditemukan dan diberitakannya masjid-masjid dan

    musala-musala2 yang kiblatnya berbeda. Ini tidak hanya terjadi di beberapa daerah

    bahkan di daerah yang sama pun perbedaan arah kiblat tidak dapat dihindari.

    Sebagai akibat perbedaan tersebut sering terjadi perselisihan atau sengketa antar

    kelompok. Mereka berpendapat merekalah yang paling benar sedang yang lain

    salah dan jika salat mengikuti arah kiblat masjid tersebut tidak sah.3

    Perbedaan-perbedaan dalam penentuan arah kiblat tersebut dapat terjadi

    karena pada zaman dahulu orang menandai arah kiblat hanya dengan arah mata

    angin yaitu menggunakan penentuan kiblat secara kira-kira.4 Pemahaman kiblat

    barat adalah pemahaman yang masih mengakar dalam benak mereka. Suatu

    anggapan yang perlu diluruskan kembali. Karena secara geografis dengan

    1 Kiblat adalah arah menghadap pada waktu salat. Kiblat umat Islam pada waktu salatadalah ka’bah di Mekah. Orang yang langsung dapat melihat ka’bah wajib menghadap kepadanya.Sedangkan orang yang tidak dapat melihatnya langsung hanya wajib menghadap ke arahnya saja.Lihat Tim IAIN Syarif Hidayatullah, Enslikopedi Islam Indonesia, Jakarta : Djambatan, t.th, hlm.563

    2 Musala adalah salah satu kata Arab yang telah baku menjadi bahasa Indonesia, maknaasalnya ialah tempat melakukan salat. Dari sisi ini musala sama saja (tidak berbeda) dengan masjidyang juga sama–sama digunakan sebagai tempat melakukan salat. Namun demikian, dalam istilahpergaulan sehari–hari, kata musala– yang pada zaman Nabi Muhammad digunakan sebagaisebutan bagi tanah lapang tempat melakukan salat Id–itu digunakan untuk terminologi berbedadengan masjid. Ibid, hlm. 700-701

    3 http://sains.kompas.com/read/2009/10/28/08505867/Cara.Mencari.Arah.Kiblat,diaksestang- gal 18 Maret 2010

    4 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab Rukyat Praktis dan SolusiPermasalahannya), Semarang : Komala Grafika, 2006, hlm. 21

    http://sains.kompas.com/read/2009/10/28/08505867/Cara.Mencari.Arah.Kiblat,diakses

  • 2

    memperhatikan bentuk bumi seperti bola, maka Indonesia tidak berada di timur

    Mekah5 namun berada di tenggara, sehingga arah kiblat Indonesia seharusnya

    mengarah ke arah barat agak serong ke utara.6

    Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa adanya arah kiblat

    yang berbeda-beda tersebut juga disebabkan karena anggapan remeh dan sikap

    acuh masyarakat. Apalagi saat pembangunan masjid, musala, ataupun surau,

    mereka tidak meminta bantuan kepada pakar atau ahli yang mampu untuk

    menentukan arah kiblat dengan tepat. Mereka cenderung lebih percaya pada

    tokoh-tokoh dari kalangan mereka sendiri dan menyerahkan sepenuhnya

    persoalan tersebut kepada mereka. Bukan hal yang aneh apabila keputusan para

    tokoh tersebut yang lebih mereka ikuti, meskipun pada akhirnya diketahui bahwa

    penentuan arah kiblat kurang tepat. Biasanya hal ini terjadi pada masyarakat yang

    5 Mekah adalah ibu kota negara Arab, kota suci umat Islam seluruh dunia, tempatterletaknya Masjidil Haram dan Ka’bah (Baitullah), tempat orang–orang melakukan tawaf dalamibadah haji atau umrah dan sebagai kiblat salat. Lihat Tim IAIN Syarif Hidayatullah, op.cit,hlm.639

    6 Ali Mustafa Yaqub dalam bukunya Kiblat Antara Bangunan Dan Arah Ka bahmengatakan bahwa untuk Indonesia adalah daerah yang berada di sebelah timur ka’bah makakiblat untuk Indonesia adalah barat, mana saja. Ia mendasarkan pendapatnya pada hadits yangdiriwayatkan oleh At Tirmidzi bahwa nabi SAW bersabda:

    Artinya: Arah utara dan timur dan barat adalah ka bah.Menurut penulis, penulisan hadits dalam buku tersebut kurang tepat karena unsur yang

    ada hanya matan haditsnya saja. Menurut penulusuran penulis dalam Sunan At Tirmidzi, MaktabahSyamilah versi 2.11, penulisan hadits tersebut selengkapnya adalah sebagai berikut:

    --»«)(

    Artinya: Dari Muhammad Bin Abi Ma syar, dari Muhammad Bin Umar, dari Abi Salamah, dariAbi Hurairah berkata, Rasullullah SAW, bersabda Arah utara dan timur dan baratadalah kiblat. (HR. Tirmidzi)

    Lihat Ali Musthafa Yaqub, Kiblat antara Bangunan dan Arah Ka bah, Jakarta : Darus Sunnah,2010, hlm. 54, lihat juga Maktabah Syamilah versi 2.11, Muhammad Bin Isa Bin Saurah Bin MusaBin Dhahak Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, Mesir : Mauqi’u Wazarah, t.t juz 2 hlm. 101

  • 3

    pemikirannya belum terbuka7, sementara ada figur yang berpengaruh, berkarisma,

    dan berwibawa diantara mereka.

    Seperti realitas yang banyak terjadi di masyarakat yaitu dengan banyak

    ditemukannya arah kiblat sejumlah masjid, terutama yang telah berusia tua, yang

    diperkirakan mengalami kekurangtepatan kiblat. Sehingga mereka beramai–ramai

    untuk mencari upaya kebenaran dalam menghadap kiblat itu sendiri. Seperti yang

    terjadi pada Masjid Agung Demak8 yang akhir-akhir ini diberitakan mengalami

    kekurangtepatan kiblat.9

    Bahkan kini permasalahan kiblat merupakan masalah yang me’nasional’,

    bagaimana tidak, masalah ini telah sampai ke komisi VIII. Seperti yang telah

    diungkapkan Ketua Komisi VIII DPR Abdul Kadir Karding di Gedung DPR,

    Senayan, Jakarta. Beliau mengungkapkan bahwa sedang terjadi pergeseran arah

    kiblat beberapa masjid dari 193 ribu masjid di Indonesia. Rata-rata terjadi

    pergeseran 0,7 sampai dengan 1 derajat.10 Juga isu–isu bahwa arah kiblat juga

    berubah karena pergeseran lempeng bumi menyebabkan banyak masyarakat resah

    dengan arah kiblat yang mereka gunakan selama ini. Sehingga DPR khususnya

    Komisi VIII meminta kepada Dirjen Bimas Islam untuk melakukan langkah-

    7 Ahmad Izzuddin, op.cit, hal. 21–228 Terletak di sebelah barat alun-alun kota Demak, termasuk wilayah Daerah Tingkat II

    kabupaten Demak, Jawa Tengah. Didirikan pada tahun 1388 Saka atau 1466 M. menurut “BabadDemak”berdirinya masjid itu dapat diambil dari kata “Lawang Trus Gunaning Janma” yangmenunjukkan tahun 1399 Saka atau tahun 1477M. Tahun ini agak mendekati gambar penyu.Kemungkinan pada tahun 1477 M adalah tahun dimulainya pembangunan masjid sedangkan 1479M adalah tahun jadinya masjid tersebut sebagaimana dilambangkan dengan gambar penyu,diperingati menurut Candra Sengkala Memet. Lihat Departemen Agama RI, Enslikopedi Islam diIndonesia, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam ProyekPeningkatan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama / IAIN Jakarta, 1992, hlm. 700

    9 http://news.okezone.com/read/2010/01/14/340/294200/kiblat-masjid-agung-demak-juga-sa lah, diakses tanggal 23 April 2010

    10. http://www.detiknews.com/read/2010/01/21/192331/1283624/10/arah-kiblat-diduga-alami-pergeseran-dpr-minta-depag-turunkan-tim, diakses tanggal 18 Maret 2010

    http://news.okezone.com/read/2010/01/14/340/294200/kiblat-masjid-agung-demak-http://www.detiknews.com/read/2010/01/21/192331/1283624/10/arah-kiblat-diduga-

  • 4

    langkah pendataan dan perbaikan. Hal ini sangat penting agar tidak menimbulkan

    keragu–raguan di masyarakat.

    Banyak respons dari masyarakat mengenai upaya pelurusan kiblat ini,

    dimana di antara mereka ada yang mau menerima bahkan ada pula yang menolak

    dan kembali ke kiblatnya semula dengan berbagai alasan. Seperti pengukuran

    yang telah dilakukan oleh bapak Ahmad Izzuddin M.Ag serta tim dari Komunitas

    Falak Perempuan Indonesia (KFPI)11 di Masjid Nurul Iman Klaten. Faktor

    masyarakat lebih mewarnai pengukuran di daerah tersebut karena mereka kembali

    ke arah kiblat awal (sebelum pengukuran) karena kepercayaan mereka kepada

    para pendahulunya.

    Juga pengecekan arah kiblat masjid–masjid se-kota Semarang yang telah

    dilakukan oleh tim dari Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang di masjid Al

    Ijabah Gunung Pati. Masyarakat di daerah tersebut kembali ke arah kiblat asal

    walaupun telah dilakukan beberapa kali pengukuran. Bahkan pengukuran juga

    pernah dilakukan oleh KH. Zubeir Umar Al Jaelany12 salah seorang ahli falak

    ternama. Namun setelah dua bulan mereka berkiblat pada arah yang telah diukur,

    11 Komunitas yang khusus didirikan untuk perempuan Indonesia pegiat dan pecinta ilmufalak yang diharapkan benar-benar bisa mengangkat kembali ilmu falak ke permukaan lewatperempuan-perempuan Indonesia yang selama ini tidak pernah dan tercatat sejarahnya dalamperkembangan ilmu falak. Serta menjadi komunitas yang benar-benar me’nusantara’ karenamemang dalam hal ini, belum ada satupun organisasi atau gerakan falak perempuan. Diprakarsaioleh KH. Ahmad Izzuddin, M. Ag, salah satu ahli falak di Jawa Tengah dan Dosen ilmu falak diIAIN Walisongo Semarang. KFPI adalah satu-satunya komunitas falak perempuan di Indonesiayang didirikan pertama kali dengan anggota 17 orang mahasiswi Konsentrasi Ilmu Falak '07 IAINWalisongo. Dan dideklarasikan di Semarang, 1 Muharram 1431 H / 18 Desember 2009.

    12 Ahli falak yang dilahirkan di Padangan kecamatan Padangan Bojonegoro Jawa Timurpada tanggal 16 September 1908 dan wafat pada tanggal 10 Desember 1990 / 24 Jumadil Awal1411 H. KH Zubeir Umar Al-Jaelany adalah seorang akademisi yang terkenal sebagai pakar falakdengan karya monumentalnya kitab Khulashatul Wafiyah. Beliau juga pernah menjabat sebagairektor IAIN Walisongo Semarang dengan surat keputusan tanggal 5 Mei 1971. Lihat AhmadIzzuddin Zubeir Umar Al Jaelany dalam Sejarah Pemikiran Hisab Rukyat di Indonesiapenelitian individual, 2002, t.d hlm. 58-61

  • 5

    mereka kembali pada kiblatnya yang semula. Hal ini dikarenakan sejarah telah

    mencatat bahwa pengukuran masjid tersebut dilakukan oleh walisongo.

    Padahal menghadap arah kiblat merupakan suatu masalah yang penting

    dalam syariat Islam. Kata “Istiqbalul Kiblat” menjadi patokan para ulama bahwa

    menghadap kiblat adalah syarat sahnya salat. Sebagaimana didasarkan pada

    sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah, yaitu:

    --

    ».

    Artinya: Abu Bakar Bin Abi Syaibah telah berkata kepada kami bahwa telahberkata Abu Usamah dan Abdullah Bin Numair bahwa Ibnu Numairberkata ayahku telah berkata, mereka berdua berkata bahwa telahbercerita kepada kami Ubaidullah dari Said Bin Abi Sa id dari AbiHurairah bahwa sesungguhnya ada seorang laki-laki yang masuk kemasjid kemudian salat dan Rasul SAW (dalam suatu peristiwa yangmemuat hadits yang serupa dengan kejadian ini, menambahkan didalamnya) Bila kamu hendak salat maka sempurnakanlah wudhu lalumenghadap kiblat kemudian bertakbirlah. (HR. Bukhari dan Muslimdari Abu Hurairah)

    Perintah tersebut menjadi mudah bagi orang yang berada di sekitar ka’bah,

    namun ini menjadi persoalan bagi orang–orang yang berada jauh dari Mekah14,

    seperti Indonesia. Terlepas adanya perbedaan pendapat ulama tentang cukup

    13 Maktabah Syamilah versi 2.11, Abu Husain Muslim Bin Hajjaj Bin Muslim BinQusyairi An Naisabury. Shahih Muslim, Beirut : Darul Afaq Jadidah, t.t juz 2, hlm. 11

    14 Muhiyiddin Khazin, 99 Tanya Jawab Masalah Hisab & Rukyat, Yogyakarta:Ramadhan Press, 2009, hlm. 18

  • 6

    menghadap arahnya saja atau menghadap ke arah yang sedekat mungkin dengan

    posisi ka’bah yang sebenarnya. 15

    Pada awal perkembangan Islam, penentuan arah kiblat tidak banyak

    menimbulkan masalah karena Rasulullah SAW ada bersama-sama sahabat dan

    beliau sendiri yang menunjukkan arah ke kiblat apabila berada di luar kota

    Mekah. Sehingga jika para sahabat mulai mengembara untuk mengembangkan

    Islam, metode dalam penentuan arah kiblat ini menjadi semakin rumit. Mereka

    mulai merujuk kepada kedudukan bintang-bintang dan matahari yang dapat

    memberi petunjuk arah kiblat. Di Tanah Arab, bintang utama yang dijadikan

    rujukan dalam penentuan arah adalah bintang Qutbi (bintang Utara), yakni satu-

    satunya bintang yang menunjuk tepat ke arah utara bumi. Berdasarkan kepada

    bintang ini dan beberapa bintang lain, arah kiblat dapat ditentukan dengan mudah.

    Usaha untuk menentukan arah kiblat setepat mungkin adalah dilakukan para ahli

    falak Islam. Di antara usaha terawal dilakukan oleh Khalifah Al Makmun (813

    M).16 Beliau memerintahkan supaya koordinat geografi Kota Mekah ditentukan

    dengan tepat supaya arah kiblatnya dari Baghdad dapat dihitung dengan baik.

    Namun bagi penduduk luar tanah Arab, khususnya di Indonesia metode

    penentuan arah kiblat berdasarkan bintang kutub (Qutbi/Polaris) menjadi lebih

    rumit. Karena bintang tersebut berada rendah di ufuk berbanding dengan negara-

    negara yang terletak lebih utara. Di bawah ini gambar bintang kutub

    (Qutbi/Polaris).

    15 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik (Perhitungan Arah Kiblat,Waktu Salat, Awal Bulan, dan Gerhana), Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004, hlm. 49

    16 Hafid, Penentuan Arah Kiblat , makalah disampaikan pada pelatihan penentuan arahkiblat Jakarta 15 April 2007, hlm. 4

  • 7

    Gambar 1 Gambar 2Arah utara ditunjukkan oleh garis yang menghubungkan

    antara tubuh rasi ursa mayor dan ujung ekor dari rasi ursa minor.

    Secara historis, cara penentuan kiblat khususnya di Indonesia, selalu

    mengalami perkembangan dari masa ke masa sesuai dengan keilmuan dan kualitas

    serta kapasitas intelektual yang dimiliki oleh masyarakat Islam saat itu.

    Perkembangan penentuan arah kiblat ini dapat dilihat dari perubahan besar yang

    dilakukan Muhammad Arsyad Al Banjari17 dan K.H. Ahmad Dahlan18 serta dapat

    dilihat dari alat-alat yang digunakan untuk mengukurnya seperti bencet atau

    17 Ahli falak dilahirkan di Kampung Lok Gabang (dekat Martapura) pada malam Kamis15 Safar 1122 H bertepatan tanggal 19 Maret 1710 M, dan meninggal dunia pada malam Selasa 6Syawal 1227 H/ 13 Oktober 1812 M di Kalampayan, Astambul, Banjar, Kalimantan Selatan.Syekh Muhammad Arsyad merupakan salah seorang tokoh falak Indonesia yang melakukanpembaharuan dan melakukan pembetulan arah kiblat. Pembetulan arah kiblat yang ia lakukandiantaranya ketika tiba di masjid Jembatan Lima Betawi (Jakarta). Lihathttp://www.ilmufalak.or.id/index.php?option =com_content &view=article&id=131&Itemid=131,diakses tanggal 21 Maret 2010

    18 Dilahirkan di Kauman Yogyakarta 1868 dan wafat tanggal 23 Februari 1923 anakkeempat dari KH. Abu Bakar. Beliau adalah tokoh pendiri organisasi Muhammadiyah. Sesuai idepembaruan yang beliau serap dari Ibn Taimiyah, Al Afgani, Abduh, dan Rasyid Ridha, iamelakukan usaha meluruskan akidah dan amal ibadah masyarakat Islam Kauman Yogyakarta.Diantara usahanya yaitu mendirikan surau dengan kiblat yang benar karena menurut ilmu yangdimilikinya banyak tempat yang tidak benar arah kiblatnya seperti Masjid Agung Yogyakarta.Namun beliau meluruskan shaf masjid tersebut secara diam-diam karena izin untuk itu tidakmemungkinkan dengan memberi tanda garis putih. Namun tindakan tersebut menurut PenghuluKeraton Yogyakarta yang saat itu dijabat oleh KH. Muhammad Chalil Kamaluddiningrat itumerupakan kesalahan sehingga ia diberhentikan dari jabatan sebagai khatib di masjid tersebut.Padahal ia adalah khatib yang disenangi karena kepandaiannya sehingga Sultan Yogyakartamemberinya gelar “Khatib Amin”. Lihat Kafrawi Ridwan, et al. (eds), Enslikopedi Islam, JakartaIntermassa, 1993, hlm. 83-84. Lihat juga dalam Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyat MenyatukanNU dan Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha, Jakarta :Erlangga, 2007, hlm. 40

    http://www.ilmufalak.or.id/index.php?option

  • 8

    miqyas, tongkat istiwa, rubu mujayyab, kompas, theodolite, dan lain-lain.19

    Selain itu sistem perhitungan yang dipergunakan juga mengalami perkembangan,

    baik mengenai data koordinat maupun mengenai sistem ilmu ukurnya.

    Sementara itu Masjid Agung At Taqwa adalah masjid tertua dan pertama

    di daerah Bondowoso, salah satu ibu kota kabupaten di Jawa Timur. Masjid

    tersebut menjadi pusat beribadah masyarakat Bondowoso pada khususnya. Masjid

    yang memiliki sejarah panjang berkaitan dengan perjalanan Bondowoso sendiri.

    Sejarah Masjid Agung ini berawal pada tahun 180920 ketika Raden Bagus Assra

    (Ki Ronggo) diangkat sebagai patih berdiri sendiri (zelfstanding) dengan nama

    Abhiseka Mas Ngabehi Kertonegoro, beliau dipandang sebagai penemu (founder)

    sekaligus penguasa pemerintahan pertama (first ruler) di Bondowoso yang

    membangun sebuah missigit (masjid)21 di sebelah barat alun-alun sebagai pusat

    ibadah umat Islam yang dibangun dengan gaya arsitektur Masjid Demak. Masjid

    yang merupakan icon Bondowoso ini dapat dikatakan sebagai masjid kuno.

    Menurut hasil pre-reseach yang penulis dapatkan bahwa di depan masjid

    tersebut terdapat benda yang biasa disebut tancer atau bincret22. Seperti hasil

    wawancara yang penulis dapatkan dengan masyarakat asli Bondowoso bahwa

    19 Ibid, lihat juga Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, PedomanHisab Muhammadiyah, Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, 2009, hlm. 31-32

    20 Adi Sunaryadi, Sejarah Masjid Agung At Taqwa Bondowoso, Bondowoso: KantorInformasi dan Komunikasi Kabupaten Bondowoso, t.th, hlm. 1

    21 Bentuk Masjid Agung At Taqwa Bondowoso pertama kali hanya sebuah surau yangterbuat dari kayu bukan tembok, sumber hasil wawancara dengan E.M. Guntur SR, tanggal 1Februari 2010

    22 Istilah dalam bahasa Madura asli yang merupakan bahasa sehari–hari masyarakatBondowoso, penulis mengartikannya sebagai bencet (sundial) yang berarti alat sederhana yangterbuat dari semen atau semacamnya yang diletakkan di tempat terbuka agar mendapat sinarmatahari. Alat ini berguna untuk mengetahui waktu matahari hakiki, tanggal Syamsiyah sertauntuk mengetahui pranotomongso, lihat Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta :Buana Pustaka, 2005, hlm. 12

  • 9

    bincret tadi terletak di depan masjid/halaman masjid. “Lambe’ bedhe binset e

    adhe’na masjid, gir lao’ bek ngatenga, se ekaangguy cer–ancer ngokor kiblat

    ngangguy sinarra are.”23 (Dulu ada binset di depan masjid, di sebelah utara agak

    ke tengah yang digunakan sebagai penanda yang digunakan untuk mengukur arah

    kiblat dengan bantuan sinar matahari). Sayangnya, benda tersebut sudah tidak

    dapat dimanfaatkan lagi oleh generasi selanjutnya karena ketika pembangunan

    masjid yang kedua benda tersebut sudah tidak berada di tempatnya lagi.

    Sejarah juga mencatat, masjid tersebut telah mengalami beberapa renovasi

    dimana juga telah dilakukan pengukuran kembali dengan menggunakan berbagai

    alat pengukuran.

    Menurut penelitian awal yang telah dilakukan penulis dengan

    menggunakan alat yang sederhana yaitu benda yang diberdirikan di bawah

    matahari pada saat jam rashdul kiblat pada tanggal 27 Januari 2010 pukul. 09.44

    WIB diketahui arah kiblat agak sedikit melenceng. Seperti yang terlihat pada

    gambar berikut:

    Gambar 3 Gambar 4Bayangan matahari pada jam rashdul kiblattanggal 27 Januari 2010 pukul. 09.44 WIB

    23 Wawancara dengan Bapak E.M. Guntur SR (Sekretaris Ikatan Keluarga Besar ‘KiRonggo Bondowoso’) dan Bapak Satrawi (pensiunan guru SD Negeri) tanggal 12 Juni 2010

  • 10

    Gambar tersebut diambil dari serambi depan Masjid Agung At Taqwa

    Bondowoso dengan meletakkan benda tegak lurus di lantai masjid. Dari bayangan

    yang dihasilkan dapat dilihat sedikit penyimpangan.

    Jika dilihat dari gambar selanjutnya, bayangan yang dihasilkan oleh tiang

    masjid menjadi lebih panjang (semakin panjang bayangan terbentuk, semakin

    jelas penyimpangannya) sehingga penyimpangan yang ada menjadi semakin

    melebar.

    Dengan adanya penyimpangan–penyimpangan tersebut dan beberapa

    renovasi dimana juga dilakukan pengukuran ulang arah kiblat dengan alat dan

    metode yang berbeda, maka penulis menjadi tertarik untuk menjadikan Masjid

    Agung At Taqwa Bondowoso sebagai objek penelitian karena sebagai masjid

    yang usianya tergolong tua, arah kiblat yang ada tidak mengalami penyimpangan

    yang terlalu jauh.

    Selain itu, Masjid Agung At Taqwa yang memiliki nilai historisitas tinggi

    sebagai Masjid Agung “pemerintahan” Bondowoso yang merupakan pusat

    peribadatan pertama umat Islam di Bondowoso sekaligus sebagai rujukan masjid

    lain di sekitarnya menjadi daya tarik penulis untuk menjadikan masjid tersebut

    sebagai objek kajiannya. Penulis ingin mengetahui lebih dalam bagaimanakah

    penentuan Masjid Agung At Taqwa juga keakurasian metode pengukuran yang

    pernah dilakukan terhadapnya. Sekaligus untuk mendapatkan keyakinan dan

    kemantapan dalam melaksanakan ibadah dengan ainul yaqin atau haqqul yaqin.

    Untuk mencapai hal tersebut, tentunya dibutuhkan usaha yang keras

    dengan perhitungan yang cermat, semisal dengan ilmu pengetahuan tentang falak

  • 11

    untuk mendapatkan arah yang tepat menuju ke ka’bah, dengan penentuan arah

    kiblat yang dikembangkan dengan kemampuan ijtihad insani. Dalam praktiknya,

    sudah seharusnya digunakan suatu penemuan yang memiliki ketelitian dan

    keakurasian yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. :

    ... .) :-(.

    Artinya : Sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hambaKu. Yangmendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baikdiantaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah di beri Allahpetunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal (QS.Az-Zumar : 17-18).24

    Sehingga dari keterangan-keterangan di atas, penulis bermaksud

    melakukan studi tentang Metode Penentuan Arah Kiblat Masjid Agung At

    Taqwa Bondowoso” dengan melakukan pengecekan kembali arah kiblat guna

    mengetahui bagaimana akurasi metode penentuan arah kiblat dalam tiap

    pengukuran sebagai upaya untuk memantapkan keyakinan arah kiblat khususnya

    pada Masjid Agung At Taqwa Bondowoso.

    Selain itu kondisi kultural masyarakat Bondowoso yang religius tidak

    terlepas dari budaya masyarakat Madura juga mendorong minat penulis untuk

    melakukan penelitian di tempat tersebut. Selain itu Masjid Agung At Taqwa

    Bondowoso yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari perjalanan sejarah kota

    Bondowoso tentunya juga memiliki nilai historisitas yang tinggi dan sangat layak

    untuk dikaji.

    24 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Quran, Al Quran danTerjemahannya, Bandung: CV Penerbit J–Art, 2005, hlm. 460

  • 12

    B. Pokok Permasalahan

    Bertolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka dapat

    dikemukakan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

    1. Bagaimana metode penentuan arah kiblat Masjid Agung At Taqwa

    Bondowoso?

    2. Bagaimana akurasi metode penentuan arah kiblat Masjid Agung At Taqwa

    Bondowoso dalam setiap pengukuran?

    Pembatasan ini dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup skripsi ini

    agar tidak meluas dari inti permasalahannya.

    C. Tujuan Penelitian

    Dalam hal ini tujuan penelitian antara lain :

    1. Untuk mengetahui metode penentuan arah kiblat Masjid Agung At Taqwa

    Bondowoso

    2. Untuk melacak akurasi metode penentuan arah kiblat Masjid Agung At Taqwa

    Bondowoso dalam setiap pengukuran

    D. Telaah Pustaka

    Dalam tahap ini, penulis berusaha mencari landasan teoritis permasalahan

    yang pada dasarnya bertujuan untuk pemecahan masalah penelitian. Telaah

    pustaka yang penulis lakukan dalam upaya mendapatkan gambaran tentang

    hubungan pembahasan dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh

    peneliti sebelumnya agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu.

    Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Ismail Khudhori (2005) S.1

    Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang dengan skripsinya yang berjudul

  • 13

    “Studi Tentang Pengecekan Arah Kiblat Masjid Agung Surakarta.” Dimana dalam

    skripsi tersebut lebih dititikberatkan pada pengecekan arah kiblat Masjid Agung

    Surakarta, tanpa menelusuri lebih mendalam tentang metode yang digunakan

    dalam penentuan arah kiblat masjid tersebut.

    Juga skripsi yang muncul tiga tahun setelahnya yaitu skripsi milik Ervan

    Widiantoro (2008) S.1 Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul

    “Studi Analisis Tentang Sistem Penentuan Arah Kiblat Masjid Besar Mataram

    Kotagede Yogyakarta”. Dalam skripsi tersebut pembahasan yang diangkat adalah

    mengenai penentuan arah kiblat masjid besar Mataram Kotagede Yogyakarta

    dilihat dari segi historis kemudian dianalisis arah kiblat yang seharusnya dari

    masjid besar Mataram Kotagede Yogyakarta dan seberapa besar tingkat

    keakurasiannya.

    Skripsi Iwan Kuswidi (2003) S.1 Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga

    Yogyakarta dengan judul Aplikasi Trigonometri Dalam Penentuan Arah Kiblat

    skripsi ini menjelaskan tentang perhitungan arah kiblat yang dilakukan pada

    bidang yang hampir menyerupai bola dengan menggunakan ilmu ukur segitiga

    bola (spherical trigonometry). Rumus-rumus tersebut kemudian diaplikasikan

    dalam penentuan arah kiblat.

    Juga penelitian yang dilakukan oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    terhadap arah kiblat masjid dan musala di kecamatan Ciputat untuk mengetahui

    sejauh mana tingkat akurasi arah kiblat masjid dan musala yang berada di

  • 14

    kecamatan Ciputat dan bagaimana pola masyarakat Ciputat dalam menentukan

    arah kiblat bagi masjid dan musala ketika awal pembangunannya.25

    Juga pengecekan arah kiblat masjid–masjid se-kota Semarang yang telah

    dilakukan oleh tim dari Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang dimana

    beberapa masjid yang diukur ada yang tepat dan sebagian lain masih melenceng

    dari yang semestinya. Juga beberapa pengukuran yang penulis lakukan sendiri

    bersama tim dari Komunitas Falak Perempuan Indonesia (KFPI). Pengukuran

    dilakukan di masjid–masjid daerah Klaten (Yogyakarta) dan Mangkang (Jawa

    Tengah) juga daerah lain yang ingin dicek kembali arah kiblatnya. Dalam

    praktiknya, tim ini juga menggunakan spherical trigonometry dalam pengukuran

    arah kiblatnya.

    Sejauh penelusuran penulis, tidak ditemukan tulisan yang secara spesifik

    dan mendetail membahas metode penentuan arah kiblat Masjid Agung At Taqwa

    Bondowoso. Namun demikian ada beberapa tulisan yang berhubungan dengan

    arah kiblat yang pembahasannya lebih dominan pada karya yang sifatnya praktis

    dengan menyajikan aplikasi dan teknik perhitungan arah kiblat.

    Seperti Ilmu Falak (Kosmografi)26 karya Drs. P. Simmamora yang

    didalamnya menguraikan metode perhitungan kiblat dalam perspektif astronomi

    yaitu segitiga bola (Spherical Trigonometry) yang merupakan bagian dari

    pembahasan masalah peredaran benda-benda langit, juga Almanac Nautika27

    25 www.arah-kiblat-masjid-dan-musholla-di.html, diakses tanggal 2 Juni 2010 pukul14.15 WIB

    26 P. Simmamora, Ilmu Falak (Kosmografi), Jakarta : Pedjuang Bangsa, 198527 M. Pardi, Almanac Nautika, Jakarta : Gunung Agung, 1968

    http://www.arah-kiblat-masjid-dan-musholla-di.html,

  • 15

    karya M. Pardi yang di dalamnya menjelaskan tentang kedudukan matahari, bulan

    dan bintang–bintang yang sangat diperlukan untuk penentuan tempat astronomis.

    Buku Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab Rukyat Praktis dan Solusi

    Permasalahannya)28 karya Ahmad Izzuddin, di dalamnya menjelaskan bagaimana

    menentukan arah kiblat secara praktis sebagai upaya menemukan solusi yang

    terjadi di masyarakat. Dalam teknik perhitunganya digunakan metode perhitungan

    segitiga bola. Juga Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik) karya Muhyiddin

    Khazin29, dalam pembahasan mengenai kiblat disajikan langkah–langkah dan

    contoh perhitungan arah kiblat serta pengetahuan teori tentang gerak peredaran

    benda–benda langit dan kaidah ilmu ukur segitiga bola juga penjelasan tentang

    istilah–istilah dalam ilmu falak yang disertai gambar–gambar sehingga

    mempermudah memahami kedudukan benda langit pada suatu waktu. Almanak

    Hisab Rukyat30 yang dicetak oleh Depertemen Agama, dalam pembahasan arah

    kiblatnya diuraikan peredaran benda langit dimana diaplikasikan dalam bentuk

    perhitungan segitiga bola, baik bola bumi atau bola langit.

    Juga tulisan Kiblat Arah Tepat Menuju Mekah31 yang disadur oleh Andi

    Hakim yang merupakan saduran dari modul pelajaran bagi siswa kelas 3 SMP

    atau 1 SMA yang dikembangkan di Freudenthal Institut, Utrecht, yang merupakan

    warisan intelektual matematikawan Belanda, Hans Freudenthal, dengan naskah

    asli yang berjudul “Mekka”. Buku ini membahas tentang bagaimana memahami

    28 Ahmad Izzuddin, op.cit29 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), Yogyakarta : Buana

    Pustaka, cet. I, 2004.30 Departemen Agama RI, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta : Proyek Pembinaan Badan

    Peradilan Agama Islam, t.t31 Jan Van Den Brink dan Marja Meeder, Kiblat Arah Tepat Menuju Mekah, terj. Mekka,

    Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 1993

  • 16

    cara menemukan arah kiblat di berbagai tempat di dunia dan juga mengandung

    konsep jarak terdekat di permukaan suatu bola, suatu bagian geometri ruang,

    dibandingkan terhadap konsep jarak antara dua titik di bidang datar.

    Selain itu juga ada karya lain yang berupa hasil penelitian dan seminar

    seminar serta pelatihan yang membahas tentang arah kiblat dan permasalahannya

    yaitu Modul Pelatihan Perhitungan dan Pengukuran Arah Kiblat32 oleh Mutoha

    Arkanuddin, yang didalamnya membahas berbagai metode penentuan arah kiblat

    baik secara klasik dan modern dengan metode perhitungannya menggunakan

    segitiga bola, yang disertai pengukuran arah kiblat di daerah Yogyakarta guna

    memetakan keadaan arah kiblat di sejumlah masjid di daerah tersebut.

    Pelatihan dan Pendalaman Ilmu Falak dan Hisab Rukyat (Kompas

    Muterpas)33 oleh Sriyatin Shadiq Al Falaky, dimana materi pembahasan yang

    disajikan spesifik membahas bagaimana metode-metode penentuan arah kiblat

    dan aplikasi penentuan arah kiblat di lapangan. Juga artikel yang berjudul Perlu

    Meluruskan Arah Kiblat Masjid karya Ahmad Izzuddin dalam kolom “wacana”

    Suara Merdeka. Artikel tersebut adalah sebuah tanggapan terhadap tulisan Totok

    Roesmanto dengan melihat realita masyarakat dengan banyak ditemukannya

    masjid dan musala- musala yang arah kiblatnya berbeda.

    Selain itu ada beberapa karya klasik yang juga membahas arah kiblat dan

    ditulis dengan bahasa Arab yaitu kitab Durusul Falakiyah yang disusun oleh

    Syaikh Muhammad Ma’shum Bin Ali juga kitab Tibyanul Miqaat yang

    32 Mutoha Arkamuddin, Modul Pelatihan Perhitungan dan Pengukuran Arah Kiblatyang disampaikan pada tanggal 26 September 2007 di Masjid Syuhada Yogyakarta

    33 Sriyatin Shadiq Al Falaky. Pelatihan dan Pendalaman Ilmu Falak dan Hisab Rukyat(Kompas Muterpas) yang disampaikan pada pelatihan program pascasarjana IAIN WalisongoSemarang tanggal 10–11 Januari 2009

  • 17

    merupakan cangkokan dari kitab Durusul Falakiyah. Perhitungan arah kiblat yang

    disajikan dalam kitab tersebut masih menggunakan rubu mujayyab. Juga kitab

    Syawariqul Anwar karya KH. Noor Ahmad SS, yang metode perhitungannya

    menggunakan logaritma. Zubair Umar Al Jailany dengan karyanya Khulashatul

    Wafiyah, dan Irsyadul Murid karya Ahmad Ghazali Muhammad. Di dalamnya

    menggunakan markaz perhitungan yang berbeda-beda, walaupun pada dasarnya

    teori yang digunakan juga spherical trigonometri (trigonometri bola).

    Dari beberapa kepustakaan yang telah penulis paparkan di atas dapat

    diketahui bahwa pembahasan yang akan penulis angkat berbeda dengan penelitian

    yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian dan karya–karya yang sudah ada

    secara umum membahas tentang masalah kiblat tetapi tidak secara spesifik

    membahas tentang metode penentuan arah kiblat dan akurasinya. Sehingga dalam

    penulisan kali ini penulis akan lebih spesifik dengan menganalisis metode

    penentuan arah kiblat Masjid Agung At Taqwa Bondowoso untuk mengetahui

    akurasi dalam tiap pengukuran dalam perspektif astronomi.

    E. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Teknis yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

    menggunakan penelitian lapangan (Field Reseach)34 untuk mempelajari secara

    intensif tentang latar belakang dahulu dan keadaan sekarang35, sehingga

    penelitian ini dapat dikategorikan dalam penelitian kualitatif.

    34 Penelitian yang langsung dilakukan di lapangan atau responden. Lihat M. Iqbal Hasan,Pokok Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Bogor : Ghalia Indonesia, 2002, hlm. 11

    35 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Ed. I, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,Cet. 10, 1997, hlm. 22.

  • 18

    Dalam penelitian ini, penulis akan memberikan gambaran secara

    mendetail tentang latar belakang, sifat, serta karakter khas dari objek yang

    akan diteliti juga mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi

    lingkungan dari unit sosial yang menjadi objek.36 Sehingga pendekatan yang

    akan digunakan yaitu pendekatan normatif-sosiologis. Pendekatan ini guna

    mendapat gambaran mengenai penentuan arah kiblat Masjid Agung At

    Taqwa Bondowoso juga sejarah pembangunan masjid sendiri kepada takmir

    masjid dan yayasan At Taqwa. Juga beberapa orang yang pernah melakukan

    pengukuran di sana dan beberapa masyarakat asli Bondowoso yang memiliki

    informasi tersebut.

    Kajian teks juga akan dilakukan terhadap sumber data yang berupa

    buku-buku tentang menentukan arah kiblat sebagai pedoman yang dipakai

    untuk menentukan arah kiblat. Hal ini juga dilakukan untuk mengetahui

    bagaimana pendapat para ulama mengenai fiqh menghadap kiblat. Selain itu

    penulis akan berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai objek

    yang diteliti. 37

    Selain itu metode ini didukung dengan adanya penelaahan terhadap

    bahan-bahan pustaka pendukung, baik berupa buku, ensiklopedi, jurnal,

    majalah dan sumber lainnya yang relevan dengan topik yang dikaji.38

    36 M. Iqbal Hasan, op.cit, hlm. 1537 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya,

    2004, hlm. 20138 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan

    Singkat, Jakarta: Rajawali, 1986, hlm. 15.

  • 19

    2. Sumber Data

    Menurut sumbernya, data penelitian digolongkan sebagai data primer

    dan data sekunder.39 Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap para informan untuk

    mengetahui metode penentuan arah kiblat yang digunakan oleh Masjid Agung

    At Taqwa Bondowoso. Juga hasil pengukuran yang telah dilakukan

    sebelumnya. Serta data-data dan hasil pengukuran yang dilakukan oleh penulis

    sendiri, untuk membandingkan akurasi dalam tiap pengukuran.

    Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini penulis dapatkan

    melalui hasil wawancara dengan pihak yang memahami metode penentuan

    arah kiblat juga kepada tokoh agama dan masyarakat Bondowoso dan

    dokumentasi yang berupa buku-buku, makalah-makalah, dan tulisan yang

    membahas tentang metode penentuan arah kiblat, serta kamus dan ensiklopedi

    sebagai tambahan atau pelengkap yang akan menunjang dan membantu

    penulis dalam pemaknaan dari istilah-istilah yang belum diketahui.40

    3. Metode Pengumpulan Data

    Penulis melakukan wawancara (interview)41 kepada pihak-pihak yang

    berkompeten memberikan informasi untuk skripsi ini. Teknik yang dipakai

    dalam pengambilan data (sampel) dalam skripsi ini adalah snowball.42

    39 M. Iqbal Hasan, op.cit, hlm. 8240 Lihat Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Jakarta:

    PT. Rineka Cipta, Cet. XII, 2002, hlm. 107.41 Suharsini Arikunto, op. cit., hlm. 202. Lihat juga dalam Soerjono Soekanto, Pengantar

    Penelitian Hukum, cet. III, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1986, hlm. 67.42 dimana cara pengumpulan data yang dipakai dimulai dari beberapa orang yang

    memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai bagian dari sampel. Mereka kemudian menjadi sumberdari informasi tentang orang-orang lain yang juga dapat dijadikan sampel. Orang-orang yang

  • 20

    Sehingga dalam hal ini, penulis menentukan beberapa key informan yang

    didapat dari beberapa sampel yang penulis ambil dari beberapa informan

    dengan teknik snowball tadi, diantaranya adalah Bapak EM. Guntur SR

    selaku keturunan ke-7 dari keluarga Ki Ronggo Bondowoso, Bapak Hodari

    HS selaku ketua takmir Masjid Agung At Taqwa Bondowoso, Bapak H.

    Hasyim putra Datuk Mukhtar bin Ismail, dan Bapak Abdul Ghafur selaku

    mantan Kasi Urais Kementerian Agama Bondowoso.

    Penulis juga melakukan observasi43 dengan melakukan pengukuran

    kembali arah kiblat Masjid Agung At Taqwa Bondowoso untuk

    membandingkan akurasi dalam tiap pengukuran.

    Penelitian lapangan juga penulis lakukan untuk mengetahui pendapat

    para tokoh ulama dan masyarakat Bondowoso mengenai pengukuran kiblat

    disana. Sehingga dapat diketahui pandangan mereka mengenai arah kiblat

    Masjid Agung At Taqwa Bondowoso sebagai upaya menyelaraskan

    pemahaman dan pendapat apabila terjadi perbedaan hasil pengukuran arah

    kiblat disana.

    Data juga dapat diperoleh dengan melakukan kajian-kajian terhadap

    dokumen/catatan baik dari pakar falak, khususnya tentang Masjid Agung At

    Taqwa Bondowoso yang berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi ini.

    ditunjukkan tersebut kemudian dijadikan anggota sampel dan selanjutnya diminta menunjukkanorang lain lagi yang memenuhi kriteria menjadi anggota sampel. Demikian prosedur ini dilakukansecara terus-menerus dan bersambung sampai jumlah anggota sampel yang diinginkan terpenuhi.Lihat Saifudin Zuhri, Metodologi Penelitian Pendekatan Teoritis Aplikatif, Lamongan: UnisdaPress 2001, hlm. 186

    43 M. Iqbal Hasan, op.cit, hlm. 86

  • 21

    4. Metode Analisis Data

    Analisis terhadap skripsi ini akan dilakukan setelah semua data

    terkumpul yaitu dengan mengembangkan deskripsi yang komprehensif dan

    teliti dari hasil penelitian.44 Data-data tersebut kemudian diolah menggunakan

    teknik analisis komparatif dan deskriptif45, yakni dengan mengkomparasikan

    metode penentuan arah kiblat Masjid Agung At Taqwa Bondowoso saat itu

    dengan metode penentuan arah kiblat kontemporer saat ini.

    Setelah diketahui metode-metode yang digunakan dalam penentuan

    arah kiblat juga hasil yang diperoleh dari pengukuran ulang Masjid Agung At

    Taqwa Bondowoso, maka penulis akan mencoba membandingkan hasil

    penentuan arah kiblat di masjid tersebut sehingga dapat diketahui keakurasian

    dalam tiap pengukuran.

    Untuk mendapatkan data yang lebih akurat, diakui kevaliditasan dan

    kerealibilitasannya, penulis juga bekerja sama dengan Tim Badan Hisab

    Rukyat Kementerian Agama Kabupaten Bondowoso serta tim dari Komunitas

    Falak Perempuan Indonesia (KFPI) untuk mentashih atau mentahqiq data-data

    yang ada.

    F. Sistematika Penulisan

    Secara garis besar penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab, dimana dalam

    setiap bab terdapat sub-sub bab permasalahan yaitu :

    44 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,2005, hlm. 289

    45 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, Ed. III,1996, hlm. 88.

  • 22

    BAB I : Pendahuluan

    Pada bab ini akan dimuat latar belakang permasalahan, pokok

    permasalahan, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan

    sistematika penulisan.

    BAB II : Fiqh Menghadap Kiblat

    Dalam bab ini terdapat berbagai sub pembahasan yaitu pengertian

    kiblat, dasar hukum menghadap kiblat, pemikiran ulama tentang

    menghadap kiblat, historisitas kiblat, teori penentuan arah kiblat,

    metode penentuan arah kiblat, aplikasi metode penentuan arah kiblat.

    BAB III : Metode Penentuan Arah Kiblat Masjid Agung At Taqwa Bondowoso

    Bab ini mencakup berbagai hal diantaranya membahas tentang sejarah

    Masjid Agung At Taqwa Bondowoso, metode penentuan arah kiblat

    Masjid Agung At Taqwa Bondowoso.

    BAB IV : Akurasi Metode Penentuan Arah Kiblat Masjid Agung At Taqwa

    Bondowoso

    Dalam bab ini penulis akan menganalisis hasil penelitiannya dengan

    menggunakan metodologi yang telah dipaparkan pada sub bab

    sebelumnya yaitu dengan menganalisis akurasi metode penentuan arah

    kiblat Masjid Agung At Taqwa Bondowoso untuk mengetahui

    keakurasian dalam setiap pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya.

    BAB V : Penutup

    Bab ini memuat kesimpulan, saran-saran, dan penutup

  • 23

    BAB II

    FIKIH MENGHADAP KIBLAT

    A. Pengertian Kiblat

    Kiblat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu . Kata ini adalah

    salah satu bentuk masdar dari kata kerja –– yang berarti menghadap.46

    Kata kiblat yang berasal dari bahasa Arab ( ) secara harfiah berarti arah

    (jihah) dan merupakan bentuk fi’lah dari kata al muqabalah ( ) yang berarti

    “keadaan menghadap”.47 Menurut Al Manawi dalam kitabnya At Taufiq Ala

    Muhimmat At Ta arif seperti yang dikutip dalam buku Pedoman Hisab

    Muhammadiyah menguraikan bahwa kiblat adalah segala sesuatu yang

    ditempatkan di muka atau sesuatu yang kita menghadap kepadanya.48 Sehingga

    secara harfiah kiblat mempunyai pengertian arah ke mana orang menghadap.

    Maka Ka’bah disebut sebagai kiblat karena ia menjadi arah yang kepadanya orang

    harus menghadap dalam mengerjakan salat.

    Dari pengertian di atas dapat kita pahami bahwa yang dinamakan kiblat

    adalah letak atau posisi dimana Ka’bah dalam bentuk ain-nya itu berada (kota

    Mekah), sedangkan arah kiblat menunjukkan posisi Ka’bah dilihat dari arah mana

    kita berada. Dengan kata lain ialah arah yang wajib dituju oleh umat Islam ketika

    melakukan salat.

    46 Ahmad Warson Munawir, Al Munawir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: PustakaProgressif, 1997, hlm. 1087-1088.

    47 Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, op.cit, hlm. 2548 Ibid

  • 24

    Pada hakikatnya, penentuan arah kiblat merupakan penentuan masalah

    posisi Ka’bah dari suatu tempat di permukaan bumi. Adapun tempat-tempat yang

    berada dekat dengan Ka’bah di mana ketika orang akan melaksanakan salat dapat

    secara langsung melihat atau menyaksikan Ka’bah, maka tidak perlu menentukan

    arah kiblanya terlebih dahulu. Namun jika kita perhatikan posisi Ka’bah pada

    suatu tempat di permukaan bumi dengan bentuk bumi yang menyerupai bola tidak

    dapat kita abaikan, maka dalam penentuan posisi Ka’bah dari tempat yang akan

    diinginkan untuk salat harus diberlakukan konsep-konsep atau hukum yang

    berlaku pada bola.49

    Sehingga pendefinisian arah kiblat menurut ilmu hisab adalah arah dari

    suatu tempat ke tempat lain di permukaan bumi ditunjukkan oleh busur lingkaran

    terpendek yang melalui atau menghubungkan kedua tempat tersebut.50 Dengan

    kata lain ialah jarak terdekat sepanjang lingkaran besar (great circle) yang

    melewati Ka’bah (Mekah) dengan tempat yang bersangkutan.51 Sehingga tidak

    dibenarkan apabila orang-orang yang berada di Jawa Timur misalnya melakukan

    salat dengan menghadap timur serong ke selatan sekalipun jika diteruskan juga

    akan sampai ke Ka’bah, karena arah paling dekat ke Ka’bah bagi orang Jawa

    Timur adalah arah barat agak serong ke utara.

    B. Dasar Hukum Menghadap Kiblat

    Dalam nash baik Al Qur’an ataupun Hadits terdapat beberapa ayat dan

    hadits yang menegaskan tentang perintah menghadap ke arah kiblat, diantaranya:

    49 Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, op.cit, hlm. 2650 Ibid51 Slamet Hambali, Arah Kiblat dalam Perspektif Nahdlatul Ulama, makalah

    disampaikan pada Seminar Nasional Menggugat Fatwa Majlis Ulama Indonesia Nomor 03 Tahun2010 tentang Arah Kiblat tanggal 27 Mei 2010

  • 25

    1. Dasar hukum dalam Al Quran tentang menghadap kiblat

    a. QS. Al Baqarah: 144

    Artinya: Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yangkamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dandi mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yangdiberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwaberpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya;dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang merekakerjakan. (QS. Al Baqarah: 144)52

    b. QS. Al Baqarah: 149

    Artinya: Dan dari mana saja kamu ke luar, maka palingkanlah wajahmuke arah Masjidil Haram; sesungguhnya ketentuan itu benar-benarsesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidaklengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Baqarah: 149)53

    c. QS. Al Baqarah: 150

    Artinya: Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmuke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian)berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak adahujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang lalimdi antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada merekadan takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan nikmat-Kuatasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk. (QS. Al Baqarah:150)54

    52 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Quran, op.cit, hlm. 2253 Ibid, hlm. 2354 Ibid

  • 26

    2. Adapun dasar hukum dalam Hadits tentang menghadap kiblat:

    a. Hadis dari Anas bin Malik RA. riwayat Bukhari Muslim55:

    --)

    ( ..)(

    Artinya: Bercerita Abu Bakar bin Abi Syaibah, bercerita Affan, berceritaHammad bin Salamah, dari Tsabit dari Anas: Bahwasesungguhnya Rasulullah SAW (pada suatu hari) sedang salatdengan menghadap Baitul Maqdis, kemudian turunlah ayat

    Sesungguhnya Aku melihat mukamu sering menengadah kelangit, maka sungguh kami palingkan mukamu ke kiblat yangkamu kehendaki. Palingkanlah mukamu ke arah MasjidilHaram . Kemudian ada seseorang dari Bani Salamahbepergian, menjumpai sekelompok sahabat sedang ruku padasalat fajar. Lalu ia menyeru, Sesungguhnya kiblat telahberubah. Lalu mereka berpaling seperti kelompok nabi yakni kearah kiblat. (HR. Muslim)

    b. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:56

    --)(

    Artinya: Bercerita Muslim, bercerita Hisyam, bercerita Yahya bin AbiKatsir dari Muhammad bin Abdurrahman dari Jabir berkata:Ketika Rasulullah SAW salat di atas kendaraan (tunggangannya)beliau menghadap ke arah sekehendak tunggangannya, danketika beliau hendak melakukan salat fardhu beliau turunkemudian menghadap kiblat. (HR. Bukhari).

    55 Maktabah Syamilah versi 2.11, Muslim Bin Hajjaj Abu Hasan Qusyairi An Naisabury,Shahih Muslim, Mesir : Mauqi’u Wazaratul Auqaf, t.t juz 3 hlm. 443

    56 Maktabah Syamilah versi 2.11, Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim Bin Mughirah AlBukhari, Shahih Bukhari, Mesir : Mauqi’u Wazaratul Auqaf, t.t juz 2 hlm. 193

  • 27

    Dari ayat-ayat dan hadits di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    menghadap kiblat merupakan salah satu syarat salat yang harus dilaksanakan.

    Begitu pentingnya menghadap kiblat dengan tepat sehingga orang yang berada

    dalam perjalanan pun wajib salat menghadap kiblat.

    C. Pemikiran Ulama tentang Menghadap Kiblat

    Para ulama telah bersepakat bahwa siapa saja yang mengerjakan salat di

    sekitar Masjidil Haram dan baginya mampu melihat Ka’bah secara langsung,

    maka wajib baginya menghadap persis ke arah Ka’bah (ainul Ka bah). Namun

    ketika orang tersebut berada di tempat yang jauh dari Masjidil Haram atau jauh

    dari Mekah, maka para ulama berbeda pendapat mengenainya. Berikut adalah dua

    pendapat besar dari para ulama madzhab mengenai hal tersebut, yaitu:

    1. Pendapat Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah

    Menurut keduanya, yang wajib adalah menghadap ke ainul Ka bah.

    Dalam artian bagi orang yang dapat menyaksikan Ka’bah secara langsung

    maka baginya wajib menghadap Ka’bah. Jika tidak dapat melihat secara

    langsung, baik karena faktor jarak yang jauh atau faktor geografis yang

    menjadikannya tidak dapat melihat Ka’bah langsung, maka ia harus

    menyengaja menghadap ke arah di mana Ka’bah berada walaupun pada

    hakikatnya ia hanya menghadap jihat-nya saja (jurusan Ka’bah). Sehingga

    yang menjadi kewajiban adalah menghadap ke arah Ka’bah persis dan tidak

    cukup menghadap ke arahnya saja.57

    57 Abdurrahman bin Muhammad Awwad Al Jaziry, Kitabul Fiqh Ala MadzahibilArba ah, Beirut: Dar Ihya’ At Turats Al Araby, 1699, hlm. 177

  • 28

    Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT ,

    maksud dari kata syatral Masjidil Haram dalam potongan ayat di atas adalah

    arah dimana orang yang salat menghadapnya dengan posisi tubuh menghadap

    ke arah tersebut, yaitu arah Ka’bah. Maka seseorang yang akan melaksanakan

    salat harus menghadap tepat ke arah Ka’bah.58

    Hal ini dikuatkan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim

    dari Usamah bin Zaid di atas bahwasannya Nabi SAW melaksanakan salat dua

    raka’at di depan Ka’bah, lalu beliau bersabda, “inilah kiblat”, dalam

    pernyataan tersebut menunjukkan batasan (ketentuan) kiblat. Sehingga yang

    dinamakan kiblat adalah ‘ain Ka’bah itu sendiri, sebagaimana yang ditunjuk

    langsung oleh nabi seperti yang diriwayatkan dalam hadits tersebut. Maka

    mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan surat Al Baqarah di atas

    adalah perintah menghadap tepat ke arah Ka’bah, tidak boleh menghadap ke

    arah lainnya.59

    Demikianlah Allah menjadikan rumah suci itu untuk persatuan dan

    kesatuan tempat menghadap bagi umat Islam. Seperti yang diungkap Imam

    Syafi’i dalam kitab Al Um-nya bahwa yang dimaksud masjid suci adalah

    Ka’bah (baitullah) dan wajib bagi setiap manusia untuk menghadap rumah

    tersebut ketika mengerjakan salat fardhu, sunnah, jenazah, dan setiap orang

    yang sujud syukur dan tilawah. Maka, arah kiblat daerah di Indonesia adalah

    arah barat dan bergeser 24 derajat ke utara, maka kita harus menghadap ke

    58 Muhammad Ali As Shabuni, Tafsir Ayat Ahkam As Shabuni, Surabaya: Bina Ilmu,1983, hlm. 81

    59 Ibid

  • 29

    arah tersebut. Tidak boleh miring ke arah kanan atau kiri dari arah kiblat

    tersebut.60

    2. Pendapat Ulama Hanafiyah dan Malikiyah,

    Menurut mereka yang wajib adalah (cukup) jihhatul Ka’bah, jadi bagi

    orang yang dapat menyaksikan Ka’bah secara langsung maka harus

    menghadap pada ainul Ka’bah, jika ia berada jauh dari Mekah maka cukup

    dengan menghadap ke arahnya saja (tidak mesti persis), jadi cukup menurut

    persangkaannya (dzan)61 bahwa di sanalah kiblat, maka dia menghadap ke

    arah tersebut (tidak mesti persis). Ini didasarkan pada firman Allah

    bukan , sehingga jika ada orang yang

    melaksanakan salat dengan menghadap ke salah satu sisi bangunan Masjidil

    Haram maka ia telah memenuhi perintah dalam ayat tersebut, baik

    menghadapnya dapat mengenai ke bangunan atau ainul Ka’bah atau tidak.62

    Mereka juga mendasarkan pada surat Al Baqarah ayat 144, yang

    artinya “Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.

    Kata arah syatrah dalam ayat ini ditafsirkan dengan arah Ka’bah. Jadi tidak

    harus persis menghadap ke Ka’bah, namun cukup menghadap ke arahnya.

    Mereka juga menggunakan dalil hadits nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu

    Majah dan Tirmidzi, yang artinya “Arah antara timur dan barat adalah

    60 Abi Abdullah Muhammad bin Idris Asy Syafi’i, Al Um, t.t hlm. 22461Seseorang yang berada jauh dari Ka’bah yaitu berada diluar Masjidil Haram atau di

    sekitar tanah suci Mekkah sehingga tidak dapat melihat bangunan Ka’bah, mereka wajibmenghadap ke arah Masjidil Haram sebagai maksud menghadap ke arah Kiblat secara dzan ataukiraan atau disebut sebagai “Jihadul Ka’bah”.

    62 Muhammad Ali As Shabuni, op.cit, hlm. 82

  • 30

    kiblat.”63 Adapun perhitungan (perkiraan) menghadap ke jihatul Ka’bah yaitu

    menghadap salah satu bagian dari adanya arah yang berhadapan dengan

    Ka’bah/kiblat.64

    Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa mereka

    memiliki dalil dan dasar, dan kesemuanya dapat dijadikan pedoman, hanya saja

    dalam hal penafsiran mereka berbeda. Hal ini terjadi karena dasar yang digunakan

    tidak sama. Namun yang perlu diingat bahwa kewajiban menghadap kiblat bagi

    orang yang akan melaksanakan salat berlaku selamanya, seseorang harus

    berijtihad untuk mencari kiblat. Hal ini perlu diperhatikan karena kiblat sebagai

    lambang persatuan dan kesatuan arah bagi umat Islam, maka kesatuan itu harus

    diusahakan setepat-tepatnya.65

    Dari beberapa pendapat di atas, penulis lebih condong kepada pendapat

    yang pertama. Hal ini karena pada zaman sekarang, teknologi yang berkembang

    sudah sedemikian canggih, dan hal tersebut memudahkan umat Islam dalam

    menentukan arah kiblat yang lebih akurat dengan bantuan teknologi yang ada.

    Demikian juga pengetahuan mengenai ilmu hitungnya, cara perhitungan yang

    digunakan telah menggunakan prinsip ilmu hitung bola (spherical trigonometry)

    dengan tidak mengabaikan bentuk permukaan bumi yang bulat seperti bola. Juga

    alat hitungnya dimana saat ini sudah dapat diperoleh dari sistem komputerisasi.

    Maka apabila seseorang dapat menghadap kiblat dengan tepat, mengapa hal

    63 Ibid64 Ibid65 Syamsul Arifin, Ilmu Falak, Ponorogo: Lembaga Penerbitan dan Pengembangan

    Ilmiyah STAIN Ponorogo, t.t, hlm. 19

  • 31

    tersebut tidak dipilih untuk meningkatkan keyakinan bahwa telah menghadap

    kiblat dengan tepat.

    D. Historisitas Kiblat

    1. Ka’bah Sebagai Kiblat Umat Muslimin

    Kota Mekah terletak di bagian barat kerajaan Saudi Arabia di tanah

    Hijaz. Ia dikelilingi oleh gunung-gunung terutama daerah di sekitar Ka’bah

    berada. Dataran rendah di sekitar Mekah disebut Batha, di wilayah timur

    Masjidil Haram ialah daerah yang disebut perkampungan Ma la, daerah di

    bagian barat daya masjid ialah Misfalah. Terdapat tiga pintu masuk utama ke

    kota Mekah yaitu Ma la (disebut hujun, bukit di mana terdapat kuburan para

    sahabat dan syuhada), Misfalah, dan Syubaikah. Ketinggian kota Mekah

    kurang lebih 300 m di atas permukaan laut.66

    Ka’bah sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia memiliki sejarah

    panjang. Dalam The Encyclopedia Of Religion dijelaskan bahwa bangunan

    Ka’bah ini merupakan bangunan yang dibuat dari batu-batu (granit) Mekah

    yang kemudian dibangun menjadi bangunan berbentuk kubus (cube-like

    building) dengan tinggi kurang lebih 16 meter, panjang 13 meter dan lebar 11

    meter.67 Batu-batu yang dijadikan bangunan Ka’bah saat itu diambil dari lima

    gunung, yakni: Hira , Tsabir, Lebanan, Thur, dan Khair.68 Proses

    66 Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Sejarah Mekah Dulu dan Kini, terj. Tarikh Mekah alMukarromah Qadiman wa Haditsan, Madinah: Al Rasheed Printers, 2004, hlm. 18

    67 Mircea Eliade (ed), The Encyclopedia Of Religion, Vol. 7, New York: MacmillanPublishing Company, t.t, hlm. 225.

    68 Tsabir berada di sebelah kiri jalan dari Mekah ke Mina, dari hadapan gunung Hira’sampai dengan ujung Mina. Sedangkan Lebanan adalah dua gunung di dekat Mekah dan ThurSinai berada di Mesir. Lihat, Muhammad Ilyas Abdul Ghani, op.cit, hlm. 52

  • 32

    pembangunan kembali Ka’bah dari kelima batuan gunung tersebut merupakan

    mukjizat Allah.

    Dalam banyak riwayat disebutkan Ka’bah dibangun setidaknya 12 kali

    sepanjang sejarah. Diantara nama-nama yang membangun dan merenovasi

    kembali ialah, para malaikat, Nabi Adam a.s, Nabi Syits bin Adam a.s, Nabi

    Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s, Al Amaliqah, Jurhum, Qushai ibn Kilab,

    Quraisy, Abdullah bin Zubair (tahun 65 H), Hujaj ibn Yusuf (tahun 74 H),

    Sultan Murad Al Usmani (tahun 1040 H), dan Raja Fahd ibn Abdul Aziz

    (tahun 1417 H).69

    2. Sejarah Perpindahan Kiblat

    Perintah memindahkan kiblat salat dari Baitul Maqdis yang berada di

    Palestina ke Ka’bah yang berada di Masjidil Haram, Mekah terjadi pada tahun

    ke delapan Hijriyah yang bertepatan pada malam tanggal 15 Sya’ban (Nisfu

    Sya ban). Peristiwa ini adalah peristiwa penting dalam sejarah perjuangan

    umat Islam yang tidak boleh dilupakan sepanjang masa.70

    Ka’bah menjadi kiblat salat sebelum Nabi Muhammad hijrah ke

    Madinah. Kemudian setelah beliau hijrah ke Madinah, beliau memindahkan

    kiblat salat dari Ka’bah ke Baitul Maqdis yang digunakan orang Yahudi sesuai

    dengan izin Allah untuk kiblat salat mereka. Perpindahan tersebut

    dimaksudkan untuk menjinakkan hati orang-orang Yahudi dan untuk menarik

    mereka kepada syariat Al Quran dan agama yang baru yaitu agama tauhid.71

    69 Muhammad Ilyas Abdul Ghani, loc. cit70 http://falak.blogsome.com/, diakses tanggal 24 September 2010 pukul 10.23 WIB71 Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Tafsir Ibnu Katsier, terj. Tafsir Ibnu Kasir, cet. 4,

    Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1992, hlm. 260-261

    http://falak.blogsome.com/,

  • 33

    Tetapi setelah Rasulullah SAW menghadap Baitul Maqdis selama 16-

    17 bulan, ternyata harapan Rasulullah tidak terpenuhi. Orang-orang Yahudi di

    Madinah berpaling dari ajakan beliau, bahkan mereka merintangi Islamisasi

    yang dilakukan Nabi dan mereka telah bersepakat untuk menyakitinya dengan

    menentang Nabi dan tetap berada pada kesesatan.

    Karena itu Rasulullah SAW berulang kali berdoa memohon kepada

    Allah SWT dengan menengadahkan tangannya ke langit mengharap agar

    diperkenankan pindah kiblat salat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah lagi.72

    E. Teori Penentuan Arah Kiblat

    Masalah kiblat adalah masalah mengenai arah. Arah yang dimaksud

    adalah arah Ka’bah di Mekah. Arah ini dapat ditentukan dari setiap titik atau

    tempat di permukaan bumi. Penentuan arah ini dapat dilakukan dengan

    melakukan perhitungan dan pengukuran. Perhitungan tersebut merupakan

    perhitungan untuk mengetahui dan menetapkan ke arah mana Ka’bah berada

    apabila dilihat pada suatu tempat di permukaan bumi.73 Maka, untuk menentukan

    arah kiblat dapat dilakukan dengan menggunakan ilmu ukur segitiga bola

    (spherical trigonometry). Hal ini disebabkan bumi dianggap sebagai bola.74

    Jika kita perhatikan sebuah bola maka kita akan tahu bahwa bola (sphere)

    adalah benda tiga dimensi yang unik, dimana jarak antara setiap titik di

    permukaan bola dengan titik pusatnya selalu sama. Permukaan bola itu

    berdimensi dua. Karena bumi sangat mirip dengan bola, maka cara menentukan

    72 Haji Abdul Malik Abdulkarim Amrullah (HAMKA), Tafsir Al Azhar, Jakarta: PustakaPanjimas, 1982, hlm. 9

    73 Muhyiddin Khazin, op.cit. hlm. 18, lihat juga Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan PusatMuhammadiyah, op.cit, hlm. 29

    74 Departemen Agama RI, op.cit, hlm. 151-152

  • 34

    arah dari satu tempat (misalnya masjid) ke tempat lain (misalnya Ka’bah) dapat

    dilakukan dengan mengandaikan bumi seperti bola. Posisi di permukaan bumi

    seperti posisi di permukaan bola.75

    Gambar 5Bola Bumi

    Untuk mengenal ilmu ukur segitiga bola maka kita

    harus mengenal beberapa definisi yang penting

    untuk diketahui. Pada gambar di samping lingkaran

    ABCDA adalah lingkaran besar dimana yang

    dimaksud lingkaran besar (great circle) adalah irisan

    bola yang melewati titik pusat O.76

    Dengan kata lain lingkaran besar adalah lingkaran yang titik pusatnya

    melalui/ berimpit titik pusat bola. Jika irisan bola tidak melewati titik pusat O atau

    tidak berimpit pada titik pusat bola disebut lingkaran kecil (small circle). Dalam

    gambar tersebut yang termasuk dalam lingkaran kecil adalah lingkaran EFGHE.77

    Secara umum, segitiga bola didefinisikan sebagai daerah segitiga yang

    sisi-sisinya merupakan busur-busur lingkaran besar. Maka apabila salah satu

    sisinya merupakan lingkaran kecil, tidak bisa dinyatakan sebagai segitiga bola.78

    Sebagaimana konsep dasar ilmu ukur segitiga bola79 yang menyatakan:

    Jika tiga buah lingkaran besar pada permukaan sebuah bola salingberpotongan, terjadilah sebuah segitiga bola. Ketiga titik potong yangberbentuk merupakan titik sudut A, B, dan C. Sisi-sisinya dinamakanberturut-turut a, b, dan c yaitu yang berhadapan dengan sudut A, B,dan C.

    75 Ibid, lihat juga http://www.eramuslim.com/syariah/ilmu-hisab/segitiga-bola-dan-arah-kiblat.htm, diakses tanggal 18 Maret 2010 pukul 14.00 WIB

    76 http://www.eramuslim.com/syariah/ilmu-hisab/segitiga-bola-dan-arah-kiblat.htm, diak-ses tanggal 18 Maret 2010 pukul 14.00 WIB

    77 Ibid.78 Departemen Agama RI, op.cit, hlm. 15379 Ahmad Izzuddin, op.cit, hlm. 27

    http://www.eramuslim.com/syariah/ilmu-hisab/segitiga-bola-dan-arah-http://www.eramuslim.com/syariah/ilmu-hisab/segitiga-bola-dan-arah-kiblat.htm,

  • 35

    Konsep tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

    A

    BCD

    E

    I

    F

    G

    HGambar 6

    Segitiga Bola

    Ketiga bagian lingkaran berpotongan di titik A,

    B, dan C, adapun daerah yang dibatasi oleh

    ketiga busur lingkaran besar itu dinamakan

    segitiga ABC. Busur AB, BC, dan CA adalah

    sisi-sisi segitiga bola ABC. Sedangkan sisi-sisi

    segitiga bola dinyatakan dengan huruf a, b, dan c.

    Sedangkan dalam perhitungan arah kiblat kita membutuhkan 3 titik, yaitu:

    1. Titik A, yang terletak pada lokasi tempat yang akan ditentukan arah kiblatnya.

    2. Titik B, terletak di Ka’bah (Mekah)

    3. Titik C, terletak di titik kutub utara.

    Dua titik diantara ketiganya adalah titik yang tetap (tidak berubah-ubah)

    yaitu titik B dan C, sedangkan titik A senantiasa berubah, tergantung tempat yang

    akan ditentukan kiblatnya, baik di utara ekuator atau di sebelah selatan. 80

    Bila titik-titik tersebut

    dihubungkan dengan garis lengkung

    pada lingkaran besar, maka terjadilah

    segitiga bola ABC, seperti gambar di

    samping ini: Gambar 7Bola Bumi

    Adapun busur garis yang berada di depan titik A adalah (90o – k) dan

    disebut sisi a, sedangkan busur garis di depan titik B adalah (90o – x) disebut sisi

    b, di mana k dan x adalah posisi lintang Ka’bah dan lokasi yang dihitung.

    80 Hafid, Penentuan Arah Kiblat , makalah disampaikan pada pelatihan penentuan arahkiblat Jakarta 15 April 2007

    a

    bc

  • 36

    Sedangkan busur di depan sudut C disebut sisi c. Sehingga bisa dikatakan

    perhitungan arah kiblat adalah suatu perhitungan untuk mengetahui berapa besar

    nilai sudut A (sudut kiblat), yakni sudut yang diapit oleh sisi b dan sisi c. Maka

    rumus untuk mengetahui nilai sudut A,81 yaitu :

    )(cotan.sin)sin(

    tancocotan mxxmx

    mxsB λλϕλλϕϕ

    −−−

    =

    Dalam menentukan jarak terdekat dari daerah lokasi ke Ka’bah, maka kita

    harus mengetahui:

    Jika = 00o 00’ s.d 39o 49’ 34,56” BT, maka C = 39o 49’ 34,56” -

    Jika = 39o 49’ 34,56” s.d 180o 00’ BT, maka C = – 39o 49’ 34,56”

    Jika = 00o 00’ s.d 140o 10’ BB, maka C = + 39o 49’ 34,56”

    Jika = 140o 10’ s.d 180o 00’ BB,maka C = 320o10’ –

    F. Metode Penentuan Arah Kiblat

    Berdasarkan teori yang disebutkan di atas, maka rumus segitiga bola dapat

    digunakan ke berbagai tempat di permukaan bumi dalam menentukan arah kiblat.

    Dalam metode penentuan arah kiblat tersebut, dapat diketahui dengan menghitung

    azimuth kiblat dan dengan mengetahui posisi matahari (rashdul kiblat).

    1. Azimuth Kiblat

    Tiap tempat memiliki sudut kiblat sendiri-sendiri. Untuk

    mengetahuinya diperlukan data lintang dan bujur tempat yang bersangkutan

    serta posisi koordinat Ka’bah. Arah yang akan dicari dinyatakan oleh besarnya

    sudut dan dari mana sudut itu diukur serta ke mana arah putarannya. Dalam

    ilmu astronomi pengukuran azimuth dilakukan dari utara dengan arah putaran

    81 Ahmad Izzuddin, op.cit, hlm. 28

  • 37

    ke timur karena putaran itu disesuaikan dengan arah pergerakan jarum jam.

    Hal itu hanya sebagai perjanjian saja, untuk keseragaman terminologi. Namun

    awal pengukuran diambil arah utara memiliki alasan praktis yaitu karena arah

    utara dapat segera diketahui dengan alat kompas jarum magnet dibandingkan

    arah timur barat.82

    Maka yang dimaksud azimuth kiblat adalah sudut untuk suatu tempat

    yang dihitung sepanjang horizon dari titik utara ke timur searah jarum jam

    sampai titik kiblat (Ka’bah).83 Adapun data-data yang diperlukan untuk

    menentukan azimuth kiblat yaitu:84

    a. Lintang Tempat yang Bersangkutan ( Ardlul balad atau urdlul balad)85

    b. Bujur Tempat yang Bersangkutan (Thulul Balad)86

    c. Lintang dan Bujur Mekah

    Besarnya data Lintang Makkah adalah 21º 25’ 21,17" LU dan Bujur

    Makkah 39º 49’ 34,56” BT87

    82 Departemen Agama RI, op.cit. hlm. 15883 Ibid84 Syamsul Arifin op.cit, hlm. 22, lihat juga Ahmad Izzuddin, op.cit, hlm. 31-3285 Lintang tempat atau lintang geografi yaitu jarak sepanjang meridian bumi yang diukur

    dari khatulistiwa bumi sampai tempat yang bersangkutan. Khatulistiwa atau ekuator bumi adalahlintang 0o dan titik kutub bumi adalah lintang 90o. Maka nilai lintang berkisar antara 0o sampaidengan 90o. Di sebelah selatan khatulistiwa disebut Lintang Selatan (LS) dengan tanda negatif (-)dan di sebelah utara khatulistiwa disebut Lintang Utara (LU) diberi tanda positif (+). Dalam ilmuastronomi disebut latitude dan menggunakan lambang ( ) phi. Lihat Muhyiddin Khazin, op.cit,hlm. 4-5, lihat juga, Slamet Hambali, Ilmu Falak I (Tentang Penentuan Awal Waktu Salat danPenentuan Arah Kiblat Di Seluruh Dunia), t.t, 1988, hlm. 49

    86 Jarak sudut yang diukur sejajar dengan ekuator bumi yang dihitung dari garis bujuryang melewati kota Greenwich sampai garis bujur yang melewati suatu tempat tertentu. Dalamastronomi dikenal dengan nama longitude dengan lambang ( ) lamda. Nilai thulul balad sebesar0o sampai 180o, 0o berada di Greenwich (sebuah kota pulau kecil di sebelah barat Inggris) dan 180odi Samudra Pasifik dan dikenal dengan International Date Line (Garis Batas TanggalInternasional). Tempat yang berada di sebelah barat Greenwich disebut bujur barat (BB) dan disebelah timurnya disebut bujur timur (BT). Lihat Ibid, hlm. 84

    87 Ahmad Izzuddin, op.cit, hlm. 19

  • 38

    2. Rashdul Kiblat

    Pedoman yang digunakan pada metode ini adalah posisi matahari tepat

    atau mendekati pada titik zenith Ka’bah (rashdul kiblat). Penentuannya

    dilakukan berdasarkan bayang-bayang sebuah tiang atau tongkat ketika posisi

    matahari tepat berada di atas Ka’bah. Hal tersebut akan terjadi apabila lintang

    Ka’bah sama dengan deklinasi matahari, sehingga pada saat itu matahari

    berkulminasi tepat di atas Ka’bah. Posisi tersebut terjadi dua kali dalam satu

    tahun, yaitu pada setiap tanggal 27 Mei (tahun Kabisat) atau 28 Mei (tahun

    Basithah) jam 11.57.16 waktu Mekah atau 09. 17. 56 GMT dan pada tanggal

    15 Juli (tahun Kabisat) atau 16 Juli (tahun Bâsithah) jam 12.06.03 waktu

    Mekah atau 09. 26. 43 GMT. Hal ini karena pada kedua tanggal dan jam

    tersebut besar deklinasi matahari hampir sama dengan lintang Ka’bah. Jika

    diinginkan waktu yang lain maka waktu tersebut dikonversi dengan selisih

    waktu di tempat yang bersangkutan, misalnya waktu Indonesia bagian Barat

    (WIB), maka harus ditambah dengan 7 jam, maka tanggal 27/28 Mei pada jam

    16 17.56 WIB dan tanggal 15/ 16 Juli pada jam 16 26. 43 WIB.88 Sehingga,

    pada tanggal-tanggal tersebut umat Islam dapat mengecek arah kiblat semua

    tempat di permukaan bumi karena semua bayangan matahari akan searah

    dengan arah kiblat.

    Penentuan arah kiblat dengan metode ini berpedoman pada posisi

    bayang-bayang matahari saat istiwa’ a’dham (rashdul kiblat). Metode ini

    88 Muhyiddin Khazin, op.cit, hlm. 22-23

  • 39

    dapat dikatakan akurat karena menggunakan observasi langsung (matahari

    sebagai objek).89

    Alat yang biasa digunakan dalam pengukuran dengan bayang-bayang

    matahari adalah dengan bencet, alat sederhana yang terbuat dari semen atau

    semacamnya yang diletakkan di tempat terbuka agar mendapat sinar

    matahari.90 Selain itu dapat juga digunakan tongkat istiwa’ yang diberdirikan

    di tanah yang lapang untuk mendapatkan cahaya matahari. Karena di

    Indonesia peristiwa tersebut terjadi pada sore hari maka arah bayangan

    tongkat adalah ke timur, sedangkan arah bayangan sebaliknya yaitu yang ke

    arah barat agak serong ke utara merupakan arah kiblat yang benar.91

    Teknik penentuan arah kiblat menggunakan istiwa utama:

    a. Tentukan lokasi masjid /musala /langgar atau rumah yang akan diluruskan

    arah kiblatnya.

    b. Sediakan tongkat lurus sepanjang 1 sampai 2 meter dan peralatan untuk

    memasangnya. Lebih bagus menggunakan benang berbandul agar tegak

    benar. Siapkan juga jam/arloji yang sudah dicocokkan/dikalibrasi

    waktunya secara tepat dengan radio/televisi