Upload
lamdang
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
METODE PENGAJARAN YANG DIGUNAKAN GURU
DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE- KABUPATEN BANTUL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Lusia Eka Ristanti
NIM : 121134213
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
METODE PENGAJARAN YANG DIGUNAKAN GURU
DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE- KABUPATEN BANTUL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Lusia Eka Ristanti
NIM : 121134213
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan rahmat dan perlindunganNya.
2. Ferdinandus Sudaris (Bapak), Margaretha Lutini (Ibu) yang telah memberikan
perhatian, kasih sayang, dukungan materi dan doa.
3. Sahabat di PGSD maupun di luar PGSD yang selalu menemani dan
memberikan dukungan.
4. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Sesuatu Akan Menjadi Kebanggaan Jika Dikerjakan Bukan
Hanya Dipikirkan”
“Sesuatu yang Belum Dikerjakan, Seringkali Nampak
Mustahil; Kita Baru Yakin Kalau Kita Sudah Berhasil
Melakukannya Dengan Baik”
-Evelyn Underhill-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 Agustus 2016
Peneliti
Lusia Eka Ristanti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Lusia Eka Ristanti
Nomor Mahasiswa : 121134213
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “METODE
PENGAJARAN YANG DIGUNAKAN GURU DI SEKOLAH DASAR
INKLUSI SE-KABUPATEN BANTUL” beserta perangkat yang diperlukan (bila
ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya
dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan
royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 23 Agustus 2016
Yang menyatakan,
Lusia Eka Ristanti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Metode Pengajaran yang Digunakan Guru di Sekolah Dasar Inklusi
se-Kabupaten Bantul
Lusia Eka Ristanti
121134213
Universitas Sanata Dharma
2016
Ada 43 sekolah dasar inklusi di Kabupaten Bantul yang melayani anak slow
learner, hiperaktif, disgrafia, disleksia, diskalkulia dan tuna netra supaya dapat
belajar bersama dengan anak berkebutuhan tidak secara khusus. Penelitian ini
bertujuan mendeskripsikan metode pengajaran di sekolah inklusi se-Kabupaten
Bantul dan memetakan metode pengajaran dari masing-masing sekolah dasar inklusi.
Metode pengajaran merupakan cara yang digunakan guru untuk mendampingi siswa
agar dapat mengembangkan potensi atau kemampuannya. Ada empat metode
pengajaran di sekolah dasar inklusi yaitu metode pengajaran langsung, metode
pengajaran tidak langsung, latihan mandiri dan scaffolding.
Peneliti menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif. Data diperoleh dengan
membagikan kuesioner. Kuesioner divalidasi oleh dua validator dengan skor rata-rata
4, sehingga instrumen dapat dibagikan kepada 29 guru sekolah dasar inklusi di
Kabupaten Bantul. Kuesioner yang kembali berjumlah 29 kuesioner.
Dari hasil olah data 29 kuesioner, metode pengajaran yang digunakan guru di
sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Bantul adalah 38.81% guru menggunakan metode
pengajaran tidak langsung, 20.37% guru menggunakan scaffolding, 20.01% guru
menggunakan latihan mandiri dan 19.74% guru menggunakan metode pengajaran
langsung. Jadi, metode pengajaran yang lebih banyak digunakan guru di Kabupaten
Bantul adalah metode pengajaran tidak langsung. Metode pengajaran tidak langsung
adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator.
Kata kunci: sekolah dasar inklusi, metode pengajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Teaching Method Who Use The Teacher on Inclusion
of Primary School in Bantul Regency
Lusia Eka Ristanti
121134213
Sanata Dharma University
2016
There are 43 inclusion of primary school in Bantul Regency who serve child
slow learner, hyperactive, dysgraphia, dyslexia, dyscalculia and blind so that can
learn with child need not special. The research have purpose to describe teaching
method in inclusion school at Bantul Regency area and also to mapping how the
teaching in elementary school which using inclusion method.teaching method is the
ways in which teachers to assist students in order to develop the potential and ability.
Teaching method on inclusion school namely direct teaching method, indirect
teaching method, practice by themselves and also scaffolding.
The researcher will to develop by kuantitatif research. So, for get the data,
researcher will dispence questioner to 29 teachers. Quesioner was validated by two
validators who expert about it, so we can dispence questioner to 29 teachers to be
research samples. The quesioner was back 29 now.
From the research result, we get presentase 38.81% teachers use undirect method
teaching, 20.37% teachers use by scaffolding, 20.01% teachers use practice by
themselves and 19.74%. teachers use direct method teaching. So, presentase for
undirect teaching method is highest. Undirect method teaching is learning that is
centered on the students and teachers as facilitators.
Key world : inclusion of primary school, teaching method.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada TuhanYang Maha Esa atas limpahan
berkat dan rahmatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Metode Pengajaran yang Digunakan Guru di Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten
Bantul”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan hati yang tulus peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dra. Ig. Esti Sumarah, M. Hum, dosen pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan
semangat, dorongan serta masukan yang peneliti butuhkan dalam
penyelesaian skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi, Dosen pembimbing II yang telah
memberikan motivasi, semangat, dorongan, kritik dan saran dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Para validator yang telah melakukan validasi instrumen yang dibutuhkan
dalam penelitian ini sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.
6. Dinas Pemerintahan Kabupaten Bantul yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan peneltian di Kabupaten Bantul.
7. Kepala Sekolah dan Guru-guru di SD N 2 Jambidan, SD N 2 Panjangrejo, SD
N Siluk, SD N Wojo, SD N Kepuhan, SD N Sawahan, SD N Soka yang telah
memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menyebarkan kuesioner di
sekolah yang Bapak/Ibu pimpin.
8. Ferdinandus Sudaris dan Margaretha Lutini serta segenap keluarga yang telah
memberikan dukungan, semangat dan doa.
9. Teman-teman kelompok penelitian Veronica Mayang Sari, Elisabet Lisara
Musita Sari, Tri Wahyu Setyaningsih, Laurentius Beny Widya Ardika yang
saling memberikan semangat, motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
10. Sahabat saya Christina Desty Ambarwati yang telah memberikan doa dan
dukungan selama ini.
11. Sahabat di PGSD maupun di luar PGSD yang telah mendukung penelitian.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini dan tidak dapat
disebutkan satu persatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Peneliti berharap
skripsi ini dapat memberikan inspirasi dan sumber belajar bagi peneliti lain yang
memiliki tujuan memperkembangkan pendidikan inklusi.
Yogyakarta, 23 Agustus 2016
Peneliti
Lusia Eka Ristanti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................. iv
MOTTO ................................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA .................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6
1.6 Definisi Operasional...................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................................ 8
2.1 Landasan Teori .............................................................................................. 8
2.1.1 Pendidikan Inklusi ................................................................................... 8
2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Inklusi........................................................... 8
2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Inklusi ................................................................ 11
2.1.1.3 Karakteristik Pendidikan Inklusi ....................................................... 12
2.1.1.4 Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi ...................................................... 13
2.1.1.5 Fungsi Pendidikan Inklusi ................................................................. 15
2.1.2 Sekolah Dasar Inklusi ............................................................................. 16
2.1.3 Metode Pengajaran .................................................................................. 18
2.1.4 Sekolah Dasar Inklusi di Bantul .............................................................. 24
2.1.5 Kecerdasan Ganda ................................................................................... 27
2.1.6 Anak Berkebutuhan yang Sukses ........................................................... 28
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................................... 32
2.3 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 37
2.4 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 39
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................. 39
3.2 Setting Penelitian .......................................................................................... 39
3.3 Variabel Penelitian ........................................................................................ 40
3.4 Populasi dan Sampel ..................................................................................... 41
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 42
3.6 Instrumen Penelitian...................................................................................... 43
3.7 Teknik Pengujian Instrumen ......................................................................... 47
3.8 Teknik Analisis Data ..................................................................................... 54
3.9 Jadwal Penelitian ........................................................................................... 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 58
4.1 Deskripsi Penelitian ........................................................................................ 58
4.2 Analisis Kuesioner .......................................................................................... 58
4.3 Hasil Penelitian ............................................................................................... 63
4.3.1 Metode Pengajaran yang Digunakan...................................................... 63
4.3.2 Pemetaan Bentuk Metode Pengajaran .................................................... 64
4.4 Pembahasan .................................................................................................... 65
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 69
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 69
5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 69
5.3 Saran .............................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah Siswa ABK di Kabupaten Bantul ................................................................ 25
Tabel 2.2 Daftar Jumlah ABK dan Karakterisiknya ................................................................ 26
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Kuesioner Bentuk Metode Pengajaran di Sekolah Dasar
Inklusi se- Kabupaten Bantul .................................................................................. 44
Tabel 3.2 Kuesioner Bentuk Metode Pengajaran yang Digunakan Guru di
Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten Bantul ............................................................ 46
Tabel 3.3 Hasil Validasi Konstruk ........................................................................................... 51
Tabel 3.4 Koefisien Reliabilitas ............................................................................................... 53
Tabel 3.5 Hasil Reliabilitas ...................................................................................................... 54
Tabel 3.6 Contoh Coding Data................................................................................................. 55
Tabel 3.7 Jadwal Penelitian...................................................................................................... 57
Tabel 4.1 Presentase Penggunaan Bentuk Metode Pengajaran ................................................ 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ...................................................................................... 1
Lampiran 2 Validitas Isi ................................................................................................... 5
Lampiran 3 Hasil Validitas Konstruk ............................................................................... 9
Lampiran 4 Hasil Reliabilitas ........................................................................................... 10
Lampiran 5 Pengolahan Data Mean ................................................................................. 11
Lampiran 6 Kuesioner yang Diisi .................................................................................... 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar Bagan Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 36
Gambar 3.1 Gambar Alpha Croncbach ................................................................................ 53
Gambar 4.1 Gambar Hasil Kuesioner Metode Pengajaran Langsung ................................. 59
Gambar 4.2 Gambar Hasil Kuesioner Metode Pengajaran Tak Langsung .......................... 60
Gambar 4.3 Gambar Hasil Kuesioner Latihan Mandiri ....................................................... 61
Gambar 4.4 Gambar Hasil Kuesioner Scaffolding ............................................................... 62
Gambar 4.5 Gambar Grafik Pemetaan Metode Pengajaran ................................................. 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang, identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang
Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang tidak membeda-bedakan latar
belakang siswa baik mental, sosial, fisik, maupun intelektual. Anak yang
memiliki kelainan mental, fisik, sosial maupun intelektual disebut anak
berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki
karakteristik berbeda dengan anak lain pada umumnya (Wiyani, 2014: 17)..
Pemerintah membantu mengupayakan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
untuk mengenyam pendidikan bersama anak berkebutuhan tidak secara khusus
dengan menyelenggarakan sekolah inklusi.
Ilahi (20013: 87) menyebutkan, sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang
mengakomodasi dan mengintegrasikan siswa reguler dan siswa berkebutuhan
khusus ke dalam satu sistem pendidikan. Dalam sekolah inklusi, anak
berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak berkebutuhan tidak secara
khusus. Ada 43 sekolah dasar inklusi di Kabupaten Bantul yang tersebar di 16
kecamatan yaitu Kecamatan Dlingo, Kecamatan Imogiri, Kecamatan Kasihan,
Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Bantul, Kecamatan Pundong, Kecamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Piyungan, Kecamatan Kretek, Kecamatan Sedayu Kecamatan Pandak, Kecamatan
Jetis, Kecamatan Bambanglipuro, Kecamatan Sewon, Kecamatan Pajangan,
Kecamatan Sanden, dan Kecamatan Pleret. Sekolah inklusi di Kabupaten Bantul
melayani anak berkebutuhan khusus slow learner, diskalkulia, diseleksia, digrafia
hiperaktif dan tunanetra.
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan sekolah inklusi, guru perlu
mengetahui metode pengajaran yang harus dikuasai supaya dapat
mengembangkan potensi siswa. Metode pengajaran adalah cara yang digunakan
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran (Siregar 2010: 32). Di sekolah dasar
inklusi ada empat metode pengajaran yaitu metode pengajaran langsung, metode
pengajaran tidak langsung, latihan mandiri dan scaffolding. Metode pengajaran
langsung adalah pendekatan yang dirancang khusus untuk menunjang proses
belajar siswa demi meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, serta
psikomotorik siswa berkebutuhan khusus maupun siswa berkebutuhan tidak
secara khusus. Dalam metode pengajaran langsung guru sebagai penyampai
informasi dan perlu memberikan latihan untuk memeriksa pemahaman siswa
dengan mengajukan pertanyaan untuk materi baru. Keterampilan guru dalam
menyampaikan materi bisa melalui metode demonstrasi, tanya jawab, dan
ceramah. Selanjutnya guru memberikan umpan balik ketika jawaban siswa salah.
Bentuk metode pengajaran yang selanjutnya yaitu metode pengajaran tidak
langsung. Metode pengajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang berpusat
pada siswa sedangkan guru sebagai fasilitator. Jarolimek menyebutkan metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pengajaran tidak langsung disebut juga dengan pengajaran inkuiri, atau
pengajaran penemuan (dalam Maroney: 2003). Peran guru dalam pendekatan
inkuiri sebagai fasilitator yang membimbing penyelidikan siswa dengan
membantu mengidentifikasi persoalan kemudian menemukan solusi dari
permasalahan yang ditemukan siswa. Guru merancang lingkungan belajar, dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dan guru memberikan
umpan balik ketika siswa melakukan inkuiri.
Metode pengajaran dengan latihan mandiri memberikan kesempatan kepada
siswa supaya mandiri. Latihan yang diberikan untuk siswa bersifat individual
sehingga memungkinkan siswa bekerja secara mandiri tanpa bantuan guru atau
siswa lain. Tujuan dari penggunaan metode latihan mandiri supaya siswa
membangun insiatif secara mandiri untuk meningkatkan kemampuan yang
dimilikinya. Dengan memberikan latihan yang tersistem sangat membantu anak
berkebutuhan khusus supaya dapat menguasai keterampilan akademis.
Sedangkan metode pengajaran scaffolding merupakan bentuk dukungan yang
disediakan oleh guru atau siswa lain untuk membantu siswa menjembatani jarak
antara kemampuan mereka sekarang dengan target yang akan dituju. Dukungan
yang diberikan guru kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan serta potensi
siswa dengan menyediakan pembelajaran yang beraneka ragam, mengatur tingkat
kesulitan selama memberikan latihan dengan materi sederhana serta melatih
tangung jawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Peneliti tertarik untuk menemukan data tentang metode pengajaran di sekolah
dasar inklusi se-Kabupaten Bantul. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
dengan 15 pertanyaan tertutup. Pernyataan yang disusun berdasarkan kisi-kisi
indikator bentuk metode pengajaran. Dalam aspek pertama yaitu metode
pengajaran langsung terdapat 3 indikator yaitu (1) memberikan latihan dengan
bimbingan, (2) penyampaian materi, dan (3) memberikan umpan balik. Indikator
dari aspek kedua tentang metode pengajaran tak langsung yaitu (1) guru sebagai
fasilitator, (2) berpusat pada siswa. Indikator aspek ketiga tentang latihan mandiri
yaitu (1) memfasilitasi siswa untuk dapat bekerja mandiri, (2) melatih siswa untuk
berlatih sejumlah kecil keterampilan, (3) memberikan latihan agar siswa dapat
memperkembangkan kemampuan. Indikator aspek ketiga tentang scaffolding
yaitu (1) mengatur tingkat kesulitan materi pelajaran, (2) memanfaatkan model
pembelajaran yang beragam, (3) melatih tanggung jawab.
Kuesioner dibagikan kepada 29 guru yang ada di 7 sekolah dasar inklusi se-
Kabupaten Bantul agar peneliti dapat memetakan metode pengajaran yang
digunakan oleh guru. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Metode
Pengajaran yang Digunakan Guru di Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten
Bantul”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi masalah-
masalah yang ada, yaitu :
1.1.1 Menemukan sekolah dasar tempat penelitian sesuai dengan ciri-ciri sekolah
inklusi.
1.1.2 Memetakan metode pengajaran yang digunakan di sekolah dasar inklusi se-
Kabupaten Bantul.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1.3.1 Apakah metode pengajaran yang digunakan oleh guru di sekolah dasar
inklusi se-Kabupaten Bantul?
1.3.2 Bagaimanakah hasil pemetaan metode pengajaran dari setiap sekolah di SD
inklusi se-Kabupaten Bantul?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.4.1 Mendeskripsikan metode pengajaran yang digunakan oleh guru di sekolah
dasar inklusi se-Kabupaten Bantul.
1.4.2 Memetakan metode pengajaran dari setiap sekolah di sekolah dasar inklusi
se-Kabupaten Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.5 Manfaat Penelitian
A. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi guru di sekolah
dasar inklusi di Kabupaten Bantul tentang metode pengajaran yang sesuai.
B. Manfaat Praktis
1. Bagi Sekolah Dasar Inklusi
Sekolah memperoleh data mengenai metode pengajaran yang diberikan
2. Bagi Guru
Guru mendapatkan informasi tentang metode pengajaran yang diberikan
pada siswa berkebutuhan khusus.
3. Bagi Peneliti
Peneliti dapat melakukan penelitian kuantitatif di sekolah dasar inklusi se-
Kabupaten Bantul untuk dapat memetakan tentang metode pengajaran yang
digunakan guru.
1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi menjadikan variabel-variabel yang sedang
diteliti bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel-
variabel tersebut (Sarwono, 2006: 27). Untuk menghindari kesalahpahaman
beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penelitian ini
merumuskan definisi operasional:
1. Metode pengajaran adalah cara tertentu yang digunakan guru dalam
menjalankan tugasnya sehingga tercapai suatu tujuan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Sekolah dasar inklusi adalah sekolah dasar yang melayani siswa-siswi
berkebutuhan khusus untuk dapat belajar bersama siswa-siswi yang tidak
berkebutuhan secara khusus. khusus dan anak berkebutuhan khusus untuk
belajar bersama.
3. SD Inklusi se-Kabupaten Bantul adalah sekolah dasar inklusi di Kabupaten
Bantul yang menjadi objek penelitian berjumlah 7 sekolah dasar inklusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
KAJIAN TEORI
Pada bab kajian teori ini, peneliti membahas tentang landasan teori, hasil
penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis.
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pendidikan Inklusi
2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan membawa perkembangan yang penting dalam
perkembangan manusia. Dengan begitu pendidikan juga menjadi hak asasi
bagi manusia tanpa terkecuali, baik anak berkebutuhan tidak secara khusus
maupun anak yang memiliki kebutuhan khusus tanpa memandang latar
belakang kehidupan. Dalam hal ini anak yang memiliki kebutuhan khusus
berhak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh kesempatan seperti anak
berkebutuhan tidak secara khusus yang lain. Permasalahan yang terjadi
sekarang ini adalah tidak semua daerah di Indonesia dekat dengan SLB
(sekolah luar biasa), kalaupun ada biasanya terdapat di di daerah ibukota
kabupaten. Padahal anak-anak yang berkelainan tidak hanya di daerah
kabupaten, banyak yang tersebar di daerah-daerah terpencil. Keadaan
ekonomi orang tua yang lemah terpaksa tidak disekolahkan di SLB, dan tidak
semua sekolah regular mampu menangani siswa yang memiliki kebutuhan
khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Dalam persoalan yang seperti ini, muncul pendidikan inklusi yang bisa
menjadi solusi bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus. Inklusi berasal
dari Bahasa Inggris yaitu inclution. Smith (2012: 45) menyebutkan inklusi
adalah istilah terbaru yang dipergunakan untuk mendeskripsikan penyatuan
bagi anak-anak berkelainan (penyandang hambatan/ cacat) ke dalam program-
program sekolah. Ilahi (2013: 23) menyebutkan pendidikan inklusi
merupakan konsep pendidikan yang tidak membeda-bedakan latar belakang
kehidupan anak karena keterbatasan fisik dan mental. Di Indonesia,
pendidikan inklusi secara resmi didefinisikan sebagai sistem layanan
pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama
dengan anak sebayanya di sekolah regular yang terdekat dengan tempat
tinggalnya, Ilahi (2013: 23). Melalui pendidikan inklusi ini, anak yang
memiliki kebutuhan khusus bisa mendapatkan hak untuk memperoleh
pendidikan tanpa merasa berkecil hati apabila harus berkumpul bersama anak
lain yang memiliki fisik yang normal.
Dalam Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa anak atau peserta didik yang memiliki
kelainan fisik dan mental disebut dengan istilah anak luar biasa. Sementara
dalam Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, anak yang memiliki kelainan fisik dan mental disebut dengan istilah
anak berkebutuhan khusus, Wiyani (2014: 17). Anak bekebutuhan khusus
adalah anak yag memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan anak lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pada umumnya pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. Kirk dan Gallagher (1986: 5).
mengemukakan bahwa anak berkebutuhan khusus (the exceptional child)
adalah anak yang berbeda dari anak rata-rata atau normal dalam perihal;
karakteristik mental, kemampuan sensori, kemampuan komunikasi, perilaku
sosial serta karakterisitik fisik. Sedangkan Hallan dan Kauffman (1986: 7)
mengemukakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
memerlukan pendidikan khusus yang disebabkan karena mereka mempunyai
perbedaan yang sangat mencolok dari anak-anak pada umumnya. Dari
pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang memiliki karakteristik berbeda dengan anak lain
pada umumnya tanpa selalu menunjukkan perbedaan emosi, fisik dan mental,
sehingga membutuhkan layanan pendidikan secara khusus. Menurut
Mangunsong (dalam Aziz, 2015: 59) menyebutkan bahwa jenis-jenis anak
berkebutuhan khusus terdiri atas, autis (Autistic Spectrum Disorder), Attention
Defict Hyperactivity Disorder (ADHD), anak berbakat (gifted), anak dengan
hambatan berbicara dan bahasa, anak berkesulitan belajar, tunanetra,
tunarungu, dan tunagrahita. Sedangkan Cahya (2013: 9) menyebutkan jenis
anak berkebutuhan khusus meliputi tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna
daksa, tuna laras, gifted, slow learner, anak berkesulitan belajar spesifik, anak
autis, anak ADHD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Inklusi
Pendidikan menjadi kebutuhan dasar manusia di jaman sekarang, hal
ini menjadi kewajiban pemerintah dalam mengupayakan pelayanan
pendidikan yang bermutu bagi masyaratkatnya. Dalam pemenuhan kebutuhan
pendidikan hendaknya secara menyeluruh bagi siapa saja termasuk mereka
yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (berkebutuhan khusus). Anak
yang memiliki kebutuhan khusus disediakan sekolah khusus yaitu Sekolah
Luar Biasa (SLB). Sementara tidak semua wilayah di sekitar lingkungan
tempat tinggal ada sekolah khusus ini, meskipun ada jaraknya sangat jauh.
Dengan adanya sekolah untuk anak berkebutuhan khusus dapat membangun
tembok bagi anak yang berkebutuhan khusus dengan anak berkebutuhan tidak
secara khusus pada umumnya. Adanya tembok pemisah ini menjadikan proses
saling mengenal antara anak berkebutuhan khusus dengan anak berkebutuhan
tidak secara khusus lainnya terhambat.
Salah satu kesepakatan internasional yang mendorong terwujudnya
sistem pendidikan inklusi adalah Convention on the Rights of Person with
Disabilities and Optional Protocol yang disahkan pada Maret 2007. Pada
pasal 24 dalam Konvensi ini disebutkan bahwa setiap negara berkewajiban
untuk menyelenggarakan sistem pendidikan inklusi di setiap tingkatan
pendidikan. Tujuan dari penyelenggaraan pendidikan inklusi adalah, Ilahi
(2013: 40) :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
1. memberikan layanan pendidikan bagi siswa yang berkesulitan belajar dan
siswa yang memerlukan layanan pendidikan khusus, agar potensi yang
dimiliki (kognitif,afektif, dan psikomotorik) dapat berkembang secara
optimal dan mereka dapat hidup mandiri bersama anak- anak normal sesuai
dengan prinsip pendidikan serta dapat berperan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
2. memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang
memilki kelainna fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
3. mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai
keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik,
meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekan
angka tinggal kelas dan putus sekolah.
2.1.1.3 Karakteristik Pendidikan Inklusi
Hakikat pendidikan inklusi sesungguhnya berupaya memberikan
peluang sebesar-besarnya kepada setiap anak Indonesia untuk memperoleh
pelayanan pendidikan yang terbaik dan memadahi demi membangun masa
depan bangsa. Hal ini sesuai dengan kebijakan pendidikan inklusi yang
tertuang dalam Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan
Inklusi yang menyatakan bahwa “sistem penyelenggaran pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peerta didik yang memiliki kelainan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti
pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-
sama dengan peserta didik pada umumnya” Ilahi (2013:42). Dalam
pendidikan inklusi, menempatkan anak berkebutuhan khusus tingkat ringan,
sedang, dan berat secara penuh di kelas biasa, karena tujuan dari inklusi
sendiri adalah layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus pada
waktu yang sama dengan anak berkebutuhan tidak secara khusus, Sunardi
(dalam Ilahi, 2013: 42).
Karakter pendidikan inklusi yakni terbuka dan menerima tanpa syarat
anak Indonesia yang berkeinginan kuat untuk mengembangkan kreativitas dan
keterampilan mereka dalam satu wadah yang sudah direncanakan dengan
matang. Pendidikan inklusi memiliki empat karakter makna, antara lain (1)
proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara merespon
keragaman individu; (2) memperdulikan cara-cara untuk meruntuhkan
hambatan-hambatan anak dalam belajar; (3) anak kecil yang hadir (di
sekolah), berpartisipasi dan mendapatkan hasil belajar yang bermakna dalam
hidupnya; (4) diperuntukkan utamanya bagi anak-anak yang tergolong
marginal, eksklusif, dan membutuhakn layanan pendidikan khusus dalam
belajar (Direktorat Pendidikan Luar Biasa, 2004).
2.1.1.4 Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi
Dalam dunia pendidikan sudah sewajarnya apabila tidak ada
perbedaan perlakukan siswa yang satu dengan siswa yang lain. Selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
memungkinkan, semua anak belajar bersama-sama tanpa memandang
kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada diri mereka. Sekolah
inklusi harus mengenal dan merespon terhadap kebutuhan yang berbeda-beda
dari para siswanya, mengakomodasi berbagai macam gaya dan kecepatan
belajarnya, dan menjamin diberikannya pendidikan yang berkualitas kepada
semua siswa. Hal itu dapat dicapai melalui penyusunan kurikulum yang tepat,
pengorganisasian yang baik, pemilihan strategi pengajaran yang tepat,
pemanfaatan sumber-sumber dengan sebaik-baiknya, dan penggalangan
kemitraan dengan masyarakat sekitar.
Prinsip pendidikan inklusi berkaitan langsung dengan jaminan akses
dan peluang bagi semua anak Indonesia untuk memperoleh pendidikan tanpa
memandang latar belakang kehidupan mereka. Jaminan akses dan peluang
merupakan catatan penting yang harus dipertimbangkan dalam menolak anak
berkebutuhan khusus yang hendak belajar bersama dengan anak berkebutuhan
tidak secara khusus lainnya. Bagi anak berkebutuhan khusus, akses
pendidikan formal sangat mereka impikan demi mendapatkan layanan
pendidikan terbaik seperti anak berkebutuhan tidak secara khusus pada
umumnya, Ilahi (2013:46). Pendidikan inklusi menekankan pada keterbukaan
dan penghargaan terhadap anak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi
menjamin akses dan kualitas yang terintegrasi tanpa terkecuali. Satu tujuan
utama inklusi adalah mendidik anak yang berkebutuhan khusus akibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kecacatannya di kelas regular bersama-sama dengan anak berkebutuhan tidak
secara khusus lainnya dengan dukungan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Prinsip dasar pendidikan inklusi harus sejalan dengan rekomendasi
dan dokumen internasional yang menegaskan perlunya kesempatan pada anak
berkebutuhan khusus dalam lingkungan formal. Prinsip ini harus sejalan
dengan Deklarasi Hak Asasi Manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan sebagai basis utama dalam membela anak berkelainan atau
penyandang cacat. Ini karena, pendidikan inklusi lahir atas dasar prinsip
bahwa layanan sekolah seharusnya diperuntukan untuk semua siswa tanpa
menghiraukan perbedaan yang ada, baik siswa dengan kondisi kebutuhan
khusus, perbedaan sosial, emosional, kultural, maupun bahasa, Florian (2008:
123). Atas dasar pengertian dan dasar pendidikan inklusi tersebut, dapat
dikatakan bahwa pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang berusaha
mengakomodasi segala jenis perbedaan dari peserta didik.
2.1.1.5 Fungsi Pendidikan Inklusi
Alimin (dalam Kustawan & Meimulyani, 2013: 20) menjelakan bahwa
sesuai disiplin ilmu fungsi pendidikan khusus dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Fungsi Preventif
Melalui pendidikan inklusif guru melakukan upaya pencegahan agar tidak
muncul hambatan-hambatan yang lainnya pada anak berkebutuhan
khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2. Fungsi Intervensi
Pendidikan inklusif menangani anak berkebutuhan khusus agar dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
3. Fungsi Kompensasi
Pendidikan inklusif membantu anak berkebutuhan khusus untuk
menangani kekurangan yang ada pada dirinya dengan menggantikan
dengan fungsi lainnya.
2.1.2 Sekolah Dasar Inklusi
Sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang mengakomodasi dan
mengintegrasikan siswa reguler dan siswa penyandang cacat dalam program
yang sama, Ilahi (2013: 87). Salah satu karakteristik penting dalam sekolah
inklusi adalah satu komunitas yang kohesif, menerima, dan responsif terhadap
kebutuhan individual siswa. Untuk itu, Sapon- Shevin (dalam 2013: 87)
mengemukakan lima profil pembelajaran di sekolah inklusi.
1. Pendidikan inklusi berarti menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang
menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan. Dengan adanya
pendidikan inklusi, tidak hanya meingkatkan potensi melainkan juga
menciptakan keterbukaan dan meghargau tanpa ada diskriminasi terhadap
anak berkebutuhan khusus. Guru mempunyai tanggung jawab dalam
menciptakan suasana kelas yang menampung semua anak secara penuh
dengan menekankan suasana dan perilaku sosial yang menghargai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
perbedaan yang menyangkut kemampuan, kondisi fisik, sosial ekonomi
dan sebagainya.
2. Mengajar di kelas memerlukan perubahan dalam penerapan kurikulum.
Berbeda dengan mengajar di kelas reguler, karena dalam sekolah inklusi
membutuhkan penanganan yang serius untuk memberikan pelayanan
terbaik, karena siswa memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda
dengan anak normal. Pendekatan pengajaran membutuhkan kerjasama
antara guru dan peserta didik. Dalam sekolah inklusi mengguakan
pendekatan kooperatif yang melibatkan kerjasama antar siwa dan bahan
belajar tematik. Penggunaan pembelajaran ini juga pada kondisi peserta
didik, apakah mereka sanggup menerima materi pelajaran.
3. Mendorong guru untuk mengajar pendidikan inklusi berarti berupaya
menyiapkan pembelajaran secara interaktif. Seorang guru secara sendirian
di dalam kelas harus bisa berjuang memenuhi kebutuhan semua anak di
kelas. Karena semua anak di dalam kelas ketika belajar bukan saling
berkompetisi melainkan belajar bersama dan saling mengajar satu sama
lain.
4. Pendidikan inklusi berbarti penyediaan dorongan bagi guru dan kelasnya
untuk menghapus segala hambatan dalam proses pembelajaran. Kerjasama
antar guru sangatlah penting, selain itu guru juga bisa bekerjasama dengan
para professional, ahli bina bicara, petugas bimbingan, guru pembimbing
khusus. Maka perlu pelatihan dna dorongan secara terus menerus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
5. Pendidikan inklusif berarti melibatkan peran orangtua secara bermakna
dalam proses perencanaan. Keberhasilan pendidikan sangat bergantung
pada pertisipasi aktif orangtua pada pendidikan anaknya, misal
keterlibatan mereka dala penyususnan Program Pengajaran Individual
(PPI) dan bantuan dalam belajar di rumah.
2.1.3 Metode Pengajaran
Metode adalah salah satu alat untuk mencapai suatu tujuan, Djamarah
(dalam Zain, 2010: 11). Pengajaran dapat diartikan sebagi praktik menularkan
informasi untuk proses pembelajaran, Huda (2013:6). Metode pengajaran
merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, Siregar (2010: 32). Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Bahri
(dalam Siregar, 2010: 32) bahwa metode pengajaran sebagai cara yang
digunakan guru sehingga dalam menjalankan fungsinya, metode merupakan
alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan tercapai
secara maksimal apabila seorang guru menggunakan metode pengajaran
dengan tepat, Raharjo (2012: 56). Dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa metode merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, dan
tujuan akan tercapai apabila metode yang digunakan sesuai dengan
karakteristik siswa. Dengan begitu, dalam memilih metode pengajaran yang
akan digunakan ketika mengajar di dalam kelas, guru harus mengetahui latar
belakang kemampuan siswanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Dalam pendidikan inklusi, bentuk metode pengajaran yang digunakan
guru di kelas meliputi, metode pengajaran langsung, metode pengajaran tidak
langsung, scaffolding, dan latihan mandiri, Rosenshine dan Stevens (dalam
Friend 2015: 202). Berikut ini berbagai bentuk metode yang digunakan dalam
pendidikan inklusi:
1. Metode Pengajaran Langsung
Siswa akan lebih siap untuk mempelajari keterampilan dan pokok bahasan
ketika materi tersebut disampaikan secara sistematis dan eksplisit melalui
metode pengajaran langsung, Rosenshine dan Stevens (dalam Friend 1986:
202). Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang bersifat
teacher center. Model pengajaran ini merupakan model yang kadar
berpusat pada gurunya paling tinggi dan paling sering digunakan, Majid
(2013: 11). Dalam metode ini di dalamnya termasuk metode ceramah,
praktek, latihan dan demonstrasi. Menurut Arends (dalam Trianto
2009:41) model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan yang
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang
terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
betahap. Berikut beberapa elemen kuncinya:
a. Mengulas dan memeriksa kembali hasil pekerjaan kemarin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Aspek dari pengajaran langsung ini termasuk menetapkan kegiatan
rutinitas untuk memeriksa pekerjaan rumah serta mengulas kembali
keterampilam prasyarat dan pengajaran yang sebelumnya.
b. Menampilkan muatan atau keterampilan baru. Para guru memulai
pelajaran dengan pernyataan pendek mengenai gambaran ringkas
mengenai apa yang akan dipelajari. Materi disampaikan dengan langkah
kecil, misalnya demonstrasi atau menggunakan ilustrasi dan contoh
konkret. Pendidikan keterampilan yang diberikan kepada anak
berkebutuhan khusus selain berfungsi selektif, edukatif, rekreatif dan
terapi juga dapat dijadikan bekal dalam kehidupan kelak. Selektif yaitu
untuk mengarahkan minat, bakat serta keterampilan. Edukatif berarti
membimbing anak untuk berpikir logis, berperasaan halus dan
kemampuan untuk bekerja. Rekreatif adalah kegiatan yang dipergagakan
sangat menyenangkan bagi anak berkebutuhan khusus. Terapi yaitu
aktivitas keterampilan yang diberikan dapat menjadi salah satu sarana
habilitasi akibat kelainan atau ketunaan yang disandangnya.
c. Menyediakan latihan dengan bimbingan (dan memeriksa pemahaman
siswa). Cara guru membimbing yaitu dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang berkaitan dengan
keterampilan baru. Respon siswa tidak hanya memberikan kesempatan
bagi siswa untuk berlatih namun juga memungkinkan kita untuk
memantau sejauh mana pengetahuan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
d. Memberikan umpan balik dan koreksi serta mengajari ulang. Ketika
siswa menjawab dengan percaya diri dan jawaban benar, maka guru
wajib memberikan pengakuan singkat dari jawaban siswa misalnya
dengan “Ya, itu benar”. Apabila siswa menjawab dengan ragu-ragu,
guru bisa memberikan pengakuan singkat, misalnya “Ya, Aris itu benar
karena……”. Apabila jawaban siswa masih salah atau kurang tepat,
maka guru wajib memberikan umpan balik dengan membenarkan
jawaban siswa.
e. Menyediakan latihan mandiri. Siswa-siswi diberikan tugas latihan
mandiri yang berkaitan langsung dengan keterampilan yang diajarkan
sampai siswa bisa menjawab dengan benar.
f. Sering-sering mengulas kembali. Memberikan ulasan mengenai materi
yang telah dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pekerjaan rumah
dan ulangan. Materi yang terlewatkan dalam pekerjaan rumah atau
ulangan bisa diajarkan kembali.
2. Metode Pengajaran Tidak Langsung
Metode pengajaran langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan siswa
yang tinggi dalam melakukan observasi dan penyelidikan. Borich
menyebutkan tipe pengajaran ini sering disebut sebagai konstruktivis
karena adanya keyakinan bahwa siswa-siswi mampu membangun
pengertian mereka sendiri, dan dari sebagian kasus tanpa pengajaran
eksplisit dari guru (dalam Knight, 2002). Jarolimek menyebutkan metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
pengajaran tidak langsung paling umum disebut dengan pengajaran inkuiri,
atau pengajaran penemuan (dalam Maroney: 2003). Peran guru dalam
pendekatan inkuiri sebagai fasilitator yang membimbing penyelidikan
siswa dengan membantu mengidentifikasi persoalan kemudian menemukan
solusi dari permasalahan yang ditemukan siswa. Dalam pembelajaran tidak
langsung guru merancang lingkungan belajar, dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat dan guru memberikan umpan balik
ketika siswa melakukan inkuiri. Metode pengajaran tidak langsung
mensyaratkan digunakannya bahan pengajaran non cetak maupun cetak
serta sumber-sumber lain.
3. Latihan Siswa Mandiri
Dalam metode pengajaran latihan mandiri ini memberikan kesempatan
kepada siswa supaya mandiri. Latihan yang diberikan untuk siswa bersifat
individual sehingga memungkinkan siswa bekerja secara mandiri.
Penggunaan model pengajaran ini bertujuan untuk membangun inisiatif
dari masing-masing siswa secara individu, kemandirian serta peningkatan
diri. Selain itu, pemberian tugas juga harus spesifik dan tersistem, harus
berkaitan dengan objek sasarannya. Dengan memberikan latihan yang
tersistem sangat membantu anak berkebutuhan khusus supaya dapat
menguasai keterampilan akademis. Bentuk latihan lain yang dapat
membantu siswa, yaitu dengan memberikan pekerjaan rumah. Pekerjaan
rumah memiliki efek positif terhadap prestasi siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
4. Scaffolding
Scaffolding merupakan “bentuk dukungan yang disediakan oleh guru (atau
siswa lain) untuk membantu siswa menjembatani jarak antara kemampuan
mereka yang sekarang dengan target yang dituju”, Rosenshine & Stevens
(dalam Friend 1992: 2). Dukungan yang diberikan ini meliputi strategi
pengajaran tersistematis. Sebelum menggunakan scaffolding, mula-mula
guru mencari tahu jika siswa-siswinya memiliki pengetahuan dasar yang
diperlukan untuk mempelajari keterampilan yang akan diajarkan.
a. Memberikan strategi kognitif yang baru. Guru memperkenalkan strategi
yang konkret. Pertama-tama guru memperkenalkan strategi pemecahan
masalah dengan mendefinisikan masalah, mengajukan hipotesis untuk
menjelaskan masalah, mengumpulkan data untuk mengevaluasi hipotesis,
mengevaluasi bukti, dan membuat kesimpulan.
b. Mengatur tingkat kesulitan selama latihan terbimbing. Pada tahap ini, siswa
mulai melatih strategi baru dengan materi pelajaran yang sudah
disederhanakan sehingga mudah untuk mempelajarinya.
c. Menyediakan konteks yang beraneka ragam untuk latihan siswa. Proses
pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas, melainkan bisa di
luar kelas atau dibuat kelompok kooperatif sehingga masing-masing siswa
dapat membantu teman lain yang belum paham.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
d. Menyediakan umpan balik, guru membuat daftar ceklis evaluasi
berdasarkan pada pemecahan masalah. Siswa mengajukan pertanyaan
kepada dirinya sendiri untuk mengevaluasi kemampuan diri siswa.
e. Mengingkatkan tanggung jawab siswa. Siswa diberikan tugas mandiri,
namun dengan meminimalisir bantuan dari guru atau teman lain.
f. Menyediakan latihan mandiri. Guru memberikan tugas individu kepada
siswa untuk membantu mereka dalam menerapkan hal yang telah mereka
pahami terhadap situasi baru.
Berdasarkan bentuk-bentuk metode pengajaran di sekolah inklusi, maka
sangatlah perlu bagi guru di sekolah dasar inkusi untuk memahami bentuk
metode pengajaran ini sehingga dalam penarapannya di dalam kelas
mampu meningkatkan kemampuan serta potensi dari siswa. Untuk itu, teori
dalam metode pengajaran ini dijadikan acuan dalam penyusunan kisi-kisi
metode pengajaran yang peneliti lakukan.
2.1.4 Sekolah Dasar Inklusi di Bantul
Di Bantul ada 43 sekolah dasar inklusi yang terletak di 16 kecamatan. Ada
6 sekolah dasar inklusi yang terletak di Kecamatan Dlingo, 2 sekolah dasar
inklusi di Kabupaten Imogiri, 1 sekolah dasar inklusi di Kecamatan Kasihan,
4 sekolah dasar inklusi di Kecamatan Banguntapan, 2 sekolah dasar inklusi di
Kecamatan Bantul, 4 sekolah dasar inklusi di Kecamatan Pundong, 3 sekolah
dasar inklusi di Kecamatan Piyungan, 3 sekolah dasar inklusi di Kecamatan
Kretek, 4 sekolah dasar inklusi di Kecamatan Sedayu, 2 sekolah dasar inklusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
di Kecamatan Pandak, 3 sekolah dasar inklusi di Kecamatan Jetis, 2 sekolah
dasar inklusi di Kecamatan Bambanglipuro, 4 sekolah dasar inklusi di
Kecamatan Sewon, 1 sekolah dasar inklusi di Kecamatan Pajangan, 1 sekolah
dasar inklusi di Kecamatan Sanden, dan 1 sekolah dasar inklusi di Kecamatan
Pleret.
Tabel 2.1
Daftar Sekolah Inklusi dan Jumlah Siswa ABK.
NO NAMA SD KECAMATAN JUMLAH SISWA
L P TOT
1 SD SURUH DLINGO 12 4 16
2 SD DLINGO DLINGO 24 7 31
3 SD PELEM DLINGO 18 14 32
4 SD 2 TEMUWUH DLINGO 20 12 32
5 SD 3 TEMUWUH DLINGO 17 7 24
6 SD SENDANGSARI DLINGO 19 11 30
7 SD SILUK IMOGIRI 7 3 10
8 SD KALIDADAP IMOGIRI 10 3 12
9 SD KADIPIRO KASIHAN 16 4 20
10 SD 1 JAMBIDAN BANGUNTAPAN 28 13 41
11 SD 2 JAMBIDAN BANGUNTAPAN 2 2 4
12 SD MUH
BANGUNTAPAN BANGUNTAPAN
10 10 20
13 SD SALSABILA 3
BANGUNTAPAN BANGUNTAPAN
37 14 51
14 SD PENI BANTUL 9 3 12
15 SD 1 TRIRENGGO BANTUL 24 10 34
16 SD SOKA PUNDONG 7 2 9
17 SD BECARI PUNDONG 23 1 24
18 SD 2 PANJANGREJO PUNDONG 12 6 18
19 SD MUH GEGER PUNDONG 7 4 11
20 SD KALIGATUK PIYUNGAN 12 8 20
21 SD JOLOSUTRO PIYUNGAN 24 9 33
22 SD2 PETIR PIYUNGAN 1 2 3
23 SD TIRTOHARGO KRETEK 19 4 23
24 SD TIRTOSARI KRETEK 7 2 9
25 SD 2 KRETEK KRETEK 14 2 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
26 SD 3 SEDAYU SEDAYU 21 11 33
27 SD UNUNGMULYO SEDAYU 6 4 10
28 SD BANDUT SEDAYU 11 4 15
29 SD BUDI MULIA
DUA SEDAYU
10 2 12
30 SD 2 WIRIREJO PANDAK 12 5 17
31 SD PAYUNGAN PANDAK 18 5 23
32 SD CANDEN JETIS 12 6 18
33 SD SAWAHAN JETIS 15 1 16
34 SD1 PATALAN JETIS 15 3 18
35 SD PANGGANG BAMBANGLIPURO 12 9 21
36 SD3 PANGGANG BAMBANGLIPURO 11 2 13
37 SD KEPUHAN SEWON 27 14 41
38 SD NGOTO SEWON 9 6 15
39 SD WOJO SEWON 7 7 14
40 SD MUH
KARANGKAJEN IV SEWON
5 4 9
41 SD SENDANGSARI PAJANGAN 5 4 9
42 SDMUH TRISIGAN SANDEN 2 2 4
43 SD MUH BOJONG PLERET - 1 1
Berdasarkan tabel daftar sekolah dasar inklusi dan jumlah siswa ABK,
berikut ini disebutkan jumlah serta karakteristik ABK yang ada di 7 sekolah
dasar inklusi se-Kabupaten Bantul yang menjadi sampel dalam penelitian.
Tabel 2.2
Daftar Jumlah ABK dan Karakteristiknya
No Nama SD Kecamatan Keterangan
1 SD N 2 Jambidan Banguntapan 4 siswa slow learner
2 SD Negeri Soka Pundong
7 siswa slow learner
1 siswa hiperaktif
1 siswa tuna netra
3 SD Negeri Wojo Sewon
8 siswa slow learner
1 siswa disgrafia
1 siswa diseleksia
4 siswa hiperaktif
4 SD Negeri 2 Panjangrejo Pundong 14 siswa slow learner
3 siswa hiperaktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
1 siswa diskalkulia
5 SD Negeri Siluk Imogiri 10 siswa slow learner
6 SD Negeri Kepuhan Sewon
31 siswa slow learner
9 siswa hiperaktif
1 siswa tuna wicara
7 SD Negeri Sawahan Jetis 11 siswa slow learner
5 siswa hiperaktif
Tabel 2.2, menyebutkan jumlah siswa ABK yang ada di 7 sekolah dasar
inklusi yang menjadi sampel dalam penelitian. Di sekolah dasar inklusi se-
Kabupaten Bantul, kategori siswa yang bersekolah di sekolah dasar inklusi
bermacam-macam. Dari 7 sekolah dasar inklusi yang menjadi sampel dalam
penelitian, ada berbagai karakteristik anak berkebutuhan khusus yaitu slow
learner, tunanetra, dan hiperaktif. Karakteristik anak berkebutuhan khusus
yang merata di berbagai sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Bantul yaitu slow
learner.
2.1.5 Kecerdasan Ganda
Teori kecerdasan ganda (multiple intelligences atau MI) ditemukan dan
dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan
dan professor pendidikan dari Graduate School of Education, Havard
University, Amerika Serikat, Suparno (2004: 17). Intelegensi memuat
kemampuan untuk memecahkan persoalan yang nyata dalam situasi yang
bermacam-macam. Gardner membedakan antara intelegensi lama yang dikur
dengan IQ dan intelegensi ganda yang ia temukan. Dalam pengertian lama,
intelegensi seseorang dapat diukur dengan ters tertulis (tes IQ); IQ seseorang
tetap sejak lahir dan tidak dapat dikembangkan secara signifikan; yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
menonjol dalam pengukuran IQ adalah kemampuan matematis-logis dan
linguistik, Suparno (2004: 19). Gardner mendefinisikan intelegensi sebagai
kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam
suatu seting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Ada 9
intelegensi yang diterima yaitu intelegensi linguistik, intelegensi matematis-
logis, intelegensi ruang visual, intelegensi kinestetik, intelegensi musikal,
intelegensi interpersonal, intelegensi intrapersonal, intelegensi lingkungan,
dan intelegensi eksistensial.
2.1.6 Anak Berkebutuhan Khusus yang Sukses
Setiap anak adalah unik dan mereka memiliki karakter yang berbeda,
Subini (2014: 80). Dengan begitu, karakter anak yang satu dengan yang lain
berbeda dan setiap orang tidak ada yang sempurna. Namun, dibalik
ketidaksempurnaan seseorang tersimpan sebuah kelebihan dan potensi yang
perlu digali sehingga dapat dikembangkan menjadi kemampuan yang luar
biasa. Tidak jarang anak berkebutuhan khusus lebih berpotensi dibandingkan
dengan anak normal secara fisik. Banyak anak inklusi yang sukses dan
mampu mengembangkan potensinya sehingga potensi yang ia miliki dapat
menjadi luar biasa. Banyak faktor yang mempengaruhi seorang anak
berkebutuhan khusus menjadi sukses, diantaranya dukungan dari orang tua
dan lingkungan sekitar, serta pemilihan pendidikan yang bagus. Salah satu
anak berkebutuhan khusus yang sudah memberi bukti bahwa dengan
keterbatasan tersimpan sebuah kelebihan yaitu Albert Einstein.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Albert Einstein adalah seorang ilmuwan fisika teoritis yang dipandang
luas sebagai ilmuwan besar dan mengemukakan teori relativitas serta banyak
menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistika,
dan kosmologi. Albert Einstein lahir di Ulm, Kerajaan Wuttemberg, Jerman
pada tanggal 14 Maret 1879. Ayahnya bekerja sebagai penjaja ranjang bulu
yang kemudian beralih pekerjaan menjadi ahli elektrokimia. Keluarga yang
dimiliki oleh Einstein sangatlah konsen terhadap pendidikan anaknya
terutama dibidang sains dan musik. Einstein yang terkenal dianggap sebagai
pelajar yang lambat, ia mengalami diseleksia (kesulitan membaca) dan
pemalu. Pendapat lain mengatakan bahwa Einstein menderita Sindrom
Asperger yaitu kondisi yang berhubungan dengan autisme. Albert mengalami
kesulitan saat mengikuti mata pelajaran di sekolahnya terutama dalam hal
hitungan dan ilmu alam. Dia dianggap murid yang terbelakang di sekolahnya,
dikarenakan kepribadiannya yang pemalu, namun setelah diteliti otaknya saat
meninggal dunia, hal itu dikarenakan struktur otaknya yang tidak biasa dan
cenderung berpikir dengan olah pikirannya sendiri.
Pada tahun 1896, Albert Einstein masuk Institut Teknologi Swiss
Federal, di Zurich. namun ia gagal saat tes. Kemudian dikirim oleh
keluarganya ke Aarau, Swiss, untuk menyelesaikan sekolah menengahnya, di
mana dia menerima diploma. Dengan beberapa kali usaha untuk mendaftar,
akhirnya Einstein bisa menimba ilmu di Institut Teknologi Swiss Federal, di
Zurich. Selama masa 1901, ia mendiskusikan ketertarikannya terhadap dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sains kepada teman dekatnya termasuk Mileva yang kemudian menjadi
istrinya dan dikaruinai dua orang anak. Setelah lulus, ia memutuskan untuk
melamar perkerjaan yang berkaitan dengan penelitian namun selalu ditolak,
akhirnya ayah dari teman kelasnya menolong dan kemudian dipromisikan
untuk bekerja di Kantor Paten Swiss sebagai asisten teknik pemeriksa pada
tahun 1902. Einstein bertugas sebagai menilai aplikasi paten penemu untuk
alat yang memerlukan pengetahuan fisika. Dia kadang-kadang membetulkan
desain mereka dan juga mengevaluasi kepraktisan hasil kerja mereka.
Pada 1904, posisi Einstein di Kantor Paten Swiss menjadi tetap. Dia
mendapatkan gelar doktor setelah menyerahkan thesis "Eine neue
Bestimmung der Moleküldimensionen" (On a new determination of molecular
dimensions) pada tahun 1905 dari Universitas Zurich. Pada tahun yang sama
pula Einstein menulis empat artikel yang memberikan dasar fisika modern.
Banyak fisikawan yang setuju bahwa ketiga thesis yang ia buat (tentang gerak
Brownian), efek fotolistrik, dan relativitas khusus) pantas mendapat
Penghargaan Nobel. Albert Einstein kemudian menyerahkan thesis-thesisnya
ke “Annalen der Physik” yaitu organisasi Persatuan Fisika Murni dan
Aplikasi.
Dari cerita Albert Eisntein, dapat dilihat bahwa anak berkebutuhan
khusus bisa saja memiliki potensi yang lebih dibandingkan anak berkebutuhan
tidak secara khusus lainnya. Ia memiliki kecerdasan ganda seperti teori
Howard Gardner. Kecerdasan ganda yang dimiliki Albert yaitu (1) kecerdasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
linguistik, yaitu kemampuan mengolah kata-kata secara baik. Meskipun ia
memiliki kelainan (diseleksia) namun ia mampu menyusun empat artikel dan
menyususn thesis yang kemudian menemukan berbagai teori mengenai fisika.
(2) Kecerdasan matematis-logis, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan
penggunaan bilangan dan logika. Orang yang berintelegensi matematis-logis
senang menggeluti simbol dan angka. Ensitein dengan teori relativitasnya,
yang terkenal dengan rumus E=mc2
memiliki intelegensi matematis-logis. (3)
Kecerdasan interpersonal juga dimiliki oleh Einstein, yaitu dengan melakukan
banyak penelitian dan pembuatan artikel tentunya memerlukan kerjasama dan
serta berkomunikasi dengan orang lain. Einstein juga memiliki kecerdasan
intrapersonal. (4) Kecerdasan intrapersonal yaitu berkaitan dengan
pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif
berdasar pengenalan diri. Ketika Einstein sedang menuntut ilmu, ia adalah
sosok orang yang pendiam dan pemalu, lebih sering sendiri sehingga dia
mampu merenungkan bagaimana tujuan hidupnya dengan begitu ia menjadi
orang yang terkenal hingga sekarang dengan menciptakan berbagai teori
diantaranya teori relativitas (E=mc2). (5) Kecerdasan kinestetik, dalam hal ini
Albert senang dalam melakukan penelitian dalam menemukan berbagai teori
yang membuatnya terkenal hingga sekarang. Dalam menemukan berbagai
teori sangat diperlukan bergerak dengan menggunakan anggota tubuhnya
untuk melakukan kegiatan dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Dalam kisah ini. Eisntein mendapat dukungan (scaffolding) dari
orangtuanya. Orangtua Eisntein sangat memperhatikan mengenai pendidikan
di dalam keluarganya, terutama kepada Eisntein, anaknya. Ketika ia berkali-
kali gagal masuk ke perguruan tinggi di Swiss, ia tetap berusaha dan berulang
kali mencoba mendaftar, hingga akhirnya ia lolos. Dukungan dari orangtuanya
menjadi peran penting dalam karir dan pendidikan Eintein. Orangtua yang
selalu memberikan semangat dan motivasi kepada Einstein yang mana ia
berkali-kali gagal namun orangtua ada untuk memberikan dorongan
kepadanya supaya jangan menyerah.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Gunawan (2013), dengan penelitiannya yang berjudul “Survei
Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaftif Sekolah Dasar Luar
Biasa se-Kabupaten Gunung Kidul”. Penelitian ini merupakan penelitian
survey dengan menggunakan kuesioner tertutup. Hasil dari penelitian ini yaitu
pelaksanaan pembelajaran yang baik dipengaruhi oleh tiga indikator, yakni
perencanaan pembelajaran yang baik, proses pelaksanaan yang baik dan
evaluasi pembelajaran yang baik. Salah satu faktor penentu pelaksanaan
pembelajaran yang baik adalah dari pendidik (guru) dalam memilih metode
yang sesuai untuk mengajar siswanya. Dari hasil penelitian yang Gunawan
lakukan bahwa di Kabupaten Gunung Kidul proses pelaksanaan pembelajaran
berjalan baik dengan menggunakan pembelajaran adaptif. Pembelajaran
adaptif adalah pembelajaran yang menyesuaikan kondisi siswa. Metode yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
digunakan di sekolah luar biasa se-Kabupaten Gunung Kidul yang paling
sesuai adalah metode langsung, yaitu berupa ceramah, tanya jawab,
demonstrasi dan penugasan. Penelitian tersebut memberikan infomasi yaitu
proses pembelajaran berjalan baik dengan menggunakan pembelajaran adaptif
yaitu pembelajaran yang menyesuaikan kondisi siswa, artinya menyesuaikan
antara bahan ajar, metode, media pembelajaran dan lingkungan sekitar. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa di Kabupaten Gunung Kidul, metode yang
sesuai adalah metode langsung.
Karim (2011), dengan penelitiannya yang berjudul “Penerapan Metode
Penemuan Dalam Pembelajaran Untuk Meningkatkan Konsep dan
Kemampuan Siswa Berkebutuhan Khusus”. Dilatarbelakangi karena
rendahnya pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa serta
kemampuan siswa yang beragam dalam pelajaran matematika, maka perlu
adanya suatu metode pengajaran yang sesuai dan dapat dilaksanakan baik di
sekolah umum mamupun sekolah inklusi. Dari penelitian yang dilakukan,
menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode penemuan dapat
meningkatkan kemampuan siswa berpikir kritis dan siswa dapat mengikuti
pembelajaran. Penelitian tersebut memberikan informasi yaitu dengan metode
penemuan membuat siswa menjadi lebih berpikir kreatif, maka dari itu
sebagai seorang guru bisa menggunakan metode penemuan ketika melakukan
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Aisyah (2015), dengan judul penelitiannya yaitu “Dampak Pola
Pembelajaran Sekolah Inklusi Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus”.
Dilatarbelakangi karena jumlah anak berkebutuhan khusus di SD Sada Ibu
Cirebon yang lebih banyak dibandingkan jumlah anak normal, maka peneliti
memiliki ketertarikan untuk meneliti mengenai sejauh mana dampak pola
pembelajaran di sekolah tesebut terhadap anak berkebutuhan khusus. Metode
penelitian dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi dan angket.
Berdasarkan penelitian yang sudah peneliti lakukan, dapat diambil
kesimpulan bahwa dengan menggunakan pola pembelajaran adaptif membuat
siswa menjadi lebih kreatif. Selain itu hasil akademik serta sosial dari siwa
berkebutuhan khusus mengalami perkembangan dan menimbulkan dampak
positif dari segi afektif, kognitif dan psikomotornya. Pembelajaran adaptif
adalah pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi siswa, artinya
menyesuaikan antara bahan ajar, metode, alat/ media pembelajaran dan
lingkungan sekitar. Penelitian tesebut memberikan informasi bahwa guru bisa
menggunakan pembelajaran adaptif untuk membuat siswa menjadi lebih
kreatif sehingga bisa memberikan dampak positif kepada siswa berkebutuhan
khusus.
Relevansi dari ketiga penelitian tersebut adalah, bahwa berhasil tidaknya
suatu sistem pembelajaran bergantung pada berbagai faktor, diantaranya
adalah proses pembelajaran, yaitu metode pembelajaran yang digunakan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
guru ketika mengajar peserta didiknya. Pola pembelajaran dan metode
pengajaran yang digunakan guru ketika mengajar siswanya di dalam kelas
diharapkan mampu mengembangkan konsep mengenai pemahaman
pembelajaran serta meningkatkan potensi yang dimiliki siswa. Selain untuk
memgembangkan potensi, juga bisa membuat siswa lebih kreatif untuk
semakin berkembang baik dalam kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu mengenai metode
pengajaran di sekolah inklusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Gambar 2.1
Bagan Hasil Penelitian yang Relevan
Gunawan
(2013)
Survei
Pelaksanaan
Pembelajaran
Pendidikan
Jasmani Adaptif
Sekolah Luar
Biasa se-
Kabupaten
Gunung Kidul
Gunawan
(2013)
Survei
Pelaksanaan
Pembelajaran
Pendidikan
Jasmani Adaptif
Sekolah Luar
Biasa se-
Kabupaten
Gunung Kidul
Karim (2011)
Penerapan
Metode
Penemuan
Dalam
Pembelajaran
Untuk
Meningkatkan
Konsep dan
Kemampuan
Siswa
Berkebutuhan
Khusus
Karim (2011)
Penerapan
Metode
Penemuan
Dalam
Pembelajaran
Untuk
Meningkatkan
Konsep dan
Kemampuan
Siswa
Berkebutuhan
Khusus
Aisyah (2015)
Dampak Pola
Pembelajaran
Sekolah
Inklusi
Terhadap
Anak
Berkebutuhan
Khusus
Aisyah (2015)
Dampak Pola
Pembelajaran
Sekolah
Inklusi
Terhadap
Anak
Berkebutuhan
Khusus
Proses pembelajaran
adaptif baik
dilakukan di sekolah
luar biasa karena
pembelajaran yang
menyesuaikan
kondisi siswa untuk
mengembangkan
potensi.
Proses pembelajaran
adaptif baik
dilakukan di sekolah
luar biasa karena
pembelajaran yang
menyesuaikan
kondisi siswa untuk
mengembangkan
potensi.
Metode penemuan
meningkatkan pola
pikir siswa menjadi
lebih kreatif.
Metode penemuan
meningkatkan pola
pikir siswa menjadi
lebih kreatif.
Pembelajaran
adaptif membuat
siswa menjadi
lebih kreatif dan
memberikan
dampak positif
pada siswa anak
berkebutuhan
khusus.
Pembelajaran
adaptif membuat
siswa menjadi
lebih kreatif dan
memberikan
dampak positif
pada siswa anak
berkebutuhan
khusus.
Lusia (2016)
METODE
PENGAJARAN
YANG
DIGUNAKAN
GURU DI
SEKOLAH
DASAR
INKLUSI SE-
KABUPATEN
BANTUL
Lusia (2016)
METODE
PENGAJARAN
YANG
DIGUNAKAN
GURU DI
SEKOLAH
DASAR
INKLUSI SE-
KABUPATEN
BANTUL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2.3 Kerangka Berpikir
Sekolah inklusi merupakan sistem pendidikan dimana anak berkebutuhan
khusus belajar bersama dengan anak berkebutuhan tidak secara khusus
lainnya. Dalam proses pembelajaran di dalam sekolah inklusi, seharusnya
tidak perlu adanya tembok penghalang antara siswa yang memiliki kebutuhan
khusus dengan siswa berkebutuhan tidak secara khusus. Maka dari itu,
diperlukan metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa yang
beragam, sehingga sebagai seorang guru perlu memahami karakteristik siswa,
mulai dari latar belakang kemampuan serta keadaan fisik, emosi, mental dan
intelektual. Guru harus pintar dan menguasai metode pengajaran yang sesuai
dengan keadaan siswa yang beragam tersebut, sebab jika guru mampu
menguasai dan dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai maka siswa
dapat mengembangkan potensi serta kemampuan yang dimiliki.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Untuk itu peneliti
membagikan kuesioner kepada 29 guru di Kabupaten Bantul, untuk
memperoleh data mengenai kekhasan dalam metode pengajaran di sekolah
inklusi. Dari data yang diperoleh, maka peneliti bisa memetakan metode
pengajaran di sekolah dasar inklusi yang ada di Kabupaten Bantul.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah bentuk
metode pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Kabupaten Bantul adalah metode pengajaran langsung, metode pengajaran
tidak langsung, latihan mandiri, dan scaffolding.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III ini akan dibahas tentang metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan metode penelitian yaitu mengenai
jenis penelitian yang digunakan, setting penelitian, variabel penelitian, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian
instrumen, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul “Metode pengajaran yang digunakan di Sekolah
Dasar Inklusi se Kabupaten Bantul” merupakan jenis penelitian non
eksperimental dengan cross sectional design melalui metode survey, yaitu dengan
membandingkan dua kelompok/orang atau lebih untuk melihat perbedaaan.
Cohen dan Nomion (1982) dalam Sukardi (2003) berpendapat bahwa penelitian
survey sebenarnya masih merupakan salah satu dari jenis penelitian deskriptif.
3.2 Setting Penelitian
a. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai Agustus 2015 sampai Agustus 2016.
b. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 7 sekolah dasar inklusi yang ada di
Kabupaten Bantul, yaitu SD Negeri 2 Jambidan, SD Negeri Soka, SD Negeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Wojo, SD Negeri 2 Panjangrejo, SD Negeri Siluk, SD Negeri Kepuhan, dan
SD Negeri Sawahan.
3.3 Variabel Penelitian
Sarwono (2006: 53) mengatakan variabel ialah sesuatu yang berbeda atau
bervariasi, penekanan kata sesuatu diperjelas dalam definisi kedua yaitu simbol
atau konsep yang diasumsikan sebagai seperangkat nilai-nilai. Dalam penelitian
ini, ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:
3.3.1 Variabel bebas (independent variabel)
Variabel bebas yaitu variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi
variabel lain, Sarwono (2006: 54). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah sekokah dasar inklusi se-Kabupaten Bantul.
3.3.2 Variabel tergantung atau terikat (dependent variabel)
Variabel terikat yaitu variabel yang memberikan reaksi/respon jika
dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel tergantung adalah variabel
yang variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan untuk menentukan
pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas, Sarwono (2006: 54).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah bentuk metode pengajaran di
sekolah dasar inklusi se Kabupaten Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Menurut Ali (dalam Mustafidah (2012: 33) menyebutkan bahwa populasi
penelitian adalah keseluruhan objek penelitian, atau disebut juga universe.
Sedangkan menurut Nawawi (2000: 4) populasi adalah keseluruhan subjek yang
terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai sumber. Dari pendapat para tokoh
tersebut, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan dari objek yang
akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di sekolah dasar
inklusi se-Kabupaten Bantul yang sudah memiliki SK sekolah inklusi dari Dinas
Pendidikan Kabupaten Bantul, yaitu sebanyak 258 guru yang terdiri dari guru
kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
3.4.2 Sampel
Arikunto (1996: 117) dalam buku Mustafidah (2012: 34) menyebutkan,
bahwa sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
penelitian yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan
menggunakan teknik tertentu. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 29 guru. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
purposive random sampling. Margono (2010: 120) mengemukakan bahwa
purposive random sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 7 sekolah dasar inklusi yang ada di
Kabupaten Bantul, dengan jumlah 29 guru. Sekolah dasar inklusi yang menjadi
sampel yaitu SD Negeri 2 Jambidan, SD Negeri Soka, SD Negeri Wojo, SD
Negeri 2 Panjangrejo, SD Negeri Siluk, SD Negeri Kepuhan, dan SD Negeri
Sawahan. Alasan peneliti memilih 7 sekolah dasar inklusi ini yaitu dari 43
sekolah dasar inklusi yang ada di Kabupaten Bantul, tidak semua sekolah
memperbolehkan untuk dijadikan tempat penelitian. Ada beberapa sekolah yang
tidak memperbolehkan karena sudah ber-MOU dengan universitas lain, kemudian
ada pula sekolah dasar inklusi yang ada dalam daftar sekolah inklusi dari Dinas
Pendidikan Bantul, tetapi belum mendapatkan surat keterangan (SK) dari Dinas
Pendidikan tentang inklusi. Jadi, sekolah dasar inklusi yang memperbolehkan
melakukan penelitian hanya 7 sekolah saja.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2012: 308) teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu
menggunakan kuesioner. Kuesioner masuk ke dalam teknik pengumpulan data
non tes. Kuesioner disebarkan kepada guru yang ada di sekolah dasar inklusi se-
Kabupaten Bantul yang menjadi sampel dalam penelitian. Kuesioner berisi
indikator-indikator metode pengajaran di sekolah dasar inklusi yang diturunkan
dari aspek-aspek dalam metode pengajaran di sekolah dasar inklusi. Dari 7
sekolah inklusi yang menjadi sampel, seluruh guru yang di dalam kelasnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
terdapat siswa ABK diminta untuk mengisi kuesioner yang peneliti bagikan.
Jangka waktu pengisian kuesioner yaitu sesuai dengan perjanjian antara peneliti
dan kepala sekolah yang menjadi sampel dalam penelitian, yaitu selama dua hari.
3.6 Instrumen Penelitian
Alat ukur penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengetahui bentuk
metode pengajaran yang digunakan di sekolah inklusi se Kabupaten Bantul.
Sugiyono (2012: 199) mengatakan kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner disebarkan
kepada seluruh guru di sekolah inklusi se Kabupaten Bantul yang menjadi sampel
dalam penelitian. Dalam penelitian ini, digunakan kuesioner tertutup dengan
alasan menghindari adanya jawaban ragu-ragu dari responden dan memudahkan
peneliti dalam menganalisis data. Tukiran (2012: 184) mengatakan karakteristik
pernyataan tertutup adalah semua pilihan jawaban dari pertanyaan telah
ditentukan oleh peneliti. Darmadi (2014: 79) mengungkapkan bahwa kuesioner
tertutup disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal
memberikan tanda centang (√) pada kolom atau tempat yang sudah disediakan.
Dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa dalam kuesioner tertutup
jawaban sudah disediakan oleh peneliti, sedangkan responden tinggal memberi
tanda centang (√). Lembar kuesioner metode pengajaran yang digunakan guru
dalam penelitian ini terdapat 4 aspek metode pengajaran yang mana masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
masing aspek terdiri dari beberapa indikator. Berikut tabel 3.1 menjelaskan
indikator kuesioner metode pengajaran di sekolah inklusi menurut Friend (2015).
Tabel 3.1
Kisi-kisi Lembar Kuesioner Bentuk Metode Pengajaran
di Sekolah Dasar Inklusi se Kabupaten Bantul
No. Aspek Indikator No.
Item
1.
Metode
Pengajaran
Langsung
1. Memberikan latihan dengan bimbingan 1,2
2. Penyampaian materi 3,4
3. Memberikan umpan balik 5
2.
Metode
Pengajaran Tak
Langsung
1. Guru sebagai fasilitator 6
2. Berpusat pada siswa 7
3. Latihan Mandiri
1. Memfasilitasi siswa untuk dapat bekerja
mandiri
8,9
2. Melatih siswa untuk berlatih sejumlah
kecil keterampilan
10
3. Memberikan latihan agar siswa dapat
memperkembangkan kemampuan
11, 12
4. Scaffolding
1. Mengatur tingkat kesulitan materi
pelajaran
13
2. Memanfaatkan model pembelajaran yang
beragam
14
3. Melatih tanggung jawab 15
Tabel 3.1 menunjukkan kisi-kisi lembar kuesioner bentuk metode pengajaran
yang digunakan oleh guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Bantul. Bentuk
metode pengajaran terdiri dari empat aspek, dimana dari masing-masing aspek
terdiri dari beberapa indikator. Aspek pertama yaitu metode pengajaran langsung
meliputi tiga indikator. Indikator pertama yaitu memberikan latihan dengan
bimbingan dan dijabarkan dengan pernyataan pada item nomor 1 dan item 2.
Indikator kedua yaitu penyampaian materi dan dijabarkan dengan pernyataan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
pada item nomor 3 dan item nomor 4.indkator ketiga yaitu memberikan umpan
balik dan dijabarkan dengan pernyataan pada item nomor 5.
Aspek kedua yaitu metode pengajaran tak langsung, meliputi dua indikator,
yaitu indikator pertama guru sebagai fasilitator dijabarkan pada item nomor 6.
Indikator kedua berupusat pada siswa dijabarkan dalam pernyataan dalam item
nomor 7. Selanjutnya aspek ketiga, yaitu latihan mandiri. Dalam aspek latihan
mandiri meliputi tiga indikator, dalam indikator pertama yaitu memfasilitasi siswa
untuk dapat bekerja mandiri dijabarkan dalam pernyataan item nomor 8 dan 9.
Indikator kedua melatih siswa untuk berlatih sejumlah kecil keterampilan
dijabarkan dengan pernyataan pada item nomor 10. Indikator ketiga memberikan
latihan agar siswa dapat memperkembangkan kemampuan dijabarkan dengan
pernyataan item nomor 11 dan 12.
Aspek keempat yaitu scaffolding meliputi 3 indikator. Indikator pertama
mengatur tingkat kesulitan materi pelajaran dijabarkan dalam pernyataan item
nomor 13, indikator kedua memanfaatkan model pembelajaran yang beragam
dijabarkan dalam pernyataan item nomor 14, dan indikator ketiga melatih
tanggung jawab dijabarkan dalam pernyataan item nomor 15.
Tabel 3.2 menunjukkan lembar kuesioner metode pengajaran yang digunakan
guru di sekolah dasar inklusi yang telah disusun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 3.2
Kuesioner Bentuk Metode Pengajaran yang Digunakan Guru di Sekolah
Dasar Inklusi
se-Kabupaten Bantul
No. Aspek Indikator Pernyataan
1.
Metode
Pengajaran
Langsung
1. Memberikan latihan
dengan bimbingan
1. Saya mengajukan pertanyaan unt
uk mengetahui tingkat
pemahaman siswa.
2. Saya mengkoreksi kesalahan
konsep yang dipahami siswa.
2. Penyampaian
materi
3. Saya memberikan contoh konkret
untuk menyoroti poin-poin
penting dalam pembelajaran.
4. Saya menggunakan metode
demonstrasi saat menyampaikan
materi pembelajaran.
3. Memberikan umpan
balik
5. Saya memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya
mengenai materi yang telah
disampaikan.
2.
Metode
Pengajaran
Tak
Langsung
1. Guru sebagai
fasilitator
6. Saya membimbing siswa
memecahkan masalah yang
ditemukan siswa dalam
pembelajaran.
2. Berpusat pada
siswa
7. Saya mengajak siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.
3. Latihan
Mandiri
1. Memfasilitasi siswa
untuk dapat bekerja
mandiri
8. Saya memberikan latihan di
setiap akhir pelajaran yang harus
dikerjakan siswa secara mandiri.
9. Saya mendorong siswa untuk
bersemangat mengerjakan tugas
tanpa bantuan guru/ teman.
2. Melatih siswa untuk
berlatih sejumlah
kecil keterampilan
10. Saya memberikan latihan
sederhana sesuai dengan
keterampilan siswa.
3. Memberikan latihan
agar siswa dapat
memperkembangka
n kemampuan
11. Saya memberi tugas kepada
siswa untuk memperkembangkan
kemampuannya.
12. Saya memberikan latihan
tambahan kepada siswa agar
mereka dapat meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
kemampuannya.
4. Scaffolding
1. Mengatur tingkat
kesulitan materi
pelajaran
13. Saya menyusun materi
pembelajaran sesuai dengan
kemampuan siswa berkebutuhan
khusus.
2. Memenfaatkan
model
pembelajaran yang
beragam
14. Saya menggunakan model
pembelajaran yang cocok dengan
kemampuan siswa.
3. Melatih tanggung
jawab
15. Saya membantu siswa agara
dapat mengumpulkan tugas tepat
waktu.
3.7 Teknik Pengujian Instrumen
Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan
reliabel (Arikunto, 1998: 160) dalam Mustafidah (2012: 41). Dalam sub bab ini
akan dibahas tentang bagaimana instrumen dalam penelitian ini akan diuji
validitas dan reliabilitasnya.
3.7.1 Validitas
Dalam Mustafidah (2012: 42) menurut Arikunto (1998: 160), validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesasihan
suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat, Mustafidah (2012: 42). Menurut Sarwono
(2006: 83-84), ada dua validitas, yaitu validitas internal dan validitas eksternal.
Validitas internal adalah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian dapat dipercaya
kebenarannya, sedangkan validitas eksternal ialah tingkatan dimana hasil-hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
penelitian dapat digeneralisasi pada populasi, latar dan hal-hal lainnya dalam
kondisi yang mirip. Validitas internal meliputi validitas isi, validitas kriteria, dan
validitas konstruk. Dalam penelitian ini menggunakan dua teknik pengukuran
tersebut, yaitu validitas isi dan validitas konstruk.
3.7.1.1 Validitas Isi (Content Validity)
Menurut Margono (dalam Darmadi 2014:85-86) mengungkapkan bahwa
validitas isi (content validity) menunjukkan pada suatu instrumen yang memiliki
kesesuaian isi dalam mengungkap/ mengukur yang akan diukur. Dalam menilai
validitas ini suatu instrumen, perlu diperhatikan beberapa hal penting antara lain
seberapa jauh instrumen itu mencerminkan seluruh isi yang diukur. Kuesioner
penelitian ini mengukur bentuk metode pengajaran yang digunakan guru di
sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Bantul. Validitas isi dilakukan oleh orang
yang ahli dalam mengukur konsep ini. Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan
oleh dua dosen yang dalam ahli dalam anak berkebutuhan khusus dan metode
pengajaran. Kuesioner yang telah dikembalikan kemudian diolah untuk
mengetahui perlu tidaknya revisi. Skala penilaian terhadapat metode pengajaran
5 (sudah baik),4 (sudah baik, perlu perbaikan), 2 (tidak layak), dan 1 (sangat tidak
layak).
Validasi pertama dilakukan oleh dosen PGSD yang ahli dalam anak
berkebutuhan khusus. Hasil validasi dari beliau menunjukkan bahwa pada aspek
pertama mengenai pengunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah EYD dan mudah
dipahami oleh guru diberi nilai 5 tanpa komentar. Pada aspek kedua yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
mengenai isi yang menyebutkan bahwa pertanyaan berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti diberi nilai 5 tanpa komentar. Artinya, pertanyaan yang disusun
sudah baik. Pada aspek pertanyaan bertujuan menggali pemahaman guru sekolah
dasar inklusi tentang metode pengajaran dan disusun berkaitan dengan aspek
metode pengajaran langsung, pengajaran tak langsung, latihan mandiri dan
scaffolding diberi nilai 5 tanpa komentar. Hal ini berarti pertanyaan yang disusun
sudah baik. Sedangkan pada aspek terakhir mengenai pertanyaan yang disusun
sesuai dengan kekhasan metode pengajaran di sekolah inklusi diberi nilai 4 tanpa
komentar. Hal ini menjelaskan bahwa pemberian nilai 4 artinya pertanyaan yang
disusun sudah baik, perlu perbaikan.
Validasi kedua, dilakukan oleh dosen PGSD yang ahli dalam metode
pengajaran. Hasil validasi dari beliau menunjukkan bahwa pada aspek pertama
mengenai pengunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah EYD dan mudah
dipahami oleh guru diberi nilai 4 tanpa komentar. Pada aspek kedua yaitu
mengenai isi yang menyebutkan bahwa pertanyaan berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti diberi nilai 4 tanpa komentar. Artinya, pertanyaan yang disusun
sudah baik namun perlu perbaikan. Pada aspek pertanyaan bertujuan menggali
pemahaman guru sekolah dasar inklusi tentang metode pengajaran dan disusun
berkaitan dengan aspek metode pengajaran langsung diberi nilai 4 tanpa
komentar. Hal ini berarti pertanyaan yang disusun sudah baik, namun perlu
perbaikan. Pada aspek pertanyaan yang disusun berkaitan dengan aspek metode
pengajaran tak langsung, latihan mandiri diberi nilai 4 dengan komentar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
“indikator perlu dibuat lebih spesifik. Pada aspek pertanyaan yang disusun
berdasarkan scaffolding diberi nilai 4 tanpa komentar. Sedangkan pada aspek
terakhir mengenai pertanyaan yang disusun sesuai dengan kekhasan metode
pengajaran di sekolah inklusi diberi nilai 4 tanpa komentar. Hal ini menjelaskan
bahwa pemberian nilai 4 artinya pertanyaan yang disusun sudah baik, perlu
perbaikan.
3.7.1.2 Validitas Konstruk (Constuct Validity)
Menurut Margono (dalam Darmadi 2014: 85) mengungkapkan validitas
konstruk dapat diartikan sebagai alat ukur yang dipakai untuk mengungkapkan
suatu definisi operasional yang tepat, dari suatu konsep teoritis. Validitas
konstruk menunjukkan seberapa baik hasil-hasil yang diperoleh dari penggunaan
suatu alat ukur sesuai dengan teori-teori yang digunakan untuk mendefinisikan
suatu konstruk. Hadi (dalam Sugiyono 2010: 176) mengungkapkan bahwa jika
bangunan teorinya sudah benar maka hasil pengukuran dengan alat ukur
(instrumen) yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang
valid. Jika ada kecocokan yang logik antara item dengan definisi, item itu
dipandang valid. Jika sebaliknya akan dipandang tidak valid (Hadi, 2004:125).
Instrumen kuesioner mengenai metode pengajaran yang digunakan oleh guru di
sekolah inklusi dalam penelitian ini sebanyak 15 item dengan jumlah sampel
sebanyak 7 sekolah inklusi 29 responden. Proses analisis data menggunakan
product moment dengan bantuan SPSS versi 21.0 for windows mengingat
keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti. Hasil uji validitas yang dihitung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
menggunakan SPSS menunjukkan bahwa dari kuesioner ada 15 pernyataan akan
nada pernyataan yang mendapat bintang satu (*) artinya pernyataan tersebut
memiliki taraf kepercayaan sebesar 95%, sedangkan pernyataan yang mendapat
bintang dua (**) artinya pernyataan tersebut memiliki taraf kepercayaan sebesar
99%. Pernyataan yang tidak mendapat bintang satu (*) maupun bintang dua (**)
berarti pernyataan tersebut tidak valid. Dari 15 soal pernyataan yang sudah
divaliadasi, sebanyak 11 pernyataan yang valid, dimana ada 1 pernyataan yang
mendapat bintang satu (*), 10 pernyataan mendapat bintang dua (**). Tabel 3.3
menunjukkan hasil validitas konstruk.
Tabel 3.3
Hasil Validitas Konstruk
Indikator No. Butir
Soal t tabel
r hitung
Pearsin
Correlation
Sig.(2-
tailed) Keputusan
Metode
Pengajaran
Langsung
1 0.367 .446* .015 valid
2 0.367 .474** .009 valid
3 0.367 .472** .010 valid
4 0.367 .112 .563 tidak valid
5 0.367 .474** .009 valid
Metode
Pengajaran
Tak Langsung
6 0.367 .522** .004 valid
7 0.367 .092 .635 tidak valid
Latihan
Mandiri
8 0.367 .594** .001 valid
9 0.367 .687** .000 valid
10 0.367 .261 .172 tidak valid
11 0.367 .508** .005 valid
12 0.367 .581** .001 valid
Scaffolding
13 0.367 .797** .000 valid
14 0.367 .124 .523 tidak valid
15 0.367 .522** .004 valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel 3.3 menunjukkan validitas konstruk dari kuesioner yang sudah
dibagikan kepada guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Bantul. Berdasarkan
hasil tabel diatas, dengan menggunakan program IBM SPSS Statistic 21 untuk uji
validitas instrumen diperoleh 11 item pernyataan yang dikatakan valid yaitu item
1, item 2, item 3, item 5, item 6, item 8, item 9, item 11, item 12, item 13, dan
item 15. Sedangkan item yang tidak valid ada 4, yaitu item 4, item 7, item 10, dan
item 14. Item valid dan tidak valid diasalisis dengan membandingkan rhitung > rtabel
(Sugiyono, 2011: 631). Sebanyak 11 item yang valid memliki nilai rhitung > rtabel.
Tabel 3.3 merupakan hasil perhitungan proses analisis data validasi konstruk
menggunakan product moment dengan bantuan SPSS 21.0, taraf signifikansi
dinyatakan tinggi apabila berada pada tingkat 0.01 yang dinyatakan dengan
lambang ** (dua bintang), dan taraf signifikansi dinyatakan rendah apabila berada
pada tingkat 0.05 yang dilambangkan dengan * (satu bintang).
3.7.2 Reliabilitas
Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten
(cermat) dan akurat (Muhidin, 2011: 110). Jadi, uji reliabilitas instrumen
dilakukan dengan tujuan mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur,
sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya. Uji reliabilitas dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Berikut rumus koefisien Alpha
Cronbach.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Gambar 3.1
Rumus Alpha Cronbach
Keterangan :
= Cronbach coofficient alpha
k = jumlah pecahan
= total dari varian masing-masing pecahan
= varian dari total skor
Masidjo (1995: 209) menyatakan bahwa koefiseien reliabilitas dinyatakan
pada bilangan koefisien antara negatif sampai dengan 1,00.
Koefisien suatu reliabilitas dapat dilihat dari tabel 3.4.
Tabel 3.4
Koefisien Reliabilitas
Reliabilitas Interpretasi
0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
Negatif- 0,20 Sangat Rendah
Tabel 3.4 menguraikan bahwa skor interval koefisien negatif -0,20 memiliki
hubungan yang sangat rendah. Skor interval 0,21-0,40 memiliki hubungan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
rendah. Skor interval 0,41-0,70 memiliki hubungan yang cukup. Skor interval
0,71-0,90 memiliki hubungan yang tinggi. Skor interval 0,91-1,00 memiliki
hubungan yang sangat tinggi. Item kuesioner yang sudah di uji validitas dan
dinyatakan valid sebanyak 11 item. Item yang valid tersebut kemudian diolah
reliabilitasnya menggunakan SPSS 21.0. hasil dari pengolahan tersebut dapat
dilihat pada tabel 3.5
Tabel 3.5
Hasil Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach’s
Alpha
N
of Items
.755 11
Tabel 3.5 menunjukkan nilai reliabilitas Cronbach alpha ( ) sebesar 0,755.
Masidjo (1995: 209) mengkategorikan termasuk dalam kategori tinggi.
3.8 Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Teknik analisis data pada
penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif
kuantitatif untuk mengetahui bentuk metode pengajaran yang digunakan di
sekolah dasar inklusi se- Kabupaten Bantul. Data dari hasil penelitian dianalisis
kemudian dideskripsikan dan dipetakan metode pengajaran dari masing-masing
sekolah dalam bentuk gambaran data sehingga mudah untuk dibaca dan dipahami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Penelitian ini menggunakan lembar kuesioner yang berjumlah 15 item
pernyataan.
Martono (2012: 144) menyebutkan bahwa pengolahan data ada 5, yaitu
coding, entering, cleaning, output, dan analyzing. Coding adalah proses
penyusunan data mentah secara sistematis ke dalam bentuk yang mudah dibaca
oleh mesin pengolah data (komputer). Coding dalam penelitian ini berupa
pemberian kode pada kuesioner. Tujuannya untuk membedakan data antara guru
yang satu dengan yang lainnya. Tabel 3.6 merupakan contoh coding data dalam
penelitian ini.
Tabel 3.6
Contoh Coding Data
Nama
Sekolah
Kode
Sekolah
Kode
Guru I
Kode
Guru
II
Kode
Guru
III
Kode
Guru
IV
Kode
Guru
V
Kode
Guru
VI
SD N X 1 1.1.1 - - 1.4.1 - -
Tabel 3.6 menjelaskan bahwa untuk SD N X menggunakan kode 1. Kode
untuk pengampu kelas 1 adalah 1.1.1, hal tersebut menjelaskan bahwa kuesioner
tersebut berasal dari SD N X yang telah diisi oleh guru pengampu kelas I yang
pertama, apabila kelas paralel maka kode guru untuk kelas kedua adalah 1.1.2.
Begitu juga untuk kelas kode sekolah lain dan kelasnya.
Data entering merupakan proses pemindahan data yang telah diubah
kedalam kode angka ke dalam komputer. Data dimasukkan ke dalam Microsoft
Excel 2010 kemudian dicek kelengkapannya. Selanjutnya melakukan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
cleaning, yaitu pengecekan untuk memastikan bahwa seluruh data yang telah
dimasukkan ke komputer sesuai dengan yang sebenarnya. Setelah melakukan
data cleaning yaitu menghilangkan item kuesioner yang tidak valid, maka
dilakukan data analyzing peneliti membutuhkan beberapa alat uji statistik yang
sesuai dengan kebutuhan. Analisis data pada setiap bentuk metode yang
digunakan guru dapat ditempuh dengan:
a. Menghitung total skor untuk setiap item pernyataan
b. Menghitung rata-rata item 1 dan item 2 (Hadi, 2004: 103)
c. Menghitung presentase jumlah skor untuk setiap item pernyataan
Selanjutnya adalah data output atau penyajian data adalah tahap penyajian
hasil pengolahan data dalam bentuk data yang mudah dibaca dan lebih
menarik. Data output adalah tahap akhir dalam analisis data. Penyajian data
pada penelitian ini menggunakan grafik. Tujuan pemilihan grafik adalah agar
data yang disajikan mudah dibaca dan dipahami.
𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑒𝑔𝑖 𝑀 𝑋 + 𝑋
𝑁 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑒𝑔𝑖 𝑀
𝑋 + 𝑋
𝑁
𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑆𝑡𝑟𝑎𝑡𝑒𝑔𝑖 % 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑥 00 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑆𝑡𝑟𝑎𝑡𝑒𝑔𝑖 %
𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑥 00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3.9 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel 3.7
Tabel 3.7
Jadwal Penelitian
No. Kegiatan
Bulan
Agst Sept Okt Nov Des Jan Feb Mrt April Mei Jun Jul Ag
1. Observasi
pra penelitian
2. Penyusunan
proposal
3. Bimbingan
dengan dosen
pembimbing
4. Permohonan
ijin ke
sekolah
5. Permohonan
ijin ke dinas
6. Validasi
7. Pengumpulan
data
8. Pengolahan
Data
9. Ujian Skripsi
10. Revisi
11. Pembuatan
artikel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV dalam penelitian ini membahas tentang deskripsi
penelitian, analisis kuesioner, hasil penelitian, dan pembahasan.
4.1 Deskripsi Penelitian
Penelitian berjudul “Metode Pengajaran yang Digunakan di
Sekolah Dasar Inklusi se Kabupaten Bantul” ini termasuk penelitian
non-eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016.
Sebelum peneliti meminta ijin ke Bappeda Kabupaten Bantul, peneliti
meminta surat pengantar dari kampus. Setelah mendapatkan surat ijin
penelitian, kuesioner disebarkan kepada 7 sekolah inklusi se Kabupaten
Bantul yang berjumlah 29 responden. Kuesioner yang dibagikan
kepada guru di sekolah dasar inklusi berjumlah 15 pernyataan.
Kuesioner yang kembali berjumlah 29 kuesioner, artinya tingkat
pengembaliannya 100%. Adapun deskripsi bentuk metode pengajaran
yang digunakan oleh 29 guru tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
4.2 Analisis Kuesioner
Berdasarkan kuesioner yang peneliti sudah bagikan kepada 29
responden, didapatkan hasil penelitian sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Gambar 4.1
Hasil Kuesioner Metode Pengajaran Langsung
Pada item 1, dari 29 guru ada 22 guru (75.8%) yang menjawab
“ya” dan 7 guru (24.2%) yang menjawab “tidak” untuk pernyataan
mengajukan pernyataan untuk mengetahui tingkat pemahaman. Pada
item 2, dari 29 guru ada 26 guru (89.6%) yang menjawab “ya” dan 3
guru (10.4%) menjawab “tidak” pada item pernyataan mengkoreksi
kesalahan konsep pada siswa. Pada item 3, ada 23 guru (79.3%) yang
menjawab “ya” dan 6 guru (20.7%) menjawab “tidak” pada pernyataan
memberikan contoh konkret dalam menyoroti poin-poin penting dalam
pembelajaran. Pada item 4, ada 27 guru (93.1%) yang menjawab “ya”
dan 2 guru (6.9%) yang menjawab “tidak” pada pernyataan
menggunakan metode demonstrasi saat penyampaian materi
75.80%
89.60%
79.30%
93.10%
89.60%
Grafik Presentase Aspek Metode Pengajaran Langsung
item 1 (75.8%)
item 2 (89.6%)
item 3 (79.3%)
item 4 (93.1%)
item 5 (89.6%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
pembelajaran. Pada item 5, dari 29 guru ada 26 (89.6%) guru yang
menjawab “ya” dan 3 guru (10.4%) yang menjawab “tidak” pada
pernyataan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai materi yang disampaikan.
Gambar 4.2
Hasil Kuesioner Metode Pengajaran Tak Langsung
Pada item 6 ada 22 guru (75.8%) yang menjawab “ya” dan 7 guru
(24.2%) yang menjawab “tidak” pada pernyataan membimbing siswa
memecahkan masalah yang ditemukan dalam pembelajaran. Pada item
7, dari 29 guru ada 28 guru yang menjawab “ya” dan 1 guru yang
75.80%
96.50%
Grafik Presentase Aspek Metode Pengajaran Tak Langsung
item 6 (75.8%)
item 7 (96.5%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
menjawab “tidak” pada pernyataan mengajak siswa aktif dalam
pembelajaran.
Gambar 4.3
Hasil Kuesioner Latihan Mandiri
Pada item 8 ada 24 guru (82.7%) yang menjawab “ya” dan 5 guru
(17.3%) yang menjawab “tidak” pada pernyataan memberikan latihan
di setiap akhir pelajaran yang harus dikerjakan secara mandiri. Pada
item 9 ada 26 guru (89.6%) yang menjawab “ya” dan 3 guru (10.4%)
yang menjawab “tidak” pada pernyataan mendorong siswa untuk
bersemangat mengerjakan tugas tanpa bantuan guru/ teman. Pada item
10, dari 29 guru ada 26 guru (89.6%) yang menjawab”ya” dan 3 guru
(10.4%) yang menjawab “tidak” pada pernyataan memberikan latihan
82.70%
89.60%
89.60%
82.70%
89.60%
Grafik Presentase Aspek Latihan Mandiri
item 8 (82.7%)
item 9 (89.6%)
item 10 (89.6%)
item 11 (82.7%)
item 12 (98.6%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
sederhana sesuai dengan keterampilan siswa. Pada item 11, ada 24 guru
(82.7%) yang menjawab “ya” dan 5 guru (17.3%) yang menjawab
“tidak” pada pernyataan memberi tugas kepada siswa untuk
memperkembangkan kemampuannya. Pada item 12, ada 26 guru
(89.6%) yang menjawab “ya” dan 3 guru (10.4%) yang menjawab
“tidak” pada pernyataan memberikan latihan tambahan agar siswa
dapat meningkatkan kemampuannya.
Gambar 4.4
Hasil Kuesioner Scaffolding
Pada item 13, ada 28 guru (96.5%) yang menjawab “ya” dan 1
guru (3.5%) menjawab “tidak” pada pernyataan menyusun materi
pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus.
Pada item 14, ada 27 guru (93.1%) yang menjawab “ya” dan 2 guru
96.50%
93.10%
75.80%
Grafik Presentase Aspek Scaffolding
item 13 (96.5%)
item 14 (93.1%)
item 15 (75.8%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
(6.9%) menjawab “tidak” pada pernyataan menggunakan model
pembelajaran yang cocok dengan kemampuan siswa. Pada item terakhir
yaitu nomor 15, dari 29 guru, ada 22 guru (75.8%) yang menjawab
“ya” dan 7 guru (24.2%) menjawab “tidak” pada pernyataan membantu
siswa agar dapat mengumpulkan tugas tepat waktu.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Metode Pengajaran yang Digunakan
Metode pengajaran sebagai cara yang digunakan guru sehingga
dalam menjalankan fungsinya, metode merupakan alat untuk mencapai
tujuan pembelajaran, Bahri (dalam Siregar, 2010: 32). Bentuk metode
pengajaran di sekolah inklusi ada 4, yaitu metode pengajaran langsung,
metode pengajaran tak langsung, latihan mandiri dan scaffolding. Di
Kabupaten Bantul, ada 43 sekolah dasar inklusi yang tersebar di 16
kecamatan. Dari 43 sekolah dasar inklusi, ada 7 sekolah dasar inklusi
yang menjadi sampel dalam penelitian. Berdasarkan hasil angket yang
sudah dianalisis dan dinyatakan dalam dalam tabel 4.1 dapat dilihat
bahwa seluruh guru di setiap sekolah menggunakan semua bentuk
metode pengajaran di sekolah inklusi. Namun, dari keempat bentuk
metode pengajaran di sekolah inklusi, metode pengajaran tak langsung
yang memiliki presentase pengunaan paling tinggi yaitu dengan
presentase 39.81%. Dengan begitu, hampir seluruh sekolah dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
inklusi menggunakan metode pengajaran tak langsung dalam
pembelajaran, dengan indikator guru sebagai fasilitator dan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sekolah yang menggunakan
metode pengajaran tak langsung sudah memfasilitasi siswa untuk
bersikap aktif sehingga guru sebagai fasilitator bertugas memberikan
pendampingan apabila siswa membutuhkan.
4.3.2 Pemetaan Bentuk Metode Pengajaran
Berikut adalah tabel presentase penggunaan bentuk metode
pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten
Bantul.
Tabel 4.1
Presentase Penggunaan Bentuk Metode Pengajaran
No Metode Presentase
1 Metode Pengajaran Langsung %
2 Metode Pengajaran Tak Langsung %
3 Latihan Mandiri 0 0 %
4 Scaffolding 0 %
Tabel 4.1 Menggambarkan presentase penggunaan bentuk metode
pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten
Bantul. Presentase penggunaan bentuk metode pengajaran yang paling
tinggi adalah metode pengajaran tak langsung dengan presentase
39.81%. Data dari tabel tersebut kemudian diolah menjadi grafik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Gambar 4.1 menyajikan grafik presentase penggunaan bentuk metode
pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten
Bantul.
Gambar 4.5
Grafik Presentase Penggunaan Metode Pengajaran di Sekolah Inklusi
4.4 Pembahasan
Dari hasil olah data diketahui bahwa guru-guru di sekolah dasar
inklusi se-Kabupaten Bantul menggunakan metode pengajaran tidak
langsung (38.81%). Dalam penelitian ini, metode pengajaran tidak
langsung memiliki presentase penggunaan metode paling banyak.
Metode pengajaran langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan siswa
19.74%
39.81%
20.01%
20.37%
Grafik Penggunaan Bentuk Metode Pengajaran di Sekolah Inklusi se-Kabupaten Bantul
Metode Pengajaran Langsung(19.74%)
Metode Pengajaran TakLangsung (39.81%)
Latihan Mandiri (20.01%)
Scaffolding (20.37%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
yang tinggi dalam melakukan observasi dan penyelidikan. Metode
pengajaran tak langsung sering disebut sebagai konstruktivis karena
adanya keyakinan bahwa siswa-siswi mampu membangun
pengertiannya secara mandiri. Metode pengajaran tidak langsung paling
umum disebut dengan pengajaran inkuiri, atau pengajaran penemuan.
Guru perlu menguasai metode pengajaran tidak langsung karena
membantu siswa dalam membangun pengetahuannya dengan
melakukan penemuan (inkuiri), sedangkan guru bertugas sebagai
fasilitator. Meskipun di Kabupaten Bantul, metode pengajaran langsung
menempati presentase penggunaan metode paling tinggi, namun masih
ada guru yang belum menerapkan pembelajaran tak langsung di
sekolah.
Metode pengajaran yang khas dari sekolah inklusi yaitu scaffolding.
Scaffolding merupakan bentuk dukungan yang disediakan oleh guru
untuk membantu siswa menjembatani jarak antara kemampuan mereka
yang sekarang dengan target yang dituju. Karakteristik anak
berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Bantul
adalah slow learner, hiperaktif, disleksia, disgrafia, diskalkulia, dan
tuna netra. Oleh karena itu, metode scaffolding yang bisa diberikan
guru misalnya:
a. Bagi siswa slow learner, diberikan dukungan dengan cara
memberikan waktu yang lebih lama dalam pengerjaan tugas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
diberikan oleh guru. Pemberian waktu dari hari ke hari perlu
dipersingkat agar anak slow learner dapat dilihat
perkembangannya dalam mengerjakan tugas sepersi siswa lain.
b. Bagi siswa hiperaktif, dapat diberikan dukungan dengan
menggunakan metode pembelajaran seperti games, karena anak
hiperaktif cenderung tidak bisa diam. Selain itu guru mengajak
anak melakukan berbagai aktivitas yang mendukung proses
pembelajarannya.
c. Bagi siswa disleksia, diberikan dukungan dengan menggunakan
metode pembelajaran yang melibatkan pendengaran dan
penglihatan. Pembelajaran melibatkan penglihatan misalnya
dengan tulisan bergambar yang memudahkan siswa untuk
mengingatnya. Pembelajaran dengan pendengaran misalnyua
mengulang kata dengan lafal yang jelas supaya siswa dapat
menangkapnya.
d. Bagi siswa disgrafia, dapat diberikan dukungan yang mengajak
anak fokus pada pengajaran menulis. Langkah pertama yaitu
diajarkan tentang cara memegang alat tulis dengan benar.
Selanjutnya, siswa diajak untuk mengeja huruf sebagai permulaan,
apabila siswa bisa memahami selanjutnya menyalin huruf pada
buku tugas siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
e. Bagi siswa diskalkulia, dukungan dapat diberikan kepada siswa
dengan menggunakan pola berulang. Sebaiknya guru mengurangi
soal dengan model cerita.
f. Bagi siswa tuna netra, diberikan dukungan dengan memanfaatkan
anggota tubuh lain untuk belajar, misalnya melakukan kegiatan
dasar seperti meraba berbagai benda yang ada di sekitar,
menggunakan indra pendengaran untuk mengenali suara orang
atau bunyi-bunyian, indra pengecap untuk mengenali rasa, dan
indra penciuman untuk mengenali bau-bau yang ada di sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
BAB V
PENUTUP
Bab V dalam penelitian ini, peneliti menguraikan tiga hal. dua hal
yang diuraikan dalam bagian penutup adalah kesimpulan, kertebatasn
penelitian, dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di sekolah inklusi se
Kabupaten Bantul dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Batul menggunakan semua
bentuk metode pengajaran, yaitu metode pengajaran langsung,
metode pengajaran tak langsung, latihan mandiri dan scaffolding.
b. Metode pengajaran tak langsung 38.81%, scaffolding 20.37%,
latihan mandiri 20.01% dan metode pengajaran langsung 19.74%.
Jadi, di Kabupaten Bantul presentase penggunaan bentul metode
pengajaran yang paling sering adalah metode pengajaran tak
langsung.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penelitian ini terbatas pada metode pengajaran, padahal dalam
proses pendidikan ada banyak hal yang menjadi faktor penentu
keberhasilan pendidikan, antara lain, kurikulum, peserta didik,
sarana dan prasarana, media pembelajaran, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
b. Peneliti hanya mampu menyusun kuesioner dengan jawaban
tertutup karena penelitian ini sebagai survey penelitian awal
yang mana di PGSD belum ada penelitian sebelumnya.
c. Instrumen yang peneliti kembangkan merupakan sebuah
penelitian awal sehingga instrumen yang dikembangkan belum
mencakup keseluruhan metode pengajaran secara maksimal.
d. Sampel dalam penelitian ini belum mencapai jumlah minimal
sebuah penelitian, karena dari 43 sekolah dasar inklusi hanya 7
sekolah dasar inklusi yang menjadi sampel.
5.3 Saran
Saran untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk penelitian selanjutnya, perlu menyusun instrumen yang
mencakup seluruh metode pengajaran untuk memperoleh data
yang lebih akurat.
b. Bagi peneliti selanjutnya, lebih baik untuk dapat membuat
pernyataan secara terbuka sehingga data yang didapatkan
bervariasi.
c. Untuk penelitian selanjutnya, supaya memperhitungkan jumlah
minimal dalam pengambilan sampel penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin. 2001. Kerajinan gerabah di kabupaten bantul. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Asiyah, Dewi. 2015. Dampak pola pembelajaran sekolah inklusi terhadap
anak berkebutuhan khusus. Jurnal Gema Wiralodra Vol VII No.1 Juni
2015. Cirebon: Universitas Nahdlatul Ulama.
Aziz, Safrudin. 2015. Pendidikan seks anak berkebutuhan khusus.
Yogyakarta: Gava Media.
Efendi, Mohammad. 2005. Pengantar pedagogik anak berkebutuhan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Friend, Marilyn. 2015. Menuju pendidikan inklusi panduan praktis untuk
mengajar edisi ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gunawan. 2014. Survei pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani
adaptif sekolah dasar luar biasa se-kabupaten gunung kidul. Skripsi.
Semarang: FIK Universitas Negeri Semarang.
Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi research jilid 2.Yogyakarta: Andi.
Hallan, Daniel P. 2001. Exceptional Ccildren: introduction to special
education. USA: Prentice-Hall International.
Hallahan, P Daniel, dkk. 2009. Exceptional learners: an introduction to
special education. Boston: Pearson Education Inc.
Hasan, Alwi. 2002. Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model pengajaran dan pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ilahi, Mohammad Takdir. 2013. Pendidikan inklusif konsep dan aplikasinya.
Yogyakarta: Arr-Ruzz Media.
Karim, Asrul. 2011. Penerapan metode penemuan dalam pembelajaran untuk
meningkatkan konsep dan kemampuan siswa berkebutuhan khusus.
Skripsi. Aceh: PGSD FKIP Universitas Almuslimin.
Kirk & JJ. Gallager. 2000. Educating exceptional children. USA: Houghton
Miffin Company.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Kustawan, Dedy. 2012. Pendidikan inklusif dan upaya implementasinya.
Jakata: PT. Luxima Metro Medi.
Lina, Rina Dewi. 2003. Hemat bisa miskin, boros bisa kaya. Jakarta: Penebar
Plus.
Majid, Abdul. 2013. Strategi pembelajaran. Bandung: Rosda.
Mulyasa. 2008. Menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran yang
kreatif dan menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ngainun, Naim. 2009. Menjadi guru inklusif. Yogyakarta: Pustaka Pustaka.
Nuryati. Lusi. 2008. Psikologi anak. Jakarta: Indeks.
Rahajo, M. 2012. Model pembelajaran inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
Samana. 1992. Sistem pengajaran prosedur pengembangan sistem
instruksional (PPSI) dan pertimbangan metodologisnya. Yogyakarta:
Kanisius.
Sarwono, J. (2006). Metode penelitian kuantitatif & kualitatif. Bandung:
Graha Ilmu.
Sinurat, dkk. 1989. Survei kebutuhan siswa di SMA katolik di DIY.
Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma.
Siregar, E. 2010. Teori belajar dan pembelajarannya. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Subini, Nini. 2014. Pengembangan pendidikan inklusi berbasis potensi.
Yogyakarta: Redaksi Maxima.
Sunarso. 1997 Jilid 4 No.1. Hambatan yang dihadapi guru SD dalam
kenaikan pangkat dan angka kredit.
Suparno, Paul. 2004. Teori intelegensi ganda dan aplikasi di sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Suyoto, 2012. Manajemen Sekolah: Mengelola lembaga pendidikan secara
mandiri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Smith, David. 2012. Sekolah inklusi konsep dan penerapan pembelajaran.
Bandung: Nuansa Cendekia.
Wiyani, Novan Ardy. 2014. Buku ajar penanganan anak usia dini
berkebutuhan khusus. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Wiyono, Gendro. 2011. Merancang penelitian bisnis dengan alat analisis
SPSS 17.0 & smart PLS 2.0. Yogyakarta: STIM YKPN Yogyakarta.
Yusuf, Syamsu. 2010. Psikologi perkembangan anak & remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Zain, A. 2010. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lusia Eka Ristanti adalah nama penulis dalam penelitian ini.
Peneliti lahir dari orang tua Ferdinandus Sudaris dan Margareta
Lutini sebagai anak tunggal. Peneliti lahir di Magelang pada 27
Februari 1995. Peneliti menempuh pendidikan dimulai dari SD
Negeri Wates (lulus tahun 2006), melanjutkan ke SMP Kanisius
Sumber (lulus tahun 2009), SMA Marsudirini Muntilan (lulus
tahun 2012), hingga akhirnya menempuh masa kuliah di Fakultas
Kejuruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma (lulus 2016).
Peneliti pernah mengikuti berbagai macam acara baik dalam lingkup universitas
maupun prodi, yaitu:
1. Inisiasi Sanata Dharma
2. Inisiasiasi Fakultas
3. Inisiasi Prodi
4. Kursus Mahir Dasar (KMD)
5. Weekend Moral
6. PPKM I dan PPKM II
Selain itu, peneliti juga mengikuti seminar yang diadakan universitas maupun prodi,
diantaranya Mental Healt in Children: Theory and Research dan seminar Diseminasi
Hasil Magang Dosen: Curriculum Cambridge.
Dengan motivasi dan usaha yang tinggi, penulis telah menyelesaikan penelitian ini.
Semoga penelitian ini dapat menjadi referensi dan sumber belajar demi
mengingkatkan pendidikan inklusi.
Akhir kata, penulis mengucapkan rasa syukur atas terselesaikannya penelitian yang
berjudul “Metode Pengajaran yang Digunakan Guru di Sekolah Dasar Inklusi di
Kabupaten Bantul”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Lampiran 2 : Validitas Isi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Lampiran 3: Validitas Konstruk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Lampiran 4: Reliabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Lampiran 5: Pengolahan Data Mean
a. Pengolahan data mean
1. Metode pengajaran langsung
Jumlah item 1 (X1) =22
Jumlah item 2 (X2) = 26
Jumlah item 3 (X3) = 23
Jumlah item 4 (X4) = 27
Jumlah item 5 (X5) = 26
=
% (
) 00
(
) 00
%
2. Metode Pengajaran Tak Langsung
Jumlah item 6 (X6) = 22
Jumlah item 7 (X7) = 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
0
% (
) 00
( 0
) 00
%
3. Latihan Mandiri
Jumlah item 8 (X8) = 24
Jumlah item 9 (X9) = 26
Jumlah item 10 (X10) = 26
Jumlah item 11(X11) = 24
Jumlah item 12(X12) = 26
% (
) 00
(
) 00
0 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
4. Scaffolding
Jumlah item 13 (X13) = 28
Jumlah item 14 (X14) = 27
Jumlah item 15 (X15) = 22
+ +
=25.6
% (
) 00
(
) 00
%
Tabel 4.2
Hasil Analisis Data Mean Penggunaan Bentuk Metode Pengajaran
No Metode Presentase
1 Metode Pengajaran Langsung %
2 Metode Pengajaran Tak Langsung %
3 Latihan Mandiri 0%
4 Scaffolding %
Jumlah %
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh jumlah seluruh presentase
penggunaan metode pengajaran sebesar 358.9%. hasil tersebut kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
digunakan untuk menghitung tingkat penggunaan metode pengajran
kemudian akan digambarkan dalam bentuk diagram, dengan rumus
sebagai berikut :
00
b. Perhitungan Dalam Presentase
1. Metode Pengajaran Langsung
00
%
2. Metode Pengajaran Tak Langsung
00
%
3. Latihan Mandiri
00
0 %
4. Scaffolding
00
0 %
Presentase Penggunaan Bentuk Metode Pengajaran
No Metode Presentase
1 Metode Pengajaran Langsung %
2 Metode Pengajaran Tak Langsung %
3 Latihan Mandiri 0 0 %
4 Scaffolding 0 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI