Upload
hiskia-ulinuha-annisa
View
25
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Hiskia Ulinuha Annisa
H1F010013
METODE PENYEBARAN BATUBARA
Batubara terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dan memerlukan waktu yang
lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) dibawah pengaruh fisika, kimia dan
keadaan geologi. Untuk memahami bagaimana batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan
perlu diketahui dimana batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan perlu diketahui dimana
batubara terbentuk dan faktor-faktor yang akan mempengaruhinya serta bentuk lapisan
batubara.
Tempat Terbentuknya Batubara:
Ada 2 macam teori yang menyatakan tempat terbentuknya batubara, yaitu :
A. Teori Insitu
Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembenrtuk lapisan batubara terbentuknya
ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian setelah tumbuhan
tersebut mati, belum mengalami proses transportasi, segera tertimbun oleh lapisan sedimen
dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini
mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar abunya relatif
kecil, Dapat dijumpai pada lapangan batubara Muara Enim (SumSel).
B. Teori Drift
Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembenrtuk lapisan batubara terbentuknya
ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian
setelah tumbuhan tersebut mati, diangkut oleh media air dan berakumulasi disuatu tempat,
segera tertimbun oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara
yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas tetapi dijumpai dibeberapa
tempat, kualitasnya kurang baik karena banyak mengandung material pengotor yang
terangkut bersama selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat
sedimentasi. Dapat dijumpai pada lapangan batubara delta Mahakam Purba, Kaltim.
Faktor yang Berpengaruh dalam Pembentukan Batubara :
Batubara terbentuk dengan cara yang kompleks dan memerlukan waktu yang lama
(puluhan sampai ratusan juta tahun) dibawah pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan
geologi. Faktor yang berpengaruh pada pembentukan batubara, yaitu :
Hiskia Ulinuha Annisa
H1F010013
a. Posisi Geotektonik
Merupakan suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi gaya-gaya tektonik
lempeng. Posisi ini mempengaruhi iklim lokal dan morfologi cekungan pengendapan
batubara maupun kecepatan penurunannya.
b. Morfologi (Topografi)
Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena
menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk.
c. Iklim
Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan batubara dan
merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai. Tergantung pada
posisi geografi dan dipengaruhi oleh posisi geotektonik.
d. Penurunan
Dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik. Jika penurunan dan pengendapan gambut
seimbang akan dihasilkan endapan batubara tebal
e. Umur Geologi
Posisi geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan berbagai macam
tumbuhan. Dalam masa perkembangannya secara tidak langsung membahas sejarah
pengendapan batubara dan metamorfosa organik. Makin tua umur batuan makin dalam
penimbunan yang tejadi, sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada
batubara yang mempunyai umur geologi lebih tua selalu ada resiko mengalami deformasi
tektonik yang membentuk struktur perlipatan atau patahan pada lapisan batubara.
f. Tumbuhan
Flora merupakan unsur utama pembentuk batubara. Pertumbuhan dari flora
terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim dan topografi tertentu,
merupakan faktor penentu terbentuknya berbagai type batubara.
g. Dekomposisi
Dekomposisi flora merupakan bagian dari transformasi biokimia dari organik
merupakan titik awal untuk seluruh alterasi. Dalam pertumbuhan gambut, sisa tumbuhan
akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun kimiawi. Setelah tumbuhan mati, proses
degradasi biokimia lebih berperan. Proses pembusukan (decay) akan terjadi oleh kerja
mikrobiologi (bakteri anaerob). Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen
menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti celulosa, protoplasma dan pati.
Hiskia Ulinuha Annisa
H1F010013
Dari proses diatas terjadi perubahan dari kayu menjadi lignit dan batubara
berbitumen. Dalam suasana kekurangan oksigen terjadi proses biokimia yang berakibat
keluarnya air (H2O) dan sebagian unsur karbon akan hilang dalam bentuk karbon dioksida
(CO2), karbon monoksida (CO) dan methan (CH4). Akibat pelepasan unsur atau senyawa
tersebut jumlah relatif unsur karbon akan bertambah. Kecepatan pembentukan gambut
tergantung pada kecepatan perkembangan tumbuhan dan proses pembusukan. Bila tumbuhan
tertutup oleh air dengan cepat, maka akan terhindar oleh proses pembusukan, tetapi terjadi
proses disintegrasi atau penguraian oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan yang telah mati terlalu
lama berada di udara terbuka, maka kecepatan pembentukan gambut akan berkurang,
sehingga hanya bagian keras saja tertinggal yang menyulitkan penguraian oleh mikrobiologi.
h. Sejarah sesudah pengendapan
Sejarah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisi geotektonik yang
mempengaruhi perkembangan batubara dan cekungan batubara. Secara singkat terjadi proses
geokimia dan metamorfosa organik setelah pengendapan gambut.
i. Struktur cekungan batubara
Terbentuknya batubara pada cekungan batubara umumnya mengalami deformasi oleh
gaya tektonik, yang akan menghasilkan lapisan batubara dengan bentuk tertentu.
j. Metamorfosa organic
Tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah penimbunan atau penguburan
oleh sedimen baru. Pada tingkat ini proses degradasi biokimia tidak berperan lagi tetapi lebih
didominasi oleh proses dinamokimia. Proses ini menyebabkan terjadinya perubahan gambut
menjadi batubara dalam berbagai mutu. Selama proses ini terjadi pengurangan air lembab,
oksigen dan zat terbang (seperti CO2, CO, CH4 dan gas lainnya) serta bertambahnya
prosentase karbon padat, belerang dan kandungan abu. Perubahan mutu batubara
diakibatkkan oleh faktor tekanan dan waktu. Tekanan dapat disebabkan oleh lapisan sedimen
penutup yang sangat tebal atau karena tektonik.
Identifikasi penyebaran batubara dengan menggunakan metode geofisika
Prospek penambangan batubara dengan metoda tambang terbuka seperti
kebanyakan saat ini, untuk masa yang akan datang semakin sulit. Hal ini disebabkan oleh
letak lapisan batubara sudah semakin dalam dari permukaan, sehingga nilai perbandingan
antara batubara dan batuan pengapit akan semakin tinggi dan akan mencapai nilai yang tidak
ekonomis. Daerah X merupakan daerah di wilayah propinsi Kalimantan Timur. Fenomena
Hiskia Ulinuha Annisa
H1F010013
alam daerah X berupa hutan gundul bekas area pengusahaan hutan PT.ITCI kemudian
dibakar dan yang tertinggal hanyalah tumbuhan pakis yang memenuhi area hutan berbukit-
bukit. Daerah X bersebelahan dengan lokasi pertambangan batu bara yang masih beroperasi
dan menghasilkan batubara nmun sedikit kandungannya [1]. Mengingat keberadaan
singkapan batubara yang sangat terbatas di daerah X tersebut, maka gambaran sebaran
batubara sulit untuk ditambang, sehingga distribusinya juga tidak diketahui. Oleh karena itu
untuk mengetahui secara optimal kandungan batu baranya, maka diperlukan suatu metode
yang dapat digunakan untuk memprediksikan sebaran dan kedalaman batubara tersebut.
Salah satu metode gofisika yang dapat digunakan untuk memperkirakan keberadaan batubara
adalah metoda geolistrik tahanan jenis.
Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran
listrik di dalam bumi. Pendeteksian di atas permukaan meliputi pengukuran medan potensial,
arus, dan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus
ke dalam bumi. Metoda ini merupakan salah satu metoda geofisika yang dapat memberikan
gambaran susunan dan kedalaman lapisan batuan, dengan mengukur sifat kelistrikan batuan
[2]. Selanjutnya Loke [3] mengungkapkan bahwa survai geolistrik metoda resistivitas
mapping dan sounding menghasilkan informasi perubahan variasi harga resistivitas baik
arah lateral maupun arah vertikal.
Dalam penelitian ini pengambilan data menggunakan NANIURA Resistivitymeter
Model NRD 22S. Konfigurasi yang dipakai pada penelitian ini adalah konfigurasi
schlumberger. Sebelum akuisisi di lapangan, dilakukan survei awal daerah penelitian. Survai
ini dilakukan untuk mengetahui singkapan batubara yang terdapat pada daerah survai.
Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari akuisisi di lapangan adalah nilai potensial dan arus yang
terbaca pada resistivitymeter. Kedua data inilah yang diolah sehingga didapatkan nilai
resistivitas dari akuisisi di lapangan berdasarkan (persamaan 6). Dengan metode Matching
(The Auxilury Point Method) ini mengaplikasikan “empirical master curves“ yang terdiri
atas dua bagian yaitu kurva standar dua lapisan dan kurva pembantu. Kurva hasil
pengukuran digunakan sebagai dasar interprestasi jenis litologi yang menyusun kondisi
bawah permukaan diarea titik lokasi pengukuran.
Pemodelan
Hiskia Ulinuha Annisa
H1F010013
Tahap pemodelan dilakukan dengan metode curve matching (metode pencocokan
kurva), akan diperoleh model data nilai resistivitas, ketebalan lapisan, distribusi resistivitas
batuan dan juga kedalaman lapisan yang selanjutnya digunakan interpretasi.
Pengukuran geolistrik ditujukan untuk menentukan lokasi batubara dan dilakukan
pada sebelas titik pengukuran. Pemilihan lokasi titik pengukuran lokasi geolistrik didasarkan
pada kondisi geologinya. Metode yang digunakan adalah matode Vertical Electric Sounding
(VES) denga konfigurasi Schlumberger yang tersebar di seluruh daerah penelitian. Dari hasil
analisis pengukuran geolistrik didaerah penelitian, maka diperoleh berbagai macam jenis
batuan penyusun daerah penyelidikan berdasarkan harga tahanan jenisnya. Harga tahanan
jenisnya berkisar antara 60 m - 2100 m. Pendugaan kondisi batuan dilakukan
berdasarkan besarnya harga tahanan jenis batuan. Semakin kecil harga tahanan jenis, maka
butiran penyusun batuan semakin kecil pula.