49
F-1 F.1 Pendekatan Umum Pengertian Dan Istilah Yang Digunakan Pengertian dan istilah yang digunakan dalam Perencanaan Pembangunan Jalan Beton, Jalan Masuk Pengaman Intake Pipa IPA Sebuku, Pipa Percetakan Sawah dan Jaringan Pipa Desa serta Jaringan Pipa Relokasi Desa meliputi : Air minum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan, No. 907 Tahun 2002 adalah air yang sudah melalui proses pengolahan atau tanpa melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air Bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik dari Prasarana dan Sarana air minum. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran serta masyarakat dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Penyelenggara SPAM yang selanjutnya disebut penyelenggara adalah BUMN/BUMD, koperasi, badan usaha swasta dan atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan SPAM. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau dan atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non teknik penyediaan air minum. SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan atau bukan jaringan perpipaan (non perpipaan). SPAM PERPIPAAN meliputi UNIT AIR BAKU, UNIT PRODUKSI, UNIT DISTRIBUSI, UNIT PELAYANAN DAN UNIT PENGELOLAAN. SPAM NON PERPIPAAN meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampung air hujan, terminal air, mobil tanki air, instalasi kemasan air atau bangunan perlindungan mataair. UNIT AIR BAKU merupakan sarana pengambilan dan atau penyedia air baku terdiri dari bangunan penampungan air baku (raw water reservoar), bangunan pengambilan/ penyadapan (raw water intake), alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan, dan atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya. Pendekatan dan Metodologi yang ditawarkan Konsultan kepada Pemberi Tugas dalam mengerjakan penyusunan Master Plan dan DED Sistem Pengembangan Penyediaan Air Minum merupakan kunci penilaian Pemberi Tugas terhadap strategi konsultan dalam penyusunan Master Plan dan DED ini. Metodologi yang digunakan Konsultan adalah metodologi kualitatif maupun kuantitatif didasarkan pada kondisi daerah studi, peraturan yang berlaku, dan kebijakan. PENDEKATAN DAN METODOLOGI USTEK

Metodelogi Instalasi Perpipaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pendekatan dan Metodologi yang ditawarkan Konsultan kepada Pemberi Tugas dalam mengerjakan penyusunan Master Plan dan DED Sistem Pengembangan Penyediaan Air Minum merupakan kunci penilaian Pemberi Tugas terhadap strategi konsultan dalam penyusunan Master Plan dan DED ini. Metodologi yang digunakan Konsultan adalah metodologi kualitatif maupun kuantitatif didasarkan pada kondisi daerah studi, peraturan yang berlaku, dan kebijakan.

Citation preview

Page 1: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-1

F.1 Pendekatan Umum

Pengertian Dan Istilah Yang Digunakan

Pengertian dan istilah yang digunakan dalam Perencanaan Pembangunan Jalan Beton,

Jalan Masuk Pengaman Intake Pipa IPA Sebuku, Pipa Percetakan Sawah dan Jaringan

Pipa Desa serta Jaringan Pipa Relokasi Desa meliputi :

Air minum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan, No. 907 Tahun

2002 adalah air yang sudah melalui proses pengolahan atau tanpa melalui

proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

diminum.

Air Bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah

dimasak.

Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu

kesatuan sistem fisik dari Prasarana dan Sarana air minum.

Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,

memperluas dan atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik

(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran serta masyarakat dan hukum)

dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum

kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

Penyelenggara SPAM yang selanjutnya disebut penyelenggara adalah

BUMN/BUMD, koperasi, badan usaha swasta dan atau kelompok masyarakat

yang melakukan penyelenggaraan pengembangan SPAM.

Penyelenggaraan Pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,

melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau

dan atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non teknik penyediaan air

minum.

SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan atau bukan

jaringan perpipaan (non perpipaan).

SPAM PERPIPAAN meliputi UNIT AIR BAKU, UNIT PRODUKSI, UNIT DISTRIBUSI, UNIT

PELAYANAN DAN UNIT PENGELOLAAN.

SPAM NON PERPIPAAN meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak

penampung air hujan, terminal air, mobil tanki air, instalasi kemasan air atau

bangunan perlindungan mataair.

UNIT AIR BAKU merupakan sarana pengambilan dan atau penyedia air baku

terdiri dari bangunan penampungan air baku (raw water reservoar),

bangunan pengambilan/ penyadapan (raw water intake), alat pengukuran

dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan, dan atau bangunan sarana

pembawa serta perlengkapannya.

Pendekatan dan Metodologi yang ditawarkan Konsultan kepada Pemberi Tugas dalam mengerjakan penyusunan Master Plan dan DED Sistem Pengembangan Penyediaan Air Minum merupakan kunci penilaian Pemberi Tugas terhadap strategi konsultan dalam penyusunan Master Plan dan DED ini. Metodologi yang digunakan Konsultan adalah metodologi kualitatif maupun kuantitatif didasarkan pada kondisi daerah studi, peraturan yang berlaku, dan kebijakan.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

USTEK

Page 2: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-2

Air Baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan

air tanah dan atau air hujan yang memenuhi BAKU MUTU tertentu sebagai air

baku untuk air minum.

UNIT PRODUKSI merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan

untuk mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimia dan

biologis.

UNIT DISTRIBUSI merupakan prasarana dan sarana pembawa air hasil

pengolahan untuk didistribusikan kepada konsumen. Unit distribusi terdiri

jaringan distribusi, bangunan penampungan, alat ukur dan peralatan

pemantauan.

Unit distribusi wajib memberikan kepastian kuantitas, kualitas dan kon

kontinuitas pengaliran.

UNIT PELAYANAN merupakan prasarana dan sarana pelayanan air kepada

konsumen yang meliputi sambungan rumah (SR), hidran umum (HU) dan hidran

kebakaran.

UNIT PENGELOLAAN terdiri dari pengelolaan teknis dan pengelolaan non teknis.

Pengelolaan teknis yaitu kegiatan operasional, pemeliharaan dan

pemantauan dari unit air baku, unit produksi dan unit distribusi. Pengelolaan

non teknis terdiri dari kegiatan administrasi dan pelayanan.

F.1.1 Pendekatan Kebijakan

Dalam kontek pengembangan SPAM, saat ini terdapat kebijakan strategis yang berkaitan

dengan pengembangan SPAM yaitu Kebijakan yang tertuang dalam Millennium

Development Goals (MDGs) dimana target Pemerintah berkaitan dengan pelayanan air

minum adalah tercapainya cakupan pelayanan (akses air minum) sebesar minimal

setengah dari jumlah penduduk yang belum terlayani air minum. Jadi kalau saat ini

Kabupaten/Kota di Wilayah PKN Metro sudah memberikan pelayanan air minum melalui

PDAM dengan cakupan pelayanan rata-rata 30%, maka pada Tahun 2015 diharapkan

cakupan pelayanan meningkat menjadi ± 70%. Percepatan

peningkatan akses air minum kepada masyarakat diperlukan

setiap tahunnya sebesar ± 10%. Untuk pelayanan air minum non

perpipaan seperti di pedesaan diharapkan pada tahun 2015

minimal cakupan pelayanan mencapai sebesar 50%.

Selain MDGs 2015, dalam kontek pembangunan pengembangan

SPAM wilayah PKN Metro perlu mengacu kepada Visi Misi Jawa

Barat 2010 dimana salah satunya tercapainya Indek

Pembangunan Manusia (IPM) 80. Salah satu komponen yang

dianggap berpengaruh terhadap rendah nilai IPM Jawa Barat

adalah tingkat kesehatan masyarakat oleh karena itu upaya-upaya pembangunan yang

dapat meningkatkan kesehatan masyarakat menjadi prioritas di Jawa Barat ini. Salah satu

sektor yang dianggap mendukung kesehatan masyarakat adalah Sistem Penyediaan Air

Bersih. Disini jelas menunjukkan peran penting Pemerintah upaya akselerasi tersebut.

Dalam implementasinya Pemerintah Daerah mengeluarkan kebijakan-kebijakan sebagai

batasan-batasan atau koridor pembangunan sistem penyediaan air bersih.

Page 3: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-3

F.1.2 Pendekatan Teknis SPAM

A. Aspek Pelayanan

Pelayanan air minum kepada masyarakat dapat dilakukan dengan cara sistem

perpipaan (piping network) atau tanpa jaringan pipa.

Pelayanan air minum ke masyarakat dengan jaringan perpipaan harus

mempertimbangkan model dan pola jaringan sesuai dengan kondisi daerah

pelayanan. Untuk mengetahui kondisi daerah pelayanan dan prediksi

pengembangan daerah dimasa datang perlu mempelajari (review) dan mengkaji

(evaluasi) konsep penataan ruang yang sudah disetujui.

Perencanaan sistem penyediaan air minum skala kota dengan pelayanan sistem

perpipaan perlu mempertimbangkan banyak aspek baik teknis maupun non teknis.

Aspek non teknis adalah peraturan dan undang-undang seperti yang diuraikan di

atas. Sedangkan aspek teknis meliputi :

a. Rencana Tata Ruang Wilayah

b. Kondisi Sosial Ekonomi, Budaya masyarakat daerah pelayanan

c. Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air

Rencana Tata Ruang Wilayah

Rencana Tata Ruang adalah rencana penataan dan pengembangan ruang

yang berkelanjutan sangat menentukan dalam perencanaan SPAM. Rencana

Tata Ruang memberikan informasi arah pelayanan air minum dan dapat dijadikan

acuan untuk rencana jaringan pipa distribusi, pembebanan kebutuhan air dan

penentuan zoning pelayanan.

Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya

Pembangunan sistem penyediaan air minum membutuhkan biaya investasi dan

biaya operasi. Untuk kelanjutan operasional pelayanan air minum kepada

masyarakat maka pelanggan dikenakan retribusi air minum. Besarnya retribusi/tarif

air seharusnya didasarkan pada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Survey

lapangan dan kajian terhadap kondisi sosial (sosek) ini dimaksudkan untuk

mengetahui secara nyata berapa kebutuhan air minum setiap harinya dan

berapa kesanggupan membayar air setiap bulannya. Kemudian masih

dimungkinkan ada masyarakat yang belum atau tidak mau berlangganan air

minum PDAM karena sudah memiliki sumber air yang mencukupi, sehingga perlu

disurvey dan dikaji berapa banyak masyarakat yang tidak mau berlangganan air

minum PDAM.

Dengan kata lain kondisi sosial ekonomi masyarakat berpengaruh terhadap

perencanaan sistem penyediaan air minum perpipaan karena menentukan

besarnya standar konsumsi air minum per orang per hari dan menentukan tingkat

pelayanan yang diperlukan serta rasio antara sambungan rumah (SR) dan Hidran

Umum (HU).

Page 4: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-4

Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air

Untuk memenuhi kebutuhan air minum dalam jumlah (kuantitas) yang relatif besar

seperti kebutuhan air minum skala kota diperlukan sumber air baku yang memadai

baik segi kuantitas, kualitas, kontinuitas dan aksesibilitas. Umumnya sumber air

yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah sumber air

permukaan seperti sungai, danau dan sumber air mataair. Perlu dilakukan kajian

terhadap sumber air tersebut agar sumber air baku terpilih adalah memenuhi

kriteria kualitas, kuantitas, kontinuitas dan aksesibilitas.

Jenis dan karakteristik sumber air yang dapat dijadikan air baku SPAM dapat

diuraika rinci sebagai berikut :

a. Sumber Air Permukaan

Sumber air permukaan seperti sungai secara umum debit (kuantitas) relatif besar

namun pengguna sumber air ini juga cukup banyak. Umumnya sungai dijadikan

sumber air irigasi/pengairan, air kebutuhan industri dan sebagai badan air

penerima effluent pengolahan limbah.

Walau menurut Undang-Undang No

7 Tahun 2004 bahwa Pemerintah

menjamin ketersediaan air baku

untuk kebutuhan air minum melalui

SPAM tetap saja pemetaan

tataguna perairan diperlukan untuk

mengetahui debit andalan atau

debit sisa yang masih bisa

digunakan untuk kebutuhan sistem

penyediaan air minum (SPAM). Oleh karena itu kajian hidrogeologi dan tataguna

perairan terhadap sungai itu dibutuhkan untuk memastikan sumber air tersebut

layak digunakan sebagai sumber air baku SPAM jangka panjang.

Ditinjau dari fungsi sungai sebagai badan air penerima pembuangan limbah

domestik dan industri, maka sudah dapat dipastikan kalau sungai memiliki kualitas

air jauh menyimpang dari standar kualitas air sehingga untuk menjadikan air ini air

minum diperlukan pengolahan lengkap.

b. Sumber Air Mataair

Sumber air ini sering dikatakan sebagai sumber air ekonomis, karena umumnya

memiliki kualitas air yang sangat baik sehingga untuk menjadikan air minum cukup

dengan pengolahan sebagian misalnya desinfeksi. Selain secara kualitas juga

umumnya lokasi mataair berada pada elevasi yang menguntungkan untuk

pengaliran air secara gravitasi sehingga tidak membutuhkan energy cost.

Namun secara kuantitas jarang ditemukan mataair yang memiliki debit relatif

besar sehingga tidak bisa diandalkan sebagai sumber air baku penyediaan air

minum jangka panjang untuk skala perkotaan.

Page 5: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-5

c. Sumber Air Tanah Dalam

Sumber air tanah dalam jarang digunakan untuk SPAM skala perkotaan.

Umumnya sumber air tanah dalam digunakan untuk SPAM di komplek-komplek

perumahan dengan pelayanan maksimum 1000 KK. Atau digunakan untuk sistem

penyediaan air bersih pabrik-pabrik.

Secara kualitas, sumber ini memiliki kualitas air relatif baik dan cukup pengolahan

sebagian untuk menjadikan air minum yaitu CO2 & Fe removal dan desinfeksi.

Namun pengambilan air tanah dalam ini relatif mahal karena harus dilakukan

pengeboran sumur dalam (Deep well).

d. Sumber Air Tanah Dangkal

Sumber air ini hanya digunakan untuk penyediaan air minum rumah tangga

(individu) karena debitnya relatif kecil. Namun secara kualitas air tanah dangkal

dapat diandalkan sebagai sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan rumah

tangga dengan konstruksi sumur yang sesuai persyaratan.

Untuk daerah terpencil yang tidak memiliki sumber air mataair dan jauh dari

jangkauan pelayanan air minum PDAM, maka penggunaan sumber air tanah

dangkal dapat dipertimbangkan.

No Jenis Sumber Kualitas air

Fisik Kimia Bacteriologis

1 Air Permukaan TMS TMS TMS

2 Air Tanah Dalam MS TMS TMS

3 Air Tanah Dangkal MS/TMS TMS TMS

4 Mataair MS MS TMS

Keterangan

TMS : Tidak Memenuhi Syarat

MS : Memenuhi Syarat

Sumber air untuk menjadi sumber air baku SPAM harus memenuhi persyaratan

kualitas air baku seperti telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No 82

Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Page 6: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-6

Standar kualitas air baku tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

TABEL F.1 STANDAR KUALITAS AIR BAKU PP 82/2001

PARAMETER SATUAN KELAS

KETERANGAN I II III IV

FISIKA

Temperatur ºC Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5

Deviasi

Temperatur dari

keadaan

alamiah

Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 1000

Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400

Bagi Pengolahan

Air Minum secara

konvensional,

residu tersuspensi

≤ 5000 mg/L

KIMIA ANORGANIK

pH 6 - 9 6 - 9 6 - 9 5 - 9

Apabila secara

alamiah diluar

rentang tersebut,

maka ditentukan

berdasarkan

kondisi alamiah

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas

minimum

Total Fosfat sbg P mg/L 0,2 0,2 1 5

NO 3 sebagai N mg/L 10 10 20 20

NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-)

Bagi perikanan,

kandungan

amonia bebas

untuk ikan yang

peka ≤ 0,02 mg/L

sebagai NH3

Arsen mg/L 0,05 1 1 1

Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

Barium mg/L 1 (-) (-) (-)

Boron mg/L 1 1 1 1

Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05

Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01

Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01

Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2

Bagi pengolahan

Air Minum secara

konvensional, Cu

≤ 1 mg/L

Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-)

Bagi pengolahan

Air Minum secara

konvensional, Fe

≤ 5 mg/L

Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1

Bagi pengolahan

Air Minum secara

konvensional, Pb

≤ 0,1 mg/L

Mangan mg/L 1 (-) (-) (-)

Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2

Bagi pengolahan

Air Minum secara

konvensional, Zn

≤ 5 mg/L

Page 7: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-7

PARAMETER SATUAN KELAS

KETERANGAN I II III IV

Khlorida mg/L 1 (-) (-) (-)

Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)

Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Nitrit sebagai N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-)

Bagi pengolahan

Air Minum secara

konvensional,

NO2-N ≤ 1 mg/L

Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)

Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak

dipersyaratkan

Belerang sebagai H2S mg/L 0,002 0,002 0,002 (-)

MIKROBIOLOGI

Fecal coliform jml/

100 ml 100 1000 2000 2000

Bagi pengolahan

Air Minum secara

konvensional,

Fecal Coliform ≤

2000 jml/100 ml

dan total

coliform ≤ 10000

jml/100 ml

Total Coliform jml/

100 ml 1000 5000 10000 10000

RADIOAKTIVITAS

Gross-A bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1

Gross-B bg/L 1 1 1 1

KIMIA ORGANIK

Minyak dan Lemak ug/L 1000 1000 1000 (-)

Detergen sebagi

MBAS ug/L 200 200 200 (-)

Senyawa Fenol

sebagai Fenol ug/L 1 1 1 (-)

BHC ug/L 210 210 210 (-)

Aldrin/Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-)

Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)

DDT ug/L 2 2 2 2

Heptachlor dan

Heptachlor epoxide ug/L 18 (-) (-) (-)

Lindane ug/L 56 (-) (-) (-)

Methoxyctor ug/L 35 (-) (-) (-)

Endrin ug/L 1 4 4 (-)

Toxaphan ug/L 5 (-) (-) (-)

B. Unit Produksi

Unit produksi sistem penyediaan air minum dengan pengolahan lengkap (sumber ai

sungai) meliputi :

a. Koagulasi adalah proses pencampuran zat kimia koagulan dengan air baku.

b. Flokulasi Proses pembentukan flok akibat pencampuran koagulan.

c. Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel diskrit dengan partikel

flokulen.

d. Filtrasi adalah unit pengolahan dimana terjadi proses penyaringan terhadap

partikel yang lolos dari bak pengendap (bak sedimentasi).

e. Desinfeksi adalah proses pembubuhan desinfektan untuk proses pengolahan

biologis sehingga air terbebas dari bakteri pathogenis.

Page 8: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-8

Diagram pengolahan lengkap sebagai berikut :

Unit produksi sistem penyediaan air minum dengan pengolahan sebagian

(sumber air mataair) meliputi :

- Sumber Air mataair

- Sumber Air tanah dalam

Intake Bak

Pengumpul

Pompa Koagulasi

Flokulasi Bak

Pengendap

Filter

Cepat

Reservoar

Jaringan Pipa

Distribusi

Koagulan

Al2(SO4)3

Netralisator

Ca (OH)2 Desinfektan

Ca(OCl)2

SUNGAI

Jaringan Pipa

Distribusi

Desinfektan Ca(OCl)2

MATAAIR

Broncaptring

Desinfektan Ca(OCl)2

Page 9: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-9

C. Unit Distribusi

Pengaliran Air bersih ke konsumen dilakukan dengan

menggunakan sistem jaringan perpipaan. Pengaliran air

dalam pipa dapat dilakukan secara gravitasi atau dengan

pompa.

Untuk memastikan apakah pengaliran air dilakukan secara

gravitasi atau pompa perlu terlebih dahulu diketahui

perbedaan elevasi antara unit produksi dengan daerah

pelayanan. Oleh karena itu diperlukan pengukuran topografi sepanjang jalur pipa

distribusi.

Jaringan pipa distribusi pelayanan air harus dapat mengalirkan air bersih dengan

debit sesuai kebutuhan jam puncak (kebutuhan peak) dan tekanan pada setiap

tapping pelayanan minimal 10 mka.

Jenis pipa yang digunakan sebagai pipa distribusi harus disesuaikan dengan

kondisi daerah pelayanan dan kondisi sepanjang jalur pipa.

Jenis pipa yang dapat dipakai meliputi :

- Pipa Plastik (PVC)

- Pipa Besi (Pipa Galvanise, Pipa Steel dsb)

- Pipa HDPE

Sepanjang jalur pipa distribusi dimungkinkan diperlukan kelengkapan-

kelengkapan seperti :

- Jembatan Pipa

- Siphon

- Crossing Jalan

DEEPWELL

AERASI

RESRVOAR

Page 10: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-10

- Wash Out

- Air Release Valve

- Dsb

F.2 Metodologi

F.2.1 Metoda Pengumpulan Data Dan Survey Lapangan

Data yang dibutuhkan untuk penyusunan Master Plan SPAM ini meliputi data primer dan

data sekunder.

Data primer maupun data sekunder diperoleh dari kunjungan ke instansi terkait di wilayah

PKN Metro dan hasil survey lapangan.

Sebelum dilakukan kegiatan pengumpulan data dan survey lapangan, konsultan akan

melakukan kerjaan persiapan yang meliputi :

a. Konsolidasi Tim

b. Penyusunan Penugasan Personil

c. Penyusunan Work Plan

d. Penyusunan Checklist Kebutuhan Data

e. Review Dokumen Terdahulu terkait

f. Pembuatan surat ijin survey lapangan

g. Pengurusan Surat Pengantar ke Instansi terkait

h. Koordinasi dengan Pemberi Tugas (Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi

Jawa Barat)

i. Penyusunan Draft Laporan Pendahulun

Secara rinci data yang dibutuhkan dan instansi terkait yang akan dikunjungi dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut :

Tabel F.2 Data Yang Dibutuhkan Dari Instansi Terkait

NO INSTANSI YANG

DIKUNJUNGI LOKASI DATA YANG DIBUTUHKAN

1 Bapeda Kantor

BKDH Tk. II

a. Dokumen RTRK/RTRW.

b. Renstra

c. Peta-peta

2 Pu Cipta Karya

/ Pengairan

a. Data Curah Hujan

b. Data Infrastruktur

c. Data Sumber air

d. Dok Studi Terkait

e. Dafta Harga Satuan

3 Statistik/

Bangda

a. Data Penduduk (Kabupaten/Kota

Dalam Angka)

b. Potensi Desa

4 PDAM a. Laporan Teknis Bulanan/Tahunan

b. Corporate Plan

c. Peta Jaringan Pelayanan

d. Dokumen Studi yang ada

e. Data SPAM eksisting

5 PSDA a. Data Sumber air baku

b. Data Tata Guna Perairan

Page 11: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-11

c. Peta-peta

d. Kebijakan

Tabel F.3 Data Yang Dibutuhkan Dari Survey Lapangan

NO SURVEY

LAPANGAN LOKASI DATA YANG DIBUTUHKAN

1 Unit Produksi

Eksisting

a. Kinerja unit produksi eksisting

b. Pengambilan sampel air dari

outlet hasil pengolahan dan

sampel air mata air.

c. Dokumentasi

2 Jaringan

Distribusi

Daerah

Pelayanan

a. Data jalur pipa induk, pipa

sekuner dan pipa pelayanan

b. Perlengkapan yang ada

c. Dokumentasi

3 Unit Pelayanan Daerah

Pelayanan

a. Jenis sambungan langganan

b. Lokasi-lokasi HU

c. Masyarakat pengguna SPAM

non Perpipaan.

d. Pengambilan sampel air sumur

dangkal

e. Wawancara dengan

pelanggan

f. Dokumentasi

4 Sumber Air Baku Sungai

Mataair

a. Pengukuran debit

b. Pendataan tataguna perairan

c. Pengambilan sampel air

d. Pengukuran elevasi secara

GPS

e. dokementasi

5 Sosial ekonomi

masyarakat

Wilayah

pelayanan

a. penyebaran kuesioner sosek

b. dokumentasi

6 Rencana

pengembangan

SPAM

a. Kondisi sosial ekonomi

masyarakat

b. Penggunaan air bersih sehari-

hari

c. Peta Kecamatan/Desa

F.2.2 Metoda Evaluasi dan Analisis

A. EVALUASI

A.1 Metoda Evaluasi SPAM eksisting Non Perpipaan

Untuk masyarakat wilayah yang menggunakan air dari sumur dangkal atau sumber lain

tanpa pengolahan akan diambil sampel airnya untuk diperiksa di laboratorium. Kualitas

Page 12: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-12

air sumur dangkal yang tidak memenuhi persyaratan kualitas air minum dibuatkan

rekomendasi pengolahan sederhana yang mudah dioperasikan dan murah harganya.

Umumnya masyarakat yang telah mendapat pelayanan air minum non perpipaan yang

dibangun oleh Pemda memiliki kualitas relatif baik. Namun cakupan pelayanan tersebut

masih sangat rendah. Umumnya akses air minum non perpipaan yang dibangun dan

dimiliki oleh penduduk tidak terjamin baik kuantitas, kualitas dan kontinuitas.

Konsultan akan mengevaluasi sistem penyediaan air minum non perpipaan untuk

memperoleh gambaran kualitas sistem apakah dapat diandalkan bisa memenuhi

kebutuhan air minum sehari hari masyarakat.

A.2 Metoda Evaluasi SPAM Eksisting Perpipaan

Unit Air Baku

Evaluasi terhadap sumber air baku yang dijadikan SPAM eksisting untuk

mengetahui kondisi sumber saat ini baik debitnya, kualitas air dan kuantitasnya.

Evaluasi terhadap debit (kuantitas) dilakukan dengan melakukan pengukuran

debit di lapangan (debit sesaat).

Evaluasi terhadap kualitas air baku dilakukan dengan pemeriksaan sampel air. Dari

hasil pemeriksaan kualitas air dapat diketahui kinerja instalasi pengolahan air (WTP)

yang digunakan.

Evaluasi dilakukan juga terhadap unit intake bila menggunakan pompa. Karena

kinerja pompa dapat berpengaruh pada debit inlet WTP dan debit produksi yang

dihasilkan.

Unit Produksi

Evaluasi terhadap unit produski dilakukan dengan pengukuran debit inle dan out

let untuk mengetahui kapasitas operasi.

Selain itu dilakukan pemeriksaan terhadap sampel air hasil pengolahan untuk

mengetahui kinerja WTP. Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan standar kualitas

air minum.

Unit Distribusi

Evaluasi terhadap jaringan pipa induk distribusi air minum dilakukan dengan

menghitung keseimbangan antara debit dan tekanan hidrolis berdasarkan

pembebanan pelayanan saat ini.

Hasil perhitungan akan terlihat kondisi/kinerja sistem jaringan pipa distribusi apakah

masih layak mengalirkan air dengan debit dan tekanan yang memadai sampai

titik terjauh pelayanan.

Unit Pelayanan

Page 13: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-13

Evaluasi unit pelayanan dilakukan terhadap kondisi meteran air pelanggan.

Akurasi meteran air berpengaruh terhadap uncounted For Water (UFW) atau

kebocoran air. Juga evaluasi terhadap aliran air baik debit dan tekanan di

pelanggan.

Evaluasi SPAM eksisting secara jelas dapat dilihat pada diagram sebagai berikut :

Page 14: Metodelogi Instalasi Perpipaan

Perencanaan Pembangunan Jalan Beton, Jalan Masuk Pengaman Intake Pipa IPA Sebuku, Pipa Percetakan Sawah dan Jaringan Pipa Desa Sanur, SP-1, SP-2 serta Jaringan Pipa Relokasi Desa Naputi - Salang Kecamatan Sebuku

DIAGRAM METODA EVALUASI SPAM EKSISTING

START

Survey Lapangan Ke Unit Produksi Eksisting

Pengukuran Debit Inlet dan Outlet Unit Produksi

Pemeriksaan Kualitas Air Inlet dan Oulet Unit Produksi

Pemeriksaan Fisik Konstruksi

Unit Produksi

SesuaiQ Desain

Kinerja Sistem Unit Produksi Sudah Baik

- Kajian/Evaluasi

Bangunan Intake- Cek Fisik IPA

Kualitas Inlet dengan Persyaratan

Kualitas Air Baku

Unit Produksi Masih Dapat Dioperasikan

Perlu PenambahanUnit Pratreatment

Kinerja Sistem SudahMenurun sehingga

Perlu Evalusasi

Kualitas Outlet Dengan Persyaratan Kualitas Air Bersih

Kinerja Sistem Masih DapatDioperasikan

IPA ReservoirSesuaiQ Desain

OK

Sistem Masih

Dapat Dioperasikan

OKRehabYa

Tidak

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Ya Ya

Tdk Tdk

KAJIAN UNIT PRODUKSISISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

EKSISTING

Page 15: Metodelogi Instalasi Perpipaan

Perencanaan Pembangunan Jalan Beton, Jalan Masuk Pengaman Intake Pipa IPA Sebuku, Pipa Percetakan Sawah dan Jaringan Pipa Desa Sanur, SP-1, SP-2 serta Jaringan Pipa Relokasi Desa Naputi - Salang Kecamatan Sebuku

START

Kunjungan Ke Lokasi Sumber Air Baku Pada SPAB

Eksisting

Pengukuran Debit Pemeriksaan Kualitas

Pengembangan Sistem SPAB Eksisting

Q Minimum Lebih Besar Q unit

Produksi Eksisting ?

Layak DijadikanSumber Air Baku

Untuk Pengembangan

?

Cari Sumber Air BakuPotensi

Kajian Sumber

Air Baku

Sistem SPAB EksistingSudah Optimal

Optimalisasi

PengembanganPelayanan Baru

Sesuai denganPersyaratan KualitasInput Unit Produksi

Eksisting ?

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Tidak

KAJIAN SUMBER AIR BAKUUNTUK SISTEM EKSISTING

Page 16: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-16

Unit Pengelolaan

Pengelolaan SPAM umumnya dilakukan oleh PDAM. Evaluasi pengelolaan atau

manajemen PDAM ditujukan terhadap jumlah dan kualifikasi SDM yang ada dan

sistem manajemen kerja berdasarkan struktur organisasi yang sudah dibentuk.

Evaluasi terhadap kualifikasi manajemen dan SDM dengan mengkaji TUPOKSI akan

memperoleh gambaran kinerja PDAM saat ini.

Permasalahan yang umum terjadi di PDAM adalah kualifikasi SDM yang kurang

menunjang terhadap kebutuhan sehingga kinerja operasional tidak maksimal.

Contohnya adalah kurangnya jumlah tenaga ahli Teknik Lingkungan setingkat

sarjana. Jabatan strategis dalam operasional teknis masih dipegang oleh personil

yang memiliki latar belakang pendidikan tidak memadai.

Selain evaluasi terhadap kondisi manajemen juga akan dilakukan evaluasi terhadap

aspek keuangan PDAM.

Pendekatan pada aspek keuangan akan menguraikan 3 (tiga) pokok penting yaitu :

Pendapatan (Revenue)

Pengeluaran (Expenditure)

Kinerja Keuangan

Pendapatan (Revenue)

Pendapatan PDAM berasal dari retribusi air yang dibayar setiap bulannya oleh

pelanggan dan pendapatan dari biaya penyambungan (BP).

Besarnya retribusi yang dibayar oleh pelanggan tergantung dari volume pemakaian

air setiap bulannya, biaya abodemen dan tarif dasar air yang ditetapkan PDAM.

Besarnya volume pemakaian air didasarkan kepada hasil pembacaan meter air oleh

petugas PDAM. Jadi bila terjadi kesalahan pembacaan meter air maka berdampak

kepada besarnya pembayaran rekening air. Atau, mungkin yang terjadi bukan

kesalahan pembacaan meter air melainkan kondisi meter airnya sudah tidak

akurat/rusak, sehingga tidak mampu mengukur dengan benar pemakaian air.

Dengan demikian besarnya pendapatan PDAM sangat tergantung dari volume air

yang terjual setiap bulannya. Sedangkan volume air yang terjual sangat tergantung

dari volume air yang disitribusikan dan kebocoran air.

Oleh karena itu, semakin besar kebocoran air semakin kecil volume air yang terjual

dan otomatis semakin kecil pendapatan PDAM. Kondisi demikian dapat dipastikan

kinerja PDAM menjadi tidak optimal karena rendahnya kemampuan PDAM dalam

membiaya operasional dan pemeliharaan.

Pengeluaran (Expenditure)

Pengeluaran rutin PDAM dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran operasional dan

pengeluaran pemeliharaan.

Besarnya pengeluaran PDAM secara umum tergantung dari besar dan jenis sistem

penyediaan air bersih yang dikelolanya. Pengeluaran untuk sistem penyediaan air

Page 17: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-17

dengan sistem pemompaan lebih besar dari sistem penyediaan air bersih sistem

grafitasi. Selain itu juga permasalahan pada operasional seperti kebocoran air

merupakan penyebab tingginya pengeluaran PDAM

Pengeluaran PDAM dapat berupa pembelanjaan untuk kebutuhan operasional dan

pemeliharaan unit produksi dan unit distribusi dan dapat berupa pembayaran seperti

energi listrik instalasi, gaji pegawai.

Data penerimaan dan pengeluaran dapat memberikan informasi tentang kondisi

keuangan PDAM atau tingkat likuiditas sehingga PDAM dapat dikategorikan sebagai

perusahaan sehat atau tidak.

Karena kondisi keuangan PDAM sangat berpengaruh terhadap kinerja operasional

PDAM, maka Konsultan perlu melakukan pengkajian terhadap sistem keuangan

PDAM terutama kepada sistem manajemen keuangan.

Metoda analisis terhadap kondisi keuangan akan dilakukan dengan

membandingkan hasil analisis dari data keuangan dengan standar yang ada yaitu :

- Current Ratio : minimal 200%

- Cash Ratio : Minimal 50%

- Cash ratio atas 3 bulan

biaya operasi tunai : Minimal 100%

- ROI atas aktiva : Minimal sebesar bunga

pinjaman

- Efisiensi Penagihan : minimal 80%

Kinerja kauangan adalah tolok ukur keuangan suatu perusahaan, yang didasarkan

pada Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan KEPMENKEU No. 740/KM/00/89, sehingga

termasuk dalam kondisi Sehat Sekali; Sehat; Kurang Sehat; atau Tidak Sehat.

Parameter-parameter yang diukur, meliputi :

Likuiditas (Rasio Lancar dan Rasio Cair)

Leverage (Rasio Utang terhadap Harta dan Rasio Bunga terhadap EBIT)

Solvabilitas

Aktivitas (Umur Piutang dan Perputaran Harta Tetap)

Profitabilitas (Marjin Laba atas Pendapatan)

Likuiditas Perusahaan

Adalah parameter tentang kemampuan PDAM untuk seketika dapat menyediakan

alat pembayaran yang diperlukan guna melunasi semua kewajiban utang yang

telah jatuh tempo dan yang akan jatuh tempo. Parameter Likuiditas PDAM, dilihat

dari Rasio Lancar (yaitu Rasio Harta Lancar terhadap Utang Lancar) dan Rasio Cair

(yaitu Rasio Harta Cair terhadap Utang Lancar).

Page 18: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-18

Berdasarkan KEPMENKEU No. 740/KM/00/89 tolok ukur Kinerja Perusahaan dari Rasio

Likuiditas adalah sebagai berikut :

- Sehat Sekali : > 150 %

- Sehat : 100 – 150 %

- Kurang Sehat : 75 – 100%

- Tidak Sehat : < 75 %

Leverage PDAM

Adalah parameter yang dipergunakan untuk mengukur produktivitas struktur

permodalan, dengan cara membandingkan dana modal kerja yang disediakan

oleh Pemerintah terhadap kebijakan manajemen PDAM. Parameter Leverage diukur

dari Rasio Utang (Rasio Total Utang terhadap Total Harta) dan Rasio Bunga (Rasio

Biaya Bunga terhadap EBIT). EBIT adalah Earning Before Interest and Tax atau Rasio

Laba sebelum bunga dan pajak (Laba Kotor).

Solvabilitas

Solvabilitas diperlukan untuk mengukur tingkat kemampuan PDAM dalam menjamin

pembayaran kembali utang yang diperoleh. Solvabilitas adalah Rasio Jumlah Harta

terhadap Jumlah Utang.

Berdasarkan KEPMENKEU No. 740/KM/00/89, tolok ukur Kinerja Perusahaan dari Rasio

Solvabilitas adalah sebagai berikut :

- Sehat Sekali : > 200 %

- Sehat : 150 – 200 %

- Kurang Sehat : 100 – 150%

- Tidak Sehat : < 100 %

Aktivitas PDAM

Evaluasi terhadap parameter Rasio Aktivitas adalah penilaian keseimbangan antara

tingkat Pendapatan dengan tingkat Investasi dalam berbagai Aktiva, seperti Piutang

(tunggakan tagihan) serta Aktiva Tetap lainnya. Rasio Aktivitas ini mengukur tingkat

efektivitas manajemen PDAM dalam menggerakan Aset yang dimiliki.

Aspek yang dievaluasi pada parameter Aktivitas Perusahaan meliputi :

- Umur Piutang (Tunggakan Taguhan Air)

- Perputaran Harta Tetap PDAM

Umur Piutang (Average Collection Period) diperoleh dari Rasio Jumlah Piutang

(Tunggakan Tagihan Air) terhadap Pendapatan Harian.

Perputaran Harta Tetap (Fix Asset Tunover) dilakukan evaluasi dengan tujuan melihat

intensitas tingkat Perputaran Harta Tetap terhadap Pendapatan. Nilai Perputaran

Harta Tetap yang Rendah dapat diartikan bahwa terdapatnya kelebihan modal

kerja yang kurang produktif.

Page 19: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-19

Profitabilitas

Nilai Profitabilitas merupakan ikhtisar penilaian atas seluruh tindakan manajemen

PDAM disepanjang periode Tahun Usaha berjalan. Parameter-parameter yang

ditinjau adalah Rasio Hasil Pengembalian atas Rentabilitas Modal Sendiri.

Berdasarkan KEPMENKEU No. 740/KM/00/89, tolok ukur Kinerja Perusahaan dari Rasio

Rentabilitas adalah sebagai berikut :

- Sehat Sekali : > 12 %

- Sehat : 8 – 12 %

- Kurang Sehat : 5 – 8 %

- Tidak Sehat : < 5 %

B. ANALISIS

B.1 Analisis Perkembangan Penduduk

Komponen utama yang berperan dalam menentukan atau menggambarkan kondisi suatu

wilayah adalah penduduk. Semakin besar jumlah penduduk akan mempunyai pengaruh

besar terhadap perkembangan jumlah dan jenis kegiatan dalam suatu wilayah. Begitu juga

sebaliknya, kegiatan yang ada akan mempengaruhi jumlah penduduk di wilayah tersebut.

Perhitungan proyeksi penduduk sampai 20 tahun kedepan digunakan rumus sebagai

berikut :

a. Aritmatik

b. Geometrik

c. Tren Exponensial

Penduduk merupakan faktor utama dalam perencanaan, karena suatu perencanaan

yang disusun untuk keperluan pada massa datang didasari oleh pengetahuan tentang

masalah yang sama pada masa sebelumnya. Perkembangan kehidupan dan semua

aktivitas merupakan hal yang penting dalam sistem Penyediaan Air Minum.

Angka pertambahan penduduk tidak lepas dari data–data penduduk sebelumnya.

Banyak faktor yang mempengaruhi angka pertambahan penduduk seperti masalah

kesehatan, sosial, ekonomi, politik dan lain–lain. Populasi berubah dengan angka–

angka kematian, kelahiran dan perpindahan penduduk. Jadi faktor–faktor seperti

kelahiran, kematian dan migrasi. Proyeksi penduduk berguna untuk memperkirakan

kebutuhan air di masa akan datang dan perkiraan timbulan air buangan akibat

pemakain air tersebut, dengan demikian dapat memberikan tahap perencanaan dan

perkiraan pembiyaan pembangunan.

Page 20: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-20

Adapun cara–cara yang diambil untuk menghitung proyeksi penduduk tergantung oleh

beberapa hal berikut, diantaranya :

Keadaan dan jenis kota.

Rencana pengembangan kota.

Data kependudukan yang ada.

Dalam memproyeksikan penduduk digunakan beberapa metode yang cukup

resprensentatif. Akan tetapi perhitungan – perhitungan tersebut tidak

memperhatikan faktor – faktor migrasi, natalitas, mortalitas dan keadaan –

keadaan tertentu lainnya. Dari data yang ada, dapat dikatakan kota ini adalah

kota yang masih berkembang dilihat dari prosentase jenis rumah non permanen

yang masih cukup tinggi.

Metode yang digunakan dalam proyeksi penduduk adalah Metode Aritmatika,

Geometrik, dan Metode Tren Exponensial.

Metode Aritmatika

Biasanya digunakan untuk :

Untuk Kota-kota tua, tidak berkembang dan luas.

Untuk Kota-kota yang memilik Industri.

Persamaan yang digunakan dalam metode ini adalah :

Pn = Po + Ka . x

Ka = (Pn – Po) / t

Dimana :

Pn = Jumlah Penduduk di tahun akhir data.

Po = Jumlah Penduduk di tahun awal data.

t = Interval waktu tahun data.

x = Jumlah Tahun Proyeksi.

Ka = Angka pertumbuhan penduduk.

Metode Geometrik

Biasanya digunakan untuk :

Untuk Kota-kota muda yang cenderung ke industri yang sedang berkembang.

Untuk Kota-kota tua yang sudah tidak berkembang dengan laju pertumbuhan

penduduk 20 – 30 % per- tahun.

Persamaan Yang digunakan dalam metode geometrik adalah

Page 21: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-21

Pn = Po ( 1 + r )n

Ka = (Pt / Po)1/t

Dimana :

Pn = Jumlah Populasi pada tahun yang diinginkan.

Po = Jumlah Populasi pada tahun awal data.

Pt = Jumlah Penduduk ada tahun akhir data.

t = Jumlah Data.

n = Interval atau selang waktu.

r = Rasio pertambahan penduduk.

Metode Tren Exponensial

Biasanya digunakan untuk :

Untuk Kota-kota tua berukuran luas.

Pertumbuhan ekonomi.

Sistem transportasi.

Persamaan yang digunakan dalam metode Tren Exponensial :

Y = Log a + Logb.x

Dimana :

Y = Proyeksi Penduduk.

X = Variable Waktu.

a, b = Koefisien Regresi.

n = Jumlah Data.

Log a = Log

Log b = Log

Diagram analisa perkembangan jumlah penduduk dapat dilihat pada gambar berikut :

)xi()xi . n(

yi.xi . xixi . yi2

2

2

)xi()xi . n(

yi . xi yi.xi . yi . n2 2

START

Data Penduduk

5 Tahun Terakhir BPS

Metode Aritmatik Metode Geometrik Metode Eksponensial

Prosentase

Pertumbuhan

Penduduk Mendekati

Perkembangan

Sebenarnya

?

Perhitungan Proyeksi

Penduduk s/d 20 Tahun

METODOLOGI ANALISIS PROYEKSI

PENDUDUK TAHUN 2009 - 2029

Prosentase

Pertumbuhan

Penduduk Mendekati

Perkembangan

Sebenarnya

?

Prosentase

Pertumbuhan

Penduduk Mendekati

Perkembangan

Sebenarnya

?

Perhitungan Proyeksi

Penduduk s/d 20 Tahun

Perhitungan Proyeksi

Penduduk s/d 20 Tahun

Selesai Selesai Selesai

Tdk Tdk

Ya Ya Ya

Page 22: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-22

START

Data Sosek

Berdasarkan Kuesioner

Analisa Kebutuhan Air

Per Orang Per HariAnalisa Kemampuan

MembayarAnalisa Kemauan

Membayar

Standar Konsumsi Air

l/org/hari - Tarif SR & HU

- Ratio SR & HUTingkat Pelayanan

Pedoman

PU ?

Ketentuan

Tarif

PDAM ?

PP 16/2005

MDGs 2015

Visi/Misi

Jabar ?

Justifikasi JustifikasiMemperhitungkan

SPAM Non Perpipaan

Standar Konsumsi

Air Minum Definitive

Tarif SR & HU

Ratio SR & HU

YA

END

YA

END

YA

END

TIDAK TIDAK TIDAK

METODOLOGI ANALISIS SOSEK

B.2 Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat

Metoda analisis sosial ekonomi masyarakat daerah pelayanan dilakukan dengan cara

melakukan penyebarab kuesioner secara acak. Yang didata adalah kebiasaan masyarakat

menggunakan air bersih sehari hari, penghasilan bulanan, sumber air yang dimiliki dan

kemauan berlangganan menggunakan air minum PDAM.

Metoda Analisis dapat digambarkan seperti diagram sbb:

Page 23: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-23

B.3 Analisis Kebutuhan Air Minum (kuantitas)

Kriteria Standar Konsumsi air minum:

a. Hasil Analisis Sosial ekonomi Masyarakat

b. Hasil kajian Data Sambungan Meter Air Langganan (DSML)

c. Berdasarkan Pedoman PU/Cipta Karya

Tabel F.4 Pedoman Standar Konsumsi Air Minum Rumah Tangga

NO URAIAN

STANDAR KONSUMSI AIR BERDASARKAN SKALA KOTA

DAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA)

> 1000000

METRO

500000 s/d

1000000

BESAR

100000 s/d

500000

SEDANG

20000 s/d

100000

KECIL

< 20000

DESA

1 Konsumsi unit Sambungan

Rumah (SR) L/o/h 190 170 150 130 30

2 Konsumsi unit Hidran

Umum (HU) L/o/h 30 30 30 30 30

3 Konsumsi unit 20 – 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 – 30

Page 24: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-24

Perhitungan kebutuhan air :

Qrkd = Qsk x P

Qrk = Debit kebutuhan rata-rata (liter/detik)

Qsk = standar konsumsi air minum (liter/org/hari)

P = Jumlah Penduduk Daerah Pelayanan

Qrd = Qrk + Qrnd + Qufw

Qrd = Kebutuhan rata-rata design (liter/detik)

QRnd = Kebutuhan rata-rata non domestik (liter/detik)

Qufw = Kebocoran air (asumsi) (liter/detik)

Qmd = fmd x Qrd Qmd = Kebutuhan air harian maksimu (liter/detik)

Fmd = faktor fluktuasi maksimum harian

Qp = fp x Qrd Qp = Kebutuhan air jam puncak (liter/detik)

Fp = Faktor fluktuasi jam puncak

Diagram langkah dalam menghitung kebutuhan air minum dapat dilihat secara jelas pada

diagram dibawah ini,

non domestik

4 Kehilangan air (%) 20 – 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20

5 Faktor maksimum day 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1

6 Faktor peak - hour 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5

7 Jumlah jiwa per SR 5 5 6 6 10

8 Jumlah jiwa per HU 100 100 100 100 - 200 200

9 Sisa tekan dijaringan

distribusi (mka) 10 10 10 10 10

10 Jam operasi 24 24 24 24 24

11 Volume reservoir

(%) (maks day demand) 20 20 20 20 20

12 SR : HU 50 : 50 s/d 80 :

20

50 : 50 s/d 80

: 20 80 : 20 70 : 30 70 : 30

START

Data Hasil

Analisis SosekData DSML

PDAMPedoman PU Standar

Konsumsi Air Minum

STANDAR KONSUMSI AIR MINUM

Qkp (l/o/hari)

Domestik

Qd (l/o/hari)

Data Proyeksi

Penduduk

KEBUTUHAN AIR

Non Domestik

Qd (l/o/hari)

Data Proyeksi

Fasilitas Non Domestik

Qrd (l/o/hari) Qrnd (l/o/hari)

Qr = (Qrd + Qrnd) l/det

Asumsi Kebocoran

(Qufw)

Qrd = Qr + Qufw

Faktor Fluktuasi

Pemakaian (fmd & fp)

Qmd = Qrd x fmd Qpeak = Qrd x fp

Page 25: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-25

.2.3 Metoda Perencanaan

a. Unit Air Baku

Bangunan pengambilan air baku dapat dilakukan dengan cara gravity intake atau

dengan sistem pemompaan. Cara pengambilan ini sangat ditentukan jenis dan

kondisi dari sumber air. Bangunan pengambilan air baku (Raw Water Intake) harus

dilengkapi dengan saringan sampah (screen), pintu operasional mulut intake, bak

lumpur, ruang pompa dan alat ukur debit.

Page 26: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-26

Kapasitas design bangunan intake didasarkan pada kebutuhan maksimum harian

(Qmd).

Qmd = Fmd x Qrd (liter/detik)

Q = V A

V = 1/n R 2/3 S 1/2

TP = µgQmd/η

Dimana :

Qmd : Kebutuhan maksimum harian (liter/detik)

Fmd : Faktor harian maksimum

Qrd : Kebutuhan rata-rata design

Q : Debit masuk mulut intake (liter/detik)

V : Kecepatan aliran air pada (m/detik)

A : Luas Basah saluran (m2)

n : Koefisien Manning

R : Jari jari hidrolis (m)

S : Kemiringan saluran (m/m)

GAMBAR BANGUNAN INTAKE POMPA

Metoda perencanaan unit air baku dalam rencana pengembangan penyediaan air minum

dapat dilihat pada gambar dibawah ini,

L

Muka Tanah

MA Min

Sumber Air

Ruang Pompa

Dan Panel

Ke IPA

Pompa Submersible

Pipa Buis Beton

METODE PERENCANAAN PENGEMBANGAN SPAM

a. Unit Air Baku

START

Pengukuran Debit

(Qs)Pemeriksaan Sampel

Air

Kontinuitas Berdasarkan

Analisis Hidrogeologi

Qs >> Qmd

?

Kualitas

PP 82/2001

?

Kontinuitas

?

Sumber Air Alternatif

Pengolahan

Ya

Tdk

Kualitas Air

MinumKepMenKes

907/2002

?

END

Ya

END

Tdk

Ya

Ya

Tdk

Page 27: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-27

b. Unit Produksi

Unit produksi SPAM dengan pengolahan lengkap sekurang-kurangnya harus meliputi

unit pengolahan sebagai berikut :

- Unit Koagulator dan Flokulator

- Unit Sedimentasi

- Unit Filter (Saringan Pasir Cepat)

Unit Flokulator

Unit Flokulator direncanakan berbentuk Hexa colodial

Kriteria Perencanaan :

- Jumlah Kompartemen = 6 unit

- Kriteria Td = 20 menit – 30 menit

- Pola aliran = Up - Down Flow

- Nilai “G”secara berurut untuk = 90; 80; 70; 50; 30; 10; det –1

kompartemen N0. 1 s/d No. 6

- Debit pengolahan total (Q) = 50 l/det (0,05 m3/det)

- Bentuk kompartemen = Segi enam beraturan (Hexagonal)

Metoda Perhitungan :

Volume total unit Flokulator :

Page 28: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-28

C = Q.td

Volume tiap kompartemen,

V = C/6

Bentuk Kompartemen Segi Enam beraturan (Hexagonal)

Dasar Perhitungan

H diperoleh dari Head loss aliran melalui sluice gate yang di pasang pada setiap

kompartemen.

Debit melalui sluice gate :

Hg20,6

AQ

21

2.V.td.G

0,6xQA

Tinjau Segitiga Limas

6

PermukaanLuasLimasSegitigaLuas

II

I

III

IV

V VI

1

2

3 4

5

6

g

2V.td.G

H

Page 29: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-29

PermukaanTinggi

nKompartemeTiapVolumePermukaanLuas

Sudut Segitiga Sama Sisi

TASegitigaLuas ..

2

1

3

2

1.

2

1A

Bentuk Unit dapat di lihat pada Gambar di Bawah ini :

600

X

Tampak atas

1 2 3 4 5 6

Page 30: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-30

Design Unit Sedimentasi

Kriteria Perencanaan :

- Kecepatan pengendapan Flok (S) = 0,00445 m/det (Literatur)

- Efisien pengendapan (Y/Yo) = 0,9

- Performance Bak (n) = 1/8

- Ratio kecepatan pengendapan Flok terhadap Surface Loading (Q/A)

- Jarak antar plat setler = 5 cm = 0,05 m ( w ).

Metoda Perhitungan :

2,671

1/8

1/80,91

Q/A

S

1n

11YoY/1

Q/A

S

/jam/mm6

/det/mm0,00167

2,67

m/det0,00445

2,67

S (Q/A) Loading Surface -

23

23

- Surface Loading melalui plat Settler,

Potongan Melintang

Page 31: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-31

/det2

/m3

m4

10.1,229

20,05(0,5)(0,5)1

0,05x0,00167

a,2CoswaCosH

wxQ/A)So

- Luas Permukaan tiap Bak

aCoswaCosH

wx

SO

QA

2

- Kecepatan Aliran

m/det0,0019

m/det310.9

(0,866).(15)

0,025

aSinA

Q

- Waktu Detensi

menit35,10

detik621

0019,0

18,1

0019,0

)732,1/05,0()866,0/1(

Vo

a)(w/Tana)(H/SinTd

Dimensi Bak Sedimentasi

Untuk menentukan lebar Bak sedimentasi tiap kompartemen, maka di sesuaikan

dengan lebar plat settler yang ada di pasaran.

Dimensi tiap lembar Corrugated Plat Settler :

aSin

H miring Tinggi

Jumlah Plate (N) :

Page 32: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-32

aSin

d

aSin

w

aSin

wP

N

- Viskositas Kinematik ( V ) : 8,04 x 10-7 m2/det

- Bilangan Reynold ( Re ) :

v

VoRe

2

- Bilangan Froude (Fr) :

2

2

g.R

VoFr

- Kontrol Aliran :

Re < 2000, memenuhi

Fr > 10-5 , memenuhi

Menentukan Tinggi Ruang V Settling :

As

Q Vs

Ruang Lumpur :

Volume Ruang Lumpur :

3

3

1 V mTxLxP

Perencanaan Inlet Pada Sedimentasi

Inlet sedimentasi direncanakan berupa pipa berlubang (“perforated Pipe”),

lubang-lubang direncanakan sedemikian rupa agar tidak menghasilkan G>10 det-

1

Maka, lubang orifice :

L = n x + w (n-1)

Page 33: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-33

Dimana :

L = Panjang Pipa

W = Jarak antar lubang

n = Jumlah lubang

n = n X Dia. + W ( n - 1)

Kecepatan pada lubang orifice :

n

QorificeQφ

A = ¼ . 3,14 D2

A

QV

Head loss pada orifice :

2.g

V0,6 HL

2

Check terhadap G :

TdV

HLg

.

.G

Gambar Pipa Inlet :

Pipa Orifice

L

Pipa Manifol ,L cm

Page 34: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-34

Bak Sedimentasi

Dimensi V – Notch pada Gutter

QV-notch = 1,39 h5/2

Sehingga Banyaknya V-notch yang di butuhkan untuk satu gutter adalah :

L = ( x a) + (y x b) + (2 x c)

= Jumlah V-notch

y = Jumlah antar V-notch

z = Jumlah sisi V-notch

a = Jarak V-notch

b = Jarak antar V-notch

c = Jarak pinggir ke v-notch

Dimensi Gutter :

L m

L m

X m

P m

L = 16 + 2y

L cm

Page 35: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-35

A = b x h . , dimana b = 2h

A = 2h2

Gambar Dimensi Gutter dan V-notch :

Sloope yang dibutuhkan untuk Gutter :

1/22/3 sxRxn

1V dimana :

P

AR

b)hx2P

Kehilangan Tekanan (Hf) pada Gutter :

Hf = S x L

Perencanaan Gillet

Gullet B

Gullet A

Beton

Pembatas

Gu

tte

r

Gu

tte

r

Gu

tte

r

Gu

tter

Gu

tter

Gu

tter

Page 36: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-36

Ba

k P

en

gu

mp

ul

Gambar Bak Pengumpul

Design Unit Filter

Kriteria Perencanaan :

Jenis Media :

Pasir Silika dengan Spesifikasi :

Kadar silika = 90 %

Diameter Butir Efektif = 0,8 mm

Diameter Butir Terbesar = 1,2 mm

Densitas Butiran = 2,65 gram/cm2

Pororitas (P) = 40 %

Tinggi Media = 75 cm

Antrasit dengan Spesifikasi :

Diameter rata-rata = 1,2 mm

Densitas Butiran = 1,8 gram/cm3

Pororitas (P) = 60 %

Tinggi Media = 25 cm

Metoda Perhitungan :

Head Loss Pada Saat Filtrasi :

Gullet

Gullet

Gullet

Page 37: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-37

Lx

do

Vtx

Po

Po1x

g

180vHf

22

2

Dimana :

V = 8,04 .10-7 m2/det

Vf = 1,67 . 10-3 m3/m2/det

Po = 0,4

G = 9,81 m/det2

do = 0,8 mm = 0,8 . 10-3 m

L = 1 m

Proses Pencucian filter dilakukan dengan prinsip “Self Backwash”, artinya proses

pencucian dilakukan satu demi satu unit dengan memanfaatkan air hasil filtrasi sebagai

pencuci, Sehingga diperlukan tinggi air yang cukup di bak pengumpul untuk mengatasi

head yang di butuhkan dalam proses pencucian.

Proses-proses backwash akan terjadi ekspansi media pasir. Untuk menghitung ekspansi,

perlu dipertimbangkan laju pengendapan butiran pasir terbesar, agar media pasir tidak

ikut terbuang.

Kecepatan Pengendapan butiran pasir :

Vs = 177,76 d,1,143

Dimana :

d = Diameter butiran pasir terbesar

Tinggi media saat ekspansi :

cm125,80,5231

)0,41(100

)Pe1(

)P1(LLe

Head Loss di media pada saat Pencucian :

)Pe1(xLexD

DDpHe

dimana :

Dp = 2,65 gram/cm3

D = 1,0 gram/cm3

Le = 125,8 cm

Pe = 0,523

Ruang Back Wash

Page 38: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-38

Dimensi Ruang Back Wash :

Debit Back Wash = Debit Pengolahan

V Filtrasi = 6 m3/m2//jam

Kecepatan pada Pintu Back Wash :

m/det.AS

QbV

(Pintu)

(Pintu)

Dimana As Pintu :

Head Loss pada Pintu :

cm9,81.2

PintuV0,6HL

2

Tinggi Bak Filter :

H = Tinggi dasar Under Drain + Tinggi Tee pee Kerikil + Tinggi media + Tinggi

ekspansi media + Tinggi Gutter pelimpah Back Wash + Head Back Wash + Head

Loss Maksimum Filtrasi (Mampat) + Free Board + Tebal Beton

Pintu Clear Well

L m

P m

+

+ 3,776

He

He

+ 2,936

+ 3,326

+ 3,236

Page 39: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-39

cmb.g

QHC

3

1

2

2

Q = Debit Pengolahan m3/det.

g = 9,81

b = 0,6 m

Hc = m

Dimensi Clear Well :

Perhitungan Tee Pee Underdrain Filter :

Underdrain filter menggunakan bentuk Tee Pee yang terbuat dari beton bertulang.

Kriteria luas bukaan Underdrain = 1,2 % dari luas media

Luas Bukaan Setiap Orifice

m

m

mm

m

Clear Well

Ruang Back Wash

Page 40: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-40

OrificeBukaanLuas

)1,2%xFilterMediaLuas(OrificeLubangJumlah

2m

2D

4

1A

Underdrain Tee Pee

Instalasi Pengolahan Air Minum (WTP) yang digunakan untuk kapasitas kecil mungkin

adalah WTP Paket baja, maka dimensi setiap unit/kompartemen harus sesuai dengan

kriteria yang sudah diuraikan diatas dan memenuhi spesifikasi sebagai berikut :

L cm

Page 41: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-41

Telah memiliki standar SNI

Dapat dipabrikasi di lapangan

Unit WTP dilengkapi dengan unit pengolah kimia yang sesuai.

Ketebalan Baja minimal 10 mm

Dapat mengolah air baku dengan kekeruhan tertinggi sesuai dengan hasil

pemeriksaan laboratorium

Kualitas efluen memenuhi standar air minum DEP KES RI

Page 42: Metodelogi Instalasi Perpipaan

Perencanaan Pembangunan Jalan Beton, Jalan Masuk Pengaman Intake Pipa IPA Sebuku, Pipa Percetakan Sawah dan Jaringan Pipa Desa Sanur, SP-1, SP-2 serta Jaringan Pipa Relokasi Desa Naputi - Salang Kecamatan Sebuku

METODA PERENCANAAN UNIT PRODUKSI

START

Kualitas Sumber Air

(KepMenKes 907/2002)Jenis & Kondisi

Sumber Air BakuElevasi

Kimia ? Biologi ?Fisik ?

Siap Minum

PENGOLAHAN LENGKAP

Ya Ya Ya

Tdk TdkTdkSistem Intake

Sistem Pengaliran

METODE PERENCANAAN PENGEMBANGAN SPAM

b. Unit Produksi

Deep Well Intake Sungai Broncaptering

dh OK ? Gravitasi

Pompa

Ya

Tdk

Pengolahan Sebagian

Page 43: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-43

Design Unit Reservoar

Reservoar distribusi akan dihitung volumenya berdasarkan pemakaian air maksimum

harian dengan asumsi besarnya fluktuasi pemakaian sebesar ± 20%.

Kriteria Perencanaan :

Qdesign = Qmaxday

Fluktuasi Pemakaian air per hari = 15 – 20%

Disediakan zone lumpur dan pipa penguras.

Dilengkapi ventilasi udara

Disediakan tangga/fasilitas maintenance

Dilengkapi sekat untuk memberikan waktu kontak desinfektan

Dilengkapi pipa overflow

Detention Time, td = 24 jam/hari

Metoda Perhitungan :

V = 20% x Qmd x td

Dimana :

V = Volume air yang dipakai m3

Qmd = Debit kebutuhan maksimum harian, m3/detik

Td = waktu detensi, 86400 detik

Pada implementasinya volume reservoar akan dibangun dengan volume lebih besar

dari V tersebut misalnya saja 1.40 x V.

Reservoar distribusi air bersih umumnya dibangun dengan material beton bertulang

sehingga biayanya relatif mahal, oleh karena itu volume reservoar harus

memperhitungkan volume efektif dan bentuk reservoar harus bentuk ekonomis.

Perhitungan Kebutuhan Pompa

Kebutuhan pompa untuk sistem pengaliran pada sistem penyediaan air minum sesuai

dengan hasil perhitungan hidrolis jaringan pipa distribusi.

Pompa yang digunakan dalam perencanaan ini meliputi :

- Pompa submersible untuk pompa intake

- Pompa Centrifugal untuk pompa distribusi

Page 44: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-44

Pompa yang digunakan harus memenuhi spesifikasi teknis baik debit (Q) dan Head (H)

sesuai kebutuhan. Demikian juga pompa yang dipasang harus dilengkapi pompa

cadangan (standby).

Design Perpipaan Distribusi

Kriteria Perencanaan :

Qdesign = Qpeak

Koefisien HW untuk PVC, C = 130 – 140

Koefisien HW untuk Pipa besi, C = 100 – 120

Sisa tekan di ujung pelayanan minimal 10 mka

Pipa yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas dan tekanan

Jenis pipa yang akan digunakan disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Metoda Perhitungan :

Dalam perencanaan jaringan pipa distribusi air bersih digunakan rumus

Mr. Hazen William sebagai berikut :

Dimana :

Q = debit air yang mengalir, m3/detik

C = Koefisien Hazen William

Hf = Kehilangan tekanan, meter

L = Panjang pipa, meter

Perhitungan keseimbangan antara diameter dan debit air yang mengalir akan

digunakan simulasi komputer dengan program EPAnet 2.0

54,0

63,22785,0

L

hfDxCxQ

Page 45: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-45

METODA PERENCANAAN UNIT DISTRIBUSI

Metodologi Pengukuran Topografi

Pengukuran Topografi

Pengukuran topografi dimaksudkan untuk membuat peta situasi detail terbaru,

lengkap dan sesuai dengan kondisi kekinian lapangan sebenarnya, berikut trase dan

penampang yang diperlukan sebagai data masukan untuk penyusunan Pola Jaringan

Pipa Pelayanan Air Bersih

Inventarisasi dan Pemasangan Bench Mark Baru

Inventarisasi Bench Mark dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi Bench Mark

eksisting di lapangan untuk referensi koordinat (x,y,z) terhadap pengukuran yang

akan dilakukan ( pengikatan). Berdasarkan hasil inventarisasi tersebut dapat

diperoleh kepastian Bench Mark yang dapat digunakan sebagai referensi, dan

apabila diperlukan akan dibuat Bench Mark baru yang akan dipasang sesuai

dengan ketentuan spesifikasi teknis, yaitu terbuat dari besi beton dengan dimensi

minimal 6 inchi dan diberi penulisan kode/nomornya.

START

Kebutuhan Air

(Qpeak)Topografi Pola Pengembangan

Loop

METODE PERENCANAAN PENGEMBANGAN SPAM

c. Unit Distribusi

EPAnet

Cabang

Diameter Pipa

Zona Pelayanan

Elevasi

?

Gravitasi

Jangkauan Pelayanan

Pompa

Booster

Tdk

Ya

Page 46: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-46

Jika BM eksisting dapat dipergunakan sesuai fungsinya, kalau perlu

direnovasi supaya dapat dipakai.

BM baru dipasang di lokasi yang diperlukan dan ditentukan direksi

sehingga merata dan memenuhi syarat pemasangan.

BM dipasang di tempat yang aman dari jalur / rencana galian / timbunan

dan dihindari dari kelongsoran dengan membuat jarak dari sungai, saluran,

tanggul / jalan sesuai ketentuan.

BM dipasang stabil (tidak goyah) supaya tidak mudah lepas/rusak.

BM diberi nomor / kode, dan mudah dibaca.

Pengukuran Kerangka Dasar Pemetaan

Kerangka dasar pemetaan selain berfungsi sebagai penyebaran titik-titik kontrol

geodesi, juga berfungsi sebagai batas daerah pengukuran. Kerangka dasar

pemetaan ini dilakukan dengan pengukuran poligon sebagai kontrol horisontal dan

pengukuran sipat datar (waterpass) sebagai kontrol vertikal (ketinggian) yang akan

diikatkan pada titik referensi yang ada di lapangan (Bench Mark Eksisting) atau titik lain

yang akan ditentukan oleh Pemberi Tugas. Kerangka dasar pemetaan ini dibagi

dalam loop/kring yang disesuaikan dengan keadaan lapangan, kerangka dasar

pemetaan adalah sebagai berikut :

Arah/azimut ditentukan dengan pengamatan astronomi atau

menentukan azimut metode gyro dengan memakai alat Theodolith T0, T2

dan Gyro Attrachman atau sederajat.

Setiap sudut poligon diukur dua kali (double seri) memakai alat ukur

Theodolith T2/T0 atau sederajat dengan ketelitian 8”/30” setiap sudut

poligon dan maksimum 20”/60” salah penutup sudut antar dua kontrol

azimut.

Pengukuran jarak poligon diukur memakai pita ukur (100 m) minimum dua

kali kemuka dan kebelakang dengan ketelitian 1:2.500

Pengukuran sipat datar dilakukan memakai alat ukur Waterpass Ni2 atau

sederajat. Jarak pengukuran dibagi dalam seksi-seksi 1 – 2km. Pengukuran

pulang pergi / double stand. Jarak setiap patok sipat datar maksimum

100 m. Ketelitian sipat datar 10”D mm dimana D = jarak dalam km.

Pengukuran Situasi Detail

Pengukuran situasi detail dimaksudkan untuk mendapatkan data-data / detail

lapangan sesuai fungsi, kegunaan dan kebutuhan yang diperlukan dalam survai dan

pemetaan ini. Data-data / detail lapangan tersebut ini dihitung dan diproses melalui

persyaratan dan tingkat ketelitian yang dikehendaki untuk dapat disajikan dalam

bentuk suatu peta / gambar-gambar yang memenuhi syarat dengan tingkat

ketelitian tertentu juga, sehingga peta dan gambar-gambar tersebut dapat mewakili

keadaan lapangan sesuai fungsi dan kegunaannya dengan suatu skala peta /

gambar yang ditentukan. Adapun tujuan kegiatan ini agar peta / gambar-gambar

sebagai produk akhir dari kegiatan ini akurat terhadap detail-detail dan keadaan

lapangan yang diwakilinya sehingga dapat menunjang dalam rangka kegiatan

pekerjaan sistem air bersih. Metode dan peralatan yang akan digunakan untuk

pengukuran situasi detail adalah sebagai berikut:

Page 47: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-47

Referensi pengukuran ditentukan dari titik tetap yang ada di sekitar lokasi

pengukuran, mempunyai identitas (kode) serta harga atau dimensi

koordinat yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan ataupun titik

referensi ditentukan / ditetapkan Pemberi Tugasn.

Pengukuran situasi detail / rinci dilakukan dengan metode Trigonometri /

Tachimetri dimana pangkal dan ujung jalur pengukuran terikat / terkontrol

terhadap kerangka dasar pengukuran / pemetaan. Dari titik-titik tersebut

diukur detail-detail lapangan dengan rinci. Titik-titik rinci / detail-detail

diukur dengan kerapatan titik yang disesuaikan dengan skala peta yang

digunakan dan tersebar dengan kerapatan titik maksimum 1 cm pada

peta. Peralatan yang digunakan Theodolite T0 dengan ketelitian

pengukuran 10 cm.

Penyebaran titik detail yang diukur di lapangan akan diusahakan merata,

seperti pada:

- Setiap perubahan permukaan serta vegetasi yang ada di areal

pengukuran.

- Situasi batas-batas tata guna lahan antara lain ladang, sawah,

kampung, lahan usaha I, lahan usaha II dan lain-lain.

Pengukuran Jalur Pipa

Pengukuran trase dilakukan sepanjang jalan yang akan menjadi jalur pipa sesuai

dengan rencana pelayanan. Prosedur, metode dan peralatan yang akan

digunakan untuk pengukuran trase saluran adalah sebagai berikut:

Uitzet trase yang dikontrol dengan ukuran poligon terikat terhadap titik kontrol (x,y)

kerangka pemetaan dengan ketelitian setiap sudut 1’ (menit) dan ketelitian antara

dua titik kontrol kerangka pemetaan 2’ (menit) yang diukur dengan alat ukur

Theodolite T0, dengan interval jarak maksimum 100 m, pada trase lurus dan 25 / 50

m pada tikungan.

Pengukuran sipat datar berfungsi sebagai dasar penampang memanjang trase,

terikat pada (z) kerangka pemetaan dengan ketelitian 15”D mm dimana D =

jarak dalam km.

Penampang melintang trase diukur dengan metode Tachimetri / Trigonometri

memakai alat ukur Theodolite T0 dengan ketelitian pengukuran 10 cm

dengan interval jarak 100 m (untuk saluran primer) tepat pada titik trase atau

penampang memanjang serta posisinya tegak lurus terhadap jalur trase.

Metode Analisa Data Topografi

Perhitungan Poligon

Kriteria toleransi pengukuran poligon kontrol horizontal yang ditetapkan dalam

spesifikasi teknis adalah :

1. Koreksi sudut antara dua kontrol azimuth 20" n. Koreksi setiap titik poligon

maksimum 20" n dimana n adalah jumlah titik poligon pada setiap kring.

2. Salah penutup koordinat maksimum 1 : 2.000.

Berdasarkan kriteria toleransi diatas, proses analisis perhitungan sementara

poligon akan dilakukan menggunakan metode perataan Bowdith dengan

prosedur sebagai berikut :

Salah Penutup Sudut

Page 48: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-48

nxnSfn

i

is "20180)2(1

Salah Penutup Koordinat

000.2:1df

Dalam hal ini :

n

i

n

i

iiiid ddf1 1

22 )cos.()sin.(

1801 iii s

Dimana : S : Sudut ukuran poligon

d : Jarak ukuran poligon

: Azimuth

i : Nomor titik Poligon ( i = 1,2,3, ..... n )

Proses perhitungan data definitif hasil pengukuran poligon kerangka kontrol horizontal

akan dilakukan dengan metode perataan Bowditch. Formula perataan poligon cara

Bowditch adalah sebagai berikut :

xd

dfx i

i

.

yd

dfy i

i

.

Dimana :

fxi : Koreksi absis

fyi : Koreksi ordinat

di : Jarak yang dikoreksi

d : Jumlah jarak

x : Jumlah kesalahan absis

y : Jumlah kesalahan ordinat

Perhitungan Waterpass

Kriteria teknis pengukuran waterpass yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis yakni tiap

seksi yang diukur pulang-pergi mempunyai ketelitian 10 mm D (D = panjang seksi

dalam Km ). Berdasarkan kriteria tersrbut dapat diformulasikan cara analisis data ukur

waterpass pada setiap kring sebagai berikut :

n

i

ih Dmmhf1

10

dimana :

fh : salah penutup beda tinggi tiap kring waterpass

h : beda tinggi ukuran

i : nomor slag pengukuran waterpass ( i = 1,2,3....n )

Setelah dianalisis keseluruhan data waterpass kerangka kontrol vertikal memenuhi

persyaratan toleransi akan dilakukan proses perhitungan definitif dengan

menggunakan metode Bowditch seperti pada poligon.

Perhitungan Azimuth Matahari

Page 49: Metodelogi Instalasi Perpipaan

F-49

Formula perhitungan Azimuth arah dengan metode pengamatan tinggi matahari

adalah sebagai berikut :

cos.cosh

sin.sinhsinsin

dA

SA

dimana : A : azimuth matahari

: azimuth arah ke target

S : sudut horizontal antara matahari dan target

: deklinasi

h : tinggi matahari

: lintang tempat pengamatan.

Apabila hasil perhitungan data pengamatan data pengamatan matahari tersebut tidak

memenuhi kriteria ketelitian 15" yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis, maka akan dilakukan

pengamatan ulang.

Penggambaran

Kriteria teknis dan prosedur penggambaran hasil survai Topografi tetap mengacu pada

Kerangka Acuan Kerja dan Standar Teknis Produk Perencanaan

- Gambar / peta situasi dibuat denga skala 1 : 2.000 dengan interval

kontur 0,5 m.

- Gambar / peta situasi rencana tapak bangunan skala 1 : 200

dengan interval kontur 0,5 m.

- Gambar situasi trace / rencana trace dilengkapi situasi sekitarnya

dengan kontur interval 0,5 m. Gambar penampang memanjang

digambar di bawah gambar situasi trace dengan skala yang sama 1 :

2.000 untuk skala jarak, sedangkan untuk skala tinggi 1 : 100.

- Gambar penampang melintang dibuat dengan skala jarak 1 : 100 dan

skala tinggi 1 : 100. (Untuk lokasi-lokasi tertentu).

- Garis silang Grid baik horisontal maupun vertikal dibuat dengan interval

10 cm. Pembuatan jaringan Grid dengan toleransi sesuai dengan

ketelitian peta.

- Tiap titik tetap (Bech Mark) yang diplotkan akan dilengkapi dengan

koordinat planimetris dan ketinggiannya