Upload
kezia-aprillia
View
55
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PAPER
FERMENTASI TAPAI
TUGAS MATA KULIAH MIKROBIOLOGI
KELOMPOK 2 KELAS 2 D
Reinhard Lontoh (111511063)
Kezia Aprillia Ango (111511064)
Triany Mamangkey (111511071)
Toar Angouw (111511075)
Nina Mokoginta (111511077)
Riyadi Agus (111511086)
Mita Piter (111511088)
Vijelika Repi (111511093)
Refty Sumampouw (111511097)
Anastasia Kowalot (111511100)
Falentin Pantungan (111511106)
Alma Djafar (111511115)
Enricho Marthin (111511116)
Wildan Akbar (111511120)
DOSEN PEMBERI TUGAS:
Dr. Paul Kawatu, M.Sc
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS SAM RATULANGI
2012
FERMENTASI TAPAI
Tapai merupakan makanan selingan yang cukup popular di Indonesia dan
Malaysia. Pada dasarnya ada dua tipe tapai, yaitu tapai ketan dan tapai singkong.
Tapai memiliki rasa manis dan sedikit mengandung alkohol, memiliki aroma yang
menyenangkan, bertekstur lunak dan berair.
Tapai sebagai produk makanan cepat rusak karena adanya fermentasi lanjut
setelah kondisi optimum fermentasi tercapai, sehingga hatus segera dikonsumsi.
Namun demikian jika disimpan dalam tempat yang dingin maka akan bertahan 2
minggu. Hasil dari fermentasi lanjut adalah produk yang asam beralkohol, yang
tidak enak lagi untuk dikonsumsi.
Tapai memiliki berbagai nama, tergantung daerah. Tapai singkong di Malaysia
disebut tapai ubi, Jawa tapai tela, dan Usnda peuyeum. Tapai ketan di Malaysia
disebut tapai pulut dan di Cina Lao-Chao.
1. Pembuatan secara tradisional
Pada pembuatan tapai ketan secara tradisional, ketan dicuci kemudian direndam
semalam dan ditanak (Gambar 1). setelah dingin dicampur dengan ragi komersial,
dimasukkan dalam wadah yang dilapisi daun pisang dan difermentasi 1-3 hari
pada suhu kamar. Produksi tapai singkong hampir mirip. Singkong yang masih
muda dan segar dikupas, dipotong-potong, dicuci dan ditanak. Jika telah dingin
dicampur dengan ragi komersial dan disimpan dalam wadah yang dilapisi danun
pisang kemudian difermentasi seperti tapai ketan. Rasa tapai yang dihasilkan
sangat tergantung dari ragi yang digunakan. Ragi yang berbeda memiliki
mikroflora yang berbeda.
Pada industri kecil, prosesnya tidak berbeda jauh dengan cara tradisional (Gambar
2 dan 3). Perbedaannya hanyalah pada pemberian ragi. Dalam skala industry perlu
dilakukan peningkaatan skala inokulum dengan menggunakan inokulum murni.
Peningkatan inokulum dilakukan untuk menekan biaya.
Peningkatan skala inokulum dilakukan dengan menggunakan 100 g beras steril
ditambah dengan 30 ml air steril dan inokulum murni 4 g kemudian diinkubasi
selama 4 hari. Inokulum lembab ini dapat digunakan untuk periode 2 minggu jika
terjaga dari kontaminasi dan disimpan dalam refrigerator. Pada skala ini tahap
mekanisasi belum tampak menyolok, terkecuali pada penanakan beras.
Beras ketan Singkong
Dicuci Dikupas dan dipotong
Perendaman semalam Cuci
Ditanak
Inokulasi dengan ragi komersial
Masukkan wadah
Fermentasi 48 jam 28-30°C
Tape
Gambar 1. Produksi tapai secara tradisional
2. Tahapan Proses
2.1. Penyiapan Bahan Baku
Seleksi bahan baku merupakan hal yang penting dalam pembuatan tapai, baik
untuk tapai ketan maupun tapai singkong. Ketan yang digunakan tidak boleh
terkontaminasi oleh beras biasa karena komposisi kimianya berbeda dan akan
berpengaruh pada produk akhir, terutama pada derajat kemanisan dan jumlah
cairan tapai.
Untuk singkong, umum optimum adalah 10 bulan. Jika lebih dari 12 bulan maka
akan banyak seratnya. Sebaiknya digunakan singkong yang baru dipanen karena
singkong yang telah lama disimpan memberikan kualitas yang tidak diharapkan.
Tahap kritis untuk singkong adalah pada saat pengupasan karena pada tahap ini
singkong mudah terkontaminasi. Permukaan halus pada ubi juga dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Beras ketan
Cuci
Rendam
Masak
Pendinginan
Inokulasi dengan ragi lembab 0,2% b/b
Simpan dan Inkubasi
Kemas
Jual
Gambar 2. Produksi tapai ketan skala industri kecil
Waktu perendaman untuk beras sebelum penanakan dapat menjadi faktor yang
kritis karena jika waktu perendaman kurang maka bagian tengah beras masih akan
tetap keras dan akan mempengaruhi produk akhir. Perendaman yang terlalu lama
dapat menyebabkan rusaknya biji beras sehingga mempengaruhi penampakan
produk akhir. Air yang terlalu banyak juga akan mengurangi kemanisan produk
dan berpengaruh pada teksturnya.
Singkong
Kupas
Hilangkan lendir dan potong
Cuci dan Tanak
Pendinginan
Inokulasi dengan ragi lembab 0,2% b/b
Wadah dan fermantasi 48 jam suhu ruang
Kemas
Simpan dingin
Jual
Gambar 3. Produksi tapai singkong skala industri kecil
2.2. Pemasakan dan Pendinginan
Pemasakan yang benar akan mendukung tekstur dan penampakan produk.
Pendinginan akan dapat mengontrol kondisi proses. Pemasakan yang kurang dapat
merusak kehidupan organisme dari inokulum yang diberikan, sementara
pendinginan yang terlalu lama akan menyebabkan kontaminasi.
Pemasakan singkong dilakukan dengan pengukusan selama 0.5 jam untuk
melunakkan struktur umbi dan agar enzim mikrobia dapat bekerja dengan baik.
2.3. Inokulum dan Inokulasi
Tipe dan konsentrasi organisme dalam inokulum yang digunakan merupakan
faktor paling kritis yang mempengaruhi fermentasi. Penggunaan inokulum murni
akan memperbaiki produk dan mengurangi kontaminasi. Inokulum tradisional
dapat pula menjadi sumber kontaminan karena organisme yang ada dalam
inokulum tidak diketahui dengan pasti. Adanya organisme penghasil pigmen,
terutama kapang, dapat menyebabkan produk menjadi berwarna, berasa asam,
ataupun menyebabkan bau asing lainnya.
Inokulasi tergantung cara pencampuran bahan dan inokulum. Pencampuran yang
tidak baik akan menyebabkan fermentasi kurang sempurna dan menimbulkan
kerusakan. Inokulum atau ragi yang ditambahkan biasanya kurang dari 1% atau
10 g per kilogram bahan. Umumnya 0,2 – 0,5%.
Tapung beras steril 100 g + air steril 30 ml
Inkulasi ragi murni 1 g
Inkubasi suhu kamar 4 hari
Ragi lembab
Simpan dingin
Gambar 4. Peningkatan skala inokulum
2.4. Pengemasan dan Penimbangan
Pengisian tapai ke wadah dapat dilakukan sebelum atau sesudah fermentasi.
Pengisian dan penimbangan dapat menjadi tahap yang kritis. Jika berat kurang
maka konsumen akan komplain dan pengisian yang berlebih dapat menyebabkan
cairan gula dari fermentasi keluar dari wadah.
2.5 Fermentasi dan Penyimpanan
Fermentasi yang baik dilakukan pada suhu 28-30 ºC dan membutuhkan waktu 45
jam. Fermentasi dapat diperlambat jika didinginkan. Fermentasi tapai paling baik
dilakukan pada kondisi mikroaerob. Pada kondisi anaerob, kapang tidak mampu
tumbuh sehingga tidak dapat menghidrolisis pati. Namun demikian, pada kondisi
aerob, yang merupakan kondisi paling baik bagi kapang dan khamir, aroma tidak
berkembang dengan baik karena tergantung dari fermentasi alkohol dan pada
kondisi ini fermentasi alkohol menurun. Fermentasi yang tertutup akan mencegah
terjadinya kontaminasi.
Suhu akan berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi. Meskipun suhu yang lebih
rendah dari 25 °C dapat menghasilkan produk dengan kadar alkohol yang tingggi
pada fermentasi 144 jam tetapi hal ini tidak diharapkan karena umumnya
konsumen mengharapkan kadar alkohol yang rendah.
Tapai merupakan produk yang sangat mudah rusakkarena fermentasi tetap
berlangsung meskipun fase optimum fermentasi telah tercapai. Oleh karena itu
tapai harus segera dikonsumsi. Tapai dapat bertahan selama 2-3 hari bila disimpan
dalam suhu kamar. Setelah itu akan terjadi over fermentasi dan menjadi rusak.
Bila dikemas dengan cangkir plastik dan disimpan dalam suhu refrigerator akan
dapat bertahan sampai 2 bulan dan bila disimpan dalam bentuk beku akan dapat
bertahan dalam beberapa bulan tetapi teksturnya berubah/rusak.
3. Mikrobiologi dan Biokimia Tapai
Kapang A. rouxii dapat menghidrolisis pati menjadi gula. Semua gula yang ada
adalah gula reduksi. A. rouxii juga menghasilkan alkohol sampai 0,92% setelah
45 jam fermentasi. Penggunaan kultur campuran A. rouxii dan S. fibuliger
menghasilkan tapai dengan kadar alkohol lebih tinggi tetapi kadar gulanya lebih
rendah dan tidak memiliki aroma tapai yang kuat. Pada bagian lain campuran tiga
organisme, yaitu A. rouxii, S. fibuliger dan H. anomala menghasilkan aroma yang
diharapkan.
Perubahan biokimia yang penting pada fermentasi tapai adalah hidrolisis pati
menjadi glukosa dan maltosa yang akan memberikan rasa manis serta perubahan
gula menjadi alkohol dan asam organik.
Perubahan kadar alkohol selama penyimpanan dapat terjadi setelah dua hari, dari
3% menjadi 5,2%. Namun demikian, jika tapai disimpan pada suhu rendah (7 °C)
maka fermentasi masih akan tetap berlangsung tetapi lebih lambat dan secara
sensoris masih baik sampai dua minggu. Kombinasi A. rouxii dengan E. burtonii
mampu mengurangi padatan total tapai ketan sampai 50% dalam waktu 192 jam
pada suhu 30B C dan meningkatkan protein sampai 16,5%. Selain itu juga akan
menghasilkan isobutanol, amil alkohol, dan isoamilalkohol.
Jumlah asam amino selama fermentasi mengalami penurunan. Asam glutamat
sebanyak 17,5%, lisin 11% dan tirosin 9,8%, sementara tiamin naik dari 0,04
mg/100g menjadi 0,1 mg/100g jika digunakan A. rouxii dan 0,12 mg/100g jika
digabung dengan E. burtonii.
Pada umumnya tapai singkong memiliki komposisi air 56 - 69%, etanol 3%, pH
4,38 - 4,75, total asam 0,63 - 0,89%, protein 1,4%, lemak 0,3%, karbohidrat
40,2%, serat kasar 2%, dan kadar abu 0,7%.
4. Ragi Tapai
Starter yang digunakan untuk produksi tapai disebut ragi, yang umumnya
berbentuk bulat pipih dengan diameter 4-6 cm dan ketebalan 0,5 cm. Tidak
diperlukan peralatan khusus untuk produksi ragi, tetapi formulasi bahan yang
digunakan pada umumnya tetap menjadi rahasia setiap pengusaha ragi.
Tepung beras yang bersih dicampur dengan air untuk membentuk pasta dan
dibentuk pipih dengan tangan, kemudian diletakkan diatas nyiru yang dilambari
merang dan ditutup dengan kain saring. Organisme akan tumbuh secara alami
pada pasta ini pada suhu ruang dalam waktu 2-5 hari.
Beberapa pengusaha menambahkan rempah-rempah atau bumbu untuk
mendukung pertumbuhan mikroorganisme yang diharapkan. Penambahan sari
tebu juga dilakukan untuk menambah kadar gula.
Ragi dipanen setelah 2-5 hari, tergantung dari suhu dan kelembaban. Produk akhir
akan berbentuk pipih kering dan dapat disimpan dalam waktu lama. Tidak ada
faktor lingkungan yang dikendalikan. Mikroorganisme yang diharapkan maupun
kontaminan dapat tumbuh bersama-sama. Pada lingkungan pabrik ragi, mikroflora
yang ada telah didominasi mikroba ragi. Namun demikian pada ragi yang dibuat
pada musim hujan akan dapat dijumpai Mucor sp dan Rhizopus sp dalam jumlah
yang lebih banyak dan membutuhkan waktu pengeringan yang lebih lama.
Jika pasta tetap basah, mikroorganisme tumbuh dan menggandakan diri. Jumlah
kapang pada ragi berkisar dari 8x107 sampai 3x108/g, khamir 3x106 sampai
3x107/g dan bakteri kurang dari 105/g. Organisme yang menghasilakan tapai
dengan aroma baik adalah gabungan dari Amylomyces rouxii, Endomycopsis
fibuliger dan Hansemula anoma. Untuk tapai singkong adalah A. Rouxii dan E.
Fibuliger.
5. Brem Padat dan Proses Pembuatannya
Brem padat merupakan makanan yang dibuat dari cairan tapai ketan yang
dipanaskan sampai kental dan didinginkan sampai memadat. Brem padat memiliki
rasa yang manis atau manis keasaman, tekstur padat, kering tidak lembek, warna
putih kekuningan sampai kecoklatan serta mudah hancur di mulut. Brem padat
banyak dibuat di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Bentuk brem yang paling
sering diperdagangkan adalah persegi empat dan bulat pipih.
Brem padat umumnya mempunyai komposisi kimia glukosa 65-68%, pati 4-14%,
protein 0,3-0,6%, lemak 1-5%, kadar air 8-18%, total asam 1-2% dan zat tidak
larut 1-2,5%. Standar mutu brem padat adalah bau, rasa, warna khas, kadar air
maksimum 17%, tidak memakai pemanis buatan, derajat kesamaan maksimum
1%, bagian tak terlarut dalam air maksimum 15% dan tidak terdapat logam
berbahaya.
Brem padat dapat dibuat dengan melakukan pengepresan tapai ketan yang telah
diperam 3 hari. Cairan tersebut kemudian dipekatkan dengan cara dipanaskan
sampai cairan tersebut dapat memadat jika telah dingin. Pada pembuatan brem,
warna kesoklatakan yang terbentuk adalah akibat karamelisasi selama pemanasan,
yang akan hilang setelah cairan tersebut diaduk.
Pengepresan tapai ketan dilakukan secara berlahan-lahan agar filtrat yang keluar
berjumlah banyak dan tidak terdapat pati yang ikut sehingga penampakannya
menjadi bagus.
Cairan yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan pemanasan untuk
mengurangi sebagian air yang ada. Selama pemanasan akan muncul aroma yang
khas dan terjadi karamelisasi. Pemekatan dilakukan pada suhu ± 100°C selama 3
jam atau cairan tinggal 1/3 dari volume semula. Selama pemekatan dilakukan
pengadukan dengan pengaduk kayu.
Pengadukan yang kuat pada larutan pekat akan menyebabkan munculnya kristal-
kristal kecil dengan tekstur halus. Pengadukan dilakukan dengan alat pengaduk
mekanik. Jika dalam jumlah kecil maka dapat menggunakan mixer. Apabila
larutan tersebut telah mencapai titik jenuh, maka kristal akan terbentuk. Juka
krista terbentuk tidak beraturan atau tidak terbentuk kristal maka yang dapat
dilakukan adalah dengan menambahkanbibit kristal. Bibit kristal yang digunakan
adalah brem jadi yang telah dihancurkan. Bibit kristal yang ditambahkan
sebanyak 1%. Setelah penambahan bibit kristal dan kepekatan 70 brix, maka brem
dituang ke cetakan dengan ketebalan 0,5-1 cm dan biarkan mengering dan
memadat.
DAFTAR PUSTAKA
Microbiologi Industri.