1

Minat Korporasi Properti Tinggibigcms.bisnis.com/file-data/1/1699/ba91ed64_Des15-BhandaGhara(Persero).pdfakan menunggu payung hukum penurunan pajak sebelum mela-kukan pemeringkatan

  • Upload
    buinga

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Minat Korporasi Properti Tinggibigcms.bisnis.com/file-data/1/1699/ba91ed64_Des15-BhandaGhara(Persero).pdfakan menunggu payung hukum penurunan pajak sebelum mela-kukan pemeringkatan

Ana [email protected]

Di sisi lain, potensi masuknya dana repatriasi dari tax amnesty bakal membuat likuiditas di pa sar kian melimpah.

Direktur Utama Pefindo Sal-yadi Saputra menuturkan insen-tif perpajakan yang sedang di -matangkan oleh pemerintah ber-potensi mendorong ketertarikan perusahaan properti untuk me -monetisasi asetnya melalui pe -nerbitan DIRE.

Untuk itu, Pefindo menyusun metode pemeringkatan DIRE yang terdiri dari penilaian atas risiko bisnis dan penilaian atas risiko keuangan.

Penilaian atas risiko bisnis ter-diri dari kajian terhadap kualitas aset, diversifikasi portofolio DIRE dan stabilitas operasional, serta manajemen dan strategi kinerja pengelola DIRE dan asetnya. Analisis kualitas aset mencakup nilai aset DIRE, klasifikasi aset, lokasi dan aksesibilitas, usia aset, tingkat okupansi dan tarif sewa.

“Sudah ada dua yang kami peringkat, nilainya hampir Rp2 triliun. Peringkatnya cukup ba -gus, single A,” tuturnya, Senin (20/6).

Menurut Salyadi, DIRE cukup

menarik bagi investor lantaran menawarkan dividen dari pen-dapatan sewa sekaligus tingkat kupon. Potensi aset properti yang dapat dijadikan aset dasar DIRE pun cukup banyak. “Perusahaan yang minat DIRE cukup banyak, mereka sedang nunggu insentif perpajakannya,” imbuh Salyadi.

Direktur Utama Bowsprit Asset Management Angi Lim menutur-kan DIRE yang dirancang Bow-sprit telah mengantongi rating idA dari Pefindo. Underlying aset produk DIRE tersebut adalah gedung perkantoran milik Grup Lippo.

Pada semester II/2016, Bow-sprit Asset Management beren-

cana mengakuisisi tiga aset per-kantoran Grup Lippo, yakni Ge -dung Lippo Kuningan, Menara Matahari, dan Menara Asia seni-lai Rp1,5 triliun untuk dijadikan underlying aset DIRE.

“DIRE Bowsprit sudah dilaku-kan pemeringkatan oleh Pefindo dengan hasil single A. Tujuannya, untuk memenuhi kriteria inves-tasi perusahaan asuransi,” tutur-nya ketika dihubungi Bisnis, Se nin (20/6).

Kriteria yang dimaksud diatur dalam Peraturan Menteri Ke -uang an No. 53/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Re asu-ransi. Dalam aturan tersebut, DIRE yang menjadi instrumen investasi perusahaan asuransi harus mendapat peringkat mini-

mal BBB atau investment grade.

TUNGGU JUKLAK“Dividen yield DIRE belum

kami putuskan angka finalnya. Kami sedang menunggu juklak atas insentif pajak DIRE,” pung-kas Angi.

Pemerintah memproyeksi Per-aturan Pemerintah tentang in -sentif fiskal berupa diskon pajak penghasilan (PPh) atas keuntun-gan penjualan aset properti dari pengembang kepada special pur-pose company (SPC) untuk ke -pen tingan DIRE dari 25% men-jadi 0,5% akan rampung pada Juni 2016.

Selain itu, insentif Bea Per-olehan Hak atas Tanah dan Ba -ngunan (BPHTB) dari 5% men-jadi 1%-2% masih menunggu keputusan pemerintah daerah.

Kendati berminat untuk me -rancang dan mengelola produk DIRE, Direktur Utama Trimegah Asset Management Anthony Dir-ga menilai perlunya pemahaman investor sebelum meluncurkan instrumen ini.

“Selain menunggu aturan pa -jak, pemahaman investor juga harus ditingkatkan, dari segi produk maupun dari segi imbal hasil,” ujarnya.

PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) menekankan masih akan menunggu payung hukum penurunan pajak sebelum mela-kukan pemeringkatan aset-aset yang akan dilepas dalam struk-tur DIRE.

Direktur Keuangan CTRA Tu lus Santoso mengatakan penu-runan pajak penghasilan dan bea hak atas tanah & bangunan (BPHTB) menjadi pengganjal niat perseroan menggalang dana melalui DIRE.

“Kami tunggu aturannya clear dulu. Setelah keluar proses per-siapannya mungkin butuh waktu 6 bulan,” jelasnya kepada Bisnis.

Tulus menilai pajak BPHTB juga berpotensi menjadi kendala karena pajak BPHTB menjadi bagian dari kewenangan peme-rintah daerah. Saat ini, pengali-han aset dikenakan pajak BPHTB sebesar 5%. (Rivki Maulana)

DIRE cukup menarik bagi investor lantaran menawarkan dividen dari pendapatan sewa sekaligus tingkat kupon.

JAKARTA — PT Pemeringkat Efek Indonesia memproyeksikan penilaian terhadap Dana Investasi Real Estate akan semakin marak

seiring dengan tingginya minat perusahaan properti meraup dana dari instrumen ini.

PENERBITAN DIRE

Minat Korporasi Properti Tinggi

OMRE Bidik Pertumbuhan 10%

JAKARTA — PT Indo-nesia Prima Property Tbk. (OMRE) membidik pertum-buhan pendapatan di kisar-an 5% — 10% hingga akhir 2016.

Hartono, Direktur Inde-penden OMRE, mengata-kan perseroan hanya men-argetkan pertumbuhan pen dapatan yang mini seir-ing dengan kompetisi yang kian ketat di segmen prop-erti investasi. “Sulit bagi kami menaikan tarif sewa, office sedang oversupply. Banyak perkantoran baru yang menawarkan harga lebih rendah,” ujarnya, Senin (20/6).

OMRE saat ini mengelola gedung perkantoran Wis-ma Sudirman, apartemen Puri Casblanca, Hotel Grand Tropic Jakarta, dan Hotel Novotel Surabaya. Se -lain itu, OMRE juga me -ngelola Mal Blok M Jakarta dan Plaza Parahyangan di Bandung.

Tahun lalu, pendapatan OMRE mencapai Rp262,23 miliar, naik 6,04%. Semen-tara itu, per Maret 2016, OMRE sudah meraup pen-dapatan sebesar Rp60 mili-ar atau meningkat 7,5%.

Hartono mengatakan per seroan tahun ini hanya merenovasi beberapa pro -perti investasi guna men ja-ga tingkat okupansi. Untuk okupansi hotel, OMRE me -nargetkan ting kat okupansi di level 70% atau sama dengan posisi tahun lalu.

Sepanjang tahun lalu, STR Global melansir ting-kat okupansi hotel di Ja -karta turun 660 bps men-jadi 66,9% dan mengantar-kan level okupansi Jakarta di bawah rata-rata Asia Pa -sifik yang mencapai 70,4%.

Sementara itu, sektor perkantoran juga tak kalah lesu. Menurut Riset Colliers International, banjir pasok-an ruang kantor baru me -nyebabkan pemilik gedung menawarkan diskon tarif

20%-30%. Pasokan baru ju ga menyebabkan tingkat okupansi perkantoran di CBD tercatat 88,6%, turun dari posisi pada kuartal I/2015 sebesar 93,6%.

PROYEK BARUDi sisi lain, OMRE akan

mengejar perizinan dua proyek baru, yakni Puri Casablanca Office Tower dan pembangunan kembali Wisma Sudirman. Direktur OMRE Chandraja Harita mengatakan proyek Puri Casablanca sudah menca-pai tahap desain. Namun, perseroan masih menung-gu proses perizinan terkait dengan koefisien luas ba -ngunan. “Kami masih me -nunggu RDTR [rencana detail tata ruang] karena kami ingin meningkatkan KLB,” ujar nya.

Di sisi lain, OMRE juga tengah menjajaki mitra untuk membangun kemba-li Wisma Sudirman. Har to-no mengatakan, perseroan telah memperoleh izin pe -ningkatan KLB menjadi 9 agar perseroan bisa mem-bangun properti dengan luas sembilan kali lipat dari luas yang ada saat ini se -luas 19.000 m2. “Kami ma -sih cari partner. Kami ingin bangun agar connect ke sta-siun MRT. Rencananya akan dibangun mix used.”

Hartono belum mau mem beberkan nilai inves-tasi kendati desain proyek sudah rampung. Dia juga enggan mengungkapkan calon mitra yang akan di gandeng.

Namun, sebelumnya Gu -bernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menga ta-kan pemilik Wisma Sudir-man dikenakan denda pe -lampauan koefisien lantai bangunan dalam bentuk pembangunan fasilitas pu -blik berupa konstruksi sim-pang susun Semanggi seni-lai Rp570 miliar. (Rivki

Maulana)

TARGET PENDAPATAN

M A R K E T Selasa, 21 Juni 201614PerdaganganKeuanganProperti InfrastrukturPertanian Pertambangan Industri Dasar Aneka Industri Ind. Konsumsi

20/6/2016 20/6/2016 20/6/2016 20/6/2016 20/6/2016 20/6/2016 20/6/2016 20/6/2016 20/6/2016

1.760,22 1.055,62 419,81 1.144,26 2.320,87 521,79 1.093,79 670,74 840,04 0,79% 2,52% 0,13% 1,81% 0,59% 1,00% 0,35% 0,54% 0,43% 0,73%

TRANSAKSI OBLIGASI

JAKARTA — Emisi obligasi korporasi pa da tahun ini diproyeksi menyentuh rekor tertinggi Rp80 triliun-Rp90 triliun seiring dengan besarnya mandat yang di terima oleh PT Pemeringkat Efek Indo-nesia.

Berdasarkan data Pefindo, sepanjang Januari-Mei 2016, penerbitan surat utang korporasi secara nasional mencapai Rp29,19 triliun yang diterbitkan oleh 22 perusahaan, mayoritas sektor perbankan dan pembiayaan. Nilai tersebut terdiri dari

emisi obligasi Rp27,24 triliun dan medium term notes Rp1,95 triliun.

Salyadi Saputra, Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia, menuturkan Pefindo memberikan peringkat kepada 86% dari total surat utang korporasi yang diterbitkan atau senilai Rp25,09 triliun.

“Saat ini mandat yang diterima dan belum tercatat Rp44,17 triliun. Mayoritas dari sektor bank, pembiayaan dan infra-struktur. Itu akan terbit Juni hingga kuar-tal III/2016,” tuturnya, Senin (20/6).

Apabila seluruh mandat direalisasikan, lanjutnya, jumlah emisi obligasi korporasi berpotensi mencapai Rp73,36 triliun hing-ga akhir September 2016. Adapun masa puncak penerbitan obligasi korporasi ada-lah pada Juni dan Desember.

“Kalau kuartal IV/2016 bertambah Rp10 triliun atau Rp20 triliun, emisi obligasi bisa Rp80 triliun-90 triliun tahun ini. Apalagi suku bunga acuan cenderung turun, yield turun, sehingga emiten lebih tertarik,” ujarnya. (Ana Noviani)

Emisi Obligasi Bisa Tembus Rp90 Triliun

Direktur PT Mandiri Sekuritas Laksono Widodo (dari kiri), Direktur I Nyoman Gede Suarja, berbincang dengan Direktur Utama Abiprayadi Riyanto, SEVP Investment Banking Donny Arsal, dan Direktur C. Paul Tehusijarana, di sela-sela acara buka puasa bersama di Jakarta, Senin (20/6). Hingga Mei 2016, Mandiri Sekuritas telah menyelesaikan delapan transaksi obligasi dengan porsi seniai Rp4,7 triliun.

Bisnis/Dwi Prasetya

djoko
Typewriter
Bisnis, 21 Juni 2016