1
PEMIMPIN REDAKSI: Gendur Sudarsono REDAKTUR EKSEKUTIF: M. Taufiqurohman DEWAN EKSEKUTIF Gendur Sudarsono (Ketua), Arif Zulkifli, Daru Priyambodo, Wahyu Muryadi, Yuli Ismartono, Burhan Sholikin, M. Taufiqurahman, Hermien Y. Kleden NASIONAL & HUKUM REDAKTUR PELAKSANA Budi Setyarso REDAKTUR UTAMA Elik Susanto, L.R. Baskoro, Yosep Suprayogi REDAKTUR Anton Aprianto, Bagja Hidayat, Efri Nirwan Ritonga, Jajang Jamaluddin, Jobpie Sugiharto, Maria Rita Ida Hasugian, Stefanus Teguh Edi Pramono, Widiarsi Agustina STAF REDAKSI Ahmad Nurhasim, Anton Septian, Anton William, Bobby Chandra, Leo Wisnu Susapto, Yuliawati REPORTER Aryani Kristanti (nonaktif), Bernadette Christina, Bunga Manggiasih (nonaktif), Febriyan, Febriana Firdaus, Francisco Rosarians Enga Geken, I Wayan Agus Purnomo, Indra Wijaya, Ira Guslina Sufa, Kartika Candra Dwi Susanti (nonaktif), Muhamad Rizki, Nur Alfiyah B.T. Tarkhadi, Prihandoko, Rusman Paraqbueq, Subkhan, Sundari, Tri Suharman EKONOMI & MEDIA REDAKTUR PELAKSANA M. Taufiqurohman REDAKTUR UTAMA Setri Yasra REDAKTUR Ali Nur Yasin, Dewi Rina Cahyani, Muhammad Nafi, Retno Sulistyowati, Y. Tomi Aryanto STAF REDAKSI Abdul Malik, Fery Firmansyah, Rachma Tri Widuri, RR Ariyani Yakti Widyastuti, Setiawan Adiwijaya REPORTER Akbar Tri Kurniawan, Amandra Mustika Megarani, Ananda Wardhiati Theresia, Ananda Widhia Putri, Angga Sukma Wijaya, Ayu Prima Sandi, Gustidha Budiartie, Maria Yuniar Ardhati, Martha Ruth Thertina, Muhammad Iqbal Muhtarom, Pingit Aria Mutiara Fajrin, Rafika Usnah, Ririn Agustia INTERNASIONAL & NUSA REDAKTUR PELAKSANA Purwanto Setiadi REDAKTUR UTAMA Yudono Yanuar REDAKTUR Abdul Manan, Dwi Arjanto, Dwi Wiyana, Mustafa Ismail, Raju Febrian, Sapto Yunus STAF REDAKSI Eko Ari Wibowo, Harun Mahbub, Hayati Maulana Nur (nonaktif), Istiqomatul Hayati, Natalia Santi, Sita Planasari JAWA TIMUR, BALI Agus Supriyanto (Koordinator Liputan), Endri Kurniawati, Jalil Hakim, Zed Abidin JAWA TENGAH Sunudyantoro (Koordinator Liputan), L.N. Idayanie, R. Fadjri JAWA BARAT, BANTEN Eni Saeni (Koordinator Liputan). SULAWESI SELATAN Grace Samantha Gandhi (Koordinator Liputan), Kodrat Setiawan, Cornilla Desyana METRO & PRELUDE REDAKTUR PELAKSANA Bina Bektiati REDAKTUR Juli Hantoro, Purwanto, Rini Kustiani, Yandi Rofiyandi, Zacharias Wuragil STAF REDAKSi Aliya Fathiyah, Evieta Fajar Pusporini, Hadriani Pudjiarti, M.C. Nieke Indrietta Baiduri, Nur Haryanto, Suseno REPORTER Aditya Budiman, Amirullah, Anggrita Desyani Cahyaningtyas, Baiq Atmi Sani Pertiwi, Choirul Aminudin, Fiona Putri Hasyim, Jayadi Supriadin, Munawwaroh, Sutji Decilya, Afrialia Suryanis, Dimas Indra Buana Siregar, Istman Musaharun Pramadiba, Mohammad Andi Perdana, Rina Widiastuti (nonaktif), Satwika Gemala Movementi, Syailendra Persada INVESTIGASI REDAKTUR PELAKSANA Wahyu Dhyatmika REDAKTUR Philipus Parera, Sukma Loppies, Yandhrie Arvian (nonaktif) STAF REDAKSI Agoeng Wijaya, Agung Sedayu, Budi Riza, Mustafa Silalahi, Sandy Indra Pratama GAYA HIDUP & KORAN TEMPO MINGGU REDAKTUR PELAKSANA S. Qaris Tajudin REDAKTUR UTAMA Nugroho Dewanto REDAKTUR Ahmad Taufik (nonaktif), Kurniawan, Purwani Diyah Prabandari STAF REDAKSI Cheta Nilawati Prasetyaningrum, Heru Triyono, Sorta Marthalena Tobing REPORTER Isma Savitri, Ismi Wahid Rohmataniah Maulid (nonaktif), Mitra Tarigan, Retno Endah Dianing Sari, Riky Ferdianto SAINS, SPORT, & KOLOM REDAKTUR PELAKSANA Yos Rizal Suriaji REDAKTUR UTAMA Idrus F. Shahab, Tulus Wijanarko REDAKTUR TB. Firman D. Atmakusumah, Clara Maria Tjandra Dewi H., Hari Prasetyo, Irfan Budiman, Nurdin Saleh STAF REDAKSI Agus Baharudin, Angelus Tito Sianipar (nonaktif), Dwi Riyanto Agustiar, Gabriel Titiyoga, Kelik M. Nugroho, Martha Warta Silaban, Untung Widyanto, M. Reza Maulana REPORTER Aditya Budiman, Arie Firdaus, Erwin Prima Putra Z., Gadi Kurniawan Makitan, Mahardika Satria Hadi, Satwika Gemala Movementi, Rosalina Ocha SENI & INTERMEZO REDAKTUR PELAKSANA Seno Joko Suyono REDAKTUR Dodi Hidayat, Nurdin Kalim, Nunuy Nurhayati STAF REDAKSI Dian Yuliastuti REPORTER Ananda Wardhana Badudu, Ratnaning Asih TEMPO ENGLISH EDITOR SENIOR Richard Bennet EDITOR Lucas Edward, (Tempo Weekly), Mahinda Arkyasa (Tempo.co) STAF REDAKSI Sadika Hamid, Syari Fani KOORDINATOR PRODUKSI Dewi Pusfitasari TEMPO TV MANAJER PEMBERITAANNur Hidayat PRODUSER EKSEKUTIF Diah Ayu Candra Ningrum PRODUSER Adek Media KREATIF, FOTO, BAHASA REDAKTUR KREATIF Gilang Rahadian REDAKTUR DESAIN Eko Punto Pambudi, Fitra Moerat Ramadhan Sitompul, Yuyun Nurrachman DESAINER SENIOR Ehwan Kurniawan, Imam Yunianto, Kendra H. Paramita DESAINER Aji Yuliarto, Ary Setiawan Harahap, Deisy Rikayanti Sastroadmodjo, Djunaedi, Edward Ricardo Sianturi, Fransisca Hana, Gatot Pandego, Munzir Fadly, Rizal Zulfadli, Robby PENATA LETAK Achmad Budy, Ahmad Fatoni, Agus Darmawan Setiadi, Agus Kurnianto, Arief Mudi Handoko, Endang Wijaya, Imam Riyadi Untung, Junianto Prasongko, Kuswoyo, Mistono, Rudy Asrori, Ronald Sidra Khadafi, Tri Watno Widodo, Wahyu Risyanto REDAKTUR FOTO Rully Kesuma (Koordinator), Mahanizar Djohan, Yunizar Karim PERISET FOTO Ayu Ambong, Charisma Adristy, Fardi Bestari, Gunawan Wicaksono, Jati Mahatmaji, Latifah Z Nahdi, Nita Dian Afianti, Ratih Purnama Ningsih, Tomy Satria, Wahyu Setiawan FOTOGRAFER Aditia Noviansyah, Amston Probel, Subekti REDAKTUR BAHASA Uu Suhardi (Koordinator), Hasto Pratikto, Sapto Nugroho STAF SENIOR Iyan Bastian STAF Edy Sembodo, Fadjriah Nurdiarsih, Hadi Prayuda, Heru Yulistiyan, Michael Timur Kharisma, Mochamad Murdwinanto, Rasdi Darma, Sekar Septiandari, Suhud Sudarjo PUSAT DATA DAN ANALISA TEMPO KOORDINATOR Priatna, Ade Subrata RISET Ngarto Februana STAF RISET Indra Mutiara REDAKTUR SENIOR Amarzan Loebis, Bambang Harymurti, Diah Purnomowati, Edi Rustiadi M., Fikri Jufri, Goenawan Mohamad, Leila S. Chudori, Putu Setia, S. Malela Mahargasarie, Toriq Hadad KEPALA PEMBERITAAN KORPORAT Toriq Hadad KEPALA DESAIN KORPORAT S. Malela Mahargasarie BIRO EKSEKUTIF DAN PENDIDIKAN M. Taufiqurohman (Kepala), Yos Rizal Suriaji A ksi pengeboman di tempat hibur- an Paddy Pub dan Sari Club, di Kuta, Bali, pada 12 Oktober 2002, tak hanya mem- buat 202 nyawa melayang, 240 orang luka-luka, dan pariwisata Bali terpukul hebat. Serangan itu juga menjadi alarm nyaring bagi aparat keamanan Indonesia ter- hadap bahaya yang ditimbulkan oleh kelompok radikal Islam yang kini tak lagi bersifat laten. Serangan bom bunuh diri yang dilakukan Jamaah Islamiyah itu terjadi setahun setelah peristiwa 9/11—sebutan untuk serangan Al- Qaidah pada 11 September 2001 ke daratan Amerika Serikat yang menewaskan sekitar 3.000 orang. Solahuddin, dalam buku The Roots of Terrorism in Indonesia: From Darul Islam to Jema’ah Islamiyah, menunjukkan bahwa serangan itu memiliki keterkaitan meski dilakukan oleh dua organi- sasi berbeda. Buku yang ditulis oleh peneliti International Crisis Group ini adalah satu dari sekian buku tentang kelompok radikal di Indonesia. Buku lain itu di anta- ranya In The Shadow of Sword (2004) karya Sally Neighbour, Membongkar Jamaah Islamiyah: Pengakuan Mantan Anggota JI (2008) karya Nasir Abbas, dan Ali Imron Sang Pengebom (2007) karya Ali Imron. Dari sisi tema, yang dekat dengan karya Solahudin ini ada- lah buku The Second Front: Inside Asia’s Most Dangerous Terrorist Network karya Ken Konboy yang diterbitkan Equinox pada 2006. Pendekatan Solahudin, seperti juga Conboy, memiliki kedekatan dalam cara Lawrence Wright saat menulis peristiwa 11 September dalam The Looming Tower: Al- Qaeda and The Road to 9/11, yang diterbitkan Alfred A. Knopf dan memenangi Pulitzer Prize 2007. Wright menarik akar peristiwa itu ke perjalanan Sayyid Qutb ke Amerika Serikat pada 1948. Kedatangan Qutb untuk menem- puh pendidikan di sana seusai Perang Dunia II itu membentuk sikapnya yang anti-Amerika. Ia akhirnya mati dieksekusi pemerintah Mesir, tapi seruan jihadnya menggema luas. Ayman al-Zawahiri adalah salah satu yang membalas panggilan itu. Zawahiri adalah generasi perta- ma Al-Qaidah dan kini menjadi orang nomor 1 setelah Usamah bin Ladin tewas pada 2011. Meski Solahudin dan Conboy sama-sama menarik benang sejarah ke pendirian Darul Islam oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo pada 1948, kedua- nya memiliki sejumlah perbeda- an. Conboy memberi penekanan pada sejarah aksi Darul Islam hingga Jamaah Islamiyah serta perburuan aparat keamanan untuk menangkapnya. Sedangkan Solahudin banyak mengungkap transformasi ideologi dan orga- nisasi Darul Islam dan Jemaah Islamiyah—dan tentu saja juga petualangan anggotanya. Kartosuwiryo, kata Solahudin, mulai menjadi pendukung berdiri- nya negara Islam pada akhir 1920 ketika bergabung dengan Partai Syarikat Islam dan menjadi sek- retaris jenderal pada 1927. Tujuan partai ini memang menegakkan syariat Islam. Perselisihannya dengan petinggi partai membu- atnya terusir. Ia pun mendirikan Suffah Institut. Suffah Institut ditutup pada masa Jepang, tapi ia diberi kesem- patan membentuk milisi, yang mulanya dimaksudkan Jepang untuk membantu mereka mela- wan sekutu. Saat Belanda dan Inggris datang setelah kekalahan Jepang, Indonesia menyambutnya dengan seruan jihad. Saat itu Kartosuwiryo menganggap jihad memiliki arti lebih luas daripada perang. Sikapnya berubah setelah Perjanjian Renville tahun 1948 karena menilai pemerintah dikua- sai kelompok sosialis dan komunis. Itulah yang membuatnya mem- proklamasikan diri sebagai imam negara baru, Darul Islam, pada Mei 1948, yang kemudian diikuti dengan deklarasi Negara Islam Indonesia tahun berikutnya. Kartosuwiryo ditangkap tenta- ra Indonesia dan divonis bersalah oleh pengadilan militer. Dia diek- sekusi pada 5 September 1962. Kematiannya tak mengakhiri gerakan Darul Islam dan aspirasi untuk mendirikan negara Islam. Perubahan penting dari Darul Islam terjadi pada 1992. Pergantian imam dan ketidakco- cokan di antara petingginya mem- buat salah satu tokoh seniornya, Abdullah Sungkar, keluar dan mendirikan Jamaah Islamiyah. Perkembangan politik di Indonesia dalam kurun 1980-an hingga 1990-an ikut mempenga- ruhi gerakan ini, tapi tidak dalam tujuan awalnya untuk mendiri- kan negara Islam dan menjadikan pemerintah sebagai musuh uta- manya. Pergeseran penting bagi Jamaah Islamiyah terjadi setelah 23 Februari 1998, saat Usamah bin Ladin mengeluarkan fatwa bahwa kewajiban setiap muslim untuk membunuh orang Amerika dan sekutunya di mana pun mere- ka berada. Suara Jamaah Islamiyah pecah menanggapi seruan itu. Mantiqi II, yang wilayahnya meliputi Indonesia, memilih tak mengikuti seruan itu. Tapi, Mantiqi I, yang wilayah operasinya di Malaysia dan Singapura, justru menjawab- nya, dan Bom Bali tahun 2002 adalah buktinya. O Melacak Akar Terorisme di Indonesia Abdul Manan [email protected] Solahuddin, peneliti International Crisis Group, menarik akar kelompok radikal di Indonesia ke pendirian Darul Islam oleh Kartosuwiryo. Judul: The Roots of Terrorism in Indonesia: From Darul Islam to Jema’ah Islamiyah Penulis: Solahudin Penerbit: University of New South Wales, Australia Cetakan: Juli 2013 Tebal: 236 halaman MINGGU 22 DESEMBER 2013 Buku 22 DOK.TEMPO/ HARIYANTO Puing-puing bangunan dan mobil di sekitar Sari Club setelah ledakan bom di Jalan Legian, Kuta, Bali, 16 Oktober 2002.

MINGGU 22 DESEMBER 2013 Buku MINGGU 22 DESEMBER 2013 ... … · BIRO EKSEKUTIF DAN PENDIDIKAN M. Taufi qurohman (Kepala), Yos Rizal Suriaji A ksi pengeboman di tempat hibur-an Paddy

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MINGGU 22 DESEMBER 2013 Buku MINGGU 22 DESEMBER 2013 ... … · BIRO EKSEKUTIF DAN PENDIDIKAN M. Taufi qurohman (Kepala), Yos Rizal Suriaji A ksi pengeboman di tempat hibur-an Paddy

PEMIMPIN REDAKSI: Gendur SudarsonoREDAKTUR EKSEKUTIF: M. Taufiqurohman

DEWAN EKSEKUTIF Gendur Sudarsono (Ketua), Arif Zulkifl i, Daru Priyambodo, Wahyu Muryadi, Yuli Ismartono, Burhan Sholikin, M. Taufi qurahman, Hermien Y. Kleden

NAS IONAL & H UKUM REDAKTUR PELAKSANA Budi Setyarso REDAKTUR UTAMA Elik Susanto, L.R. Baskoro, Yosep Suprayogi REDAKTUR Anton Aprianto, Bagja Hidayat, Efri Nirwan Ritonga, Jajang Jamaluddin, Jobpie Sugiharto, Maria Rita Ida Hasugian, Stefanus Teguh Edi Pramono, Widiarsi Agustina STAF REDAKSI Ahmad Nurhasim, Anton Septian, Anton William, Bobby Chandra, Leo Wisnu Susapto, Yuliawati REPORTER Aryani Kristanti (nonaktif), Bernadette Christina, Bunga Manggiasih (nonaktif), Febriyan, Febriana Firdaus, Francisco Rosarians Enga Geken, I Wayan Agus Purnomo, Indra Wijaya, Ira Guslina Sufa, Kartika Candra Dwi Susanti (nonaktif), Muhamad Rizki, Nur Alfi yah B.T. Tarkhadi, Prihandoko, Rusman Paraqbueq, Subkhan, Sundari, Tri SuharmanE KONOMI & ME D IA REDAKTUR PELAKSANA M. Taufi qurohman REDAKTUR UTAMA Setri Yasra REDAKTUR Ali Nur Yasin,

Dewi Rina Cahyani, Muhammad Nafi , Retno Sulistyowati, Y. Tomi Aryanto STAF REDAKSI Abdul Malik, Fery Firmansyah, Rachma Tri Widuri, RR Ariyani Yakti Widyastuti, Setiawan Adiwijaya REPORTER Akbar Tri Kurniawan, Amandra Mustika Megarani, Ananda Wardhiati Theresia, Ananda Widhia Putri, Angga Sukma Wijaya, Ayu Prima Sandi, Gustidha Budiartie, Maria Yuniar Ardhati, Martha Ruth Thertina, Muhammad Iqbal Muhtarom, Pingit Aria Mutiara Fajrin, Rafi ka Usnah, Ririn Agustia

I NTE RNAS IONAL & N U SA REDAKTUR PELAKSANA Purwanto Setiadi REDAKTUR UTAMA Yudono Yanuar REDAKTUR Abdul Manan, Dwi Arjanto, Dwi Wiyana, Mustafa Ismail, Raju Febrian, Sapto Yunus STAF REDAKSI Eko Ari Wibowo, Harun Mahbub, Hayati Maulana Nur (nonaktif), Istiqomatul Hayati, Natalia Santi, Sita Planasari JAWA TIMUR, BALI Agus Supriyanto (Koordinator Liputan), Endri Kurniawati, Jalil Hakim, Zed Abidin JAWA TENGAH Sunudyantoro (Koordinator Liputan), L.N. Idayanie, R. Fadjri JAWA BARAT, BANTEN Eni Saeni (Koordinator Liputan). SULAWESI SELATAN Grace Samantha Gandhi (Koordinator Liputan), Kodrat Setiawan, Cornilla Desyana

ME TRO & PRE LUDEREDAKTUR PELAKSANA Bina Bektiati REDAKTUR Juli Hantoro, Purwanto, Rini Kustiani, Yandi Rofi yandi, Zacharias Wuragil STAF REDAKSi Aliya Fathiyah, Evieta Fajar Pusporini, Hadriani Pudjiarti, M.C. Nieke Indrietta Baiduri, Nur Haryanto, Suseno REPORTER Aditya Budiman, Amirullah,

Anggrita Desyani Cahyaningtyas, Baiq Atmi Sani Pertiwi, Choirul Aminudin, Fiona Putri Hasyim, Jayadi Supriadin, Munawwaroh, Sutji Decilya, Afrialia Suryanis, Dimas Indra Buana Siregar, Istman Musaharun Pramadiba, Mohammad Andi Perdana, Rina Widiastuti (nonaktif), Satwika Gemala Movementi, Syailendra Persada

I NVE ST IGAS I REDAKTUR PELAKSANA Wahyu Dhyatmika REDAKTUR Philipus Parera, Sukma Loppies, Yandhrie Arvian (nonaktif) STAF REDAKSI Agoeng Wijaya, Agung Sedayu, Budi Riza, Mustafa Silalahi, Sandy Indra Pratama

GAYA H IDUP & KOR AN TE MPO MINGGU REDAKTUR PELAKSANA S. Qaris Tajudin REDAKTUR UTAMA Nugroho Dewanto REDAKTUR Ahmad Taufi k (nonaktif), Kurniawan, Purwani Diyah Prabandari STAF REDAKSI Cheta Nilawati Prasetyaningrum, Heru Triyono, Sorta Marthalena Tobing REPORTER Isma Savitri, Ismi Wahid Rohmataniah Maulid (nonaktif), Mitra Tarigan, Retno Endah Dianing Sari, Riky Ferdianto

SA IN S , SPORT, & KOLOM REDAKTUR PELAKSANA Yos Rizal Suriaji REDAKTUR UTAMA Idrus F. Shahab, Tulus Wijanarko REDAKTUR TB. Firman D. Atmakusumah, Clara Maria Tjandra Dewi H., Hari Prasetyo, Irfan Budiman, Nurdin Saleh STAF REDAKSI Agus Baharudin, Angelus Tito Sianipar (nonaktif), Dwi Riyanto Agustiar, Gabriel Titiyoga, Kelik M. Nugroho, Martha Warta Silaban, Untung Widyanto, M. Reza

Maulana REPORTER Aditya Budiman, Arie Firdaus, Erwin Prima Putra Z., Gadi Kurniawan Makitan, Mahardika Satria Hadi, Satwika Gemala Movementi, Rosalina Ocha

SE N I & INTE RMEZO REDAKTUR PELAKSANA Seno Joko Suyono REDAKTUR Dodi Hidayat, Nurdin Kalim, Nunuy Nurhayati STAF REDAKSI Dian Yuliastuti REPORTER Ananda Wardhana Badudu, Ratnaning Asih

TE MPO E NGL ISHEDITOR SENIOR Richard Bennet EDITOR Lucas Edward, (Tempo Weekly), Mahinda Arkyasa (Tempo.co) STAF REDAKSI Sadika Hamid, Syari Fani KOORDINATOR PRODUKSI Dewi Pusfi tasari

TE MPO T V MANAJER PEMBERITAAN Nur Hidayat PRODUSER EKSEKUTIF Diah Ayu Candra Ningrum PRODUSER Adek Media

KRE AT IF, FOTO, BAHASA REDAKTUR KREATIF Gilang Rahadian REDAKTUR DESAIN Eko Punto Pambudi, Fitra Moerat Ramadhan Sitompul, Yuyun Nurrachman DESAINER SENIOR Ehwan Kurniawan, Imam Yunianto, Kendra H. Paramita DESAINER Aji Yuliarto, Ary Setiawan Harahap, Deisy Rikayanti Sastroadmodjo, Djunaedi, Edward Ricardo Sianturi, Fransisca Hana, Gatot Pandego, Munzir Fadly, Rizal Zulfadli, RobbyPENATA LETAK Achmad Budy, Ahmad Fatoni, Agus Darmawan Setiadi, Agus Kurnianto, Arief Mudi

Handoko, Endang Wijaya, Imam Riyadi Untung, Junianto Prasongko, Kuswoyo, Mistono, Rudy Asrori, Ronald Sidra Khadafi , Tri Watno Widodo, Wahyu Risyanto

REDAKTUR FOTO Rully Kesuma (Koordinator), Mahanizar Djohan, Yunizar Karim PERISET FOTO Ayu Ambong, Charisma Adristy, Fardi Bestari, Gunawan Wicaksono, Jati Mahatmaji, Latifah Z Nahdi, Nita Dian Afi anti, Ratih Purnama Ningsih, Tomy Satria, Wahyu Setiawan FOTOGRAFER Aditia Noviansyah, Amston Probel, Subekti

REDAKTUR BAHASA Uu Suhardi (Koordinator), Hasto Pratikto, Sapto Nugroho STAF SENIOR Iyan Bastian STAF Edy Sembodo, Fadjriah Nurdiarsih, Hadi Prayuda, Heru Yulistiyan, Michael Timur Kharisma, Mochamad Murdwinanto, Rasdi Darma, Sekar Septiandari, Suhud Sudarjo

PU SAT DATA DAN ANAL ISA TE MPOKOORDINATOR Priatna, Ade Subrata RISET Ngarto Februana STAF RISET Indra Mutiara

REDAKTUR SENIOR Amarzan Loebis, Bambang Harymurti, Diah Purnomowati, Edi Rustiadi M., Fikri Jufri, Goenawan Mohamad, Leila S. Chudori, Putu Setia, S. Malela Mahargasarie, Toriq Hadad

KEPALA PEMBERITAAN KORPORAT Toriq Hadad KEPALA DESAIN KORPORAT S. Malela Mahargasarie BIRO EKSEKUTIF DAN PENDIDIKAN M. Taufi qurohman (Kepala), Yos Rizal Suriaji

Aksi pengeboman di tempat hibur-an Paddy Pub dan Sari Club, di Kuta, Bali, pada 12 Oktober 2002, tak hanya mem-

buat 202 nyawa melayang, 240 orang luka-luka, dan pariwisata Bali terpukul hebat. Serangan itu juga menjadi alarm nyaring bagi aparat keamanan Indonesia ter-hadap bahaya yang ditimbulkan oleh kelompok radikal Islam yang kini tak lagi bersifat laten.

Serangan bom bunuh diri yang dilakukan Jamaah Islamiyah itu terjadi setahun setelah peristiwa 9/11—sebutan untuk serangan Al-Qaidah pada 11 September 2001 ke daratan Amerika Serikat yang menewaskan sekitar 3.000 orang. Solahuddin, dalam buku The Roots of Terrorism in Indonesia: From Darul Islam to Jema’ah Islamiyah, menunjukkan bahwa serangan itu memiliki keterkaitan meski dilakukan oleh dua organi-sasi berbeda. Buku yang ditulis oleh peneliti International Crisis Group ini adalah satu dari sekian buku tentang kelompok radikal di Indonesia. Buku lain itu di anta-ranya In The Shadow of Sword (2004) karya Sally Neighbour, Membongkar Jamaah Islamiyah: Pengakuan Mantan Anggota JI(2008) karya Nasir Abbas, dan Ali Imron Sang Pengebom (2007) karya Ali Imron.

Dari sisi tema, yang dekat dengan karya Solahudin ini ada-lah buku The Second Front: Inside Asia’s Most Dangerous Terrorist Network karya Ken Konboy yang diterbitkan Equinox pada 2006. Pendekatan Solahudin, seperti juga Conboy, memiliki kedekatan dalam cara Lawrence Wright saat menulis peristiwa 11 September dalam The Looming Tower: Al-Qaeda and The Road to 9/11, yang

diterbitkan Alfred A. Knopf dan memenangi Pulitzer Prize 2007.

Wright menarik akar peristiwa itu ke perjalanan Sayyid Qutb ke Amerika Serikat pada 1948. Kedatangan Qutb untuk menem-puh pendidikan di sana seusai Perang Dunia II itu membentuk sikapnya yang anti-Amerika. Ia akhirnya mati dieksekusi pemerintah Mesir, tapi seruan jihadnya menggema luas. Ayman al-Zawahiri adalah salah satu yang membalas panggilan itu. Zawahiri adalah generasi perta-ma Al-Qaidah dan kini menjadi orang nomor 1 setelah Usamah bin Ladin tewas pada 2011.

Meski Solahudin dan Conboy sama-sama menarik benang sejarah ke pendirian Darul Islam oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo pada 1948, kedua-nya memiliki sejumlah perbeda-an. Conboy memberi penekanan pada sejarah aksi Darul Islam hingga Jamaah Islamiyah serta perburuan aparat keamanan untuk menangkapnya. Sedangkan Solahudin banyak mengungkap transformasi ideologi dan orga-nisasi Darul Islam dan Jemaah Islamiyah—dan tentu saja juga petualangan anggotanya.

Kartosuwiryo, kata Solahudin, mulai menjadi pendukung berdiri-nya negara Islam pada akhir 1920 ketika bergabung dengan Partai Syarikat Islam dan menjadi sek-retaris jenderal pada 1927. Tujuan partai ini memang menegakkan syariat Islam. Perselisihannya dengan petinggi partai membu-atnya terusir. Ia pun mendirikan Suffah Institut.

Suffah Institut ditutup pada masa Jepang, tapi ia diberi kesem-patan membentuk milisi, yang mulanya dimaksudkan Jepang untuk membantu mereka mela-wan sekutu. Saat Belanda dan Inggris datang setelah kekalahan Jepang, Indonesia menyambutnya dengan seruan jihad. Saat itu Kartosuwiryo menganggap jihad memiliki arti lebih luas daripada

perang.Sikapnya berubah setelah

Perjanjian Renville tahun 1948 karena menilai pemerintah dikua-sai kelompok sosialis dan komunis. Itulah yang membuatnya mem-proklamasikan diri sebagai imam negara baru, Darul Islam, pada

Mei 1948, yang kemudian diikuti dengan deklarasi Negara Islam Indonesia tahun berikutnya.

Kartosuwiryo ditangkap tenta-ra Indonesia dan divonis bersalah oleh pengadilan militer. Dia diek-sekusi pada 5 September 1962. Kematiannya tak mengakhiri

gerakan Darul Islam dan aspirasi untuk mendirikan negara Islam.

Perubahan penting dari Darul Islam terjadi pada 1992. Pergantian imam dan ketidakco-cokan di antara petingginya mem-buat salah satu tokoh seniornya, Abdullah Sungkar, keluar dan mendirikan Jamaah Islamiyah.

Perkembangan politik di Indonesia dalam kurun 1980-an hingga 1990-an ikut mempenga-ruhi gerakan ini, tapi tidak dalam tujuan awalnya untuk mendiri-kan negara Islam dan menjadikan pemerintah sebagai musuh uta-manya. Pergeseran penting bagi Jamaah Islamiyah terjadi setelah 23 Februari 1998, saat Usamah bin Ladin mengeluarkan fatwa bahwa kewajiban setiap muslim untuk membunuh orang Amerika dan sekutunya di mana pun mere-ka berada.

Suara Jamaah Islamiyah pecah menanggapi seruan itu. Mantiqi II, yang wilayahnya meliputi Indonesia, memilih tak mengikuti seruan itu. Tapi, Mantiqi I, yang wilayah operasinya di Malaysia dan Singapura, justru menjawab-nya, dan Bom Bali tahun 2002 adalah buktinya.

Melacak Akar Terorisme di Indonesia

Abdul Manan

[email protected]

Solahuddin, peneliti International Crisis Group,

menarik akar kelompok radikal di Indonesia ke

pendirian Darul Islam oleh Kartosuwiryo.

Judul: The Roots of Terrorism in Indonesia: From Darul Islam to Jema’ah Islamiyah

Penulis: Solahudin

Penerbit: University of New South Wales, Australia

Cetakan: Juli 2013

Tebal: 236 halaman

MINGGU 22 DESEMBER 2013 Buku 22

DOK.TEMPO/ HARIYANTO

Puing-puing bangunan dan mobil di sekitar Sari Club setelah ledakan bom di Jalan Legian, Kuta, Bali, 16 Oktober 2002.

Johnny Cash memulai al bumnya bukan dengan gen jrengan gitar, melainkan dengan ceramah. Berbaris-baris panjangnya. Dari ce- ramah itu saja semua orang

tahu bahwa ia pandai merangkai rima. Legenda musik yang hampir putus asa melawan narkotik itu mengumandangkan pertobatan-nya melalui sebuah album Natal.

Puji-pujinya indah, setara elok-nya puisi Raja Daud dalam kitab Mazmur di Alkitab. Dalam album itu, Johnny hadir sebagai pendeta yang khotbahnya menerobos ke rumah yang merayakan Natal.

“…O little town of Bethlehem how still we see Thee lie. Above Thy deep and dreamless sleep the silent stars go by. Yet in Thy dark streets shineth the everlasting light. The hopes and fears of all the years are met in Thee tonight…”

Sesulit apa pun didapat, album The Christmas Spirit Johnny Cash yang dirilis pada 1963 itu meru-pakan rilisan yang patut dicari. Album ini bisa menjadi selingan menarik setelah lagu-lagu kla-sik Natal dengan alunan swing jazz ala Bing Crosby dan Frank Sinatra. Lagi pula, album Johnny lebih kontekstual dengan telinga pendengar Indonesia. Cash lebih banyak bicara pesan sang Juru Selamat ketimbang soal salju dan rusa sinterklas yang tak pernah mampir ke negara kita.

Mau mencari yang lebih lawas daripada Cash? Ada Elvis Presley dengan Christmas Album yang dirilis RCA Records pada 1957. Elvis menawarkan lagu Natal dengan gaya rock and roll dan vokalnya yang khas. Rasanya tak sulit mencari CD Elvis yang satu ini karena Christmas Album berkali-kali dirilis ulang, terakhir pada 2012.

Recording Industry Association of America mencatat Christmas Album merupakan album Natal dengan penjualan tertinggi sepanjang sejarah rekaman di Negeri Abang Sam, mengalahkan Nat King Cole, Bing Crosby, dan Mariah Carey. Penjualannya men-capai 13 juta kopi khusus yang dirilis ulang pada 1970 saja.

The Beach Boys juga punya album Natal, judulnya Christmas Album, yang dirilis pada 1964 dalam bentuk piringan hitam. Album ini penuh dengan lagu karangan Beach Boys sendiri, seperti Little Saint Nick, The Man With All the Toys, dan Merry Christmas Baby. Secara musika-litas, album ini lebih kaya karena diiringi orkestra, mengingatkan pendengar pada lagu latar kar-tun-kartun klasik Disney. Dipadu dengan vokal latar yang khas dari surf rock Beach Boys, membuat rilisan ini patut dicari.

Album Natal Christmas Portrait the Carpenters yang dirilis A&M pada 1978 juga wajib dicari. Vokal duo Richard dan Karen Carpenter pasti membuat hari-hari menje-lang Natal Anda lebih manis. Versi

cakram yang dirilis pada 1984 berisi 21 lagu, diawali dengan paduan suara yang menyanyikan It Came Upon a Midnight Clear, disusul instrumen orkestra yang memainkan Happy Holiday, First Noel, sambung-menyambung sam pai Angels We Have Heard on High. Dua lagu ini, meski tanpa vokal Karen dan Richard, meng-gambarkan album keseluruhan: ramai dengan paduan suara dan orkestra, menjadikan album manis ini patut dicari.

Legenda lain yang mengeluar-kan album Natal adalah begawan folk Bob Dylan. Album Christmas in the Heart barangkali lebih mudah didapat karena baru dirilis pada 2009. Gaya Dylan tak goyah meski ia membawakan tembang Natal klasik. Dengar saja Here Comes Santa Claus yang mem-buka albumnya, sangat “Dylan” dengan suara cempreng-serak

dan mandolin di sana-sini. Atau, suara lap steel guitar yang khas dan vokalis latar perempuan gaya country pada Winter Wonderland. Warna khas Dylan tak akan lun-tur ditimpa penyanyi-penyanyi lain yang bikin album serupa.

Terakhir, album yang paling tam pil beda dibanding musikus lainnya, Bad Religion, dengan album Christmas Songs yang di rilis pada 2013. Dedengkot punk rock ini memainkan lagu-lagu Natal dengan distorsi dan akor-akor tiga nada yang menjadi pakem punk. Bad Religion selama ini tampil dengan simbol-simbol anti-Nasrani, seperti salib dicoret dan lirik-lirik yang mempertanya-kan Yesus.

Bahkan vokalis Bad Religion, Greg Graffin, adalah seorang ateis. Sudah terang, Bad Religion membuat album Natal bukan untuk merayakan kelahiran Yesus.

Melalui situs web resminya, mere-ka menyatakan 20 persen hasil penjualan album akan disalurkan untuk korban pelecehan seksual oleh para pemuka gereja. Album Natal punk rock dengan vokalis seorang ateis tentu menjadi satu hal baru dalam merayakan Natal akhir tahun ini.

MINGGU 22 DESEMBER 2013 19Cakram

BENG RA HA DI ANCALEG CAKEP

Ananda Badudu

[email protected]

Album Natal Para LegendaNatal menghidupkan kembali rekaman-

rekaman lawas para legenda. Lagu Natal klasik

juga asyik dimainkan dengan gaya rock.

RALATDalam rubrik Cakram di Koran

Tempo edisi Minggu, 8 Desember 2013, terdapat kesalahan dalam penulisan. Pada paragraf pertama tertulis Bhakti Prasetyo bermain gitar dan mandolin, seharusnya mandolin dan ukulele. Kemudian tertulis pemain drum dalam lagu Misantrophe adalah Dimas Budi Satya, seharusnya Ramberto Aga-zalie. Mohon maaf atas kesalahan tersebut. Terima kasih.

Johnny Cash The Christmas Spirit Rilis perdana Columbia Records 1963 Rilis terbaru (the Classic Christmas Album) 2013

Elvis Presley Christmas AlbumRilis perdana RCA Records 1957Rilis terbaru RCA Records 2012

The Beach Boys Christmas AlbumRilis perdana 1964Rilis terbaru Capitol/EMI 2011

The Carpenters Christmas PortraitRilis perdana A&M 1978Rilis terbaru A&M 1996

Bob Dylan Christmas in The HeartRilis perdana Columbia 2009

Bad ReligionChristmas SongsRilis perdana Epitaph Records 2013

Album-album Natal Rekomendasi