Upload
arif-tantri-h
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 Mini Risert Pencegahan
1/9
PENYELENGGARAAN PENGENDALIAN PTM
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Penyelenggaraan pengendalian PTM dilaksanakan mulai dari tingkat komunitas
berupa posbindu yaitu kegiatan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat itu
sendiri dibawah pengawasan tenaga medis sampai kepada upaya-upaya pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan secara komprehensif mulai dari upaya promotif, preventif, deteksi dini,
pengobatan, pelayanan paliatif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terintegrasi di
puskesmas. Upaya PPTM di puskesmas meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tertier.
Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Masyarakat
Puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat sebagai objek dan subyek
pembangunan. Pemberdayaan perorangan, keluarga, dan masyarakat diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situas, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. Salah satu
bentuk kemandirian masyarakat dalam mendeteksi dan memonitor faktor resiko penyakit
tidak menular secara rutin adalah melalui kegiatan posbindu (pos pembinaan terpadu) PTM.
Puskesmas selalu berupaya agar setiap orang terutama tokoh/pemuka masyarakat,
keluarga, dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan
kemampuan melayani diri sendiri untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan, dan
memantau pelaksanaan program kesehatan.
Pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif merupakan upaya untuk lebih
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa, menyiapsiagakan
masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam pembiayaan kesehatan secara mandiri, serta mengembangkan perilaku hidup bersih
dan sehat.
Tujuan desa dan kelurahan siaga aktif adalah percepatan terwujudnya masyarakat
desa dan kelurahan yang peduli, tanggap, mampu mengenali, dan mencegah serta mengatasi
permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatannya
meningkat agar terwujudnya Indonesia sehat. Pencegahan primer PTM di tingkat masyarakat
merupakan bagian dari kegiatan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
dalam bentuk desa dan Kelurahan Siaga Aktif sera di kelompok potensial lainnya.
Pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif merupakan revitalisasi Pembangunan
8/10/2019 Mini Risert Pencegahan
2/9
Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) sebagai pendekatan edukatif yang perlu dihidupkan
kembali, dipertahankan, dan ditingkatkan.
Pengendalian PTM merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam semua pelayanan
kesehatan. Pemberdayaan berbagai komponen di masyarakat seperi organisasi profesi, LSM,
media masa, dunia usaha/swasta dengan mekanisme kemitraan, dan jejaring kerja. Hal ini
perlu didukung oleh tenaga profesional melalui peningkatan kemampuan secara terus
menerus (capacity building) dan dikembangkan dengan menggunakan teknologi tepat guna
sesuai dengan masalah, potensi dan sosial budaya untuk meningkatkan efektifitas intervensi
yang dilakukan di bidang pengendalian PTM.
Penyelenggaraan PTM yang melibatkan seluruh komponen masyarakat di setiap
jenjang pelayanan kesehatan sampai ke tingkat puskesmas sebagai pembina dan tempat
rujukan bagi Posbindu PTM mengacu pada alur kegiatan di bawah ini
Hasil WawancaraDan
pemeriksaan
Alur-1
PENYELENGGARAAN PENGENDALIAN PTM DIMULAI DARIMASYARAKAT (POSBINDU PTM)
FR PTM :
- Hipetensi
- Dislipidemia
- Hiperglikemia
- Obesitas
- dan lain-lain
DIAGNOSIS
- Pemeriksaan- Pemeriksaan
Penunjang
PENYAKIT TIDAK
MENULAR
- PJK-PD
- Stroke
- Diabetes Melitus
- Kanker
- PPOK dan Asma
- Gakti
TATALAKSANA DINI
-Respon cepat-Pengobatan dini
KIE
PUSKESMAS
KONSELING
-Behenti merokok
-Konsumsi makan sehat
-Berhenti minum alcohol
-Lakukan aktifitas fisik
secara teratur
-Kendalikan stress
-Taat terhadap pengobatan
RUJUKAN
RUMAH SAKIT
POSBINDU
PTM
8/10/2019 Mini Risert Pencegahan
3/9
Pengendalian PTM, masyarakat berperan untuk mendeteksi dan memonitor faktor resiko
PTM melalui kegiatan Posbindu PTM. Kegiatan Posbindu PTM ini meliputi kegiatan lima
meja yaitu :
a. Meja satu (1) melaksanakan pendaftaran
b. Meja dua (2) pelaksanaan wawancara
c.
Meja tiga (3) pengukuran/pemeriksaan
d. Meja empat (4) kegiatan konseling, dan
e. Meja lina (5) kegiatan pencatatn dan pelaporan
Kegiatan wawancara dilakukan oleh masyarakat yang sudah terlatih untuk
menanyakan hal-hal terkait dengan PTM seperti riwayat penyakit terdahulu, riwayat
penyakit keluarga, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, asupan garam, gula, dan lemak,
zat karsiogenik, konsumsi sayur dan buah, aktifitas fisik, stress dan adanya benjolan. Untuk
kegiatan pengukuran/pemeriksaan, petugas yang sudah terlatih akan melakukan pengukuran
BB dan TB (IMT), lingkar perut dan tekanan darah.
Semua kegiatan di posbindu dilakukan dibawah pengawasan dan pemantauan rutin
dari Puskesmas setempat.Pembinaan kegiatan Posbindu PTM, dapat juga dilakukan melalui
kemitraan dengan organisasi profesi seperti PPNI, IAKMI, IDI, IBI, Forum Kota Sehat,
Perguruan Tinggi Kesehatan yang ada di tingkat Kabupaten/Kota serta tenaga fungsional
promosi kesehatan lainnya.
Pencegahan Penyakit Tidak Menular di Puskesmas
Upaya Pengendalian PTM di Puskesmas meliputi pencegahan yang dilaksanakan melalui
kegiatan pencegahan primer, sekunder, dan tertier.
A. Pencegahan Primer
Pelayanan kesehatan primer ditingkat puskesmas utamanya menekankan pada
upaya upaya promosi kesehatan dan pencegahan untuk meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan masyarakat khususnya dalam Pengendalian PTM agar masyarakat tidak
jatuh sakit dan masyarakat yang sehat dapat memelihara kesehatan dan kebugarannya
secara optimal.
Strategi pencegahan primer adalah melibatkan masyarakat secara aktif dalam
proses pemecahan masalah PTM yang dihadapi dan meningkatkan pengetahuan,
kesadaran dan kemampuan masyarakat serta lingkungannya dalam pencegahan dan
pengendalian faktor resiko PTM. Diharapkan masyarakat dapat merubah perilakunya dan
mampu memelihara kesehatannya secara mandiri untuk mencapai hidup sehat dan
8/10/2019 Mini Risert Pencegahan
4/9
berpartisipasi secara total dalam pencegahan dan penanganan kegawatdaruratan yang
sederhana. Oleh karena itu puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga, dan
masyarakat agar berperan serta dalam penyelenggaraan setiap upaya Pengendalian PTM.
Upaya promosi kesehatan merupakan salah satu kegiatan puskesmas yang
dilakukan agar masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai
bentuk pemecahan masaah kesehatan yang dihadapi. Promosi kesehatan dilakukan
melalui kegiatan sosialisasi, penyuluhan, komunikasi, diseminasi-informasi, dan edukasi.
Inti kegiatannya adalah pemberdayaan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup
sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan
edukatif yaitu upaya mendampingi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran
berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya sebagai
penanggung jawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Pencegahan faktor resiko PTM merupakan suatu kegiatan untuk menjaga dan atau
mengembalikan kondisi faktor resiko PTM kepada kondisi yang normal/tidak beresiko.
Pada individu yang sudah mengalami PTM, pengendalian faktor prognosis yang
bertujuan mencegah komplikasi.
Promosi kesehatan diarahkan untuk mengajak masyarakat menuju masa muda
sehat dan hari tua nikmat tanpa PTM, secara CERDIK yang secara harfiah dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
C : Cek kesehatan dengan deteksi dini secara rutin dan teratur
E : Enyahkan asap rokok dan polusi udara lainnya
R : Rajin aktifitas fisik
D : Diet sehat dengan kalori seimbang
I : Istirahat yang cukup
K : Kelola stress
Promosi PTM dilakukan melalui sosialisasi, penyuuhan, komunikasi, informasi,
dan edukasi, kampanye massal pengendalian penyakit tidak menular pada hari hari besar
PTM (Hari Kanker Sedunia, Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Hari Diabetes Sedunia),
pengendalian perilaku merokok melalui Kawasan Tanpa Rokok (KTR), gangguan cedera
dan tindakan kekerasan, serta pekan keselamatan dijalan dalam rangkaDecade Of Action
(DOA) melalui promosi peningkatan perilaku sehat dijalan khususnya bagi pengendara
sepeda motor agar memakai alat pelindung diri (pemekaian helm berstandar SNI untuk
mengurangi fatalitas cidera kepala saat terjadi benturan).
8/10/2019 Mini Risert Pencegahan
5/9
Pengendalian faktor resiko PTM dilakukan dengan mengenalkan gaya hidup
sehat dan mencegah timbulnya faktor resiko utama seperti tidak merokok, cukup
aktivitas fisik untuk mencegah berat badan lebih dan obesitas (obesitas umum dan
sentral), diet sehat dengan kalori seimbang, tidak mengkonsumsi alkohol, dan tata kelola
stress, mencegah dislipidemia, (kadar lemak darah yang abnormal), hiperglikemia (kadar
gula darah tinggi).
Puskesmas perlu meningkatkan peran aktif tenaga promosi kesehatan di dalam
upaya penanggulangan PTM secara komprehensif baik dalam upaya promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif.
Puskesmas diharapkan meningkatkan kapasitas tenaga profesional bidang
promosi kesehatan khusunya dalam pencegahan dan pengendalian PTM> Puskesmas
perlu mengembangkan metode promosi kesehatan tepat gua dalam pengendalian PTM>
Semakin dini penyakit tidak menular ditemukan akan semakin baik dalam
penatalaksanaannya dan mengurangi terjadinya komplikasi yang bersifat fatal.
Promosi dan pengendalian PTM juga dikembangkan melalui upaya-upaya yang
mendorong dan memfasilitasi terbitnya kebijakan publik berwawasan kesehatan yang
mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM, mendorong dan memfasilitasi
berfungsinya jaringan kerjasama anatar institusi penyelenggaraan promosi dan mitra
potensial dalam upaya pengendalian PTM.
B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu : secara
skrining/uji tapis/ penapisan dan deteksi dini.
1.
Skrining/uji tapis/penapisan
Skrining/uji tapis adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu populasi untuk
mendeteksi faktor resiko atau penyakit pada individu dengan atau tanpa tanda dan
gejala. Skrining/uji tapis bukan juga merupakan uji diagnosis, oleh karena itu
memrlukan tindak lanjut yang cepat dan pengobatan yang tepat pula.
Dasar pemikiran pentingnya dilakukan skrining adalah :
a. Selama ini diketahui gambaran sprektum penyakit hanya sebagian kecil saja
(fenomena gunung es).
b.
Penemuan dini faktor resiko dan kasus PTM untuk keperluan diagnosis sehingga
pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin.
8/10/2019 Mini Risert Pencegahan
6/9
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mawas diri terhadap faktor resiko
PTM.
Pelayanan skrining PTM di Puskesmas dilaksanakan dengan dua cara :
1) Pelayanan pasif / dalam gedung
Kegiatan skrining dapat dilakukan di Puskesmas yang terlatih PTM secara
terintegrasi, misalnya: dalam pemeriksaan TB, BB, TD, LP, IMT, agar
disertai pemeriksaan GDS, kolesterol, albuminurin,peakflow meter, IVA).
2) Pelayanan aktif/luar gedung
Kegiatan PTM dapat juga dilaksanakan secara terintegrasi dengan program
lain, misalnya pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah dan darah rutin
untuk ibu hamil, pemeriksaan IVA dan CBE (Clinical Breast Examination)
bersama dengan kontrol kelurga berencana (KB), antenatal care (ANC),
pemeriksaan mata pada penderita DM.
Penegendalian faktor resiko PTM secara terintegrasi dapat dilihat pada
gambar di bawah ini
8/10/2019 Mini Risert Pencegahan
7/9
Gambar 1 Pengendalian Faktor Resiko PTM secara terintegrasi
2.
Deteksi Dini
Kegiatan deteksi dini faktor resiko ini dapat dilakukan melalui Posbindu PTM,
fasilitas pelayanan kesehatan, dan masyarakat/kelompok khusus. Kegiatan deteksi
dini ditujukan tanpa penyakit tanpa gejala atau gejala tidak khas, terdapat pada orang
yang kelihatannya sehat tetapi sebenarnya telah menderita penyakit (population risk).
Dengan ditemukannya penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara dini
sehingga tidak membahayakan dirinya maupun lingkungannya
PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO TERINTEGRASI
MEROKOK
DIET TIDAK
SEHAT
KURANG
AKTIVITAS
FISIK
KONSUMSI
ALKOHOL
PENYAKIT JANTUNG DAN
PEMBULUH DARAH
KANKER
DIABETES
PENYAKIT
PERNAFASAN KRONIK
OSTEOPOROSIS
OSTEOPOROSIS
8/10/2019 Mini Risert Pencegahan
8/9
Melalui kegiatan deteksi dini faktor resiko PTM di Posbindu PTM dan
Puskesmas, diharapkan kasus PTM yang ada di masyarakat segera dirujuk dan dapat
dilakukan penanganannya sesegera mungkin, sehingga prevalensi faktor resiko
tersebut, angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit tidak menular
dapat diturunkan serendah mungkin.
Deteksi dini PTM dan faktor resikonya dapat mencegah komplikasi yang
memiliki konsekuensi sosial dan ekonomi karena untuk pengobatan tentu akan lebih
mahal. Deteksi dini PTM dilakukan terhadap faktor resiko dan mengenali tanda dan
gejala, seperti pada :
a. Penyakit kanker, dapat dilaksanakan pada beberapa jenis kanker, dengan cara
yang lebih mudah dan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan di tingkat dasar
sekalipun, yaitu: pada kanker leher rahim menggunakan metode IVA (Inspeksi
Visual dengan menggunakan Asam Asetat) untuk mendeteksi lesi pra-kanker
leher rahim dan kanker payudara dengan melakukan SADARI (pemeriksaan
payudara sendiri) dan melaksanakan metode CBE.
b. Retinoblastoma, melalui pemeriksaan bintik mata putih
c. Leukemia, melalui pemeriksaan sel darah tepi
d.
Hipertensi, dapat dilakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin
e.
Penyakit Jantung, kurang dari 50% tidak akan memberikan kelainan pada
gambaran EKG maupun pemeriksaan treadmill exercise test , jadi tanda
utamanya adalah adanya keluhan sakit dada yang khas disertai peningkatan
enzim-enzim jantung seperti CK-CKMB-troponin, bila POSITIF jelas terjadi
penyumbatan koroner.
f.
Diabetes Melitus dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar gula darah sewaktu
dan puasa.
g.
Obesitas, dapat dilakukan melalui pemeriksaan IMT dan lingkar perut
h.
Hipotiroid, melalui pemeriksaan TSH pada WUS (wanita usia subur), wanita
hamil, dan neonatus
i. PPOK dan Astma, melalui pemeriksaan peak flow meter dan Spirometer
j. Osteoporosis, melalui pemeriksaan test satu menit osteoporosis dan bone
densitometer
k. Gagal Ginjal Kronik, melalui pemeriksaan albumin di dalam urin
l.
Leukemia dan Thalasemia, melalui pemeriksaan darah tepi
8/10/2019 Mini Risert Pencegahan
9/9
m. Pemeriksaan pada pengemudi, melalui pemeriksaan tekanan darah, alkohol dan
amphetamin
n.
Tindak kekerasan dalam rumah tangga, melalui pemeriksaan visum.
C. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier merupakan upaya yang dilaksanakan pada penderita sesegera
mungkin agar terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas
hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup. Pencegahan tertier dapat dilaksanakan
melalui tindak lanjut dini dan tata laksana kasus termasuk penanganan respon cepat
menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit tidak menular
dapat tercegah dengan baik.
Tatalaksana kasus dan respon cepat terhadap kondisi kegawatan penyakit tidak
menular harus dapat dilakukan oleh setiap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar. Penanganan pra rujukan yang memadai menjadi tolak ukur keberhasilan
setiap pelayanan kesehatan yang diberikan di fasilitas layanan kesehatan dasar terhadap
kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut di rumah sakit. Contohnya kegiatan
perawatan kesehatan pada pasien pasce stroke, perawatan kaki DM, terapi paliatif pada
kanker, dan lain-lain.