12
Minyak dan Umat Islam Bayangkan, bagaimana rasanya jika kita hidup tanpa energi? Anda membaca sebuah artikel telah tertata rapi dalam sebuah surat kabar. Tapi, tahukah Anda bagaimana surat kabar bisa tercetak? Proses cetak surat kabar membutuhkan daya listrik untuk menggerakkan mesin-mesin pencetak. Daya listrik itu sendiri dihasilkan dari sebuah proses energi dari pembangkit listrik. Sedangkan pembangkit listrik itu sendiri membutuhkan energy resources. Tercatat di tahun 2004, 45,5 persen kapasitas pembangkit listrik di Indonesia membutuhkan bahan bakar minyak sebagai energy resource untuk menghasilkan daya listrik. Itu masih cerita bagaimana daya listrik dibutuhkan untuk sebuah industri. Bagaimana dengan rumah Anda? Itu sebagian cerita soal listrik. Lalu, bagaimana juga dengan alat transportasi? Alat transportasi, baik milik sipil dan militer, membutuhkan sumber energi juga untuk bergerak. Di dunia, sumber energi yang sangat dibutuhkan untuk menggerakkan alat transportasi adalah minyak bumi. Tak terbayang, bagaimana jika terdapat sebuah negara memiliki pesawat tempur dan kapal perang canggih tapi hanya menjadi sebuah hiasan, dikarenakan pasokan BBM-nya tidak tersedia aman? Tak terbayang pula, jika saat ini, alat transportasi di semua penjuru dunia benar-benar lepas dari minyak bumi. Bisa jadi, kita kembali lagi menunggang kuda dan keledai. Maukah kita? Demi Energi (Minyak) Sangat sulit untuk melepas ketergantungan atas minyak bumi. Tak heran, pada bulan Juni 2005, dunia terkejut dengan harga minyak yang hampir mencapai 60 USD per Barrel. Indonesia pun kena imbasnya. Setelah terlihat kelangkaan BBM di berbagai daerah, Pemerintah pun sempat terlihat panik dan menggelar rapat kabinet terbatas pada 23 Juni 2005. Akibat lonjakan harga minyak dunia saat itu, pemerintah juga sempat menambah dan mengucurkan dana talangan ke Pertamina sebesar 9, 3 Triliun Rupiah. Page 1 of 12

Minyak dan Geopolitik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Minyak dan Geopolitik

Minyak dan Umat Islam

Bayangkan, bagaimana rasanya jika kita hidup tanpa energi? Anda membaca sebuah artikel telah tertata rapi dalam sebuah surat kabar. Tapi, tahukah Anda bagaimana surat kabar bisa tercetak? Proses cetak surat kabar membutuhkan daya listrik untuk menggerakkan mesin-mesin pencetak. Daya listrik itu sendiri dihasilkan dari sebuah proses energi dari pembangkit listrik. Sedangkan pembangkit listrik itu sendiri membutuhkan energy resources. Tercatat di tahun 2004, 45,5 persen kapasitas pembangkit listrik di Indonesia membutuhkan bahan bakar minyak sebagai energy resource untuk menghasilkan daya listrik.

Itu masih cerita bagaimana daya listrik dibutuhkan untuk sebuah industri. Bagaimana dengan rumah Anda? Itu sebagian cerita soal listrik.

Lalu, bagaimana juga dengan alat transportasi? Alat transportasi, baik milik sipil dan militer, membutuhkan sumber energi juga untuk bergerak. Di dunia, sumber energi yang sangat dibutuhkan untuk menggerakkan alat transportasi adalah minyak bumi. Tak terbayang, bagaimana jika terdapat sebuah negara memiliki pesawat tempur dan kapal perang canggih tapi hanya menjadi sebuah hiasan, dikarenakan pasokan BBM-nya tidak tersedia aman? Tak terbayang pula, jika saat ini, alat transportasi di semua penjuru dunia benar-benar lepas dari minyak bumi. Bisa jadi, kita kembali lagi menunggang kuda dan keledai. Maukah kita?

Demi Energi (Minyak)Sangat sulit untuk melepas ketergantungan atas minyak bumi. Tak heran, pada

bulan Juni 2005, dunia terkejut dengan harga minyak yang hampir mencapai 60 USD per Barrel. Indonesia pun kena imbasnya.

Setelah terlihat kelangkaan BBM di berbagai daerah, Pemerintah pun sempat terlihat panik dan menggelar rapat kabinet terbatas pada 23 Juni 2005. Akibat lonjakan harga minyak dunia saat itu, pemerintah juga sempat menambah dan mengucurkan dana talangan ke Pertamina sebesar 9, 3 Triliun Rupiah.

Kepanikan pemerintah saat itu sebenarnya bisa diantisipasi, jika para elit negara ini sadar begitu pentingnya sektor energi sejak dulu, terutama minyak bumi. Secara kasat mata, kesadaran tinggi atas pentingnya minyak demi kehidupan sebuah negara, telah lama dimiliki oleh negara-negara maju. Indonesia? Bisa dikatakan elit negara kita baru belajar. Alasan klasik: better late than never

Sebaiknya para elit negara ini belajar kesadaran politik energi dari Amerika Serikat. Amerika Serikat hingga kini pun masih mempertahankan keyakinan politik bahwa minyak adalah segalanya; energy security. Saat ini, Paman Sam menduduki ranking pertama dunia dalam top oil importers. Menuju ke tahun 2025, konsumsi minyak Amerika Serikat bersama China diproyeksi tertinggi di dunia. Tak heran, hingga kini Amerika Serikat masih bersikeras untuk bertahan di Irak. Irak memang tercatat memiliki cadangan terbukti minyak terbesar di dunia sekitar 10 persen. Posisi Irak di bawah Arab Saudi yang memiliki 26 persen.

Page 1 of 10

GOT OIL USE OILSAUDI ARABIAIRAQKUWAITUEAIRANVENEZUELARUSIAMEXICOAMERIKA SERIKAT

AMERIKA SERIKATJEPANGCHINARUSIAJERMANKOREA SELATANITALIAPERANCISINGGRIS

Page 2: Minyak dan Geopolitik

Paman Sam tetap bertahan di Irak demi mendapat pasokan aman minyak untuk konsumsi dalam negeri AS. Tak heran pula, sebelum menguasai Irak pun, posisi pasukan AS di Timur Tengah selalu berdekatan fasilitas minyak (lihat gambar). Itu semua demi keamanan pasokan minyak dalam negeri AS. Siapa yang menguasai minyak, dia menguasai dunia. Kenapa Amerika Serikat sangat membutuhkan minyak? Jawabannya cuman satu: untuk memenuhi kebutuhan energy yang digunakan untuk menjaga stabilitas ekonomi AS, dan dominasinya di dunia.

Belajar dari AS, sudah waktunya elit negara bisa memproyeksikan, melindungi, dan mengamankan sumber dan pasokan kebutuhan minyak dalam negeri untuk masa sekarang dan masa depan. Kebutuhan minyak dalam negeri paling besar, secara berurutan terletak pada transportasi, industri, rumah tangga, dan pembangkit listrik. Elit negara harus berpikir demi kepentingan nasional kita sendiri. Jika elit negara berpikir untuk menekan kebutuhan minyak dalam negeri, itu berarti sama dengan menekan pertumbuhan ekonomi negara itu sendiri. Sebuah hal yang kontrakdiktif dengan wacana peningkatan pertumbuhan ekonomi yang dikumandangkan oleh elit negara selama ini. Tengoklah negara AS, negara yang paling boros se-dunia dalam konsumsi energi.

Hingga kini elit negara masih menerapkan pola berpikir bahwa lebih baik pendapatan negara berasal penjualan dari pola bagi hasil minyak dan gas (ataupun menjual ke luar), daripada menerima porsi besar raw material atau depositnya (minyak atau gas) itu sendiri. Sudah waktunya pula pola pikir seperti itu dibalik.

Page 2 of 10

Page 3: Minyak dan Geopolitik

Persoalan energi (minyak) sebenarnya bukanlah hanya permasalahan uang, tapi bagaimana memperoleh porsi raw materialnya (atau depositnya) dan mengamankan pasokan minyak untuk dalam negeri itu sendiri (domestic market). It’s not just about the money, Sir. Sudah waktunya kita menguasai emas hitam ketimbang tergiur uang hasil penjualan emas hitam, dengan tanpa mengganggu arus investasi.

Takdir Umat IslamSaya sempat bertemu seorang analis industri migas. Dia sempat berseloroh,

“Dimana ada umat Islam sujud, di situ ada sumber energi (minyak) yang sangat luar biasa.” Kali pertama mendengar pernyataan tersebut, saya belum bisa memahami apa yang dimaksud oleh teman saya tersebut. Apa maksud dari teman saya itu?

Greatest Oil Reserves by Country

Rank Country Majority

1. Saudi Arabia Islam

2. Canada Christian

3. Iran Islam

4. Iraq Islam

5. Kuwait Islam

6. United Arab Emirates Islam

7. Venezuela Roman Chatolic

8. Russia Christianity

9. Libya Islam

10. Nigeria Islam

11. United States Christianity

12. China Daoism

13. Qatar Islam

14. Mexico Christianity

15. Algeria Islam

16. Brazil Christianity

17. Kazakhstan Islam

18. Norway Christianity

19. Azerbaijan Islam

20. India Hindusm

Jawabannya, jika di depan kita terhampar peta bumi, sangat terlihat jelas bahwa secara umum negara-negara pemilik/penghasil minyak adalah negara-negara yang penduduknya mayoritas muslim.

Page 3 of 10

Page 4: Minyak dan Geopolitik

Jika semua orang sadar, sangat jelas bahwa umat Islam ditakdirkan berada di wilayah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, khususnya minyak. Tapi, apakah umat Islam di dunia sadar atas hal ini? Tidak.

Kekuatan untuk mengontrol dunia sebenarnya terletak di negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim. Kenapa? Karena negara-negara itulah ditakdirkan memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah; terutama pertambangan.

Apa yang terjadi? Kesadaran pentingnya minyak ternyata ada di negara-negara maju, terutama Amerika Serikat. Mereka sadar bahwa akan berhadapan dengan umat Islam di dunia, ketika berusaha mengkooptasi secara geopolitik dan geostrategis atas sumber-sumber minyak penting di dunia.

Apa yang mereka lakukan? Walhasil, pihak negara maju melakukan apa pun untuk menguasai sumber-sumber minyak penting di dunia. Segala cara dilakukan; operasi intelijen ekonomi hingga perang seperti perang Iraq dan Afghanistan.

Berkat operasi intelijen mereka, negara-negara yang mayoritas muslim pun “dicap” sebagai sarang teroris (lihat gambar). Perang antiterorisme pun dicanangkan.

Page 4 of 10

Page 5: Minyak dan Geopolitik

Dengan strategi global pencanangan perang antiterorisme, dengan mudah negara-negara maju “mencaplok” dengan penempatan pasukan-pasukan mereka. Negara-negara “dunia ketiga” pun cuman melongo. Tanpa disadari negara-negara mayoritas muslim, negara-negara maju pun menguasai wilayah sumber minyak.

Akhirnya, penempatan basis-basis militer maju pun tidak jauh-jauh dari sumber minyak. Alasan penempatan basis-basis militer itu demi “mencegah” atau “meminimkan” gerakan teroris. Alasan seperti itu sangat bohong belaka. Semua penempatan pasukan mereka tidak jauh-jauh demi pengamanan sumber minyak dunia (lihat gambar). Jika tak percaya dengan tulisan ini, silahkan cek sisi geopolitik dan

Page 5 of 10

Page 6: Minyak dan Geopolitik

geostrategi atas penempatan pasukan tersebut. Jika semuanya ternyata demi minyak dan bukan antiterorisme, lalu siapa sebenarnya teroris itu?

Geopolitik dan Geostrategi IndonesiaSaat masih sekolah di SMP hingga kuliah dulu, saya masih ingat doktrin

wawasan nusantara. Lucunya, saya saat itu tak paham implementasi dasar pemahaman atas wawasan nusantara tersebut. Lucunya lagi, saya mulai paham ketika berusaha memahami soal sisi politik energy Indonesia saat geger perang Afghanistan!

Indonesia (lagi-lagi takdir) adalah negara yang berpenduduk mayoritas muslim. Dan sesuai konsep wawasan nusantara, Indonesia terletak secara strategis di antara dua benua.

(Lagi-lagi takdir!) Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim ternyata memiliki potensi pertambangan yang sangat luar biasa; di antaranya pada sektor migas. Walau memiliki potensi yang luar biasa untuk kepentingan dalam negeri Indonesia, penguasaan sektor migas ternyata tidak dikuasai oleh bangsa Indonesia sendiri.

Liberalisasi sektor migas telah terjadi di Indonesia. Kekayaan alam kita disedot habis oleh negara maju, dan kita diberi imbalan seogok uang atas hasil penjualan migas kita; atas nama kontrak bagi hasil. Di sisi lain, migas kita lari ke negara-negara maju demi kestabilan roda gerak ekonomi industri mereka. Kita? Cuman melongo aja!

Liberalisasi migas terjadi di Indonesia berkat operasi intelijen yang dijalankan oleh negara-negara maju. Pengajuan pembuatan rancangan undang-undang migas didanai oleh lembaga asing. Ketua Komisi VII DPR RI saat itu yang menyetujui rancangan undang-undang migas, sayangnya berasal dari partai politik yang berasaskan Islam. Tujuan lembaga asing saat itu cuman satu: penguasaan secara tanpa sadar sumber daya alam Indonesia. Beruntung kita tak sadar. Jika kita sadar dikooptasi dan kita melawan, kemungkinan besar Indonesia akan diserang AS dan sekutunya, seperti layaknya Iraq dan penggulingan Soekarno. Yang jelas, negara kita telah kehilangan kontrol atas dampak investasi asing yang masuk di sektor migas.

Source: US Embassy

Page 6 of 10

Page 7: Minyak dan Geopolitik

Di sektor minyak, Indonesia memang sedang mengalami penurunan produksi. Penurunan produksi ini kabarnya akan ditingkatkan tahun-tahun akan datang dengan mendorong eksplorasi dan eksploitasi. Permasalahan sebenarnya bukan masalah peningkatan eksplorasi dan eksploitasi, tapi seberapa besar kandungan yang dimiliki Indonesia digunakan oleh bangsa sendiri. Jika tidak, kita akan impor terus.

Di sektor gas, Indonesia merupakan ekportir tertinggi di dunia (lihat grafis tabel). Tapi, sungguh memalukan, ketika ada sebuah industri di pulau Sumatera teriak karena kekurangan gas, dan ribuan karyawannya terancam di-PHK, elit negara malah memilih mending mengekspor gas ke negara lain. Elit negara lebih berkomitmen membangun negara lain ketimbang membangun negara sendiri.

Yang jelas, di sektor gas, (lagi-lagi juga) bangsa sendiri tidak menguasai produksinya (lihat grafis tabel). (Lagi-lagi) perusahaan milik negara melempem, dan gas pun lebih baik diekspor ke luar negeri aja ketimbang menghidupkan industri dalam negeri.

Indonesia, yang (lagi-lagi takdir) berpenduduk muslim mayoritas terbesar di dunia, seperti tak sadar atas strategisnya sektor migas. Apalagi Indonesia sebenarnya memegang peran kunci di Asia Tenggara dilihat dari geostrategi. Seharusnya orang-orang muslim yang jadi penghuni negara Indonesia sadar atas hal ini.

Page 7 of 10

Page 8: Minyak dan Geopolitik

Jalur kapal tanker di dunia

Dari sisi geostrategi, jika dilihat dari jalur kapal tanker minyak dunia (lihat gambar), Indonesia terletak di tengah jalur kapal-kapal tersebut. Sadarkah orang muslim di Indonesia selama ini?

Dari sisi geostrategi, elit negara seharusnya sadar bahwa Indonesia mempunyai bargaining position yang sangat kuat. Apa jadinya jika jalur kapal-kapal tanker ini terganggu? Negara-negara maju, seperti AS, Jepang, dan China, akan sadar bahwa kita adalah negara yang tak bisa dianggap remeh. Tapi, kenyataan saat ini bicara lain.

Apa yang sebenarnya telah terjadi saat ini? Negara ini yang notabene berpenduduk muslim mayoritas tak sanggup menghadapi politik ekonomi dari negara lain atas minyak dan gas. Itu belum ditambah ketidakmampuan elit negara dalam mengamankan wilayah teritorial secara politik ekonomi; omong kosong tuh komando teritorial selama kita masih diinjak asing! Maklum…muslim di Indonesia banyak yang tak mengerti.

Kuasai dan Amankan!Pasal 33 UUD 1945 (asli)

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup

orang banyak dikuasai oleh Negara.3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pasal-pasal tersebut merupakan dasar geopolitik dan geostrategis bangsa Indonesia yang (lagi-lagi takdir) berpenduduk mayoritas muslim. Sektor migas harus dianggap layaknya kebutuhan bahan pokok. Sektor migas merupakan sektor strategis kehidupan rakyat. Sektor strategis harus dikuasai negara.

Page 8 of 10

Page 9: Minyak dan Geopolitik

Liberalisasi yang tak terkontrol di sektor migas, dan menghilangkan peran negara, mengakibatkan hilangnya kekayaan alam yang seharusnya digunakan atau dimanfaatkan rakyat di Indonesia. Bukan malah cuman dapat duitnya semata.

Penguasaan negara atas sektor minyak bukan berarti menolak investasi swasta nasional ataupun asing. Tapi, berapa jauh negara mengatur dan menerima porsi raw material dan uang royalti yang menguntungkan bagi bangsa, dan digunakan untuk bangsa sendiri. Kunci dari perubahan menuju ke arah itu terletak pada revisi undang-undang yang mengatur sektor migas dan revisi kontrak migas.

Energi adalah pengerak perekonomian. Wajar jika negara-negara maju sangat “rakus” untuk mengamankan pasokan energi dalam negerinya. Kapankah kita mempunyai kesadaran seperti itu? Jangan menjadi negara yang memalukan, apalagi negara ini mayoritas adalah muslim. Jika suatu saat nanti dikuasai kembali oleh negara, satu hal yang tak boleh terlupakan: penindakan korupsi yang menggerogoti ekonomi kita sejak dulu.

Jika elit negara Indonesia (yang notabene kebanyakan muslim) tak sigap dengan memahami apa yang sebenarnya terjadi. Kebutuhan energi Indonesia akan terlibas oleh kebutuhan energi negara-negara maju. Apalagi pada tahun 2020 yang

Page 9 of 10

Page 10: Minyak dan Geopolitik

akan datang diproyeksikan kebutuhan energi minyak akan dibutuhkan di banyak negara-negara maju (lihat grafis).

Jadi, intinya, persoalan di dunia saat ini adalah penguasaan sektor energi untuk keamanan roda ekonomi negara di dunia. Intinya, persoalan saat ini bukanlah masalah agama. Bukan pula soal Islam. Bukan soal teroris (terorisme kerjaan intelijen pro asing!). Tapi, soal energi! Bukan soal duit dari jualan sumber energi, tapi soal barang mentah dari sumber energinya!!(END)

Page 10 of 10