57
CASE REPORT Myoma Uteri dengan Anemia dan Hipertensi Stage II Pembimbing : dr. Sutiyono, Sp.OG Disusun oleh : Ayu Ardilla Andromeda J500100043 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KANDUNGAN DAN KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Mioma Uteri.docx

  • Upload
    ayu

  • View
    24

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mioma Uteri.docx

CASE REPORT

Myoma Uteri dengan Anemia dan Hipertensi Stage II

Pembimbing : dr. Sutiyono, Sp.OG

Disusun oleh :

Ayu Ardilla Andromeda J500100043

KEPANITERAAN KLINIK

ILMU PENYAKIT KANDUNGAN DAN KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SURAKARTA

2014

Page 2: Mioma Uteri.docx

CASE REPORT

Myoma Uteri dengan Anemia dan Hipertensi Stage II

Yang Diajukan Oleh :

Ayu Ardilla Andromeda J500100043

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Stase Ilmu Penyakit Kandungan

dan Kebidanan Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Pembimbing:

dr. Sutiyono, Sp.OG (..................................)

Dipresentasikandihadapan:

dr. Sutiyono, Sp.OG (..................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :

dr. Dhona Dewi Nirlawati (..................................)

Page 3: Mioma Uteri.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mioma uteri adalah tumor jinak pada uterus yang yang terdiri dari sel-

sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma belum

pernah ditemukan sebelum terjadinya menarche, sedangkan setelah

menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh. Mioma uteri

sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi

mioma uteri meningkat lebih dari 70 % dengan pemeriksaan patologi anatomi

uterus. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20%-30% dari seluruh

wanita. Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita

ginekologi yang dirawat. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita

berumur 20 tahun, paling banyak pada umur 35-45 tahun . Mioma uteri ini

lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Faktor

keturunan juga memegang peran.

Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan

terapi yang efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi

mengenai etiologi mioma uteri itu sendiri. Walaupun jarang menyebabkan

mortalitas, namun morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup

tinggi karena mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan

abnormal, serta diperkirakan dapat menyebabkan gangguan kesuburan.

Mioma uteri adalah tumor benign untuk traktus genitalia wanita dan tumor

otot polos yang sering terjadi. Tumor ini bisa berubah menjadi besar dengan

gejala yang minimal. Tetapi apabila tumor ini menimbulkan gejala, ia bisa

menyebabkan perdarahan uterin yang massif, distensi abdominal dan nyeri

pelvis.

Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling

sering terjadi dan paling penting. Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan

Page 4: Mioma Uteri.docx

mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin akan mengalami siklus

perdarahan haid yang teratur dan tidak teratur. Menorrhagia dan atau

metorrhagia sering terjadi pada penderita mioma uteri. Perdarahan abnormal

ini dapat menyebabkan anemia defesiensi besi.

Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang tertimpa

gangguan berupa penyakit atau semacamnya, kecuali Allah akan

menggugurkan bersama dengannya dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang

menggugurkan dedaunannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Page 5: Mioma Uteri.docx

BAB II

STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

No. RM : 23. 61. xx

Jenis Kelamin : Perempuan

Masuk Tgl : 27 Agustus 2014

Umur : 37 tahun

Pekerjaan : Pedagang

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Alamat : Kadipiri 1/1 Bejen, Karanganyar

Dokter : dr. Sutiyono, Sp.OG

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Bangsal Teratai RSUD

Karanganyar pada tanggal 29 Agustus 2014.

Keluhan utama : perdarahan lewat jalan lahir.

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Pasien mengeluh keluarnya darah lewat jalan lahir sejak 5 hari yang lalu.

Darah berwarna merah gelap dan bercampur gumpalan darah. Dalam waktu

sehari pasien dapat ganti pembalut besar sebanyak 6 kali dengan jumah

perdarahan kurang lebih 50cc . Pasien dengan menstruasi tidak teratur

dengan jumlah darah yang banyak dan waktu yang panjang sejak 5 bulan

terakir. Keluhan juga disertai adanya benjolan sebesar telor bebek pada

perut bagian bawah dan semakin membesar disertai nyeri seperti tertusuk –

tusuk, badan lemas, pusing cekot – cekot pada bagian belakang, mata

kunang – kunang, mual (-), muntah (-), BAB dan BAK dalam batas normal.

Page 6: Mioma Uteri.docx

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat Penyakit serupa : disangkal

Riwayat Diabetes mellitus : disangkal

Riwayat Hipertensi : diakui

Riwayat Penyakit jantung : disangkal

Riwayat penyakit keluarga

Riwayat Hipertensi pada keluarga : diakui

Riwayat Penyakit serupa : diakui

Riwayat DM pada keluarga : disangkal

Riwayat Perkawinan

Jumlah perkawinan : 1 kali

Masih menikah : Ya

Dengan suami sekarang : 17 tahun

Riwayat menikah :

1. Umur 20 tahun sampai sekarang

Riwayat Obstetri

P1A2 : 1. Abortus

2. Perempuan, 12th , 3000gr, spontan

3. Abortus

Riwayat Menstruasi

HPMT : 15 Agustus 2014

Menarche : 15 Tahun

Siklus haid : tidak teratur, 15-30 hari

Lama haid : 5-7 hari

Page 7: Mioma Uteri.docx

Penyakit dan operasi yang pernah dialami :

Tidak pernah

Riwayat keluarga berencana sebelum kehamilan ini :

Pasien mengikuti program keluarga berencana dengan cara suntik selama 2

tahun dan sudah berhenti selaman 3 bulan.

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Presens :

1. Status present : Tinggi Badan: 160 cm, Berat badan : 63 kg

2. Keadaan umum : Cukup

3. Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)

4. Status gizi : Cukup

5. Vital sign :

Tekanan Darah : 190/100 mmHg

Nadi : 80 x/mnt

Respirasi : 24 x/mnt

Suhu (per axillar) : 36,5ºC

B. Status Generalis

1. Kepala : normochepal, simetris

2. Kulit : sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit normal

3. Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

4. Hidung : nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-/-), sekret (-)

5. Telinga : Deformitas (-/-), serumen (-/-).

6. Mulut : stomatitis(-)

7. Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

8. Dada

Jantung :

- Inspeksi : Ictus cordis tak terlihat, massa (-)

- Palpasi : Teraba di SIC V LMS , tidak kuat angkat.

Page 8: Mioma Uteri.docx

- Perkusi : Redup.

- Auskultasi : BJ 1-2 murni reguler, Bising (-), gallop (-)

Paru :

- Inspeksi : Simetris, retraksi (-)

- Palpasi : ketinggalan gerak (-), fremitus kanan kiri sama

- Perkusi : Sonor

- Auskultasi : Vesikuler, wheezing (-), ronki basah (-), ronki

kering (-)

Abdomen :

- Inspeksi : distensi (-),darm contour (-), darmsteifung (-)

- Auskultasi : peristaltic dbn

- Perkusi : timpani (-)

- Palpasi : teraba massa sebesar telor bebek diatas

simphisis pubis dengan

konsistensi solid, permukaan rata

batas atas : 3 jari dibawah pusat

batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis

batas kanan : 2 jari medial linea mediana

batas kiri : 3 jari medial line mediana

Ekstremitas :

- Superior : akral dingin(-), edema (-/-).

- Inferior : akral dingin(-),edema (-/-)

IV. PEMERIKSAAN OBSTETRI

A. Pemeriksaan luar

1. Inspeksi

Tidak tampak adanya massa

Page 9: Mioma Uteri.docx

2. Palpasi

Teraba massa sebesar telor bebek diatas simphisis pubis dengan

konsistensi solid dan permukaan rata dan batas :

batas atas : 3 jari dibawah pusat

batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis

batas kanan : 2 jari medial linea mediana

batas kiri : 3 jari medial linea mediana

3. Auskultasi

Peristaltik (+), Bising (-)

B. Pemeriksaan dalam

- Vagina Toucher : Portio mencucu, (-), portio bergerak mengikuti

palpasi abdomen, nyeri goyang portio (-), stld (-).

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM ( 27 Agustus 2014)

No. Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Normal

1. Leukosit 8,3 x 103 5000-11.000

2. Hemoglobin 5,7 12-68 gr%

3. Hematokrit 24,4 37-47 vol %

4. Trombosit 406.000 150.000-300.000

5. Eritrosit 4.550.000 4.000.000-5.000.000

6. MCV 51,5 82-92 mikron3

7. MCH 12,1 27-31 pikogram

8. MCHC 23,4 32-37%

9. Limfosit 25,3 25-40%

10 Monosit 3,4 2-6%

11. Ureum 18 10-50 mg/dl

12. Creatinin 1,17 0,5-0,9 mg/dl

VI. DAFTAR MASALAH

Page 10: Mioma Uteri.docx

1. ANAMNESIS:

Pasien mengeluh keluarnya darah lewat jalan lahir sejak 5 hari

yang lalu. Darah berwarna merah gelap dan bercampur gumpalan darah.

Dalam waktu sehari pasien dapat ganti pembalut besar sebanyak 6 kali

dengan jumah perdarahan kurang lebih 50cc . Pasien dengan menstruasi

tidak teratur dengan jumlah darah yang banyak dan waktu yang panjang

sejak 5 bulan terakir. Keluhan juga disertai adanya benjolan sebesar telor

bebek pada perut bagian bawah dan semakin membesar disertai nyeri

seperti tertusuk – tusuk, badan lemas, pusing cekot – cekot pada bagian

belakang, mata kunang – kunang, mual (-), muntah (-), BAB dan BAK dbn.

2. PEMERIKSAAN FISIK

- Teraba massa sebesar telor bebek diatas simphisis pubis dengan

konsistensi solid, permukaan rata dengan batas :

batas atas : 3 jari dibawah pusat

batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis

batas kanan : 2 jari medial linea mediana

batas kiri : 3 jari medial linea mediana

- PEMERIKSAAN OBSTETRI

a. PEMERIKSAAN LUAR

Teraba massa sebesar telor bebek diatas simphisis pubis dengan

konsistensi solid, permukaan rata dengan batas :

batas atas : 3 jari dibawah pusat

batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis

batas kanan : 2 jari medial linea mediana

batas kiri : 3 jari medial linea mediana

Page 11: Mioma Uteri.docx

b. PEMERIKSAAN DALAM

Portio mencucu, (-), portio bergerak mengikuti palpasi abdomen, nyeri

goyang portio (-), stld (-).

- PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium : Hb

USG : Terlihat adanya suatu massa didaerah uterus

VII. DIAGNOSIS

Mioma Uteri dengan Anemia dan Hipertensi Stage II

VIII. PENATALAKSANAAN

DiagnosisPlanning

DiagnosisPlanning Terapi

Planning

Monitoring

Mioma Uteri

dengan

Anemia dan

Hipertensi

Stage II

- USG

- Darah Rutin

Non operatif :

- Infus RL

- Transf PRC 5 kolf

- Amoxycilin 3x500 mg

- Metronidazol 3x500 mg

- Paracetamol 3x500 mg

- As.Mefenamat 3x500 mg

- Lisinopril 1x1

- Amlodipin 1x10mg

- Bisoprolol 1x5mg

- Clonidin 3x1

- Inj. Furosemid 1amp/24j

- Inj.Ceftriaxon 1gr/12jam

- KU

- Vital Sign

- Perdarahan

Page 12: Mioma Uteri.docx

- Inj. Pragesol 1amp/8jam

- Inj.Ondancetron

1amp/8j

Operatif :

- OP-Histerektomi

IX. PROGNOSIS

Advitam : Dubia Ad Bonam

Adsanam : Dubia Ad Bonam

Adfungsionam : Dubia Ad Bonam

X. FOLLOW UP

• 2 7/ 8/201 4

S: Pasien mengeluh keluar darah lewat jalan lahir sejak 5 hari yang lalu.

Darah berwarna merah gelap dan bercampur gumpalan darah. Dalam waktu

sehari pasien dapat ganti pembalut besar sebanyak 6 kali dengan jumah

perdarahan kurang lebih 50cc. Keluhan juga disertai adanya benjolan

sebesar telor bebek pada perut bagian bawah dan semakin membesar disertai

nyeri seperti tertusuk – tusuk, badan lemas, pusing cekot – cekot pada bagian

belakang, mata kunang – kunang, mual (-), muntah (-), BAB dan BAK

dalam batas normal.

• O: KU: lemah KS : CM

Tekanan darah : 180/100 mmHg

Nadi : 90 kali/menit,

Napas : 20 kali/menit,

Suhu : 36 °C

Palpasi : teraba massa diatas simphisis pubis dengan

konsistensi solid, permukaan rata

Page 13: Mioma Uteri.docx

batas atas : 3 jari dibawah pusat

batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis

batas kanan : 2 jari medial linea mediana

batas kiri : 3 jari medial line mediana

• A/ Myoma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

• P/ Konsul Penyakit dalam

Tranfusi PRC 3 kolf

• 2 8/ 8/201 4

• S : Pasien mengeluh flek – flek pada jalan lahir (-), nyeri perut bagian

bawah hilang timbul, pusing berkurang dibanding kemarin, mata

kunang (-) leher cengeng (+).

O : KU: cukup KS :CM

Tekanan darah : 170/110 mmHg

Nadi : 76 kali/menit,

Napas : 20 kali/menit,

Suhu : 36,2 °C

Palpasi : Teraba massa diatas simphisis pubis dengan

konsistensi solid, permukaan rata dengan batas

batas atas : 3 jari dibawah pusat

batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis

batas kanan : 2 jari medial linea mediana

batas kiri : 3 jari medial linea mediana

• A : Mioma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

• P : Perbaikan KU

Amlodipin 1x25mg

Lisinopril 1x10mg

Page 14: Mioma Uteri.docx

• 29 / 8/201 4

• S : Pasien mengeluh flek – flek pada jalan lahir (-), nyeri perut bagian

bawah hilang timbul, pusing (-), mata kunang (-) leher cengeng (-).

O : KU: cukup KS :CM

Tekanan darah : 170/100 mmHg

Nadi : 88 kali/menit,

Napas : 22 kali/menit,

Suhu : 36,7 °C

Palpasi : Teraba massa diatas simphisis pubis dengan

konsistensi solid, permukaan rata dengan batas

batas atas : 3 jari dibawah pusat

batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis

batas kanan : 2 jari medial linea mediana

batas kiri : 3 jari medial linea mediana

• A : Mioma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

• P : Perbaikan KU

Hb ulang 7,8 -> Tranfusi PRC 2 kolf

Amlodipin 1x25mg

Lisinopril 1x10mg

• 30 / 8/201 4

• S : Pasien mengeluh flek – flek pada jalan lahir (-), nyeri perut bagian

bawah hilang timbul, pusing berkurang (-), mata kunang (-) leher

cengeng (-)

O : KU: cukup KS :CM

Tekanan darah : 160/100 mmHg

Nadi : 80 kali/menit,

Napas : 24 kali/menit,

Page 15: Mioma Uteri.docx

Suhu : 36,5 °C

Palpasi : Teraba massa diatas simphisis pubis dengan

konsistensi solid, permukaan rata dengan batas

batas atas : 3 jari dibawah pusat

batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis

batas kanan : 2 jari medial linea mediana

batas kiri : 3 jari medial linea mediana

• A : Mioma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

• P : Perbaikan KU

Amlodipin 2x25mg

Lisinopril 1x10mg

Bisoprolol 1x5mg

• 31 / 8/201 4

• S : Pasien mengeluh flek – flek pada jalan lahir (-), nyeri perut bagian

bawah hilang timbul, badan terasa lemas, panas dingin, mual dan

muntah 2x

• O : KU: cukup KS :CM

Tekanan darah : 180/100 mmHg

Nadi : 80 kali/menit,

Napas : 20 kali/menit,

Suhu : 40 °C

Palpasi : Teraba massa diatas simphisis pubis dengan

konsistensi solid, permukaan rata dengan batas

batas atas : 3 jari dibawah pusat

batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis

batas kanan : 2 jari medial linea mediana

Page 16: Mioma Uteri.docx

batas kiri : 3 jari medial linea mediana

• A : Mioma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

• P : Perbaikan KU

Amlodipin 1x25mg

Lisinopril 1x10mg

Bisoprolol 1x5mg

Inj. Ceftriaxon 1gr/12jam

Inj. Pragesol 1amp/8jam

Inj. Ondancetron 1amp/8jam

• 1 / 9/201 4

• S : Pasien tidak ada keluhan

• O : KU: cukup KS :CM

Tekanan darah : 140/90 mmHg

Nadi : 76 kali/menit,

Napas : 20 kali/menit,

Suhu : 37,0 °C

Palpasi : Teraba massa diatas simphisis pubis dengan

konsistensi solid, permukaan rata dengan batas

batas atas : 3 jari dibawah pusat

batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis

batas kanan : 2 jari medial linea mediana

batas kiri : 3 jari medial linea mediana

• A : Mioma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

• P : Perbaikan KU

Amlodipin 1x25mg

Lisinopril 1x10mg

Bisoprolol 1x5mg

Page 17: Mioma Uteri.docx

Inj. Ceftriaxon 1gr/12jam

Inj. Pragesol 1amp/8jam

Inj. Ondancetron 1amp/8jam

• 2 / 9/201 4

• S : Pasien tidak ada keluhan

• O : KU: cukup KS :CM

Tekanan darah : 150/100 mmHg

Nadi : 88 kali/menit,

Napas : 22 kali/menit,

Suhu : 36,7 °C

Palpasi : Teraba massa diatas simphisis pubis dengan

konsistensi solid, permukaan rata dengan batas

batas atas : 3 jari dibawah pusat

batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis

batas kanan : 2 jari medial linea mediana

batas kiri : 3 jari medial linea mediana

• A : Mioma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

• P : Perbaikan KU dan persiapan OP

Amlodipin 1x25mg

Lisinopril 1x10mg

Bisoprolol 1x5mg

Clonidin 3x1

Inj. Furosemid 1amp/24 jam

• 3 / 9/201 4

• S : Pasien tidak ada keluhan

Page 18: Mioma Uteri.docx

• O : KU: cukup KS :CM

Tekanan darah : 150/100 mmHg

Nadi : 80 kali/menit,

Napas : 24 kali/menit,

Suhu : 36,8 °C

Palpasi : Teraba massa diatas simphisis pubis dengan

konsistensi solid, permukaan rata dengan batas

batas atas : 3 jari dibawah pusat

batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis

batas kanan : 2 jari medial linea mediana

batas kiri : 3 jari medial linea mediana

• A : Mioma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

• P : Perbaikan KU

Persiapan OP

Amlodipin 1x25mg

Lisinopril 1x10mg

Bisoprolol 1x5mg

Clonidin 3x1

Inj. Furosemid 1amp/24 jam

• 4 / 9/201 4

• S : Pasien tidak ada keluhan

• O : KU: cukup KS :CM

Tekanan darah : 140/90 mmHg

Nadi : 84 kali/menit,

Napas : 22 kali/menit,

Suhu : 36,7 °C

Palpasi : Teraba massa diatas simphisis pubis dengan

Page 19: Mioma Uteri.docx

konsistensi solid, permukaan rata dengan batas

batas atas : 3 jari dibawah pusat

batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis

batas kanan : 2 jari medial linea mediana

batas kiri : 3 jari medial linea mediana

• A : Mioma Uteri dengan anemia dan hipertensi stage II

• P : Persiapan OP

Amlodipin 1x25mg

Lisinopril 1x10mg

Bisoprolol 1x5mg

Clonidin 3x1

• 5 / 9/201 4

• S : Pasien mengeluh nyeri dan panas pada luka operasi. Keluhan lain (-).

• O : KU: cukup KS :CM

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Nadi : 88 kali/menit,

Napas : 22 kali/menit,

Suhu : 36,7 °C

Palpasi : massa (-)

• A : Post Op. Histerektomi pada Mioma Uteri dengan anemia dan

hipertensi stage II H-1

• P : Amoxycillin 3x500mg Metronidazol 3x500mg

Paracetamol 3x500mg Amlodipin 1x25mg

Lisinopril 1x10mg Bisoprolol 1x5mg

Clonidin 3x1

• 6 / 9/201 4

• S : Pasien mengeluh nyeri dan panas pada luka operasi. Keluhan lain (-).

• O : KU: cukup KS :CM

Page 20: Mioma Uteri.docx

Tekanan darah : 140/90 mmHg

Nadi : 80 kali/menit,

Napas : 20 kali/menit,

Suhu : 36,4 °C

Palpasi : massa (-)

• A : Post Op. Histerektomi pada Mioma Uteri dengan anemia dan

hipertensi stage II H-2

• P : Amoxycillin 3x500mg

Metronidazol 3x500mg

Paracetamol 3x500mg

Amlodipin 1x25mg

Lisinopril 1x10mg

Bisoprolol 1x5mg

Clonidin 3x1

• 7 / 9/201 4

• S : Pasien mengeluh nyeri dan panas pada luka operasi. Keluhan lain (-).

• O : KU: cukup KS :CM

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Nadi : 88 kali/menit,

Napas : 22 kali/menit,

Suhu : 36,7 °C

Palpasi : massa (-)

• A : Post Op. Histerektomi pada Mioma Uteri dengan anemia dan

hipertensi stage II H-3

• P : Amoxycillin 3x500mg

Metronidazol 3x500mg

Paraxetamol 3x500mg

Page 21: Mioma Uteri.docx

Amlodipin 1x25mg

Lisinopril 1x10mg

Bisoprolol 1x5mg

Clonidin 3x1

BLPL

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Page 22: Mioma Uteri.docx

2.1. Pengertian Mioma Uteri

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel

jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri disebut

juga dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini berbentuk padat

karena jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri merupakan

neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh wanita reproduksi.

Neoplasma ini memperlihatkan gejala klinis berdasarkan besar dan letak mioma.

2.2. Anatomi Uterus

Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir,

yang sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara

rektum di dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan

mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus

adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih

kurang 57 gram. Pada masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan

pertama dibawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat.

Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus,

disamping itu serabut - serabut kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat

meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan

janin. Setelah Menopause, uterus wanita nullipara maupun multipara, mengalami

atrofi dan kembali ke ukuran pada masa predolesen.

2.2.1. Pembagian Uterus

a. Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak

antara kedua pangkal saluran telur.

b. Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus

uteri mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga

yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.

c. Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut

Page 23: Mioma Uteri.docx

porsio,hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium

uteri yaitu bagian serviks yang ada di atas vagina.

2.2.2 Pembagian Dinding Uterus

a. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri.

Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan

dengan banyak pembuluh – pembuluh darah yang berlekuk – lekuk.

Dalam masa haid endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk

kemudian tumbuh menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan

dan pembuluh darah bertambah banyak yang diperlukan untuk

memberi makanan pada janin.

b. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk

sirkuler, dan disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua

lapisan ini terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan

otot polos yang paling penting pada persalinan oleh karena sesudah

plasenta lahir berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh

darah yang ada di tempat itu dan yang terbuka.

c. Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum

yang menfiksasi dan menguatkan uterus yaitu:

- Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang

terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan

ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral

dinding pelvis. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara

lain vena dan arteria uterine.

- Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang

menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks

belakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan.

- Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang

menahan uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari

Page 24: Mioma Uteri.docx

sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri

cepat karena uterus berkontraksi kuat.

- Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi

tuba, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung

jaringan ikat.

- Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan

tuba fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di

dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan

vena ovarika.

Gambar 2.1. Anatomi Uterus dan mioma uteri

Gambar 1. Anatomi Uterus Normal

Page 25: Mioma Uteri.docx

Gambar 2. Letak Mioma Uteri

2.3. Klasifikasi Mioma Uteri

Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian :

2.3.1. Mioma Uteri Subserosum

Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai

tonjolan saja, dapat pula sebagai satumassa yang dihubungkan dengan

uterus melalui tangkai. Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di

dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen.

Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneum sebagai

suatu massa. Perlekatan dengan omentum di sekitarnya menyebabkan

sisten peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum.

Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma

terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga

peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik.

Page 26: Mioma Uteri.docx

2.3.2. Mioma Uteri Intramural

Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple.

Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan

menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan

berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis

yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di

daerah perut sebelah bawah.

2.3.3. Mioma Uteri Submukosum

Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa

uterus/endometrium dan tumbuh kearah kavum uteri. Hal ini

menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri. Bila

tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk

ke dalam vagina yang disebut mioma geburt. Mioma submukosum

walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui

vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya

dilakukan histerektomi.

2.4. Epidemiologi Mioma Uteri

2.4.1. Distribusi Frekuensi Mioma Uteri

Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ

reproduksi wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan

belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan

pada wanita berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya

kira-kira 10% mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri pada masa

reproduksi 20-25%. Penelitian Nishizawa di Jepang (2008) menemukan

insidens rates mioma uteri lebih tinggi pada wanita subur yaitu 104 per seribu

Page 27: Mioma Uteri.docx

wanita belum menopause dan 12 per seribu wanita menopause (P<0,001).

Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam, karena

wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen dibanding

wanita kulit putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus

pada wanita kulit hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang saja. Penelitian

Baird di Amerika Serikat tahun 2003 terhadap 1364 wanita dengan usia 35-49

tahun, 478 diantaranya menderita mioma uteri yaitu dengan proporsi 35%.

Penelitian Sela-Ojeme di London Hospital pada tahun 2008 melaporkan

proporsi penderita mioma uteri sebanyak 14,06% yaitu 586 orang dari 2.034

kasus ginekologi. Management of Uterine Fibroid at The University of

Nigeria Teaching Hospital Enugu tahun 2006 melaporkan proporsi mioma

uteri 9,8% dari seluruh kasus ginekologi yaitu 190 kasus dari 1939 kasus

ginekologi.23 Penelitian Gaym A di Tikur Anbessa Teaching Hospital, Addis

Ababa, Ethiopia tahun 2004 mencatat penderita mioma uteri sebanyak 588

kasus.

2.4.2. Etiologi Mioma Uteri

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan

diduga merupakan penyakit multifaktorial. Mioma merupakan sebuah tumor

monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik

tunggal. Tumbuh mulai dari benih multiple yang sangat kecil dan tersebar

pada miometrium sangat lambat tetapi progresif. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri:

a. Estrogen

Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo

mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa

untuk terjadinyamioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel

nest ( sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara

Page 28: Mioma Uteri.docx

terus menerus). Hormon estrogen dapat diperoleh melalui penggunaan alat

kontrasepsi yang bersifat hormonal (Pil KB, Suntikan KB, dan Susuk KB).

Peranan estrogen didukung dengan adanya kecenderungan dari tumor ini

menjadi stabil dan menyusut setelah menopause dan lebih sering terjadi pada

pasien yang nullipara.

b. Progesteron

Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang

siklus menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural

dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara

yaitu: mengaktifkan 17 - Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah

reseptor estrogen pada tumor. Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada

beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya

mioma uteri, yaitu :

1. Umur, proporsi mioma meningkat pada usia 35-45 tahun.19 Penelitian

Chao-Ru Chen (2001) di New York menemukan wanita kulit putih umur

40-44 tahun beresiko 6,3 kali menderita mioma uteri dibandingkan umur <

30 tahun (OR =6,3; 95% CI:3,5-11,6). Sedangkan pada wanita kulit hitam

umur 40-44 tahun beresiko 27,5 kali untuk menderita mioma uteri jika

dibandingkan umur < 30 tahun (OR=27,5; 95% CI:5,6-83,6).

2. Paritas, lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relative

infertile, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas

menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang

menyebabkan infertilitas, atau apakah keadaan ini saling

mempengaruhi.19 Penelitian Okezie di Nigeria terhadap 190 kasus mioma

uteri, 128 (67,3%) adalah nullipara. Penelitian yang dilakukan di Nigeria

terhadap wanita dengan usia rata 44,9 tahun, 40,8 % nullipara dan 35%

Page 29: Mioma Uteri.docx

melahirkan 1-2 kali.Demikian juga dengan hasil penelitian Buttrum

memperoleh dari 1.698 kasus mioma uteri, 27% diantaranya infertile dan

31% melahirkan 1-2 kali.

3. Faktor Ras dan Genetik, pada wanita tertentu, khususnya wanita berkulit

hitam, angka kejadian mioma uteri lebih tinggi. Penelitian Baird di

Amerika yang dilakukan terhadap wanita kulit hitam dan wanita kulit

putih menemukan bahwa wanita kulit hitam beresiko 2,9 kali menderita

mioma uteri (OR=2,9; 95%CI:2,5-3,4). Terlepas dari faktor ras, kejadian

mioma juga tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang

menderita mioma uteri.

2.4.3. Diagnosis

Gejala Subjektif

Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Timbulnya

gejala subjektif dipengaruhi oleh: letak mioma uteri, besar mioma uteri,

perubahan dan komplikasi yang terjadi.

Gejala subyektif mioma uteri :

1. Perdarahan abnormal, gejala paling umum dijumpai. Gangguan

perdarahan yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan metrorargia.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini antara lain adalah:

pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium,

permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa, atrofi

endometrium, dan gangguan kontraksi otot rahim karena adanya sarang

mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit

pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Akibat perdarahan

penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat

lelah, dan mudah terjadi infeksi.

Page 30: Mioma Uteri.docx

2. Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi

gejala ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang

mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran

mioma submukosum yang akan dilahirkan dan pertumbuhannya yang

menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.

3. Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma

uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada

uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan

hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi

dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat

menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul

Gejala Objektif

Gejala Objektif merupakan gejala yang ditegakkan melalui diagnosa ahli

medis. Gejala objektif mioma uteri, meliputi :

1. Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik abdomen

maupun pelvis. Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang besar dapat

dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap,

area perlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif. Pada

pemeriksaan Pelvis, serviks biasanya normal, namun pada keadaan

tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi

serviks dan terlihat pada ostium servikalis. Uterus cenderung membesar

tidak beraturan dan noduler. Perlunakan tergantung pada derajat

degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus sering dapat digerakkan,

kecuali apabila terdapat keadaan patologik pada adneksa.

2. Pemeriksaan Penunjang; Apabila keberadaan masa pelvis meragukan

maka pemeriksaan dengan ultrasonografi akan dapat membantu. Selain itu

melalui pemeriksaan laboratorium.

Page 31: Mioma Uteri.docx

2.5. Penatalaksanaan Medis Mioma Uteri

2.5.1. Pengobatan Konservatif

Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus

dengan Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH

agonis selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di

miometrium hingga uterus menjadi kecil. Setelah pemberian GnRH agonis

dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali di bawah pengaruh

estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam

konsentrasi tinggi.

2.5.2. Pengobatan Operatif

Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang

menimbulkan gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif,

tindakan operatif yang dilakukan antara lain :

1. Miomektomi, Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa

pengangkatan uterus, misalnya pada mioma submukosum pada mioma

geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi

dikerjakan karena ingin memiliki anak, maka kemungkinan terjadi

kehamilan 30%-50%. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat

dengan mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Tindakan ini

seharusnya hanya dibatasi pada tumor dengan tangkai yang jelas yang

dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila tidak mioma dapat diambil

dari uterus pada waktu hamil atau melahirkan, sebab perdarahan dapat

berkepanjangan dan terkadang uterus dikorbankan

2. Histerektomi, Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya

merupakan tindakan terpilih. Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur

lebih dari 40 tahun dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang

lebih besar dari kehamilan 12 minggu disertai adanya gangguan

penekanan atau tumor yang cepat membesar. Histerektomi dapat

Page 32: Mioma Uteri.docx

dilaksanakan perabdomen atau pervaginum.Adanya prolapsus uteri akan

mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya

dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma serviks

uteri. Histeroktomi supra vaginal hanya dilakukan apabila terdapat

kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhan.

2.6. Perubahan Sekunder

Perubahan sekunder pada mioma uteri adalah perubahan yang terjadi pada

mioma karena pengaruh lain. Perubahan yang terjadi sebagian besar bersifat

degenerasi. Hal ini terjadi oleh karena berkurangnya pemberian darah pada

sarang mioma. Perubahan sekunder yang sering terjadi :

2.6.1 Atrofi : sesudah menopause/ sesudah kehamilan mioma menjadi kecil.

2.6.2 Degenerasi Hialin : perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita

usia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen, dapat

meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripada seolah – olah

memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

2.5.3 Degenerasi Kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dmana

sebagian dari mioma menjadi cair sehingga terbentuk ruangan – ruangan

yang tidak teratur berisi seperti agar – agar, dapat juga pembengkakakn

yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma

dengan konsistensi yang lunak dan tumor ini sulit dibedakan dari kista

ovarium atau kehamilan.

2.5.4 Degenerasi Membatu (calcicerous degeneration) : terutama terjadi pada

usia lanjut karena adanya gangguan sirkulasi. Dengan adanya

pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma akan menjadi

keras.

2.5.5 Degenerasi Merah (carneous degeneration) : terutama terjadi pada

kehamilan dan masa nifas. Patogenesis diperkirakan karena adanya

nekrosis subakut karena adanya gangguan vaskularisasi. Pada

Page 33: Mioma Uteri.docx

pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah yang

berwarna merah yang disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan

hemofusin. Degenerasi merah tampak khas bila terjadi pada kehamilan

muda disertai emesis, haus, demam , dan kesakitan. Tumor uterus

membesar dan nyeri pada perabaan.

2.5.6 Degenerasi Lemak : jarang terjadi dan kelanjutan degenerasi hialin.

2.7. Komplikasi

Komplikasi merupakan suatu kondisi yang mempersulit atau reaksi negatif yang

terjadi pada penderita akibat mioma uteri.

2.7.1 Degenerasi Ganas

Mioma uteri yang menjadi Leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32 – 0,6 % dari

seluruh mioma. Keganasan umumnya baru baru ditemukan dengan pemeriksaan

histologi uterus yang sudah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus

apabila mioma uteri cepat tumbuh dan membesar dalam monopause.

2.7.2 Torsi (Putaran Tengah)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi sehingga terjadi

gangguan sirkulasi akut dan mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah

sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan, akut abdomen tidak terjadi.

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi, misalnya terjadi pada

mioma yang menyebabkan perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan

gangguan – gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.

2.8. Pencegahan Mioma Uteri

2.8.1. Pencegahan Primordial

Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau

sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu

dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah.

Page 34: Mioma Uteri.docx

2.8.2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang

menderita mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan

mengenai faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko

yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan

pemberian hormon estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB

kombinasi (mengandung estrogen dan progesteron), pil kombinasi

mengandung estrogen lebih rendah dibanding pil sekuensil, oleh karena

pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan kadar estrogen.

2.8.3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma

uteri, tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi.

Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan

pengobatan yang tepat.

2.8.4. Pencegahan Tertier

Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan setelah penderita

melakukan pengobatan. Umumnya pada tahap pencegahan ini adalah berupa

rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah timbulnya

komplikasi. Pada dasarnya hingga saat ini belum diketahui penyebab tunggal

yang menyebabkan mioma uteri, namun merupakan gabungan beberapa faktor

atau multifaktor. Tindakan yang dilakukan adalah dengan meningkatkan

kualitas hidup dan mempertahankannya. Penderita pasca operasi harus

mendapat asupan gizi yang cukup dalam masa pemulihannya.

Page 35: Mioma Uteri.docx

BAB IV

ANALISA KASUS

Pada kasus ini, pasien Ny. S 37 tahun dengan diagnosis mioma uteri dengan

anemia dan hipertensi grade II, yang merupakan diagnosis pasien yang ditegakkan

berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan tindakan

operatif.

Anamnesis

- Berdasarkan anamnesis, pasien mengeluh keluarnya darah lewat jalan lahir

sejak 5 hari yang lalu. Darah berwarna merah gelap dan bercampur gumpalan

darah. Dalam waktu sehari pasien dapat ganti pembalut besar sebanyak 6 kali

dengan jumah perdarahan kurang lebih 50cc . Pasien dengan menstruasi tidak

teratur dengan jumlah darah yang banyak dan waktu yang panjang sejak 5

bulan terakir. Keluhan juga disertai adanya benjolan sebesar telor bebek pada

perut bagian bawah dan semakin membesar disertai nyeri seperti tertusuk –

tusuk, badan lemas, pusing cekot – cekot pada bagian belakang, mata kunang

– kunang, mual (-), muntah (-), BAB dan BAK dalam batas normal.

- Menurut anatomi abdomen bagian perut tengah bawah terdapat intestinum

tenue, vesika urinaria, dan bagian reproduksi wanita seperti uterus, tuba

fallopi dan ovarium.

- Tidak didapatkan adanya keluhan di gastro intestinal dan traktus urinarius

seperti mual muntah, BAB dan BAK dalam batas normal.

- Berdasarkan riwayat obstetri pasien adalah pasien memiliki seorang anak

dengan usia 12th dan pernah mengalami abortus dua kali, pasien juga acceptor

kb suntik selama 2 tahun yang sudah berhenti selama 3 bulan.

Page 36: Mioma Uteri.docx

- Berdasarkan faktor predisposinya, pasien usia 37 tahun yang merupakan usia

reproduksi dengan tingkat fertilitas rendah, dan adanya faktor genetik

didalam keluarga yang menderita mioma uteri.

- Meningkatnya resiko terjadinya mioma uteri adalah usia reproduksi,

penggunaan kb suntik yang bersifat hormonal dan adanya genetik dalam

keluarga. Paparan estrogen yang tinggi akan memicu pertumbuhan dari sel

nest (sel muda yang terangsang) pada uterus yang berproliferasi abnormal

menyerupai dinding endometrium.

- Mioma uteri dihubungkan dengan wanita dengan angka melahirkan yang

rendah dan infertile/abortus. Infertilitas dapat terjadi apabila mioma uteri

menutup atau menekan pars intertitialis submukosum juga memudahkan

terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.

- Perdarahan abnormal, gejala paling umum dijumpai. Gangguan perdarahan

yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan metrorargia. Beberapa faktor

yang menjadi penyebab perdarahan ini antara lain adalah: pengaruh ovarium

sehingga terjadilah hiperplasia endometrium, permukaan endometrium yang

lebih luas dari pada biasa, atrofi endometrium, dan gangguan kontraksi otot

rahim karena adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga

tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Akibat

perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah,

pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan luar

Teraba massa sebesar telor bebek diatas simphisis pubis dengan konsistensi

solid dan permukaan rata dan batas :

- batas atas : 3 jari dibawah pusat

Page 37: Mioma Uteri.docx

- batas bawah : 2 jari diatas simphisis pubis

- batas kanan : 2 jari medial linea mediana

- batas kiri : 3 jari medial linea mediana

Pemeriksaan dalam

Vagina Toucher : Portio mencucu, (-), portio bergerak mengikuti palpasi

abdomen, nyeri goyang portio (-), stld (-).

Pemeriksaan penunjang

Pasien telah dilakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui besar ukuran

mioma uteri.

Pasien telah dilakukan pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui penurunan

kadar Hb.

Operatif

Pada pasien dilakukan tindakan operasi histerektomi.

Page 38: Mioma Uteri.docx

DAFTAR PUSTAKA

1.